1
BAB II TINJAUAN LITERATUR
2.1 Perkotaan
Lapisan masyarakat di dalam perkotaan sangat beragam, begitu juga
dengan bangunannya. Oleh sebab itu, kota dapat dikatakan sebagai suatu
wilayah yang di mana bangunan dan lapisan masyarakatnya sudah menjadi
satu kesatuan. Senada dengan pengertian kota di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) kota adalah daerah pemukiman yang terdiri atas bangunan
rumah yang merupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan
masyarakat.
Kota itu sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu wilayah
yang sangat potensial dari segi manapun, mulai dari sektor pekerjaan, sektor
kesehatan, sektor pendidikan, dan sebagainya. Maka dari itu, di dalam suatu
perkotaan kita pasti mudah menemukan berbagai macam hal karena fasilitas-
fasilitas di perkotaan lebih banyak bila dibandingkan dengan fasilitas-fasilitas
pedesaan.
Selain itu, bangunan-bangunan yang ada di dalam kota akan terlihat
lebih padat karena jumlah penduduk di kota lebih banyak. Tak hanya itu,
bangunan yang ada di kota juga lebih sering vertikal, sehingga kita akan
melihat gedung-gedung tinggi. Bahkan, teknologi yang ada di kawasan
perkotaan akan terlihat lebih modern mengikuti perkembangan zaman. Oleh
sebab itu, kawasan perkotaan sering dijadikan sebagai pusat ekonomi suatu
pemerintahan.
2
Musim Penghujan : Indonesia memiliki dua musim, dimana musim
penghujan beberapa tahun ini cukup panjang menjadikan beberapa
daerah rutin terjadi banjir.
Intensitas curah hujan yang cukup tinggi, menjadi momok tersendiri
Contoh : Prakiraan Curah Hujan Musim Kemarau di Jawa Timur lebih
dari 80% di musim penghujan (bulan Oktober 2019-April 2020).
Dengan rerata curah hujan tahunan 2000 mm. (BMKG, 2020)
Penanganan banjir yang dilakukan masih secara sporadis dan lebih
mengarah pada penanganan teknis infrastruktur daripada non-
infrastruktur
Kelembaban Udara dan Cuaca ekstrim, kerap terjadi pada 10 tahun
terakhir di Indonesia.
Kapasitas sungai/drainase. Kapasitas Pengaliran Sungai dan Drainase
Lingkungan tidak memadai.
Daerah tangkapan air daerah tangkapan air yang berupa daerah
permukiman dan perkotaan.
Aliran terhambat, tidak lancarnya aliran drainase lingkungan dan
drainase utama ke sungai karena sampah/sedimentasi.
Intensitas hujan, intensitas hujan tinggi menyebabkan naiknya jumlah
aliran permukaan akibat meningkatnya luasan daerah kedap air serta
berkurangnya daerah resapan, sumbatan sampah dan atau tidak
berfungsinya pompa banjir.
Pasang air laut Pada perkotaan yang terletak di dekat laut, banjir akan
semakin parah jika terjadi bersama pasang air laut. Aliran sungai dan
drainase tidak dapat mengalir karena tertahan air pasang. Misal :
Banjir rob di Semarang.
Sumber daya manusia, sering kali kurangnya kesadaran manusia untuk
menjaga dan melestarikan lingkungan Misal : Masyarakat membuang
sampah dan merusak bangunan air disekitarnya.
3
Berbagai cara untuk mengatasi banjir dapat dilakukan oleh pemangku
kebijakan terkait seperti penataan kota, normalisasi sungai, membuat dam
tampungan saluran air, hingga ke sistem integrasi untuk water management.
Sistem Integrasi Managemen Air atau Intergrated Water Resources
Management (IWRM), sebuah kondisi dengan Pendekatan yang
mengutamakan fungsi koordinasi dalam pengelolaan air, tanah dan sumber
daya terkait, guna memaksimalkan hasil secara ekonomis dan kesejahateraan
sosial, dalam pola yang tidak mengorbankan keberlangsungan ekosistem vital
(Global Water Partnership, 2000).
4
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
a. Data Sekunder
Pengertian data sekunder adalah sumber data penelitian yang
diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang
berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang
dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Data
sekunder, berbagai berita dan website pendukung, RTRW Kota
setempat, dan data primer yang dilakukan oleh peneliti.
b. Data Primer
Data primer adalah jenis data utama atau pokok di dalam suatu
penelitian. Proses pemerolehan data ini didapatkan langsung dari
tangan pertama, atau sumber utama dari fenomena yang sedang dikaji.
Metode ini dapat berupa observasi dan hasil wawancara. Pengumpulan
data pada data primer dilakukan dengan mendatangi setiap kelurahan
terdampak, yaitu berdasarkan survey langsung ke lapangan dengan data
yang didapat berupa data dokumentasi sarana prasarana, serta data
jumlah kependudukan yang berada di wilayah terdampak.
5
BAB IV KESIMPULAN
Kota itu sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu wilayah yang sangat
potensial dari segi manapun, mulai dari sektor pekerjaan, sektor kesehatan, sektor
pendidikan, dan sebagainya. Maka dari itu, di dalam suatu perkotaan kita pasti mudah
menemukan berbagai macam hal karena fasilitas- fasilitas di perkotaan lebih banyak bila
dibandingkan dengan fasilitas-fasilitas pedesaan.
Selain itu, bangunan-bangunan yang ada di dalam kota akan terlihat lebih padat karena
jumlah penduduk di kota lebih banyak. Tak hanya itu, bangunan yang ada di kota juga lebih
sering vertikal, sehingga kita akan melihat gedung-gedung tinggi. Bahkan, teknologi yang
ada di kawasan perkotaan akan terlihat lebih modern mengikuti perkembangan zaman. Oleh
sebab itu, kawasan perkotaan sering dijadikan sebagai pusat ekonomi suatu pemerintahan.
6
DAFTAR PUSTAKA