net/publication/338790034
CITATIONS READS
0 219
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Study of land suitibility for new paddy field in Banjar Regency, South Borneo View project
All content following this page was uploaded by Budi Heru Santosa on 29 February 2020.
1. Latar Belakang
penduduk berkembang menjadi 1,668,578 jiwa pada Desember 2018. Pertumbuhan jumlah
penduduk ini memerlukan dukungan lahan untuk permukiman dan aktivitas sosial dan ekonomi
lainnya. Resonansi antara pertumbuhan jumlah penduduk, urbanisasi, dan banjir ekstrem
meningkatkan risiko banjir kota sehingga infrastruktur fisik seperti tanggul, bendung, dan
bangunan sipil lainnya yang dibangun dalam kerangka manajemen risiko banjir perkotaan tidak
mampu lagi menahan kekuatan banjir (Duy et al., 2018; Guo et al., 2018; Trogrli´c et al., 2018;
Kota semarang menghadapi potensi bencana banjir luapan sungai (fluvial flood) dan banjir
permukaan akibat sistem drainae yang tidak mampu menampung debit banjir (pluvial flood)
serta banjir rob pada saat air laut pasang. Di kawasan pesisir Kota Semarang keadaan diperparah
dengan terjadinya penurunan muka tanah sebesar rata-rata 2,2 cm/tahun. Akibatnya terjadi
banjir rob rutin di kawasan pesisir Semarang yang berdampak pada 300 ribu jiwa di wilayah
tersebut (Pemerintah Kota Semarang, 2016). Artikel ini merupakan penilaian kritis atas
2. Penilaian Kritis
Miller dan Spoolman (2015) mendefinisikan keberlanjutan sebagai kapasitas sistem alami bumi
dan sistem budaya manusia untuk bertahan hidup, berkembang, dan beradaptasi dengan
perubahan kondisi lingkungan ke masa depan yang sangat panjang. Prinsip ini harus dijadikan
acuan dalam pembangunan sehingga masyarakat mendapatkan kesejahteraan di lingkungan
Yang terjadi di Kota Semarang adalah bahwa pembangunan kawasan industri, permukiman,
dan fasilitas umum dan sosial ekonomi (sosek) lainnya di kawasan pesisir dilakukan secara
masif. Sebenarnya fenomena banjir rob sudah disadari sejak tahun 1957, tetapi karena belum
berdampak luas, pembangunan kawasan pesisir masih terus dilakukan tanpa memperhatikan
banjir rob tersebut. Pembangunan fisik menambah beban lapisan tanah dan beresonansi dengan
pemadatan lapisan aluvial pesisir menyebabkan penurunan muka tanah. Di bagian hulu Kota
Semarang juga terjadi konversi lahan menjadi areal permukiman dan industri sehingga debit
banjir yang masuk ke kawasan hilir termasuk pesisir menjadi semakin besar. Pada saat terjadi
pasang naik yang bersamaan dengan turunnya hujan merata di Kota Semarang dan wilayah hulu
maka terjadi banjir dan genangan yang terjadi terutama di kawasan pesisir. Hal ini adalah
dampak dari pembangunan yang kurang memperhatikan daya dukung lingkungan dan tidak
Dengan kondisi kota yang sudah terbangun, aktivitas sosial dan bisnis masyarakat harus terus
Menyelesaikan masalah yang sudah timbul akibat kesalahan kebijakan pembangunan yang
telah lampau dan 2. Menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan yang memerhatikan aspek
ekonomi, sosial, dan lingkungan secara paralel. Perkembangan penelitian dalam peningkatan
ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir sudah banyak dilakukan dan harus
Dibutuhkan terobosan pada aspek pencegahan terbentuknya debit banjir dan memperlambat
bencana banjir dengan solusi-solusi tepat guna, misalnya: pemanenan air hujan (Prihanto dkk,
2018), pembangunan kolam/sumur resapan sebagai penerapan konsep zero delta runoff,
menerapkan kebijakan penggunaan material yang mampu menyerap air untuk pembangunan
jalan, dan lain-lain. Untuk mengurangi laju penurunan tanah dapat diberlakukan kebijakan
pelarangan pengambilan air tanah dangkal dan moratorium pembangunan gedung bertingkat
tinggi. Selain itu Kota Semmarang harus meningkatkan kinerja manajemen risiko banjirnya
dengan mempersiapkan peta risiko banjir skala detil, sistem peringatan dini banjir modern,
sosialisasi risiko banjir kepada seluruh masyarakat terdampak, dan membenahi mekanisme
penanganan banjir dan recovery-nya (McClymont dkk, 2019; Adedeji dkk, 2019, Putra dkk,
2019). Dengan demikian ketangguhan Kota Semarang dalam menghadapi bencana banjir
meningkat dan keberlanjutan hidup masyarakatnya dapat dijamin hingga ke generasi yang akan
datang.
3. Kesimpulan
b. Kota Semarang harus segera mengubah kebijakan pembangunan untuk mengurangi dampak
banjir dengan target mengurangi debit banjir dan mengurangi laju penurunan tanah.
Daftar Pustaka
Duy, P. N., Chapman, L., Tight, M., Thuong, L. V., P. D., and Linh, P. N. (2018). Urban
Resilience to Floods in Coastal Cities: Challenges and Opportunities for Ho Chi Minh City
and Other Emerging Cities in Southeast Asia, J. Urban Plan. D., 144, 05017018(1- 10)
Guo, L., He, B., Chang, M., Chang, Q., Li, Q., Zhang, K., and Hong, Y. (2018). A
comprehensive flash flood defense system in China: overview, achievements, and outlook,
Nat. Hazards, 92, 1–14
Montz, B. (2009). Emerging issues and challenges: natural hazards. Journal of Contemporary
Water Research & Education, 142(1), 42-45.
Pemerintah Kota Semarang. 2016. Semarang Tangguh: Bergerak Bersama Menuju Semarang
Tangguh. Semarang (ID). Pemerintah Kota Semarang.
Prihanto, Y., Koestoer, R. H., Sutjiningsih, D., & Darmajanti, L. (2018, August). Reprofiling
landscape of rainwater harvesting in supporting Semarang urban water resilience. In IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 179, No. 1, p. 012043). IOP
Publishing.
Putra, G. Y., Koestoer, R. H., & Lestari, I. (2019, February). Local resilience towards
overcoming floods of local climate change for adaptation: A study of marunda community
in north jakarta. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 239,
No. 1, p. 012043). IOP Publishing.
Trogrli´c, R. Š., Wright, G. B., Adeloye, A. J., Duncan, M. J., and Mwale, F. (2018). Taking
stock of communitybased flood risk management in Malawi: different stakeholders,
different perspectives, Environ. Hazards, 17
Wing, O. E., Bates, P. D., Smith, A. M., Sampson, C. C., Johnson, K. A., Fargione, J., and
Morefield, P. (2018). Estimates of present and future flood risk in the conterminous United
States, Environ. Res. Lett., 13, 9034023