Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK 2

PENGANTAR PENGEMBANGAN PRASARANA


WILAYAH DAN KOTA
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Prasarana Wilayah dan Kota

Dosen Pengampu:

A. Andini R.P, S.Sos., M.Si., PhD

Disusun Oleh Kelompok 2:

Abdul Rosid Hoerudin (2212231019)


Robi Ferdian (2212231020)
Luthfi Hadi Prasetyo (2212231021)
Chikal Ramadhan Pramuji (2212231022)
Hassan Asyari (2212231023)
M Robby Indrawan (2212231024)
Yeko Anugrah Yanuar (2212231031)
Syam Aditya Ramdani (2212231032)
Mochamad Qodir Oktarina (2212231033)

MAGISTER TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat-nya sehingga makalah
tugas kelompok dengan topik Pengantar Pengembangan Prasarana Wilayah Dan Kota
ini dapat tersusun hingga selesai. Tugas ini dibuat untuk memenuhi sasaran perkuliahan
pada mata kuliah Pengembangan Prasarana Wilayah Dan Kota. Kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari semua pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan pemikiran maupun materinya. Besar harapan kami untuk dapat
mendiskusikan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Bandung, Maret 2024

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................................4
1.2 Tujuan.....................................................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah...................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................6
2.1 DEFINISI................................................................................................................6
2.2 RUANG LINGKUP................................................................................................6
2.3 PERANAN.............................................................................................................7
2.4 TEORI.....................................................................................................................7
2.5 SEJARAH PERKEMBANGAN............................................................................9
2.6 KEBIJAKAN TERKAIT PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA...........11
2.7 ISU AKTUAL DAN PENANGANANNYA........................................................13
BAB III................................................................................................................................20
KESIMPULAN...................................................................................................................20
3.1 KESIMPULAN.....................................................................................................20
3.2 SARAN.................................................................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pengembangan perkotaan adalah suatu usaha yang dijalankan manusia untuk
mengelola proses perubahan yang terjadi di dalam daerah perkotaan dan untuk
mencapai suatu keseimbangan lingkungan yang harmonis. Pertumbuhan dan
perkembangan kota secara langsung akan menyebabkan terjadinya pemekaran kota
yang berdampak pada perubahan fungsi lahan di daerah sekitarnya (Hadi Sabari
Yunus, 1984).

3
Kota merupakan pusat kegiatan, baik ekonomi, sosial, politik dan budaya dari
suatu masyarakat kota itu sendiri maupun wilayah pendukung disekitarnya (Secha
Alatas dan Sukardjo, dalam Mohammad Dahlan,2001) sebagai perwujudan
geografis kota selalu berkembang, yang berarti bahwa kota selalu mengalami
perubahan dari waktu kewaktu, baik perubahan dari segi fisik maupun non fisik
(sosial).

Berbagai bentuk pembangunan yang telah dilaksanakan dan sedang dilaksanakan


pada saat ini terutama pembangunan yang bersifat fisik sangat membutuhkan akan
ketersediaan lahan. Pemenuhan kebutuhan akan lahan bagi suatu pembangunan
merupakan salah satu sebab terjadinya dinamika perubahan penggunaan lahan pada
suatu wilayah. Perubahan penggunaan lahan lebih banyak disebabkan oleh faktor-
faktor yang saling berpengaruh antara lain pertumbuhan penduduk, pemekaran atau
perkembangan suatu daerah perkotaan ke daerah pedesaan dan kebijaksanaan
pembangunan pusat atau daerah (Hauser, 1983).

Adanya perubahan penggunaan lahan pada suatu wilayah terjadi karena adanya
pertambahan penduduk dan adanya perkembangan tuntutan hidup, kebutuhan
rumah, yang membutuhkan ruang sebagai wadah semakin meningkat. Gerakan
penduduk yang terbalik, yaitu dari kota ke daerah pinggiran kota yang sudah
termasuk wilayah desa, daerah pinggiran kota sebagai daerah yang memiliki ruang
relatif masih luas ini memiliki daya tarik bagi penduduk dalam memperoleh tempat
tinggal. Kepadatan penduduk terjadi antara lain disebabkan oleh faktor-faktor
seperti topografi, iklim, tata air, aksesebilitas,dan ketersediaan fasilitas hidup.
(Bintarto 1983).
Keserasian dan optimalisasi pemanfaatan ruang yang disebabkan adanya
perubahan penggunaan lahan sebagai akibat berkembangnya wilayah sangat
diperlukan untuk menghindari terjadinya ketimpangan wilayah dalam hal tingkat
pertumbuhan dan perkembangannya. Adanya perkembangan yang tidak seimbang
ini menyebabkan tekanan penduduk dan permasalahan yang dihadapi akan
semakin kompleks terutama dalam penyediiaan prasarana perkotaan (Muljadi,
1989 dalam Harjanti, 2000)

1.2 TUJUAN

4
Mengetahui tantangan dalam implementasi pengembangan prasarana wilayah dan
kota, serta mengidentifikasi dan mencari solusi dari berbagai hambatan yang
dijumpai saat ini maupun yang akan terjadi dimasa depan.

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah definisi, ruang lingkup, peranan, serta teori terkait pengembangan
prasarana wilayah dan kota?
2. Bagaimana sejarah perkembangan infrastruktur Indonesia?
3. Bagaimana kebijakan terkait pengembangan prasarana wilayah dan kota?
4. Bagaimana isu dan penanganannya terkait pengembangan infrastruktur di
Indonesia?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Prasarana merupakan kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan, kawasan, kota
atau wilayah (Spatial Space) sehingga ruang tersebut berfungsi sebagaimana
mestinya. Grigg (1988), mengungkapkan bahwa prasarana atau infrastruktur
merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase,
bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi. Pengembangan
prasarana wilayah dan kota merujuk pada proses perencanaan, pembangunan dan
pemeliharan infratruktur fisik yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan kawasan urban dan rural. Ruang Lingkup pengembangan prasarana
wilayah dan kota antara lain : jaringan transportasi, sistem air dan sanitasi, utilitas
publik seperti listrik dan gas, serta fasilitas umum lainnya seperti ruang terbuka
hijau.

Pengembangan Prasarana Wilayah Kota adalah pengembangan seperangkat


fasilitas dan sistem yang melayani suatu negara, kota, atau daerah lain, dan
mencakup layanan dan fasilitas yang diperlukan agar ekonomi, rumah tangga, dan
perusahaan yang ada pada area tersebut dapat berfungsi. Infrastruktur terdiri dari
struktur fisik publik dan swasta seperti jalan, kereta api, jembatan, terowongan,
pasokan air, saluran pembuangan, jaringan listrik, dan telekomunikasi/Internet.
Secara umum, infrastruktur telah didefinisikan sebagai "komponen fisik dari sistem
yang saling terkait yang menyediakan komoditas dan layanan penting untuk
memungkinkan, mempertahankan, atau meningkatkan kondisi kehidupan
masyarakat" dan memelihara lingkungan sekitarnya.

2.2 RUANG LINGKUP


Mengacu pada American Society of Civil Engineers (Lembaga Asosiasi Insinyur
Sipil Amerika) yang biasa menerbitkan "Penilaian & Laporan Fasilitas
Infrastruktur" yang mewakili pendapat organisasi tentang kondisi berbagai
infrastruktur setiap 2-4 tahun. Beberapa kategori yang mereka nilai dari kualitas

6
infrastruktur sebuah kota/area terdiri dari: penerbangan, jembatan, bendungan, air
minum, energi, limbah berbahaya, saluran air gorong-gorong, tanggul, taman dan
rekreasi, pelabuhan, kereta api, jalan, sekolah, limbah padat, transportasi logistik
dan air limbah.

2.3 PERANAN
Aspek ruang sangat penting untuk analisa ekonomi, terutama di negara dengan
wilayah yang luas dan geografis yang sangat beragam. Agar keputusan ekonomi di
negara seperti ini sesuai dan tidak salah, pengambilan keputusan harus secara
eksplisit mempertimbangkan keuntungan lokasi dan pengaruh ruang.

Perbedaan karakteristik wilayah ini merupakan hal yang bersifat lumrah (natural)
dan terjadi diseluruh Negara, baik yang sudah maju maupun sedang berkembang.
Hal ini dapat terjadi karena perbedaan kandungan sumberdaya alam, tingkat
kesuburan tanah maupun kondisi sosial budaya adalah struktur demografi dan
tingkah laku masyarakat yang umumnya sangat bervariasi antar wilayah.

Interaksi antar wilayah dapat terjadi dalam 4 bentuk yaitu:


a. Perdagangan antar daerah
b. Perpindahan tenaga kerja atau migrasi
c. Lalu lintas modal
d. Distribusi inovasi antar wilayah (Spatial Distribution of Innovation).

Dapat disimpulkan bahwa peranan penting dari pengembangan parasarana wilayah


kota adalah sebagai connecting dot/ titik punghubung akselerator bagi peningkatan
tiap sektor yang ada di negara/kota/area tersebut.

2.4 TEORI
Berikut merupakan beberapa teori yang mengemukakan tentang Pengembangan
Prasarana Wilayah dan Kota :
a. Teori Konsentris (The Consentric Theory)
Teori ini dikemukakan oleh E.W. Burgess (Yunus, 1999), atas dasar study
kasusnya mengenai morfologi kota Chicago, menurutnya suatu kota yang
besar mempunyai kecenderungan berkembang ke arah luar di semua bagian-
bagiannya. Masing-masing zona tumbuh sedikit demi sedikit ke arah luar.

7
Oleh karena semua bagian-bagiannya berkembang ke segala arah, maka pola
keruangan yang dihasilkan akan berbentuk seperti lingkaran yang berlapis-
lapis, dengan daerah pusat kegiatan sebagai intinya.
Secara berurutan, tata ruang kota yang ada pada suatu kota yang mengikuti
suatu pola konsentris ini adalah sebagai berikut:
- Daerah Pusat atau Kawasan Pusat Bisnis (KPB).
Daerah pusat kegiatan ini sering disebut sebagai pusat kota.
- Daerah Peralihan.
Daerah ini kebanyakan di huni oleh golongan penduduk kurang mampu
dalam kehidupan sosial-ekonominya.
- Daerah Pabrik dan Perumahan Pekerja.
Daerah ini di huni oleh pekerja-pekerja pabrik yang ada di daerah ini.
Kondisi perumahannya sedikit lebih buruk daripada daerah peralihan.
- Daerah Perumahan yang Lebih Baik Kondisinya.
Daerah ini dihuni oleh penduduk yang lebih stabil keadaannya dibanding
dengan penduduk yang menghuni daerah yang disebut sebelumnya.
- Daerah Penglaju.
Daerah ini mempunyai tipe kehidupan yang dipengaruhi oleh pola hidup
daerah pedesaan disekitarnya. Sebagian menunjukkan ciri-ciri kehidupan
perkotaan dan sebagian yang lain menunjukkan ciri-ciri kehidupan
pedesaan.

b. Teori Sektor
Teori sektor ini dikemukakan oleh Homer Hoyt (Yunus, 1991 & 1999),
dinyatakan bahwa perkembangan-perkembangan baru yang terjadi di dalam
suatu kota, berangsur-angsur menghasilkan kembali karakter yang dipunyai
oleh sektor-sektor yang sama terlebih dahulu. Alasan ini terutama didasarkan
pada adanya kenyataan bahwa di dalam kota-kota yang besar terdapat variasi
sewa tanah atau sewa rumah yang besar. Belum tentu sesuatu tempat yang
mempunyai jarak yang sama terhadap KPB akan mempunyai nilai sewa tanah
atau rumah yang sama, atau belum tentu semakin jauh letak atau tempat
terhadap KPB akan mempunyai nilai sewa yang semakin rendah. Kadang-
kadang daerah tertentu dan bahkan sering terjadi bahwa daerah-daerah tertentu
yang letaknya lebih dekat dengan KPB mempunyai nilai sewa tanah atau

8
rumah yang lebih rendah daripada daerah yang lebih jauh dari KPB. Keadaan
ini sangat banyak dipengaruhi oleh faktor transportasi, komunikasi dan segala
aspek-aspek yang lainnya.

c. Teori Pertumbuhan Kota


Menurut Spiro Kostof (1991), Kota adalah Leburan dari bangunan dan
penduduk, sedangkan bentuk kota pada awalnya adalah netral tetapi kemudian
berubah sampai hal ini dipengaruhi dengan budaya yang tertentu. Bentuk kota
ada dua macam yaitu geometri dan organik.Terdapat dikotomi bentuk
perkotaan yang didasarkan pada bentuk geometri kota yaitu Planned dan
Unplanned.
- Bentuk Planned (terencana) dapat dijumpai pada kota-kota eropa abad
pertengahan dengan pengaturan kota yang selalu regular dan rancangan
bentuk geometrik.
- Bentuk Unplanned (tidak terencana) banyak terjadi pada kota-kota
metropolitan, dimana satu segmen kota berkembang secara sepontan
dengan bermacam-macam kepentingan yang saling mengisi, sehingga
akhirnya kota akan memiliki bentuk semaunya yang kemudian disebut
dengan organik pattern, bentuk kota organik tersebut secara spontan, tidak
terencana dan memiliki pola yang tidak teratur dan non geometrik.

d. Teori Agropolitan
Agropolitan terdiri dari kata “agro” = pertanian dan “politan” = kota, sehingga
agropolitan dapat diartikan sebagai kota pertanian atau kota didaerah lahan
pertanian. (SA Pranoto. 2005)
Kegiatan kota tani berbasis budidaya pertanian, konservasi sumberdaya alam
dan pengembangan potensi daerah dengan bingkai pembangunan berwawasan
lingkungan, yang merupakan suatu upaya untuk menghindari kesalahan
pembangunan masa lalu. (Hasan Bachtiar, 2003)

2.5 SEJARAH PERKEMBANGAN


Pada masa awal kemerdekaan infrastruktur penting sudah terbangun. Banyak dari
infrastruktur tersebut telah dibangun pada masa penjajahan Belanda seperti Jalan
Raya Pos, Rel Kereta Api, Bangunan dan permukiman dan sebagainya. Salah satu
bidang yang cukup penting adalah pertanian, maka infrastruktur sebagai

9
pendukung nya harus dipelihara agar fungsi nya tetap baik. Sejarah irigasi di
Indonesia memiliki perkembangan yang tidak lepas dari irigasi tradisional. Di
Indonesia, salah satu warisan kelembagaan irigasi yang tertua adalah irigasi Subak
di Bali dan irigasi-irigasi kecil di Jawa. Pada pertengahan abad ke-19, sistem
irigasi modern mulai dicanangkan yang bertujuan untuk mengatasi kelaparan yang
terjadi di Jawa Tengah. Perkembangan irigasi secara pesat terjadi pada permulaan
abad ke-20 setelah adanya politik etis oleh kolonial Belanda dan ditemukannya
teknologi irigasi di dataran rendah. Pada masa awal kemerdekaan sistem irigasi
yang ada masih konvensional. Air irigasi di ambil dari sungai melewati pintu air
pada bendung lalu di alirkan ke petak-petak sawah secara gravitasi, pengaturan
pintu air masih menggunakan manual dengan tenaga manusia.

Selain sektor pertanian, infrastruktur jalan juga penting mengingat mobilisasi


manusia yang semakin tinggi, Perkembangan jalan di Indonesia yang awalnya
jalan tanah yang tergantung pada cuaca sampai pada saat ini banyak jalan di
Indonesia tidak bergantung pada cuaca dan dapat dilalui oleh kendaraan berat
sekalipun. Setelah Indonesia mendapat kemerdekaannya, pembangunan jalan raya
secara resmi berada di bawah tanggung jawab Departemen Pekerjaan Umum. Pada
tahun 1955 pemerintah membuat jaringan jalan selebar 40 meter antara kota
Jakarta dengan Kebayoran Baru yang sekarang dinamakan Jl Jenderal Sudirman-Jl
MH Thamrin. Pada saat itu jalan tersebut merupakan jalan yang sangat lebar dan
mempunyai kualitas tinggi yang terdiri dari jalur cepat, lalu lintas biasa dan taman
di tengah nya. Pada tahun 1960-an, pemerintah membangun jalan Jakarta Bypass
dari Cililitan sampai Tanjung Priok.

Tidak lama sejak itu Indonesia mulai menerapkan sistem pengoprasian jalan tol.
Jalan Tol pertama adalah Jalan Tol Jakarta-Bogor-Ciawi yang biasa di kenal
dengan nama Tol Jagorawi yang mulai beroprasi mulai 1978. Dengan panjang 59
Km, jalan tol ini dibangun dengan kualitas tinggi dengan teknologi modern. Jalan
tol kedua adalah Jalan Tol Semarang ABC dengan panjang 24,75 Km, jalan tol ini
beroprasi pada tahun 1983, dan yang ketiga adalah jalan Tol Jakarta-Tanggerang,
jalan tol ini menjadi penghubung ruas tol lain. Sejak tahun 1978 hingga
pertengahan Januari 2024 ini total panjang Jalan Tol di Indonesia telah mencapai
2.816 Km yang terbagi di Pulau Jawa 1.782,47 Km, Pulau Sumatera 865,43 Km,

10
Pulau Kalimantan 97,27 Km, Pulau Sulawesi 61,64 Km, dan Pulau Bali 10,07 Km.
Pembangunan dan pengoperasian jalan tol yang optimal akan meningkatkan
efisiensi pergerakan masyarakat, sehingga masyarakat dapat mencapai tujuan lebih
cepat dan mudah tanpa terjebak kemacetan berkepanjangan, sehingga kehidupan
sehari-hari menjadi lebih produktif dan efisien.

2.6 KEBIJAKAN TERKAIT PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA


Pada prinsipnya perencanaan pengembangan wilayah memandang wilayah sebagai
suatu cara untuk mengklasifikasikan, dan potensi untuk berkembang sesuai dengan
kemajuan ekonomi wilayah tersebut (Harun, 2007). Kebijakan perencanaan
pengembangan wilayah dan kota dapat diartikan sebagai suatu kebijakan dalam
suatu daerah baik Provinsi atau Kabupaten merupakan suatu aturan hukum yang
diharapkan mampu menjadi acuan dalam pengambilan tindakan dalam
perencanaan. Kebijakan mampu memberikan dampak positif bagi suatu wilayah,
tidak memungkinkan juga kebijakan akan memberikan dampak negatif. Sifatnya
yang mengikat, mampu menggerakkan suatu perubahan dalam skala yang paling
kecil atau skala yang paling besar. Kebijakan terkait wilayah akan menjadi aturan
legal yang mengikat.
Kebijakan ini bisa berupa Undang-Undang, Peraturan presiden. Peraturan Menteri,
Peraturan Perundangan, Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur dan Peraturan
Bupati. Dasar Hukum Kebijakan Pengembangan Wilayah di Indonesia adalah
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Dalam hal ini ada beberapa kebijakan yang kami ambil yaitu diantaranya :
1. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
2. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
3. Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025;
4. Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2020 - 2024.;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 23 Tahun
2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Tahun 2020 - 2024.

11
Arah kebijakan merupakan sintesis terhadap kebijakan dan strategi nasional dan
daerah terkait tata ruang, sektoral, dan kawasan prioritas/ strategi yang meliputi :
1. Kebijakan penataan ruang wilayah nasional/ pusat, provinsi, dan kabupaten/
kota
Arahan Kebijakan Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota yang akan menjadi
acuan dan batasan dalam pengembangan wilayah.

2. Kebijakan Sektor
Menjelaskan arah kebijakan sektor strategis, sasaran dan target jangka panjang.
Dapat meliputi RPJPN, Visium Kementerian PUPR 2030, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Strategis
Kementerian PUPR, Renstra Kementerian/ Lembaga, dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), serta Renstra Organisasi
Perangkat Daerah.

3. Agenda Global
Arah Pembangunan Global, antara lain SDGs, New Urban Agenda (NUA),
Paris Aggrement, Sendai Framework for Disaster Risk Reduction, dan agenda
global lainnya.

4. Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah


Arah kebijakan dan strategi pembembangan wilayah skala pulau (antar
kawasan), kawasan prioritas dan sektoral. Adapun Penataan ruang wilayah
nasional meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional
yang mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan. Adapun penataan ruang wilayah provinsi
dan kabupaten/kota meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

12
2.7 ISU AKTUAL DAN PENANGANANNYA
Berikut merupakan beberapa isu aktual terkait terkait pengembangan infrastruktur
di Indonesia dan penanganannya sejauh ini.

1. Kendala dan Solusi Pemprov Riau Maksimalkan Perawatan Jalan

Hingga kini, masih banyak infrastruktur jalan di berbagai daerah di Riau yang
butuh perbaikan dan perawatan oleh pemerintah. Khususnya pada jalan-jalan
yang merupakan tanggung jawab Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau.

Permasalahan kerusakan jalan ini, hampir merata di seluruh daerah di Riau


yang selalu menjadi keluhan bagi masyarakat Riau yang diharapkan menjadi
perhatian lebih bagi Pemerintah.

Penyebab kerusakan jalan-jalan ini juga tidak lepas dari lemahnya pengawasan
terhadap pengguna jalan. Seperti pada kendaraan bertonase besar dan truk over
kapasitas atau odol yang selama ini disinyalir penyebab kerusakan pada jalan.
Sementara, tidak semua kendaran-kendaraan tersebut juga tidak bayar pajak
pada di Riau atau kendaraan dari luar provinsi Riau.

13
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Riau (Gubri), Syamsuar, menyampaikan,
jika untuk pengawasan kendaraan yang diduga penyebab kerusakan jalan ini.
Namun, sebelumnya ia sudah mengkoordinasikan dengan semua pihak.

Terutama pada Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Riau untuk terus


melakukan pengawasan dan melakukan tindakan pada kendaran-kendaraan
yang menyalahi aturan.

"Ini dari awal sudah kita tegaskan, dan itu juga sudah banyak yang ditindak
oleh dinas perhubungan kita di berbagai daerah. Kita harap ini juga harus terus
ditegaskan ke depannya," kata Gubri Syamsuar pada kegiatan refleksi
pembangunan Provinsi Riau tahun 2021, dan rencana kerja 2022 bersama
Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution dan Sekdaprov Riau, SF Hariyanto,
Sabtu (1/1/2022) di Gedung Daerah Riau, Pekanbaru.

Sedangkan untuk perawatan, Syamsuar menyampaikan, setiap tahun anggaran


perawatan maupun pembangunan jalan ini masuk dalam APBD Riau. Hanya
saja belum bisa terpenuhi dengan maksimal sesuai kebutuhan yang
menyebabkan lambatnya perawatan.

"Perawatan jalan ini memang keuangan kita belum mampu sepenuhnya.


Namun, kita tetap mengupayakan dengan maksimal dengan berbagai cara agar
jalan tersebut tetap terawat dan bisa terus digunakan masyarakat," ujarnya.

"Dan ini juga lah tujuannya UPT-UPT (Unit Pelayanan Teknis) kita di daerah.
Di mana mereka juga dikasih anggaran agar bisa mengatasi dan menanggapi
permasalah kerusakan jalan ini," tuturnya.

Sementara, Setdaprov Riau SF Hariyanto yang juga Plt Kadis PUPR Riau
menegaskan, jika kendala perawatan jalan ini belum maksimal kuncinya ada
pada ketidak seimbangan anggaran di APBD Riau. Maka itu, hingga kini masih
lamban dan terkendala.

"Namun, kita terus mencarikan solusi agar perawatan tetap jalan dan perbaikan
terus dilakukan," ujarnya.

14
Mudah-mudah ditahun 2022 ini tambahnya, terkait permasalah ini bisa
dijalankan dengan baik lagi. Termasuk pembangunan jembatan yang
sebelumnya mangrak yang akan kita jalankan lagi agar dapat difungsikan
masyarakat sesuai tujuan.

"Kita juga sudah koordinasikan semua ini termasuk dengan pusat mana proyek
yang mangkrak sebelumnya itu kita tuntaskan agar bisa digunakan masyarakat
dan mebantu perekonomian masyarakat kedepan," tegasnya.

Kalau untuk jalan nasional, tahun 2022 ini pusat telah menuntaskan
pelelangan. Sehingga perbatasan Riau dengan provinsi lain seperti Riau-
Sumbar, Jambi dan lainnya tidak ada masalah dan tidak ada lagi yang rusak
dan berlobang. Dan itu juga sudah jalan sebelumnya.

"Saat ini tinggal kita di daerah yang juga akan melakukan hal yang sama, yang
pada Januari ini segera mulai lelang kegiatan," tuturnya.

Meskipun dalam kondisi pandemi COVID-19, namun Pemerintah Provinsi


Riau terus melakukan pembangunan infrastruktur. Pasalnya pembangunan
infrastruktur dapat mendorong pertumbuhan perekonomian.

Di bidang infrastruktur dilakukan pembangunan jalan pada 14 ruas dengan


panjang 25,07 Km. Pelebaran jalan pada dua ruas dengan panjang 3,42 Km,
rekonstruksi jalan pada 19 ruas dengan panjang 29,05 Km.

"Kemudian, pemeliharaan jalan sepanjang 1.058,22 Km dan rehabilitasi jalan


sepanjang 10,06 Km, serta jembatan dibangun pada tiga ruas jalan sebanyak
dua unit," ujar Gubernur Riau, Syamsuar.

Selain itu, Pemprov Riau juga melakukan pembangunan seawal dan bangunan
pengaman pantai lainnya dilakukan di Tanjung Lapin, Kecamatan Rupat Utara
sepanjang 64,75 meter.

Pembangunan jaringan irigasi rawa, sebanyak 10 Daerah Irigasi Rawa (DIR),


sepanjang 27.084 meter. Pemeliharaan jaringan irigasi sepanjang 76.936 meter,
Pembangunan baru SPAM jaringan perpipaan. (Mediacenter Riau/az/toeb)

15
2. Pengembangan Infrastruktur Dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi
Wilayah Di Kabupaten Kaimana Papua Barat

Kebijakan pengembangan infrastruktur di Papua didasarkan pada fakta bahwa


Papua adalah salah satu daerah yang paling terpencil dan terisolasi di
Indonesia. Dengan kondisi geografis yang sulit dijangkau, transportasi dan
akses ke infrastruktur sangat terbatas. Kondisi ini menyulitkan pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Oleh karena itu, pemerintah
Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan untuk memperbaiki
infrastruktur di Papua. Di antaranya adalah program Pembangunan
Infrastruktur Papua dan Papua Barat (PIP-PB) yang dicanangkan pada tahun
2014. (Orocomna 2017)

Program ini mencakup pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan, bandara,


serta peningkatan listrik dan air bersih. Pemerintah juga berupaya untuk
meningkatkan konektivitas antar wilayah di Papua dengan membangun
jaringan telekomunikasi, termasuk internet. Hal ini penting untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan di wilayah tersebut.

Papua Barat merupakan salah satu provinsi yang berada di pulau Papua, jika
dilihat dari permasalahan infrastruktur Papua Barat masih masuk dalam
kategori ketersediaan infrastruktur dan pemanfaatan sumber daya alam yang
kurang. Oleh karena itu, Pemerintah Papua Barat menargetkan cadangan gas

16
yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan listrik berbasis gas, mengingat
Papua Barat memiliki sumber daya alam gas terbesar di Indonesia. Dengan
adanya pembangunan serta pengembangan infrastruktur yang semakin
meningkat diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi di Papua
Barat, sehingga tidak terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial di kalangan
masyarakat dan juga dapat meningkatkan Pendapatan Anggaran Daerah (PAD)
Provinsi Papua Barat.

Perkembangan ekonomi di Kabupaten Kaimana jika dilihat berdasarkan nilai


PDRB Kaimana pada tahun 2020 mengalami penurunan, yang disebabkan
karena pemasukan barang baik dari laut maupun udara terhambat sehingga
kebutuhan masyarakat sulit terpenuhi dan harga barang-barang utamanya yang
tidak diproduksi sendiri oleh Kabupaten Kaimana menjadi mahal. Laju
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 jauh lebih rendah bahkan negatif bila
dibandingkan dengan nilai pertumbuhan yang tercatat pada tahun 2019. Hal ini
menunjukan bahwa terdapat penurunan produksi yang curam pada
perekonomian Kabupaten Kaimana di tahun 2020 dibandingkan tahun 2019.
Meskipun laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kaimana sudah
mengalami perlambatan, namun laju pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2020
turun mencapai -2,31 persen. (Dewi et al. n.d.)

Infrastruktur di Kabupaten Kaimana sangatlah masih terbilang kurang, karena


belum meratanya pembangunan sarana dan prasarana serta jalan menuju
beberapa distrik/kecamatan dan kampung yang ada. Kampung Tanusan,
Distrik Arguni Bawah,Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat merupakan
salah satu dari 15 kampung yang ada di Distrik Arguni Bawah, yang sekaligus
sebagai pusat/ibukota Distrik. Sebagai pusat distrik/kecamatan, kampung ini
dapat dikatakan amat terbatas hal ini disebabkan oleh kurangnya akan
pembangunan infrastruktur. Selain itu, akses menuju ke kampung ini hanya
dapat menggunakan jalur perairan laut dengan jarak tempuh 100 km dari
Kaimana. (Dewi et al. n.d.)

Keterbatasan infrastruktur menyebabkan perusahaan-perusahaan yang sudah


ada tidak akan terdorong melakukan ekspansi dari investor dan investor baru

17
juga tidak tertarik melakukan investasi yang selanjutnya akan mempegaruhi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang mana mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Kondisi ruas jalan yang buruk akan menghambat lalu
lintas perekonomian suatu daerah yang mana berimbas pada kelancaran akses
perekonomian suatu masyarakat, yang mengakibatkan mobilitas antara daerah
dan distrubusi barang menjadi sulit. (Siregar and Tanjung 2020).

Kebijakan pengembangan infrastruktur di Papua juga menghadapi beberapa


tantangan, seperti kondisi alam yang ekstrem, kurangnya sumber daya manusia
yang terlatih, kesulitan dalam pembebasan lahan, biaya yang tinggi, serta
kendala keamanan yang masih sering terjadi di wilayah tersebut. Oleh karena
itu, pemerintah perlu terus berupaya untuk mengatasi tantangan ini agar
Pembangunan infrastruktur di Papua dapat berjalan dengan lancar dan berhasil
mencapai tujuannya (Sihaloho, Abbas, and Anggraeni 2022).

Beberapa kebijakan pengembangan infrastruktur di Papua yang sudah


dilakukan antara lain Program Trans Papua, program pembangunan
infrastruktur jalan di Papua yang bertujuan untuk menghubungkan seluruh
wilayah Papua dengan jalan yang baik dan layak (Kambu et al., 2022a).
Program ini meliputi pembangunan jalan, jembatan, dan jalan alternatif untuk
menghubungkan daerah-daerah terpencil di Papua.

Kebijakan lain yaitu pembangunan bandara di Papua dilakukan sebagai upaya


untuk memperbaiki konektivitas udara Papua dengan wilayah lain di
Indonesia. Beberapa bandara yang sudah dibangun antara lain Bandara
Internasional Sentani di Jayapura, Bandara Frans Kaisiepo di Biak, dan
Bandara Mopah di Merauke(Maheswara & Rachmawati, 2022). Pembangunan
bandara di Papua diharapkan dapat meningkatkan perekonomian di wilayah ini
melalui peningkatan mobilitas barang dan manusia. Pembangunan pelabuhan
di Papua juga sangat penting untuk meningkatkan konektivitas Papua dengan
wilayah lain di Indonesia. Beberapa pelabuhan yang sudah dibangun antara
lain Pelabuhan Jayapura, Pelabuhan Sorong, dan Pelabuhan Merauke.
Pembangunan pelabuhan diharapkan dapat mempermudah distribusi barang
dan meningkatkan ekspor impor di Papua (Misbahuddin et al. 2023).

18
Kebijakan pengembangan infrastruktur di Indonesia telah dilakukan dengan
beberapa program dan proyek, seperti pembangunan jalan tol, pembangunan
bandara, Pembangunan pelabuhan, dan lain-lain. Namun, masih terdapat
beberapa gap atau kesenjangan dalam implementasi kebijakan pengembangan
infrastruktur, antara lain terbatasnya sumber daya manusia yang berkualitas di
bidang teknik sipil dan manajemen proyek, sehingga menghambat pelaksanaan
proyek infrastruktur. Kurangnya koordinasi antar lembaga pemerintah,
sehingga terjadi tumpang tindih dalam pembangunan infrastruktur dan tidak
maksimalnya penggunaan anggaran. Masih rendahnya kualitas infrastruktur
yang dibangun, seperti rendahnya kualitas jalan tol yang masih sering terjadi
kecelakaan, belum optimalnya pemanfaatan fasilitas bandara, dan lain-lain.
(Tjilen, Ohoiwutun, and Tambaip 2023)

Pembangunan infrastruktur yang baik dan terintegrasi dengan baik dapat


memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, seperti
meningkatkan konektivitas antar wilayah, sehingga mempercepat pergerakan
barang dan jasa serta mengurangi biaya logistik. Meningkatkan produktivitas
ekonomi, dengan adanya infrastruktur yang memadai dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas produksi. Meningkatkan daya saing daerah atau
negara, dengan adanya infrastruktur yang memadai maka daerah atau negara
tersebut menjadi lebih menarik bagi investor.

19
BAB III
KESIMPULAN

2.8 KESIMPULAN
Infrastruktur yang baik dan terintegrasi sangat penting dalam mendukung
pertumbuhan dan perkembangan sebuah kota. Dalam konteks ini, pengembangan
prasarana wilayah kota mencakup berbagai aspek seperti transportasi, air bersih,
sanitasi, listrik, telekomunikasi, serta ruang terbuka hijau. Upaya untuk
meningkatkan prasarana wilayah kota harus memperhatikan keberlanjutan
lingkungan, kebutuhan masyarakat, serta efisiensi penggunaan sumber daya.
Pengembangan prasarana wilayah kota tidak hanya berdampak pada kenyamanan
dan keamanan warga kota, tetapi juga berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi
dan daya saing suatu daerah. Oleh karena itu, perencanaan yang matang dan
implementasi yang tepat diperlukan dalam membangun infrastruktur kota yang
berkualitas. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat
juga menjadi kunci dalam mencapai tujuan pengembangan prasarana wilayah kota
yang optimal.
Dalam menghadapi tantangan urbanisasi dan pertumbuhan populasi di perkotaan,
pengembangan prasarana wilayah kota harus menjadi prioritas bagi setiap
pemerintah daerah. Dengan memperhatikan aspek-aspek penting seperti
keberlanjutan lingkungan, inklusi sosial, dan efisiensi penggunaan sumber daya,
pembangunan infrastruktur kota dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi
seluruh warga kota.

2.9 SARAN
Meskipun sudah dikeluarkannya berbagai kebijakan yang mendukung
pengembangan prasarana wilayah dan kota di Indonesia namun ada beberapa hal
perlu diperbaiki dan ditingkatkan, seperti perencanaan pembangunan yang matang
baik di tingkat daerah maupun nasional, meningkatkan kualitas SDM khususnya di

20
tingkat Daerah, dan yang terakhir kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan
masyarakat perlu dijalin lebih erat dan intens guna menghasilkan pembangunan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat maupun masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA

Infrastructure | Define Infrastructure at Dictionary.com. Diakses online pada 14 Maret,


2024.

O'Sullivan, Arthur; Sheffrin, Steven M. (2003). Economics: Principles in Action. Upper


Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall. Halaman 474. ISBN 978-0-13-063085-8.

Fulmer, Jeffrey (2009). "What in the world is infrastructure?". PEI Infrastructure Investor
(July/August): 30–32. Diakses online pada 14 Maret, 2024.

Rahardjo, Adisasmita. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ridwan. 2016. Pembangunan Ekonomi Regional. Yogyakarta: Pustaka Puitika.

Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Kota. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dewi, Gracia, Datu Menga, Mohammad Reza, and Ardiyanto Maksimilianus Gai.
“Penggembangan Infrastruktur Dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi
Wilayah Di Kabupaten Kaimana Papua Barat (Infrastructure Development in
Supporting Regional Economic Growth in Kaimana Regency West Papua).” : 1–8.

Misbahuddin, Misbahuddin, Nashriah Akil, Umar Syarifuddin, and Saharuddin


Saharuddin. 2023. “Analisis Model Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus
(Kek) Sorong Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat.” YUME :
Journal of Management 6(1): 345.

Orocomna, Efradus. 2017. “IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR.”


2(02): 209–23.

Sihaloho, Rezya Agnesica Helena, Rusdi J Abbas, and Silvia Dian Anggraeni. 2022.
“Strategi Manuver Geoekonomi Indonesia Dalam Merespons Dukungan Negara-

21
Negara Pasifik Selatan Atas Isu Kemerdekaan Papua.” Jurnal Kajian Wilayah
12(1): 1.

Siregar, Dwi Rayana, and Ahmad Albar Tanjung. 2020. “Manusia Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Langkat 2010-2019.” Jurnal Ekonomi Bisnis 19(2): 173–80.
Tjilen, Alexander Phuk, Yosephina Ohoiwutun, and Beatus Tambaip. 2023. “KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN DAMPAKNYA TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI MERAUKE.” 6.

22

Anda mungkin juga menyukai