Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH GREEN INFRASTRUCTURE

DOSEN PENGAMPU:

Prof. Dr. Erina Rahmadyanti, D.T., M.T

Lynda Refnitasari, S.Si., M.URP

DISUSUN OLEH:

1. Sania Hilyati (21050724046)


2. Elda Yulia Puspitasari (21050724059)
3. Satria Ramadhani (21050724075)
4. Muh. Razin Cheaskay Al- Ghazalie (21050724079)
5. Naufal Achmad Javas Parama (21050724081)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Green Infrastructure.

Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu .. yang yang telah membimbing
dan membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini. Ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu baik secara moral maupun material
sehingga makalah ini dapat terwujud.Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah infrastruktur hijau dan pintar dan harapannya dengan dibuatnya
makalah ini bisa sebagai penambah wawasan tentang green infrastructure.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan.Maka kami
mengharapkan saran dan kritik demu kesempurnaan dan perbaikannya sehingga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan di lapanagan serta bisa
dikembangkan lagi lebih lanjut.

Surabaya, 4 Oktober 2022

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
1.4 Manfaat.......................................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Green Infrastructure..................................................................................................6
2.2 Fungsi Green Infrastructure.........................................................................................................6
2.3 Jenis-jenis Green Infrastructure...................................................................................................8
2.4 Penerapan Green Infrastructure................................................................................................16
BAB III........................................................................................................................................................24
PENUTUP...................................................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan gencarnya isu pembangunan berbasis lingkungan dan pembangunan


berkelanjutan, pembiayaan yang diminta untuk mendanai proyek penghijauan terus
meningkat. Prinsip-prinsip investasi dalam keuangan Islam bersinergi dengan konsep ramah
lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Saat ini isu-isu mengenai kelestarian lingkungan
dan kesehatan lingkungan menjadi trending topik dalam pertemuan-pertemuan internasional
antar negara sehingga kehadiran institusi-institusi yang ramah lingkungan dalam
operasionalnya sangat diharapkan bahkan sangat diharuskan. Proyek penghijauan timbul
akibat keprihatinan global agar mencapai pembangunan ramah lingkungan dan
berkelanjutan.

Infrastruktur merupakan aspek yang sangat penting dalam memajukan perkembangan


ekonomi disuatu wilayah. Karena, infrastruktur yang memadai dapat menunjang dan memiliki
peran dalam pertumbuhan ekonomi. Perkembangan sebuah kota dapat dilihat dari jumlah
penduduk yang semakin bertambah serta bangunan-bangunan yang semakin padat terutama
untuk membangun pemukiman dengan lahan luas serta lengkapnya fasilitas kota yang
mendukung kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Perkembangan kota yang berlebihan dapat
membawa dampak positif terhadap aspek ekonomi namun cenderung negatif pada beberapa
aspek seperti keseimbangan ekosistem yang terganggu dengan penurunan kualitas lingkungan
hidup secara ekologis.

Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang cukup padat, hal ini menyebabkan
pembangunan yang cepat tidak terkendali di bagian kota, bahkan membutuhkan ruang yang lebih
banyak lagi untuk pembangunan rumah penduduk. Jumlah penduduk di Indonesia berbanding
terbalik dengan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di Indonesia, jumlah penduduk
meningkat setiap tahunnya namun luas RTH malah semakin menurun. Jika dilihat dari segi
fungsi RTH dapat berfungsi secara ekologis, sosial/budaya, arsitektural, dan ekonomi. Dari segi
ekologis, RTH bisa menambah kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan

4
menurunkan temperatur kota. Sedangkan dari segi arsitektural, RTH bisa menambah nilai
keindahan dan kenyamanan kota. (Hendriani, A. S. 2016).

Menurut Hendriani, A.S (2016), secara sosial-budaya adanya ruang terbuka hijau bisa
menciptakan fungsi sebagai ruang hubungan sosial, wadah rekreasi, dan sebagai simbol kota
yang berbudaya. Sedangkan pada aspek ekonomi, bisa didapat secara langsung seperti pedagang
yang berada disekeliling ruang hijau publik dan pengembangan sarana wisata hijau perkotaan
yang juga dapat mendatangkan wisatawan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan green infrastructure?


2. Apa fungsi penerapan green infrastructure di Indonesia?
3. Apa saja jenis-jenis green infrastructure yang ada di Indonesia?
4. Bagaimana bentuk penerapan dari green infrastructure di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetauhi definisi tentang green infrastructure secara umum


2. Untuk mengetauhi tentang fungsi diterapkannya green infrastructure di Indonesia
3. Untuk mengetauhi tentang jenis-jenis green infrastructure yang ada di Indonesia
4. Untuk mengetauhi tentang bentuk penerapan dari green infrastructure di Indonesia

1.4 Manfaat

Untuk penambahan wawasan kepada masyarakat umum dan mahasiswa agar bisa
mengetauhi tentang green ingfrastructure dan dapat memahami apa itu green infrastructure
secara general dalam pembangunan secara umum.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Green Infrastructure

Green Infrastructure atau infrastruktur hijau merupakan konsep penataan ruang yang
mengaplikasikan infrastruktur ramah lingkungan. Infrastruktur ramah lingkungan ini artinya
infrastruktur yang tidak mengganggu siklus alami lingkungan. Dari tahap perencanaan,
pembangunan, pengoprasian, hingga tahap pemeliharaan sangat memperhatikan aspek-aspek
dalam melindungi, menghemat, mengurangi penggunaan sumber daya alam. Green Infrastruktur
mencakup natural system dan engineered solution.

2.2 Fungsi Green Infrastructure

Infrastruktur hijau adalah konsep penataan ruang yang memiliki dampak yang sangat baik
bagi lingkungan karena infrastruktur hijau tidak mengganggu siklus alami lingkungan. Selain itu,
infrastruktur hijau dari tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian, hingga tahap
pemeliharaannya sangat memperhatikan aspek-aspek dalam melindungi, menghemat, dan
mengurangi penggunaan sumber daya alam. Maka dari itu, infrastruktur hijau atau Green
Infrastructure memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai berikut:

 Mengurangi limpasan air hujan


Limpasan air hujan, menjadi masalah yang sangat marak terjadi setelah kegiatan
konstruksi karena dapat mengurangi wilayah penyerapan air ke tanah yang dapat
menyebabkan banjir dan banyak masalah lainnya, maka dari itu infrastruktur hijau
memberikan solusi dengan cara seperti Permeable Pavement yang penerapannya
memasang trotoar yang memungkinkan air menyerap ke dalam tanah atau Filter Strip
yang dirancang untuk menyaring limpasan.
 Menyaring dan menyerap polutan dalam air

6
Polutan dalam air dapat berdampak buruk dan berbahaya bagi ekosistem lingkungan,
maka solusi yang tepat untuk menguranginya adalah dengan cara menyaring, mengelola
atau menghilangkan air bekas limbah, seperti contohnya Constructed Wetland.
 Menyimpan air hujan
Air hujan dapat memberikan mukjizat namun juga dapat menjadi bencana karena
banyaknya debit air yang turun secara bersamaan, oleh karena itu menampung atau
menyimpan air hujan dapat menjadi solusi yang baik bagi masalah itu, seperti contohnya
Rain Harvesting.
 Menghemat dan mendaur ulang air
Air yang diserap, disaring, ditampung dari beberapa fungsi sebelumnya dapat di olah lagi
menjadi air yang bisa dikonsumsi oleh banyak orang, mengingat krisis air adalah masalah
yang fatal di beberapa negara yang kekeringan disebabkan oleh banyak factor.
 Pengisian kembali air tanah
Kekeringan di beberapa negara juga dapat menyebabkan kekeringan tanah sehingga
hanya untuk mendapatkan air saja sudah sangat susah, oleh karena itu infrastruktur hijau
juga menawarkan beberapa solusi seperti menampung air hujan di kolam atau system
penyimpanan aliran air dibawah tanah.
 Penghematan energi
Penggunaan sumber daya pada infrastruktur hijau sangat dibatasi agar dapat menjaga
lingkungan, oleh karena itu energi yang digunakan tentunya lebih sedikit dan lebih hemat
dari pembangunan infrastruktur lainnya.
 Menangani urban heat island effect
Pembangunan pada daerah perkotaan dapat menyebabkan kurangnya penanaman pohon
dan penghijauan, maka dari itu daerah perkotaan cenderung lebih panas dan lebih banyak
polusi yang bersirkulasi di daerah urban atau perkotaan karena kurangnya vegetasi yang
menyerap polusi-polusi tersebut.
 Menyerap gas rumah kaca
Gas rumah kaca merupakan gas-gas polutan utama yang dihasilkan dari pembakaran gas
minyak, batu bara, dan lain sebagainya. Gas rumah kaca ini berpengaruh buruk pada
lingkungan karena menyebabkan pencemaran udara. Sehingga infrastruktur hijau

7
menawarkan solusi pembangunan yang disertai penanaman tumbuhan sehingga gas gas
polutan tersebut dapat diserap oleh vegetasi tersebut.
 Menambah keindahan
Keindahan bukan merupakan hal yang wajib dimiliki oleh setiap orang, tetapi dapat
menjadi nilai tambahan dalam pembangunan infrastruktur.
 Menyediakan tempat rekreasi
Taman merupakan tempat yang baik bagi suatu wilayah karena selain dapat menjadi
tempat rekreasi karena keindahannya, tetapi juga bisa menjadi wilayah untuk menyerap
polutan polutan yang ada di udara.
 Mengurangi erosi tanah
Infrastruktur hijau memberi solusi yang baik untuk erosi tanah yaitu dengan berbagai cara
seperti menampung dan memperlambat air runoff, membuka jalur untuk air agar bisa
diserap tanah, menanam pohon, dan lain sebagainya agar air erosi tanah tidak bertambah
buruk.
 Menjaga keberagaman habitat
Pembangunan infrastruktur juga memiliki banyak sisi buruk seperti menggusur habitat-
habitat hewan agar bisa melakukan pembangunan konstruksi di wilayah itu, oleh karena
itu pembangunan infrastruktur hijau berusaha sekuat mungkin untuk menjaga dan
memelihara wilayah habitat tersebut agar tidak rusak.
 Jalur transportasi
Pembangunan jalur transportasi tidak semuanya berdampak buruk pada lingkungan
karena menutupi air dari penyerapan tanah, tetapi pembangunan jalur transportasi dapat
di buat dengan memodifikasinya agar dapat ditembus air dan diserap tanah.

Fungsi-fungsi ini sangatlah berguna bagi keberlanjutan hidup lingkungan karena dalam
penerapannya, infrastruktur hijau ini menjaga, memelihara, serta memberi solusi terhadap
beberapa masalah lingkungan seperti erosi tanah, gas rumah kaca, menyerap polutan air, dan lain
sebagainya.

2.3 Jenis-jenis Green Infrastructure

1. Bioswale (Wet Or Dry) (Basah atau Kering)

Sistem rembesan air hujan alami yang indah dengan tanaman, bunga serta semak belukar.

8
Bioswale adalah teknik praktik air hujan yang menggunakan tanah, tanaman, dan
mikroba untuk merawat air hujan sebelum diresapkan dan/atau dibuang. Bioswale merupakan
cekungan dangkal yang dipenuhi tanah berpasir dengan lapisan mulsa tebal dan ditanami dengan
vegetasi asli yang padat. Limpasan air hujan yang jatuh di atasnya akan merembes melalui media
tanah yang berfungsi sebagai filter. Selain fungsinya untuk merawat air hujan, bioswale ini jika
dipelihara dengan baik dapat memberikan manfaat estetika pada lokasi penerapannya.
Persyaratan pemeliharaan utama untuk bioswale yaitu pemeriksaan dan perbaikan atau
penggantian komponen daerah bioswale tersebut. Biaya konstruksi untuk bioswale sedikit lebih
besar (mahal) daripada pembangunan lanskap yang diperlukan untuk pengembangan baru, hal ini
juga tergantung dari kondisi tanah serta kepadatan dan jenis tanaman yang digunakan. Sistem
bioswale dapat diterapkan pada berbagai pengembangan komersial, perumahan, dan industri di
berbagai kondisi geologi. Bioswale ini bekerja dengan baik di lokasi kecil dan beberapa area
drainase kecil. Sistem bioswale ini dapat diintegrasikan ke tempat parkir, jalur median, maupun
jalan raya. (Boston Water and Sewer Commission, 2013; Strassler, et al., 1999; California
Stormwater Quality Association, 2003)

Dalam penerapan bioswale memerlukan perhatian khusus terhadap luasan/volume dan


jenis tanah yang akan digunakannya, karena hal ini berhubungan dengan fungsi dari bioswale
yaitu sebagai penyerap air. (Davis, et al., 2001)

2. Lahan Basah Buatan (Constructed Wetland)

Dibuat untuk mengolah air limbah dan mengelola limpasan dengan menghilangkan
sedimen dan polutan.

(Constructed Wetlands) merupakan sebuah komplek rancangan manusia yang terdiri dari
substrat, tanaman, hewan, dan air yang meniru rawa alami untuk kegunaan dan keuntungan
manusia (Hammer, 1989). Ditinjau dari fungsi rawa buatan yang pada umumnya digunakan bagi
keperluan pengolahan air tercemar, rawa buatan dapat didefinisikan sebagai ekosistem rawa
buatan manusia yang didesain khusus untuk memurnikan air tercemar dengan mengoptimalkan
proses-proses fisika, kimia, dan biologi dalam suatu kondisi yang saling berintegrasi seperti yang
biasanya terjadi dalam sistem rawa alami.

9
Sistem pengolahan Constructed Wetlands adalah sistem rekayasa yang telah didisain dan
dibangun dengan memanfaatkan proses alamiah yang melibatkan tumbuhan, tanah, dan
kumpulan mikrobia yang saling berhubungan untuk membantu pengolahan limbah cair.
(Vymazal, 1998). Menurut Hammer, (1986) pengolahan limbah Sistem Constructed
Wetlands didefinisikan sebagai sistem pengolahan yang memasukkan faktor utama, yaitu :

1. Area yang tergenangi air dan mendukung kehidupan tumbuhan air sejenis hydrophyta.
2. Media tempat tumbuh berupa tanah yang selalu digenangi air (basah).
3. Media bisa juga bukan tanah, tetapi media yang jenuh dengan air.

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan penelitian, maka definisi tersebut disempurnakan oleh
(Metcalf & Eddy, 1993), menjadi “Sistem yang termasuk pengolahan alami, dimana
terjadiaktivitas pengolahan sedimentasi, filtrasi, transfer gas, adsorpsi, pengolahan kimiawi dan
biologis, karena aktivitas mikroorganisme dalam tanah dan aktivitas tanaman”.

3. Kolam Kering (Dry Pond)

Kolam yang menahan air setelah hujan dan memungkinkan sedimen untuk menetap
sebelum dibuang.

Kolam detensi adalah suatu kolam yang dimanfaatkan untuk menampung kelebihan air
banjir yang kemudian secara perlahan dialirkan sesuai dengan penurunan aliran yang ada di
saluran drainase atau sungai. Kolam detensi dirancang untuk menahan volume limpasan air
hujan, menyimpannya sementara, dan melepaskannya segera setelah hujan berlalu. Tujuan utama
dari kolam detensi yaitu mengendalikan kuantitas dengan mengurangi laju alir puncak debit air
hujan. Kolam detensi dirancang untuk tidak mempertahankan volume kolam permanen ketika
kejadian limpasan air hujan terjadi. Dan sebagian besar kolam detensi dirancang untuk
mengosongkan air hujan yang tertampung dalam jangka waktu kurang dari 24 jam, sehingga
kapasitas penyimpanan tersedia untuk kejadian limpasan air hujan berikutnya. Hal ini didukung
dengan fasilitas yang berada di bawah kolam berupa pipa outlet. Karena kemampuannya dalam
menahan sejumlah besar limpasan air hujan, kolam detensi cocok untuk ditempatkan pada semua
lokasi, termasuk lokasi yang luas. Kolam detensi dapat digunakan pada wilayah permukiman,
komersial, dan industrial. Kolam detensi memiliki desain yang sederhana sehingga membuat

10
pembangunan dan pengoperasian relatif mudah dan murah. Kolam detensi juga dapat digunakan
untuk kegiatan rekreasi. (Strassler, et al., 1999; Boston Water and Sewer Commission, 2013;
California Stormwater Quality Association, 2003)

Dalam penerapan kolam detensi perlu memperhatikan luasan/volume dan jenis tanah,
mengingat bahwa fungsi dari kolam detensi yang berguna untuk menahan limpasan air hujan
untuk sementara dalam jangka waktu yang terbatas dan meresapkannya secara perlahan ke dalam
tanah, sehingga kuantitas air yang akan tertampung dalam kolam retensi perlu dipertimbangkan
ketika penerapannya (Menerey, 1999).

4. Perencanaan Ekosistem (Ecosystem Planning)

Perencanaan pengembangan kawasan baru yang mempertimbangkan keadaan alami


sekitar dan saluran drainase

5. Saringan Potongan (Filter Strip)

Dirancang untuk menyaring limpasan air hujan

Vegetated filter strip merupakan permukaan vegetasi bergradasi seragam (yaitu rumput
atau vegetasi asli yang tumbuh) yang menerima limpasan dari daerah kedap air di dekatnya.
Vegetated filter strip adalah praktik air hujan yang dirancang untuk mengurangi kecepatan
limpasan air hujan, menangkap sedimen, dan menurunkan volume limpasan air hujan. Vegetated
filter strip paling baik digunakan untuk merawat limpasan air hujan dari jalan raya terdekat,
downspout atap, tempat parkir yang kecil, maupun jalan masuk perumahan. Pada umummnya,
vegetated filter strip merupakan tahap awal perawatan yang efektif untuk bioretensi, dan
digunakan sebagai bagian dari sistem pengangkutan limpasan air hujan dengan praktik air hujan
lainnya. Vegetated filter strip membutuhkan aktivitas perawatan yang minimum (umumnya
hanya perawatan untuk pencegahan erosi dan pemotongan). Jika dirancang dengan benar,
vegetated filter strip dapat memberikan manfaat kualitas air bersamaan dengan daya tarik
estetika yang tinggi. Perlu diketahui bahwa, sistem ini tidak sesuai untuk lokasi industri atau
lokasi dimana tumpahan mungkin terjadi. Biaya untuk vegetated filter strip relatif murah dan
mungkin tumpang tindih dengan biaya pemeliharan lanskap biasa. Biaya sebenarnya dari
vegetated filter strip adalah lahan yang mereka konsumsi. Dalam beberapa situasi, lahan ini
tersedia sebagai tempat terbuang di luar halaman belakang atau dekat dengan pinggir jalan. Akan

11
tetapi, praktik ini sangat mahal apabila harga lahan tinggi dan lahan tersebut dapat digunakan
untuk tujuan lain. (Boston Water and Sewer Commission, 2013; Pennsylvania Department of
Environmental Protection, 2006; California Stormwater Quality Association, 2003)

Dalam penerapan vegetated filter strip perlu mempertimbangkan luasan, jenis tanah,
kemiringan, dan jenis vegetasinya agar nantinya dapat diaplikasikan dalam mengurangi limpasan
air hujan, dimana hal ini sesuai dengan fungsi dan bentuk dari vegetated filter strip. (N.J.
Department of Environmental Protection, 2014)

6. Atap Hijau (Green Roof)

Vegetasi atap yang memberikan nilai ekologis, mengurangi limpasan air hujan, dan
meningkatkan kinerja bangunan.

Green roof merupakan sebagian atau seluruh permukaan atap suatu bangunan yang
ditutupi oleh vegetasi dan media tumbuh yang ditanam diseluruh lapisan/membran yang tahan
air. Seringkali adanya mispersepsi antara green roof dengan roof garden, maka perlu dipahami
bahwa kedua hal tersebut memiliki konsep yang berbeda satu sama lain. Roof garden yaitu
adanya tanaman dalam suatu wadah pot tanaman sehingga terbentuk suatu taman. Berbeda
halnya dengan green roof yaitu sebuah struktur bangunan terintegrasi yang memungkinkan
adanya sistem drainase di seluruh permukaan atap yang menekankan pada
pengelolaan stormwater.

Green roof dikategorikan menjadi tiga berdasarkan kedalaman penanaman dan perawatannya,


yaitu:

1. Extensive green roof: membutuhkan media tanam (tanah) yang dangkal, tanaman yang
digunakan adalah tanaman hias ringan serta biaya perawatan yang relatif murah. Extensif
green roof banyak digunakan pada bangunan rumah.
2. Semi-intensive green roof : membutuhkan media tanam (tanah) yang lebih, mampu
menampung berbagai jenis tanaman dalam jumlah besar, dan membutuhkan struktur
bangunan yang lebih kuat.
3. Intensive green roof : mampu menampung berbagai jenis tanaman baik kecil maupun
besar, memiliki ukuran yang luas dengan struktur bangunan yang besar dan kuat.

12
Intensive green roof banyak digunakan pada bangunan pencakar langit serta dapat
dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi.

7. Dinding Hijau (Green Wall)

Struktur vertical yang dirancang untuk menyerap polusi udara dan berfungsi sebagai
penghalau suara serta menambah keindahan

8. Pagar Tanaman (Hedgerow)

Deretan tanaman yang berfungsi sebagai penyangga angin untuk mengurangi erosi tanah
dan menyediakan habitat satwa liar.

9. Pipa Berlapis (Perforated Pipe)

Pipa bawah tanah dengan lubanglubang kecil yang memungkinkan masuk dan keluar dari
air hujan ke tanah

Pipa Perforated adalah pipa yang diaplikasikan untuk subdrain pada lapangan sepak bola,
lapangan golf, taman, konstruksi jalan dll. Pipa perforated berbentuk berlubang dan bergelombang
memiliki kekuatan yang baik, ringan dan memiliki panjang hingga 50 meter. Pipa
Perforated terbuat dari bahan HDPE dan mudah diaplikasikan dengan kombinasi batu grevel dan
non woven geotextile.

Geopipe adalah pipa plastik yang dipakai untuk pondasi, batuan, tanah, atau pun material
bawah di permukaan yg lain untuk bagian terintegrasi untuk proyek, struktur / pada suatu sistem
sob. Pipa (Hdpe Perforated Corrugated Pipe) memiliki fungsi untuk menampung air yang
berada di dalam tanah & mengalirkannya menuju saluran yg lebih rendah tuhh. Terdapat 2
macam geopipe yakni, single wall (light duty) & doble wall (heavy duty). Dan masing-masing
jenis terdapat 2 jenis yaitu, Perforated (berlubang/ berpori) & Non Perforated (tak Berlubang).

10. Trotoar Permeable (Permeable Pavement)

Permukaan pavement yang cocok untuk lalu lintas kendaraan atau pejalan kaki yang
memungkinkan air menyerap ke dalam tanah.

11. Taman Hujan dan Bioretensi (Rain Garden and Bioretention)

13
Batuan dan tanaman yang disusun untuk mengumpulkan, menyerap, dan menyaring
limpasan air hujan.

12. Panen Hujan (Rain Harvesting)

Penggunaan barrel atau tangki untuk mengumpulkan air hujan dan menambah pasokan
air

13. Penyangga Tepi Sungai (Riparian Buffer)

Vegetasi yang memperlambat aliran air ke sungai, serta mengurangi erosi, sedimentasi,
dan polusi di saluran air.

14. Rendaman, Parit Filtrasi dan Ruang (Soakaways, Infiltration Trenches and Chambers)

Sistem penyimpanan aliran air dibawah tanah

a. Kolam resapan (infiltration basin)

Kolam resapan adalah daerah dangkal yang dirancang untuk menyimpan sementara
limpasan air hujan dan meresapkannya yang berada di atas tanah permeabel dengan dasar
vegetasi. Ukuran dan bentuknya bisa bervariasi dari kolam besar sampai kolam kecil. Sebaiknya
kolam resapan berada pada daerah yang tidak terganggu dengan tanah yang relatif permeabel.
Biaya konstruksi kolam resapan dapat bervariasi tergantung pada konfigurasi, lokasi, kondisi
spesifik lokasi, dll. Kolam resapan ini tidak boleh digunakan di kawasan industri, derah dengan
kepadatan tinggi atau daerah industri berat, area penyimpanan bahan kimia atau pestisida, serta
stasiun pengisian bahan bakar. Kolam resapan dapat menyediakan tempat rekreasi, habitat satwa
liar, atau manfaat estetika disamping fungsinya sebagai pengendali limpasan air hujan.
(Pennsylvania Department of Environmental Protection, 2006; Peterson, et al., 1998)

Penerapan kolam resapan perlu mempertimbangkan luasan/volume dan jenis tanah,


mengingat fungsinya untuk menampung dan meresapkan limpasan air hujan ke dalam tanah.
(Menerey, 1999)

b. Parit resapan (infiltration trench)

14
Parit resapan merupakan praktik air hujan linier berupa penggalian dangkal yang terdiri
dari pipa berlubang yang terus menerus pada kemiringan minimum di parit yang dipenuhi batu.
Parit resapan juga merupakan bagian dari sistem angkut dan dirancang agar peristiwa hujan lebat
disalurkan melalui pipa dengan beberapa pengurangan volume limpasan. Parit resapan
digunakan untuk menangkap limpasan air hujan dari jalan atau tempat parkir. Pada umumnya,
parit resapan memiliki permukaan vegetasi atau kerikil, dan terletak di samping atau
bersebelahan dengan jalan raya atau daerah berpasir yang tidak berventilasi dengan desain yang
tepat. Parit resapan memerlukan pemeliharaan yang sedikit dibandingkan dengan teknik praktik
air hujan lainnya. Perlu diketahui bahwa parit resapan agak mahal jika dibandingkan dengan
teknik praktik air hujan lainnya, dalam hal biaya tiap area yang dirawat, termasuk biaya
konstruksi, desain, dan pemasangan. (Pennsylvania Department of Environmental Protection,
2006; Menerey, 1999; California Stormwater Quality Association, 2003)

Penerapan parit resapan pada umumnya perlu mempertimbangkan luasan/volume dan


jenis tanah, mengingat fungsisnya untuk menampung dan meresapkan limpasan air hujan ke
dalam tanah. (Menerey, 1999)

15. Perluasan Pohon (Tree Canopy Expansion)

Penanaman pohon, pemeliharaan meningkatkan jumlah pohon, yang membantu


membersihkan udara, menyaring air dan memberi naungan.

16. Kolam Basah (Wet Pond)

Kolam permanen besar yang memungkinkan sedimen untuk mengendap serta biofiltrasi
untuk memperlambat dan menyaring air.

Kolam retensi merupakan kolam/bak yang dapat menampung atau meresapkan air hujan
dalam jangka waktu tertentu yang berfungsi untuk memotong puncak banjir yang terjadi pada
badan air/sungai. Kolam retensi merupakan salah satu teknik praktik air hujan yang memiliki
struktur pipa outlet yang tinggi sehingga menciptakan kolam permanen dimana limpasan air
hujan ditahan dan dilemahkan. Selain itu, kolam retensi juga merupakan salah satu teknik praktik
air hujan dengan biaya paling efektif dan banyak digunakan. Kolam retensi yang dirancang
dengan baik dan indah dapat menonjolkan nilai estetika di lokasi pengembangan saat
direncanakan dan pada lokasi yang tepat. Dalam beberapa kasus, kolam retensi dapat digunakan

15
untuk irigasi. Kolam retensi juga dapat digunakan untuk menyediakan habitat satwa liar, manfaat
rekreasi, serta persediaan air untuk perlindungan kebakaran. Namun, sistem ini dirancang
terutama untuk penanganan limpasan air hujan, jadi sebaiknya tidak berada di daerah alami
karena tidak memiliki fungsi ekologis yang sama. (Charlotte-Mecklenburg Government Center,
2013; N.J. Department of Environmental Protection, 2014)

Dalam penerapan kolam retensi perlu mempertimbangkan luasan/volume dan jenis tanah
mengingat fungsinya sebagai penyimpan limpasan air hujan yang nantinya akan dibuang dengan
cara diresapkan ke dalam tanah ataupun diuapkan ke udara. (Menerey, 1999)

17. Xeriscaping

Pengelompokan vegetasi dengan kebutuhan yang sama, khususnya spesies lokal, untuk
mengurangi kebutuhan penyiraman.

2.4 Penerapan Green Infrastructure

Tipe Green Infrastructure Berdasarkan Zonasi:

 Perumahan
 Jalur Pedestrian
 Taman dan Ruang Terbuka Hijau
 Institusi dan Komersil
 Pinggir kota
 Kawasan Pengembangan Baru
 Lahan Pertanian

Penerapan Green Infrastructure pada perumahan

Jenis-jenis green infrastructure yang bisa diterapkan di perumahan adalah bioswale(wet


or dry), green roof, green wall, hedgerow, permeable pavement, rain garden and bioretention,
rain harvesting, tree canopy expansion, xeriscaping.

Manfaat:

 Penambahan vegetasi dan fitur alam lain dapat meningkatkan kualitas udara.

16
 Rain gardens dan bioswales dalam membantu pengisian kembali pasokan air tanah
dan meningkatkan kualitas air.
 Green roof dan green walls dapat mengurangi panas.
 Rain barrels dapat digunakan untuk menyimpan air hujan sebagai sumber air
tambahan untuk bercocok tanam dan mencuci mobil.
 Permeable pavements meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah.

Penerapan Green Infrastructure pada jalur pedestrian

Jenis-jenis green infrastructure yang bisa diterapkan pada jalur pedestrian adalah
bioswale (wet or dry), filter strip, green roof, green wall, hedgerow, rain garden and bioretention,
soakaways,infiltration trenches & chambers, tree canopy expansion, xeriscaping.

Manfaat:

 Penambahan vegetasi dan fitur alam lain dapat meningkatkan estetika yang dapat
meningkatkan kesehatan pengguna. Selain itu dapat menciptakan habitat baru bagi
spesies lokal maupun spesies yang sedang bermigrasi
 Rain gardens dan bioswales membantu menyaring polutan air dan udara

Penerapan Green Infrastructure pada RTH

Jenis-jenis green infrastructure yang bisa diterapkan pada RTH adalah bioswale (wet or
dry), constructed wetland, dry pond, ecosystem planning, green roof, hedgerow, permeable
pavement, rain garden and bioretention, riparian buffer, tree canopy expansion, wet pond,
xeriscaping.

Manfaat :

 Fitur alami dan rekayasa di dalam RTH termasuk pepohonan dan constructed
wetlands menyediakan wadah untuk aktivitas outdoor dan habitat bagi satwa liar
 RTH juga dapat menjaga keseimbangan alam dan berkontribusi dalam mengatasi
perubahan iklim.

Penerapan green infrastruktur pada indonesia

17
A. Pembangunan resort
 Ubud Hanging Garden

Ubud Hanging Garden adalah bangunan Resort yang dibangun pada lahan seluas 3,4 hektar yang
berlokasi di lembah sungai Ayung, Ubud, Bali. Resort ini dibangun pada tapak berkontur curam
yang terdiri dari 38 unit villa. Resort ini memiliki total luas bangunan 5.838 m², yang dilengkapi
dengan fasilitas restaurant, boutique, gallery, perpustakaan, kolam renang, dan spa.

Bentuk bangunan Resort ini mengacu pada Arsitektur Tradisional Bali yang dikemas dalam
wujud modern. Bangunan ini dirancang dengan menggunakan material lokal yang mampu
menghemat energi, seperti batuan alam, dinding bata yang dapat mengurangi panas, kayu yang
memberikan rasa dingin dan material atap yang menggunakan alang-alang setebal 30 cm yang
mampu menahan panas

18
Gambar potongan villa ubud

Bangunan menggunakan penghawaan alami dengan penempatan pond untuk elemen estetika dan
untuk menambah kelembaban udara. Menggunakan lantai terakota untuk mereduksi sinar
matahari yang terik saat siang. Pada bangunan restoran menggunakan material terbarukan, yaitu
bambu sebagai struktur bangunan.

 Garden Villa

Bali Garden Villa merupakan salah satu unit tempat penginapan yang berada di Green Village,
Bali. Bangunan ini memiliki konsep Sustainable Design dimana proses pengambilan material

19
yang berasal dari sumber daya alam hingga pengolahan menggunakan metode yang tidak
membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia (Febriani dkk, 2013). Konsep Sustainable
tersebut terlihat dari material yang digunakan, baik arsitektural maupun interior didominasi oleh
bambu yang merupakan material lokal dan ramah lingkungan.

Garden Villa terdiri dari 3 lantai dengan konstruksi dan interior yang di dominasi material bambu
yaitu kolom dari bambu, dinding anyaman bambu, lantai bambu tali putih dan plafon bambu
lapis. Material lain yang digunakan adalah kaca, batu alam, ijuk, kayu. Garden Villa dirancang
dengan pertimbangan prinsip filosofi Sustainable yaitu meminimalisir dampak negatif terhadap
kesehatan manusia, mengefisiensi energi dan menghemat biaya dari perawatan seperti material
bambu, batu alam yang tidak memerlukan perawatan khusus.

20
Pada Garden Villa terdapat area ruang tengah yang terdiri dari area keluarga, dapur dan area
makan, ruang penyimpanan dan servis. Kemudian area kamar tidur, kamar mandi dan ruang
ganti, di lantai paling atas terdapat mezanin. Semua dinding termasuk pada area kamar mandi
menggunakan material bambu, baik berupa anyaman , bambu utuh dikerat maupun bambu lapis

Kesimpulan Preseden Green Building Dari hasil dua analisis studi preseden di atas maka dapat
ditarik kesimpulan kriteriakriteria bangunan Green Building yang akan diterapkan pada
perancangan hotel transit adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan material lokal atau material yang banyak ditemukan disekitar lokasi perancangan,
seperti penggunaan bambu, kayu, batu alam dan batu bata sehingga memenuhi prinsip efisiensi
energi karena tidak membutuhkan transportasi yang jauh ke tapak.

2. Penggunaan material yang dapat diperbaharui dan mudah di daur ulang, seperti material
bambu yang memiliki siklus hidup cepat yaitu 5 tahun sudah siap panen

3. Menggunakan material yang mampu mereduksi panas matahari seperti batuan alam dan batu
bata sehingga mengurangi penggunaan penghawaan buatan dalam bangunan

B. Pembangunan Gedung
 Gedung Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya

21
1. Dinding menggunakan material batu bata, ditampilkan tanpa penutup (ekspos). Susunan
batu bata pada dinding didesain berlubang sebagai sunscreen dan media sirkulasi udara
sehingga udara segar akan tetap masuk kedalam ruangan

2. Atap menggunakan material sirap kayu, bentuk atap limasan dengan tambahan atap 4
segitiga kecil seperti modifikasi atap limasan trajumas. Atap kecil terbuka dengan
ventilasi berupa krepyak untuk memasukkan udara sehingga panas tidak menumpuk di
bawah atap. Jarak antara langit-langit dan atap jauh, sehingga ada ruang untuk sirkulasi
udara Pada setiap lantai, sepanjang selubung bangunan memiliki kanopi untuk menghalau
radiasi matahari langsung sehingga panas tidak masuk ke dalam ruangan.
3. Bangunan pada level ground floor tidak difungsikan sebagai ruang-ruang tetapi dibiarkan
terbuka sehingga mengurangi kelembaban dari tanah karena sirkulasi udara diatasnya
sangat bebas bergerak.
 Gedung Vocational Education Development Center, Malang

22
1. Dinding menggunakan material batu bata tanpa penutup atau bata ekspos. Dengan bukaan
berupa jendela-jendela kaca dan ventilasi kisi-kisi diatasnya
2. Bangunan dirancang dengan penataan massa yang tipis dan memanjang. Dengan jarak
antar bangunan yang cukup lebar, sehingga memungkinkan semua ruangan di dalam unit-
unit bangunan teraliri udara secara baik.
3. Atap bangunan menggunakan atap miring joglo kampung dengan material penutup atap
berupa genteng tanah liat. Rangka atap selebar 15 meter dibiarkan terbuka, sehingga
memungkinkan terjadi cross ventilation untuk menghalau panas yang terkumpul dibawah
atap, sehingga atap tidak menyimpan panas dan untuk membantu proses pendinginan
suhu di dalam ruang.
4. Overstek atap atau teritisan berada di sepanjang selubung bangunan sebagai shading agar
radiasi matahari tidak masuk melalui jendela-jendela kaca.
 Gedung Wisma Dharmala, Surabaya

23
Bangunan ini terdiri dari 12 lantai dengan bentuk massa memanjang dan cenderung ramping
sehingga memudahkan akses langsung ke ruang-ruang, dengan sinar matahari dan udara segar
yang dapak masuk dengan baik.

1. Untuk menyiasati radiasi panas sinar matahari, rancangan bangunan dibuat dengan teras
yang cukup luas dan kanopi dari material aluminium spandrill pada setiap muka unit
ruang. Fungsinya adalah untuk menghalau sinar ultra violet matahari, hasilnya radiasi
panas yang bisa masuk ke dalam ruangan hanya 20% dan ruang tetap terang dengan
pencahayaan alami yang cukup.
2. Selain teras yang di desain panjang untuk shading, teras tersebut juga memiliki fungsi
untuk menangkap angin. Sehingga adanya pergerakan udara yang cukup di dalam ruang
membuat ruangan tidak panas. Berikut gambar skema treatment terhadap panas matahari
dan penangkap angin

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Green Infrastructure atau infrastruktur hijau merupakan konsep penataan ruang yang
mengaplikasikan infrastruktur ramah lingkungan. Infrastruktur ramah lingkungan ini artinya
infrastruktur yang tidak mengganggu siklus alami lingkungan. Fungsi Green Infrastructure
sangatlah berguna bagi keberlanjutan hidup lingkungan karena dalam penerapannya,

24
infrastruktur hijau ini menjaga, memelihara, serta memberi solusi terhadap beberapa masalah
lingkungan seperti erosi tanah, gas rumah kaca, menyerap polutan air, dan lain sebagainya.

Tipe Green Infrastructure Berdasarkan Zonasi:

 Perumahan
 Jalur Pedestrian
 Taman dan Ruang Terbuka Hijau
 Institusi dan Komersil
 Pinggir kota
 Kawasan Pengembangan Baru
 Lahan Pertanian

DAFTAR PUSTAKA

[1] S. Pengembangan, K. Permukiman, D. Pengembangan, K. Permukiman, dan D. C. Karya,


“Apa itu Green Infrastructure ?”.

[2] J. Ilmiah, M. Jim, dan K. B. Aceh, “2 1) 2),” vol. 3, no. 4, hal. 759–766, 2018.

[3] K. Pustaka, “No Title,” hal. 15–53, 2000.

[4] J. T. Sipil, F. Teknik, dan U. K. Maranatha, “PENGELOLAAN BANGUNAN YANG


RAMAH LINGKUNGAN ( GREEN CONSTRUCTION ) DALAM KONTEKS TEKNIK
SIPIL,” hal. 205–210, 2016.

25
[5] P. P. Penerapan, “Penentuan potensi penerapan infrastruktur hijau dalam mengurangi
genangan di daerah aliran sungai kedurus,” 2017.

[6] Bimastyaji. 2017. "Air Limbah Constructed Wetland (Lahan Buatan)",


https://bimastyaji.wordpress.com/2017/01/30/constructed-wetland-lahan-buatan/, diakses
pada 17 Oktober 2022, pukul 23.10.

[7] Salsabiyla, Afifah. 2018. "Pengertian Material Geopipe",


https://maxprokurnia.co.id/pengertian-material-geopipe/#:~:text=Pipa%20, diakses pada
17 Otober 2022, pukul 23.13.

26

Anda mungkin juga menyukai