Anda di halaman 1dari 24

REVIEW MATERI PENGANTAR PERENCANAAN WILAYAH

KOTA SEMESTER I
Disusun Untuk Memenuhi Tugas PPWK Prodi Perencanaan Wilayah dan
Kota
Tahun ajaran 2019/2020

Disusun Oleh :
HASNA ROFIFAH
10070319112
KELAS C

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2020 M / 1442 H
PENGANTAR PERENCANAAN
WILAYAH DAN KOTA
Pendidikan Planologi:
 Tantangan pendidikan planologi di dalam pembangunan di Indonesia
 Kondisi dan kebutuhan perencanaan pengembangan ditinjau dari sisi
pemerintah Indonesia (Birokrat, swasta, pendidikan, dunia konsultan,
LSM)
 Globalisasi Planologi sebagai advokat
Mengubah struktur ruang
Menyebabkan :
1. Perbuatan ruang & SDA
2. Pergerakan manusia
3. Eksplotasi SDA
Tugas seorang planners Seorang Planners dalam
 Menata ruang merencanakan penataan ruang
 Merencanakan
Harus menciptakan :
 Merancang struktur
 Meneliti tanah, batuan, dll 1. Ekosistem yang stabil
2. Berbasis partisipasi
masyarakat
3. Harus meningkatkan ekonomi
masyarakat

UNTUK APA MERENCANA ?


 Mencapai kehidupan yang habitable
 Adanya keseimbangan antara unsur artificial dan natural, sehingga
menghasilkan kondisi yang:
 Nyaman secara fisik
 Aman dari bencana
 Produktif secara ekonomi
 Berkelanjutan secara lingkungan Tidak menggangu ekosistem

Tidak merusak ekologi tanah

Berbasis partisipasi masyarakat


FALSAFAH PENDIDIKAN DAN PERANAN BIDANG PLANOLOGI DI
INDONESIA

KEMAMPUAN
PERMASALAHAN
 SDA
 SDM
 Capital

Kota dan wilayah berkembang


diluar kemampuan yang wajar

Kebutuhan tak sesuai kemampuan

Konsekuensi nyata masyarakat


yang menghendaki adanya suatu
tindakan berencana di segala segi
kehidupan

6 ELEMEN YANG SALING BERHUBUNGAN

MANUSIA

FLORA FAUNA

AIR UDARA

TANAH

3 PILAR EKOSISTEM
 Stabil
 Meningkatkan ekonomi masyarakat
 Berbasis pada partisipasi masyarakat
ISSUE PERENCANAAN
 Perencanaan merupakan suatu tuntutan dan kebutuhan urgent dalam
menciptakan suatu keadaan yang bermanfaat bagi masyarakat
 Meningkatkan kualitas fungsional, lingkungan, dan visual suatu
lingkungan
 Mempertimbangkan berbagai potensi dan kendala serta implikasinya
Ketentuan Bangunan

Misalkan:
40m  Luas kavling (25 x 40)m = 1000 m2
 KDB = 60% Luas tanah
60
 = x 1000 = 600 m2
25m 100
2 x 1000
 KTB = = 5 lantai
600
 GSB ( jarak terluar dinding bangunan ke
jalan )
POT : 0 < x ≤ 15 %
- Air
- Non Wet Lant
- Vegetasi
- Bebas bencana
 Fenomena permasalahan ruang dalam dapat ditinjau dalam lingkup makro
yang dimulai dari skala Nasional sampai ke regional skala serta dalam
lingkup mikro skala fungsional sampai khusus akan membutuhkan
perhatian perencanaan.
 Fenomena yang terjadi antara lain adalah :
1. Urbanization
2. Urban poverty
3. Chonic acess to infrastructure
4. Continuous growth of Slum
5. Decentralization without adequate finance
6. The Chalenge providing urban service
7. Cities and Climate Changes
8. Inequality and exlusion
9. Upsurge Involuntary migratioN
10. Rising in security and urban risk
11. The need of Urban Agenda

TANTANGAN PERWILAYAHAN
1. Posisi Indonesia berada pada kawasan yang sangat cepat berkembang
Perlunya mendorong daya saing perekonomian khususnya dalam
rangka pertumbuhan ekonomi wilayah
2. Peningkatan intensitas kegiatan pemanfaatan ruang terutama yang terkait
dengan eksploitasi Sumber Daya Alam
3. Letak Indonesia pada kawasan pertemuan 3 lempeng tektonik, yang
mengakibatkankan rawan bencana geologi
Menuntut prioritasi pertimbangan aspek mitigasi bencana dalam
penataan ruang
4. Keberadaan pulau pulau kecil terluar pada kawasan perbatasan negara
5. Semakin menurunnya kualitas permukiman
6. Alih fungsi lahan
7. Kesenjangan antar dan didalam wilayah
PERMASALAHAN LINGKUNGAN DI PERKOTAAN
1. Keberadaan PKL
2. Kemacetan lalu lintas
3. Permukiman yang kumuh
4. Banyaknya polusi di kota
5. Banjir, longsor, sampah
Issue penyediaan lahan, tidak terkontrolnya pemanfaatan ruang dan
pengelolaan lingkungan.
Masih adanya kesenjangan antar kota, antar wilayah dan antara desa-kota
Perlu Perencanan Infrastruktur :
 Pengembangan Pelud, pelabuhan laut, pel sungai
 Jalan Darat
 Tol laut ?
 Kereta Api
 Jembatan
 PLTU.PLTA
 Retention Pond
 Waduk
 Kanal
 Utilitas
 Dll
KEMACETAN LALU LINTAS

TOD

LRT
MRT

KOTA BARU
Kota baru tidak boleh terlalu dekat dengan kota besaar utama yang bermasalah.
Contohnya rencana pembangunan MEIKARTA yang tidak sesuai dengan RTRW
karena terlalu dekat dengan Jakarta, sehingga proyek kota Meikarta tersebut
dihentikan.

Permasalahan:
• Pembangunan kota hanya berorentasi kepada aspek fisik semata , kurang
memperhatikan aspek budaya.
• Kurang handalnya manajemen baik dalam lingkup kota maupun daerah
• Pelecehan peraturan dan kurangnya pengawasan serta pengendalian.
• Pelecehan ekologi.
• Terbatasnya sumberdaya manusia, alam, modal dan teknologi
• Berkembangnya slum area dan squater.
• Kemacetan Lalulintas.
• Kriminalitas dan anak jalanan di perkotaan

FAKTOR SUATU NEGARA BERKEMBANG


 Penduduk
 Sosial ekonomi
 Teknologi
 Globalisasi
 Politik

SUATU KOTA HARUS BERKEMBANG


INTEGRASI DAN DISINTEGRASI

NEGARA BERMITIGASI BENCANA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN


SUATU KOTA
 Pendidikan
 Urbanisasi
 Transmigrasi
 SDA
 Kompetisi
 Integrasi
 Difusi

KOTA BERKEMBANG DILUAR KEMAMPUAN YANG WAJAR


- Kota tidak menyediakan tempat sampah yang memadai sehingga
banyak yang membuang ke sungai, sehingga menyebabkan sungai
kotor dan banjir
- Pemerintah tidak menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
- Alih Fungsi lahan :
1. Taman dijadikan perkantoran
2. Public space di invasi
3. Terjadinya kemacetan

PENGERTIAN PERENCANAAN
 Rumus keinginan dari kelompok manusia untuk mencapai keadaan yang
lebih baik
 Suatu rangkaian yang terus menerus secara berkesinambungan
 Suatu daur ulang
 Suatu rangkaian kerja untuk merumuskan sesuatu yang didasari oleh suatu
pola tindakan yang definitif yang menurut pertimbangan yang sistematis
akan membawa keuntungan disertai anggapan aka nada tindakan tindakan
selanjutnya yang akan merupakan rangkaian kegiatan sistematis lainnya

UNDANG – UNDANG
Yang mengatur tentang tata ruang dan merupakan induk dari undang-undang tata
ruang.

UU Tata Ruang NO.26 Thn. 2007

30% dari sebuah wilayah harus Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Kota yang aman ialah yang mempunyai kemiringan

10 – 15%
600
0 < x < 15%
900 300
15 %

SEBUAH KOTA IDEAL

- Aman – nyaman
- Produktif
- Berkelanjutan
UNTUK MERENCANAKAN HARUS MELAKUKAN PROSES
PENELITIAN

Mengumpulkan
DATA ANALISIS RENCANA
Masa kini, isinya : Prediksi yang akan datang Masa yang akan datang

 Jumlah penduduk
 Lokasi bencana

EVALUASI
-monitoring-
Alat Evaluasi :
 Metode analisis
 Sesuai UU ATR
atau tidak

FAKTOR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


1. Landasan falsafah dan ideologi
2. Motivasi dan tujuan yang merupakan dasar kebijaksanaan
3. Sumber daya alam, modal dan informasi
4. Teknologi dan ilmu pengetahuan, personel yang terampil
5. Ruang dan waktu
Suatu kota akan mengalami kemunduran setelah 30 tahun, sehingga harus
adanya peremajaan kota

TUJUAN DAN SASARAN PERENCANAAN


1. Pemanfaatan sumber daya secara efisien dan efektif
2. Memperhatikan kendala dan keterbatasan
3. Mencapai keadaan yang lebih baik secara kuantitas dan kualitas
4. Dapat memenuhi kebutuhan masyarakat lebih banyak dan merata
5. Mempertimbangkan pengaruhnya secara luas dan berefek ganda
SISTEM DALAM PERENCANAAN
Pengertian Sistem
PWK pada hakekatnya akan menyangkut pemikiran yang mempunyai keterkaitan
berbagai unsur yang kompleks yang berbentuk ”Sistem”. Terdapat tiga unsur
pokok sistem, yaitu:
1. Unsur Pelaku (Acting elements); manusia,
2. Unsusr-unsur Kegiatan (Functional elements); perdagangan, industry
3. Unsusr-unsur Penghubung (Communicating elements); jalan, telepon
Definisi :
Suatu kerangka kompleks yang membentuk suatu perangkat dimana terdapat
keterkaitan antara berbagai unsur dan benda atau suatu bentuk terorganisasi dari
beberapa benda nyata maupun kegiatan atau suatu kelompok objek yang berkaitan
atau bergantungan satu sama lain sehingga membentuk suatu kesatuan.

Lingkup Perencanaan

Ruang Lingkup Substantif

Terdapat tiga lingkup perencanaan sesuai dengan fungsinya, yaitu perencanaan


sosial (social planning), perencanaan ekonomi (economic planning) dan
perencanaan fisik (physical planning) meliputi aspek keruangan perencanaan tata
ruang.

A. Perencanaan Sosial
Segala usaha perencanaan pembangunan yang orientasi dan motivasi kepada segi-
segi kehidupan kemasyarakatan. Produknya berupa arahan dan pedoman
pengembangan dan pembangunan sosial. Contoh:
o Rencana pengembangan pendidikan.
o Rencana pengendalian penduduk dengan KB
o Rencana pengembangan kelembagaan
o Rencana pengembangan politik
B. Perenc. Ekonomi
Segala upaya perencanaan pembangunan yang orientasi dan motivasi
kepengembangan perekonomian. Produknya: pengembangan ekonomi. Contoh:
o Rencana peningkatan produksi
o Rencana peningkatan pendapatan
o Rencana pengembangan lapangan kerja
o Rencana moneter
C. Perencanaan Fisik
Segala usaha perencanaan yang orientasi dan motivasi pada aspek fisik.
Produknya: penataan ruang yaitu Rencana Tata Ruang. Perencanaan fisik
merupakan upaya untuk mewujudkan wadah dan struktur ruang dalam rangka
mengakomodasi kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat.
Beberapa Produk Perencanaan Fisik yang berdasarkan:
Substansi Sosial:
o Renc tata ruang/ lokasi fasilitas pendidikan
o Renc tata ruang/lokasi fasilitas kesehatan
Sustansi Ekonomi:
o Renc tata ruang/lokasi pusat perbelanjaan
o Renc jaringan jalan
o Renc tata ruang/lokasi industri
Substansi Sosial Ekonomi:
o Renc tata ruang permukiman transmigrasi
o Renc tata ruang permukiman PIR
Substansi Fisik:
o Renc tata ruang terbuka hijau
o Renc reklamasi
o Renc normalisasi sungai

Ruang lingkup Teritorial


Segala sesuatu yang mempunyai kaitan dengan pengertian dan batasan
perwilayahan atau area. Terdirin atas wilayah, daerah, kawasan.
 Wilayah merupakan bagian dari permukaan bumi yg teritorialnya
ditentukan atas dasar pengertian, batasan dan perwatakan geografis
tertentu Contoh: Wilayah laut, Wilayah pantai.
 Daerah merupakan suatu teritorial yang pengertian, batasan dan
perwatakannya didasarkan kepada wewenang administratif pemerintahan
(peraturan perundangan). Contoh : Propinsi/Daerah Tingkat I,
Kabupaten/Kota/Daerah Tingkat II
 Kawasan merupakan suatu wilayah yg teritorialnya didasarkan pada
pengertian dan batasan fungsional tertentu. Contoh: kawasan perdagangan,
kawasan industri, kawasan permukiman

Hubungan Lingkup Substantif dan Teritorial dalam Perenc Nasional, Regional dan
Lokal (Kota)

Substansi
Teritorial Ekonomi Sosial Fisik
1. Nasional

2. Regional/Propinsi/Kabupaten

3. Lokal/Kota

Pertimbangan substansi besar

Pertimbangan substansi agak besar

Pertimbangan substansi kecil

Hirarki Perencanaan

 Perencanaan Individu
 Perencanaan Keluarga
 Perencanaan Lingkungan
 Perencanaan Kota
 Perencanaan Regional
 Perencanaan Nasional

PROSES
 Planning is continous process
 Suatu rangkaian berpikir secara berkesinambungan dan rasional untuk
memecahkan suatu permasalahan secara sistematik dan berencana.
 Tanggap menyelesaikan perkembangan maupun berbagai sumber daya
yang menunjangnya (Branch, R. 1968).
 Proses perencanaan berkembang sesuai dengan kendala dan limitasi yang
ada sehingga rangkaian kegiatan itu dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien.

Skema

Penelaahan Analisis Rencana

Survey Analisis Plan

> Classical Planning Process


> Geddesian Model of Planning Process

TRAFFIC COUNTING

A B

Macet
Volume Lalulintas Kendaraan

C = kapasitas
V = volume

V
Tingkat pel =
C
Jika : 1 imbang
> 1 macet
< 1 lancar

PERKEMBANGAN PROSES

DATA ANALISIS SINTESA


Survey Analisis perencanaan Rencana

Perkembangan Skema Perencanaan

DATA PROSES ANALISIS


SINTESA
(Input) (Output)

UMPAN BALIK
(FEED BALIK)

DATA PROSES ANALISIS


RENCANA

EVALUASI

Proses Pengembangan Rencana Terpadu


Proses Penyusunan RTRWK
Tepi Sungai
KAWASAN Tepi Pantai
LINDUNG Tidak boleh ada
Tepi Danau
pembangunan
Pribadatan
KAWASAN Hiburan
BUDAYA
Industri

Proses Prencanaan KONVENSIONAL


GEDESESSIAN PLANNING PROCESS
 Data : fakta nyata di lapangan
 Informasi : data yang sudah diolah
 Solusi : (analisis)

Pola Kebijaksanaan Dasar Pembangunan

Lingkup Perancangan

Batasan Wilayah Perencanaan

SURVEY

Data dan Informasi

ANALISIS

Dasar - dasar Pertimbangan

EVALUASI
Preses Penyaringan
RENCANA

Pengembangan Alternatif Rencana

FILTERING

Konsep Rencana Terpilih

Rencana Umum

RDTR

Implementasi
CARA PENINGKATAN PERMUKIMAN:
“Pembangunan sebuah kota kalau tidak ada biaya bisa dengan cara kolaborasi
(dengan pihak swasta, suatu perusahaan, dll).” Seorang planners harus paham
akan regulasi.

PROSES BERTAHAP:
- Proses teknis perencanaan
- Proses legalisasi rencana
- Proses teknis pengembangan rencana
- Proses pelaksanaan rencana
- Proses evaluasi proyek

CONTOH PENELITIAN DI JATINANGOR


Dibangun hunian untuk para mahasiswa karena terdapat banyak perguruan tinggi
di jatinangor.
Fenomena / masalah:
1. Penduduknya padat
2. Apartemen berlantai tinggi
REASEARCH FRAMEWORK
METODOLOGY
Highway capacity
C = CO x FCW x FCsp x FCst
C = the actual capacity (pcu/h)
CO = basic capacity (pcu/h)
FCW = pe adjustment factor widht of the road
FCsp = factor direction (only for individed road)
FCst = Friction side and shoulder adjustment factor / street curbs.
1. Weekdays morning
2. Weekdays noon
3. Weekdays afternoon
4. Saturday morning
5. Saturday afternoon
6. Saturday afternoon
7. Sunday morning
8. Sunday afternoon
9. Sunday afternoon

LEVEL OF SERVICE
Limit the scope of
Level of Service Characteristic
Q/C
Free flow condition at high speed, the
A driver can select the desired speed 0.00 - 0.20
without barrier.
Stedy flow but the speed is limited by
the operation start traffic condition.
B 0.20 - 0.44
Motorist have considerabel freedom to
choose the speed.
Steady flow but the speed and motion
C controlled vehicles the driver is 0.45 – 0.74
resticted in choosing speed.
Approaching unstable flow, the speed
D 0.75 – 0.84
can be tolerated
Approching unstable flow the speed can
be tolerated the volume of traffic
E 0.85 – 1.00
approaching / are at capacity. Unstable
flow speed sometimes stalled.
Forced flow or jam, low speed, volume
F over capacity. Queue length and occur > 1.00
big obstacle.

VEHICLE SPEED
FV = (FVO + FVW) x FFVSF x FFVCS (km/h)
FV = free flow speed of the vehicle (km/h)
FVO = basic free flow speed (km/h)
FVW = adjustment lalulintas effective track widht (km/h)
FFVSF = adjustment side friction conditions
FFVCS = resizing of the city
Carrying capacity analysis was conducted using superimposed (overlay)
using ArcGIS software includes auxiliary variabels, namely, slope maps,
geological, geohydrology, and the type of soll. While the barrier is variabel
ground motion maps, and variabel opt out is a map of rainfall and hydrology.
PCU = SMP (satuan mobil penumpang)
1 bus = 5 smp
1 kp = 1 smp
Truk = 4 smp

POINT TRAFFIC COUNTING


Sample taken by the pull of the land use / high rise each at 1 (one) point
Jatinangor road corridor that serves as an education area. Time TC performed on
each peak times / time peak. This is done because of differences in the
charactheristics of the traffic at any time of peak. The peak time is limited at peak
times weekly and daily peak time. Weekly peak time are divided in two peak
times, is weekdays (Monday – Friday), Saturday, and Sunday. While the daily
peak time are divided into four peaks, nomely: morning (07:00 a.m. to 09:00
hours), afternoon (11:00 to 13:00 hours), afternoon (16:00 to 18:00 hours), and
evening (20:00 to 22:00 hours). Overall, therefore, there are 12 times the peak,
namely :

ANALYSIS OF THE SERVICE LEVEL JATINANGOR


REGION
1. From the observation and analysis : 64 % showed charactheristic on the
level of service C, D, E and F which is never an unstable traffic flow,
traffic jams, low speeed and often result in long queue and sometimes
stalled.
2. 65 % is on the level of service B and C. The level of service this happens
almost everyday mainly occur between the hours of 6 to 9 in the morning
where there is movement of people to the campus, which is located around
the industry activities ujung berung area that develop commercial ribbon
development along road corridor at noon when lunchtime and evening
when dispersed campuses and industrial workers out / return.
3. The level of service D are indicated by stabil not flow, and the speed is
still tolerated occored on Monday through Thursday at the time of
observation between 11 a.m. to 19.00 due the flow of coal transportation ,
heavy equipment and material from the direction of the city towards the
industry around ujung berung and bandung.
4. Just now there has been a decrease in vehicle speed by 65 % from the
initial design speed 53 km/h where the velocity prediction plan 50,238
km/h, which is fact is now at 19,02 km/h this means that after beroprasai
entire apartement level of service will worsen the level of F.
ASPEK FISIK DALAM PERENCANAAN

Pertambahan Penduduk Alami + Migrasi


I
Perkembangan Penduduk Kota
I
Perkembangan Kegiatan Masyarakat
I
Peningkatan Kebutuhan Ruang Kota
I
Perencanaan Kota
I
Intensifikasi
(Peremajaan, perbaikan, pengembangan vertical)
I
Ekstensifikasi
(Perluasan wilayah kota, pengembangan wilayah baru)
I
Kota Baru
I
Lingkungan Kota yang diharapkan

Perencanaan Fisik Kota


Perencanaan/Penataan ruang merupakan upaya untuk secara rasional mengatur
pemanfatan sumber daya dengan memperhatikan kendala dan limitasi. Dimulai
dengan pengenalan lahan/ruang yang mungkin dikembangkan, mungkin
dikembangkan dengan syarat atau tidak mungkin dikembangkan karena limitasi
yang mutlak.

Aspek Fisik dari aspek ruang (spatial)


1. Aspek Fisik ”bukan keruangan” (a spatial). Contohnya:
 Kemampuan lahan
 Kualitas dan kuantitas lahan
 Iklim
 Harga dan nilai lahan
 Manfaat lingkungan

2. Aspek Fisik ”keruangan” (spatial). Contohnya:


 Pola penggunaan lahan
 Pola lahan berdasarkan kualitas
 Distribusi ruang
 Tata bangunan
 Pola Tata Letak
 Pola Jaringan prasarana
 Tata ruang kawasan

Aspek Fisik dari keberadaannya


1. Aspek Fisik Dasar, meliputi:
 Topografi dan kemiringan lereng
 Iklim, yang mencakup:
o Keadaan curah hujan
o Suhu udara
o Kelembaban
o Penyinaran
o Arah dan besaran angin
 Pola Vegetasi: hutan, pertanian
 Geologi: Jenis dan sifat batuan, mineral, daya dukung tanah, sifat
tanah
 Hidrologi: air tanah, daerah resapan, sungai dan anak sungai, danau,
rawa, genangan.
2. Aspek Fisik Binaan, meliputi:
 Pola penggunaan lahan
 Bangunan:
o Bangunan tempat tinggal
o Bangunan bukan tempat tinggal
 Bangun bangunan:
o Fungsi social
o Fungsi ekonomi
o Fungsí fisik
 Jaringan jalan: diperkeras, tidak diperkeras, tanah,
 Jaringan utilitas: air bersih, drainase, sanitasi, persampahan, listrik,
telepon, gas.
 Ruang terbuka: fungsi rekreasi, penyangga, pelestarian, sosial
 Pertanahan: kepadatan penggunaan, kondisi fisik tanah, besaran persil
 Lingkungan Visual

ASPEK KELEMBAGAAN DAN LEGAL DI DALAM PERENCANAAN


URBAN DAN REGIONAL

Kelembagaan dan Legal:


1. Merupakan perangkat yang akan menunjang terlaksananya suatu rencana
2. Memungkinkan efektifnya suatu rencana urban dan regional

Kelembagaan:
Adalah semua perangkat aparat yang dapat menunjang, melaksanakan dan
mengamankan produk rencana.

Aparat kelembagaan perencanaan pembangunan:


1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota)
2. Departemen, Kementerian Negara
3. Dinas-dinas sektoral di Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota)

Legal (Peraturan Perundangan):


Semua perangkat peraturan dan undang-undang yang secara langsung maupun
tidak langsung memungkinkan diterapkannya serta dilaksanakannnya rencana
pembangunan.

Aspek legal:
1. Undang – Undang Dasar
2. Undang – Undang
3. Peraturan Pemerintah
4. Keputusan Presiden (Keppres)
5. Peraturan Menteri
6. Peraturan Daerah
7. Surat Keputusan
8. Ketetapan
9. Prosedur
Contoh beberapa legal yang berkaitan dengan Perencanaan Urban dan Regional:
1. UUD 45
2. UU Agraria 1960
3. SVO 1948
4. SVV 1949
5. Permendagri No. 2 th 1987
6. UU No.26 tentang Penataan Ruang th. 2007

PROSEDUR PERENCANAAN KOTA DI INDONESIA

Definisi:
Suatu urutan kerja atau tata cara di dalam penyusunan rencana yang secara formal
dan official telah ditentukan berdasarkan ketentuan, peraturan dan perundangan
tertentu.

Prosedur yaitu: urutan kerja tetap, bersifat mutlak serta mengikat dan hanya dapat
diubah berdasarkan ketetapan tertentu. Contonya: Pada tingkat Nasional yaitu
Repelita, RTRWN. Pada tingkat provinsi yaitu Repelitada Provinsi, RTRWP dan
pada tingkat Kabupaten/Kota yaitu Repelitada Kabupaten,RTRWK.

Perkembangan Prosedur Perencanaan Kota di Indonesia:


Sebelum Kemerdekaan;
 Thomas Karsten - Perencanaan Kota - th 30 an
 VOC - Peraturan Pembangunan Kota - th 1642
 UU Desentralisasi - Peraturan Bangunan - th 1905

Setelah Kemerdekaan/ Secara Resmi Indonesia;


 SVO (Stadsvormingsordonnantie)
Prosedur Perencanaan Kota, Tahun 1948
 SVV (Stadsvormingsverordening)
Prosedur Perencanaan Kota dan Prosedur Pengesahaannya, Tahun 1949
 RUUBK
RUU Tahun 1971

Vaccum

Instansi-instansi:
1. Agraria (sekarang )BPN
Prosedur Perencanaan Tata Guna Tanah
Buku A, B.
2. DTKTD
Prosedur Standar Perencanaan Tata Ruang Kota
3. PUOD
Pedoman Penyusunan Rencana Kota
4. SKB Mendagri dan PU No.650-1595/No.503/KPTS/1985
Pedoman dan Tanggung jawab Perencanaan Tata Ruang Kota
5. SK MenPU No. 640/KPTS/1986
Perencanaan Tata Ruang Kota
6. Permendagri No. 2/1987
Pedoman Perencanaan Kota
7. Kepmen.
8. Kepmen. (revisi)

Anda mungkin juga menyukai