Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN KEPADATAN PENDUDUK DENGAN TIMBULAN SAMPAH

DI DESA SUMBERSARI, KECAMATAN LOWOKWARU, KOTA MALANG

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Ilmu Lingkungan

Yang dibina oleh Bapak I Wayan Sumberartha

Disajikan pada Kamis, 15 Februari 2018

Disusun oleh :

Kelompok 3 Offering C 2017

1. Dorris Ningtyas Bidarsis ( 170341615113)

2. Putri Wahyuni Arofatun Nisak (170341615018)

3. Sakinah Vinda Putri Kinasih (170341615046)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
Februari 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia belakangan ini mengalami tingkat
pertumbuhan yang tinggi dan pertumbuhan ini akan berlangsung terus dengan percepatan
yang tinggi, meskipun beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Malang dan
kota lainnya telah membangun sistem yang ketat dalam kaitannya dengan pertumbuhan
penduduk perkotaan di wilayahnya. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tidak disertai
dengan pertumbuhan wilayah, akan mengakibatkan terjadinya kepadatan penduduk.
Dimana tingkat pertumbuhan penduduk dapat menambah beban berat bagi kota dalam
rangka persiapan infrastruktur baru seperti pendidikan, kesehatan serta pelayanan
perkotaan lainnya. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menimbulkan berbagai
macam permasalahan yang mengiringinya.
Bersamaan dengan kenaikan jumlah penduduk, pendapatan juga mengalami
kenaikan. Kenaikan pendapatan dan pengaruh pola hidup konsumtif telah mendorong kita
untuk mengikuti pola hidup foya-foya. Pola hidup ini mempunyai dua dampak terhadap
lingkungan hidup pertama; pola hidup ini membutuhkan dana yang semakin besar. Untuk
mendapatkan dana itu eksploitasi sumber daya kita makin meningkat misalnya pada hutan
dan aliran sungai kita. Kedua; tingkat konsumsi meningkat, mulai dari makanan dan
kemasannya. Limbah yang kita hasilkan per orang semakin besar. Padahal jumlah
penduduk juga bertambah. Sementara itu, pendapatan kita untuk menangani sampah
masih terbatas. Akibatnya, di kota-kota besar di Indonesia banyak sampah yang
bertumpuk dan berserakan.
Salah satu contoh nyata kasus mengenai penanganan sampah yang menjadi berita
nasional adalah masalah TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Bantar Gebang. Kasus
tersebut menunjukkan bahwa permasalahan sampah ini tidak bisa dianggap main-main.
Apalagi bila dihubungkan dengan kehidupan kota besar, maka permasalahan sampah ini
akan menjadi sangat penting untuk dipecahkan. Hal ini terjadi karena pengelolaan sampah
tidak diatur dan direncanakan dengan baik.
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup
masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman
karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan
pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang
pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap
kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan.
Di kota Malang, khususnya desa Sumbersari merupakan desa yang padat penduduk.
Banyak rumah yang membuka kost untuk mahasiswa, hal ini membuat jumlah sampah
yang dihasilkan setiap harinya sangat banyak. Dengan demikian, kelompok kami akan
melakukan penelitian mengenai jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya, pada
beberapa sampel rumah tangga yang ada di desa Sumbersari.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana hubungan populasi dan kepadatan penduduk terhadap jumlah sampah di
Desa Sumbersari?

C. MANFAAT
1. Manfaat akademis, untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan memperkaya
khasanah pendidikan dan menambah ilmu pengetahuan dibidang disiplin ilmu studi
pembangunan.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan, saran, dan
rekomendasi kepada perusahaan, pemerintah, dan kelompok kepentingan lainnya
tentang bagaimana menerapkan program pengelolaan sampah yang baik dan benar.
3. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat masyarakat untuk memilih dan mengajukan
program pengelolaan sampah yang cocok untuk mereka.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. KEPADATAN PENDUDUK
Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas
wilayah yang dihuni (Mantra, 2007). Ukuran yang biasa digunakan adalah jumlah
penduduk setiap satu Km2 atau setiap 1 mil2. Persebaran penduduk yang tidak merata
merupakan permasalahan umum yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang.
Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi kualitas hidup penduduknya. Pada
daerah dengan kepadatan yang tinggi, usaha peningkatan kualitas penduduk akan lebih
sulit dilakukan. Hal ini menimbulkan permasalahan sosial ekonomi, kesejahteraan,
Keamanan, ketersediaan lahan, air bersih dan kebutuhan pangan. Dampak yang paling
besar adalah kerusakan lingkungan. Semua kebutuhan manusia dipenuhi dari lingkungan,
karena lingkungan merupakan sumber alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan pangan, papan, air bersih, udara
bersih dan kebutuhan lainnya.
Dengan adanya kerusakan lingkungan mengakibatkan masyarakat tidak mampu
memproduksi sendiri kebutuhannya, sehingga masyarakat lebih memilih pola hidup
konsumtif. Pola hidup konsumtif menyebabkan tingkat konsumsi meningkat, mulai dari
makanan dan kemasannya. Limbah yang kita hasilkan per orang semakin besar. Padahal
jumlah penduduk juga bertambah. Sementara itu, pendapatan kita untuk menangani
sampah masih terbatas. Akibatnya, di kota-kota besar di Indonesia banyak sampah yang
bertumpuk dan berserakan.
Ledakan penduduk yang cepat menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan
masyarakat terutama dalam bidang sosial ekonomi masyarakat. Adapun dampak dari
ledakan penduduk adalah:
a. Semakin terbatasnya sumbersumber kebutuhan pokok ( pangan, sandang, papan,yang
layak), akibatnya sumber-sumber kebutuhan pokok tersebut tidak lagi sebanding dengan
bertambahnya jumlah penduduk
b. Tidak tercukupinya fasilitas sosial dan kesehatan yang ada ( sekolah, rumah sakit, tempat
rekreasi) serta berbagai fasilitas pendukung kehidupan lain
c. Tidak tercukupinya lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja yang ada, akibatnya terjadilah
peningkatan jumlah pengangguran dan berdampak pada menurunnya kualitas sosial
(Christiani, et al, 2013).
B. SAMPAH
Sampah merupakan materi atau zat, baik yang bersifat organic maupun anorganik
yang dihasilkan dari setiap aktivitas manusia. Aktivitas bisa dalam rumah tangga,
industri, maupun kegiatan komersial. Sampah menjadi persoalan yang cukup serius bagi
masyarakat terutama di wilayah perkotaan. Selama ini masyarakat membuang begitu saja
sampah ke tempat-tempat sampah dan menyerahkan urusan selanjutnya kepada petugas
kebersihan dan urusan selesai. Tetapi sesungguhnya permasalahan tidak selesai sampai di
situ. Timbunan sampah di tempat pembuangan akhir menjadi problem tersendiri, problem
kesehatan, pencemaran dan keindahan lingkungan.
Secara praktis sumber sampah dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu sampah dari
permukiman atau sampah rumah tangga dan sampah dari non-permukiman yang sejenis
sampah rumah tangga, seperti dari pasar, daerah komersial dsb. Sampah dari kedua jenis
sumber ini dikenal sebagai sampah domestik. Sedang sampah non-domestik adalah
sampah atau limbah yang bukan sejenis sampah rumah tangga, misalnya limbah dari
proses industri. Bila sampah domestik ini berasal dari lingkungan perkotaan, dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai municipal solid waste (Damanhuri & Padmi, 2010).
Bagi negara berkembang dan beriklim tropis seperti Indonesia, faktor musim
sangat besar pengaruhnya terhadap berat sampah. Dalam hal ini, musim bisa terkait
musim hujan dan kemarau, tetapi dapat juga berarti musim buah-buahan tertentu. Di
samping itu, berat sampah juga sangat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya lainnya.
Oleh karenanya, sebaiknya evaluasi timbulan sampah dilakukan beberapa kali dalam satu
tahun.
Timbulan sampah dapat diperoleh dengan sampling (estimasi) berdasarkan standar
yang sudah tersedia. Di Indonesia umumnya menerapkan satuan volume. Penggunaan
satuan volume dapat menimbulkan kesalahan dalam interpretasi karena terdapat faktor
kompaksi yang harus diperhitungkan. Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat
sekarang maupun di masa mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan,
dan pengkajian sistem pengelolaan persampahan. Prakiraan rerata timbulan sampah
merupakan langkah awal yang biasa dilakukan dalam pengelolaan persampahan. Satuan
timbulan sampah ini biasanya dinyatakan sebagai satuan skala kuantitas per orang atau
per unit bangunan dan sebagainya. Bagi kota-kota di negara berkembang, dalam hal
mengkaji besaran timbulan sampah, agaknya perlu diperhitungkan adanya faktor
pendaurulangan sampah mulai dari sumbernya sampai di TPA (Damanhuri & Padmi,
2010).
BAB III
METODE

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN


Tempat : Desa Sumbersari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang
Waktu : tanggal 10-11 Februari 2018

B. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif
(descriptive quantitative research).

C. VARIABEL PENELITIAN
Variabel bebas : kepadatan penduduk di Desa Sumbersari, Kecamatan Lowokwaru,
Kota Malang
Variabel terikat : hubungan kepadatan penduduk dengan timbulan sampah di Desa
Sumbersari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang
Variabel kontrol : jenis sampah
DAFTAR PUSTAKA

Christiani C, Tedjo P, Martono B.2013. Analisis Dampak Kepadatan Penduduk Terhadap


Kualitas Hidup Masyarakat Provinsi Jawa Tengah.Jurnal Ilmiah UNTAG Semaran
Damanhuri E, Padmi T.2010.Pengelolaan Sampah.Bandung: Institut Teknologi Bandung
Mantra BI.2007.Demografi Umum.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

Anda mungkin juga menyukai