Anda di halaman 1dari 38

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MEMBUANG

SAMPAH: STUDY SYSTEMATIC REVIEW

Oleh:

MIA MAULYDIA
NIM.70300117022

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan ilmu serta limpahan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga karya tulis ini yang
berjudul “Gambaran Perilaku Masyarakat dalam Membuang Sampah: Study Systematic
Review” bisa terselesaikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan penegak risalahnya,
semoga kita tetap menjadi umatnya sampai akhir masa.
Rasa terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya, serta ucapan terimakasih kepada teman-teman
yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga tugas ini bisa disusun
dengan baik.
Dalam penulisan ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang sederhana,
singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca. Kami menyadari bahwa karya tulis ini
jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah
ini. Maka kami berharap adanya masukan berupa kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan
dengan layak sebagaimana mestinya.

Samata, 9 November 2019

Penulis
LAPORAN SYSTEMATIC REVIEW
A. Latar Belakang
Lingkungan hidup merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat
dipisahkan. Lingkungan hidup juga sebagai pemenuhan kebutuhan manusia, dapat
dimanfaatkan namun juga harus dijaga kelestariannya. (Sri Devi al Rizqi, 2019) Menurut WHO
2005 lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia
dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (Efendi, 2009)
Terdapat beberapa masalah pencemaran lingkungan yang dibedakan dalam kualifikasi
seperti pencemaran udara, pencemaran tanah, dan pencemaran air salah satunya disebabkan
oleh perilaku manusia dalam membuang sampah sembarang seperti membuangnya di sungai
dapat menyebabkan pendangkalan sungai pencemaran sumber air, dan pemicu banjir.
Kebiasaan mencampurkan sampah kering dan basah yang sering dilakukan masyarakat dan
dianggap hal yang lumrah justru menyebabkan risiko penyakit semakin tinggi pula. Berbagai
aktivitas manusia baik secara langsung maupun tidak langsung menghasilkan sampah.
Semakin canggih teknologi di dunia, maka semakin banyak sampah yang akan ditimbulkan.
Kebersihan lingkungan termasuk keberadaan sampah sangat berpengaruh pada kesehatan
setiap orang. Tidak hanya dampak estetika, lebih penting dari itu banyaknya sampah yang tidak
dikelola menjadi sumber penyebaran penyakit yang menular seperti diare, typus, korela, bahkan
dapat menjadi sarang nyamuk dan kemungkinan dapat menjadi penyebab penyakit demam
berdarah. Selain itu juga, keberadaan sampah yang tidak dikelola dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan sehingga menghasilkan cairan lindi dan gas metana yang berperan
dalam pembentukan gas Rumah Kaca di atmosfer. Keberadaan sampah yang dibakar juga
menambah pencemaran udara dan akhirnya menambah pemanasan global atau bahkan
perubahan iklim dan juga berakibat pada kesehatan masyarakat, seperti gangguan pernafasan
bahkan dapat menyebabkan kanker. (Heru Subaris &Dwi Endah, 2016)
Dengan adanya fenomena tersebut sebagai perawat komunitas yang berperan sebagai
pendidik atau pemberi edukasi dan konsultan kepada masyarakat, sekiranya dapat memberikan
informasi kepada masyarakat, khususnya keluarga akan pentingnya menjaga lingkungan
dengan pengelolaan sampah yang baik sehingga akan mengurangi pencemaran lingkungan
(Vitrah Ramadhyan, 2014)
Sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak kota di
seluruh dunia. Semakin tingginya jumlah penduduk dan aktivitasnya, membuat volume sampah
terus meningkat. Akibatnya, untuk mengatasi sampah diperlukan biaya yang tidak sedikit dan
lahan yang semakin luas. Disamping itu, tentu saja sampah membahayakan kesehatan dan
lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Kurangnya sarana dan prasarana dalam
pengelolaan sampah memperburuk masalah persampahan. Jumlah penduduk Indonesia telah
meningkat menjadi hampir dua kali lipat selama 25 tahun terakhir, yaitu dari 119,20 juta jiwa
pada tahun 1971 bertambah menjadi 198,20 juta jiwa pada tahun 1996 dan bertambah kembali
menjadi 204,78 juta jiwa pada tahun 1999. Jika tingkat pertumbuhan penduduk ini tidak
mengalami perubahan positif yang drastis maka tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia
diperkirakan akan mencapai 262,4 juta jiwa dengan asumsi tingkat pertumbuhan penduduk
alami sekitar 0,9% per tahun. Indonesia dengan jumlah penduduk hingga 225 juta pada tahun
2011 setiap hari menghasilkan sampah baik organik maupun anorganik dengan perbandingan
jumlah hampir sama. Permasalahan utama adalah kesadaran masyarakat akan memilih
membuang dan memproses serta sampah yang masih buruk. Jumlah sampah yang dihasilkan
setiap hari di Indonesia hingga mencapai 11,330 ton per hari. Jika diambil rata-rata maka setiap
orang menghasilkan sampah Sebesar 0.050 kg per hari. Jika jumlah sampah itu dihasilkan
dalam hitungan hari tinggal kalikan dengan tahun, maka sampah yang dihasilkan hingga
mencapai 4.078.800 ton (P-WEC, 2011). Sebagian besar sumber timbulan sampah di
perkotaan Indonesia berasal dari rumah tangga (58%). Sedangkan sumber lainnya meliputi
sampah pasar dan pusat perbelanjaan (30%), industri (9%), rumah sakit (2%) dan lain-lain (1%)
(indoresporo, 2001) dalam (Andreanda Nasution dan Bambang permadi, 2017)
Hasil survey yang dilakukan di beberapa kota di Indonesia menunjukkan timbulan
sampah rata-rata berkisar antara 2 - 2,5 liter dengan kerapatan 200-300 kg/m3 (Sudradjat,
2009). Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan JICA (2003), rata-rata produksi sampah
meningkat dari 800 gram per kapita pada tahun 1995 menjadi 910 gram perkapita pada tahun
2000. Khusus untuk sampah atau limbah padat rumah tangga, peningkatan jumlah sampah
yang dihasilkan di Indonesia diperkirakan akan bertambah 5 kali lipat pada tahun 2010. Total
jumlah sampah di beberapa provinsi di Indonesia cenderung terus meningkat dari tahun ke
tahun. Sebagai contoh, Tahun 2000 jumlah sampah di Jawa Barat adalah sekitar 10,00 juta ton
dan meningkat sampai 11,13 juta ton di tahun 2007. Provinsi di Indonesia dengan penghasil
sampah terbanyak adalah Jawa Barat, diikuti oleh Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara
dan DKI Jakarta. Empat dari lima provinsi tersebut berada di Pulau Jawa. Ini menjadikan Pulau
Jawa sebagai pulau penghasil sampah terbesar di Indonesia. Pulau Jawa adalah pulau terkecil
diantara lima pulau besar di Indonesia tetapi menghasilkan sampah paling banyak. Jumlahnya
sangat signifikan, bahkan hampir mencapai 21,2 juta ton per tahun. Ini berkorelasi dengan
kepadatan penduduk di Pulau Jawa. Provinsi Jawa barat adalah provinsi terbesar penghasil
sampah dan Kota Bandung sebagai Ibu kota Jawa Barat menghasilkan sampah dengan kisaran
0,61 kg/orang tiap harinya (Badan Pusat Statistik, 2013).
Permasalahan sampah erat sekali kaitannya dengan perilaku masyarakat dalam
pengelolaan sampah, sebab masyarakat merupakan sumber sampah itu sendiri. Mengatasi
permasalahan sampah dari sumbernya akan menjadikan permasalahan sampah menjadi lebih
sederhana. Adanya kesulitan dan keterbatasan pemerintah dalam hal penyediaan fasilitas dan
sumber daya manusia untuk pengelolaan sampah, menjadikan peran masyarakat menjadi
aspek yang penting dalam pengelolaan sampah itu sendiri (Rahman, 2013). Masyarakat
Indonesia mengelola sampah padat dengan cara dibakar (50,1%), dibuang ke kali/parit/laut
(10,4%), dibuang sembarangan (9,7%), ditimbun dalam tanah (3,9%), pengomposan (0,9%),
dan hanya 24,9 persen pengelolaan sampah padat diangkut oleh petugas kebersihan
pemerintah (Hutabarat, dkk, 2015)
Penyebab minimnya pengetahuan mengelola sampah akibat dari budaya membuang
sampah dipekarangan yang diwariskan orang tuanya. Himbauan “Buanglah sampah pada
tempatnya” juga memperkuat mindset masyarakat, bahwa sampah cukup dibuang, tidak perlu
diolah lebih lanjut. Kalaupun tidak dibuang, paling mudah yang dilakukan untuk mengurangi
tumpukan sampah adalah dengan membakar sampah. Ketiga disebabkan oleh tidak adanya
sarana, prasarana dan sistem yang mendukung pengelolaan sampah. Mungkin saja sebagian
masyarakat kita sadar pentingnya “membuang sampah pada tempatnya”. Namun jika sarana
tempat pembuangan tidak tersedia, Alih-alih mengelola, membuang sampah saja tidak tersedia
sarana dan prasarananya Melihat akar masalah di atas, maka yang perlu dilakukan adalah
pertama membangun budaya mengolah sampah. Mulai dari tingkat rumah tangga, instansi,
kampung atau desa/kelurahan, hingga pada level pemerintah daerah. Untuk membangun
budaya tersebut masyarakat secara intensif dan massif perlu dikenalkan budaya 3R (Reduce,
Reuse dan Recycle) yaitu mengurangi sampah, menggunakan kembali barang-barang yang tak
terpakai, dan mendaur ulang sampah. (Maryulin Setia Ningsih NIM, 2016)
Dengan dilakukannya study systematic review ini penulis bermaksud untuk
menuntaskan permasalahan buang sampah sembarangan dengan cara mengetahui bagaimana
sistem pengelolaan sampah yang baik dan dapat memberikan gambaran bagi pembaca
mengenai fenomena masyarakat dalam membuang sampah.
B. Tujuan
Untuk mengidentifikasi dan menganalisis gambaran perilaku masyarakat dalam
membuang sampah.
C. Pertanyaan Review
Bagaimana gambaran perilaku masyarakat dalam membuang sampah?
D. Tinjauan Konseptual
1. Tinjauan Umum tentang Gambaran Perilaku Masyarakat
Menurut KKBI gambaran memiliki arti uraian, keterangan, penjelasan. Sedangkan
perilaku Satwono, “perilaku adalah perbuatan manusia baik terbuka (Over Bahavior)
maupun tidak terbuka (Covert Behavior). Perilaku merupakan apa yang dapat ditangkap
secara langgsunng melalui panca indra, misalnya membuang sampah serta mengambil
sampah yang berserakan. Sedangkan yang tidak dapat secara langsung oleh panca indra
misalnya seperti motivasi, minat, sikap, dan perasaan Perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang
biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan
manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masingmasing. Sehingga yang
dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,
berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak
luar (Notoatmodjo, 2003).
Bloom dalam Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3 domain
(ranah/kawasan). Ketiga domain perilaku tersebut, terdiri dari ranah pengetahuan, sikap
dan tindakan:
a. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap
masalah yang dihadapi (Notoatmodjo, 2003).
b. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan
bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok.
c. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior) menurut
Rogers, E.M dalam Notoatmodjo (2003), Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support).
Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata latin
socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab syaraka yang
berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling
bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat
mempunyai prasarana melalui wargawarganya dapat saling berinteraksi. Definisi lain,
masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu: Interaksi
antar warga-warganya, Adat istiadat, Kontinuitas waktu, Rasa identitas kuat yang mengikat
semua warga (Koentjaraningrat, 2009)
Sehingga dapat disimpulkan gambaran perilaku masyarakat merupakan uraian
kegiatan atau aktivitas manusia yang saling berinteraksi di dalam suatu wilayah.
2. Tinjauan Umum tentang Sampah
a. Pengerian Sampah
Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,
tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya. (Ramon dan Afriyanto, 2015)
Nugroho, (2007) berpendapat bahwa sampah adalah bahan sisa atau produk
sampingan dari kegiatan manusia yang sudah tidak berguna dan kemudian dibuang,
sehingga bisa menyebabkan gangguan estetika, kerusakan dan pencemaran lingkungan,
atau mengandung unsur berbahaya, serta dapat mengganggu kelestarian dan kesehatan
kehidupan manusia dan lingkungan. Neolaka (2008) menjelaskan Sampah adalah segala
sesuatu yang tidak diperlukan lagi oleh pemiliknya. Menurut Nugroho (2013) Sampah
adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai
sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola dengan prosedur
yang benar.
Adapun penegertian perilaku membuang sampah adalah aktivitas fisik individu
yang teterlihat jelas sebagai suatu hasil pembiasaan yang dibentuk oleh lingkungan dalam
membuang sampah. Perilaku masyarakat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan
sudah sangat minim bahkan masyarakat sendiri yang merusak lingkangan. Kurangnya
kepekaan dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan melahirkan kondisi lingkungan
yang berdampak buruk bagi manusia itu sendiri.
b. Sumber Sampah
Sampah bisa berasal dari berbagai sumber, misalnya dari industri, sekolah, rumah
tangga, rumah sakit, perkantoran atau dari fasilitas umum, seperti terminal bus, stasiun
kereta api. Sumber datangnya sampah dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Rumah tangga, pada umunya terdiri dari sampah organik dan anorganik yang
dihasilkan dari aktivitas rumah tangga, misalya sampah dapur, sampah taman sepeti
rantig atau daun kering, dan alat-alat rumah tangga yang rusak dan tidak terpakai.
2) Daerah komersial, yaitu sampah yang dihasilkan dari perkantoran, pasar, perkotaan,
hotel, perkantoran, dan lain sebagainya. Biasanya terdiri dari bahan pmbungkus sisa
makanan, kertas dari print atau foto copy yang salah, dan lain sebagainya.
3) Sampah institusi berasal dari sekolah, rumah sakit, dan pusat pemerintahan
4) Sampah industri, yang berasaldari proses produksi industri,yaitu pengolahan bahan
baku hingga hasil produksi.
5) Sampah dari fasilitas umum, yaitu berasal dari taman umum, tempat wisata, pantai
6) Sampah dari sisa konstruksi bangunan, misalnya sampah sisa-sisa pembuatan gedung,
perbaikan dan pembongkaran jalan atau jembatan, biasanya sampah berubapa sisa
bahan bangunan atau konstruksi bangunan seletah di bongkar.
7) Sampah dari hasil pengelolaan air buangan dan sisa pembakaran dari insinerator yaitu
tungku perapian atau pembakaran
8) Sampah pertanian, berasal dari sisa-sisa pertanian yang tidak sapat dimanfaatkana
lagi, misalnya batang padi yang sudah kering.
Sampah berasal dari hasil dari aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai.
Sampah yang dihasilkan dipengaruhi oleh keadaan wilayah, seperti jumlah penduduk, jenis
aktivitas, dan tingkat konsumsi terhadap barang atau material. Semakin besar jumlah
penduduk dan tingkat konsumsi terhadap barang maka semakin besar volume sampah
yang dihasilkan. Adanya penggolongan sumber sampah akan mempermudah dalam
pengelolaan sampah.
c. Jenis Sampah
Berdasarkan sumbernya, sampah digolongkan menjadi dua, yang pertama berasal
dari aktivitas kehidupan (rumah tangga) atau juga disebut dengan General Waste. Sampah
merupakan hasil dari aktivitas manusia baik secara individu maupun kelompok seperti
keluarga misalnya. Segala kebutuhan yang harus dipenuhi dalam rumah tangga seperti
meuble, makanan, majalah, mainan, buku, peralatan listrik, pakaian, alat bangunan, dan
lain-lain. Setelah melalui proses konsumsi dalam rumah tangga tersebut menghasilkan
bahanbahan yang tidak habis di konsumsi (tidak bermanfaat lagi) sebagai akibat dari
kegiatan rumah tangga akan menghasilkan limbah, baik limbah padat, cair, maupun gas.
Sedangkan yang kedua, yaitu sampah industri yang merupakan hasil dari proses industri.
Biasanya berupa bahan-bahan seperti: abu, lumpur, limbah minyak, limbah yang bersifat
asam, yang bersifat plastik, kertas, kayu, tekstil, karet, metal dan lain sebagainya.
Berdasarkan bahan asalnya, sampah dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampah
organik dan samapah anorganik (Cecep Dani Sucipto, 2012)
a. Sampah organic
Sampah jenis ini berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, dan tumbuhan.
Sampah organik sendiri dibagi menjadi basah dan kering. Istilah sampah oganik basah
yaitu kategori sampah yang memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya
seperti kulit buah dan sisa sayuran. Sedangkan sampah organik kering seperti kertas,
kayu, atau ranting pohon dan dedaunan kering.
b. Sampah anorganik
Sampah anorganik kebalikan dari sampah organik, yang artinya sampah jenis ini bukan
berasal dari makhluk hidup. Jenisyang termasuk ke dalam kategori ini bisa di daur
ulang (recycle) misalnya bahan yang terbuat dari logam dan plastic
c. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Jenis sampah yang dikategorikan berbahaya dan beracub bagi manusia. Umumnya,
sampah jenis ini mengandung merkuri seperti kaleng cat semprot, minyak wangi,
kosmetik. Namun, tidak menutup kemungkinan sampah yang mengandung jenis racun
lain yang berbahaya.
Menurut Notoatmojo membagi sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung
didalamnya yaitu organik dan anorganik. Sama seperti pemaparan sebelumnya, namun
menurut Notoatmojo mengkategorikan sampah anorganik umumnya yang tidak dapat
membusuk seperi logam/besi, pecahan gelas, plastik. Sedangkan sampah organik adalah
sampah yang mudah membususuk, seperti sisa-sisa makanan daun-daun dan buah-
buahan.
d. Mengelola Sampah
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah
tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bacteri pathogen), dan
juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu,
sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau
mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik,bukan untuk
kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Yang dimaksud
dengan pengelolaan sampah adalah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan
pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi
gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.
Adapun cara-cara pengelolaan sampah antara lain:
a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing
rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh karena itu, kita harus
membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah.
Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut
ke tempat penampungan sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke tempat
penampungan akhir (TPA). Mekanisme, sistem, atau cara pengangkutannya untuk di
daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat yang didukung
oleh partisipasi masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan.
Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh
masing-masing keluarga, tanpa memerlukan TPS, maupun TPA. Sampah rumah
tangga daerah pedesaan umumnya didaur ulang menjadi pupuk.
b. Pemusnahan dan pengolahan sampah
Pemusnahan dan pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui berbagai cara,
antara lain:
1) Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah
kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
2) Dibakar (inceneration) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di
dalam tungku pembakaran (inceneration).
3) Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos),
khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah
lainnya yang dapat membusuk (Notoatmodjo, 2007).
e. Cara-cara Pengelolaan Sampah
1) Hog Feeding, yaitu penggunaan sampah garbage untuk makanan ternak.
2) Inceneration (pembakaran) yaitu dengan pembuangan sampah di TPA, kemudian
dibakar. Pembakaran sampah dilakukan di tempat tertutup dengan mesin dan
peralatan khusus yang dirancang untuk pembakaran sampah. Sistem ini
memerlukan biaya besar untuk pembangunan, operasional dan pemeliharaan
mesin dan peralatan lain.
3) Sanitary Landfill, yaitu pembuangan sampah dengan cara menimbun sampah
dengan tanah yang dilakukan lapis demi lapis, sedemikian rupa sehingga sampah
tidak berada di alam terbuka, jadi tidak sampai menimbulkan bau serta tidak
menjadi tempat binatang bersarang. Cara ini sangat bermanfaat sekaligus
bertujuan untuk meninggikan tanah yang rendah seperti rawa-rawa, genangan air
dan sebagainya.
4) Komposting (pengomposan) merupakan pemanfaatan sampah organik menjadi
bahan kompos. Untuk tujuan pengomposan sampah harus dipilah-pilah sehingga
sampah organik dan anorganik terpisah.
5) Discharge To Seweres disini sampah harus dihaluskan kemudian dibuang ke dalam
saluran pembuangan air bekas. Cara ini dapat dilakukan di rumah tangga atau
dikelola secara terpusat di kota-kota. Cara ini membutuhkan biaya yang besar serta
tidak mungkin dilakukan jika sistem pembuangan air kotor tidak baik.
6) Dumping (penumpukan) yaitu pembuangan sampah dengan penumpukan di atas
tanah terbuka. Dengan cara ini TPA memerlukan tanah yang luas dan sampah
ditumpuk begitu saja tanpa adanya perlakuan. Sistem dumping memang dapat
menekan biaya tetapi sudah jarang dilakukan karena masyarakat sekitarnya
terganggu. Cara ini berpengaruh buruk terhadap lingkungan, berupa sumber
penyakit dan tempat binatang bersarang.
7) Individual Inceneration, adalah pembakaran sampah yang dilakukan secara
perorangan. Pembakaran harus dilakukan dengan baik, jika tidak, asapnya akan
mengotori udara serta dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
8) Recycling, adalah menghancurkan sampah menjadi jumlah yang lebih kecil dan
hasilnya dimanfaatkan misalnya kaleng, kaca dan sebagainya. Cara ini berbahaya
untuk kesehatan, terutama jika tidak mengindahkan segi kebersihan.
9) Reduction, adalah menghancurkan sampah menjadi jumlah yang lebih kecil dan
hasilnya dimanfaatkan, misalnya garbage reduction yang dapat menghasilkan
lemak. Hanya saja biayanya sangat mahal dan tidak sebanding dengan hasilnya.
10) Dumping in water, sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi
pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir.
11) Salvaging, pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya kertas
bekas. Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit (Chandra,
2007).
E. Kriteria Review
Tabel 1. Kata Kunci Pencarian Literature Metode PICO
P Masyarakat
I Mencegah perilaku buang sampah
C Tidak ada pembanding
O Gambaran perilaku
Pertanyaan penelitian dirumuskan melalui strategi PICO adalah sebagai
berikut: Bagaimana gambaran perilaku masyarakat dalam membuang sampah? Dalam
pemilihan literatur peneliti memiliki kriteria inklusi dan ekslusi:
1. Kriteria Inklusi:
a. Artikel yang terbit dalam kurun waktu 2015-2019
b. Artikel full text yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu strategi intervensi yang
efektif untuk mengatasi anak adiksi game online.
c. Terdapat ISSN, ISBN, DOI atau Volume pada jurnal
d. Penelitian yang berhubungan dengan pertanyaan penelitian
2. Kriteria Ekslusi :
a. Artikel yang double publikasi
b. Artikel yang tidak full text
c. Artikel yang tidak sesuai dengan pertanyaan penelitian
F. Strategi Penelusuran
Sumber Database: Google Scholar dengan pertanyaan penelitian terstruktur
menggunakan metode elektronik PICO (Patient, Intervention,
Comparison, and Outcome)
Keywords: Gambaran OR karakteristik AND masyarakat AND membuang OR
mengelolah AND sampah
G. Hasil Seleksi

Google
Scholar
(n = 11.300)

Artikel yang diidentifkasi


Identification (n = 3663)

Exclusion:
Tidak full teks (n= 0)
Tidak sesuai pertanyaan
penelitian (n= 3515)
Hasil Skrining
Screening (n = 3531)

Exclusion:
Tidak full teks (n= 0)
Tidak sesuai pertanyaan
penelitian (n= 3515)

Sesuai dengan
pertanyaan penelitian
Eligiblity (n= 15)

Kategori Below Average Kategori Average Paper Kategori Superior Paper


Paper (Skor 0-102) (Skor 103-204) (Skor 205-306)
(n= 0) (n=0) (n=15)

Inclusion Artikel yang diinklusi


(n= 15)

Bagan 1 Diagram alur untuk seleksi dan inklusi studi


H. Hasil Analisis
Tabel. 2 Hasil Analisis Artikel
NO Sumber Tujuan Metode Hasil Rekomendasi

1 Ni Luh Gade Untuk mengetahui Penelitian ini Hasil penelitian menunjukan Kepada pemerintah: melakukan
Sukerti, I Made perilaku menggunakan metode perilaku masyarakat di sosialisasi pelayanan dan
Sudarma, I.B.G masyarakat survey dengan desain Kecamatan Denpasar Timur pengangkutan sampah organic
Pujaastawa. (2017) masyarakat dalam cross sectional dalam mengelola sampah dan anorganik ke masyarakat dan
Perilaku pengelolaan dimana data seluruh rumah tangga sudah dalam apabila masyarakat tidak
Masyarakat dalam sampah untuk variabel dimana data kategori baik, yang ditunjukan melakukannya maka sampah tidak
Pengelolaan mengetahui dikumpulkan pada melalui ketersediaan akan terlayani dalam
Sampah dan hubungan faktor waktu yang sama. masarakat dalam pewadahan pengangkutan, baik yang diangkut
Faktor-Faktor yang internal dan Populasi dalam sampah secara mendiri. oleh pemerintah lewat DLHK,
Mempengaruhi di eksternal dalam penelitian ini adalah Masyarakat telah melakukan maupun secara swakelola, perlu
Kecamatan pengelolan sampah ibu rumah tangga pemilahan sampah organic adanya perbedaan jenis sampah
Denpasar Timur di kecamatan yang tinggal menetap dan anorganik telah dan waktu pengangkutan sampah,
Kota Dendasar, Denpasar Timur. serta memliki KTP di menerapkan prinsip 3R antara sampah organic dan
Provinsi Bali. Kecamatan Denpasar (Reduce /mengurangi, reuse/ anorganik dan perlu adanya
Ecotrophic: Jurnal Timur. Sedangkan menggunakan kembali, penyediaan lahan kosong untuk
Ilmu Lingkungan. jumlah sampelnya recycle / mendaur ulang), dan melakukan composting baik itu
Vol. 11 no 2. ditentukan dengan tidak membuang sampah lahan milik sendiri atau sewa, hal
menggunakan sembarangan serta ini
perhitungan rumus menghindari kegiatan sangat mungkin dilakukan dengan
Slovin sebanyak 100 membakar sampah. Kemudian memanfaatkan dana desa yang
responden. Penentuan tingkat pengetahuan diberikan oleh
sampel dalam masyarakat merupakan pemerintah pusat, Mengalokasikan
penelitian ini adalah kategori tertinggi pada variabel bantuan
secara stratified faktor internal yang paling dana desa yang diberikan secara
andom sampling. menentukan perilaku rutin kepada
Jumlah masing- masyarakat dalam mengelola setiap desa, untuk memberikan
masing sampel tiap sampah, indicator lainnya perhatian pada
lokasi menggunakan adalah pendapatan masalah penanganan sampah
proportionate masyarakat dan waktu luang secara mandiri, penyediaan TPS
sampling. Besaran yang dimiliki masyarakat, atau depo sampah yang
sampel untuk setiap sedangkan tingkat pendidikan memenuhi syarat sehingga tidak
desa/kelurahan di merupakan kategori terkecil mencemari
Kecamatan Denpasar dalam menentukan perilaku lingkungan.
Timur ditentukan masyarakat dalam mengelola Kepada Masyarakat: Partisipasi
dengan menggunakan sampah rumah tangga. masyarakat
metode dari Taro yang sudah baik agar tetap
Yamane.instrumen ditingkatkan dan mengajak seluruh
penelitian yang anggota keluarga tetap
digunakan dalam menjaga kebersihan lingkungan
penelitian terdiri dari dan
kuesioner, menerapkan prinsip 3R dalam
wawancara, mengelola
observasi, dan sampah rumah tangga, perilaku
dokumentasi. masyarakat
dalam melakukan pemilahan
sampah sudah
berkategori baik, namun
diharapkan
masyarakat mengurangi
penggunaan barang-barang
yang
2 Lestario Widodo Untuk mengetahui Metode penelitian Masyarakat responden Perlu pengaturan pengelolaan
dan Joko Prayitno sejauh mana peran yang digunakan dalam cendrung belum peduli secara sampah
Susanto. (2016). masyarakat studi ini adalah berarti terhada permasalahan khususnya : pemilahan sampah
Kapasitas terhadap observasi. Jumlah persampahan. Bentuk peranan pada
Masyarakat dalam pengelolaan sampel masyarakat serta atau kapasitas sumbernya, tentang perilaku
Pengelolaan sampah, maka yang menjadi masyarakat secara efektif masyarakat dari
Sampah Kota dilakukan survey responden adalah 307 hingga saat ini masih berada kebiasaan membuang sampah
(Studi Masyarakat langsung kepada dengan rincian ditahap retribusi tepat pada secara tercampur menjadi sudah
Jakarta, masyarakat di responden Jakata 167 waktunya, atau dengan kata terpilah, memotivasi masyarakat
Tanggerang, wilayah kota orang Tanggerang 50 lain masyarakat cendrung dalam membiasakan memilah
Bekasi, Depok). Jakarta dan orang, Bekasi 60 menyerahkan sepenuhnya sampah pada
Jurnal Teknologi sekitarnya orang dan Depok 30 pengelolaan sampah pada sumbernya, meningkatkan peran
Lingkungan. Vol. orang. Kemudian pemerintah. Dalam hal serta masyarakat
10 no. 3. dilakukan wawancara pemilahan sampah, dalam merumuskan konsep
dengan alat bantu pengelolaan persampaan regulasi
daftar pertanyaan. pada tataran masyarakat di bidang persampahan dalam
belum menunjukan adanya pengelolaan sampah dengan
indikasi menuju kearah sistem
pemilihan, hal ini terlihat dari pilah, Merubah pola konsumtif
hasil wawancara dengan yang boros
responden dimana yang sampah menjadi hemat sampah,
sengaja memisakan sampah sehingga upaya mengurangi
basah dan kering hanya 4,3%. sampah
Sisanya praktis tidak pada sumbernya dapat lebih efektif
merancang pewadahan
sampah secara terpisah.
3 Apriliana, L., Untuk mengetahui Jenis penelitian yang Perilaku masyarakat dalam Dinas Kebersihan Kota Medan
Nadapdap, T. P., & perilaku digunakan deskriptif pengelolaan sampah di menambah armada angkutan
Surjani, L. (2018). masyarakat dalam dengan desain Cross Kecamatan Medan Marelan disebabkan untuk mengatasi:
Perilaku mengelolah Sectional. Jumlah Tahun 2017 berada dalam Pertama, volume sampah Kota
Masyarakat dalam sampah di populasi sebanyak kategori kurang, pengetahuan Medan dari tahun ke tahun
Pengelolaan Kecamatan Medan 33.816 KK di sebanyak 39%, sikap menunjukkan peningkatan yang
Sampah di Marelan tahun2017 Kecamatan Medan sebanyak 38%, dan tindakan tinggi dengan pertumbuhan
Kecamatan Medan Marelan. Teknik sebanyak 46%. penduduk dan kehadiran industri
Marelan Tahun pengambilan sampel baru. Kedua, efek negatif dari
2017. Jurnal pada penelitian ini penumpukan sampah. Ketiga,
Kedokteran adalah dengan teknik pengangkutan yang belum
Methodist. Vol. 11, proporsional random berjalan dengan baik. Keempat,
no. 2. sampling dengan kurangnya tempat pembuangan
sampel sebanyak 100 sampah
KK. Pengumpulan sementara (TPS) sehingga
data dilakukan dengan menimbulkan sampah pada
menggunakan beberapa lokasi di Kota Medan.
kuesioner.
4 Nasution, A., & Untuk mengetahui Rencangan penelitian Hasil penelitian Diharapkan pengelola sekolah bisa
Permadi, B. (2017). gambaran perilaku ini adalah penelitian menggambarkan pengetahuan memberikan informasi yang secara
Gambaran Perilaku siswa dalam kuantitatif, dengan responden sudah baik berkala dan terus menerus
Siswa dalam membuang desain studi sebanyak 52.4%, namun sikap mengenai kebersihan lingkungan
Membuang sampah di MI Ibnu description siswa dalam membuang sekolah khusunya dalam mebuang
Sampah di ‘Aqil Bogor. pengumpulan data sampah masih kurang baik sampah, karena diperlukan
Madrasah yang digunakan sebanyak 68,0% , adapun dukungan dari masyarakat di
Ibtidaiyah Ibnu ‘Aqil berupa kuesioner gambaran tindakan/perilaku lingkungan sekolahs eperti kepala
Kota Bogor Tahun melalui metode pre- siswa dalam membuang sekolah, guru, penjaga sekolah,
2017. HEARTY test pos-test. Populasi sampah masih kurang baik penjaga kantin dalam menerapkan
Jurnal Kesehatan dalam penelitian ini sebanyak 57,9%. perilaku membuang sampah.
Masyarakat. Vol. 5 yaitu siswa kelas 4, 5 Meningkatkan penerapan
NO. 2.. dan 6. sampel dalam kebijakan yang berkaitan dengan
penelitian ini kebersihan lingkungan khususnya
berjumlah 126. perilaku membuang sampah,
meningkatkan sarana untuk
membuang sampah seperti
memperbanyak tempat sampah di
lingkungan sekolah.
5 Purwiningsih, D.W., Untuk memperoleh Penelitian ini Masyarakat mempunyai Bagi penelitian selanjutnya lebih
& Ishak, D. A. gambaran perilaku merupakan penelitian pengetahuan baik tentang lanjut meneliti faktor-faktor yang
(2016). Gambaran masyarakat dalam dengan metode perilaku membuang sampah berhubungan dengan perilaku
Perilaku membuang deskriptif. Peneliti diwilayah pesisir sebanyak 13 masyarakat dalam membuang
Masyarakat dalam sampah rumah melakukan responden (34,25), memiliki sampah rumah tangga diwilayah
Membuang tangga pada wawancara dan sikap postitif sebanyak 30 pesisir
Sampah Rumah wilayah pesisir pengamatan dengan responden (79%), dan
Tangga di Wilayah Kelurahan menggunakan lembar masyarakat tidak memiliki
Pesisir RT 03/RW Kasturian RW kuesioner, dengan perilaku buruk sebanyak 22
01 Kelurahan 01/RT 03 besar responden responden (57,9%) karena
Kasturian Kecamatan Kota sebanyak 38 orang. masyarakat menyatakan
Kecamatan Ternate Ternae Utara tahun Pengambilan sampel sangat setuju terhadap
Utara Tahun 2015. 2015. dalam penelitian pertanyaan peneliti dalam
Jurnal Kesehatan dilakukan secara total ketersediaan TPS sarana TPS
Poltekkes Ternate. sampling.
Vol. 6 no. 1. Populasi pada
penelitian ini adalah
masyarakat Kelurahan
Kasturian Kecamatan
Kota Tarnete Utara
Khususnya RT 03/
RW 01 dengan jumlah
KK sebesar 97 KK.
6 Hutabarat, B.T F., Untuk mengetahui Jenis penelitian ini Hasil penelitian ini 1. Pengadaan fasilitas yang dapat
Ottay, R. I., & gambaran perilaku adalah survey menunjukkan dari 96 menunjang pengelolaan sampah
Siagian, I. (2015). masyarakat deskriptif-analitik. responden, 54,2% memiliki padat seperti bank sampah padat
Gambaran Perilaku terhadap Dengan jumalah pengetahuan yang baik, organik dan non-organik di
Masyarakat pengelolaan populasi berjumlah 37,5% memiliki pengetahuan Kelurahan Malalayang II.
Terhadap sampah padat. 2.061 kepala keluarga yang cukup, dan 8,3% 2. Pemerintah menambah jumlah
Pengelolaan dan sampel berjumlah memiliki pengetahuan yang tempat penampungan sementara
Sampah Padat di 96 kepala keluarga. kurang terhadap pengelolaan (TPS) di setiap lingkungan.
Kelurahan Pemilihan sampel sampah padat, 87,5% memiliki
Malalayang II dilakukan dengan sikap yang baik, 10,4%
Kecamatan secara proportional memiliki sikap yang cukup,
Malalayang Kota random sampling. Alat dan 2,1% memiliki sikap yang
Manado. Jurnal pengambilan data kurang terhadap pengelolaan
Kedokteran menggunakan sampah padat, 18,7% memiliki
Komunitas dan kuesioner. tindakan yang baik, 64,6%
Tropik. Vol 3 no. 1. memiliki tindakan yang cukup,
16,7% memiliki tindakan yang
kurang terhadap pengelolaan
sampah padat sehingga
disimpulkan bahwa
pengetahuan dan sikap
masyarakat Kelurahan
Malalayang II Kecamatan
Malalayang Kota Manado
terhadap pengelolaan sampah
padat berada pada kategori
baik tetapi tindakan berada
pada kategori cukup.
7 Mutiara Kartika. Penelitian ini Rancangan penelitian Responden dengan umur 46- Perlunya dukungan dari pihak
Dewi (2016). bertujuan untuk berupa deskriptif 55 serta responden yang terkait
Perilaku mengetahui kuantitatif. Responden mempunyai pendidikan SMA untuk menyiapkan sarana
Masyarakat Sekitar perilaku yang menjadi sampel memiliki pengetahuan yang pendukung agar
Sungai Mahakam masyarakat yang penelitian ini adalah baik terhadap pengelolaan pengetahuan dan sikap yang telah
Kabupaten Kutai tinggal di sekitaran masyarakat yang sampah. Sikap terhadap dimiliki
Kartanegara Sungai Mahakam tinggal di Bantaran kegiatan membuang sampah oleh masyarakat dapat diterapkan
Terhadap dalam pengelolaan Sungai Mahakam di langsung kesungai umumnya pada
Pengelolaan sampah Kelurahan responden menjawab tidak tindakannya sehari-
Sampah. Gerbang Mangkurawang dan setuju, namun ada 4,35% hari.Pengawasan dan
Etam, Vol. 10, no 1. Loa Tebu Kecamatan yang setuju. Pengetahuan dan pemberian pengarahan oleh dinas
Tenggarong. sikap dari responden tidak terkait
Responden berjumlah sepenuhnya diaplikasikan masih perlu untuk terus dilakukan
40 orang yang diambil dalam tindakan nyata terdapat agar
secara acak. 38,89% di umur 26-35 tahun kiranya sikap dan tindakan dari
Instrument yang dan 22,22% dari tingkat masyarakat
digunakan berupa pendidikan SMA sering tentang pengelolaan sampah dan
kuesioner. membuang sampah langsung limbah
ke sungai. menjadi lebih baik.
8 Andi Putra. (2019). Untuk Jenis penelitian ini 1) Sebagian besar responden 1. Untuk lebih meningkatkan
Perilaku mendapatkan data adalah penelitian dalam hal ini masyarakat perilaku
Masyarakat dalam dan gambaran adalah penelitian Kelurahan Wali mempunyai pengelolaan dalam hal ini
Membuang tentang: 1) survey dengan pengetahuan baik tentang membuang sampah yang baik
Sampah Rumah Gambaran perilaku metode deskriptif membuang sampah yang maka diharapkan
Tangga di masayarakat dalam kualitatif. Informan terdiri dari 41,67% dan adanya peran serta dinas
Kelurahan Wali membuang dalam penelitian ini pengetahuan sedang 58,33%. kebersihan kota untuk
Kecamatan sampah rumah adalah masyarakat di Sedangkan menyediakan sarana
Watopute. tangga di Kelurahan Wali pengetahuan dalam kategori pembuangan sampah yang
Penelitian Kelurahan Wali Kecamatan Watopute, kurang tidak ada. Sehingga memenuhi
Pendidikan Kecamatan dengan jumlah 60 dapat disimpulkan bahwa syarat.
Geografi. Vol 4 no. Watopute; 2) untuk orang ditentukan tingkat pengetahuan 2. Meningkatkan peran serta
2. mengetahui upaya berdasarkan teknik responden adalah pada masyarakat
yang dapat random sampling. kategori baik. dalam pelaksanaan program
meningkatkan Instrument yang Sikap responde secara umum kebersihan
kesadaran dipakai adalah adalah kategori sikap baik ditiap lingkungan kelurahan.
masyarakat dalam kuesioner. yaitu sebanyak 30 responden 3. Cara pembuangan sampah
pengelolaan (50%). Sebagian besar yang baik
sampah rumah responden mempunyai dan benar di osialisasikan kepada
tangga di tindakan kurang dalam masing-masing daerah, baik
Kelurahan Wali pengelolaan atau membuang kelurahan,
Kecamatan sampah terdiri dari 47%. desa maupun di kota oleh instansi
Watopute. Tindakan sedang di Kelurahan terkait.
Wali 41,67% dan
tindakan dalam kategori baik
sebanyak 13,33%. Dapat
disimpulkan bahwa tindakan
responden di Kelurahan Wali
dalam kategori tindakan
kurang.
Sehingga dapat dikatakan
bahawa pengetahuan dan
sikap yang baik tidak diikuti
tindakan yang baik juga
2) Upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan sampah rumah
tangga adalah salah satunya
dengan
pelaksanaan kegiatan bakti
sosial
9 Darmawan, R., & Menganalisis Metode yang Penelitian ini melihat perilaku 1. Program ecovillage perlu di
Fatchiya, A. (2018). perilaku ibu rumah digunakan adalah mengelola sampah rumah perluas ke desa-desa laun yang
Analisis Perilaku tangga Bantaran metode survey tangga berdasarkan tiga belum menerapkan desa berbuda
Ibu Rumah Tangga Sungai Citampian dengan menggunakan aspek, yaitu kognitif, afektif, lingkungan atau desa ecovillage.
Bantaran Sungai dalam mengelola data kuantitatif berupa dan kontaif. hasil menunjukan 2. Meningkatkan jumlah kader di
Citampian dalam sampah rumah kuesioner yang bahwa pada aspek kognitif, Desa yang telah
Mengelolah tangga. didukung oleh data baik di Desa Bendungan menerapkan desa ecovillage juga
Sampah Rumah kualitatif berupa maupun Desa Ciawi tergolong di Desa yang belum
Tangga. Jurnal wawancara mendalam tinggi. Pada aspek afektif, di menerapkannya, serta
Sains Komunikasi dengan ibu rumah kedua desa tersebut juga meningkatkan
dan tangga. Populasi dari menunjukan kompetensi kader dari segi konten
Pengembangan Desa Bendungan 170 bahwa aspek afektif berada lingkungan
Masyarakat orang, dan Desa ciawi pada kategori positif. dan penyuluhan kepada
[JSKPM], Vol. 2 (4). 80. Dengan jumlah Namun pada aspek tindakan masyarakat.
sampel 54 orang, 37 kedua desa memiliki 3. Pemerintah meningkatkan
dari Desa Bendungan kategori yang berbeda. Aspek sarana dan prasarana
dan 17 orang dari tindakan pada Desa pembuangan sampah rumah
Desa Ciawi. Bendungan berada pada tangga berupa tempat sampah
katgeori tinggi sedangkan sekitar rumah, Tempat
Desa Ciawi pada kategori Pembuangan Sampah (TPS),
rendah. serta petugas
pembuangan sampah.
4. Mengembangkan bank sampah
dengan
meningkatkan kesadaran
masyarakat
pentingnya pengelolaan sampah
rumah tangga
10 Hendra Devi. Untuk mengetahui Jenis penelitian ini Pengelolaan sampah di Diharapkan masyarakat kampus
(2015). Perilaku perilaku adalah deskriptif Universitas Andalas untuk saat melakukan pemilahan sampah dari
Masyarakat masyarakat dengan menggunakan ini secara umum masih sumbernya sesuai dengan jenis
Kampus dalam kampus dalam analisa kuantitatif dan bersifat konvensional yaitu sampah sehingga membebani
Pengelolaan membuang kualitatif. Penetapan terkonsentrasi pada kegiatan pengelola, dibuatnya peraturan
Sampah (Studi sampah, lokasi dengan metode ”ambil, angkut, buang”. yang mengharuskan dilakukannya
Kasus di Kampus mengetahui sistem random sampling Sampai saat ini belum ada pemilahan sampah terhadap
UNAND Limau pengelolaan dengan teknik pedoman pelaksanaan sistem masyarakat kampus termasuk
Manis Padang sampah di pengambilan sampel teknik operasional pedagang/pemilik café,
Sumatra Barat. Universitas cluster random pengelolaan sampah. Faktor - menyarankan seluruh masyarakat
Diss. UPT. Andalas dan sampling. Populasi faktor internal masyarakat kampus mendaftar untuk menjadi
Perpustakaannu. mengetahui dari masyarakat yang merupakan karakteristik nasabah bank sampah “Enviro
hubungan faktor kampus UNAND individu meliputi pekerjaan, Andalas” sehingga bank sampah
internal masyarakat mencapai 24.210 umur, jenis kelamin dan tersebut lambat mengalami
yang merupakan terdiri dari mahasiswa, tingkat pendidikan ternyata perkembangan.
karakteristik dosen, administrator tidak seluruhnya berhubungan
individu dan dan pedagang. dengan perilaku masyarakat
perilaku Instrument penelitian kampus dalam mengelola
masyarakat dengan menggunakan sampah. Hanya pekerjaaan
kampus dalam kuesioner. dan tingkat pendidikan yang
membuang cukup memiliki hubungan
sampah dengan perilaku masyarakat
kampus.
11 Al Rizqi, Sri Devi. Untuk mengetahui Peneliti menggunakan Dari hasil penelitian yang Untuk Pemerintah Desa Kemlagi,
(2019). Perilaku perilaku metode penelitian dilakukan oleh peneliti di dengan adanya penelitian ini dapat
Masyarakat dalam masyarakat di kualitatif dengan lapangan ditemukan menjadi bahan pertimbangan
Mengelola Sampah Desa Kemlagi teknik bahwa masyarakat di desa untuk pemerintah desa Kemlagi
Rumah Tangga di dalam mengelola pengumpulan data, Kemlagi dalam mengelola dalam memberikan kebijakan
Desa Kemlagi sampah observasi, wawancara sampah rumah tangga lebih untuk perkembangan
Kecamatan rumah tangga dan dan dokumentasi banyak memilih untuk dibakar. pembangunan TPS yang
Kemlagi Kabupaten untuk mengetahui selanjutnya dianalisa Temuan peneliti selama di telah diprogramkan oleh
Mojokerto. Doctoral latar belakang data dari lapangan lapangan juga ada yang pemerintah desa Kemlagi. Untuk
dissertation, UIN masyarakat di dan direlevansi membuangnya juga di andil, perkembangan pengadaan TPS
Sunan Ampel Desa Kemlagi dengan teori yang yaitu tempat pengairan zaman juga harus memperhatikan dari
Surabaya. dalam mengelola diajukan oleh peneliti Belanda yang sudah tidak teknis berjalanannya TPS tersebut,
sampah rumah sebagai alat untuk difungsikan lagi, dan menjadi mulali dari pengambilan sampah
tangga mereka menganalisis dalam tempat pembuangan sampah pada setiap rumah yang ada di
penelitian. Penulis oleh warga sebelum dibakar. desa Kemlagi, pemisahan sampah
menggunakan Dan yang melatarbelakangi berdasarkan jenisnya sampai pada
teknik pengambilan masyarakat melakukan itu pengolahan sampah. Pada
sampel dengan teknik karena tidak adanya sarana dasarnya
Simple Random dan prasarana untuk pengolahan sampah harus sesuai
Sampling dengan membuang sampah, maka dengan jenis sampahnya. Selain
memilih informan muncul perilaku-perilaku itu
secara acak dari dalam mengelola sampah saran dari peneliti agar
populasi penduduk rumah tangga mereka agar mendatangkan ahli lingkungan dan
yang ada di desa tidak terjadi penumpukan pengelolahan sampah atau teknik
Kemlagi. sampah. Terkait pengetahuan lingkungan. Agar dalam
masyarakat tentang jenis pengadaan
sampah masih dapat TPS atau tempat pengelolaan
dikatakan kurang tahu sampah ini berjalan sesuai dengan
mengenai memilah sampah ketentuan-ketentuan tertentu.
berdasarkan jenisnya,
kemudian alasan lainnya untuk
kesehatan,beberpa
masyarakat yang memilih
untuk dibakar karena dapat
berfungsi sebagai
‘diangan’ dan ‘cutik geni’.
12 Hastiani Harun. Untuk mengetahui Metode penelitian Hasil penelitian menunjukan Diharapkan masyarakat
(2017). Gambaran gambaran adalah penelitian sebagian besar 58% melakukan pemisahan sampah
Pengetahuan dan pengetahuan dan kuantitatif. Desain responden mempunyai organic dan anorganik.
Perilaku perilaku penelitian deskriptif pengetahuan yang baik,
Masyarakat dalam masyarakat dalam dengan sampel sedangkan data perilaku
Peroses Pemilahan proses pemilihan penelitian seluruh masyarakat dalam proses
Sampah Rumah sampah rumah masyarakat RW 06 pemilahan sampah sebagian
Tangga di RW 06 tangga di RW 06 desa hegarmanah besar 71 % tidak mendukung
Desa Hegarmanah. Desa Hegarmanah kecamatan jatinangor dalam proses pemilahan
Dharmakarya: kabupaten sumedang. sampah. Hal ini dapat
Jurnal Aplikasi Teknik pengambilan disimpulkan bahwa perilaku
Ipteks untuk sampel dengan masyarakat dalam melakukan
Masyarakat menggunakan total pemilahan sampah organic
Fakultas sampling, dengan dan anorganis kurang baik.
Keperawatan Instrumen yang
Universitas digunakan adalah
Padjadjaran. Vol. 6, kuesioner.
No, 2.
13 Ryan Aditya Untuk mengetahui Penelitian ini Dari hasil pengamatan yang 1. Bagi Dinas Kebersihan dan
Pratama. (2016) perilaku menggunakan metode dilakukan, perilaku masyarakat Pertamanan
Perilaku masyarakat dalam deskriptif. Dengan di Kelurahan Sungai Jawi Perlu adanya pengawasan dan
Masyarakat dalam membuang melakukan observasi Dalam cendrung membuang monitoring dari Dinas Kebersihan
membuang sampah di tempat lapangan, wawancara, sampah dengan cara dan Pertamanan kota Pontianak
sampah ditempat penampungan dokumentasi dan melempar dari atas kendaraan mengenai pembuangan sampah.
Penampungan sementara (TPS) kuesioner. Kuesioner ke luar TPS, sementara hasil Perlu dilakukan penyuluhan dan
Sementara (TPS) dan rekomendasi yang disebar kuesioner menunjukan sosialisasi kepada masyarakat
di Kecamatan sistem peletakan sebanyak 60 sampel perilaku masyarakat di mengenai pengelolaan sampah
Pontianak Barat TPS, serta metode di dua kelurahan yaitu Kelurahan Sungai Jawi dalam yang baik dan benar.
Kota Pontianak. pengewasan Kelurahan Sungai membuang sampah dengan 2. Bagi masyarakat yang tinggal
Jurnal Teknologi terhadap Jawi Dalam dan cara turun dari kendaraan dan disekitar TPS
Lingkungan Lahan masyarakat dalam Kelurahan Sungai membuang ke dalam TPS. Masyarakat di sekitar TPS
Basah. Vol. 1 no. 1 membuang Beliung kepada diharapkan bersama-sama
sampah di Kota masyarakat dengan menjaga kebersihan TPS dengan
Pontianak dengan melakukan secara cara membuang sampah ke dalam
sampel kelurahan acak/random container yang telah disediakan
sungai Jawi Dalam sampling. dan jangan membuang sampah
dan Kelurahan diluar jam yang telah ditetapkan
Sungai Beliung oleh pemerintah.
Kecamatan 3. Bagi peneliti selanjutnya
Pontianak Barat. Bagi peneliti selanjutnya
pengambilan data sebaiknya
dilakukan pada hari yang sama
dan orang yang sama.
14 Rika Ramadhani Untuk mengetahui Metode pendekatan Hasil dari jumlah volume Bagi masyarakat RT 03 Kelurahan
dan Marjan cara pengelolaan deskriptif. Dengan sampah dalam 1 hari di RT 03 Tenun: diharapkan tidak
Wahyuni. (2018). sampah rumah menggunakan Kelurahan Tenun sebanyak membuang sampah sembarangan
Cara Pengelolaan tangga yang ada di kuesioner, wawancara 6,53 kg/hari. Cara dan melakukan kegiatan untuk
Sampah Rumah RT 03 Kelurahan dan observasional. penyimpanan sementara di RT pengelolaan sampah.
Tangga di RT 03 Tenun. Populasi dalam 03 Kelurahan Tenun dengan Untuk instansi: agar meningkatkan
Kelurahan Tenun. penelitian ini adalah kategori baik sebesar (13,8%) kerjasama dengan instansi seperti
Jurnal Kesehatan masyarakat RT 03 tidak baik sebesar (86,2%). Puskesmas dan kelurahan dalam
Lingkungan Kelurahan Tenun yang Tidak dilakukan pengumpulan kegiatan penelitian ini agar dapat
Universitas berjumlah 65 KK, sampah dengan kategori tidak mengetahui kondisi wilayah kerja
Muhammadiyah jumlah responden 65 baik (100%), cara pengelolaan instansi tersebut
Kalimantan Timur. responden. sampah dengan kategori tidak Kemudian untuk peneliti
baik sebesar (100%) dan cara selanjutnya: diharapkan hasil
pembuangan akhir dengan penelitian ini dapat digunakan
kategori baik sebesar (75,4%) sebagai data dasar untuk acuan
dan tidak baik sebesar dalam melakukan penelitian
(24,6%) selanjutnya dan dapat
meningkatkan pengetahuan
maupun pembelajaran untuk
peneliti selanjutnya.
15 Novriza Yulida, Untuk menganalisis Jenis penelitian ini Hasil menunjukan bahwa Upaya pembinaan, sosialisasi
Sarto, Agus perilaku adalah survey dengan subjek yang berpengetahuan tentang kebijkan pengelolaan
Suwarni. (2016). masyarakat yang rancangan cross- baik memiliki peluang sampah, bahaya sampah bagi
Perilaku tinggal di sectional. Populasi berperilaku baik 9,53 kali kesehatan dan lingkungan, serta
Masyarakat dalam sepanjang DAS berada pada dibanding subjek penelitan memberikan pelatihan dengan
Membuang Batang Bakarek- masyarakat yang yang berpengetahuan kurang. prinsip 3R (Reduce, Reuse,
Sampah di Aliran Karek dalam tinggal di sepanjang Subjek penelitian dengan Recycle) untuk menggerkan
Sungai Batang membuang DAS Batang Bakarek- sikap baik memiliki perilaku masyarakat dalam pengelolaan
Bakarek-karek Kota sampah yaitu Karek, subjek baik 4,6 kali dibandingkan sampah secara simultan dan
Padang Panjang pengetahuan, penelitian sebanyak subjek yang mempunyai sikap kontiyu, penyediaan sarana
Sumatra Barat. sikap, sarana dan 118 orang kepala kurang baik. Subjek dengan pengangkutan dan sarana tempat
Berita Kedoteran implementasi keluarga. Teknik ketersediaan sarana dalam sam komulan yang dekat dengan
Masyarakat. Vol. kebijakan pengambilan sampel kategori kurang. Implementasi pemukiman dan terjangkau oleh
32, no. 10. pemerintah menggunakan kebijkan baik meningkatkan warga juga perlu disediakan oleh
Padang Panjang systematic random perilaku baik 7,65 kali Dinas Kebersihan Kota,
Sumatra Barat. sampling. Instrumen dibandingkan implementasi Pembentukan kelompok
yang digunakan kebijakan dalam kategori masyarakat yang peduli
adalah kuesioner dan kurang baik. kebersihan sangat diperlukan.
pengambilan data
dilakukan dengan
wawancara.
I. Pembahasan
Berdasarkan 15 literature yang diindentifikasi, terdapat gambaran perilaku masyarakat
berupa pengetahuan, sikap dan tindakan serta cara dalam masyarakat dalam membuang
sampah.
1. Gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat dalam membuang sampah
Dari 15 literatur terdapat 6 literatur yang menggabarkan pengetahuan, sikap
dan tindakan masyarakat dalam membuang sampah. Pengetahuan dan sikap
masyarakat umumnya dalam kategori baik namun tindakan masyarakat masih sangat
minim dalam melakukan buang sampah ditempatnya, ini dapat dilihat dari hasil
penelusuran literature bahwa dari 6 penelitian yang dilakukan dalam menilai tindakan
masyarakat dalam membuang sampah terdapat 5 penelitian yang meyatakan bahwa
tindakan masyarakat dalam kategori kurang. Dalam penelitian Mutiara Kartika Dewi
(2016) tentang “Perilaku Masyarakat Sekitar Sungai Mahakam Kabupaten Kutai
Kartanegara Terhadap Pengelolaan Sampah” menunjukan bahwa pengetahuan dan
sikap dari responden tidak sepenuhnya diaplikasikan dalam tindakan nyata.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt bahvior).
Semakin banyak ragam sumber informasi atau penyuluhan yang diperoleh seseorang
maka semakin baik pengetahuan orang tersebut (Saifuddin Azwar, 2005). (Dwi Wahyu
Purwiningsih Damitha Adriyanti Ishak, 2015)
Sikap adalah aksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulas
atau obyek. Sikap juga merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang
mengenai obyek atau situasi yang relative. Yang di sertai adanya perasaan tertentu dan
memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku
dalam cara tertentu yang di pilihnya. Jadi dapat di simpulkan bahwa sikap dapat berupa
respon negative dan respon positif yang akan mencerminkan dalam bentuk perilaku.
(Dwi Wahyu Purwiningsih Damitha Adriyanti Ishak, 2015) Sedangkan menurut
Notoadmojo dalam Islamiyati (2014) tindakan adalah pelaksanaan atau mempratekkan
apa yang diketahui dan disikapinya.
Dari penelitian Lewi Aprina, Thomson P. Nadapdap, Lylys Surjani (2018)
didapatkan bahwa pengetahuan yang kurang, akan mempengaruhi sikap dan tindakan.
Pengetahuan yang kurang akan berdampak kurang juga terhadap sikap dan tindakan
responden. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendidikan seseorang maka
pengetahuannya akan menjadi lebih baik dan pengetahuan ini memegang peranan
penting dalam menentukan sikap. Sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003)
bahwa dalam penentuan sikap yang utuh pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi
memegang peranan penting Tingkat pengetahuan masyarakat di Kecamatan Medan
Marelan dalam pengelolaan sampah termasuk kategori kurang yaitu 39 KK (39%).
Hasil penelitian Hasniatisari Harun (2017) menunjukan sebagian besar 58%
responden mempunyai pengetahuan yang baik, sedangkan data perilaku masyarakat
dalam proses pemilahan sampah sebagian besar 71 % tidak mendukung dalam proses
pemilahan sampah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perilaku masyarakat dalam
melakukan pemilahan sampah organic dan anorganis kurang baik.
Dari penelitian yang dilakukan Andi Putra, La Ode Amaluddin (2019) sebagian
besar responden mempunyai tindakan kurang dalam pengelolaan atau membuang
sampah terdiri dari 47%. Tindakan sedang di Kelurahan Wali 41,67% dan tindakan
dalam kategori baik sebanyak 13,33%. Dapat disimpulkan bahwa tindakan responden
di Kelurahan Wali dalam kategori tindakan kurang. Sehingga dapat dikatakan bahawa
pengetahuan dan sikap yang baik tidak diikuti tindakan yang baik juga.
Dalam penelitian (Maya Lestari, 2018) pengetahuan Masyarakat ganet dalam
membuang sampah yang dimaksud adalah pengetahuan seperti apa itu sampah, apa
jenis sampah yang dihasilkan, apa pengaruh sampah bagi kesehatan dan lingkungan
dan bagaimana cara membuang sampah keluarga yang dihasilkan dengan baik dan
tepat. Berdasarkan hasil yang ditemukan dilapangan terhadap Perilaku membuang
sampah tidak pada tempatnya masyarakat Ganet, hanya pengetahuan sampah tentang
cara membuang sampah yang baik dan tepat tidak semua Masyarakat Ganet
mengetahuinya. Karana masih saja ada Masyarakat ganet yang membuang sampah
tidak pada tempatnya.
Hal ini dapat tercermin pula pada hasil penelitian Mahda Reynhard, Johnny
Hanny Posmah, dan Alden Laloma, (2019) bahwa perilaku dalam membuang sampah
sembarangan juga terjadi di Kecamatan Beo yang penduduknya berjumlah sekitar
5.551 orang. Sekitar 80% masyarakat Kecamatan Beo masih sembarangan membuang
sampah dan bahkan banyak masyarakat yang membuang sampah ke bantaran sungai
Mantung.
2. Gambaran cara masyarakat dalam membuang sampah
Dari 15 literatur terdapat 9 literatur yang menggabarkan cara masyarakat dalam
membuang atau mengelola sampah, 8 diantaranya menunjukan masyarakat tidak
melakukan pengolaan sampah dengan baik. Pengelolaan sampah adalah semua
kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan
pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi
pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport,
pengolahan dan pembuangan akhir. Upaya menerapkan pengelolaan sampah yang
baik perlu melibatkan masyarakat sehingga akan didapatkan efisiensi dan ketepatan
dalam pengelolaan sampah. Dalam penelitian Lestario Widodo dan Joko Prayitno
Susanto (2016) masyarakat responden cenderung belum peduli secara berarti terhadap
permasalahan persampahan. Bentuk peran serta atau kapasitas masyarakat secara
efektif hingga saat ini masih berada di tahap membayar retribusi tepat pada waktunya,
atau dengan kata lain masyarakat cenderung menyerahkan sepenuhnya pengelolaan
sampah pada pemerintah. Dalam hal pemilahan sampah, pengelolaan persampahan
pada tataran masyarakat belum menunjukkan adanya indikasi menuju kearah
pemilahan.
Masyarakat sebagai penghasil sampah mempunyai kemampuan untuk
menekan biaya penanganan sampah kota melalui beberapa tindakan dan kegiatan
yang sederhana yang dapat dilakukan di tiap rumah tangga. Ketertiban dan kedisiplinan
masyarakat didalam pembuangan sampah seperti memisahkan sampah basah dan
sampah kering dan membuang sampah pada tempatnya sehingga tidak berserakan.
Paradigma baru dalam pengelolaan sampah yang bertumpu pada pengurangan atau
reduksi sampah sebanyak mungkin dari sumbernya akan berdampak pada
pengurangan jumlah sampah yang dibuang ke TPA. Salah satu cara untuk mengurangi
sampah dari sumbernya tidak lain adalah memberdayakan masyarakat di tingkat Rukun
Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) untuk mengolah sampahnya dengan metode
4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), recycle (mendaur ulang) dan
replace (mengganti). Pada prinsipnya untuk menangani masalah kebersihan lingkungan
khususnya sampah adalah menjadi tanggung jawab bersama, dilaksanakan secara
terpadu dan melibatkan berbagai pihak serta masyarakat. . (Lestario Widodo dan Joko
Prayitno Susanto 2016)
Pengelolaan sampah sangat di dukung oleh kesadaran yang tinggi dari
masyarakat akan pentingnya masalah sampah di lingkunganya. Dalam hal ini keluarga
dan sekolah mempunyai peran penting untuk menanamkan kesadaran ini sejak dini. Di
sekolah-sekolah seperti playgroup dan taman kanak-kanak, anak-anak sejak dini harus
ditanamkan kebiasaan untuk disiplin membuang sampah pada tempatnya. Kesadaran
tersebut kemudian berlanjut dan semakin tertanam oleh kebiasaan-kebiasaan yang di
terapkan di rumah oleh keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian Andreanda Nasution,
Bambang Permadi (2017) pembahasan mengenai Gambaran Perilaku Siswa Dalam
Membuang Sampah Di MI Ibnu „Aqil Bogor Tahun 2017, Pengetahuan responden
sudah baik, hal ini didukung dengan adanya tata tertib dari dari sekolah. Gambaran
sikap siswa dalam membuang sampah masih kurang baik. Gambaran tindakan/perilaku
siswa dalam membuang sampah masih kurang baik. Adapun beberapa cara yang
dilakukan masyarakat dalam membuang sampah dapat digambarkan dari beberapa
hasil penelitian berikut.
Dalam penelitian Dwi Wahyu Purwiningsih, Damitha Adriyanti dan Ishak (2015)
Sebagian besar masyarakat di RT 03/RW 01 Kelurahan Kasturian Kota Ternate pada
bagian pesisir ini mempunyai kebiasaan membuang sampah di pinggiran pantai yang
ada di Kelurahan tersebut. dari kebiasaan inilah menimbulkan dampak dari sampah
yang belum terbawa arus air tersebut. sehingga menimbulkan berbagai masalah.
Lingkungan di sekitar tepi pantai terlihat sangat kotor akibat tumpukan sampah, lalat
beterbangan, banyak tikus dan nyamuk, bahkan menyebarkan aroma yang tidak sedap
yang masyarakat hirup. (PBL Pemukiman tahun 2014)
Hasil penelitian Rahmat Darmawan, Anna Fatchiya (2018) Ibu rumah tangga
lebih menyukai membuang sampah rumah tangga dengan menggunakan media
kantong plastik rata-rata dengan ukuran 24 cm x 40 cm dengan asumsi ukuran yang
cukup. Sampah yang biasanya dibuang per hari adalah sampah basah (garbage)
karena sampah tersebut dapat berbau busuk apabila disimpan di dalam rumah berhari-
hari, sedangkan sampah kering dapat disimpan maksimal tiga hari tetapi biasanya
dicampurkan dengan sampah basah. Alasan ibu rumah tangga membuang sampah ke
sungai adalah tidak adanya tempat sampah yang dekat serta tersedia dan TPS yang
jauh dibarengi tidak adanya petugas pengumpulan
Kemudian Besth To Frynce Hutabarat Ronald I. Ottay, Iyone Siagian (2015)
hasil penelitiannya menunjukan masyarakat mengelola sampah padat kurang maksimal
karena terbatasnya sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan pengelolaan
sampah padat seperti TPS di setiap lingkungan sehingga masyarakat khususnya yang
berada di sepanjang pantai Malalayang memilih untuk membakar sampah sebagai
upaya pengelolaan sampah-sampah plastik yang terbawa arus air laut setiap hari.
Sedangkan hasil penelitian Andi Putra, La Ode Amaluddin (2019) Secara umum
masyarakat di Kelurahan Wali menunjukan cara masyarakat mengelola sampah rumah
tangga dengan cara membakar, menimbun dan membuang sampah di kawasan hutan.
Berdasarkan hasil penelitian Devi Hendra (2015) pengelolaan sampah di
Universitas Andalas untuk saat ini secara umum masih bersifat konvensional yaitu
terkonsentrasi pada kegiatan “ambil, angkut, buang”. Sampai saat ini belum ada
pedoman pelaksanaan sistem teknik operasional pengelolaan sampah. Sedangkan
gambaran lain cara masyarakat dalam membuang sampah pada penelitian Sri Devi Al
Rizqi (2019) Perilaku masyarakat desa Kemlagi dalam mengelola sampah rumah
tangganya lebih banyak memilih untuk dibakar. Dikarenakan masyarakat Kemlagi
memiliki pekarangan rumah yang luas sehingga ada lahan untuk membakar
sampahnya.
Penelitian Mahda Reynhard, Johnny Hanny Posmah, dan Alden Laloma, (2019)
Tidak semua masyarakat Kecamatan Beo mengetahui akan pentingnya menjaga
daerah bantaran sungai Mantung serta akibat yang akan ditimbulkan dari perilaku
membuang sampah di bantaran sungai Mantung. Padahal hal yang paling mudah
dilakukan untuk mengurangi tumpukan sampah adalah dengan membakar sampah
akan tetapi sampah yang dibakar haruslah sampah yang memang disarankan untuk
dibakar. Bahkan masih banyak masyarakat yang acuh akan resiko yang dapat
ditimbulkan dari perilaku membuang sampah di bantaran sungai Mantung, dari sini kita
sudah dapat melihat bahwa sikap yang tidak baik dari masyarakat dan nilai individu
serta nilai budaya dalam menjaga lingkungan sudah hilang. Ada sebagian masyarakat
di Kecamatan Beo sadar pentingnya membuang sampah pada tempatnya, namun
tempat lokasi/tempat pembuangan akhir sampah tidak tersedia. Sehingga dengan hal
inilah bisa menjadi pendorong bagi masyarakat untuk terpaksa membuang sampah di
bantaran sungai Mantung meski tau dampaknya dan juga bisa menimbulkan suatu
presepsi atau pemahaman bahwa membuang sampah di bantaran sungai Mantung itu
tidak masalah. Hal ini sudah menunjukan bahwa perilaku dari masyarakat di
Kecamatan Beo sudah tidak sesuai dengan peran manusia sebagai individu, social dan
berkebutuhan. Padahal sungai Mantung sering dijadikan tempat mandi, tempat mencuci
baju dan sebagainya.
Kemudian berbeda dengan beberapa cara yang dilakukan masyarakat dalam
membuang sampah pada penelitian yang dilakukan Ni Luh Gede Sukerti, I Made
Sudarma, I.B.G Pujaastawa (2017) pada Perilaku masyarakat di Kecamatan Denpasar
Timur dalam mengelola sampah rumah tangga sudah dalam kategori baik, yang
ditunjukkan melalui kesediaan masyarakat dengan melakukan pewadahan sampah
secara mandiri. Masyarakat telah melakukan pemilahan sampah organik dan
anorganik, telah menerapkan prinsip 3 R yaitu reduce (mengurangi), reuse
(menggunakan kembali), recycle (mendaur ulang), dan tidak membuang sampah
sembarangan serta menghindari kegiatan membakar sampah. Hal ini disebabkan
karena masyarakat sudah memperoleh informasi terkait materi sosialisasi yang
disampaikan, sehingga menjadi faktor yang terkecil berkontibusi terhadap perilaku
masyarakat.
Dalam jurnal Rika Ramadhani (2018) masyarakat Indonesia mengelola sampah
padat dengan cara dibakar (50,1%), dibuang ke kali/parit/laut (10,4%), dibuang
sembarangan (9,7%), ditimbun dalam tanah (3,9%), pengomposan (0,9%), dan hanya
24,9 persen pengelolaan sampah padat diangkut oleh petugas kebersihan pemerintah
(Hutabarat, dkk, 2015).
J. Kesimpulan
Dari 15 literatur terdapat 6 literatur yang menggabarkan pengetahuan, sikap dan
tindakan masyarakat dalam membuang sampah. Pengetahuan dan sikap masyarakat
umumnya dalam kategori baik namun tindakan masyarakat masih sangat minim dalam
membuang sampah ditempatnya, ini dapat dilihat dari hasil penelusuran literature bahwa
dari 6 penelitian yang dilakukan dalam menilai tindakan masyarakat dalam membuang
sampah, terdapat 5 penelitian yang meyatakan bahwa tindakan masyarakat dalam kategori
kurang. Kemudian terdapat 9 literatur yang menggabarkan cara masyarakat dalam
membuang atau mengelola sampah, 8 diantaranya menunjukan masyarakat tidak
melakukan pengolaan sampah dengan baik. Masyarakat cendrung tidak melakukan
pemisahan sampah organic dan anorganik, masyarakat hanya terbatas membuang sampah
dengan metode ambil, angkut, buang, belum sampai pada proses pemilahan sampah.
Bahkan dibeberapa tempat masyarakat tidak perduli dengan lingkungan disebabkan
membuang sampah sembarangan seperti tidak pada tempatnya atau membuang di sungai,
pantai yang dijadikan tempat untuk menumpuk sampah. Sekalipun masyarakat melakukan
penyimpanan sampah sementara di rumah kemudian sampah diserahkan sepenuhnya
untuk dikelola oleh pemerintah untuk diangkut ke tempat pembuangan akhir dan kemudian
sampah dibakar di lahan terbuka, masih minim sekali masyarakat yang melakukan
pemilahan sampah untuk kemudian bisa di jadikan pengomposan. Akibat fenomena
tersebut penting bagi kita untuk meningkatkan pengetahuan tentang sampah dan
mempedulikan lingkungan hidup, maka yang perlu dilakukan adalah pertama membangun
budaya mengolah sampah. Mulai dari tingkat rumah tangga, instansi, kampung atau
desa/kelurahan, hingga pada level pemerintah daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, A., & Permadi, B. 92017). Gambaran Perilaku Siswa Dalam Membuang Sampah
diMadrasah Ibtidaiyah Ibnu Aqil Kota BogorTahun 2017. HEARTY, 5(2).
Aprina, L., Nadapdap, T.P., & Surjani, L. (2018) Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan
Sampah diKecamatan Medan Marelan Tahun 2017. JurnalKedokteran Methodist, 11(2)
Purwaningsih, D. W., & Ishak, D. A. (2016). GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM
MEMBUANG SAMPAH RUMAH TANGGA DI WILAYAH PESISIR RT 3/RW 01
KELURAHANKASTURIAN KECAMATAN TERNATE UTARA TAHUN 2015. Jurnal
Kesehatan Poltekkes Ternate, 9(1).
Hutabarat, B. T. F., Ottay, R.I., & Siagian, I. (2015). Gambaran Perilaku Masyarakat Terhadap
Pengelolaan Sampah Padat di Kelurahan Malalayang Kota Manado. Jurnal Kedokteran
Komunitas dan Tropik, 3(1).
MAYA, L/ (2018). Perilaku Membuang Sampah Tidak pada Tempatya Masyarakat Ganet KM.
11 Kota Tanjungpinang. Perilaku Membuang Sampah Tidak pada Tempatnya
Masyarakat Ganet KM. 11 Kota Tanjungpinang.
DEVI, H. (2015) PERILAKU MASYARAKAT KAMPUS DALAM PENGELOLAAN SAMPAH
(STUDI KASUS DI KAMPUS UNAND LIMAU MANIS PADANG SUMATRA BARAT)
(Doctoreal dissertation, UPT. Perpustakaannu).
Dewi, M, K. (2016). PERILAKU MASYARAKAT SEKITAR SUNGAI MAHAKAM KABUPATEN
KUTAI KARTANEGARA TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH. GERBANG ETAM,
10(1), 75-83.
Putra, A. (2019). PERILAKU MASYARAKAT DALAM MEMBUANG SAMPAH RUMAH TANGGA
DI KALURAHAN WALI KECAMATAN WATOPUTE. Penelitian Pendidikan Geografi,
4(2).
Darmawan, R., & Fatchiya, A. (2018). Analisis Perilaku Ibu Rumah Tangga Bantaran Sungai
Citampian dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga. Jurnal Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat [JSKPM[, 2(4), 431-440.
Al Rizqi, S. D. (2019). Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga di Desa
Kemlagi Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojikerto (Doctoral dissertation, UIN Sunan
Ampel Surabaya).
Harun, H. (2017). GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM
PROSES PEMILAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI RW 06DESA HEGARMANAH.
Dharmakarya, 6(2).
Sukerti, N. L. G., Sudarma, I. M., & Pujaastawa, I. B. G. (2017). PERILAKU MASYARAKAT
DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DI KECAMATAN DENPASAR TIMUR KOTA DENPASAR, PROVINSI BALI .
ECOTROPHIC: Jurnal Ilmu Lingkungan (Journal of Envioronmental Science). 11(2).
Pratama, R. A. (2016). Perilaku Masyarakat dalam Membuang Sampah di Tempat
Penampungan Sementar (TPS) di Kecamatan Pontianak Barat Kota Pontianak. Jurnal
Tekhnologi lingkungan Lahan Basah, 1(1)
Widodod, L., Susanto, J.P. (2016) Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Kota .
iJurnalteknologi Lingkungan 10(3)
Ramadhani, R., & Wahyuni (2-18). CaraPengelolaan SampahRumah Tangga diRT 03
Kelurahan Tenun.
Yulida, N, Suwarni & Sarto, s. (2016) Perilaku masyarakat dalam membuang sampah di aliran
sungai batang bareak-reak Kota Padang Panjang Sumatra Barat. Berita Kedokteran
Masyarakat, 32(10).

Anda mungkin juga menyukai