Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOPOK

Konsep Green Infrastructure (GI)


(Tugas ini disusun guna memenuhi nilai tugas mata kuliah Manajemen Infrastruktur Hijau)

Dosen Pengampu:

A. Andini R.P, S.Sos., M.Si., PhD

Disusun Oleh Kelompok 2:

Robi Ferdian 2212231020


Yusup Sudrajat 2212231008
Abdul Rosyid 2212231019
Hasan Asyari 2212231023
Garwin Garata 2212231028
Muhammad Ilham Rizki 2212231012
Luthfi Hadi Prasetyo 2212231021
Chikal Ramadhan Pramuji 2212231022
M.Robby Indrawan 2212231024

MAGISTER TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP
BANDUNG

2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat-nya sehingga
makalah tugas kelompok dengan topik Konsep Green Infrastructure ini dapat tersusun
hingga selsai. Tugas ini dibuat untuk memenuhi sasaran perkuliahan pada mata kuliah Green
Inftastructure Management. Kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan pemikiran maupun materinya.
Besar harapan kami untuk dapat mendiskusikan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan
wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandung, Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................4
1.2 Tujuan..........................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah.......................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Infrakstruktur Hijau..................................................6
2.2 Jenis-jenis Infrakstuktur Hijau....................................................7
2.3 Tujuan Infrakstuktur Hijau........................................................13
2.4 Studi Kasus Infrakstuktur Hijau................................................14
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan...............................................................................18
3.2 Saran..........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan sumber daya lahan semakin meningkatkan
kebutuhan penataan lingkungan terutama di kawasan perkotaan. Pertumbuhan suatu kawasan
juga sering kali kurang memperhatikan nilai ekosistem. Alhasil, keberadaan ruang terbuka
hijau pun bukan termasuk prioritas dalam pengembangan suatu kawasan. Efeknya adalah
terjadinya ketidakseimbangan sistem lingkungan yang meliputi air, tanah dan udara yang
menyebabkan kualitas semakin menurun. Berbagai negara telah mulai mempraktekan sebuah
konsep untuk menjaga keberlangsungan sistem tersebut, yaitu dengan menerapkan konsep
infrastruktur hijau dalam rencana pengembangan kawasan (Setiyono & Sidiq, 2018).
Proses pengkotaan atau urbanisasi dewasa ini sudah menjadi realitas global, dimana
lebih dari separuh penduduk dunia tinggal di kawasan perkotaan (United Nation, 2018).
Kawasan perkotaan merupakan wilayah yang memounyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi (Undang-
Undang No. 26 Tahun 2007). Pada tahun 2015, jumlah penduduk yang berada di kawasan
perkotaan di Indonesia sudah melebihi angka 50%. Pada tahun 2020 presentase jumlah
penduduk yang ada di kawasan perkotaan sebesar 56,7 % dan meningkat menjadi 66,6% pada
tahun 2035 (Bappenas, 2013).
Perkembangan kawasan perkotaan menjadi area terbangun melalui pengalih fungsian
ruang terbuka hijau secara masif akan berdampak pada menurunnya daya dukung kawasan
perkotaan dalam mempertahakan kualitas lingkungan di kawasan perkotaan seperti
meningkatnya potensi bencana alam (longsor dan banjir) serta menurunnya jasa ekosistem
alami (Kim dkk, 2016, Pravitasari, dkk, 2018; Nampak dkk, 2018). Megingat pentingnya
ruang terbuka hijau dalam mendukung keberlanjutan kawasan perkotaan, maka Pemerintah
Republik Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan
ruang yang mengamanatkan penyediaan kawasan hijau atau RTH minimal sebesar 30% dari
luas wilayah kota dimana 20% merupakan RTH publik dan 10 % merupakan RTH privat.
Letentuan minimal jumlah ruang terbuka hijau dikawasan perkotaan diharapkan
perkembangan kawasan perkotaan dapat berkelanjutan.

4
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui definisi atau teori mengenai infrakstuktur hijau dan jenis-jenis nya yang
dapat diterapkan di lingkungan, serta manfaat infrakstuktur hijau terhadap penanggulangan
bencana yang disebabkan oleh global warming.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian atau teori dari infrakstuktur hijau?
2. Bagaimana keterkaitan infrakstuktur hijau dengan lingkungan?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Infrakstuktur Hijau


Green infrastucture juga diartikan sebagai konsep penataan ruang yang
mengaplikasikan infrastruktur yang ramah lingkungan. Dalam arti lain adalah infrastruktur
tersebut tidak merusak lingkungan dan tidak mengganggu siklus alami material-material di
lingkungan. Perbedaan metode pelaksanaan antara green infrastucture dengan konvensional
memberikan pengaruh pada dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan (Rutherford, S.
2007).
Dalam Green Infrastructure Think Tank (GrITT), 2007 disebutkan bahwa
Infrastruktur hijau adalah sistem pendukung area kehidupan dan merupakan komponen
jaringan dengan alam dan lingkungan yang terdapat antara kota dan desa yang memberikan
manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Infrastruktur hijau merupakan jaringan ruang terbuka hijau (RTH) kota untuk
melindungi nilai dan fungsi ekosistem alami yang dapat memberikan dukungan kepada
kehidupan manusia (Green Infrastructure: Smart Conservation for the 21st Century, 2001).
Green infrastructure adalah jaringan infrastruktur yang saling berhubungan antara
ruang terbuka dan daerah alam, seperti lahan basah, taman, dengan mempertahankan hutan
dan vegetasi tanaman asli, yang secara alami mengelola stormwater, mengurangi resiko
banjir dan meningkatkan kualitas air. Infrastruktur hijau biasanya biaya lebih sedikit untuk
instalasi dan pemeliharaan bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk infrastruktur tradisional.
Proyek infrastruktur hijau juga memupuk kekompakan masyarakat dengan melibatkan semua
warga dalam perencanaan, penanaman dan pemeliharaannya (EEA, 2011).
Infrastruktur Hijau adalah sebuah konsep, upaya, atau pendekatan untuk menjaga
lingkungan yang berkelanjutan melalui penataan ruang terbuka hijau dan menjaga proses-
proses alami yang terjadi di alam seperti siklus air hujan dan kondisi tanah. Konsep
infrastruktur hijau adalah membentuk lingkungan dengan proses alami yang terjaga; meliputi
manajemen air hujan, manajemen kualitas air, hingga pada mitigasi banjir. Arah dari
penerapan infrastruktur hijau adalah untuk mendukung communities development dengan
meningkatkan kondisi lingkungan dan memelihara ruang terbuka hijau (EPA, 2013).
Jaringan infrastruktur hijau menurut Benedict dan McMahon (2006) adalah sistem
kawasan alami dan ruang terbuka yang saling terkait dan menjaga nilai ekosistem, menjaga
kondisi udara dan air, serta memberikan manfaat bagi penduduk dan makhluk hidup lain.

6
Jaringan infrastruktur hijau, setelah terbentuk, dapat menjadi suatu framework acuan untuk
pembangunan kedepan dan sebagai upaya konservasi lahan untuk mengakomodasi
pertumbuhan populasi penduduk, sembari tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam dan
aset publik.

2.2 Jenis-jenis Infrakstruktur Hijau


Menurut sumber; A Green Infrastructure Guide Small Cities, Towns, and Rural
Communities oleh Green Infrastructure Ontario. Green infrastrukture dibagi dalam beberapa
jenis sebagai berikut:
1. BIOSWALE (WET OR DRY)
Bioswale merupakan alat saring air hujan yang biasanya berada pada pinggir
perkerasan tanah seperti parkir dan jalan, fungsinya adalah untuk menjaga kuantitas
air hujan yang dapat dipakai kembali. Selain itu, Bioswale juga meningkatkan
kualitas limbah air hujannya. Bioswale juga termasuk sebagai jalur vegetasi karena
diatas Bioswale dapat menanam tanaman. Tanaman ini akan tumbuh subur karena
dibawahnya terdapat cadangan air dari saringan Bioswale.
Pembuatan Bioswale sendiri pada awalnya berasal dari sebagian kecil area
tanah digali, kemudian pada bagian dasar galian diberi pipa drainase. Setelahnya pipa
drainase di lapisi oleh krikil, kemudian krikil tersebut ditimbun oleh lapisan tanah
dengan permeabilitas tinggi dan zat organik. Setelah itu, untuk memastikan air hujan
mengalir menuju area Bioswale, level ketinggian tanah area Bioswale dibuat lebih
rendah dibanding level ketinggian perkerasan tanah disekitarnya. dan perkerasan
disebelahnya dibuat menjorok ke arah Bioswale agar tidak terjadi genangan pada
sekitar Bioswale.
Cara kerja dari Bioswale yaitu pertama-tama air hujan akan menuju Bioswale
karena perkerasan akan menjorok kedalam Bioswalenya. Kemudian air hujan tersebut
akan tersaring oleh tanahnya, sebagian air hujan akan menetap dan menjadi air
cadangan bagi vegetasi diatasnya, lalu air hujan yang berlebih akan disaring lagi oleh
kerikil dan menuju pipa drainase yang kemudian menyalurkan air hujan berlebih ke
sumur resapan atau RIOL.
2. GREEN ROOF
Green Roof adalah cara yang efektif dalam penanggulangan global warming
yang sedang marak terjadi. salah satu dari dampak global warming adalah terjadinya

7
kelangkaan air bersih akibat kerusakan sumber air dan mengeringnya sumber sumber
air yang dapat dipakai.
Green roof dapat berdampak ekologis terhadap lingkungan secara positif, ini
dapat dilihat dari efek penyerapan panas yang besar apabila hanya menggunakan atap
biasa yang berujung bangunan menjadi panas dan harus sering menggunakan AC
yang mengakibatkan pemborosan energi. Dengan menggunakan green roof,
penyerapan panas melalui atap dapat dikurangi. selain itu green roof yang penutup
atapnya menggunakan tanaman juga dapat mendukung produksi O2.
Dalam konservasi air, green roof dapat menggunakan sistem rain water
harvesting dengan atap dapat digunakan sebagai filter awal dalam rain water
harvesting, green roof memiliki beberapa lapis jenis material untuk mendukung
sistem rain water harvesting, air hujan diserap oleh lapisan tanah. Sebagian dipakai
untuk kebutuhan lapisan vegetasi, sementara itu sisanya yang diserap oleh lapisan
tanah terfilter dan disalurkan ke tangki RHS melalui drainage pipe. kemudian air
hasil tampungan tersebut dapat dibuang ke drainase atau direkomendasi dipakai lagi
untuk menyiram tanaman atau sebagai flush toilet.
3. CONSTRUCTED WETLAND
Constructed Westland adalah inovasi sistem yang telah dirancang dan
diciptakan untuk menggunakan proses alami yang melibatkan tanaman air, tanah, dan
mikroorganisme yang tersangkut.
Constructed Westkand dirancang untuk mengambil keuntungan dari proses
penanganan air limbah secara natural. Fungsi utama dari Constructed Westland adalah
untuk membantu menangani atau memproses air limbah.
Walaupun memiliki beberapa jenis, secara tipikalnya constructed wetland
memiliki tanaman air yang muncul dari cekungan dangkal yang ditutup atau terdiri
dari beberapa cekungan yang mengandung tanah berakar sedalam 20-30 cm dengan
kemudian juga terdapat air dengan kedalaman 20-40cm, lalu biasanya area yang
ditanami oleh tanaman cukup banyak sekitar lebih dari 50%. penanganan air limbah
terjadi karena terdapat proses filtrasi yang dilakukan oleh mikrobamikroba yang hidup
dari tanaman air. Selain itu limbah organik yang disiram alirkan ke constructed
wetland dapat menyuburkan tanaman air.
Proses awalnya adalah limbah masuk ke constructed wetland melalui pipa
inlet pada bagian pinggir atas cekungan. akan tetapi tidak langsung ke air didalamnya,
akan tetapi difilter terlebih dahulu oleh pasir pada pinggir constructed wetland.

8
setelah itu baru limbah melanjutkan proses filtrasinya oleh tanaman. Selanjutnya larut
dengan air, kemudian air dikeluarkan melalui pipa inlet yang terhubung ke standup
pipe untuk menjaga volume air pada dalam cekungan .
4. FILTER STRIP
Filter strip pada dasarnya hampir sama dengan bioswale, dengan fungsi
sebagai taman hujan yang menyerap dan memfiltrasi limpasan air hujan dari jalan
kendaraan. Pada permukaan berupa taman hijau seperti rumput, tanaman bunga,
semak belukar, dan pohon tanpa adanya lapisan perkerasan dibawahnya dan langsung
terserap ke tanah.
5. DRY POND
Dry pond adalah sebuah cekungan yang membentuk kolam, akan tetapi pada
keadaan normal cekungan ini akan tetap kering dan kosong saat tidak sedang
digunakan. Kegunaan dari rancangan ini adalah sebagai tempat tampung air hujan
sementara agar tidak terjadi banjir secara tiba-tiba apabila hujan deras.
Dry pond tidak harus berukuran besar. ada pula ukuran dry pond yang kecil,
biasanya dry pond yang berukuran kecil berada pada halaman rumah, lalu dry pond
yang berukuran besar digunakan untuk menampung air hujan dalam skala kawasan.
Dry pond besar biasanya mempunyai tanda bahaya, hal ini dikarenakan apabila saat
turun hujan, dry pond akan cepat terisi. Kemudian untuk dry pond yang berukuran
kecil pada sekitarnya dapat diberi vegetasi. kadang pemberian vegetasi justru
dianjurkan karena dapat berfungsi sebagai pengurang polutan dari air hujan. Beberapa
dry pond juga diberi agregat untuk filtrasi, cara kerja dari dry pond adalah yang
pertama saat hujan turun, air yang turun dari atap, mengalir dari jalan, halaman,
semua memasuki dry pond terlebih dahulu melalui pipa inlet, kemudian air yang
terkumpul secara sementara dikeluarkan oleh pipa outlet, akan tetapi agar tidak terjadi
banjir, debit air yang dikeluarkan oleh pipa outlet harus kecil agar pengeluaran air
tampungan tidak secara tiba-tiba.
6. ECOSYSTEM PLANNING
Ecosystem Planning adalah perencanaan pengembangan kawasan baru yang
mempertimbangkan keadaan alami sekitar dan saluran drainase.
7. GREEN WALL
Green Wall merupakan struktur vertikal yang dirancang untuk menyerap polusi
udara dan berfungsi sebagai penghalau suara serta menambah keindahan.

9
8. RAIN HARVESTING
Rainwater harvesting atau pemanenan air hujan adalah teknik atau kegiatan
dalam menampung air hujan secara lokal atau di setiap perumahan sendiri dan
menyimpan air tersebut melalui berbagai teknologi, untuk penggunaan di masa depan
dan untuk memenuhi tuntutan konsumsi manusia atau kegiatan manusia. Definisi
yang lain dari pemanenan air hujan (rainwater harvesting) adalah dengan cara
pengumpulan, penyimpanan, dan pendistribusian air hujan dari atap yang nantinya
dapat digunakan di dalam rumah, di luar rumah, maupun bisnis, terdapat dua cara
untuk menerapkan teknik atau aktivitas pemanenan air hujan, yaitu dengan cara
ditampung di bagian luar dari bangunan, dan juga dapat ditampung di bawah tanah.
Cara yang paling mudah adalah dengan ditampung di luar rumah yang hanya
memerlukan tiga bahan utama berupa atap, talang air hujan/pipa, dan tempat
penampungan terakhir seperti toren atau bahkan guci liat dapat juga digunakan
dengan fungsi untuk menampung air hujan. Cara yang satu lagi dibilang cukup rumit
dan perlu pengerjaan yang lebih dikarenakan harus adanya digali tanah untuk
ditempatkan penampungan air, tetapi dengan cara ini mempunyai kelebihan dalam
tempat penampung yang lebih besar dan juga area yang lebih banyak untuk kegiatan
di permukaan luar rumah.
9. HEDGEROW
Hedgreow merupakan deretan tanaman yang berfungsi sebagai penyangga
angin untuk mengurangi erosi tanah dan menyediakan habitat satwa liar.
10. RAIN GARDEN AND BIORETENTION
Rain garden atau taman air hujan adalah kebun atau taman berupa cekungan
yang mengumpulkan air hujan dan limpasan dari stormwater yang dirancang untuk
menangkap dan menyaring limpasan air tersebut dengan media perantara berupa
tanaman, memperlambat stormwater pada saat dikirimkan, memberikan stormwater
lebih banyak waktu untuk diserap dan disaring perlahan ke dalam tanah.
Stormwater adalah air hujan yang tidak terserap oleh tanah dan kemudian
mengalir di jalan-jalan, genteng, dan sebagainya. Limpasan air ini berbahaya karena
mengandung polutan, antara lain logam berat, bakteri, minyak dari tumpahan oli
kendaraan, solids, dan nutrien. Rain garden idealnya berlokasi di tanah yang lebih
rendah dan dekat dengan sumber limpasan. Selain itu tidak jauh dengan rain garden
ada juga Bioretensi. Bioretensi adalah teknologi dengan menanamkan unsur tanaman

10
dan air di dalam suatu bentang lahan dengan semaksimal mungkin meresapkan air
kedalam tanah supaya supaya selama mungkin berada di dalam Daerah Aliran Sungai
(DAS) untuk mengisi aquifer, sehingga air dapat dikendalikan dan dimanfaatkan
kembali untuk kepentingan masyarakat.
11. PERFORATED PIPE
Perforated Pipe adalah pipa bawah tanah dengan lubang-lubang kecil yang
memungkinkan masuk dan keluar dari air hujan ke tanah.
12. PERMEABLE PAVEMENT
Permeable Pavement atau yang bisa di artikan sebagai trotoar yang berpori
adalah alat penghijau yang berfungsi tidak jauh seperti alam sendiri, yaitu dimana jika
ada air hujan yang turun, tidak akan memblokir aliran air dari permukaan trotoar
tersebut ke dalam tanah, melainkan dengan cara penyusunan agregat-agregat dengan
ukuran yang berbeda-beda agar dapat memfilter air hujan yang turun ke dalam trotoar.
Lebih jelasnya adalah dimana blok seperti conblock atau paving block menjadi alas di
luar sebagai fungsi utama dalam beraktifitas seperti lewatnya kendaraan dan dicela
daripada conblock ini terdapat block filler sand untuk memfilter air ke bagian
bawahnya yaitu pasir alas/sand bedding, setelah mengalir dari alas pasir, air turun ke
dalam lapisan pondasi/base dan akhirnya turun ke agregat filter terakhir yaitu lapisan
pondasi dan akhirnya turun ke tanah atau ke dalam saluran air, permukaan pavement
yang digunakan untuk lalu lintas kendaraan atau pejalan kaki yang memungkinkan
untuk air menyerap ke dalam tanah.
13. RIPARIAN BUFFER
Riparian buffer atau mintakat riparian adalah mintakat peralihan antara sungai
dengan daratan. Wilayah ini memiliki karakter yang khas, karena perpaduan
lingkungan perairan dan daratan. Salah satunya, komunitas tumbuhan pada mintakat
ini dicirikan oleh tumbuhan yang beradaptasi dengan perairan, yakni jenis-jenis
tumbuhan hidrofilik yang dikenal sebagai vegetasi riparian. Riparian berasal dari
bahasa Latin yaitu ripa, yang berarti “tepian sungai”. Wilayah riparian bisa berbentuk
alami atau terbangun untuk keperluan stabilisasi tanah atau rehabilitasi lahan.
Mintakat ini merupakan biofilter alami yang penting, yang melindungi lingkungan
akuatik dari sedimentasi yang berlebihan, limpasan air permukaan yang terpolusi, dan
erosi tanah. Zona ini juga menyediakan perlindungan dan makanan untuk banyak
jenis hewan akuatis, dan juga naungan yang penting dalam pengaturan temperatur

11
perairan. Banyak karakter yang menunjukkan kapasitas wilayah ini sebagai mintakat
penyangga (bufferzone) bagi kawasan di sekitarnya.
14. XERISCAPING
Xeriscaping adalah proses lansekap atau berkebun yang mengurangi atau
menghilangkan kebutuhan air tambahan dari irigasi dengan teknik pengairan yang
efisien, pengelompokan jenis tanaman berdasarkan kebutuhannya terhadap air,
tanaman yang butuh air dan tanaman yang memerlukan sedikit air. Dengan begitu
penggunaan air untuk menyiram bisa dihemat. Xeriscaping telah menjadi sangat
popular di beberapa daerh karena memanfaat lingkungan dan keuangannya. Aspek
lingkungan terpenting dari xeriscaping adalah memiliki vegetasi yang sesuai untuk
iklim. Xeriscaping sering mengganti rumput dengan tanah, batu dan spesies tanaman
yang tahan kekeringan. Pohon-pohon seperti myrtle, katkus yang tahan terhadap
kekeringan. Lansekap xeriskap membutuhkan lebih sedikit perawatan dibandingkan
dengan area yang ditanami rumput dan tanaman padat air, pengelompokan vegetasi
dengan kebutuhan yang sama, khususnya spesies lokal untuk mengurangi kebutuhan
penyiraman
15. SOAKAWAYS,INFILTRATION TRENCHES AND CHAMBERS
Soakaways adalah sebuah sistem penyimpanan air yang berada di dalam tanah
untuk menampungan limpasan air hujan. Memiliki bentuk galian persegi atau bundar
di isi dengan puing-puing atau dilapisi dengan batu bata, beton pra-cetak atau cincin
polietilen / struktur penyimpanan berlubang dikelilingi oleh butiran backfill. Mereka
dapat dikelompokkan dan dihubungkan bersama untuk mengalirkan area yang luas
termasuk jalan raya. Struktur pendukung dan pengisian ulang dapat diganti dengan
unit modular atau geoseluler.
16. WET POND
Wet pond adalah suatu cekungan atau kolam yang dapat menampung atau
meresapkan air sementara yang terdapat di dalamnya. Berfungsi untuk mengendap
serta biofiltrasi yang dapat memperlambat dan menyaring limpasan air hujan
(pengendalian banjir).
Wet pond membutuhkan area drainase yang memadai, didalam cuaca kering
atau aliran dasar untuk mempertahankan volume dan kualitas lingkungan pada kolam
permanen . Karena itu, wet pond memerlukan area drainase minimal seluas 20 hektar
Kolam permanen besar yang memungkinkan sedimen untuk mengendap serta
biofiltrasi untuk memperlambat dan menyaring air.

12
17. TREE CANOPY EXPANSION
Tree Canopy Explansion adalah penanaman pohon, pemeliharaan peningkatan
jumlah pohon, membantu membersihkan udara, menyaring air, dan memberi naungan.

2.3 Tujuan Infrakstuktur Hijau


Tujuan penerapan jaringan infrastruktur hijau diantaranya:
- menginspirasi masyarakat untuk melindungi lingkungan alam yang penting bagi
kelangsungan hidup selanjutnya
- menemukan jaringan hubungan dari lahan alami dan air guna memperoleh manfaat
sebanyak mungkin bagi kehidupan
- menerapkan pentingnya kesempatan untuk melindungi aset alami melalui upaya
konservasi dan strategi pengembangan ekonomi yang terintegrasi. Diharapkan dengan
menerapkan konsep tersebut, keberlangsungan sumberdaya lingkungan di masa yang
akan datang akan tetap terjaga.

Ruang terbuka hijau merupakan ruang terbuka publik yang direncanakan pada suatu
kawasan yang tersusun atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau. Ruang terbuka
hijau memiliki fungsi dan peran khusus pada masing-masing kawasan yang ada pada setiap
perencanaan tata ruang Kabupaten/ Kota yang direncanakan dalam bentuk penataan
tumbuhan, tanaman dan vegetasi agar dapat berperan dalam mendukung fungsi ekologis,
social budaya dan arsitektural sehingga dapat memberi manfaat optimal bagi ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.
Langkah-langkah infrastruktur hijau untuk mengolah, mengendalikan atau menyimpan air
harus dipilih berdasarkan karakteristik setiap lokasi, tujuan perencanaan kota dan manfaat
yang ingin diperoleh oleh masyarakat atau kota. Infrastruktur hijau memberikan manfaat
lingkungan, sosial-budaya dan ekonomi bagi masyarakat.

Manfaat lingkungan dari Infrastruktur Hijau meliputi:


- Pengolahan kualitas air (dengan menghilangkan polutan).
- Mitigasi banjir (dengan memperlambat aliran).
- Melindungi kesehatan manusia dan ekologi.
- Menyediakan sumber air untuk digunakan kembali (melalui panen air hujan atau
pengolahan dan penggunaan kembali air limbah domestik).

13
- Meningkatkan keamanan dan ketahanan air serta mengurangi permintaan akan
sumber air lainnya.
- Penghijauan kota, keanekaragaman hayati dan fasilitas.
- Infiltrasi untuk air tanah.

Manfaat sosial budaya Infrastruktur Hijau meliputi:


- Meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan manusia
- Pendinginan iklim mikro kota dan bangunan
- Menyediakan habitat untuk flora dan fauna

Manfaat ekonomi Infrastruktur Hijau meliputi:


- Naiknya harga properti dan menghindari biaya untuk perbaikan dan infrastruktur abu-
abu di masa depan.
- Potensi manfaat ekonomi dari tanaman yang dipanen untuk produk atau pangan.

Manfaat infrastruktur hijau sangat banyak. Dari manfaat lingkungan yang paling luas
hingga infrastruktur pada lokasi spesifik, infrastruktur hijau adalah alat yang efektif dan
hemat biaya untuk menyerap dan menyerap karbon dioksida di atmosfer (C0 2); menyaring
polutan udara dan air; menstabilkan tanah untuk mencegah atau mengurangi erosi;
menyediakan habitat satwa liar; mengurangi panas matahari; menurunkan biaya umum
infrastruktur pengelolaan stormwater dan menyediakan pengendalian banjir; dan mengurangi
penggunaan energi melalui pemanasan pasif dan pendinginan.
Infrastruktur hijau sangat penting untuk memerangi perubahan iklim, menciptakan
lingkungan yang sehat dan memperbaiki kualitas hidup.
2.4 Studi Kasus Managemen Infrakstuktur Hijau
A. Hutama Karya Office Tower (Kasus Dalam Negeri)

Gambar 1 Hutama Karya Office Tower di Kawasan Cawang, Jakarta Timur,


Sumber : https://maps.google.com/maps/contrib/112619931479309225719.

14
Hutama Karya Office Tower adalah proyek Kerja Sama Operasi (KSO) dan sinergi
dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) antara PT. Hutama Karya (Persero) dengan PT.
Indra Karya (Persero) sebagai pemilik lahan dengan PT. Hutama Karya Realtindo (HK
Group) sebagai pengembang dan pengelola Hutama Karya Office Tower. Gedung Hutama
Karya Office Tower berhasil memperoleh penghematan “Dengan menerapkan konsep
bangunan hijau, HK Tower berhasil memperoleh penghematan energi sebesar 41% atau
2,275,789,00 kWh/tahun. Selain menghemat energi, manajemen meyakini bahwa konsep
green building yang diterapkan di HK Tower akan dapat meningkatkan produktivitas
karyawan karena didukung dengan lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman
mengingat tantangan perusahaan kedepan semakin besar,” tutur Fauzan.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa implementasi kaidah bangunan hijau yang
menghemat energi, air, lahan, material, serta menjaga kesehatan udara dalam ruangan dan
mengelola lingkungan secara bijak diyakini akan memberikan kontribusi nyata pada
keberlanjutan kota.
Selain dampak positif pada fisik dan lingkungan perkotaan, penerapan bangunan hijau
juga membumikan prinsip hemat untuk diterapkan oleh para pemilik, penghuni dan pengguna
bangunan yang juga diharapkan dapat memotivasi gedung perkantoran lain untuk mengusung
konsep serupa.
Terletak di kawasan MT Haryono, Gedung perkantoran yang rampung konstruksinya
pada tahun 2019 ini dibangun setinggi 17 lantai diatas tanah seluas 6.772 m2 dengan
menerapkan konsep desain dan operasionalisasi gedung berbasis hijau yang ramah
lingkungan.
HK Tower menggunakan teknologi HVAC berupa Chiller Magnetic Bearing,
pemanfaatan energi terbarukan dari solar sell serta penerapan resistensi termal kaca melalui
OTTV yang sangat efisien, sehingga didapatkan poin untuk kategori EEC 1 – Greenship New
Building ver. 1.2 sebesar 14 poin dari total 83 poin yang diperoleh. “Tolok ukurnya
menggunakan sertifikasi rating tools Greenship New Building ver. 1.2 dari Green Building
Council Indonesia” tutup Fauzan, EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya.
Sistem kelistrikan dan konsumsi air juga dikelola secara optimal salah satunya adalah
air hujan, serta tidak terdapat limpahan keluar atau zero run off sehingga semua air dikelola
untuk penggunaan internal kantor dan sebagian dimasukkan ke dalam reservoir alami tanah
berupa sumur-sumur resapan. Hal tersebut menegaskan bahwa tidak ada air yang dibuang
percuma dan berpotensi menimbulkan banjir di lingkungan kota.

15
B. City In A Garden (Singapura)
Singapura merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang berkembang
sangat pesat dalam pembangunan kawasan dan pertumbuhan ekonomi. Dengan jumlah
penduduk yang mencapai lebih daru 5,8 juta jiwa, penyediaan lingkungan tempat tinggal
yang sehat dan nyaman bagi penduduk menjadi suatu tantangan tersendiri. Ditambah pula
dengan keterbatasan sumber daya nasional yang ada, strategi pembanguan berkelanjutan
menjadi strategi utama dalam pengembangan kawasan kota di Singapura.
National Park (Nparks) bertanggung jawab dalam membangun dan meningkatkan
penghijaun kota melalui proyek Garden City. Selain membangun infrastruktur hijau, Nparks
juga secara aktif melibatkan masyaratkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
NParks mengelola lebih dari 300 taman, 4 cagar alam dan juga green street yang menjadi
fitur utama Garden City. Untuk menghubungkan taman utama, area alami dan kawasan
perumahan sedang dikembangan jaringan Taman Konektor.
Pengembangan infrastruktur hijau di Singapura semakin diperkuat dengan visi City in
a Garden. Konsep ini pertama dicetuskan pada Tahun 2011 oleh Nparks, dilatarbelakangi
oleh keberhasilan Singapura dalam mempertahankan keberadaan ruang hiau untuk publik di
tengah laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan kota yang sangat pesat (Tanuwidjaja,
2011). Target selanjutnya pada tahun 2030, Singapura berencana mengurangi 36% emisi
karbon dengan caran “menghijaukan” gedung-gedung dan kawasan perkotaan. Penerapan
Konsep City in a Garden ini akan dikembangkan lebih lanjut menjadi Konsep City in Nature
(National Parks, 2020).
Terdapat 6 sasaran utama dalam pelaksanaan program City in a Garden. Beberapa di
antaranya telah dimulai dan sedang berjalan. Sosialisasi kepada tiap komunitas masyarakat
secara intensif agar tiap individu memahami perannya dalam mensukseskan program ini.
Adapun enam sasaran utama tersebut meliputi:
- Pembangunan “World Class Gardens.
- Peningkatan kualitas taman kota dan memperindah penataan jalan (streetscape).
- Optimalisasi ruang perkotaan dan infrastruktur untuk tujuan penghijauan dan rekreasi.
- Memperkaya keanekaragaman hayati pada lingkungan perkotaan.
- Meningkatakan kompetensi industri bentang lahan dan hortikultura.
- Mendukung dan menginspirasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam program
penghijauan Singapura.

16
Berikut merupakan gambar Garden in a City yang berada di Singapura:

Gambar 2 Joy of Life at Gardens By The Bay, Singapura


Sumber : https://www.dreamstime.com.

17
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari infrakstuktur hijau yaitu sangat dibutuhkan dalam penataan kota
bahkan Negara juga untuk mewujudkan lingkungan ruang terbuka hijau bagi
keberlangsungan hidup dalam menjaga kelestarian lingkungan dengan cara pencegahan dan
penanggulangan global warming dengan menerapkan metode-metode yang digunakan di
green infracstucture.
Dengan penerapan metode atau jenis infrakstruktur hijau secara sederhana dapat
melestarikan komponen utama seperti air, udara, flora, fauna serta meminimalisir pemanasan
global.
3.2 Saran
Perlu penanganan khusus dari masing-masing kalangan masyarakat serta
pemerintahaan untuk mewujudkan green infracstucture baik secara metode sederhana hingga
metode yang komplek.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2013. NParks Flora dan Fauna Web. Singapore: National Parks Board,
https://florafaunaweb.nparks.gov.sg/ (diakses dari 22 Agustus 2018- 24 September
2018)

Daur Ulang Air, D., Limpasan Air Hujan Sumber, P., Pengembangan Kawasan Permukiman
Perkotaan Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman Ditjen Cipta Karya, S.,
& Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat BANGUNAN HIJAU, K. (n.d.).
GREEN INFRASTRUCTURE.

EEA, 2011, Peralatan Energi Panas: Boiler & Pemanas Fluida Termis, UNEP.

Hardianti Fitri Rahmasari. 2017. “Penentuan Potensi Penerapan Infrastruktur Hijau Dalam
Mengurangi Genangan Di Daerah Aliran Sungai Kedu”. Skripsi. Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya.

Sidiq, A. (2018). KONSEP INFRASTRUKTUR HIJAU PADA AREA KHATULISTIWA


PARK KOTA PONTIANAK (Vol. 2, Issue 2)

U.S Environmental Protection Agency (EPA). 2013. Partivulate Matter (PM): Basic
Information. United States. Situs: http://www.epa.gov/pm/health.html. Diakses pada 14
Februari 2018 Pukul 22.10WIB.

Yoke, Wayan. 2023. “Mengenal Infrastruktur Hijau di Kampus PUPR”,


https://pu.go.id/pustaka/informasi/berita/mengenal-infrastruktur-hijau-
dikampuspupr/5E44G, diakses pada 13 November 2023

329480-penerapan-infrastruktur-hijau-di-berbaga-6ab75685. (n.d.). 291463836. (n.d.).

19

Anda mungkin juga menyukai