Dosen Pengampu:
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat-nya sehingga makalah
tugas kelompok dengan topik Pengantar Pengembangan Prasarana Wilayah Dan Kota
ini dapat tersusun hingga selesai. Tugas ini dibuat untuk memenuhi sasaran perkuliahan
pada mata kuliah Pengembangan Prasarana Wilayah Dan Kota. Kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari semua pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan pemikiran maupun materinya. Besar harapan kami untuk dapat
mendiskusikan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................................4
1.2 Tujuan.....................................................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah...................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................6
2.1 DEFINISI................................................................................................................6
2.2 RUANG LINGKUP................................................................................................6
2.3 PERANAN.............................................................................................................7
2.4 TEORI.....................................................................................................................7
2.5 SEJARAH PERKEMBANGAN............................................................................9
2.6 KEBIJAKAN TERKAIT PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA...........11
2.7 ISU AKTUAL DAN PENANGANANNYA........................................................13
BAB III................................................................................................................................20
KESIMPULAN...................................................................................................................20
3.1 KESIMPULAN.....................................................................................................20
3.2 SARAN.................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
3
Kota merupakan pusat kegiatan, baik ekonomi, sosial, politik dan budaya dari
suatu masyarakat kota itu sendiri maupun wilayah pendukung disekitarnya (Secha
Alatas dan Sukardjo, dalam Mohammad Dahlan,2001) sebagai perwujudan
geografis kota selalu berkembang, yang berarti bahwa kota selalu mengalami
perubahan dari waktu kewaktu, baik perubahan dari segi fisik maupun non fisik
(sosial).
Adanya perubahan penggunaan lahan pada suatu wilayah terjadi karena adanya
pertambahan penduduk dan adanya perkembangan tuntutan hidup, kebutuhan
rumah, yang membutuhkan ruang sebagai wadah semakin meningkat. Gerakan
penduduk yang terbalik, yaitu dari kota ke daerah pinggiran kota yang sudah
termasuk wilayah desa, daerah pinggiran kota sebagai daerah yang memiliki ruang
relatif masih luas ini memiliki daya tarik bagi penduduk dalam memperoleh tempat
tinggal. Kepadatan penduduk terjadi antara lain disebabkan oleh faktor-faktor
seperti topografi, iklim, tata air, aksesebilitas,dan ketersediaan fasilitas hidup.
(Bintarto 1983).
Keserasian dan optimalisasi pemanfaatan ruang yang disebabkan adanya
perubahan penggunaan lahan sebagai akibat berkembangnya wilayah sangat
diperlukan untuk menghindari terjadinya ketimpangan wilayah dalam hal tingkat
pertumbuhan dan perkembangannya. Adanya perkembangan yang tidak seimbang
ini menyebabkan tekanan penduduk dan permasalahan yang dihadapi akan
semakin kompleks terutama dalam penyediiaan prasarana perkotaan (Muljadi,
1989 dalam Harjanti, 2000)
1.2 TUJUAN
4
Mengetahui tantangan dalam implementasi pengembangan prasarana wilayah dan
kota, serta mengidentifikasi dan mencari solusi dari berbagai hambatan yang
dijumpai saat ini maupun yang akan terjadi dimasa depan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Prasarana merupakan kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan, kawasan, kota
atau wilayah (Spatial Space) sehingga ruang tersebut berfungsi sebagaimana
mestinya. Grigg (1988), mengungkapkan bahwa prasarana atau infrastruktur
merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase,
bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi. Pengembangan
prasarana wilayah dan kota merujuk pada proses perencanaan, pembangunan dan
pemeliharan infratruktur fisik yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan kawasan urban dan rural. Ruang Lingkup pengembangan prasarana
wilayah dan kota antara lain : jaringan transportasi, sistem air dan sanitasi, utilitas
publik seperti listrik dan gas, serta fasilitas umum lainnya seperti ruang terbuka
hijau.
6
infrastruktur sebuah kota/area terdiri dari: penerbangan, jembatan, bendungan, air
minum, energi, limbah berbahaya, saluran air gorong-gorong, tanggul, taman dan
rekreasi, pelabuhan, kereta api, jalan, sekolah, limbah padat, transportasi logistik
dan air limbah.
2.3 PERANAN
Aspek ruang sangat penting untuk analisa ekonomi, terutama di negara dengan
wilayah yang luas dan geografis yang sangat beragam. Agar keputusan ekonomi di
negara seperti ini sesuai dan tidak salah, pengambilan keputusan harus secara
eksplisit mempertimbangkan keuntungan lokasi dan pengaruh ruang.
Perbedaan karakteristik wilayah ini merupakan hal yang bersifat lumrah (natural)
dan terjadi diseluruh Negara, baik yang sudah maju maupun sedang berkembang.
Hal ini dapat terjadi karena perbedaan kandungan sumberdaya alam, tingkat
kesuburan tanah maupun kondisi sosial budaya adalah struktur demografi dan
tingkah laku masyarakat yang umumnya sangat bervariasi antar wilayah.
2.4 TEORI
Berikut merupakan beberapa teori yang mengemukakan tentang Pengembangan
Prasarana Wilayah dan Kota :
a. Teori Konsentris (The Consentric Theory)
Teori ini dikemukakan oleh E.W. Burgess (Yunus, 1999), atas dasar study
kasusnya mengenai morfologi kota Chicago, menurutnya suatu kota yang
besar mempunyai kecenderungan berkembang ke arah luar di semua bagian-
bagiannya. Masing-masing zona tumbuh sedikit demi sedikit ke arah luar.
7
Oleh karena semua bagian-bagiannya berkembang ke segala arah, maka pola
keruangan yang dihasilkan akan berbentuk seperti lingkaran yang berlapis-
lapis, dengan daerah pusat kegiatan sebagai intinya.
Secara berurutan, tata ruang kota yang ada pada suatu kota yang mengikuti
suatu pola konsentris ini adalah sebagai berikut:
- Daerah Pusat atau Kawasan Pusat Bisnis (KPB).
Daerah pusat kegiatan ini sering disebut sebagai pusat kota.
- Daerah Peralihan.
Daerah ini kebanyakan di huni oleh golongan penduduk kurang mampu
dalam kehidupan sosial-ekonominya.
- Daerah Pabrik dan Perumahan Pekerja.
Daerah ini di huni oleh pekerja-pekerja pabrik yang ada di daerah ini.
Kondisi perumahannya sedikit lebih buruk daripada daerah peralihan.
- Daerah Perumahan yang Lebih Baik Kondisinya.
Daerah ini dihuni oleh penduduk yang lebih stabil keadaannya dibanding
dengan penduduk yang menghuni daerah yang disebut sebelumnya.
- Daerah Penglaju.
Daerah ini mempunyai tipe kehidupan yang dipengaruhi oleh pola hidup
daerah pedesaan disekitarnya. Sebagian menunjukkan ciri-ciri kehidupan
perkotaan dan sebagian yang lain menunjukkan ciri-ciri kehidupan
pedesaan.
b. Teori Sektor
Teori sektor ini dikemukakan oleh Homer Hoyt (Yunus, 1991 & 1999),
dinyatakan bahwa perkembangan-perkembangan baru yang terjadi di dalam
suatu kota, berangsur-angsur menghasilkan kembali karakter yang dipunyai
oleh sektor-sektor yang sama terlebih dahulu. Alasan ini terutama didasarkan
pada adanya kenyataan bahwa di dalam kota-kota yang besar terdapat variasi
sewa tanah atau sewa rumah yang besar. Belum tentu sesuatu tempat yang
mempunyai jarak yang sama terhadap KPB akan mempunyai nilai sewa tanah
atau rumah yang sama, atau belum tentu semakin jauh letak atau tempat
terhadap KPB akan mempunyai nilai sewa yang semakin rendah. Kadang-
kadang daerah tertentu dan bahkan sering terjadi bahwa daerah-daerah tertentu
yang letaknya lebih dekat dengan KPB mempunyai nilai sewa tanah atau
8
rumah yang lebih rendah daripada daerah yang lebih jauh dari KPB. Keadaan
ini sangat banyak dipengaruhi oleh faktor transportasi, komunikasi dan segala
aspek-aspek yang lainnya.
d. Teori Agropolitan
Agropolitan terdiri dari kata “agro” = pertanian dan “politan” = kota, sehingga
agropolitan dapat diartikan sebagai kota pertanian atau kota didaerah lahan
pertanian. (SA Pranoto. 2005)
Kegiatan kota tani berbasis budidaya pertanian, konservasi sumberdaya alam
dan pengembangan potensi daerah dengan bingkai pembangunan berwawasan
lingkungan, yang merupakan suatu upaya untuk menghindari kesalahan
pembangunan masa lalu. (Hasan Bachtiar, 2003)
9
pendukung nya harus dipelihara agar fungsi nya tetap baik. Sejarah irigasi di
Indonesia memiliki perkembangan yang tidak lepas dari irigasi tradisional. Di
Indonesia, salah satu warisan kelembagaan irigasi yang tertua adalah irigasi Subak
di Bali dan irigasi-irigasi kecil di Jawa. Pada pertengahan abad ke-19, sistem
irigasi modern mulai dicanangkan yang bertujuan untuk mengatasi kelaparan yang
terjadi di Jawa Tengah. Perkembangan irigasi secara pesat terjadi pada permulaan
abad ke-20 setelah adanya politik etis oleh kolonial Belanda dan ditemukannya
teknologi irigasi di dataran rendah. Pada masa awal kemerdekaan sistem irigasi
yang ada masih konvensional. Air irigasi di ambil dari sungai melewati pintu air
pada bendung lalu di alirkan ke petak-petak sawah secara gravitasi, pengaturan
pintu air masih menggunakan manual dengan tenaga manusia.
Tidak lama sejak itu Indonesia mulai menerapkan sistem pengoprasian jalan tol.
Jalan Tol pertama adalah Jalan Tol Jakarta-Bogor-Ciawi yang biasa di kenal
dengan nama Tol Jagorawi yang mulai beroprasi mulai 1978. Dengan panjang 59
Km, jalan tol ini dibangun dengan kualitas tinggi dengan teknologi modern. Jalan
tol kedua adalah Jalan Tol Semarang ABC dengan panjang 24,75 Km, jalan tol ini
beroprasi pada tahun 1983, dan yang ketiga adalah jalan Tol Jakarta-Tanggerang,
jalan tol ini menjadi penghubung ruas tol lain. Sejak tahun 1978 hingga
pertengahan Januari 2024 ini total panjang Jalan Tol di Indonesia telah mencapai
2.816 Km yang terbagi di Pulau Jawa 1.782,47 Km, Pulau Sumatera 865,43 Km,
10
Pulau Kalimantan 97,27 Km, Pulau Sulawesi 61,64 Km, dan Pulau Bali 10,07 Km.
Pembangunan dan pengoperasian jalan tol yang optimal akan meningkatkan
efisiensi pergerakan masyarakat, sehingga masyarakat dapat mencapai tujuan lebih
cepat dan mudah tanpa terjebak kemacetan berkepanjangan, sehingga kehidupan
sehari-hari menjadi lebih produktif dan efisien.
11
Arah kebijakan merupakan sintesis terhadap kebijakan dan strategi nasional dan
daerah terkait tata ruang, sektoral, dan kawasan prioritas/ strategi yang meliputi :
1. Kebijakan penataan ruang wilayah nasional/ pusat, provinsi, dan kabupaten/
kota
Arahan Kebijakan Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota yang akan menjadi
acuan dan batasan dalam pengembangan wilayah.
2. Kebijakan Sektor
Menjelaskan arah kebijakan sektor strategis, sasaran dan target jangka panjang.
Dapat meliputi RPJPN, Visium Kementerian PUPR 2030, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Strategis
Kementerian PUPR, Renstra Kementerian/ Lembaga, dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), serta Renstra Organisasi
Perangkat Daerah.
3. Agenda Global
Arah Pembangunan Global, antara lain SDGs, New Urban Agenda (NUA),
Paris Aggrement, Sendai Framework for Disaster Risk Reduction, dan agenda
global lainnya.
12
2.7 ISU AKTUAL DAN PENANGANANNYA
Berikut merupakan beberapa isu aktual terkait terkait pengembangan infrastruktur
di Indonesia dan penanganannya sejauh ini.
Hingga kini, masih banyak infrastruktur jalan di berbagai daerah di Riau yang
butuh perbaikan dan perawatan oleh pemerintah. Khususnya pada jalan-jalan
yang merupakan tanggung jawab Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau.
Penyebab kerusakan jalan-jalan ini juga tidak lepas dari lemahnya pengawasan
terhadap pengguna jalan. Seperti pada kendaraan bertonase besar dan truk over
kapasitas atau odol yang selama ini disinyalir penyebab kerusakan pada jalan.
Sementara, tidak semua kendaran-kendaraan tersebut juga tidak bayar pajak
pada di Riau atau kendaraan dari luar provinsi Riau.
13
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Riau (Gubri), Syamsuar, menyampaikan,
jika untuk pengawasan kendaraan yang diduga penyebab kerusakan jalan ini.
Namun, sebelumnya ia sudah mengkoordinasikan dengan semua pihak.
"Ini dari awal sudah kita tegaskan, dan itu juga sudah banyak yang ditindak
oleh dinas perhubungan kita di berbagai daerah. Kita harap ini juga harus terus
ditegaskan ke depannya," kata Gubri Syamsuar pada kegiatan refleksi
pembangunan Provinsi Riau tahun 2021, dan rencana kerja 2022 bersama
Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution dan Sekdaprov Riau, SF Hariyanto,
Sabtu (1/1/2022) di Gedung Daerah Riau, Pekanbaru.
"Dan ini juga lah tujuannya UPT-UPT (Unit Pelayanan Teknis) kita di daerah.
Di mana mereka juga dikasih anggaran agar bisa mengatasi dan menanggapi
permasalah kerusakan jalan ini," tuturnya.
Sementara, Setdaprov Riau SF Hariyanto yang juga Plt Kadis PUPR Riau
menegaskan, jika kendala perawatan jalan ini belum maksimal kuncinya ada
pada ketidak seimbangan anggaran di APBD Riau. Maka itu, hingga kini masih
lamban dan terkendala.
"Namun, kita terus mencarikan solusi agar perawatan tetap jalan dan perbaikan
terus dilakukan," ujarnya.
14
Mudah-mudah ditahun 2022 ini tambahnya, terkait permasalah ini bisa
dijalankan dengan baik lagi. Termasuk pembangunan jembatan yang
sebelumnya mangrak yang akan kita jalankan lagi agar dapat difungsikan
masyarakat sesuai tujuan.
"Kita juga sudah koordinasikan semua ini termasuk dengan pusat mana proyek
yang mangkrak sebelumnya itu kita tuntaskan agar bisa digunakan masyarakat
dan mebantu perekonomian masyarakat kedepan," tegasnya.
Kalau untuk jalan nasional, tahun 2022 ini pusat telah menuntaskan
pelelangan. Sehingga perbatasan Riau dengan provinsi lain seperti Riau-
Sumbar, Jambi dan lainnya tidak ada masalah dan tidak ada lagi yang rusak
dan berlobang. Dan itu juga sudah jalan sebelumnya.
"Saat ini tinggal kita di daerah yang juga akan melakukan hal yang sama, yang
pada Januari ini segera mulai lelang kegiatan," tuturnya.
Selain itu, Pemprov Riau juga melakukan pembangunan seawal dan bangunan
pengaman pantai lainnya dilakukan di Tanjung Lapin, Kecamatan Rupat Utara
sepanjang 64,75 meter.
15
2. Pengembangan Infrastruktur Dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi
Wilayah Di Kabupaten Kaimana Papua Barat
Papua Barat merupakan salah satu provinsi yang berada di pulau Papua, jika
dilihat dari permasalahan infrastruktur Papua Barat masih masuk dalam
kategori ketersediaan infrastruktur dan pemanfaatan sumber daya alam yang
kurang. Oleh karena itu, Pemerintah Papua Barat menargetkan cadangan gas
16
yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan listrik berbasis gas, mengingat
Papua Barat memiliki sumber daya alam gas terbesar di Indonesia. Dengan
adanya pembangunan serta pengembangan infrastruktur yang semakin
meningkat diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi di Papua
Barat, sehingga tidak terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial di kalangan
masyarakat dan juga dapat meningkatkan Pendapatan Anggaran Daerah (PAD)
Provinsi Papua Barat.
17
juga tidak tertarik melakukan investasi yang selanjutnya akan mempegaruhi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang mana mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Kondisi ruas jalan yang buruk akan menghambat lalu
lintas perekonomian suatu daerah yang mana berimbas pada kelancaran akses
perekonomian suatu masyarakat, yang mengakibatkan mobilitas antara daerah
dan distrubusi barang menjadi sulit. (Siregar and Tanjung 2020).
18
Kebijakan pengembangan infrastruktur di Indonesia telah dilakukan dengan
beberapa program dan proyek, seperti pembangunan jalan tol, pembangunan
bandara, Pembangunan pelabuhan, dan lain-lain. Namun, masih terdapat
beberapa gap atau kesenjangan dalam implementasi kebijakan pengembangan
infrastruktur, antara lain terbatasnya sumber daya manusia yang berkualitas di
bidang teknik sipil dan manajemen proyek, sehingga menghambat pelaksanaan
proyek infrastruktur. Kurangnya koordinasi antar lembaga pemerintah,
sehingga terjadi tumpang tindih dalam pembangunan infrastruktur dan tidak
maksimalnya penggunaan anggaran. Masih rendahnya kualitas infrastruktur
yang dibangun, seperti rendahnya kualitas jalan tol yang masih sering terjadi
kecelakaan, belum optimalnya pemanfaatan fasilitas bandara, dan lain-lain.
(Tjilen, Ohoiwutun, and Tambaip 2023)
19
BAB III
KESIMPULAN
2.8 KESIMPULAN
Infrastruktur yang baik dan terintegrasi sangat penting dalam mendukung
pertumbuhan dan perkembangan sebuah kota. Dalam konteks ini, pengembangan
prasarana wilayah kota mencakup berbagai aspek seperti transportasi, air bersih,
sanitasi, listrik, telekomunikasi, serta ruang terbuka hijau. Upaya untuk
meningkatkan prasarana wilayah kota harus memperhatikan keberlanjutan
lingkungan, kebutuhan masyarakat, serta efisiensi penggunaan sumber daya.
Pengembangan prasarana wilayah kota tidak hanya berdampak pada kenyamanan
dan keamanan warga kota, tetapi juga berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi
dan daya saing suatu daerah. Oleh karena itu, perencanaan yang matang dan
implementasi yang tepat diperlukan dalam membangun infrastruktur kota yang
berkualitas. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat
juga menjadi kunci dalam mencapai tujuan pengembangan prasarana wilayah kota
yang optimal.
Dalam menghadapi tantangan urbanisasi dan pertumbuhan populasi di perkotaan,
pengembangan prasarana wilayah kota harus menjadi prioritas bagi setiap
pemerintah daerah. Dengan memperhatikan aspek-aspek penting seperti
keberlanjutan lingkungan, inklusi sosial, dan efisiensi penggunaan sumber daya,
pembangunan infrastruktur kota dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi
seluruh warga kota.
2.9 SARAN
Meskipun sudah dikeluarkannya berbagai kebijakan yang mendukung
pengembangan prasarana wilayah dan kota di Indonesia namun ada beberapa hal
perlu diperbaiki dan ditingkatkan, seperti perencanaan pembangunan yang matang
baik di tingkat daerah maupun nasional, meningkatkan kualitas SDM khususnya di
20
tingkat Daerah, dan yang terakhir kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan
masyarakat perlu dijalin lebih erat dan intens guna menghasilkan pembangunan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat maupun masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Fulmer, Jeffrey (2009). "What in the world is infrastructure?". PEI Infrastructure Investor
(July/August): 30–32. Diakses online pada 14 Maret, 2024.
Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Kota. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dewi, Gracia, Datu Menga, Mohammad Reza, and Ardiyanto Maksimilianus Gai.
“Penggembangan Infrastruktur Dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi
Wilayah Di Kabupaten Kaimana Papua Barat (Infrastructure Development in
Supporting Regional Economic Growth in Kaimana Regency West Papua).” : 1–8.
Sihaloho, Rezya Agnesica Helena, Rusdi J Abbas, and Silvia Dian Anggraeni. 2022.
“Strategi Manuver Geoekonomi Indonesia Dalam Merespons Dukungan Negara-
21
Negara Pasifik Selatan Atas Isu Kemerdekaan Papua.” Jurnal Kajian Wilayah
12(1): 1.
Siregar, Dwi Rayana, and Ahmad Albar Tanjung. 2020. “Manusia Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Langkat 2010-2019.” Jurnal Ekonomi Bisnis 19(2): 173–80.
Tjilen, Alexander Phuk, Yosephina Ohoiwutun, and Beatus Tambaip. 2023. “KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN DAMPAKNYA TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI MERAUKE.” 6.
22