Oleh
Eldi
Widyaiswara Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
Jl. Sisingamangaraja No.2, Selong, Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 12110,
Email : leditalyusman@gmail.com
Abstract
The aim in this article is to find out various factors that caused floods occur in DKI Jakarta. The
Research method in this article is used a descriptive research design using a literature study
approach. Based on the type of research and data source is used, the data collection technique in
this study is to used secondary data. Then the results of this research that have been carried out are
that the causes of flooding in DKI Jakarta in general are due to dynamics and urban development,
in which there are various aspects that can be seen, such as the demographic aspects of the city that
lead to rapid population growth of an urban area and it causes various problems that occur in urban
areas, the next aspects is land use, where the development of an urban area causes needed for land
to be used as a residence in urban areas continues to experience enhancement. And the last aspect
is land use change, which is where changes in land used patterns occur in urban areas from non-
developed areas to built up areas that are related to the expansion of urban areas as physical
manifestation and pressure due to urbanization.
Keywords : Flood, Urban Dynamics, City Demographics, Land Use & Land Use Transfer.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.6 Nopember 2020 1059
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
mengetahui penyebab banjir di wilayah DKI Menurut Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. Jakarta (2010) menyatakan bahwa banjir yang
terjadi di wilayah DKI Jakarta sangat bertalian
METODE PENELITIAN erat dengan banyaknya factor-faktor, seperti
Penelitian ini menggunakan desain pembangunan fisik di kawasan tangkapan air di
penelitian Deskriptif dengan menggunakan hulu yang kurang tertata dengan baik, laju
pendekatan Studi Kepustakaan. Penggunaan urbanisasi yang terus meningkat,
desain penelitian Deskriptif ini dalam perkembangan perekonomian dan terjadinya
penelitian bertujuan untuk mengetahui berbagai perubahan iklim global. Lebih lanjut
penyebab banjir yang terjadi di DKI jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjelaskan
Pengumpulan data adalah prosedur yang bahwa sejak era pemerintahan colonial Belanda
sistematis dan standar untuk memperoleh pun sudah sangat dipusingkan dengan
sebuah data. Berkaitan dengan hal tersebut, permasalahan banjir ini dan juga permasalahan
berdasarkan tipe penelitian dan jenis sumber lainnya seperti tata kelola air di Jakarta.
data yang digunakan dan yang sudah Kemudian hanya berselang sekitar dua tahun
ditetapkan, maka teknik pengumpulan data saja setelah Batavia dibangun sekitar tahun
dalam penelitian ini adalah menggunakan data- 1621 lengkap dengan system kanalnya, kota ini
data sekunder, baik dari hasil penelitian orang mengalami banjir kembali. Kemudian banjir
lain maupun dari website resmi milik besar terjadi kembali pada tahun 1918 yang
pemerintah dan dari berita-berita terpercaya. membuat hamper seluruh kota tergenang air.
Berdasarkan laporan pada saat itu ketinggian air
HASIL DAN PEMBAHASAN banjirnya adalah sekitar satu meter atau sekitar
1. Penyebab Banjir di DKI Jakarta setinggi dada orang dewasa. Salah satu upaya
Kawasan di DKI Jakarta kurang-lebih dari penanggulangan banjir yang dilakukan
seluas 50% tumbuh dan berkembang di dataran oleh Pemerintah colonial Belanda saat itu
banjir 13 sungai, sehingga genangan yang adalah dengan membangun saluran air yang
diakibatkan luapan air sungai tersebut dapat disebut sebagai Banjir Kanal Barat pada tahun
mebimbulkan masalah banjir. Masalah banjir 1922. Pembangunan Banjir Kanal Barat ini
ini semakin lama semakin bertambah dan merupakan ide dari seorang ahli tata kelola air,
mengalami peningkatan seiring dengan laju yaitu Herman van Breen.
pertumbuhan penduduk dan pertambahan lahan Menurut Direktorat Pengairan dan Irigasi
di daerah bantaran sungai yang berubah menyatakan bahwa terjadinya serangkaian
menjadi kawasan permukiman penduduk. banjir dalam waktu yang relative pendek dan
Menurut Prihatin (2013) menyatakan bahwa terulang setiap tahunnya, menuntut upaya lebih
banyak factor yang menjadi penyebab banjir di besar untuk mengantisipasinya, sehingga
wilayah DKI Jakarta. Secara keseluruhan, yang kerugian dapat diminamalkan. Berbagai upaya
menjadi factor pemicu awal adalah terjadinya pemerintah yang bersifat structural (structural
perubahan-perubahan besar dan signifikan pada approach), pada kenyataannya masih jauh
sector tata ruang di beberapa kota, seperti untuk dapat menanggulangi masalah banjir di
wilayah DKI Jakarta, wilayah Bogor, wilayah DKI Jakarta. Upaya dalam penanggulangan
Depok, wilayah Tangerang dan wilayah Bekasi. banjir ini di DKI Jakarta ini selama ini lebih
Dengan perubahan-perubahan yang terjadi ini berfokus kepada penyediaan bangunan-
menyebabkan penurunan jumlah daerah yang bangunan fisik pengendali banjir untuk
seharusnya berfungsi sebagai daerah resapan mengurangi dampak dari bencana banjir.
air hujan, karena penurunan jumlah daerah ini, Menurut Aminudin, (2013) banjir adalah
maka air hujan yang turun ke bumi mengalir ke bencana yang diakibatkan curah hujan yang
jalanan dan tidak meresap ke dalam tanah. tinggi dengan tidak diimbangi dengan saluran
pembuangan air yang memadai sehingga dapat
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
1060 Vol.1 No.6 Nopember 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
merendam wilayah-wilayah yang tidak (2018) menjelaskan bahwa pembangunan
dikehendaki oleh orang-orang yang ada di sana. adalah suatu perubahan dengan melalui
Banjir yang terjadi ini juga dapat disebabkan intervensi dari manusia atau perubahan yang
karena terjadinya jebol pada system aliran air secara sengaja dilakukan oleh manusia dengan
yang ada, sehingga daerah yang lebih rendah maksud untuk mendayagunakan sumber daya
terkena dampak dari kiriman banjir. Kemudian yang ada, tetapi pada kenyataannya, kegiatan
menurut Kodoatie, et, al 2002 dalam Nurhaimi pembangunan yang dilakukan selalu
A dan Sri Rahayu (2014) ada dua factor yang menimbulkan dampak lingkungan, baik positif
menjadi penyebab terjadinya banjir, yaitu maupun dampak negative.
penyebab yang bersifat alami dan penyebab Menurut Pemerintah Provinsi DKI
yang bersifat tidak alami (dari aktivitas Jakarta (2010) menyatakan bahwa telah banyak
manusia). Contohnya yang bersifat alami terjadi perubahan dari wajah DKI Jakarta ini
adalah : (a) hujan lebat; (b) pengaruh geografi sejak 1920-an. Kondisi alam Jakarta yang
pada sungai di daerah hulu dan hilir; (c) sudah berubah drastic akibat dari tingginya laju
pengendapan sedimen; (d) system jaringan pertumbuhan penduduk dan perluasan kawasan
drainase tidak berjalan dengan baik; (e) pasang permukiman serta berkembangnya industry-
surut air laut. Kemudian contoh yang bersifat industri dan perdagangan. Apabila sebelumnya
tidak alami (aktivitas manusia) adalah : (a) curah hujan yang tinggi ini dapat diatasi dengan
perubahan daerah pengalihan sungai yang meresapnya air hujan tersebut ke dalam tanah
disebabkan karena penggundulan hutan; (b) dan kemudian sisanya dialirkan kembali secara
pembuangan sampah ke sungai; (c) kurangnya alami ke sungai, maka dengan pembangunan
terpelihara bangunan pengendali banjir; (d) fisik yang terjadi saat ini telah menutup daerah-
kurangnya terpelihara alur sungai. daerah resapan air. Karena luasan wilayah
Kemudian menurut Suprayogi, dkk daerah yang tidak terbangun ini semakin lama
(2019) dalam bukunya menyatakan bahwa semakin berkurang, maka air hujan yang turun
permasalahan banjir yang terjadi pada wilayah di atas wilayah DKI Jakarta langsung dialirkan
kota-kota besar, khsusunya wilayah DKI ke sungai dan saluran-saluran air lainnya yang
Jakarta adalah : (a) Dinamika dan kemudian dialirkan kembali ke laut. Lebih
Pembangunan Wilayah Perkotaan; (b) lanjut lagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
demografi kota; (c) tata guna lahan dan (d) alih menjelaskan bahwa selain banjir, seluruh aspek
fungsi lahan. pengaturan air, baik itu yang bertalian dengan
2. Dinamika dan Pembangunan Wilayah jumlah, mutu air ataupun alokasinya
Perkotaan merupakan tantangan yang semakin hari
Pembangunan yang dilakukan oleh semakin menuntut perhatian. Para ahli telah
pemerintah, baik dalam lingkup Local lama mengingatkan bahwa tata kelola air dapat
(Perkotaan) maupun lingkup Nasional (Negara) menjadi penyebab utama dari masalah
dimaksudkan untuk dapat meningkatkan lingkungan bagi warga yang tinggal di kawasan
kualitas hidup rakyatnya. Kualitas hidup yang perkotaan, khsuusnya yang tinggal di wilayah
dimaksud ini adalah ditentukan oleh tingkat DKI Jakarta.
pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang 3. Demografi Perkotaan
paling utama. Menurut Manik (2018) dalam Setelah pembangunan wilayah Kota yang
bukunya menyatakan bahwa untuk begitu pesat dan telah berkembang secara
kelangsungan hidup manusia, setiap anggota ekonomis, tetapi pembangunan pada wilayah
masyarakat tidak hanya membutuhkan materi kota ini terjadi penurunan secara ekologis.
saja (diukur dengan tingkat pendapatan), tetapi Perkembangan wilayah kota di Indonesia
diukur dari kebutuhan biologis, spiritual, dan dewasa ini cenderung mengarah kepada
social-budaya. Kemudian lebih lanjut Manik perkembangan fisik saja yang lebih banyak
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.6 Nopember 2020 1061
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ditemukan oleh banyaknya sarana dan penggunaan lahan akan semakin kompleks,
prasarana yang ada (Sundari, 2006). sebab kegiatan-kegiatan bergerak dinamis. Tata
Pertumbuhan penduduk juga merupakan factor guna lahan mengandung pengertian mengatur
utama dari pertumbuhan pada suatu wilayah ruang kegiatan masyarakat agar lahan dapat
perkotaan. Jumlah penduduk pada wilayah DKI digunakan secara efisien dan terencana.
Jakarta berdasarkan hasil proyeksi penduduk Intensitas penggunaan lahan dan lokasi
dari sensus penduduk pada tahun 2017 adalah penggunaan lahan sangat mempengaruhi
sebanyak 10,37 juta jiwa. Kemudian menurut pergerakan penduduk dan barang dalam suatu
data BPS (2015) dalam Prakoso dan kawasan. Adapun factor-faktor yang
Herdiansyah (2019), jumlah penduduk di Ibu mempengaruhi terhadap perkembangan pola
Kota Negara bertambah sebanyak 269 jiwa penggunaan lahan adalah : (a) topografi; (b)
setiap hari atau 11 orang per jamnya. penduduk; (c) aksesibilitas; (d) sarana dan
Pertumbuhan penduduk yang cepat ini prasarana; (e) daya dukung lahan.
diperparah dengan buruknya hubungan antara Kemudian perubahan fungsi lahan yang
manusia dengan lingkungannya, hal tersebut terjadi di wilayah perkotaan dari non-terbangun
mengakibatkan banyaknya permasalahan- menjadi terbangun bertalian dengan perluasan
permasalahan yang terjadi di wilayah DKI wilayah kota sebagai wujud fisik dan desakan
Jakarta, seperti membuang sampah urbanisasi. Latar belakang pertumbuhan kota
sembarangan dan membangun tempat tinggal secara fisik memiliki karakteristik yang
yang tidak pada tempatnya, sehingga beragam dan adanya dampak yang bersifat
menyebabkan banjir yang dimana keruangan pada hakikatnya sama, yaitu
permasalahan ini tidak kunjung dapat cenderung berkompetisi dalam penggunaan
diselesaikan. lahan di daerah pinggiran atau sekitar kota yang
4. Tata Guna Lahan dan Alih Fungsi Lahan sebelumnya merupakan lahan pertanian
Dengan adanya laju pertumbuhan (Suprayogi, dkk, 2019). Dengan tingginya
penduduk yang tinggi dapat mempercepat pertumbuhan penduduk, maka akan sangat
perkembangan wilayah perkotaan. Dan mempengaruhi daya dukung lingkungan
perkembangan yang cepat ini mengakibatkan terhadap kehidupan manusia, hal tersebut dapat
kebutuhan lahan untuk dijadikan sebagai dilihat dari tingginya penggunaan lahan yang
tempat tinggal di wilayah perkotaan terus- digunakan sebagai tempat tinggal. Karena
menerus mengalami peningkatan dan hal ini penggunaan lahan yang tinggi tersebut guna
berimplikasi dari pertumbuhan penduduk. mengatasi masalah penduduk, maka dapat
Menurut Suprayogi, dkk (2019) menyatakan mengurangi kawasan atau daerah resapan air
bahwa rencana tata ruang berupaya mengatur perkotaan. Menurut Suprayogi, dkk (2019)
peruntukkan lahan walaupun dengan status menyatakan bahwa guna lahan akan
kepemilikan dari lahan tersebut adalah pribadi mempengaruhi terhadap besarnya presentase
untuk kepentingan umum. Lebih lanjut jumlah air yang dapat meresap ke dalam tanah.
Suprayogi, dkk (2019) menjelaskan bahwa Pada lahan yang tertutup bangunan, volume air
beberapa hal yang harus dipertimbangkan hujan yang mengalir di permukaan akan lebih
dalam penetapan guna lahan adalah daya besar dibandingkan dengan air yang meresap ke
dukung lahan dan daya tampung lahan (kondisi dalam tanah.
alamiah), penggunaan lahan eksisting,
ketersediaan lahan, harmonisasi ruang dengan PENUTUP
penggunaan lahan lainnya, infrastruktur, tren Kesimpulan
perkembangan (demografi dan kawasan), Berdasarkan dari pembahasan tersebut di
pertumbuhan ekonomi dan lain sebagainya. atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Menurut Jayadinata (1999) dalam a. Pengertian banjir adalah suatu peristiwa
Suprayogi, dkk (2019) menyatakan bahwa pola yang terjadi akibat menumpuknya air
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
1062 Vol.1 No.6 Nopember 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
hujan yang jatuh dan tidak dapat Pertumbuhan Dan Status Keberlanjutan
ditampung oleh tanah. Kawasan Permukiman Di Pinggiran Kota
b. Perubahan-perubahan yang terjadu pada Wilayah Metropolitan Jakarta. Globe Vol.
sector tata ruang yang ada di DKI 15. No. 1 Juni 2013 : 93-100.
Jakarta menjadi factor pemicu [5] Kementerian Pekerjaan Umum dan
terjadinya banjir. Perumahan Rakyat. (2017). Panduan
c. Beberapa factor yang dapat Praktis Implementasi Agenda Baru
menyebabkan banjir di DKI Jakarta Perkotaan Untuk Kota Berkelanjutan Di
adalah dinamika dan pembangunan Indonesia. Jakarta, Oktober 2017.
perkotaan, demografi perkotaan, dan [6] Manik. K.E.S. (2018). Pengelolaan
tata guna lahan serta alih fungsi lahan. Lingkungan Hidup. Depok :
Saran PRENADAMEDIA GROUP.
Berdasarkan dari pembahasan tersebut di [7] Nurhaimi. A.R, Rahayu Sri. (2014). Kajian
atas, maka penulis dapat memberikan saran, Pemahaman Masyrakat Terhadap Banjir
yaitu : Di Kelurahan Ulujami, Jakarta. Jurnal
a. Aturan-aturan atau kebijakan-kebijakan Teknik PWK. Vol. 3. No. 2 2014.
yang berkaitan dengan pembangunan [8] Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2010).
perkotaan di wilayah DKI Jakarta wajib Mengapa Jakarta Banjir ? Pengendalian
untuk dapat dilaksanakan dengan Banjir Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
sebaik-baiknya. Jakarta : PT Mirah Sakethi.
b. Meningkatkan kesadaran kepada [9] Prakoso P, Herdiansyah H. (2019).
masyarakat terhadap pentingnya Analisis Implementasi 30% Ruang
menjaga lingkungan. Terbuka Hijau Di DKI Jakarta. Majalah
c. Pemerintah harus dapat melakukan Ilmiah Globe. Vol. 21, No. 1, April 2019,
pengawasan secara ketat terhadap Hal 17-26.
perubahan-perubahan yang terjadi pada [10] Prihatin Rohani. B. (2013). Mengurai
tata ruang di DKI Jakarta. Masalah Banjir Di Jakarta. Info Singkat.
d. Pemerintah harus dapat melakukan Vol. 5. No. 02//II/P3DI/Januari/2013.
pengawasan secara ketat terhadap tata [11] Rosyidie. A. (2013). Banjir : Fakta dan
guna lahan dan alih fungsi lahan yang Dampaknya, Serta Pengaruh Dari
ada di DKI Jakarta. Perubahan Guna Lahan. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol. 24.
DAFTAR PUSTAKA No. 3 Desember 2013 : 241-249.
[1] Aminudin. (2013). Mitigasi dan [12] Rustiadi. E. (2000). A Study of Spatial
Kesiapsiagaan Bencana Alam. Bandung : Pattern of Suburbanization Process: A
Angkasa Bandung. Case Study in Jakarta Suburban. Paper
[2] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Presented on IGU-LUCC Pre-Congress
Geofisika. (2015). Analisis Kejadian Meeting. 3 Oktober 2000. Tsubuka. Japan.
Banjir DKI Jakarta. Stasiun Klimatologi [13] Sugestiadi Muhammad. I, Basuki. Y.
Pondok Betung-Tangerang. (2018). Dinamika Pertumbuhan Perkotaan
[3] Firman. T. (2003). The Spatial Pattern of Di Kawasan Perkotaan Surakarta. Seminar
Population Growth in Java, 1990-2001: Nasional Geomatika 2018 : Penggunaan
Continuity and Change in Extended dan Pengembangan Produk Informasi
Metropolitan Region Formation. IDPR 25 Geospasial Mendukung Daya Saing
(1): 185-193. Nasional.
[4] Hidajat Janthy. T, Sitorus Santun. R.P, [14] Sundari.E.S. (2006). Studi Untuk
Rustiadi. E, Machfud. (2013). Dinamika Menentukan Fungsi Hutan Kota Dalam
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.6 Nopember 2020 1063
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Masalah Lingkungan Perkotaan. Jurnal
PWK Unisba.
[15] Suprayogi. H, Juwono Pitojo. T, Subagiyo.
A. (2019). Indeks Drainase dan Banjir
Perkotaan. Jakarta : PT Palmerah Selatan
26-28.
[16] Yohana. C, Griandini. D, Muzambeq. S.
(2017). Penerapan Pembuatan Teknik
Lubang Biopori Resapan Sebagai Upaya
Pengendali Banjir. Jurnal Pemberdayaan
Masyarakat Madani (JPMM). Vol. 1, No. 2
Desember 2017
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
1064 Vol.1 No.6 Nopember 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)