Anda di halaman 1dari 37

PENGOLAHAN DAUR ULANG SAMPAH DAN LIMBAH KELUARGA DI DESA

WONOKETRO KECAMATAN JETIS KABUPATEN PONOROGO

Amor Surojo, Hernanda Ayudya R.

A. Latar Belakang

Permasalahan lingkungan semakin hari menjadi diskursus yang sangat menarik untuk
dibahas dan untuk ditemukan solusinya. Dewasa ini semakin terlihat banyaknya
permasalahan lingkungan yang ada dan semakin besar ancamannya untuk kehidupan alam
dan manusia. Berbagai permasalahan lingkungan mulai dari skala dunia seperti pemanasan
global hingga skala lokal seperti banjir dan polusi masih hadir menjadi ancaman. Bahkan
kondisi seperti ini bisa bertambah semakin buruk apabila tidak ada tindakan atau penanganan
serius dari semua pihak.

Sampah merupakan salah satu penyebab masalah yang timbul dalam begitu banyak
masalah lingkungan yang ada. Berangkat dari proses kehidupan sehari-hari manusia yang
tidak terlepas dari kegiatan ekonomi dan non-ekonomi. Dimana kegiatan ekonomi seperti
produksi, distribusi dan konsumsi memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif
kegiatan ekonomi adalah adanya sebuah cara dalam pemenuhan kebutuhan manusia sehari-
hari. Akan tetapi kegiatan ekonomi juga meninggalkan dampak negatif untuk kelangsungan
dan kualitas hidup manusia itu sendiri, yaitu berupa permasalahan penumpukkan sampah.
Sebagian masyarakat bahkan melakukan eksploitasi alam untuk memenuhi hasrat kemapanan
ekonomi, dan dengan dalih untuk mengsukseskan program pembangunan (Sufia etal., 2016).
Sampah merupakan hasil material dari adanya suatu proses/kegiatan (Shentika, 2016).
Keberadaan sampah bisa sangat mengkhawatirkan dan sangat perlu adanya penanganan yang
baik.

Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena kurangnya


pengertian masyarakat terhadap akibat–akibat yang dapat ditimbulkan oleh sampah,
kurangnya biaya pemerintah untuk mengusahakan pembuangan sampah yang baik dan
memenuhi syarat, begitu pula halnya yang terjadi di desa Wonoketro dalam pengelolaan
sampah rumah tangganya. Menurut Apriyani etal., (2020)sampah merupakan salah satu
masalah di Indonesia yang dapat memberikan dampak negatif baik pada lingkungan
maupun kesehatan masyarakat. Sampah berkaitan erat dengan pertumbuhan penduduk
yang cenderung meningkat setiap tahun. Peningkatan volume & jenis sampah juga berkaitan
dengan pola hidup masyarakat. Kebersihan lingkungan menjadi tanggungjawab bersama
mulai anak-anak sampai usia dewasa.

Wonoketro adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo,


Jawa Timur. Secara geografis Desa Wonoketro merupakan salah satu desa yang berada di
wilayah pusat Kecamatan Jetis, sehingga merupakan jalur poros antar desa dan antar
kecamatan bahkan antar Kabupaten dengan luas 132,35 Ha. Topografi ketinggian desa ini
adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 180 m di atas permukaan air laut. Secara
administratif, Desa Wonoketro terletak di wilayah Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo
dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah Utara berbatasan dengan
Sungai Keyang. Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Josari Kecamatan Jetis. Di sisi
Selatan berbatasan dengan Desa Turi dan Desa Jetis Kecamatan Jetis, sedangkan di sisi timur
berbatasan dengan desa Tegalsari Kecamatan Jetis. Jarak tempuh Desa Wonoketro ke ibu kota
kecamatan adalah 0,5 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 2-3 menit. Sedangkan
jarak tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 10 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar
20 menit.

Menurut Rapinietal., (2020)wilayah Desa Wonoketro terdiri dari 2 Dusun yaitu:


Dusun Jintap dan Dusun Wonoketro, yang masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala
Dusun atau Kamituwo. Posisi Kasun menjadi sangat strategis seiring banyaknya limpahan
tugas desa kepada aparat ini. Dalam rangka memaksimalkan fungsi pelayanan terhadap
masyarakat di Desa Wonoketro, dari dua dusun tersebut terbagi menjadi 4 Rukun Warga
(RW) dan 12 Rukun Tetangga (RT).Keberadaan Rukun Tetangga (RT) sebagai bagian dari
satuan wilayah pemerintahan Desa Wonoketro memiliki fungsi yang sangat berarti terhadap
pelayanan kepentingan masyarakat wilayah tersebut, terutama terkait hubungannya dengan
pemerintahan pada level di atasnya. Dari kumpulan Rukun Tetangga inilah sebuah
Padukuhan (Rukun Warga; RW) terbentuk.

Sebelum adanya program Kecamatan Jetis terkait pengolahan limbah sampah, Desa
Wonoketro juga mengalami permasalahan terkait sampah dan limbah keluarga. Sampah yang
dihasilkan oleh masyarakat belum dapat teratasi dengan baik, sehingga seringkali
mengakibatkan penumpukan sampah dan pencemaran lingkungan. Kurangnya pengetahuan
dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah menjadi salah satu
faktor penyebab masalah ini. Namun, seiring dengan implementasi program pengolahan
limbah sampah yang dilakukan oleh Kecamatan Jetis, termasuk Desa Wonoketro, situasi
mulai berubah secara signifikan. Program ini tidak hanya mencakup edukasi, tetapi juga
penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang memadai, serta pengembangan
sistem pengumpulan dan daur ulang sampah. Berkat program ini, masyarakat Desa
Wonoketro mulai menyadari pentingnya pengelolaan sampah dan aktif terlibat dalam
kegiatan pengolahan dan daur ulang sampah.

Kini, masyarakat Desa Wonoketro memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang
praktik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Mereka telah belajar untuk memilah dan
memisahkan jenis sampah, sehingga proses pengolahan dapat dilakukan dengan lebih efektif.
Selain itu, adanya sarana dan prasarana yang memadai memudahkan mereka dalam
mengelola sampah secara terorganisir. Program pengolahan limbah sampah juga telah
membantu mengurangi penumpukan sampah di Desa Wonoketro. Dengan adanya sistem
pengumpulan yang baik, sampah-sampah tersebut dapat diambil dan diolah dengan tepat
waktu, sehingga tidak menimbulkan masalah kebersihan dan pencemaran. Selain itu, dengan
mendorong daur ulang sampah, program ini juga memberikan manfaat ekonomi bagi
masyarakat, seperti penghasilan tambahan dari penjualan barang daur ulang.

Melalui program ini, diharapkan Desa Wonoketro menjadi contoh bagi daerah lain
dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Kesadaran masyarakat dan partisipasi aktif
mereka dalam kegiatan pengolahan sampah telah menciptakan lingkungan yang lebih bersih
dan sehat. Program Kecamatan Jetis menjadi bukti nyata bahwa dengan pendekatan yang
holistik dan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, masalah sampah dapat
diselesaikan secara efektif dan berkelanjutan.

Dampak negatif dari tidak adanya pengolahan dan daur ulang sampah dan limbah
keluarga dapat memiliki konsekuensi yang serius. Pencemaran lingkungan menjadi salah satu
dampak utama dari kondisi tersebut. Ketika sampah dan limbah keluarga tidak diolah dengan
baik, mereka dapat mencemari tanah, air, dan udara. Hal ini merusak ekosistem alami dan
mengancam keberlanjutan lingkungan yang kita tinggali. Selain itu, kesehatan masyarakat
juga terpengaruh oleh kurangnya pengolahan dan daur ulang sampah. Penumpukan sampah
menjadi tempat yang ideal bagi perkembangbiakan penyakit dan menjadi sarang hama.
Keberadaan penyakit menular dapat meningkat, dan kesehatan masyarakat secara
keseluruhan terancam. Dampak ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari dan menguras
sumber daya kesehatan yang seharusnya dapat digunakan untuk tujuan lain.Selain dampak
lingkungan dan kesehatan, tidak adanya pengolahan dan daur ulang sampah juga berdampak
pada aspek ekonomi. Tanpa pengolahan yang efektif, sumber daya alam yang berharga
terbuang secara percuma. Bahan-bahan yang bisa didaur ulang menjadi terbuang dan
mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan. Peluang ekonomi yang dapat diciptakan
dari pengolahan dan daur ulang sampah terhambat, serta pembuatan lapangan kerja terhenti.

Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa pengolahan dan daur ulang sampah
dan limbah keluarga memiliki dampak yang luas dan jangka panjang. Melalui implementasi
program yang tepat dan kesadaran masyarakat, kita dapat mengurangi dampak negatif ini.
Pengolahan dan daur ulang sampah yang efektif dapat melindungi lingkungan, meningkatkan
kesehatan masyarakat, dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Desa Wonoketro, menghadapi serangkaian masalah yang serius terkait pengolahan


sampah dan limbah keluarga. Masalah-masalah ini memberikan dampak negatif yang
signifikan terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Salah satu
masalah utama yang dihadapi oleh Desa Wonoketro adalah peningkatan volume sampah yang
cukup mengkhawatirkan. Pertumbuhan populasi, perubahan pola konsumsi, dan penggunaan
bahan kemasan yang lebih banyak, semuanya berkontribusi pada peningkatan jumlah sampah
yang dihasilkan oleh rumah tangga. Dalam hal ini, desa ini mengalami kesulitan dalam
mengelola volume sampah yang terus meningkat dengan cara yang efektif. Selain itu,
kurangnya kesadaran masyarakat menjadi kendala serius dalam pengelolaan sampah di Desa
Wonoketro. Tingkat kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya pemilahan sampah, daur
ulang, dan pengurangan sampah di tingkat rumah tangga masih rendah. Hal ini
mempengaruhi perilaku pengelolaan sampah di masyarakat dan memperparah masalah
pengelolaan sampah di desa ini. Untuk mencapai pengelolaan sampah yang lebih baik,
penting untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam praktik-praktik
pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Meskipun masalah sampah di Desa Wonoketro telah ditangani, masih ada beberapa
permasalahan yang perlu diperhatikan terkait pengelolaan sampah dan limbah keluarga,
penting untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan
sampah yang berkelanjutan. Meskipun telah ada upaya dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat, tetap diperlukan program-program edukasi yang lebih intensif dan berkelanjutan
untuk memastikan partisipasi aktif masyarakat dalam praktik pemilahan sampah, daur ulang,
dan pengurangan sampah di tingkat rumah tangga.
Dalam hal ini, juga perlu diperhatikan upaya pengurangan sampah di sumbernya.
Mengadopsi praktik konsumsi yang lebih berkelanjutan, seperti penggunaan kembali dan
pengurangan penggunaan bahan kemasan sekali pakai, dapat membantu mengurangi volume
sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga. Meskipun beberapa permasalahan sampah di
Desa Wonoketro sudah teratasi, tetap diperlukan komitmen yang berkelanjutan dari
pemerintah setempat, masyarakat, dan stakeholder terkait untuk memastikan pengelolaan
sampah yang efektif dan berkelanjutan di masa depan. Upaya kolaboratif dan implementasi
strategi pengelolaan sampah yang holistik akan menjadi kunci dalam menjaga keberhasilan
pengelolaan sampah di Desa Wonoketro.

B. Landasan/Dasar Hukum (AMOR SUROJO)

Pengelolaan sampah dan limbah merupakan isu yang diatur oleh berbagai undang-
undang dan peraturan di Indonesia. Terdapat beberapa landasan hukum yang relevan yang
menjadi dasar untuk pengelolaan sampah dan limbah, serta kebijakan pemerintah yang
mendukung pengolahan daur ulang. Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam terhadap
landasan hukum ini menjadi sangat penting dalam mengembangkan strategi pengelolaan
sampah yang efektif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam sub-bab ini akan dijelaskan
beberapa undang-undang, peraturan, dan kebijakan pemerintah yang relevan dalam konteks
pengelolaan sampah dan limbah di Indonesia.

Salah satu landasan hukum utama yang berkaitan dengan pengelolaan sampah dan
limbah di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah. Undang-undang ini memberikan kerangka hukum yang komprehensif dalam
pengelolaan sampah yang meliputi aspek pengurangan sampah, pemilahan sampah, daur
ulang, dan pengolahan sampah berbahaya. Dalam undang-undang ini, terdapat ketentuan-
ketentuan mengenai tanggung jawab pemerintah, lembaga pengelolaan sampah, dan
kewajiban masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Selain Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, terdapat pula peraturan-peraturan


turunan yang lebih rinci untuk mengatur aspek-aspek pengelolaan sampah yang lebih
spesifik. Contohnya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga. Peraturan ini mengatur tata cara
pengelolaan sampah rumah tangga, termasuk pemilahan sampah, pengumpulan,
pengangkutan, dan pengolahan sampah. Selain itu, terdapat pula Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mengatur tentang pengelolaan sampah berbahaya,
seperti Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.68/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2018 tentang Pengelolaan Sampah B3 Berbasis
Masyarakat.

Dalam upaya menjaga keberlanjutan pengelolaan sampah, terdapat pula Instruksi


Presiden yang menjadi pedoman bagi pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan dan
program pengelolaan sampah. Salah satunya adalah Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016
tentang Percepatan Pengurangan Sampah.

Selain undang-undang dan peraturan terkait, Pemerintah Indonesia telah


mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung pengolahan daur ulang sampah dan
limbah sebagai upaya untuk mengurangi dampak negatif dari pembuangan sampah ke
lingkungan. Salah satu kebijakan yang penting adalah Rencana Nasional Pengelolaan
Sampah 2018-2027. Rencana ini bertujuan untuk mencapai pengurangan volume sampah,
peningkatan pemilahan sampah, dan peningkatan daur ulang. Dalam rencana tersebut,
terdapat target-target spesifik yang harus dicapai untuk mengelola sampah secara
berkelanjutan di berbagai sektor, termasuk rumah tangga.

Pemerintah juga meluncurkan program-program dan inisiatif yang mendukung


pengolahan daur ulang sampah. Contohnya adalah program bank sampah yang diperkenalkan
untuk mendorong masyarakat untuk memilah sampah dan mengumpulkan sampah yang dapat
didaur ulang. Program ini juga memberikan insentif kepada masyarakat dalam bentuk
penghargaan atau imbalan. Selain itu, pemerintah juga mengadakan kampanye edukasi yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengurangan
sampah dan praktik daur ulang.

Semua kebijakan pemerintah ini mencerminkan komitmen untuk mengurangi volume


sampah, meningkatkan pemilahan sampah, dan mendorong pengolahan daur ulang sebagai
upaya untuk mencapai pengelolaan sampah yang berkelanjutan di Indonesia.

Dengan pemahaman mendalam tentang undang-undang, peraturan, dan kebijakan


pemerintah yang relevan, penelitian ini akan memanfaatkan landasan hukum tersebut sebagai
pedoman dalam merancang strategi dan langkah-langkah pengelolaan sampah dan limbah
keluarga di Desa Wonoketro, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo. Dengan demikian,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam
mengimplementasikan praktik pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan memastikan
kepatuhan terhadap ketentuan hukum yang berlaku.
C. Proses Kegiatan

Menurut Prof. Dr. Djoko Setyanto Proses kegiatan merupakan rangkaian tindakan
yang terkoordinasi dan saling berkaitan yang dilakukan untuk mencapai hasil atau tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Proses ini melibatkan identifikasi kebutuhan,
perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pengawasan untuk memastikan pencapaian hasil
yang diharapkan.Kegiatan pengelolaan sampah bertujuan untuk membentuk sampah yang
memiliki nilai atau mengubahnya menjadi bahan yang tidak membahayakan
lingkunganKurniawan dan Santoso, 2021).

Kegiatan pengelolaan TPS 3R di Desa Wonoketro merupakan upaya yang dilakukan


oleh KPP (Kelompok Pemelihara dan Pemanfaat) dengan melibatkan sumber daya manusia
(SDM) dari masyarakat setempat. KPP bertanggung jawab dalam mengorganisir dan
mengawasi seluruh proses pengelolaan sampah dengan menggunakan konsep 3R, yaitu
reduce, reuse, dan recycle.Kegiatan dimulai dengan penjemputan sampah langsung dari
rumah-rumah warga oleh SDM yang bekerja di bawah KPP. Setiap jenis sampah dipilah
secara teliti untuk mengurangi volume sampah yang dihasilkan. Prinsip reduce diterapkan
dengan memisahkan sampah organik dan anorganik serta mengelompokkan sampah
berdasarkan jenisnya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses selanjutnya, yaitu
penggunaan kembali atau reuse.

Sampah yang masih layak dan dapat dimanfaatkan kembali akan dipisahkan dan
diberikan perlakuan khusus. Prinsip reuse digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan
kembali sampah-sampah tersebut. Misalnya, kertas bekas dapat diolah menjadi kertas daur
ulang, atau botol plastik dapat dijadikan bahan baku untuk produk-produk lain. Dengan
memanfaatkan kembali sampah yang masih memiliki nilai, konsep reuse membantu
mengurangi kebutuhan akan bahan baku baru, yang pada gilirannya berkontribusi pada
pengurangan limbah.Selanjutnya, sampah-sampah yang tidak dapat digunakan kembali
melalui prinsip reuse akan diproses dengan prinsip recycle. Sampah-sampah ini akan melalui
tahap daur ulang, di mana mereka diolah menjadi bahan baku baru yang dapat digunakan
dalam produksi barang-barang baru. Daur ulang merupakan upaya penting dalam mengurangi
penambahan volume sampah ke lingkungan, menghemat sumber daya alam, dan mengurangi
dampak negatif terhadap ekosistem.

Melalui pengelolaan TPS 3R dengan prinsip reduce, reuse, dan recycle, Desa
Wonoketro berupaya mengelola sampah secara bertanggung jawab. Pendekatan ini tidak
hanya membantu mengurangi volume sampah yang dihasilkan, tetapi juga mempromosikan
pemikiran yang lebih berkelanjutan dan peduli terhadap lingkungan. Melalui keterlibatan
SDM dari masyarakat setempat, kegiatan pengelolaan TPS 3R diharapkan dapat menjadi
contoh yang menginspirasi bagi desa-desa lain dalam upaya menciptakan lingkungan yang
bersih, sehat, dan lestari.

Metode yang diterapkan dalam pengelolaan TPS 3R di Desa Wonoketro adalah


Tanggung Renteng. Prinsip Tanggung Renteng menekankan bahwa semua unsur yang
terlibat, baik pemerintah, masyarakat, maupun pemanfaat, memiliki peran yang sama penting
dalam menjalankan kegiatan pengelolaan sampah yang berkelanjutan ini. Dalam konteks
Tanggung Renteng, pemerintah desa memiliki tanggung jawab untuk memberikan dukungan
kebijakan dan fasilitas yang diperlukan dalam pengelolaan TPS 3R. Mereka berperan dalam
menyediakan lahan untuk TPS 3R, mengatur sistem penjemputan sampah, dan memberikan
panduan terkait kegiatan pengelolaan sampah secara umum.

Selain itu, masyarakat juga memegang peran kunci dalam pengelolaan TPS 3R.
Mereka harus aktif berpartisipasi dalam program penjemputan sampah, memisahkan sampah
sesuai dengan kategori yang ditentukan, dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Melalui
kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat, pengurangan volume sampah dan penerapan
prinsip 3R dapat tercapai dengan lebih efektif.Selanjutnya, pemanfaat atau pengguna produk
yang dihasilkan dari TPS 3R juga memiliki peran penting dalam siklus pengelolaan sampah
ini. Pemanfaat harus sadar akan pentingnya menggunakan produk daur ulang atau hasil
pilahan sampah yang masih layak digunakan kembali. Dengan memanfaatkan produk-produk
daur ulang, pengguna turut berkontribusi dalam pengurangan kebutuhan akan bahan baku
baru dan membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Dalam konsep Tanggung Renteng, semua unsur tersebut saling terkait dan memiliki
tanggung jawab yang sama dalam keberhasilan pengelolaan TPS 3R. Kerjasama antara
pemerintah, masyarakat, dan pemanfaat menjadi kunci utama dalam menciptakan lingkungan
yang bersih, sehat, dan lestari. Dengan adanya kesepahaman, sinergi, serta keterlibatan aktif
dari semua pihak, pengelolaan TPS 3R di Desa Wonoketro dapat berjalan secara efisien dan
berkelanjutan, memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Dalam konteks pengelolaan sampah, tahapan yang paling krusial adalah ketersediaan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan terlatih dalam mengelola
sampah.Meskipun pada umumnya masyarakat masih memiliki stigma negatif terhadap
sampah, penting bagi kita untuk mengubah persepsi ini melalui pendidikan dan kesadaran
lingkungan.Masyarakat perlu memahami bahwa pengelolaan sampah yang efektif dan
berkelanjutan dapat memberikan manfaat signifikan bagi lingkungan dan kehidupan sehari-
hari. SDM yang terampil dan terlatih akan mampu menjalankan proses pengelolaan TPS 3R
dengan baik, memastikan bahwa konsep reduce, reuse, dan recycle dapat diterapkan secara
optimal.

Pencarian tenaga kerja yang berkualitas menjadi perhatian utama dalam


melaksanakan kegiatan pengelolaan TPS 3R. Pemerintah desa dan KPP perlu bekerja sama
dalam mengidentifikasi dan merekrut individu yang memiliki minat dan kompetensi dalam
bidang pengelolaan sampah. Diperlukan upaya untuk memberikan pelatihan dan pendidikan
kepada para SDM tersebut, sehingga mereka dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mereka secara efektif.Selain itu, perlu adanya
kampanye dan sosialisasi yang intensif kepada masyarakat mengenai pentingnya peran SDM
dalam pengelolaan sampah. Edukasi tentang manfaat dari pengelolaan TPS 3R dan dampak
negatif yang dapat dihindari melalui praktik yang tepat akan membantu mengubah persepsi
masyarakat terhadap sampah. Dengan pemahaman yang lebih baik, masyarakat akan lebih
terbuka dan mendukung upaya pencarian SDM yang berkualitas untuk mengelola sampah
secara efektif.

Dalam kesimpulannya, ketersediaan SDM yang kompeten dalam mengelola sampah


merupakan tahapan yang krusial dalam pengelolaan TPS 3R. Meskipun stigma negatif
terhadap sampah masih ada, dengan pendidikan dan kesadaran lingkungan yang ditingkatkan,
masyarakat dapat berperan aktif dalam mendukung upaya pencarian dan pengembangan
SDM yang berkualitas. Melalui kerjasama antara pemerintah desa, KPP, dan masyarakat,
pengelolaan TPS 3R di Desa Wonoketro dapat dijalankan dengan baik, mencapai tujuan
pengurangan sampah dan pelestarian lingkungan.

Kegiatan pengelolaan TPS 3R di Desa Wonoketro tidak dimulai dengan sendirinya,


melainkan berawal dari inisiatif beberapa masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap
permasalahan sampah. Masyarakat yang peka terhadap dampak negatif yang diakibatkan oleh
sampah mulai melihat perlunya tindakan nyata untuk mengelola sampah dengan lebih baik.
Dengan semangat gotong royong, mereka memulai program penjemputan sampah di tingkat
dusun, dimana petugas khusus akan mengumpulkan sampah dari rumah-rumah
warga.Sampah yang terkumpul kemudian dibawa ke lokasi yang telah disediakan oleh
pemerintah desa untuk dilakukan pembakaran. Meskipun metode pembakaran merupakan
solusi sementara, hal ini dilakukan sebagai upaya awal dalam mengatasi masalah sampah
yang semakin meningkat.Pada saat itu, masyarakat masih terbatas dalam pengetahuan dan
pemahaman mengenai pengelolaan sampah yang lebih baik, namun mereka menyadari
perlunya langkah konkret untuk mengubah kondisi yang ada.

Seiring berjalannya waktu, situasi dan kondisi seputar pengelolaan sampah berubah.
Dinas Lingkungan Hidup memberikan arahan dan pedoman mengenai prinsip-prinsip
pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan, seperti konsep 3R yaitu reduce (pengurangan
volume sampah), reuse (penggunaan kembali), dan recycle (daur ulang). Masyarakat pun
semakin menyadari perlunya mengadopsi pendekatan yang lebih holistik dan berkelanjutan
dalam pengelolaan sampah.Melihat semangat dan komitmen masyarakat dalam upaya
pengelolaan sampah yang lebih baik, pemerintah desa bersama dengan warga memutuskan
untuk mengajukan permohonan fasilitasi kepada pihak terkait. Permohonan ini mencakup
kebutuhan dan dukungan untuk membangun TPS 3R yang lebih modern dan terintegrasi.
Pada tahun 2022, usulan tersebut akhirnya disetujui dan TPS 3R resmi dibangun sebagai
langkah konkret dalam pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan.

Dengan adanya TPS 3R, masyarakat Desa Wonoketro kini memiliki sarana yang lebih
efektif dalam mengelola sampah. Selain pembakaran, mereka dapat menerapkan konsep 3R
dengan lebih baik, seperti memilah sampah, mengolahnya menjadi produk yang dapat
digunakan kembali, serta melakukan daur ulang untuk mengurangi volume sampah yang
dihasilkan. Kegiatan pengelolaan TPS 3R yang dimulai dari inisiatif masyarakat sekarang
menjadi langkah konkret dalam menjaga kebersihan lingkungan dan menciptakan Desa
Wonoketro yang lebih lestari.

Dalam pelaksanaan pengelolaan TPS 3R, Kolompok Pemelihara dan Pemanfaat


(KPP) menjalankan peran penting dalam menjalin koordinasi yang erat dengan berbagai
pihak terkait. Kerjasama ini melibatkan berbagai entitas seperti Pemerintah Desa, Dinas
Kesehatan, Keamanan, Pendamping, dan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat secara
umum. Sinergi dan kolaborasi antara semua pihak tersebut bertujuan untuk menyusun strategi
yang efektif serta membangun kerangka kerja yang solid dalam rangka meningkatkan
pengelolaan sampah di Desa Wonoketro.Pemerintah Desa memiliki peran penting dalam
mengatur dan mendukung kegiatan pengelolaan TPS 3R. Mereka menyediakan fasilitas dan
sumber daya yang diperlukan, seperti lokasi pengolahan sampah dan sarana transportasi
untuk penjemputan sampah. Selain itu, Pemerintah Desa juga berperan dalam
mengoordinasikan kegiatan, mengatur jadwal penjemputan sampah, serta memfasilitasi
pertemuan antara KPP dan berbagai pihak terkait.

Dinas Kesehatan juga berperan penting dalam pengelolaan TPS 3R. Mereka
memberikan pemahaman tentang pentingnya kebersihan dan kesehatan terkait pengelolaan
sampah. Dinas Kesehatan memberikan informasi mengenai risiko kesehatan yang terkait
dengan sampah yang tidak dikelola dengan baik serta memberikan pedoman dalam
mengelola dan memproses sampah dengan aman dan higienis.Selain itu, melibatkan pihak
keamanan juga menjadi aspek penting dalam pengelolaan TPS 3R. Mereka berperan dalam
menjaga keamanan dan ketertiban selama kegiatan pengelolaan sampah berlangsung. Pihak
keamanan berperan dalam memastikan kegiatan penjemputan dan pengangkutan sampah
berjalan lancar, serta melindungi fasilitas dan lingkungan sekitarnya dari ancaman yang dapat
mengganggu proses pengelolaan.

Pendamping juga memberikan kontribusi dalam pelaksanaan pengelolaan TPS 3R.


Mereka berperan sebagai fasilitator dan mentor bagi masyarakat, memberikan edukasi
mengenai pengelolaan sampah yang benar, serta memberikan bimbingan teknis dalam
mengoperasikan fasilitas TPS 3R. Dengan adanya pendampingan yang berkelanjutan,
masyarakat akan semakin terampil dan mandiri dalam mengelola sampah serta
memanfaatkannya dengan lebih efisien.

Melalui kolaborasi dan kerjasama yang erat antara KPP, Pemerintah Desa, Dinas
Kesehatan, Keamanan, Pendamping, dan masyarakat, diharapkan pengelolaan TPS 3R dapat
memberikan dampak positif yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat setempat.
Sinergi antara semua pihak ini mendorong adanya perencanaan yang terarah, pelaksanaan
yang efektif, serta pemantauanyang berkelanjutan untuk menjaga keberlanjutan dan
keberhasilan pengelolaan sampah di Desa Wonoketro. Dengan demikian, lingkungan menjadi
lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan, sementara masyarakat dapat merasakan manfaat positif
dalam kesejahteraan mereka.

D. Pola Kegiatan/Sifat (AMOR SUROJO)

Desa Wonoketro memilik struktur dalam pengelolaan TPS 3R. Menurut


Gammahendraetal., (2014) Struktur merupakan cara yang selaras dalam menempatkan
manusia sebagai bagian organisasi pada suatu hubungan yang relatif tetap, yang sangat
menentukan pola-pola interaksi, koordinasi, dan tingkah laku yang berorientasi pada tugas.
Beragam istilah yang digunakan dalam menggambarkan dimensi dimensi struktur organisasi
mungkin agak membingungkan. Bagi pengelola organisasi, Struktur organisasi pada
hakikatnya adalah suatu cara untuk menata unsur-unsur dalam organisasi dengan sebaik-
baiknya, demi mencapai berbagai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, pentingnya
sebuah struktur organisasi akan membantu manajer dari hasil keputusan dalam mendesain
organisasi sebagai cara mengidentifikasi dari pengelolaan sumber daya manusia dan segala
fungsi-fungsi yang ada untuk penyelesaian pekerjaan perusahaan dengan pedoman visi, misi
dan tujuan organisasi.
Struktur pengelolaan TPS 3R di Desa Wonoketro adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah desa selaku peanggung jawab pelayanan terhadap masyarakat.
2. KPP pengelola yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas pengelolaan.
3. Pekerja/karyawan.
4. Pihak lain untukmenjalin kerjasama.
Struktur pengelolaan TPS 3R (Tempat Pembuangan Sampah 3R) di Desa Wonoketro
terdiri dari empat komponen utama. Pertama, pemerintah desa berperan sebagai pemangku
jabatan yang bertanggung jawab atas penyediaan layanan yang berkaitan dengan TPS 3R
kepada masyarakat. Pemerintah desa memiliki tanggung jawab untuk memastikan adanya
infrastruktur yang memadai, kegiatan pemeliharaan, dan pemantauan yang
diperlukan.Terdapat KPP (Kelompok Pengelolaan Pemilahan) yang ditunjuk sebagai pihak
yang bertanggung jawab langsung dalam melaksanakan tugas pengelolaan TPS 3R di Desa
Wonoketro. KPP memiliki peran penting dalam melakukan pemilahan sampah menjadi tiga
kategori yaitu sampah organik, sampah anorganik, dan sampah berbahaya. Selain itu, KPP
juga bertanggung jawab dalam mengoordinasikan kegiatan pengumpulan, pemilahan, dan
pengolahan sampah. Dalam struktur pengelolaan TPS 3R di Desa Wonoketro terdapat pekerja
atau karyawan yang bekerja di TPS tersebut. Mereka memiliki tugas dan tanggung jawab
dalam menjalankan proses pengumpulan, pemilahan, dan pengolahan sampah sesuai dengan
petunjuk yang diberikan oleh KPP dan pemerintah desa. Pekerja atau karyawan ini berperan
dalam menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan TPS serta memastikan bahwa proses
pengelolaan sampah berjalan dengan baik. Dalam pengelolaan TPS 3R Desa Wonoketro juga
melibatkan pihak lain untuk menjalin kerjasama. Pihak lain ini dapat berupa organisasi atau
lembaga terkait yang memiliki kepentingan atau peran dalam pengelolaan sampah, seperti
perusahaan pengolahan limbah, lembaga lingkungan, atau komunitas peduli lingkungan.
Kerjasama dengan pihak lain ini penting untuk memperoleh dukungan, sumber daya, dan
pengetahuan yang diperlukan dalam pengelolaan TPS 3R yang efektif dan berkelanjutan.

Dengan adanya struktur pengelolaan TPS 3R yang terdiri dari pemerintah desa, KPP
pengelola, pekerja/karyawan, dan pihak lain untuk kerjasama, diharapkan Desa Wonoketro
dapat mengelola sampah dengan lebih baik. Melalui kerjasama yang sinergis dan peran yang
jelas dari setiap komponen, diharapkan TPS 3R dapat berfungsi sebagai pusat pengelolaan
sampah yang efisien, ramah lingkungan, dan memberikan manfaat yang maksimal bagi
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Salah satu sifat khas yang melekat pada kegiatan ini adalah tanggung renteng.
Artinya, tanggung jawab dalam menjalankan kegiatan tersebut tidak hanya ditanggung oleh
satu pihak atau individu, melainkan berbagi tanggung jawab di antara semua pihak yang
terlibat. Dalam konteks pengelolaan TPS 3R di Desa Wonoketro, tanggung renteng terlihat
dalam peran yang dibagikan antara pemerintah desa, KPP pengelola, pekerja/karyawan, dan
pihak lain yang terlibat dalam kerjasama. Semua pihak tersebut bertanggung jawab untuk
menjalankan tugas dan fungsi masing-masing secara bersama-sama demi keberhasilan
pengelolaan TPS 3R yang efektif.Selain itu, sifat khas lainnya adalah transparansi.
Transparansi dalam kegiatan pengelolaan TPS 3R berarti bahwa semua informasi terkait
dengan proses, kegiatan, dan hasil dari pengelolaan tersebut diungkapkan secara jelas dan
terbuka kepada masyarakat. Dalam konteks Desa Wonoketro, transparansi dapat terlihat
dalam penyampaian informasi mengenai jadwal pengumpulan sampah, cara pemilahan yang
benar, proses pengolahan sampah, serta hasil dan manfaat yang diperoleh dari pengelolaan
TPS 3R. Transparansi ini penting untuk membangun kepercayaan dan partisipasi aktif
masyarakat dalam pengelolaan sampah, sehingga tercipta kesadaran lingkungan yang lebih
luas dan kesuksesan program TPS 3R.

Dengan adanya sifat tanggung renteng dan transparansi dalam kegiatan pengelolaan
TPS 3R di Desa Wonoketro, diharapkan tercipta sinergi dan keberhasilan yang maksimal.
Tanggung renteng memperkuat kolaborasi antarpihak yang terlibat, sehingga beban dan
tanggung jawab terbagi secara adil. Sedangkan transparansi akan memastikan bahwa
informasi yang diperlukan oleh masyarakat tersedia dengan baik, sehingga masyarakat dapat
memahami dan mendukung upaya pengelolaan TPS 3R dengan lebih baik pula. Kombinasi
dari kedua sifat ini akan memberikan pondasi yang kuat dalam menciptakan pengelolaan
sampah yang berkelanjutan dan bertanggung jawab di Desa Wonoketro.
Secara umum, pengelolaan TPS 3R (Tempat Pembuangan Sampah 3R) memiliki
kesamaan dalam prinsip dan prosedur yang diterapkan. Namun, salah satu perbedaan yang
mencolok adalah dalam hal pembiayaan pengelolaan. Dalam konteks ini, biaya pengelolaan
TPS 3R tidak hanya ditanggung oleh satu pihak, melainkan dibagi secara bersama antara
pemanfaat, pemerintah desa melalui permodalan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa), dan
simpatisan.

Pertama, pemanfaat atau pengguna layanan TPS 3R turut berperan dalam pembiayaan
pengelolaan. Pemanfaat TPS 3R diharapkan berpartisipasi dengan membayar sejumlah biaya
yang ditetapkan sebagai kontribusi mereka dalam menjaga dan mendukung pengelolaan TPS
3R. Kontribusi ini penting untuk memastikan adanya sumber dana yang dapat digunakan
untuk operasional sehari-hari, pemeliharaan fasilitas, dan peningkatan pengelolaan sampah
secara berkelanjutan.Selain itu, pemerintah desa juga memiliki peran dalam pembiayaan
pengelolaan TPS 3R melalui permodalan BUMDes. BUMDes adalah lembaga yang didirikan
oleh pemerintah desa untuk mengembangkan potensi ekonomi di tingkat desa. Melalui
permodalan BUMDes, pemerintah desa dapat menyediakan sumber dana yang dapat
digunakan untuk membiayai operasional dan pengembangan TPS 3R. Pendanaan dari
pemerintah desa melalui BUMDes ini membantu memastikan kelangsungan pengelolaan TPS
3R dengan menyediakan dana yang cukup untuk kebutuhan yang berkelanjutan.Selanjutnya,
simpatisan juga berperan dalam pembiayaan pengelolaan TPS 3R. Simpatisan merupakan
pihak atau individu yang memiliki kepedulian terhadap pengelolaan sampah dan lingkungan.
Mereka secara sukarela memberikan sumbangan atau donasi sebagai bentuk dukungan
terhadap pengelolaan TPS 3R. Kontribusi dari simpatisan ini dapat digunakan untuk
pengadaan peralatan, peningkatan fasilitas, atau program edukasi yang terkait dengan
pengelolaan TPS 3R. Partisipasi simpatisan dalam pembiayaan memberikan kekuatan
tambahan dalam menjaga dan meningkatkan kualitas pengelolaan sampah di TPS 3R.

Dengan adanya pembiayaan yang dibagi bersama antara pemanfaat, pemerintah desa
melalui permodalan BUMDes, dan simpatisan, diharapkan pengelolaan TPS 3R dapat
berjalan dengan lancar dan berkelanjutan. Keterlibatan semua pihak dalam pembiayaan
menggambarkan tanggung jawab bersama dalam menjaga kebersihan dan keberlanjutan
lingkungan. Melalui sinergi dalam pembiayaan ini, diharapkan TPS 3R dapat terus
berkembang, memberikan manfaat yang optimal, dan berkontribusi positif bagi masyarakat
dan lingkungan di sekitar Desa Wonoketro.
Pola pendanaan seperti ini akan menjadikan seluruh pihak merasa memiliki kebutuhan
dan tanggung jawab yang sama, untuk terlaksananya kegiatan pengelolaan TPS 3R. Dalam
konteks ini, TPS 3R merujuk pada Tempat Pengelolaan Sampah dengan prinsip
Reduce(Mengurangi), Reuse (Menggunakan kembali), dan Recycle (Mendaur ulang).
Dengan mengadopsi pola pendanaan yang melibatkan semua pihak terkait, termasuk
pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, akan tercipta keberlanjutan dalam pengelolaan
TPS 3R.Melalui pendanaan yang partisipatif, masyarakat dan sektor swasta dapat turut
berkontribusi dalam pembiayaan kegiatan pengelolaan TPS 3R. Hal ini akan memberikan
rasa kepemilikan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada semua pihak. Pemerintah
dapat berperan sebagai penggerak utama dalam menciptakan regulasi dan kebijakan yang
memfasilitasi pola pendanaan ini, serta mengawasi implementasinya.

Dalam konteks lingkungan, pola pendanaan ini memiliki manfaat yang signifikan.
Dengan adanya keterlibatan semua pihak, akan tercipta kesadaran yang lebih luas tentang
pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Dampak negatif akibat pembuangan
sampah sembarangan dapat dikurangi melalui praktik Reduce, Reuse, dan Recycle yang
diterapkan di TPS 3R. Pola pendanaan ini juga dapat mendukung pengembangan teknologi
dan infrastruktur yang lebih efektif dalam pengelolaan sampah.Selain itu, pola pendanaan
partisipatif ini dapat meningkatkan kesempatan kerjasama antara pemerintah, masyarakat,
dan sektor swasta. Dalam kerangka pengelolaan TPS 3R, kolaborasi ini diperlukan untuk
mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan meningkatkan efisiensi operasional. Dengan
saling mendukung dan berbagi tanggung jawab, kegiatan pengelolaan TPS 3R dapat berjalan
lebih efektif dan berkelanjutan.

Secara keseluruhan, pola pendanaan yang melibatkan semua pihak dalam kegiatan
pengelolaan TPS 3R memiliki potensi besar untuk menciptakan perubahan positif dalam
pengelolaan sampah. Dengan merasa memiliki kebutuhan dan tanggung jawab yang sama,
pihak-pihak terkait dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dalam menciptakan
lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan lestari.

Kegiatan ini dikerjakan dengan semangat transparansi dan tanggung jawab yang
tinggi. Pengelola TPS 3R berkomitmen untuk terus melakukan pelaporan kepada pihak
terkait secara berkala dan berkelanjutan. Dalam menjalankan tugasnya, pengelola juga
memberikan pelayanan yang maksimal kepada para pengguna TPS 3R.Transparansi menjadi
prinsip utama dalam kegiatan ini, di mana pengelola secara terbuka menyampaikan informasi
mengenai proses pengelolaan sampah di TPS 3R. Dengan demikian, pihak terkait, seperti
pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, dapat mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan tersebut.

Selain itu, pengelola TPS 3R juga dihadapkan pada tantangan kreativitas dalam
memanfaatkan sampah. Mereka berusaha untuk mengubah persepsi sampah sebagai sesuatu
yang tidak bernilai menjadi sumber daya yang berpotensi. Dengan memanfaatkan kreativitas,
pengelola berupaya menghadirkan inovasi dan solusi yang memungkinkan penggunaan ulang
dan daur ulang sampah.Kegiatan pengelolaan TPS 3R memiliki tujuan untuk menjadikan TPS
tersebut sebagai lokasi rujukan bagi pengelolaan sampah. Hal ini berarti TPS 3R diharapkan
dapat menjadi contoh terbaik dalam pengelolaan sampah yang efisien, efektif, dan
berkelanjutan. Dengan demikian, pengelola TPS 3R berperan penting dalam mendorong
perubahan mindset dan perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah.

Secara keseluruhan, kegiatan pengelolaan TPS 3R didasarkan pada semangat


transparansi dan tanggung jawab, dengan pengelola yang terus memberikan laporan kepada
pihak terkait dan memberikan pelayanan yang optimal kepada pengguna TPS 3R. Tantangan
kreativitas dalam memanfaatkan sampah menjadi bagian penting dalam upaya menjadikan
TPS 3R sebagai lokasi rujukan. Dengan demikian, pengelola TPS 3R berperan dalam
mengubah paradigma pengelolaan sampah menjadi lebih baik dan berkelanjutan.

Secara umum, aturan pengelolaan sampah mengacu pada Kementerian Lingkungan


Hidup. Hal ini tercermin dalam berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup untuk mengatur aspek-aspek pengelolaan sampah di
Indonesia.Salah satu pasal yang relevan dalam konteks ini adalah Pasal 32 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal ini
mengatur mengenai pengelolaan sampah dan memuat ketentuan-ketentuan mengenai
kewajiban pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang bertanggung jawab
dan berkelanjutan.Selain itu, Kementerian Lingkungan Hidup juga menerbitkan peraturan-
peraturan teknis seperti Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.68/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Peraturan ini memberikan pedoman dan ketentuan
terkait pengelolaan sampah rumah tangga serta pengelolaan sampah sejenis sampah rumah
tangga yang dihasilkan dari sektor komersial dan industri.
Pengacuan aturan pengelolaan sampah pada Kementerian Lingkungan Hidup
merupakan langkah penting dalam menciptakan kerangka kerja yang konsisten dan terarah
dalam pengelolaan sampah di Indonesia. Dengan adanya aturan yang jelas, diharapkan dapat
tercipta upaya yang seragam dan terkoordinasi dalam pengurangan, penggunaan kembali, dan
daur ulang sampah untuk mencapai pengelolaan sampah yang berkelanjutan.Melalui peran
Kementerian Lingkungan Hidup, diharapkan terjadi pengawasan yang ketat terhadap
implementasi aturan pengelolaan sampah. Dalam hal ini, Kementerian Lingkungan Hidup
memegang tanggung jawab untuk memastikan bahwa semua pihak, termasuk pemerintah
daerah, lembaga terkait, dan masyarakat, mematuhi aturan yang ditetapkan dalam
pengelolaan sampah. Dengan demikian, tercipta keberlanjutan dalam upaya pelestarian
lingkungan hidup dan pengurangan dampak negatif akibat pengelolaan sampah yang tidak
tepat.

E. Prinsip Kegiatan

Merujuk pada hasilwawancara, Desa Wonoketro menggunakan prinsip Good


Environmental Governance. MenurutAsiyah, (2019)prinsip dari goodgovernance adalah
komitmen terhadap perlindungan lingkungan hidup. Prinsip tersebut ditekankan pada
keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan perlindungan/ konservasinya,
penegakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, rendahnya tingkat pencemaran dan
kerusakan lingkungan, dan rendahnya tingkat pelanggaran terhadap aktivitas perusakan
lingkungan. Environmental governance merupakan paradigma baru di bidang lingkungan
hidup dimana menjadi bagian penting dari pencapaian goodgovernance. Selain itu konsep
enviromental governance diharapkan dapat menjadikan aspek lingkungan sebagai mainstream
utama pembangunan di indonesia yang sama-sama menjalankan aspek ekonomi dan sosial.

Para stakeholders pengelola TPS 3R di Desa Wonoketro memiliki prinsip tanggungjawab dan
transparansi. Seperti yang kita ketahui bahwa tanggung jawab merupakan salah satu karakter
yang harus dibentuk dalam setiap pembelajaran. (Rahayu, 2016)menyatakan bahwa tanggung
jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.Sementara transparansi menurut Nahruddin,
(2014) transparansi merupakan suatu kebebasan untuk mengakses aktivitas politik dan
ekonomi pemerintah dan keputusan-keputusannya. Transparansi memungkin semua
stakeholders dapat melihat struktur dan fungsi pemerintahan, tujuan dari kebijakan dan
proyeksi fiskalnya, serta laporan (pertanggungjawaban) periode yang lalu. Akuntabilitas
mengandung arti pertanggungjawaban, baik oleh orang-orang maupun badan-badan yang
dipilih, atas pilihan-pilihan dan tindakan-tindakannya. Konsep keadilan berarti bahwa
masyarakat diperlakukan secara sama di bawah hukum, dan mempunyai derajat yang sama
dalam partisipasi politik dalam pemerintahannya. Transparansi, akuntabilitas dan keadilan
merupakan atribut yang terpisah.

Merujuk dari pembahasan diatas maka tanggung jawab dan transparansi adalah dua
aspek yang sangat penting dalam pengelolaan TPS 3R di Desa Wonoketro. Pertama, tanggung
jawab menjadi landasan utama dalam menjalankan semua kegiatan terkait TPS 3R. Setiap
pihak yang terlibat, termasuk pemerintah desa, KPP pengelola, pekerja/karyawan, dan pihak
lain yang berkolaborasi, memiliki tanggung jawab yang jelas dalam melaksanakan tugas dan
fungsi masing-masing. Tanggungjawabinimencakuppemeliharaanfasilitas, pengumpulan dan
pemilahansampah, pengolahanlimbah, sertapemantauan dan evaluasisecaraberkala. Dengan
menjunjungtinggitanggungjawabini, pengelolaan TPS 3R dapatberjalandenganefisien dan
bertanggungjawab, serta memberikan dampak positif bagi ingkungan dan masyarakat
setempat. Selain tanggung jawab, transparansi juga menjadi prinsip yang mendasar dalam
pengelolaan TPS 3R. Transparansi berarti semua informasi yang berkaitan dengan proses,
kegiatan, dan hasil pengelolaan TPS 3R disampaikan secara jelas, terbuka, dan mudah
diakses oleh masyarakat. Informasi mengenai jadwal pengumpulan sampah, cara pemilahan
yang benar, metode pengolahan sampah, dan hasil dari kegiatan pengelolaan harus tersedia
untuk publik. Transparansi ini memberikan kesempatan kepadamasyarakat untuk memahami
dan terlibat dalam pengelolaan TPS 3R, serta memberikan peluang untuk memberikan
masukan, saran, atau pengawasan terhadap proses yang dilakukan. Dengan demikian,
transparansi membantu membangun kepercayaan, partisipasiaktif, dan kesadaran lingkungan
yang lebih luas di Desa Wonoketro.

Melalui pendekatan tanggung jawab dan transparansi, pengelolaan TPS 3R di Desa


Wonoketro dapat mencapai keberhasilan yang lebih baik. Tanggung jawab yang kuat akan
mendorong kerjasama dan kolaborasi yang efektif antara semua pihak terlibat, sehingga
pengelolaan dapat berjalan dengan baik. Sementara itu, transparansi akan membuka pintu
partisipasi masyarakat, meningkatkan akuntabilitas, dan memperkuat pengawasan terhadap
kegiatan pengelolaan. Kombinasi dari tanggung jawab dan transparansi ini akan membawa
manfaat jangka panjang dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan, mengurangi dampak
negatif sampah, dan mewujudkan Desa Wonoketro yang lebih berkelanjutan dan ramah
lingkungan.

Tanpa adanya tanggung jawab dan transparansi, kegiatan pengelolaan TPS 3R di Desa
Wonoketro tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik dan berkelanjutan. Tanggung jawab
menjadi pondasi utama dalam menjalankan semua aspek pengelolaan TPS 3R. Jika setiap
pihak yang terlibat tidak memegang tanggung jawabnya dengan serius, dapat terjadi kelalaian
dalam pemeliharaan fasilitas, kurangnya pemilahan sampah yang benar, ketidak tepatan
dalam pengolahan limbah, atau kelemahan dalam pemantauan dan evaluasi. Tanpa tanggung
jawab yang kuat, pengelolaan TPS 3R tidak akan mampu mencapai tujuan yang diharapkan,
yakni pengurangan dampak negatif sampah dan pemberian manfaat yang optimal bagi
lingkungan dan masyarakat. Selanjutnya, transparansi juga merupakan elemen penting untuk
menjaga kelangsungan kegiatan pengelolaan TPS 3R. Tanpa transparansi, masyarakat tidak
akan mendapatkan akses yang cukup terhadap informasi yang relevan dengan pengelolaan
TPS 3R. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpahaman masyarakat terkait jadwal
pengumpulan sampah, metode pemilahan yang benar, atau hasil dari pengolahan sampah.
Tanpa transparansi, masyarakat tidak dapat berpartisipasi secara aktif, memberikan masukan
yang berarti, atau melibatkan diri dalam pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan.
Akibatnya, keberlanjutan dan keberhasilan pengelolaan TPS 3R dapat terhambat.

Oleh karena itu, tanggung jawab dan transparansi merupakan elemen krusial yang
harus dijunjung tinggi dalam pengelolaan TPS 3R di Desa Wonoketro. Dengan menjalankan
tanggung jawab secara bertanggung jawab dan memperkuat transparansi, kegiatan
pengelolaan TPS 3R dapat berjalan dengan baik, efisien, dan berkelanjutan. Tanggung jawab
memastikan adanya kerjasama yang solid antara semua pihak terkait, sementara transparansi
membuka peluang partisipasi masyarakat dan membangun kepercayaan. Hanya dengan
mengintegrasikan tanggungjawab dan transparansi, Desa Wonoketro dapat mencapai
pengelolaan TPS 3R yang sukses dan memberikan manfaat positif bagi lingkungan dan
masyarakatnya.

Tanggung jawab dan transparansi menjadi sangat penting dalampengelolaan TPS 3R


karena keduanya merupakandasar dan semangat utama yang mendasari seluruh kegiatan
pengelolaan tersebut. Tanpa tanggungjawab yang kuat, pengelolaan TPS 3R tidak akan
memiliki fondasi yang kokoh untuk berjalan dengan efektif dan efisien. Tanggung jawab
memastikan bahwa setiap pihak yang terlibat dalam pengelolaan, seperti pemerintahdesa,
KPP pengelola, pekerja/karyawan, dan pihak lainnya, memegang peranan dan tugas dengan
sungguh-sungguh. Dengan memiliki tanggung jawab yang jelas, semua pihak dapat bekerja
bersama dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan, mengurangi dampak negatifsampah,
dan meningkatkan kualitas pengelolaan TPS 3R.Selain tanggungjawab, transparansi juga
menjadi landasan penting dalam pengelolaan TPS 3R. Transparansi memastikan bahwa
semua informasi terkait dengan kegiatan pengelolaan, proses, dan hasilnya disampaikan
dengan jelas dan terbuka kepada masyarakat. Hal ini memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk memahami secara lengkap mengenai TPS 3R, serta ikut terlibatdalam
mendukung dan memantau pelaksanaannya. Dengan adanya transparansi, masyarakat dapat
memberikan masukan, saran, dan mengawasi jalannya pengelolaan TPS 3R. Hal ini
menciptakan kepercayaan dan keakraban antara masyarakat dan pihak yang terlibat dalam
pengelolaan, serta membangun semangat kolaboratif yang kuat.

Sebagai dasar dan semangat dalam pengelolaan TPS 3R, tanggung jawab dan
transparansi memastikan bahwa kegiatan tersebut berjalan dengan integritas, akuntabilitas,
dan tujuan yang jelas. Mereka memberikan landasan moral dan etika bagi semua pihak yang
terlibat, serta mendorong adanya transparansi informasi yang dapa memberdayakan
masyarakat. Dengan memiliki dasar dan semangat ini, pengelolaan TPS 3R di Desa
Wonoketro dapat menjadi lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan dalam menjaga kebersihan
lingkungan serta mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan secara keseluruhan.

Kepercayaan dan kepuasan dalam pelayanan terhadap pemanfaat TPS 3R sangat lah
penting dan menjadi tujuan utama dalam pengelolaan TPS 3R di Desa Wonoketro.
Kepercayaan merupakan fondasi yang dibangun melalui tanggungjawab, transparansi, dan
konsistensi dalam menjalankan pengelolaan TPS 3R. Ketika pemanfaat TPS 3R merasa yakin
bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh tanggungjawab dan integritas, kepercayaan
mereka terhadap sistem pengelolaan akan meningkat.

Kepercayaan yang terjalin antara pengelola TPS 3R dan pemanfaat menciptakan


lingkungan yang saling mendukung. Pemanfaat merasa yakin bahwa sampah yang mereka
serahkan kepada TPS 3R akan dikelola dengan baik dan sesuai prinsip 3R (Reduce, Reuse,
Recycle). Mereka merasa bahwa kontribusi mereka dalam memilah sampah dan mengikuti
aturan pengelolaan dihargai dan memberikan dampak positif bagi lingkungan dan
masyarakat. Selain itu, kepuasan pemanfaat TPS 3R juga menjadi tujuan utama dalam
pelayanan. Pemanfaat harus merasa puas dengan kualitas pelayanan yang diberikan, mulai
dari proses pengumpulan sampah yang efisien dan teratur, fasilitas yang nyaman dan aman,
hingga hasil akhir pengelolaan sampah yang berdampak positif bagi lingkungan.
Kepercayaan dan kepuasan pemanfaat TPS 3R membangun hubungan yang positif antara
pengelola dan pemanfaat, yang pada gilirannya dapat meningkatkan partisipasi dan komitmen
pemanfaat dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Melalui upaya menjaga kepercayaan dan memenuhi kepuasan pemanfaat, pengelola


TPS 3R dapat menciptakan dampak yang lebih besar dalam pengelolaan sampah.
Kepercayaan dan kepuasan pemanfaat menjadi indikator kesuksesan dalam pelayanan, karena
mereka menjadi mitra penting dalam upaya pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Dengan
memprioritaskan kepercayaan dan kepuasan pemanfaat, pengelola TPS 3R di Desa
Wonoketro dapat mencapai tujuan yang lebih besar dalam menjaga kebersihan lingkungan
dan menciptakan masyarakat yang sadar akan pentingnya pengelolaan sampah secara
bertanggung jawab.

Dalam pengelolaan TPS 3R di Desa Wonoketro, terdapat dua aspek penting yang
harus dikembangkan, yaitu penjemputan sampah di rumah warga secara terjadwal dan
penataan pengelolaan keuangan yang transparan dan terkontrol dengan baik. Pertama,
penjemputan sampah di rumah warga yang dilaksanakan secara terjadwal menjadi salah satu
upaya yang penting dalam memastikan keberlanjutan pengelolaan TPS 3R. Dengan
menjadwalkan penjemputan sampah, masyarakat dapat memiliki kepastian bahwa sampah
yang dihasilkan akan diambil secara teratur oleh tim pengelola. Hal ini tidak hanya
menciptakan kedisiplinan dalam pemilahan sampah di rumah, tetapi juga memudahkan
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam program pengelolaan sampah. Penjemputan
sampah yang terjadwal juga membantu menjaga kebersihan lingkungan, mencegah
penumpukan sampah, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses pengelolaan.

Selain itu, penataan pengelolaan keuangan yang tidak tertutup juga menjadi faktor
penting dalam pengelolaan TPS 3R. Dengan adanya kontrol yang baik atas pengelolaan
keuangan, akan tercipta transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan dana yang terkait
dengan pengelolaan TPS 3R. Pengelola TPS 3R di Desa Wonoketro harus mampu mengatur
dan mengontrol pengeluaran serta penerimaan dengan jelas dan terdokumentasi dengan baik

Dengan memiliki kontrol yang baik, pengelola dapat memastikan bahwa dana yang
digunakan untuk operasional TPS 3R digunakan secara efisien dan sesuai dengan tujuan
pengelolaan sampah. Selain itu, pengelolaan keuangan yang transparan juga akan
memberikan kepercayaan kepada pemanfaat dan masyarakat bahwa dana yang digunakan
dalam pengelolaan TPS 3R dikelola dengan integritas dan akuntabilitas.

Dengan memprioritaskan penjemputan sampah di rumah warga yang dilaksanakan


secara terjadwal dan penataan pengelolaan keuangan yang tidak tertutup, pengelola TPS 3R
di Desa Wonoketro dapat memastikan keberhasilan dan keberlanjutan program pengelolaan
sampah. Kedua aspek ini berperan penting dalam menjaga kualitas pelayanan, partisipasi
masyarakat, dan pengelolaan dana yang efisien, serta membangun kepercayaan pemanfaat
dan masyarakat luas terhadap program TPS 3R. Dengan demikian, Desa Wonoketro dapat
mencapai tujuan pengelolaan sampah yang berkelanjutan, bersih, dan ramah lingkungan.

Pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut akan menjadi acuan yang sangat berharga dalam
pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan saat terjadi permasalahan dalam
pengelolaan TPS 3R di Desa Wonoketro. Prinsip-prinsip ini mencakup tanggung jawab,
transparansi, kepercayaan, kepuasan pemanfaat, penjemputan sampah terjadwal, dan
penataan pengelolaan keuangan yang terkontrol dengan baik. Dalam situasi permasalahan,
prinsip tanggung jawab akan membimbing pengambil keputusan untuk mempertimbangkan
dampak keputusan terhadap pelayanan masyarakat dan lingkungan. Tanggung jawab akan
mengingatkan untuk melibatkan semua pihak terkait dan mempertimbangkan kepentingan
bersama dalam menyelesaikan permasalahan.

Transparansi akan menjadi pedoman dalam memberikan informasi yang jelas dan
terbuka kepada masyarakat tentang permasalahan yang terjadi dan upaya yang dilakukan
untuk mengatasinya. Dengan transparansi, keputusan dan kebijakan yang diambil dapat
dipahami oleh masyarakat dan membangun kepercayaan.

Kepercayaan dan kepuasan pemanfaat menjadi landasan penting dalam pengambilan


keputusan dan kebijakan saat terjadi permasalahan. Dalam memecahkan masalah, penting
untuk mempertimbangkan kebutuhan dan harapan pemanfaat TPS 3R. Kepercayaan dan
kepuasan pemanfaat harus dijaga agar keputusan yang diambil dapat memenuhi ekspektasi
dan memberikan manfaat nyata bagi mereka. Selanjutnya, prinsip penjemputan sampah
terjadwal dan penataan pengelolaan keuangan yang terkontrol dengan baik akan membantu
dalam mengatasi permasalahan secara efisien. Penjemputan sampah terjadwal akan
memastikan bahwa sampah tidak menumpuk dan menciptakan masalah lebih lanjut.
Sementara itu, penataan pengelolaan keuangan yang terkontrol akan membantu dalam alokasi
dana yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang timbul.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini sebagai acuan dalam pengambilan keputusan


dan pembuatan kebijakan, pengelola TPS 3R di Desa Wonoketro dapat menangani
permasalahan dengan cara yang terukur, efektif, dan adil. Keputusan yang diambil akan
didasarkan pada prinsip-prinsip yang telah teruji dan dipercaya, sehingga dapat mencapai
hasil yang optimal dalam menjaga keberlanjutan pengelolaan TPS 3R dan kepuasan
pemanfaat serta masyarakat secara keseluruhan

F. Tujuan Kegiatan

Sampah merupakan salah satu permasalahan kompleks yang dihadapi baik oleh negara-
negara berkembang maupun negara-negara maju di dunia. Masalah sampah merupakan
masalah yang umum dan telah menjadi fenomena universal diberbagai negara di dunia
(Masruroh, 2021). Sampah merupakan persoalan besar dalam rumah dan lingkungan.
Penyelesaian masalah sampah harus menyeluruh dari hulu ke hilir dan seluruh pihak turut
terlibat supaya persoalan sampah dapat diatasi (Mahyudin, 2017). Tujuan utama dari kegiatan
ini memberikan solusi penanganan sampah berbasis masyarakat pada pemukiman padat
penduduk dan meningkatkan pereokomian warga. Berbasis masyarakat bukan berarti dalam
pengoperasiannya selalu harus dilakukan oleh masyarakat, tetapi boleh juga dilakukan oleh
lembaga atau badan profesional yang mampu dan diberi mandat oleh masyarakat. Tujuan
lainnya untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir,
mengurangi penggunaan sumber daya alam yang terbatas, mengurangi pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh pembuangan sampah, serta mengurangi emisi gas rumah
kaca yang terkait dengan produksi bahan baru.

Selain itu, daur ulang juga memiliki tujuan untuk menciptakan siklus ekonomi yang
berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja dalam industri daur ulang, menghemat energi
yang diperlukan untuk produksi barang baru, dan mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia yang disebabkan oleh pembuangan sampah tidak teratur
Yang penting adalah apa yang layak dan realistis dilakukan untuk memecahkan masalah
sampah yang dihadapi oleh masyarakat trersebut. Tujuan Jangka panjang dari kegiatan ini
agar terlaksananya penanganan sampah yang baik sehingga dapat memberikan manfaat
kepada masyarakat, Membangun kepedulian masyarakat agar dapat ‘berkawan’ dengan
sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah. Dengan tujuan jangka
pendek agar Desa Wonoketro memiliki tempat pemilihan sampah yang layak.

Ada beberapa faktor pendukung keberhasilan tujuan tersebut. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Pratama (2020), terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pengelolaan sampah berbasis 3R, sebagai berikut:

a. Faktor Pendukung

1) Faktor Internal

a) Semakin terimplementasikannya sebuah paradigma baru dalam pengelolaan sampah


mampu mengubah pandangan masyarakat yang sebelumnya dianggap sebagai objek
pembangunan, saat ini berubah menjadi subyek yang akan menjalankan suatu pembangunan.
Oleh karena itu partisipasi masyarakat secara menyeluruh menjadi faktor utama keberhasilan
program pengelolaan sampah berbasis 3R ini. Dengan partisipasi penuh dari masyarakat,
maka pengelolaan sampah berbasis 3R secara nyata dapat maksimal dan sesuai dengan tujuan
yang ditentukan.

b) Sarana dan Prasarana, Dalam program pengelolaan sampah berbasis 3R yang


tujuannya adalah memberdayakan masyarakat, maka sarana dan prasarana merupakan
kebutuhan tau hal penting dalam proses berjalannya suatu program tersebut. Dengan
difasilitasi sarana dan 20 prasarana yang memadai oleh pemerintah dalam proses pelaksanaan
TPS 3R sebagai tempat pengelolaan sampah berbasis 3R diharapkan akan dapat berjalan
dengan maksimal secara berkesinambungan

2) Faktor Eksternal

a) Keterlibatan masyarakat sekitar, adanya keterlibatan dan dukungan masyarakat ini


akan mampu menunjang berjalannya suatu program pengelolaan sampah berbasis 3R.
Moeljarto Tjokrowinoto dalam Mardikanto dan Soebiato (2013, h.19) mengatakan bahwa
pembangunan yang berpusat pada rakyat (manusia), dalam pengambilan keputusan harus
diletakkan pada masyarakat itu sendiri. Partisipasi masyarakat yang telah ada mampu
memperlancar jalannya proses pengelolaan sampah rumah tangga yang bertujuan untuk
mengurangi volume sampah.
b) Kerjasama dengan Lembaga atau Dinas terkait, Adanya kerja sama ini mempermudah
TPS 3R dalam menjalankan program yang telah diberikan untuknya. Peran Dinas
Kebersihan, Dinas Lingkungan Hidup tentunya sangat menunjang terlaksanakannya program
tersebut dengan baik. Lembaga atau Dinas terkait tidak hanya membantu dalam hal anggaran
atau pendanaan saja, tetapi juga dengan memberikan beberapa fasilitas yang dIbutuhkan guna
menjalankan tujuannya tersebut.

Dengan terlaksananya faktor – faktor tersebut kiegiatan pengelolaan TP 3R ini dengan


baik, maka permasalahan sampah yang ada di Desa Wonoketro akan teratasi dengan baik,
Selain itu dalam kegiatan pemilahan membutuhkan tenaga kerja yang mana para pekerja
diambilkan dari masyarakat setempat, sebagai upaya untuk pengurangan pengangguran dan
peningkatan ekonomi.

Pengelolaan sampah merupakan perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau


menghilangkan masalahmasalah yang dalam kaitannya dengan lingkungan yang
ditimbulkannya. Oleh karena itu sampah yang tidak dikelola dengan baik maka akan menjadi
masalah dikemudian hari, hadirnya kegiatan pengelolaan TP3R menjadi langkah preventif
akan munculnya masalah tersebut Preventif sendiri merujuk tujuan untuk mengurangi jumlah
limbah yang dihasilkan dan mempromosikan penggunaan yang lebih efisien dan
berkelanjutan dari sumber daya. Pengelolaan sampah yang baik akan menjadi kan lingkungan
yang sehat, lingkungan yang sehat menjadi kan masyarakat sehat dan nyaman, sehingga
kegiatan ini menjadi contributor dalam menciptakan masyarakat yang kondusif sehat dan
nyaman.

G. Langkah-langkah Kegiatan

Dalam kegiatan ini, ada beberapa langka-langkah yang diambil, seperti


- Perencanaan
Perencanaan merupakan proses yang melibatkan penyusunan langkah-langkah atau
strategi untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan. Ini melibatkan identifikasi
masalah atau kebutuhan, pengumpulan dan analisis data, penentuan tujuan, serta pemilihan
tindakan atau keputusan yang tepat untuk mencapai hasil yang diharapkan.

-Pelaksanaan
Pelaksanaan mengacu pada tahap di mana tindakan atau kegiatan yang direncanakan atau
disusun dilakukan atau dijalankan. Ini melibatkan penerapan rencana, keputusan, atau
strategi yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
elama pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terus dilakukan untuk mengukur kemajuan,
mengidentifikasi masalah atau hambatan, serta melakukan perubahan atau penyesuaian
jika diperlukan. Pelaksanaan yang baik membutuhkan koordinasi yang efektif, komunikasi
yang baik, dan pengelolaan yang tepat dari semua aspek yang terlibat

-Monitoring
Monitoring merujuk pada kegiatan pemantauan dan pengawasan terhadap proses, kegiatan,
atau proyek yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi
yang akurat tentang kemajuan, kinerja, dan kesesuaian dengan rencana atau tujuan yang
telah ditetapkan. Monitoring berfungsi sebagai alat untuk memastikan bahwa tujuan yang
ditetapkan tercapai dengan baik dan dalam waktu yang tepat. Ini membantu dalam
mengidentifikasi masalah, hambatan, atau ketidaksesuaian yang mungkin timbul selama
pelaksanaan suatu kegiatan. Dengan memantau secara teratur, tim pengawas dapat
mengambil tindakan korektif atau penyesuaian yang diperlukan untuk menjaga kemajuan
dan kualitas kerja yang diinginkan.

- Evaluasi
Evaluasi adalah proses sistematis dan objektif untuk mengevaluasi, mengukur, dan menilai
efektivitas, efisiensi, relevansi, dan dampak suatu kegiatan, program, atau proyek. Tujuan
evaluasi adalah untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang keberhasilan,
kelemahan, kebutuhan perbaikan, dan manfaat yang dihasilkan dari suatu inisiatif.

Langkah- langkah tersebut ditentukan berdasarkan Petunjuk, Musyawarah dan


Kesepakatan bersama, dengan Warga desa, pemerintah desa dan tentunya dengan
pemerintah kecamatan. Dalam beberapa waktu ada kala nya terjadi sesuatu hal yang
mungkin tidak sesuai dengan langkah – langkah tersebut maka pihak yang berwewenang
mengambil keputusan secara mendesak, namun harus dengan kebijakan yang terukur

Dalam pengelolaan TPS 3R ini diperlukannya dukungan dari bebrapa pihak internal,
seperti SDM yang memiliki integritas, individu yang menunjukkan sikap dan perilaku
yang konsisten dengan prinsip-prinsip moral dan etika yang tinggi karena dalam bidang ini
diperlukannya sikap jujur, disipilin,tanggung jawab, dan juga konsisten. Mengapa begitu?
SDM seperti ini juga dibutuhkan dalam bidang pengelolaan karena dengan memiliki
integritas diharapkan bisa terkelolanya TPS 3R ini menjadi dampak baik dan bermanfaat.

Efisiensi dalam konteks kegiatan daur ulang mengacu pada penggunaan sumber daya
secara optimal dan efektif dalam proses daur ulang sampah. Tujuan dari efisiensi dalam daur
ulang adalah untuk mengoptimalkan hasil dan manfaat yang diperoleh dari proses daur ulang
dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara efektif.

Beberapa aspek efisiensi dalam kegiatan daur ulang agar langkag-langkah daur ulang bisa
berjalan lancar antara lain:

1) Efisiensi Sumber Daya: Dalam kegiatan daur ulang, penting untuk menggunakan
sumber daya yang tersedia, seperti energi, air, dan bahan kimia, secara efisien. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengadopsi teknologi dan proses produksi yang efisien
energi, mengoptimalkan penggunaan air, dan mengurangi penggunaan bahan kimia
yang berbahaya.

2) Efisiensi Logistik: Efisiensi dalam logistik melibatkan pengelolaan dan transportasi


sampah yang efektif. Pengumpulan, pemilahan, dan distribusi sampah yang efisien
dapat mengurangi biaya dan waktu yang diperlukan dalam proses daur ulang.
3) Efisiensi Proses: Efisiensi dalam proses daur ulang berarti melakukan proses
pengolahan dan pemrosesan sampah dengan efisien dan optimal. Hal ini mencakup
penggunaan teknologi dan mesin yang efisien, pemilihan metode pengolahan yang
tepat, dan pengaturan alur kerja yang efisien untuk meningkatkan produktivitas dan
mengurangi kerugian.
4) Efisiensi Ekonomi: Efisiensi ekonomi dalam daur ulang berfokus pada pengelolaan
yang efisien dari aspek keuangan dan bisnis. Ini melibatkan pemantauan biaya
produksi, pengelolaan inventaris, pengaturan harga yang tepat, dan identifikasi
peluang penghematan untuk mencapai keberlanjutan finansial dalam kegiatan daur
ulang.
Dengan menerapkan efisiensi dalam kegiatan daur ulang, manfaatnya meliputi
penghematan biaya produksi, pengurangan pemborosan sumber daya, peningkatan
produktivitas, pengurangan dampak lingkungan, dan penciptaan keberlanjutan ekonomi.
Efisiensi juga dapat memperkuat daya saing industri daur ulang dan mendorong
pertumbuhan yang berkelanjutan.

Menurut Harold Koontz bahwa: “Manajemen adalah proses mengupayakan agar


segala sesuatu dapat diselesaikan melalui kerja sama orang-orang dalam kelompok yang
terorganisasi”[1]. Menurut Terry bahwa: “Manajemen adalah suatu proses yang khas yang
terdiri dari tindakan tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang
telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber lainnya.
Sejalan dengan era globalisasi yang terjadi, pada saat ini kebutuhan informasi semakin
penting dan mendesak.”Bahkan menurut Robert Murdick, informasi dianalogikan sebagai
darah dalam organisasi’’[5]. Agar dapat mencapai tujuannya maka dibentuklah suatu
sistem informasi. Pada dasarnya sistem informasi manajemen merupakan sebuah sistem
informasi yang selain melakukan semua pengolahan transaksi yang diperlukan oleh suatu
organisasi, juga memberi dukungan informasi dan pengolahan untuk fungsi manajemen
dan proses pengambilan keputusan. Seperti halnya pengambilan keputusan secara
mendesak jika terjadi sesuatu besifat insidentil yang mana masih berpegang teguh pada
manajemen dan aturan yang berlaku secara bijak.

H .Strategi

Strategi bersal dari kata Yunani Strategia (Stratos=militer, dan ag=memimpin), yang
artinya seni atau ilmu-ilmu untuk menjadi seseorang jenderal.1 Konsep ini relevan
dengan situasi pada zaman dulu yang sering di warnai perang, di mana jenderal
dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat selalu memenangkan
perang. Strategi juga dapat diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan
penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu. Strategi militer didasarkan pada pemahaman akan kekuatan dan
penempatan posisi lawan, karakteristik fisik medan perang kekuatan dan karakter
sumber daya yang tersedia, sistem orang yang menempati teritorial tertentu, serta
antisipasi terhadap setiap perubahan yang mungkin terjadi. Strategi adalah serangkaian
besar yang menggambarkan bagai mana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk
mencapai tujuan. Strategi merupakan daya kreatifitas dan daya cipta (inovasi) serta
merupakan cara pencapaian tujuan yang sudah ditentukan

Strategi dalam melaksanakan kegiatan TP 3R diantaranya Kebersamaan,


Kebersamaan masyarakat terhadap sampah daur ulang merujuk pada partisipasi aktif
dan kolaboratif dari seluruh anggota masyarakat dalam upaya mengelola sampah secara
berkelanjutan. Ini melibatkan kesadaran, pengetahuan, dan tindakan bersama untuk
meminimalkan sampah, memilah dan mendaur ulang sampah yang dihasilkan, serta
mendukung praktik-praktik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.

Salah satu faktor pentingnya ialah tanggung jawab, Menurut Guthrie dan Mathews
(1985), tanggung jawab sosial perusahaan dapat diartikan sebagai ketersediaan
informasi keuangan atau non-keuangan berkaitan dengan interaksi organisasi dengan
lingkungan dan sosial, sebagaimana dinyatakan dalam laporan tahunan perusahaan atau
laporan sosial terpisah (Hackston dan Milne, 1996; Sembiring, 2005). CSR tidak hanya
tentang keberlangsungan hidup dan kelestarian alam, namun juga kesejahteraan para
pekerja, masyarakat, dan komunitas secara luas, serta kenyamanan dan keamanan
produk atau jasa. Tanggung jawab sosial tidak lagi dipandang sebagai biaya yang
menurunkan laba, namun sebagai investasi untuk dapat meningkatkan citra baik di mata
masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat bersama.

Transparansi adalah prinsip atau kondisi di mana informasi, keputusan, atau tindakan
dapat diakses, dipahami, dan dievaluasi secara jelas dan terbuka oleh semua pihak yang
berkepentingan. Hal ini melibatkan keterbukaan, kejujuran, dan akuntabilitas dalam
segala aspek yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dan pelaksanaan tindakan.

Dalam konteks yang lebih luas, transparansi berhubungan dengan adanya akses
terhadap informasi yang penting dan relevan, baik itu dalam pemerintahan, bisnis,
organisasi non-profit, maupun dalam hubungan sosial. Prinsip transparansi
mengharuskan pihak-pihak yang terlibat untuk menyediakan informasi yang benar,
jelas, dan lengkap kepada pihak lain yang berkepentingan, sehingga memungkinkan
pemahaman yang lebih baik, partisipasi yang lebih luas, dan evaluasi yang
objektif.Selain dua faktor tersebut, ada faktor yang tidak kalah penting yaitu
Transparasi, Yang mana transparasi harus di terapkan disetiap aspek kegiatan negeri
maupun swasta.
Tidak asal memilih stategi merupakan salah satu cara agar berhasilnya strategi ini dan
berjalan sesuai dengan landasan pelaksanaan pengelolaan. Meski akan ada resiko, tetapi
jika dilakukan dengan baik maka itu adalah salah satu cara agar meminimalisir resiko
resiko itu terjadi. Tidak jarang juga ada strategi yang tidak berhasil, itu hal wajar
dengan begitu maka perlu dilakukannya evaluasi sampai menemukan titik temu akar
permasalahan tersebut.

Strategi yang dibuat tidak akan membuat masyarakat terbebani karena startegi yang
dibuat bersifat terbuka sehingga dapat disesuaikam dengan kebutuhan masyarakat
dengan tidak melanggar aturan yang ada.

I. Mitra kerja

Dalam kegiatan daur ulang ini, menggandeng beberapa instansi yang mana masih
saling berkaitan satu sama lain, diantaranya Pemerintah desa, atau kecamatan, Dinas
Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup,Dinas Pekerjaan Umum, Pihak Keamanan, dan
Masyarakat.

Sampah rumah tangga yang telah diangkut dan dikumpulkan hanya dibuang saja
(open dumping) di TPS liar, tanpa ada penanganan khusus selain dibakar. Permasalahan
yang timbul adalah masalah kesehatan (Infeksi Saluran Pernapasan Akut/ ISPA, kejadian
Diare), dan keluhan asap sisa pembakaran dan estetika (Wijaya, 2012). Dinas Kesehatan
juga memiliki peran penting karena lokasi yang di sediakan untuk pengelolaan TP 3R ini
haruslah jauh dari lingkup masyarakat, karena interaksi dengan limbah sampah ini juga
memiliki resiko kesehatan.

Pengelolaan sampah saat ini menghadapi banyak tekanan terutama akibat besarnya
timbulan sampah yang dihasilkan masyarakat baik produsen maupun konsumen. Hal
tersebut sejalan dengan pendapat Sudrajat (2006:89) yang menyatakan bahwa
permasalahan ini menjadi semakin kompleks dengan masih diterapkannya paradigma
lama pengelolaan yang mengandalkan kegiatan pengumpulan, pengangkutan dan
pembuangan yang membutuhkan anggaran yang semakin besar dari waktu ke waktu.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan merupakan organisasi pelaksana yang diberi
kewenangan untuk memberikan pelayanan kebersihan dan pengelolaan sampah di
wilayah Kabupaten. Dengan demikian maka diharapkan Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan mampu melaksanakan kewenangan yang dilimpahkannya dengan baik dalam
hal meningkatkan pelayanan kebersihan dan pengelolaan sampah dengan baik kepada
masyarakat.

Kantor Dinas Pekerjaan Umum adalah kantor adminisitrasi yang menangani terkait
infrastruktur daerah maupun negara. Kantor Dinas Pekerjaan Umum menaungi berbagai
bidang mulai dari pemukiman warga hingga bangunan pemerintahan hingga pengadaan
jalan dan fasilitas public untuk kemudahan masyarakat dalam melaksanakan pekerjaan.
Perancangan kantor pemerintahan harus disesuaikan dengan standar yang diatur dalam
peraturan presiden Republik Indonesia nomor 73 tahun 2011. Salah satunya mengatur
perencanaan pengelolaan sampah dan juga penyedia sarana dan prasarana kegiatan
pelaksanaan pengelolssn TPS 3.

Dalam kegiatan seperti ini tidak luput dari aksi kriminal, karena ditempat pengelolaan
pasti ada barang atau sarana yang berharga yang mana harus melibatkan pihak keamanan,
Selain itu masyarakat merupakan mitra terdekat tanpa perantara karena masyarakat juga
melakukan dan memproduksi sampah setiap harinya.

J. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan suatu program dilihat dari dampaknya dan hasilnya, antara lain
berkurangnya jumlah masyarakat yang membuang sampah sembarangan, Kesadaran
Masyarakat menjadi lebih sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan
dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembuangan sampah sembarangan. Mereka
menyadari bahwa tindakan tersebut dapat merusak ekosistem, mengganggu keindahan
lingkungan, serta berpotensi menyebabkan masalah kesehatan. Adanya sarana dan
prasarana yang memadai untuk pembuangan sampah, seperti tempat sampah yang cukup,
fasilitas pengolahan sampah, dan program pengumpulan sampah secara teratur.
Masyarakat saling mengingatkan dan mendukung satu sama lain dalam menjaga
kebersihan lingkungan. Adanya budaya gotong royong dan saling peduli terhadap
lingkungan membuat masyarakat berkomitmen untuk tidak membuang sampah
sembarangan dan bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

Terciptanya lapangan pekerjaan merupakan faktor yang penting atas penamaan


keberhasilan terhadap suatu program. Dalam proses daur ulang, diperlukan tenaga kerja
untuk melakukan pengumpulan dan pemilahan sampah. Para pekerja ini bertugas
mengumpulkan sampah dari berbagai sumber, memisahkan jenis sampah yang berbeda,
dan melakukan persiapan awal sebelum sampah tersebut diproses lebih lanjut.
Pengolahan dan Pemrosesan Sampah: Sampah yang telah dikumpulkan dan dipilah.
Sampah yang telah dikumpulkan dan dipilah membutuhkan proses pengolahan dan
pemrosesan lebih lanjut. Ini melibatkan mesin dan peralatan khusus yang perlu
dioperasikan oleh tenaga kerja terlatih. Para pekerja ini akan melakukan pemrosesan,
penghancuran, atau pemadatan sampah agar siap untuk tahap selanjutnya dalam daur
ulang.

Lingkungan yang nyaman bukan lingkungan yang bebas sampah, tetapi lingkungan yang
bisa mengelola sampah dengan baik. Dengan menjadikan sampah sebagai ladang
pekerjaan dengan mengahasilkan entah kerajinan atau pun barang yang bermanfaat
lainnya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pengembang ketika mengelola
sampah di perumahannya, di antaranya cara pengelolaannya, pemisahan sampahnya,
dan penyediaan bak sampah yang memadai. Idealnya, pengelolaan sampah dilakukan
sampai sampah itu benar-benar tuntas dipisahkan dan diolah lagi di tempat pembuangan
akhir.

Selain itu, Masyarakat juga dapat untung yaitu dengan mendapat lapangan pekerjaan,
dengan itu dapat diartikan bahwa pengelolaan daur ulang tersebut sudah berjalan dengan
baik dan bisa memanajemen keberadaan orang yang ingin mengelola sampah tersebut
menjadi barang atau hal yang bermanfaat. Selain itu ada indikator keberhasilan yang
sudah ditetapkan yaitu evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan penting dan harus
dilakukan di berbagai kegiatan, karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui
keberhasilan ataupun kekurangan selama kegiatan ini berlangsung.
K. Lampiran pendukung
Daftar Pustaka

Apriyani, A., Putri, M. M., & Wibowo, S. Y. (2020). Pemanfaatan sampah plastik menjadi
ecobrick. Masyarakat Berdaya Dan Inovasi, 1(1), 48–50.
https://doi.org/10.33292/mayadani.v1i1.11
Asiyah, N. (2019). KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA LANGSA TERHADAP
PENGELOLAAN SAMPAH DALAM MEMENUHI PRINSIP GOOD ENVIRONMENTAL
GOVERNANCE. Samudra Keadilan, 14(2), 316–327.
https://mail.ejurnalunsam.id/index.php/jhsk/article/view/1920
Gammahendra, F., Hamid, D., & Riza, M. F. (2014). Pengaruh Struktur Organisasi terhadap
Efektivitas Organisasi. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|, 7(2).
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=189781&val=6468&title=Pengaruh%20Struktur%20Organisasi%20terhadap
%20Efektivitas%20Organisasi%20Studi%20Pada%20Persepsi%20Pegawai%20Tetap
%20Kantor%20Perwakilan%20Bank%20Indonesia%20Kediri
Kurniawan, D. A., & Santoso, A. Z. (2021). PENGELOLAAN SAMPAH DI DAERAH SEPATAN
KABUPATEN TANGERANG. ADI Pengabdian Kepada Msyarakat, 1(1), 31–36.
https://doi.org/10.34306/adimas.v1i1.247
Nahruddin, Z. (2014). AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN DANA
ALOKASI DESA DI DESA PAO-PAO KECAMATAN TANETE RILAU KABUPATEN
BARRU. Otoritas Jurnal Ilmu Pemerintahan, 4(2), 193–201.
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/Otoritas/article/view/95
Rahayu, R. (2016). PENINGKATAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA SD MELALUI
PENILAIAN PRODUK PADA PEMBELAJARAN MIND MAPPING. Jurnal Konseling
GUSJIGANG, 2(1), 97–103. https://jurnal.umk.ac.id/index.php/gusjigang/article/view/562
Rapini, T., Kristiyana, N., Santoso, A., & Setyawan, F. (2020). Strategi pengembangan produk
jipang berbasiskan pelatihan manajemen usaha dan pemasaran yang kreatif. Masyarakat
Berdaya Dan Inovasi, 1(1), 12–18. https://doi.org/10.33292/mayadani.v1i1.7
Shentika, P. A. (2016). Pengelolaan Bank Sampah di Kota Probolinggo. JESP, 8(1).
Sufia, R., Sumarmi, & Amirudin, A. (2016). KEARIFAN LOKAL DALAM MELESTARIKAN
LINGKUNGAN HIDUP (STUDI KASUS MASYARAKAT ADAT DESA KEMIREN
KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN BANYUWANGI). Jurnal Pendidikan, 1(4), 1–6.
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6234

Linda, Roza. "Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Melalui Daur Ulang Sampah Plastik (studi
kasus bank sampah berlian kelurahan tangkerang labuai)." Jurnal Al-Iqtishad 12.1
(2016): 1-19.
Astuti, Hepy Kusuma. "Pemberdayaan ekonomi kreatif melalui Daur ulang sampah plastik (Studi
kasus bank sampah kelurahan paju ponorogo)." (2022).
Subekti, Sri. "Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R Berbasis Masyarakat." Prosiding Seminar
Sains Nasional dan Teknologi. Vol. 1. No. 1. 2010.
Maulana, Rizku Ariq. "PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENGELOLA SAMPAH
MELALUI TEMPAT PENGELOLAAN SAMPAH 3R “JEJAMA SECANCANAN” DI
KELURAHAN PRINGSEWU BARAT KECAMATAN PRINGSEWU KABUPATEN
PRINGSEWU." (2022).

Sitanggang, Widya Susanti, and Marjones Hardy H. Sihombing. "Pengaruh Sistem Informasi
Manajemen Terhadap Pengambilan Keputusan Pada Badan Pertanahan Nasional
Medan." JITA (Journal of Information Technology and Accounting) 1.1 (2018): 16-25.
Sutikno, M. Sobry. Strategi Pembelajaran. Penerbit Adab, 2021.
Krisna, Aditya Dharmawan, and Novrys Suhardianto. "Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan tanggung jawab sosial." Jurnal akuntansi dan keuangan 18.2 (2016):
119-128.
Wahdatunnisa, Mahda. "Pelaksanaan Pengelolaan Sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kabupaten Pangandaran." Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan 5.2
(2019): 123-138.

Anda mungkin juga menyukai