Resume :
Dari seminar tersebut maka yang harus kita pahami yaitu yang pertama terkait
dengan permasalahan perkotaan secara global. Dimana terdapat 3 permasalahan
terjadi di berbagai kota yang hampir sama antara kota satu dengan kota yang
lainnya. Adapun 3 permasalahan tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Globalisasi
Jika kita artikan globalisasi ini merupakan sebagai tindakan yang mendunia.
Globalisasi merupakan sebuah istilah yang mempunyai hubungan dengan
peningkatan keterkaitan antarbangsa serta juga antarmanusia di seluruh dunia.
Globalisasi ini kurang berkaitan dengan keruangan tetapi berpengaruh terkait
permasalahan perkotaan. Contoh terkait globalisasi adalah virus corona yang hal
ini adalah dampak dari globalisasi yang terkena adalah negara-negara terhubung.
2. Urbanisasi
3. Perubahan iklim
Perubahan iklim telah berdampak pada semakin tingginya intensitas dan jenis
bencana perubahan iklim yang terjadi seperti banjir, rob, kekeringan, angin puting
beliung, ketidakpastian musim, penurunan produktivitas pertanian, serta wabah
penyakit. Hal ini mengakibatkan besarnya kerugian yang dialami masyarakat di
perkotaan baik secara material maupun immaterial. Langkah antisipatif sebaiknya
mulai dilakukan dari sekarang sebelum keadaan semakin memburuk. Maka dari itu,
dibutuhkan suatu perencanaan ketahanan iklim yang dapat dilakukan melalui
penyusunan Kajian Risiko Iklim serta Strategi Ketahanan Kota.
Selain beberapa hal diatas maka terdapat permasalahan perkotaan yang ada di
Indonesia sebagai berikut:
1. Populasi
2. Urbanisasi
Hal ini sama kasusnya seperti diatas yaitu berkaitan dengan perubahan
karakteristik-karakteristik wilayah desa ke kota.
Berkaitan dengan penataan ini maka masih belum memiliki rencana tata ruang yang
seharusnya dan menjadi masalah di kota-kota.
Berkaitan dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah resapan air yang
aliran sungai dari hulu ke hilir (kelaut). Das biasanya melintasi kab / provinsi. DAS
(catchment, basin, watershea) merupakan suatu wilayah daratan yang satu
kesatuan dengana sungai dan anak-anakan sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau kelaut secara alami, yang batas didarat merupakan peimsah topgrafis
dan batas dilaut samapai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas
daratan. (Undang-Undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air)
Jika terjadi banjir didaerah hilir maka dilihat apa yang terjadi di hulu dan
sebaliknya. Lahan-lahan hijau untuk resapan air di gunduli atau dialih fungsikan
menjadi Kawasan permukiman/ perumahan yang berdampak di hilir.
Kemudian berkaitan dengan daur hidrologi DAS yaitu dari hujan yang membasahi
lapisan permukaan yang terjadi filtrasi dan evaporasi.
Social and
economical
development
Supply of resources
Natural
Resources User of resources
(supply orientated (demand orientated
pressure) Demand for resources pressure)
Watershed
ecosystem
Dari gambar diatas maka pemerintah atau masyarakat memanfaatkan sumber daya
yang ada, pembangunan, social dan ekonomi sebanyak apa kita mengeksploitasi
DAS.
Implementasi konsep kota berketahanan dalam tata ruang DAS, terbagi menjadi 3
yaitu:
o Tata guna lahan peka risiko
Rencana tata guna lahan mempertimbangkan hasil penaksiran risiko, zonasi detail
dikawasan perencanaan berdasarkan mikrozonasi bahaya
o Manajemen ekosistem kota
Seperti daerah tangkapan dan penyimpangan air, RTH, habitat, alamiah serta
memlihara konektifitas dan keberfungsian dari system alamiah ini.
o Peremajaan kota
Infrastruktur berupa asetnya yang sudah sesuai dengan standar kebertahanan yang
disyaratkan.
Dari ketiga implementasi konsep diatas maka perlu adanya kolaborasi dan
integrase dengan pihal terkait masyarakat yang kompleks. Hal tersebut dapat dilihat
dari beberapa kasus yang terjadi di daerah pesisir yaitu
o Kerugian banjir Jakarta pada tahun 2013
o Kasus sungai ciliwung
o Kontroversi normalisasi dan aktualisasi yang dimana terdapat 7000 keluarga
terdampak relokasi dan awalnya masyarakat menolak dan harus pindah.
Kejadian ini terjadi sangat terlalu cepat sehingga kurang sosialisasi kepada
masyarakat.
Solusi dari banjir Jakarta yaitu dari hulu ke hilir untuk mitgasi bencana secara luas.
selanjutnya kota perlu memiliki Strategi Ketahanan Kota atau sering disebut dengan
City Resilience Strategy (CRS) yang berisi aksi yang merespon perubahan iklim dan
penjabaran rencana aksi atau kegiatan yang perlu. Hal ini berkaitan dengan
pembangunan perkotaan dan kota berketahanan perdesaan. Kota mempunyai
kapasitas untuk bertahan terhadap guncangan dan ketahanan.
Terdapat istilah shock dan stres. Dimana shock adalah contohnya guncangan
erupsi, gempa bumi jika diartikan dalam konteks global serta stress adalah berkaitan
dengan fisik yaitu social ekonomi dan pemerintahan.