Indonesia. Bandung, yang disebut juga sebagai Kota Bunga atau Kota Jasa,
merupakan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia. Pastinya sebagai kota
metropolitan, Bandung ditunjang oleh perkembangan dan pertumbuhan infrastruktur
yang berskala besar untuk melayani masyarakat baik masyarakat Bandung maupun
nonBandung.
Infrastruktur
Infrastruktur dari suatu negara adalah penggambaran sistem negara terhadap fasilitas
umum, termasuk yang dibiayai pemerintah maupun swasta, untuk menyediakan
layanan dan memenuhi kebutuhan dalam bermasyarakat. Hal ini saling berketerkaitan
dengan layanan lalu lintas, tempat berlindung, jasa, dan keamanan. (Associated
General Contractors of America, 1982)
Jl. Ir. H. Juanda ini dilengkapi oleh 2 jalur berlawan arah yang dibatasi oleh median
dan tiap jalur terdiri atas 2 lajur searah. Pada jalan disertai juga pedestrian, Jembatan
Penyeberangan Orang (JPO), taman penghijauan, dan saluran air. Jalan ini berada di
utara Bandung menuju selatan Bandung. Penampang Jl. Ir. H. Juanda menurun
menuju Jl. Martadinata dengan kemiringan terhadap Jl. Martadinata sebesar 37.61o.
Saat ini, penulis akan memaparkan hasil pengamatan infrastruktur dari
bentangan Jl. Ir. H. Juanda yang diwakili dari batasan Hotel Geulis hingga pertemuan
Jl. Layang Pasupati.
Domisili Bandung
: Jl. Imam Bonjol No. 47
Infrastruktur yang diamati :
a. Jl. Ir. H. Juanda beserta kelengkapannya:
Penampang jalan
Pedestrian
Saluran air
Rambu-rambu lalu lintas dan penerangan jalan
0.5
m
4.7
m
2
m
1.2
m
4.7
m
9.9
m
Jalan
Jalan adalah suatu prasarana pendukung transportasi masyarakat umum. Jalan
menyediakan layanan lalu lintas menyangkut kegitan lalu lalang atau gerak semua
benda dan makhluk hidup yang melewati jalan tersebut baik pejalan kaki, kendaraan
bermotor, kendaraan tidak bermotor maupun hewan. Jalan juga berperan sebagai
pengubung antar lokasi yang menunjang masyarakat, yakni rumah rumah, rumah
layanan pendidikan, kota desa, dll.
Acuan utama adalah Undang-Undang nomor 13 tahun 1980 tentang Jalan dan
Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 1985 tentang Jalan. Jalan diklasifikasikan
menjadi3yaknijalanlokal,arteri,dankolektor. Jalan dibangun atau ditingkatkan
untuk memberikan manfaat-manfaat bagi masyarakat, seperti :
1. Membuka isolasi,
2. Mempermudah pengiriman sarana produksi,
3. Mempermudah pengiriman hasil produksi ke pasar, baik yang di desa maupun
yang diluar,
4. Meningkatkan jasa pelayanan sosial, termasuk kesehatan, pendidikan dan
penyuluhan,
5. Prasarana transportasi di bidang ekonomi, sosial budaya, pertahan dan
keamanan,
6. Pendistribusian barang dan jasa,
7. Mengikat dan menghubungkan seluruh warga Indonesia.
Begitu pula peran dan fungsi jalan berlaku di Jl. Ir. H. Juanda. Jalan ini secara
kuantitas, terbagi menjadi 2 jalur berlawanan arah dan tiap jalur terbagi 2 lajur. Jalan
ini menjadi penghubung masyarakat dengan pusat daerah perguruan tinggi, salah
satunya ITB dan Unpad. Jalan ini jga menghubungkan kita dengan penghunian kosan,
perumahan seperti Dago Asri, serta perhotelan seperti Geulis, Holiday Inn, dan Luxus.
Ditinjau dari fisik badan jalan, Jl. Ir. H. Juanda menggunakan konstruksi
perkerasan lentur (Flexible Pavement). Konstruksi ini merupakan perkerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Lapisan-lapisan perkerasan bersifat
memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. Pengkonstruksian jalan
sendiri terbagi menjadi 4 yakni perkerasan lentur, perkerasan kaku, perkerasan
modular, dan perkerasan komposit.
Perbedaan utama antara perkerasan kaku dan lentur diberikan pada tabel 2.1 di
bawah ini.
No
Pembeda
Perkerasan Lentur
Perkerasan Kaku
Bahan pengikat
Aspal
Semen
Repetisi beban
Penurunan tanah
dasar
Perubahan
temperatur
Sumber : Sukirman, S., (1992), Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung
Kelengkapansuatujalanterkaitolehbeberapapendukungjalantersebutagar
terjadinyakeseimbangandankenyamananantaralain:
1. Median untuk pemisah jalur pengendara dan digunakan pula sebagai stop
pointbagipenyeberangjalan,
2. Pedestriandisediakanbagiparapejalankakidisepanjangjalantersebut,
3. Kansten/bingkaibetonialahyangselamainikitakenalbilaada pedestrian
biasanya ada bagian yang dihitamputihkan. Bingkai ini dibuat untuk
membatasibadanjalanataupenjepitjalan,
4. Saluranairdibuatuntukpergerakanairbaikpembersihanmaupunhujan.Jalan
pundidukungolehmulutairdantaliairuntukmenyalurkanairpadajalan
menujusaluranair.Biasanyapula,jalandibuatmiringmenujupundakjalan
agarairbisaturunmenujutaliair,
5. Peneranganlampudibutuhkansebagaipendukungpenggunajalandimalam
haridanJPOuntukpenyeberangan,
6. Ramburambu lalu lintas, garis jalan, dan tandatanda jalan dibuat agar
pengguna jalan dapat berlalu lalang dengan teratur. Tandatanda tersebut
digunakanuntukpenertibanberkendaraandanpejalankaki.
Jl.Ir.H.Juandainidilengkapiolehbadanaspaldenganlebar9.9m.Terbagi
menjadi2jalurdenganlebar4.7mdibatasiolehmediandenganlebar0.5m.Median
terbingkai kansten di kedua sisinya. Selain itu, jalan ini dilengkapi 1 pedestrian
beserta saluran air dengan lebar 3.2 m (ditambah 2.4 m taman penghijauan di
beberapajaraktertentu)padakeduapundakjalan. Pedestrian disusundaribatabata
yangdisusunrapi.Untuksaluranairpadasepanjangjalaniniditutupolehpelatpelat
beton.Terdapatbakpengkontrolper5pelatpenutupsaluranair.Terdapatpulatalitali
airyangberjarakpisahsepanjang5mdibagiantaman.
MeskipundemikianmasihterdapatkekurangandariJl.Ir.H.Juandadalam
kelengkapannyabagiterlayaninyapenggunajalan,yakni:
1. Kurangmiringnyabadanjalan,sehinggasaathujan,airtidakbisadenganmudah
menujutaliair,
2. Taliairdanmulutairtermampatkanolehsampahdantumbuhanliarditaman,
3. Tidakterawatnyatamanjalan,
4. KurangnyapenerangandisepanjangJl.Ir.H.Juanda,
5. Banyaklubanglubangpelattermampatkansehinggaairtidakbisamasuk.Selain
itu,masihadadibagiantertentudimanabakkontroltidakterdapatdisetiap5
pelatmelainkanbisamencapaiper14pelat,
6. Susunanbatadi pedestrian tidaktersusunratasehinggamembahayakanpejalan
kaki.
Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)
Gambar Pedestrian
kota
Bandung
telah
menyediakan
instansi-instansi
yang
6
Namun hingga saat ini masih banyak kegagalan terhadap peran jalan terutama di Jl. Ir.
H. Juanda ini. Masyarakat terlihat kurang peduli terhadap fasilitas yang disediakan
oleh pemerintah. Meskipun berdasarkan ulasa laporan di atas, terdapat banyak
kekurangan atas fasilitas jalan ini, namun tidak menutup pula aktivitas masyarakat
ikut mendukung rusaknya fasilitas. Kegagalan tersebut berakibatkan sebagai berikut:
1. Retaknya badan aspal Jl. Ir. H. Juanda,
2. Tergenangnya air (prabanjir) saat hujan,
3. Rusaknya susunan jalan pedestrian sehingga terdapat lubang-lubang yang
berbahaya bagi pejalan kaki
4. Hilangnya estetika Jl. Ir. H. Juanda dikarenakan sampah yang berserakan serta
taman yang dipenuhi tanaman liar,
5. Meningkatnya tingkat kecelakaan,
6. Kemacetan yang merugikan semua pengguna jalan serta terkurasnya bensin.
7. Hancur dan rusaknya aspal diakibatkan genangan air yang dibiarkan.
Gambar Aktivitas
Masyarakat
(Suvei, 25 Januari 2013)
Referensi Utama
www.bandung.go.i
d
www.google.co.id
www.ilmusipil.com
Disusun oleh:
Denissa Sari Darmawi Purba
16612195