Anda di halaman 1dari 14

Makalah Botani Pertamanan

RUANG TERBUKA HIJAU DAN


UNSUR PEMBENTUK TAMAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

Widya Safitri (H041191039)


Sita ()
Muh. Alfarabi Fadhil (H041191054)
Andi Fakhirah Febriani P. (H041201045)
Nurul Amalia (H041201033)
Asti Khaerani (H041201058)

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGENTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga kami masih diberi kesempatan dan pengetahuan untuk dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Ruang Terbuka Hijau dan Unsur Pembentuk Taman” tepat

pada waktunya.

Terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat

menambah wawasan dan pengetahuan tentang mata kuliah Botani Pertamanan ini.

Kami berharap semoga dengan selesainya makalah ini dapat menambah ilmu kita

semua. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat

membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi. Akhir kata,

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Makassar, 05 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................................

B. Rumusan Masalah..................................................................................................

C.Tujuan.....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

II.1 Pengertian dan Konsep Ruang Terbuka Hijau.....................................................

II.2 Bentuk-bentuk Ruang Terbuka Hijau..................................................................

II.3 Tujuan Ruang Terbuka Hijau..............................................................................

II.4 Fungsi Ruang Terbuka Hijau...............................................................................

II.5 Manfaat Ruang Terbuka Hijau............................................................................

II.6 Unsur Pembentuk Taman....................................................................................

BAB III PENUTUP.................................................................................................

III.1 Kesimpulan.........................................................................................................

III.2 Saran...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah perkotaan pada saat ini telah menjadi masalah yang cukup pelik untuk
diatasi.Perkembangan perkotaan membawa pada konsekuensi negatif pada beberapa aspek,
termasuk aspek lingkungan. Dalam tahap awal perkembangan kota, sebagian besar lahan
merupakan ruang terbuka hijau. Namun, adanya kebutuhan ruang untuk menampung
penduduk dan aktivitasnya, ruang hijau tersebut cenderung mengalami konversi guna lahan
menjadi kawasan terbangun. Sebagian besar permukaannya, terutama di pusat kota, tertutup
oleh jalan, bangunan dan lain-lain dengan karakter yang sangat kompleks dan berbeda
dengan karakter ruang terbuka hijau. Hal-hal tersebut diperburuk oleh lemahnya penegakan
hukum dan penyadaran masyarakat terhadap aspek penataan ruang kota sehingga
menyebabkan munculnya permukiman kumuh di beberapa ruang kota dan menimbulkan
masalah kemacetan akibat tingginya hambatan samping di ruas-ruas jalan tertentu.
Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik yang ada di perkotaan, baik
berupa ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka non-hijau telah mengakibatkan
menurunnya kualitas lingkungan perkotaan seperti seringnya terjadi banjir di perkotaan,
tingginya polusi udara, dan meningkatnya kerawanan sosial (kriminalitas dan krisis sosial),
menurunnya produktivitas masyarakat akibat stress karena terbatasnya ruang publik yang
tersedia untuk interaksi sosial.Dalam hal ini, diperlukan pemikiran jauh ke depan, yang tidak
hanya berorientasi pada pemenuhan tujuan berjangka pendek, dan perlu reorientasi visi
pembangunan kota lebih mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan dan keberlanjutan
pembangunan. Strategi pemanfaatan ruang, baik untuk kawasan budidaya maupun kawasan
lindung, perlu dilakukan secara kreatif, sehingga konversi lahan dari pertanian produktif
ataupun dari kawasan hijau lainnya menjadi kawasan non hijau dan non produktif, dapat
dikendalikan.
Berdasarkan hal tersebut, makalah ini hadir untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca terkait materi Ruang Terbuka Hijau dan Unsur Pembentuk Taman.

3
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah mengenai materi ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan ruang terbuka hijau?
2. Bagaimana konsep ruang terbuka hijau?
3. Bagaimana bentuk-bentuk ruang terbuka hijau?
4. Apa tujuan ruang terbuka hijau?
5. Apa fungsi ruang terbuka hijau?
6. Apa manfaat ruang terbuka hijau?
7. Apa unsur pembentuk taman?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah di atas yaitu:
1. Mengetahui pengertian dari ruang Terbuka Hijau
2. Mengetahui konsep ruang terbuka hijau
3. Mengetahui bentuk-bentuk ruang terbuka hijau
4. Mengetahui tujuan ruang terbuka hijau
5. Mengetahui fungsi ruang terbuka hijau
6. Mengetahui manfaat ruang terbuka hijau
7. Mengetahui unsur pembentuk taman

4
BAB II
PEMBAHASAN

II.1Pengertian dan Konsep Ruang Terbuka Hijau


Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang atau jalur atau
mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik
yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka hijau adalah
suatu ruang terbuka yang kawasannya didominasi oleh vegetasi baik itu pepohonan,
semak, rumput-rumputan, serta vegetasi penutup tanah lainnya. Kawasan ini didirikan
berdasarkan kebutuhan dan peruntukkan dalam wilayah tersebut. Tidak hanya untuk
menjaga dan menyeimbangkan kondisi lingkungan atau ekosistem sekitarnya, tetapi juga
menyediakan tempat untuk melakukan aktivitas sosial yang memadukan dengan estetika
alam.
Konsep pengembangan RTH pada permukiman kepadatan tinggi dalam
konsep human settlement diarahkan pada pengembangan fungsi RTH dalam pencapaian
elemen nature (alam) dan elemen society (masyarakat). Secara garis besar konsep
pengembangan RTH dalam konsep human settlement (naturedansociety) dengan
pendekatan pada masing-masing tipologi RTH sebagai berikut :
a.Konsep pengembangan RTH yang didasarkan pada bentuk dan proses penyediaan
RTH dalam mewujudkan human settlement (tipologi fisik).
 Pengembangan RTH alami dalam konsep human settlement (elemen nature) lebih
diwujudkan melalui pendekatan kawasan sempadan sungai dapat dipertahankan
dan dikembangkan sesuai dengan fungsinya yaitu kawasan perlindungan
setempat.
 Pengembangan RTH non-alami dalam konsep human settlement (elemen society)
lebih diwujudkan melalui pendekatan proses perencanaan taman dan lapangan
olahraga untuk dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai ruang publik dan tempat
interaksi sosial.
b. Konsep pengembangan RTH yang didasarkan pada peningkatan fungsi RTH dalam
mendukung terwujudnya konsep human settlement (tipologi fungsi).
 Pengembangan RTH dengan fungsi ekologis dan estetika dalam mendukung
elemen nature konsep human settlement.
 Peningkatan RTH dengan fungsi sosial budaya dan ekonomi dalam mendukung

5
elemen society konsep human settlement.
c. Konsep pengembangan RTH yang didasarkan pada peningkatan sebaran dan skala layanan
RTH (tipologi struktur).
d. Konsep pengembangan RTH yang didasarkan pada proses pemeliharaan dan pengelolaan
RTH (tipologi kepemilikan).
II.2 Bentuk-bentuk Ruang Terbuka Hijau
Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi
(santoso, dkk. 2012):
(a) Bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung)
(b) Bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan
olah raga, pemakaman, dan lain-lain)
Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi (santoso,
dkk. 2012):
(a) Bentuk RTH kawasan (areal)
(b) Bentuk RTH jalur (koridor)
Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi
menjadi (santoso, dkk. 2012):
(a) RTH kawasan perdagangan,
(b) RTH kawasan perindustrian,
(c) RTH kawasan permukiman,
(d) RTH kawasan pertanian, dan
(e) RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, olah raga, alamiah
Berdasarkan status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi (santoso, dkk.
2012):
(a) RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki
oleh pemerintah
(b) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik pribadi

II.3 Tujuan Ruang Terbuka Hijau


Pada dasarnya perencanaan RTH disusun sebagai upaya untuk mengantisipasi
pertumbuhan dan perkembangan kegiatan pembangunan kota, sebagai upaya menjaga
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara ruang terbangun dengan RTH.
Adapun tujuan Ruang Terbuka Hijau pada suatu kota, bertujuan untuk:
a) Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan

6
b) Mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan/ binaan di
wilayah perkotaan
c) Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih, dan nyaman.
Menurut Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 2008 Tujuan dari penyelenggaraan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) adalah :
a. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air
b. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam
dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.
c. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan
perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.
II.4 Fungsi Ruang Terbuka Hijau
Ada dua fungsi Ruang Terbuka Hijau pada kawasan perkotaan yaitu antara lain :
1. Fungsi utama (intrinsik)
Fungsi utama Ruang Terbuka Hijau (RTH) terkhusus pada kawasan perkotaan yakni
menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro agar
sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh,
produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, memberi kontribusi dalam
peningkatan kualitas air tanah, penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta penahan
angin.
2. Fungsi tambahan (ekstrinsik)
Adapun Fungsi lainnya dari Ruang Terbuka Hijau terdiri atas:
a) Fungsi sosial dan budaya:
• Menggambarkan ekspresi budaya lokal
• Merupakan media komunikasi warga kota
• Tempat rekreasi
• Wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam.
b) Fungsi ekonomi:
• Sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur
• Bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain
c) Fungsi estetika:
• Meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro:
halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro: lansekap kota secara
keseluruhan;
• Menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota;

7
• Pembentuk faktor keindahan arsitektural;
• Menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.
Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai
dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air,
keseimbangan ekologi dan konservasi hayati

II.5 Manfaat Ruang Terbuka Hijau


Ada dua manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada kawasan yakni sebagai berikut:
a. Manfaat langsung (dapat dirasakan secara langsung dan bersifat tangible), yaitu
menambah nilai estetika dan dapat menambah kenyamanan (teduh, segar, sejuk).
b. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu dapat
mengurangi polusi udara di kota, sebagai pemelihara akan kelangsungan persediaan air
tanah, serta menjaga kelestarian fungsi lingkungan.
keanekaragaman hayati).
perkotaan yaitu
II.6 Unsur Pembentuk Taman
Unsur pembentuk taman merupakan hal-hal yang digunakan untuk
menyusun taman sedemikian rupa sehingga tercipta keselarasan dan bisa
dinikmati. Unsur pembentuk taman dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori,
yaitu:
(1) Berdasarkan jenis dasar elemen
Untuk kategori pertama (berdasar jenis), elemen taman dibagi menjadi dua
macam, yaitu elemen alami, dimana semua elemen taman yang secara alamiah
sudah tersedia di alam sehingga manusia hanya memanfaatkannya (contoh : air,
batu-batuan, tanah, dan lain-lain) seadngkan elemen non-alami (buatan)
merupakan elemen alami yang telah mengalami pengolahan lebih lanjut (contoh :
bangunan, bangku taman, dan kolam).
(2) Berdasarkan kesan yang ditimbulkan
Sementara itu, untuk kategori kedua (berdasar kesan), unsur taman dibagi
menjadi dua macam, yaitu elemen lunak (soft material), seperti tanaman, air,
satwa dan elemen keras (hard material), seperti paving, pagar, patung, pergola,
bangku taman, kolam dan lampu taman. Elemen lunak adalah elemen pendukung
yang biasanya merupakan vegetasi, seperti pepohonan, perdu dan rerumputan.
Penggunaan tanaman sangat berperan terhadap hasil penataan suatu taman.

8
Elemen tanaman memiliki beberapa sifat khas yang membedakannya dengan
berbagai elemen lainnya. Karakteristik yang paling penting dan menonjol adalah
bahwa tanaman merupakan elemen yang hidup dan tumbuh. Dengan sifat khas
demikian maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, tanaman
merupakan elemen yang dinamis, setiap saat berubah, baik itu ukuran, tekstur,
kelebatan daun maupun karakter keseluruhan sesuai dengan sifat pertumbuhannya.
Kedua, kualitas dinamis tadi mempunyai implikasi terhadap penggunaan tanaman
dalam penataan lansekap. Karakteristik tanaman menampilkan ciri dan bentuk
tanaman yang terdiri dari: ukuran, bentuk, warna dan tekstur tanaman.
Setiap peletakan unsur tanaman dalam lansekap harus memiliki tujuan dan
fungsi yang jelas. Tanaman dalam penataan lansekap memiliki tiga fungsi utama:
(1) fungsi arsitektural, yaitu pemanfaatan tanaman untuk membentuk bidang-
bidang tegak terutama dalam membentuk ruang; (2) fungsi lingkungan, yaitu
fungsi tanaman yang lebih ditekankan untuk menciptakan kenyamanan dan
keamanan dari faktor-faktor gangguan lingkungan, seperti polusi, erosi dan lain-
lain; dan (3) fungsi estetis tanaman, yaitu untuk memberikan nilai-nilai keindahan
dalam mendukung kedua fungsi di atas.
Sementara itu, elemen keras (hardscape) merupakan unsur tidak hidup dalam
lansekap dan berfungsi sebagai unsur pendukung untuk meningkatkan kualitas
lansekap tersebut. Elemen keras dapat berupa lampu-lampu taman, bangku dan
meja taman, gazebo, kolam, bebatuan, kerikil dan lain-lain. Elemen keras pada
sebuah taman juga sering dikenal dengan ornamen taman. Kehadiran elemen
dekoratif ini sangat berpengaruh pada tampilan taman secara keseluruhan. Elanen
keras sebagai aksen pada taman memang sangar beragam Masing-masing
memiliki fungsi dan memberikan nilai seni yang berbeda.
(3) Berdasarkan kemungkinan perubahan
Selanjutnya, berdasarkan kemungkinan perubahan, maka taman dibagi
menjadi dua macam, yaitu elemen mayor (elemen yang sulit diubah), seperti
sungai, gunung, pantai, hujan, kabut, suhu, kelembaban udara, radiasi matahari,
angin, petir, dan elemen minor (elemen yang dapat diubah), seperti sungai kecil,
bukit kecil, tanaman, serta unsur buatan manusia. Elemen mayor merupakan
elemen taman yang sudah disediakan oleh alam dan kita sebagai manusia sulit
untuk mengubahnya. Beberapa contohnya yaitu laut dan gunung Sementara,
elemen minor yaitu sediaan alam yang oleh manusia masih bisa diubah

9
tampilannya, misalnya sungai danau, dan padang rumput.

10
11
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

III.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis telah menyusun makalah dengan sungguh-
sungguh. Melalui makalah ini penulis juga mengharapkan bagi para pembaca agar lebih
memahami tentang materi Ruang Terbuka Hijau dan Unsur Pembentuk Taman dan dapat
menerapkan ilmu ini pada kehidupan. Namun jika masih terdapat kesalahan, penulis
memohon maaf atas kesalahan yang ada sebagaimana penulis hanya manusia biasa. Penulis
juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk dapat mengevaluasi penyusunan
makalah kami.

12
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2006. Ruang Terbuka Hijau sebagai Unsur Utama
Tata Ruang Kota. Departemen Pekerjaan Umum: Jakarta.

Dwiyanto, Agung., 2009. Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
permukiman Kota. Jurnal Nasional Arsitektur: 1-7.

Imansari, N., dan Parfi, K., 2015. Penyediaan Hutan Kota dan Taman Kota sebagai
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Menurut Preferensi Masyarakat di
Kawasan Pusat Kota Tangerang. Jurnal Ruang. 1(3): 101-110.

Samsudi., 2010. Ruang Terbuka Hijau Kebutuhan Tata Ruang Perkotaan Kota Surakarta.
Journal of Rural and Development. 1(1) : 1-9.

Setiawan, M. F., & Purnomo, A. (2016). Tinjauan Aspek Kelayakan Elemen Pembentuk
Ruang Komunal Di Taman Monumen 45 Kota Pekalongan. Jurnal Teknik Sipil
dan Perencanaan, 18(1), 47-54.

Santoso B., Hidayah R., dan Sumardjito. 2012. Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Pada
Kawasan Perkampungan Plemburan Tegal, Ngaglik Sleman. INERSIA. 7(1) : 1-14

Wahyuni, E., & Qomarun, Q. (2015). Identifikasi Lansekap Elemen Softscape dan
Hardscape pada Taman Balekambang Solo. Sinektika: Jurnal Arsitektur, 13(2),
114-124.

13

Anda mungkin juga menyukai