Anda di halaman 1dari 8

Dewasa kini, Bandung telah menjadi salah satu kota terbesar dan utama di

Indonesia. Bandung, yang disebut juga sebagai Kota Bunga atau Kota Jasa,
merupakan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia. Pastinya sebagai kota
metropolitan, Bandung ditunjang oleh perkembangan dan pertumbuhan infrastruktur
yang berskala besar untuk melayani masyarakat baik masyarakat Bandung maupun
nonBandung.
Infrastruktur
Infrastruktur dari suatu negara adalah penggambaran sistem negara terhadap fasilitas
umum, termasuk yang dibiayai pemerintah maupun swasta, untuk menyediakan
layanan dan memenuhi kebutuhan dalam bermasyarakat. Hal ini saling berketerkaitan
dengan layanan lalu lintas, tempat berlindung, jasa, dan keamanan. (Associated
General Contractors of America, 1982)

Infrastruktur merupakan kata benda yang berarti prasarana. Infrastruktur (prasarana)


adalah bangunan atau fasilitas fisik yang dikembangkan untuk mendukung
pencapaian tujuan sosial dan ekonomi suatu masyarakat atau komunitas. Dapat
dikatakan pertumbuhan infrastruktur adalah pilar utama sebagai pembuktian
berkembangnya ekonomi masyarakat. Infrastruktur sendiri bukan hanya tertuju pada
bentuk fisik (hard infrastructure) melainkan juga dipaparkan melalui institusi (soft
infrastructure). Dan hal mendasar inilah yang menjadikan infrastruktur penting, yakni
melayani masyarakat.
Bandung Beserta Kelengkapan Infrastruktur
Bandung berjarak 180 km dari kota Jakarta dan memiliki luas 16.729 Ha. Pemerintah
Bandung menyediakan berbagai sarana infrastruktur bagi masyarakat, diantaranya:
1. Pelayanan air bersih dan pengolahan air kotor oleh PDAM Bandung.
2. Persampahan yang dilayani oleh PD Kebersihan Bandung.
3. Layanan Kesehatan berupa 16 Rumah Sakit Umum, 68 Puskesmas, dan 1
Rumah Sakit Khusus.
4. Layanan pendidikan dari segala jenjang mulai TK hingga perguruan tinggi
tertotal sebagai berikut:
: 340
TK
: 1.090
SD
: 131
SLTP / SMP
: 67
SLTA / SMA
: 437
Perguruan Tinggi
5. Jaringan jalan yang terbentang di 16.729 Ha kota Bandung dikelompokkan
sebagai berikut:
Jalan Arteri Primer
: 49.433 meter
Jalan Arteri Skunder
: 26.116 meter
Jalan Kolektor Primer : 31.712 meter
Jalan Kolektor Sekunder : 37.308 meter
Jalan Lokal
: 788.132 meter
6. Transportasi umum dikatagorikan sebagai berikut:
Angkutan kota berupa bus, minibus, taxi dan angkot dengan terminal
Leuwipanjang untuk rute barat dan terminal Cicaheum untuk rute timur.
Bandar udara yakni Bandar Udara Husain Sastranegara.
Kerta Api yang tersebar di 7 stasiun yakni Stasiun Bandung, Stasiun
Kiaracondong, Stasiun Gedebage, Stasiun Cimindi, Stasiun Andir, Stasiun
1

Ciroyom, dan Stasiun Cikudapateuh.


Keberadaan Infrastruktur Jl. Ir. H. Juanda
Bandung memiliki banyak jalan utama namun pada kesempatan kali ini penulis akan
memfokuskan infrastruktur yang berada sepanjang Jl. Ir. H. Juanda atau yang lebih
dikenal masyarakat sebagai Jl. Dago.
Jalan Ir. H. Juanda memiliki panjang total sekitar 2.5 kilometer, membentang
dari arah Dago Pakar yang berakhir di perempatan Jl. R.E. Martadinata (Riau) yang
mengarah ke Bandung Indah Plaza (BIP). Jalan ini juga dilewati melintang langsung
oleh Jl. Layang Pasupati.

Jl. Ir. H. Juanda,


Bandung
Google
Map

Jl. Ir. H. Juanda ini dilengkapi oleh 2 jalur berlawan arah yang dibatasi oleh median
dan tiap jalur terdiri atas 2 lajur searah. Pada jalan disertai juga pedestrian, Jembatan
Penyeberangan Orang (JPO), taman penghijauan, dan saluran air. Jalan ini berada di
utara Bandung menuju selatan Bandung. Penampang Jl. Ir. H. Juanda menurun
menuju Jl. Martadinata dengan kemiringan terhadap Jl. Martadinata sebesar 37.61o.
Saat ini, penulis akan memaparkan hasil pengamatan infrastruktur dari
bentangan Jl. Ir. H. Juanda yang diwakili dari batasan Hotel Geulis hingga pertemuan
Jl. Layang Pasupati.
Domisili Bandung
: Jl. Imam Bonjol No. 47
Infrastruktur yang diamati :
a. Jl. Ir. H. Juanda beserta kelengkapannya:
Penampang jalan
Pedestrian
Saluran air
Rambu-rambu lalu lintas dan penerangan jalan

Hasil Pengamatan Jl. Ir. H. Juanda


b. Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)

0.5
m
4.7
m

2
m

1.2
m

4.7
m
9.9
m

Potongan Jl. Ir. H. Juanda


Penampang Melintang
3

Jalan
Jalan adalah suatu prasarana pendukung transportasi masyarakat umum. Jalan
menyediakan layanan lalu lintas menyangkut kegitan lalu lalang atau gerak semua
benda dan makhluk hidup yang melewati jalan tersebut baik pejalan kaki, kendaraan
bermotor, kendaraan tidak bermotor maupun hewan. Jalan juga berperan sebagai
pengubung antar lokasi yang menunjang masyarakat, yakni rumah rumah, rumah
layanan pendidikan, kota desa, dll.
Acuan utama adalah Undang-Undang nomor 13 tahun 1980 tentang Jalan dan
Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 1985 tentang Jalan. Jalan diklasifikasikan
menjadi3yaknijalanlokal,arteri,dankolektor. Jalan dibangun atau ditingkatkan
untuk memberikan manfaat-manfaat bagi masyarakat, seperti :
1. Membuka isolasi,
2. Mempermudah pengiriman sarana produksi,
3. Mempermudah pengiriman hasil produksi ke pasar, baik yang di desa maupun
yang diluar,
4. Meningkatkan jasa pelayanan sosial, termasuk kesehatan, pendidikan dan
penyuluhan,
5. Prasarana transportasi di bidang ekonomi, sosial budaya, pertahan dan
keamanan,
6. Pendistribusian barang dan jasa,
7. Mengikat dan menghubungkan seluruh warga Indonesia.
Begitu pula peran dan fungsi jalan berlaku di Jl. Ir. H. Juanda. Jalan ini secara
kuantitas, terbagi menjadi 2 jalur berlawanan arah dan tiap jalur terbagi 2 lajur. Jalan
ini menjadi penghubung masyarakat dengan pusat daerah perguruan tinggi, salah
satunya ITB dan Unpad. Jalan ini jga menghubungkan kita dengan penghunian kosan,
perumahan seperti Dago Asri, serta perhotelan seperti Geulis, Holiday Inn, dan Luxus.
Ditinjau dari fisik badan jalan, Jl. Ir. H. Juanda menggunakan konstruksi
perkerasan lentur (Flexible Pavement). Konstruksi ini merupakan perkerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Lapisan-lapisan perkerasan bersifat
memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. Pengkonstruksian jalan
sendiri terbagi menjadi 4 yakni perkerasan lentur, perkerasan kaku, perkerasan
modular, dan perkerasan komposit.
Perbedaan utama antara perkerasan kaku dan lentur diberikan pada tabel 2.1 di
bawah ini.
No

Pembeda

Perkerasan Lentur

Perkerasan Kaku

Bahan pengikat

Aspal

Semen

Repetisi beban

Penurunan tanah
dasar

Timbul Rutting (lendutan


pada jalur roda)
Jalan bergelombang
(mengikuti tanah dasar)

Timbul retak-retak pada


permukaan
Bersifat sebagai balok
diatas perletakan

Perubahan
temperatur

Modulus kekakuan berubah. Modulus kekakuan tidak


Timbul tegangan dalam yang berubah.Timbul tegangan
kecil
dalam yang besar

Sumber : Sukirman, S., (1992), Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari :

Kelengkapansuatujalanterkaitolehbeberapapendukungjalantersebutagar
terjadinyakeseimbangandankenyamananantaralain:
1. Median untuk pemisah jalur pengendara dan digunakan pula sebagai stop
pointbagipenyeberangjalan,
2. Pedestriandisediakanbagiparapejalankakidisepanjangjalantersebut,
3. Kansten/bingkaibetonialahyangselamainikitakenalbilaada pedestrian
biasanya ada bagian yang dihitamputihkan. Bingkai ini dibuat untuk
membatasibadanjalanataupenjepitjalan,
4. Saluranairdibuatuntukpergerakanairbaikpembersihanmaupunhujan.Jalan
pundidukungolehmulutairdantaliairuntukmenyalurkanairpadajalan
menujusaluranair.Biasanyapula,jalandibuatmiringmenujupundakjalan
agarairbisaturunmenujutaliair,
5. Peneranganlampudibutuhkansebagaipendukungpenggunajalandimalam
haridanJPOuntukpenyeberangan,
6. Ramburambu lalu lintas, garis jalan, dan tandatanda jalan dibuat agar
pengguna jalan dapat berlalu lalang dengan teratur. Tandatanda tersebut
digunakanuntukpenertibanberkendaraandanpejalankaki.
Jl.Ir.H.Juandainidilengkapiolehbadanaspaldenganlebar9.9m.Terbagi
menjadi2jalurdenganlebar4.7mdibatasiolehmediandenganlebar0.5m.Median
terbingkai kansten di kedua sisinya. Selain itu, jalan ini dilengkapi 1 pedestrian
beserta saluran air dengan lebar 3.2 m (ditambah 2.4 m taman penghijauan di
beberapajaraktertentu)padakeduapundakjalan. Pedestrian disusundaribatabata
yangdisusunrapi.Untuksaluranairpadasepanjangjalaniniditutupolehpelatpelat
beton.Terdapatbakpengkontrolper5pelatpenutupsaluranair.Terdapatpulatalitali
airyangberjarakpisahsepanjang5mdibagiantaman.
MeskipundemikianmasihterdapatkekurangandariJl.Ir.H.Juandadalam
kelengkapannyabagiterlayaninyapenggunajalan,yakni:
1. Kurangmiringnyabadanjalan,sehinggasaathujan,airtidakbisadenganmudah
menujutaliair,
2. Taliairdanmulutairtermampatkanolehsampahdantumbuhanliarditaman,
3. Tidakterawatnyatamanjalan,
4. KurangnyapenerangandisepanjangJl.Ir.H.Juanda,
5. Banyaklubanglubangpelattermampatkansehinggaairtidakbisamasuk.Selain
itu,masihadadibagiantertentudimanabakkontroltidakterdapatdisetiap5
pelatmelainkanbisamencapaiper14pelat,
6. Susunanbatadi pedestrian tidaktersusunratasehinggamembahayakanpejalan
kaki.
Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)

Gambar Tali Air


(Survei, 25 Januari 2013)

Gambar Saluran Air

Gambar Pedestrian

Gambar Jl. Ir. H. Juanda

Jembatan penyeberangan adalah suatu


fasilitas umum bagi
masyarakat
pejalan
kaki
untuk
melakukan aktivitas
penyeberangan pada ruas jalan tertentu
selain
alternatif
lainnya seperti zebra cross. Pada
umumnya
pemasangan JPO ini diharuskan bila
tidak ada pertemuan
bidang antara pejalan kaki dengan badan
jalan
kendaraan
bermotor.
JPO memiliki fungsi dasr yakni sebagai fasilitas keselamatan perpindahan
moda transportasi pejalan kaki untuk menyeberang di medan jalan yang padat. Selain
itu, JPO juga memiliki fungsi estetika. JPO dibangun dengan mementingkan structural
keindahannya sebagai pelengkap jalan. Hal ini dikarenakan JPO mempertimpangkan
getaran dan kedinamisan dari penggunanya.
Variabel-variabel yang memengaruhi penggunaan serta diadakannya JPO sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kepadatan lalu lintas,


Lebar jalur,
Lokasi,
Aksesibilitas,
Pagar di sekitar trotoar/pedestrian,
Kebutuhan keamanan,
Aktivitas dari pejalan kaki dan kendaraan bermotor di sepanjang jalan
tersebut.
Berdasarkan survei yang dilakukan sepanjang Jl. Ir. H. Juanda, terdapat 6 JPO yang
diadakan oleh pemerintah kota Bandung dan direncanakan akan ditambah. Tertanggal
13 November 2012, JPO di Jl. Ir. H. Juanda mengalami perbaikan.

Gambar JPO Jl. Ir. H. Juanda, 24


Januari 2010
masih berjalan old.kaskus.co.id
sesuai dengan

Saat ini, kondisi fisik JPO secara umum


KepMen PU No. 30 Tahun 2006. Ketinggian JPO dihitung mulai tangga pertama
hingga lanati jembatan sekitar 5.6 m. Ketinggian per satu ana tangga memenuhi
standar yakni 18 cm. Lebar pijakan anak tangga terukur 30 cm. JPO ini dilengkapi
pula dengan railing/balustrade berbeda dengan JPO yang sebelumnya. Konstruksi
jembatan ini dibuat dari baja sedangkan material anak tangga dibuat dari beton.
Panjang JPO diukur dari badan jalan sekitar 12 m. Kemiringan tangga di jembatan
tersebut 45-60o. Berdasarkan data fisik tersebut, keberadaan JPO di Jl. Ir. H. Juanda
ini masih belom memuaskan masyarakat. Banyak masyarakat yang enggan memakai
JPO dikarenakan data fisik ini karena tidak memenuhi kenyamanan manusiawi. Hal
ini membuat JPO kurang efektif dan masyarakat lebih memilih langsung
menyebarang jalan dengan atau tanpa zebra cross.
Upaya Masyarakat Terhadap Jl. Ir. H. Juanda
Pemerintah
Gambar JPO Jl. Ir. H.
Juanda
(Survei, 25 Januari
2013)

kota

Bandung

telah

menyediakan

instansi-instansi

yang
6

bertanggung jawab atas keberlangsungan beroperasinya jalan di Bandung. Terdapat


beberapa istansi milik pemerintah yang terjun langsung dalam bidang jalan
diantaranya:
1.
2.
3.
4.

Dinas Bina Marga dan Pengairan


Dinas Perhubungan
PD Kebersihan
Dinas Pemakaman dan Pertamanan

Namun masyarakat harus turut terlibat serta berparstisipasi dalam menjalankan


fungsi dan peran jalan. Sebab, keefektifan dari suatu infrastruktur harus berjalan
secara horozontal, terdapat interaksi antara penyelenggara dan pengguna sehingga
menghasilkan suatu feedback agar semakin majunya infrastruktur kita. Berikut
beberapa upaya yang dapat dilakukan masyarakat setempat untuk memelihara Jl. Ir.
H. Juanda dan jalan lainnya di Bandung:
1. Peka terhadap sekitar dan aktif berkomunikasi/beraspirasi pada pemerintah salah
satunya dengan meminta perbaikan jalan secara vokal,
2. Menjaga kebersihan dan estetika badan jalan. Bisa kita mulai dengan membuang
sampah pada tempatnya dan memilah sampah tersebut sehingga tali-tali air tidak
mampat,
3. Mengadakan penyuluhan sebagai pendekatan langsung kepada masyarakat sekitar
tentang pentingnya infrastruktur jalan dan pemeliharaannya,
4. Mensosialisasikan peraturan pejalan kaki di sekita jalan, di mana diketatkan larangan
duduk di pundak jalan, JPO, serta parkir di pedestrian,
5. Mematuhi peraturan lalu lintas, muali dari rambu-rambu hingga kaidah menyeberang
jalan,

Namun hingga saat ini masih banyak kegagalan terhadap peran jalan terutama di Jl. Ir.
H. Juanda ini. Masyarakat terlihat kurang peduli terhadap fasilitas yang disediakan
oleh pemerintah. Meskipun berdasarkan ulasa laporan di atas, terdapat banyak
kekurangan atas fasilitas jalan ini, namun tidak menutup pula aktivitas masyarakat
ikut mendukung rusaknya fasilitas. Kegagalan tersebut berakibatkan sebagai berikut:
1. Retaknya badan aspal Jl. Ir. H. Juanda,
2. Tergenangnya air (prabanjir) saat hujan,
3. Rusaknya susunan jalan pedestrian sehingga terdapat lubang-lubang yang
berbahaya bagi pejalan kaki
4. Hilangnya estetika Jl. Ir. H. Juanda dikarenakan sampah yang berserakan serta
taman yang dipenuhi tanaman liar,
5. Meningkatnya tingkat kecelakaan,
6. Kemacetan yang merugikan semua pengguna jalan serta terkurasnya bensin.
7. Hancur dan rusaknya aspal diakibatkan genangan air yang dibiarkan.

Gambar Aktivitas
Masyarakat
(Suvei, 25 Januari 2013)

Gambar Akibat Kegagalan Peran dan


Fungsi

Referensi Utama

www.bandung.go.i
d
www.google.co.id
www.ilmusipil.com

PENGANTAR REKAYASA INFRASTRUKTUR


7

Keberadaan Infrastruktur Jalan Ir. H. Juanda

Disusun oleh:
Denissa Sari Darmawi Purba
16612195

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013

Anda mungkin juga menyukai