Anda di halaman 1dari 5

RESUME STUDIUM GENERALE

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH


DAN KOTA

Nama :Tari Berta Lestari


NIM :118220024
Kelas :RB
Judul Kuliah/Seminar Online yang diikut :penataan ruang berbasis pengelolaan DAS untuk
terwujudnya kota berketahanan
Topik yang diangkat :resilience city(kota berketahanan)
Pemateri :try mulyani Ph.D
Tanggal Release Kuliah/Seminar Online :13 Maret 2020
Sumber berupa alamat web/url :https://www.youtube.com/watch?v=aat1PArFaJM
Tanggal akses oleh mahasiswa : 16 April 2020

Resume :
Dari seminar tersebut maka yang harus kita pahami yaitu yang pertama terkait
dengan permasalahan perkotaan secara global. Dimana terdapat 3 permasalahan
terjadi di berbagai kota yang hampir sama antara kota satu dengan kota yang
lainnya. Adapun 3 permasalahan tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Globalisasi

Jika kita artikan globalisasi ini merupakan sebagai tindakan yang mendunia.
Globalisasi merupakan sebuah istilah yang mempunyai hubungan dengan
peningkatan keterkaitan antarbangsa serta juga antarmanusia di seluruh dunia.
Globalisasi ini kurang berkaitan dengan keruangan tetapi berpengaruh terkait
permasalahan perkotaan. Contoh terkait globalisasi adalah virus corona yang hal
ini adalah dampak dari globalisasi yang terkena adalah negara-negara terhubung.

2. Urbanisasi

Urbanisasi mengacu pada pergeseran populasi dari daerah pedesaan ke perkotaan,


"peningkatan bertahap jumlah orang yang tinggal di daerah perkotaan", dan cara-
cara di mana setiap masyarakat menyesuaikan diri dengan perubahan ini.
Diprediksikan ditahun 2030-2040 populasi mansia hamper 70 % akan tinggal di
perkotaan. Urbanisasi ini merupakan sesuatu yang tidak dapat terelakkan dan hal
ini sudah pasti terjadi. Hal yang harus dilakukan terkait ini adalah dengan hanya
mitigasi resiko-resikonya. Urbanisasi tidak hanya perubahan penduduk dari desa
ke kota tetapi perubahan karakteristik wilayah perdesaan lebih dengan kekota-
kotaan.

3. Perubahan iklim

Isu perubahan iklim sebagai ancaman terhadap kota-kota di Indonesia.


Perubahan iklim merupakan implikasi dari pemanasan global yang semakin nyata
dirasakan oleh masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Dampak perubahan iklim
sendiri sudah dirasakan banyak masyarakat perkotaan, namun banyak yang belum
paham betul tentang apa yang terjadi. Maka, pemahaman mengenai perubahan
iklim secara ilmiah maupun praktis perlu ditingkatkan. Indonesia merupakan musim
yang tidak menentu terkadang periodenya hujan dan kemarau.

Perubahan iklim telah berdampak pada semakin tingginya intensitas dan jenis
bencana perubahan iklim yang terjadi seperti banjir, rob, kekeringan, angin puting
beliung, ketidakpastian musim, penurunan produktivitas pertanian, serta wabah
penyakit. Hal ini mengakibatkan besarnya kerugian yang dialami masyarakat di
perkotaan baik secara material maupun immaterial. Langkah antisipatif sebaiknya
mulai dilakukan dari sekarang sebelum keadaan semakin memburuk. Maka dari itu,
dibutuhkan suatu perencanaan ketahanan iklim yang dapat dilakukan melalui
penyusunan Kajian Risiko Iklim serta Strategi Ketahanan Kota.

Selain beberapa hal diatas maka terdapat permasalahan perkotaan yang ada di
Indonesia sebagai berikut:

1. Populasi

Penduduk perkotaan selama 4 dekade Indonesia mulai tahun 1270-2010


perkembangan sangat pasif peningkatannya 6 kali lipat jumlah penduduknya.

2. Urbanisasi

Hal ini sama kasusnya seperti diatas yaitu berkaitan dengan perubahan
karakteristik-karakteristik wilayah desa ke kota.

3. Penataan ruang perkotaan

Berkaitan dengan penataan ini maka masih belum memiliki rencana tata ruang yang
seharusnya dan menjadi masalah di kota-kota.

Populasi, urbanisasi, penataan ruang diatas berkaitan dengan pengelolaan DAS


yaitu ketersediaan lahan, lahan yang dialih fungsikan karena pembangunan
perkotaan.

Berkaitan dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah resapan air yang
aliran sungai dari hulu ke hilir (kelaut). Das biasanya melintasi kab / provinsi. DAS
(catchment, basin, watershea) merupakan suatu wilayah daratan yang satu
kesatuan dengana sungai dan anak-anakan sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau kelaut secara alami, yang batas didarat merupakan peimsah topgrafis
dan batas dilaut samapai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas
daratan. (Undang-Undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air)

Jika terjadi banjir didaerah hilir maka dilihat apa yang terjadi di hulu dan
sebaliknya. Lahan-lahan hijau untuk resapan air di gunduli atau dialih fungsikan
menjadi Kawasan permukiman/ perumahan yang berdampak di hilir.

Kemudian berkaitan dengan daur hidrologi DAS yaitu dari hujan yang membasahi
lapisan permukaan yang terjadi filtrasi dan evaporasi.

Social and
economical
development

Supply of resources
Natural
Resources User of resources
(supply orientated (demand orientated
pressure) Demand for resources pressure)

Watershed
ecosystem

Gambar 1 pemanfaatan sumberdaya

Dari gambar diatas maka pemerintah atau masyarakat memanfaatkan sumber daya
yang ada, pembangunan, social dan ekonomi sebanyak apa kita mengeksploitasi
DAS.
Implementasi konsep kota berketahanan dalam tata ruang DAS, terbagi menjadi 3
yaitu:
o Tata guna lahan peka risiko
Rencana tata guna lahan mempertimbangkan hasil penaksiran risiko, zonasi detail
dikawasan perencanaan berdasarkan mikrozonasi bahaya
o Manajemen ekosistem kota
Seperti daerah tangkapan dan penyimpangan air, RTH, habitat, alamiah serta
memlihara konektifitas dan keberfungsian dari system alamiah ini.
o Peremajaan kota
Infrastruktur berupa asetnya yang sudah sesuai dengan standar kebertahanan yang
disyaratkan.

Dari ketiga implementasi konsep diatas maka perlu adanya kolaborasi dan
integrase dengan pihal terkait masyarakat yang kompleks. Hal tersebut dapat dilihat
dari beberapa kasus yang terjadi di daerah pesisir yaitu
o Kerugian banjir Jakarta pada tahun 2013
o Kasus sungai ciliwung
o Kontroversi normalisasi dan aktualisasi yang dimana terdapat 7000 keluarga
terdampak relokasi dan awalnya masyarakat menolak dan harus pindah.
Kejadian ini terjadi sangat terlalu cepat sehingga kurang sosialisasi kepada
masyarakat.
Solusi dari banjir Jakarta yaitu dari hulu ke hilir untuk mitgasi bencana secara luas.
selanjutnya kota perlu memiliki Strategi Ketahanan Kota atau sering disebut dengan
City Resilience Strategy (CRS) yang berisi aksi yang merespon perubahan iklim dan
penjabaran rencana aksi atau kegiatan yang perlu. Hal ini berkaitan dengan
pembangunan perkotaan dan kota berketahanan perdesaan. Kota mempunyai
kapasitas untuk bertahan terhadap guncangan dan ketahanan.
Terdapat istilah shock dan stres. Dimana shock adalah contohnya guncangan
erupsi, gempa bumi jika diartikan dalam konteks global serta stress adalah berkaitan
dengan fisik yaitu social ekonomi dan pemerintahan.

Kota berketahanan memiliki empat kerangka dimensi yaitu:


➢ Kesehatan dan kesejahteraan
Contohnya:
Air dan persampahan
➢ Keadaan ekonomi social kemasyarakatan
Contohnya:
Rencana tata ruang, regulasi, seperti di Jakarta yaitu sebagai Jakarta siap, sehat dan
terhubung.
➢ Jika terjadinya guncangan maka kota berketahanan sebagai upaya untuk
mengatasinya
➢ Kemampuan untuk belajar

Yang terakhir terdapat perencanaan dan pengelolaan kota di Korea yaitu:


o Independent energy ( memanfaatkan panas bumi dari sampah)
o Konsep smart city (meningkatkan pengelolaan dari manajemen kota)
o Social dan ekonomi (mensimulasi inovasi, contoh: dari pemanfaatan botol-
botol bekas)
Maka dari beberapa hal yang dijelaskan dengan adanya program-program dari
pemerintah kita perlu memanfaatkan program tersebut dan menciptakan penataan
kota yang berbasis pengelolaan DAS untuk terwujudnya kota yang berketahanan.

Anda mungkin juga menyukai