Anda di halaman 1dari 41

BAB I

LATAR BELAKANG

A. LATAR BELAKANG

Derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh kondisi pejamu, agent


(penyebab penyakit), dan lingkungan. Faktor lingkungan merupakan unsur
penentu kesehatan masyarakat. Apabila terjadi perubahan lingkungan di
sekitar manusia, maka akan terjadi perubahan pada kondisi kesehatan
lingkungan masyarakat tersebut. Faktor lingkungan dan faktor perilaku sangat
berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, sehingga perlu
memperoleh perhatian secara sungguh-sungguh. Faktor perilaku sehat
diharapkan dapat memelihara, meningkatkan kesehatan dan melindungi diri
dari ancaman penyakit, sedangkan lingkungan sehat diharapkan menciptakan
lingkungan yang kondusif, bebas polusi, pemukiman sehat dan pengelolaan
sampah yang sehat. Dewasa ini, sampah merupakan salah satu masalah serius
dalam lingkungan hidup di seluruh dunia dan berhubungan sangat erat dengan
kehidupan manusia sehari-hari. Sebagai pihak yang menghasilkan sampah,
tidak ada yang dapat terlepas dengan masalah sampah. Dengan demikian,
masalah sampah adalah masalah persepsi masyarakat tentang sampah.

Masalah sampah menjadi masalah lingkungan yang mendapat perhatian


khusus dari berbagai pihak. Hal tersebut dikarenakan jumlah timbulan
sampah terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk.
Jambeck, 2015 mengungkapkan bahwa menurut data internasional, Indonesia
menempati posisi kedua penyumbang sampah terbesar di dunia hingga 187,2
juta ton, setelah negara Cina. Sedangkan Cina mencapai 262,9 juta ton.
Negara tetangga seperti Filipina berada di posisi tiga dengan produksi sampah
ke laut sebesar 83,4 ton.2 Pada tahun 2015 jumlah peningkatan timbulan
sampah di Indonesia telah mencapai 175.000 ton/hari atau setara 64 juta
ton/tahun. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan di beberapa kota di
Indonesia tahun 2012, pola pengelolaan sampah di Indonesia yaitu diangkut
dan ditimbun di TPA (69%), dikubur (10%), dibuat kompos dan didaur ulang
(7%), dibakar (5%), dan sisanya tidak terkelola (7%).

1
Penelitian Krisnawati, 2012 menyatakan bahwa sampah yang
dihasilkan mempunyai dampak bagi semua aspek kehidupan. Dampak dari
adanya sampah dapat mengganggu kesehatan. Sampah yang ditempatkan di
suatu kawasan atau tempat yang tidak memadai dapat dijadikan tempat
berkembangnya organisme pembawa penyakit (vektor penyakit), seperti
contoh timbulnya penyakit jamur, diare, kolera, demam berdarah. Selain itu
juga dapat menimbulkan penyakit taenia serta keracunan akibat adanya
sampah. Selain berbahaya bagi kesehatan, ternyata sampah juga dapat
menyebabkan pencemaran bagi lingkungan.

Dari segi jumlah dan jenis, sampah menjadi masalah yang semakin hari
semakin meningkat sejalan dengan jumlah penduduk, tingkat aktivitas, pola
kehidupan, tingkat sosial ekonomi, serta kemajuan teknologi yang semakin
bertambah. Salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan lingkungan hidup
yang sampai kini tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah
limbah plastik yang berbahaya dan sulit dikelola. Diperlukan waktu puluhan
bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas kantong plastik yang
banyak diminati oleh masyarakat itu benar-benar terurai. Limbah plastik yang
tidak bisa terurai oleh bakteri merupakan masalah yang serius bagi
pencemaran tanah. Alangkah baiknya jika limbah plastik tersebut dapat
digunakan lagi dengan mendaur ulang dan dijadikan produk baru. Manajemen
pengelolaan sampah yang ada saat ini belum berjalan efektif, masih banyak
masyarakat yang membuang sampah tanpa memperhatikan kategorinya.

Penanganan persampahan tidak terlepas dari upaya pembentukan


kebiasaan baik di tengah masyarakat. Kurangnya kepedulian masyarakat
dalam menjaga kebersihan lingkungan atau ketidak didsiplinan masyarakat
dalam mematuhi aturan – aturan yang telah ditetapkan. Seperti tidak
mematuhi jadwal pengumpulan sampah, malas meletakkan sampah di tempat
yang telah ditentukan, dengan alasan jauh lalu pada akhirnya sungai, lahan
kosong menjadi sasarnan kemalasan tersebut. Lalu pertanyaannya, apakah
seluruh masyarakat tidak menginginkan lingkungan tempat tinggal yang
bersih? Tentu tidak. Masyarakat mengelola sampah saat ini adalah dengan

2
sistem kumpul angkut buang karena memang inilah system pengelolaan
sampah yang ada.

Sistem kumpul angkut buang tidak serta merta menyelesaikan masalah,


justru menimbulkan masalah-masalah baru. Sampah diangkut dari rumah
warga, dikumpulkan di Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang telah
ditetapkan lokasinya.Namun tidak sedikit yang terjadi muncul TPS liar di
sudut kampung, di lahan kosong tak bertuan, bahkan berenang di sungai
hingga menyebabkan terganggunya ekosistem perairan. Dari TPS, sampah-
sampah yang transit tersebut juga menimbulkan masalah baru bahkan
sebelum tiba di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Muncul bau yang tak
sedap dan menyengat, aliran air lindi yang mengotori jalan, menjadi sumber
penyakit dan mengganggu habitat hewan lain dan merusak tatanan dan
estetika daerah di sekitarnya.

Berdasarkan data statistik persampahan domestik Indonesia tahun 2018


total timbunan sampah seluruh Indonesia mencapai 64 juta ton/tahun hanya
38 Juta ton/tahun sampah yang masuk ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
dari total jumlah penduduk 267 juta penduduk yang terlayani hanya 162 juta
penduduk atau sekitar 60 % (Statistik Persampahan Domestik Indonesia
tahun 2018). Permasalahan persampahan yang sudah mengemuka secara
nasional, secara umum didominasi oleh wilayah perkotaan yang memiliki
keterbatasan lahan TPA (Tempat Pembuangan Akhir)

Penanganan dan pengendalian akan menjadi semakin kompleks dan


rumit dengan semakin kompleksnya jenis maupun komposisi dari sampah
sejalan dengan semakin majunya kebudayaan. Komposisi sampah nasional
tahun 2018 menunjukkan bahwa komposisi sampah rata-rata adalah sampah
organik sekitar 55 % ( Data Pengelolaan Sampah Kementrian lingkungan
hidup dan kehutanan 2018). Perkembangan kota yang pesat menyababakan
bertambahnya jumlah penduduk kota. Salah satudampak akibat laju
pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya volume sampah yang
diproduksi (juli Soemirat Slamet, 2002).

3
Di dalam pengelolaan sampah Daerah, masalah utama kota atau
kabupaten di Indonesia adalah terbatasnya kemampuan pemerintah di daerah
dalam menghadapi masalah pengumpulan dan pembuangan sampah yang
terus meningkat. Dari total jumlah penduduk Indonesia yaitu 267 juta
penduduk yang terlayani hanya 162 juta penduduk atau sekitar 60 % (Statistik
Persampahan Domestik Indonesia tahun 2018). Pada umumnya hanya sedikit
sampah dapat dikumpulkan dan dibuang dengan cara yang benar sehingga
penanganan sampah di Indonesia sangat kurang dan diperkirakan akan
semakin memburuk pada masa mendatang akibat semakin bertambahnya
volume timbunan sampah dan juga keanekaragaman kandungan yang terdapat
di dalamnya ( Sudradjat, 2007).

Penanganan persampahan tidak terlepas dari upaya pembentukan


kebiasaan baik di tengah masyarakat. Kurangnya kepedulian dan pengetahuan
masyarakat dalam menjaga dan mengelola sampah

Di Nusa Tenggara Barat total sampah yang dihasilkan dari 10


kabupaten/kota yang ada di Nusa Tenggara Barat mencapai 3.388 ton per
hari. Dari jumlah itu sebanyak 631 ton yang sampai ke 10 Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) dan baru 51 ton yang didaur ulang. Sekitar 80
persen atau 2.695 ton sampah belum terkelola dengan baik,” (Badan Statistik
Provinsi NTB, 2018).

Di Nusa Tenggara Barat ada TPA Kebon Kongok seluas 8,41 hektare
untuk Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat, TPA Pengengat seluas
10 hektare di Lombok Tengah, TPA Ijo Balit dengan luas delapan hektare di
Lombok Timur, TPA Jugil seluas 8 hektare di Lombok Utara dan TPA Oi
Mbo seluas tujuh hektare di Kota Bima. (Badan Statistik Provinsi NTB,
2018).

Lombok Tengah berada di urutan kedua dengan produksi sampah 645


ton per hari dengan rincian sekitar 12 persen sampah masuk TPA dan 97
persen tidak terkelola.

4
Berdasarkan pengertian dari Ibu Rumah Tangga yaitu Wanita yang
bekerja menjalankan atau mengelola rumah keluarganya sehingga memiliki
peran utama dalam keluarga dan masyarakat untuk mendorong keberhasilan
penanganan masalah sampah rumah tangga akan tetapi pada kenyataannya
ibu rumah tangga khusunya di desa jago masih suka membuang sampah
sembarangan. Hal itu memicu munculnya tempat-tempat sampah di pinggir
jalan

Berdasarkan data yang didapatkan dari pemerintah Desa Jago terdapat


20 TPS yang tersebar di 20 Dusun dan rata-rata TPS tidak berfungsi dengan
maksimal karena tidak ada program pengangkutan sampah ke TPA sehingga
hanya menumpuk di TPS tanpa ada pengelolaan sampah.

Berdasarkan survey yg dilakukan oleh peneliti dari 15 Ibu rumah


tangga didapatkan hanya 5 Ibu rumah tangga yg mengerti tentang
pengelolaan sampah serta bahaya sampah dan 3 Ibu rumah tangga yg
memiliki tps rumah tangga dan sisanya 7 ibu rumah tangga tidak mengerti
tentang pengelolaan sampah serta bahaya sampah.

Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan


pengetahuan Ibu Rumah Tangga tentang Pengelolaan sampah dengan
ketersediaan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Desa Jago, Kec. Praya.
Kabupaten Lombok Tengah.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Kurangnya pengetahuan ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah
dan bahaya sampah di Desa Jago, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah.
2. Minimnya penyediaan TPS di masing-masing rumah tangga di Desa
Jago, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah.

C. RUMUSAN MASALAH

Apakah Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pengelolaan


sampah dengan ketersediaan tempat pembuangan sampah sementara di Desa
Jago, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah.

5
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara


Pengetahuan Ibu Rumah Tangga tentang Pengelolaan Sampah dengan
ketersediaan tempat pembuangan sampah sementara di Desa Jago, Kec.
Praya, Kab. Lombok Tengah”.

2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang
pengelolaan sampah di Desa Jago, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah.
2. Mengidentifikasi ketersediaan tempat pembuangan sampah sementara
di Desa Jago, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah.
3. Mengidentifikasi Hubungan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga
tentang pengelolaan sampah dengan ketersediaan tempat pembuangan
sampah sementara di Desa Jago, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah.

E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Bagi Ibu Rumah Tangga
Sebagai bahan tanggapan ibu rumah tangga mau terlibat dalam melakukan
pengelolaan sampah.
2. Manfaat Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak pemerintah, sebagai
bahan masukan dalam program kesehatan lingkungan.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta dalam berpikir dan
bertindak secara sistematik serta dalam upaya pengelolaan sampah.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SAMPAH

Menurut World Health Organization (WHO), sampah adalah sesuatu


yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang
dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya(Nani, 2019).

Menurut Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang


Pengolahan Sampah, menyatakan bahwa sampah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia atau dari proses alam yang berbentuk padat.

Menurut Azwar (2002), yang dimaksud dengan sampah adalah


sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang
harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan
manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena kotoran
manusia (human waste) tidak termasuk kedalamnya dan umumnya bersifat
padat (karena air bekas tidak termasuk didalamnya).

Manik (2003), mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak


digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh
kegiatan manusia. Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang
sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah
digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang.Para ahli
kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu
yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi
dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003:45).

7
Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia
yang dibuang karena sudah tidak berguna dan dibuang disebut sampah.
Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut :

1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat.


2. Adanya hubungan langsung atau tidak langsung dengan manusia
3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi
4. Sampah Plastik

Plastik adalah polimer hidrokarbon rantai panjang yang terdiri atas


jutaan monomer yangsaling berikatan dan tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme (Trisunaryanti, 2018).

Menurut Mujiarto (2005), Plastik adalah bahan sintesis dari hasil


polimerisasi (polycondensation) berbagai macam monomer (stirena, vinil
klorida butadiene dan akrilonitril). Polimer plastik merupakan material yang
sangat stabil sehingga akan tetap berada dalam kondisi utuh sebagai
polimer dalam jangka waktu yang lama (Honhenblum et al. 2015).

Dengan kata lain, material plastik yang masuk ke lingkungan sebagai


limbah plastik tidak akan terurai dalam waktu dekat. Jika limbah tersebut
masuk ke sungai, maka ia akan terbawa arus sampai ke laut. Sungai
dipandang sebagai kontributor utama plastik dan mikroplastik ke laut
(Moore et al. 2004).

Menurut Waste management information (2004), Sampah plastik


adalah jenis plastik bekas pakai yang sulit diuraikan oleh tanah. Jika
membuang sampah plastik hari ini maka hingga 80 tahun belum terurai.
Plastik merupakan bahan organik yang mempunyai kemampuan untuk
dibentuk ke berbagai bentuk, apabila terpapar panas dan tekanan. Plastik
dapat berbentuk batangan, lembaran, atau blok, bila dalam bentuk produk
dapat berupa botol, pembungkus makanan, pipa, peralatan makan, dan lain-
lain. Komposisi dan material plastik adalah polymer dan zat additive
lainnya. Polymer tersusun dari monomer-monomer yang terikat oleh rantai
ikatan kimia.

8
B. SUMBER DAN JENIS SAMPAH
1. Sumber-Sumber Sampah

Sampah dapat digolongkan berdasar sumber sampah yaitu :

1. Rumah tangga, umumnya terdiri dari sampah organik dan


anorganik, yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga.
Misalnya dari buangan dapur, taman, debu, dan alat-alat rumah
tangga

2. Daerah komersial, yaitu sampah yang dihasilkan dari


pertokoan, restoran, pasar, perkantoran, hotel, dan lain-lain,
biasanya terdiri dari bahan pembungkus sisa-sisa makanan,
kertas, dan lain sebagainya.

3. Sampah institusi, berasal dari sekolah, rumah sakit, dan pusat


pemerintahan.

4. Sampah industri, berasal dari proses produksi indutri, dari


pengolahan bahan baku hingga hasil produksi.

5. Sampah dari fasilitas umum, berasal dari taman umum, pantai


atau tempat rekreasi

6. Sampah dari sisa-sisa konstruksi bangunan yaitu, sampah yang


berasal dari sisa-sisa pembuatan gedung, perbaikan,
pembongkaran jalan, jembatan, dan lain-lain

7. Sampah dari hasil pengelolaan air buangan dan sisa-sisa


pembuangan dari incinerator.

Sampah pertanian berasal dari sisa-sisa pertanian yang tidak dapat


dimanfaatkan lagi (Damanhuri, 2010).
2. Jenis Sampah

Jenis sampah disekitar sangat banyak mulai dari sampah medis,


sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah industri, sampah pertanian,
sampah peternakan dan masih banyak lainnya. Menurut Sucipto (2012),

9
jenis-jenis sampah berdasarkan zat kimia yang terkandungdi dalamnya
dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Sampah Organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia,
hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi
menjadi sampah organik basah dan sampah organik kering.
Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai
kandungan air yang cukup tinggi seperti kulit buah dan sisa
sayuran. Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering
adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil seperti
kertas, kayu atau ranting pohon dan dedaunan kering.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup.
Sampah ini berasal dari bahan yang bisa diperbaharui dan bahan
yang berbahaya serta beracun. Jenis yang termasuk ke dalam
kategori bisa didaur ulang (recycle) ini misalnya bahan yang
terbuat dari plastik atau logam. Sampah kering non logam (gelas
kaca, botol kaca, kain, kayu, dll) dan juga sampah lembut yaitu
seperti sebu dan abu.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH SAMPAH

Menurut Chandra (2006) dalam Hilly (2020), faktor-faktor yang


mempengaruhijumlah sampah yaitu:

1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan
penduduk. Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk
karena tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang.
Semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah yang dihasilkan
semakin banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan, perdagangan,
industri, dan sebagainya.
2. Sistem Pengumpulan atau Pembuangan Sampah yang Dipakai.

10
Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih
lambat jika dibandingkan dengan truk.
3. Pengambilan Bahan-Bahan yang Ada Pada Sampah untuk Dipakai
Kembali
Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai
ekonomi bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi
oleh keadaan, jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit.
4. Faktor Geografis
Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan,
pantai, atau dataran rendah.
5. Faktor Waktu
Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan.
Jumlah sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah
sampah pada siang hari lebih banyak daripada jumlah di pagi hari,
sedangkan sampah di daerah perdesaan tidak begitu bergantung pada
faktor waktu.
6. Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya
Contoh, adat istiadat dan tafar hidup hidup dan mental masyarakat.
7. Faktor Musim.
Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada
selokan pintu air, atau penyaringan air limbah.
8. Kebiasaan Masyarakat
Contoh jika seseorang suka mengkonsumsi satu jenis
makanan atau tanaman sampah makanan itu akan meningkat.
9. Kemajuan Teknologi
Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat.
Contoh plastik, kardus, rongsokan AC, TV, kulkas, dan sebagainya.
10. Jenis Sampah
Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin
kompleks pula macam dan jenis sampahnya.
D. PENGARUH SAMPAH TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEHATAN

11
Menurut Chandra (2006) dalam Hilly (2020), pengelolaan sampah di
suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan
daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan negatif antar
lain:

1. Pengaruh yang Baik (Positif)

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan


pengaruh yang positifterhadap masyarakat dan lingkungan, seperti:

1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan


semacam rawa- rawa dan dataran rendah.
2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah
menjalani proses pengolahan yang telah ditentukan lebih
dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut
terhadap ternak.
4. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangmya tempat
untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerat.
5. Menurunkan insiden kasus penyakit menular yang erat
hubungannya dengan sampah.
6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan
kegairahan hidup masyarakat.
7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan
budaya masyarakat.
8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat
pengeluaran dana kesehatan suatu negara sehingga dana
dapat digunakan untuk keperluan lain.
2. Pengaruh Negatif

Menurut Chandra (2007) dalam Hilly (2020), pengelolaan


sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi
kesehatan dan lingkungan maupun bagi kehidupan sosial ekonomi
dan budaya masyarakat, seperti :

12
a. Pengaruh terhadap Kesehatan
1) Pengaruh sampah yang kurang baik akan menjadikan
sampah sebagai tempat perkembangan biakan vektor
penyakit, seperti lalat, tikus dan lalat.
2) Insidensi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
akan meningkat karena vektor penyakit hidup dan
berkembang biak dalam sampah kaleng bekas yang
berisi air.
3) Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara
sembarangan misalnya luka akibat benda tajam seperti
besi, kaca dan sebagainya.
4) Gangguan psikosomatis misalnya sesak napas, insomnia,
stres dan lain-lain.
b. Pengaruh terhadap Lingkungan
1) Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang
mata.
2) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan
menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau
busuk.
3) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran
udara dan bahaya kebakaran yang lebih luas.
4) Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air
akan menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air
dangkal.
5) Apabila musim hujan, sampah yang menumpuk dapat
menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran
pada sumber air permukaan atau sumur dangkal.
6) Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada
fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan dan saluran
air.
c. Terhadap Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat.

13
1) Sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan
sosial budaya masyarakat setempat.
2) Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok,
akan menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis)
untuk berkunjung ke daerah tersebut.
3) Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara
penduduk setempat dan pihak pengelolah.
4) Angka kasus kesakitan meningkat dan mengurangi
hari kerja sehingga produktivitas masyarakat menurun.
5) Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan
dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain
berkurang.
6) Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat
penurunan jumlah wisatawan yang diikuti dengan
penurunan penghasilan masyarakat setempat.
7) Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga
mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai
ekonomis.
8) Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan
kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat
kegiatan transportasi barang dan jasa.
E. PENGELOLAAN SAMPAH

Menurut Notoatmodjo (2007), Pengelolaan sampah adalah meliputi


pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan
sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan
masyarakat dan lingkungan hidup.

Menurut Undang-Undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan


sampah dibagi menjadi dua kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu:

1. Pengurangan Sampah (Waste Minimization)

UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengeloaan Sampah


menekankan bahwa prioritas utama yang harus dilakukan semua

14
pihak adalah bagaimana agar mengurangi sampah semaksimal
mungkin. Bagian sampah atau residu dari kegiatan pengurangan
sampah yang masih tersisa selanjutnya dilakukan pengolahan
(treatment) maupun pengurangan (landfilling).

Pengurangan sampah melalui 3R menurut UU Nomor 18


Tahun 2008 tentang Pengeloaan Sampah meliputi :

a. Pembatasan (reduce): mengupayakan agar limbah yang


dihasilkan sedikit mungkin.
b. Guna-ulang (reuse): bila limbah akhirnya terbentuk, maka
upayakan manfaatkan limbah tersebut secara langsung.
c. Daur-ulang (recycle): residu atau limbah yang tersisa atau tidak
dapat dimanfaatka secara langsung, kemudian diproses atau
diolah untuk dapat dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku
maupun sebagai sumber energi.

Ketiga prinsip tersebut merupakan dasar utama dalam


pengelolaan sampah dengan sasaran utama untuk minimasi
limbah yang harus dikelola dengan berbagai upaya agar limbah
yang akan dilepas ke lingkungan menjadi sesedikit mungkin dan
dengan tingkat bahaya sesedikit mungkin baik melalui tahapan
pengolahan maupun melalui tahapan pengurangan lebih dahulu
(Damanhuri dan Padmi, 2010).

2. Penanganan Sampah (Waste Handling),


Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari:
a. Pemilahan: pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.
b. Pengumpulan: pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau
tempat pengolahan sampah terpadu.
c. Pengangkutan: membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir.

15
d. Pengolahan : mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah
e. Pemrosesan akhir sampah: pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara
aman.

F. PENGETAHUAN

Menurut Notoatmodjo (2011) dalam Rahmadani (2017), pengetahuan


adalah hasil “tahu”, ini setelah orang melakukanpengindraan terhadap sesuatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalauipanca indra manusia, yakni :
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasadan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Tujuan dari domain ini ditekankan tentang pengetahuan dalam hubungan


pengembangan intelektual dan keterampilan yang terdiri dari 6 tingkata
yaitu:

1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2. Memahami
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, yang
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisis
Analisis atau kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis

16
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melaksanakan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintasis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
austifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian- penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditemukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada ( Notoatmodjo,
2003).

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi


oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun


orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas
pengetahuan seseorang

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.


Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa


adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bias
mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya
positif maupun negatif.

4. Sumber Informasi

17
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio televisi,
majalah, koran, dan buku.

5. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat


mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang
terhadap pengelolaan sampah.

6. Umur

Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama


hidup:

a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi


yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan
sehingga menambah pengetahuannya.
b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang
sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun
mental.

18
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

informasi
Variabel independen
Umur Tingkat pengetahuan ibu tentang
pengelolaan sampah
Pengalaman

Sikap

Prilaku
Variabel Dependen
Sosial Ketersediaan tempat pembuangan
sampah sementara

Ekonomi

Budaya

Geografs

Diskriptif

19
Ketersediaan tempat pembuangan sampah dirumah tidak hanya diartikan
penyediaan bak sampah akan tetapi melakukan pengelolaan sampah seperti
pemisahan jenis sampah organic atau an organic dan pada kenyataannya ibu
rumah tangga tidak semua menyediakan bak sampah termasuk melakukan
pemisahan jenis sampah. hal ini terjadi atas beberapa faktor Antara lain
perilaku, sikap, social, ekonomi, budaya dan keadaan geografis dilingkungan
sekitar

Keterangan:
Yang di teliti

Yang di teliti

Stimulasi

B. Hipotesis Penelitian

Dari kerangka konsep di atas dirumuskan hipotesis penelitian sebagai


berikut :Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang
pengelolaan sampah dengan ketersediaan TPS di desa jago kecamatan
praya

Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian

Sumber: Notoatmojo (2010)

20
BAB IV

METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Analitik Observasional dengan pendekatan


cross secsional dmana data yang menyangkut variabel tingkat pengetahuan
dengan ketersediaan tempat pembuangan sampah sementara akan
dikumpulkan dalam waktu bersamaan

2. Populasi Dan Sampel


1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga di Desa
Jago Kec. Praya. Jumlah Populasi 2115 Rumah
2. Sampel penelitian
Sampel penelitian ini adalah sebagian yang diambil dari seluruh
populasi objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi yang
diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang
biasanya membuang sampah sehari-hari.
3. Besar sampel
Besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
rumus slovin :

21
n=
1 + N (e)2
Keterangan

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengamblan sampel


yang masih bisa di toleril., e: (0,1)

2115
n=
1 + 2115 (0,1)2

2115
n=
22.1
n = 95

Jadi jumlah sampel yang diambil sebanyak 95 ibu rumah


tangga. Kemudian dilakukan penentuan jumlah sampel pada
masing-masing dusun dengan menentukan proporsinya. Jumlah
sampel ibu rumah tangga di setiap dusun didapatkan dengan rumus:

Ni
ni = X n
N

70
a. Moja ni = x 95 = 3
2115

126
b. jago daye ni = x 95 = 6
2115

118
95 = 5

22
c. jago lauk ni = x
2115

99
d. repok incing ni = x 95 = 5
2115

95
e. panti ni = x 95 = 4
2115

115
f. telage waru ni = x 95 = 5
2115

113
g. bunsalak ni = x 95 = 5
2115

90
h. bundua ni = x 95 = 4
2115

94
i. jago johar ni = x 95 = 4
2115

125
j. aikja 1 ni = x 95 = 6
2115

108
k. Lendang tebau ni = x 95 = 5
2115

118
l. Jago timuk ni = x 95 = 5x
2115
90
m. Aikja 2 ni = x 95 = 4
2115
94
95 = 4

23
n. Bebie balat ni = x
2115

99
o. Karang Lebah ni = x 95 = 4
2115

128
p. Bunsalak 1 ni = x 95 = 6
2115

113
q. Bunsalak 2 ni = x 95 = 5
2115

106
r. 1Bunsalak 3 ni = x 95 = 5
2115

108
s. Jago Timuk ni = x 95 = 5
2115
\ 106
t. Numpeng ni = x 95 = 5
2115

4. Responden

Ibu rumah tangga yang menjadi sampel responden

5. Lokasi dan waktu penelitian


a. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Jago, Kec. Praya, Kab. Lombok
Tengah
b. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret 2023
6. Definisi dan operasional variable
a. Variabel Penelitian

24
1) Variabel Independen: Tingkat pengetahuan tentang pengelolaan
sampah
2) Variabel dependen: ketersediaan sampah

b. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini terhadap variabel
independen dan dependen seperti pada tabel berikut :
Tabel 3.2.

No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur


Independen Operasional

1 Pengetahuann Persepsi ibu Wawan cara  Baik apabila skor Ordinal


ibu tentang rumah tangga jika jawab 80% -100%
pengelolaan tentang benar skor 1  Cukup apabila
sampah sampah, jenis jika jawab skor 60% -79 %
sampah salah skor 0  Kurang apabila
skor 0-59%

Variabel
Dependen

2 Ketersediaan Penyediaan Wawancara  Ya apabila ibu Nominal


tempat tempat menyediakan
pembuangan pembuangan tempat sampah
sampah sampah dan melakukan
sementara pemisahan jenis

25
baik dalam samah organic
pengelolaan dan an organik
seperti  Tidak apabila ibu
pemisahan tidak
jenis sampah menyediakan
tempat sampah
atau tidak
melakukan
emisahan jenis
sampah (organic
dan an organic)

7. Tehnik dan instrument data


a. Tehnik pengumpulan data
1) Data primer
Data primer diperoleh lansung dari responden, dikumpulkan
melalui wawancara yang dilakukan dengan tanya jawab dengan
responden dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan
wawancara. Adapun data yang diperoleh berupa karakteristik
responden tingkat pengetahuan dan ketersediaan TPS.
2) Data sekunder
Digunakan sebagai data penunjang atau pelengkap data
primer yang ada relefansinya dengan keperluan penelitian. Data
sekunder diperoleh dari buku, makalah, laporan, jurnal, dan
refrensi-refrensi yang lain yang berkaitan dengan tema penelitian.
Adapun data yang diperoleh dari badan statistic provinsi NTB
tahun 2018 dan catatan monografi di kantor desa jago dan wawan
cara dengan kepala desa, kadus dan RT setempat
b. Tehnik pengambilan data
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah :
1) Observasi.
Observasi adalah suatu hasil pembuatan pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat
indera (Suharsimi Arikunto, 2002). Dalam penelitian ini,

26
observasi digunakan untuk melihat secara angsung
pengelolaan sampah dan mendapatkan data sekunder.
Menurut Eko Budiarto (2001:5) data sekunder adalah bila
pengumpulan data yang dinginkan diperoleh dari orang lain
dan tidak dilakukan oleh penelit sendiri. Data sekunder
dalam penelitian ini diperoleh Dari pemerintah desa jago..
2) Wawancara
Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara yang digunakan peneliti untuk menilai
keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang
variabel latar belakang, pendidikan, perhatian sikap terhadap
sesuatu (Suharsimi Arikunto, 2002:132).
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data primer dengan
menggunakan kuesioner guna mengetahui hasilnya.
c. Instrument data

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah


kuesioner untuk variable pengetahuan terdapat 20 pertanyaan
indikatornya meliputi pengertian sampah, jenis-jenis sampah,
pengaruh sampah terhadap Kesehatan dan cara pengelolaan
sampah. Selanjut dalam setiap butir pertanyaan disediakan dua
alternatif jawaban yaitu benar dan salah. Jika menjawab jawaban
benar diberi nilai 1 dan jika jawaban salah diberi nilai 0.

8. Prosedur Penelitian
a. Pembuatan surat permohonan ijin penelitian
b. Membuat inform consent kepada responden
c. Membuat kuisioner, editing kuisioner,dan penetapan
d. Pembagian kuisioner pada
e. responden
f. Pengumpulan data berdasarkan kriteria
g. Mengolah data
h. Analisis data, menghitung hubungan dengan SPSS
i. Pembahasan

27
3. Tehnik Analisis Data

Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti maka


analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian. Data yang
terkumpul akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan bantuan program
komputer SPSS versi 12.

1. Proses pengolahan data meliputi:


a. Editing
Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit. Hal ini dilakukan
untuk memperbaiki kualitas data serta menghilangkan keraguan data
melalui wawancara. Apabila ada kekurangan atau ketidaksesuaian
dapat segera dilengkapi dan disempurnakan.
b. Koding
Mengkode data dengan memberi kode pada masing-masing jawaban
untuk mempermudah pengolahan data.
c. Tabulating
Tabulasi dilakukan pada data yang telah terkumpul, disusun
berdasarkan variabel yang diteliti.
d. Entry
Adalah kegiatan memasukkan data yang telah didapat kedalam
program komputer untuk selanjutnya akan diolah.
4. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah


menganalis data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik
sebagai berikut:

a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan tiap-tiap
variabel. Didalam penelitian ini analisis digunakan untuk
mendiskripsikan variabel tingkat pengetahuan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
b. Analisis Bivariat

28
Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan dan
membuktikan hipotesis antar variabel. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu analisis bivariat yang dilakukkan terhadap
dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Pengujian
statistik yang digunakan yaitu dengan Chi Square (X2) dengan
bantuan komputer SPSS 12.0 For Windows . Apabila dengan Chi
Square tidak memenuhi, maka dianalisis dengan bantuan komputer
SPSS 12.0 For Windows. Sedangkan untuk mengetahui besarnya
hubungan antar variabel bebas dan terikat, maka dipakai koefisien
korelasi (Sugiyono, 2007)

Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel


bebas dan terikat, digunakan kriteria dengan menggunakan
koefisien korelasi (Sugiyono, 2007:231) yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.1 Kriteria Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat kuat

29
Lampiran 1

KUESIONER

”HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG


PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN PENYEDIAAN TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH
SEMENTARA DI DESA JAGO KECAMATAN PRAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Nomor Responden :

Tanggal Penelitian :

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama :
2. Nama KK :
3. Tgl Lahir/ Umur :
4. Alamat :
5. Pendidikan Terakhir :
B. PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
Petunjuk pengisian
Beri tanda (X) pada jawaban yang anda anggap benar
1. Sampah adalah:
a. Bahan buangan yang sudah tidak dipakai dalam bentuk padat.
b. Suatu benda yang memiliki nilai ekonomis.
c. Suatu benda yang masih digunakan.
2. Sifat-sifat sampah seperti buah-buahan dan sayur-sayuran adalah:

30
a. Mudah terbakar.
b. Mudah membusuk.
c. Tidak mudah membusuk.
3. Contoh sampah yang mudah membusuk ialah:
a. Sisa makanan dan sisa sayuran
b. Sisa sayuran dan kertas
c. Sisa nasi dan plastik
4. Contoh sampah yang tidak mudah membusuk ialah:
a. Sisa sayuran, sisa nasi dan kaleng bekas.
b. plastik, daun-daunan dan kertas.
c. Plastik, botol kaca dan paku bekas.

5. Contoh sampah yang mudah terbakar adalah:


a. Sisa nasi, kaca dan kayu .
b. Kertas, plastik dan kardus.
c. kertas, kardus dan sisa buah.
6. Bianatang yang biasanya berkembang biak di sampah adalah:
a. Lalat, kecoa dan nyamuk.
b. Belalang, nyamuk dan tikus.
c. Ular, tikus dan nyamuk.
7. Binatang yang menjadi vektor penyakit akibat sampah adalah:
a. Nyamuk, tikus dan ular
b. Ular, nyamuk dan capung.
c. Lalat, nyamuk dan kecoa.
8. Pengaruh sampah terhadap kesehatan adalah:
a. Mencemari alam sekitar.
b. Menyebabkan penyakit diare.
c. Menimbulkan banjir.
9. Contoh penyakit akibat sampah adalah:
a. Tipes, diare dan penyakit kulit.
b. Kaki gajah, flu dan cacingan.
c. Flu burung, cacingan dan diare.

31
10. Cara yang tepat mengelola sampah yang mudah membusuk seperti sisa sayuran
adalah:
a. Dijadikan kompos.
b. Dibuang kesungai.
c. Dibuang begitu saja diatas tanah.
11. Cara yang tepat mengelola sampah tidak mudah membusuk seperti kertas dan
kardus adalah:
a. Dijadikan kompos.
b. Dijadikan makanan ternak.
c. Daur ulang menjadi barang baru.

12. Pengaruh sampah terhadap lingkungan adalah:

a. Gatal-gatal

b. Penyakit diare

c. Mencemari alam

13. Syarat tempat pembuangan akhir sampah yang baik adalah:

a. Dibangun dekat dengan rumah.

b. Dibangun dekat dengan sungai.

c. Jangan dibangun dekat sumber air minum.

14. Syarat tempat sampah yang baik adalah:

a. Tidak terdapat penutup.

b. Mudah dihinggapi lalat.

c. Mudah dibersikan.

15. Sebelum sampah dibuang hendaknya:


a. Dipisahkan antara sampah yang mudah membusuk dan tidak mudah
membusuk.

32
b. Dipisahkan antara sampah kertas dan plastik.
c. Dipisahkan antara sampah sayuran dan sampah buah-buahan.
16. Cara yang tepat dalam membuang sampah adalah
a. Membakar dengan tungku pembakaran (inceneration)
b. Ditimbun begitu saja diatas tanah
c. Dibuang ke sungai
17. Pemisahan sampah dilakukan pada saat:
a. Sampah sudah dibuang.
b. Sebelum sampah dibuang.
c. Ketika sampah sudah berada di TPA (tempat pembuangan akhir)
18. Sampah yang dapat didaur ulang adalah:
a. Sisa sayuran, kaca dan kaleng.
b. Sisa buah-buahan, sisa nasi dan plastik.
c. Kertas, kaleng bekas dan kardus.
19. Sampah yang dapat dijadikan kompos adalah:
a. Plastik, kayu dan kaleng.
b. Sisa sayuran, daun-daunan dan sisa buah-buahan.
c. Kertas, plastik dan sisa nasi.

33
Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI
PENYEDIAAN TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH SEMENTAR
1. Nama :
2. Nomer Responden :
3. Alamat :
Petunjuk pengisian
Beri tanda (√) pada jawaban

No Pembuangan Sampah Jawaban

ya tidak

1 Tersedia tempat pembuangan sampah sementara


rumah tangga

2 Melakukan pemisahan jenis sampah organic dan nor


organik

34
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran umum lokasi penelitian
Desa jago adalah sebuah Desa yang terletak di Kecamatan Praya,
dengan luas wilayah sekitar 753 Ha dengan penggunaan lahan
pemukiman 200 Ha, Perkantoran 0,25 Ha, lapangan olahraga 0,25
Ha, Sawah 475 Ha.
Desa Jago terdiri dari 20 Dusun dengan jumlah penduduk 10.790
Jiwa, yang terdiri dari Laki-laki 5156 dan Perempuan 5634 Jiwa
dengan jumlah Kepala keluarga 2600. Penduduk Desa Jago rata
bersuku Sasak
Hipologi Desa ini secara umum adalah Persawahan dan perkebunan,
dimana mata pencaharian terbesar penduduknya karyawan dan petani
Adapun batas wilayah Desa Jago sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pgutan
b. Sebelah timur berbatasan dengan desa Aik Mual
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Renteng
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Barejulat dan Desa
Gemel

35
2. Hasil analisis univariat
Anlisi univariat bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi dari
masing-masing fariabel penelitian yang meliputi pariabel tingkat
pengetahuan ibu rumah tangga desa jago tentang pengelolaan sampah
a. Pengetahuan responden
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan
mengunakan kuesioner tentang tingkat pengetahuan
responden tentang pengelolaan sampah adalah sebagai
berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan Responden

Pengetahuan Total
Responden
Frekuensi (orang) Prosentase (%)

Baik 23 24.2

Cukup 35 36.8

Kurang 37 38.9

Jumlah 95 100.0

Sumber: Data Penelitian


Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa responden yang
memiliki pengetahuan baik sebanyak 23 orang (24.2%), yang
memiliki pengetahuan cukup sebanyak 35 orang (36.8%), dan yang
memiliki pengetahuan kurang sebanyak 37 orang (38.9%)

b. Penyediaan tempat sampah

36
Hasil penelitian dengan menggunakan lembar observasi di
setiap responden yang diteliti
c. Tabel 4.3 Distribusi Penyediaan tempat sampah

Penyediaan Total
Tempat Sampah
Frekuensi (orang) Prosentase (%)

Ada 25 26.3

Tidak Ada 70 73.7

Jumlah 95 100.0

Sumber: Data Penelitian


Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang
menyediakan tempat sampah dirumah 25 orang (26.3%), dan
yang tidak ada bak sampah 70 orang (73.7%)

3. Hasil analisis bivariat


a. Hubungan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang
pengelolaan sampah terhadap ketersediaan tempat sampah
sementara

Dibawah ini dapat dilihat hubungan pengetahuan ibu rumah


tangga tentang pengelolaan sampah dengan ketersediaan
tempat pembuangan sampah sementara di Desa Jago
Kecamatan praya

Tabel 4.6 Hubungan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang pengelolaan
sampah terhadap ketersediaan tempat sampah sementara

Pengetahu Penyediaan tempat sampah α p


an value
Ada Tidak ada total

f % f % f %

Baik 19 20.0% 4 4.2% 23 24,2%

37
0.005 0.001

Cukup 6 6.3% 29 30.5% 35 36.8%

Kurang 0 0.00% 37 38.9% 37 38.9%

Total 25 26.3% 70 73.7% 95 100%

Sumber: Data Penelitian

Dari hasil wawancara didapatkan bahwa ibu rumah tangga yang memiliki
tempat pembuangan sampah sementara lebih banyak pada responden yang
memiliki tingkat pengetahuan baik (19 0rang ) disbanding responden yang
memiliki tingkat pengetahuan cukup 6 orang dan yang memiliki pengetahuan
kurang 0.

Berdasarkan hasi uji chi square di peroleh p Value 0,001 dengan α 0,005
menunjukkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu rumah
tangga tentang pengelolaan sampah dengan ketersediaan tempat pembuangan
sampah sementara

B. Pembahasan
Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang
pengelolaan sampah dengan ketersedian tempat pembuangan sampah
sementara di Desa Jago Kecamatan Praya
Hasil analisis bivariat yang dilakukan pada 95 responden didapatkan
sebanyak 37 responden memiliki tingkat pengetahuan kurang, responden
yang memiliki tingkat pengetahuan cukup 35 orang dan responden yang
memiliki tingkat pengetahuan baik 23 orang dan persentase yangh
memiliki tempat pembuangan sampah sementara lebih banyak didapatkan
pada ibu rumah tangga yang memiliki tingkat pengetahuan baik(20,0%),
yangmemiliki tingkat pengetahuan cukup (6,3%) dan yang memiliki
tingkat pengetahuan kurang tidak ada yang menyediakan tempat
pembuangan sampah sementara (0%). Nilai p value kurang dari alpha
yaitu 0,001 < 0,005 yang berarti semakin kurangnya tingkat pengetahuan

38
ibu rumah tangga semakin rendah keinginan atau kesadara ibu rumah
tangga dalam menyediakan tempat pembuangan sampah sementara
Banyaknya pengetahuan rendah ibu rumah tangga di desa jago
disebabkan oleh factor Pendidikan.karena masyarakat yang
berpendidikan rendah lebih banyak sebab semakin redah jenjang
pendiidkan seseorang maka pengetahuan yang mereka miliki lebih rendah
Penelitian yang dilakukan Mutiara (2016) menyatakan bahwa
pengetahuan manusia dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun
pengalaman pribadi, hal ini diartikan bahwa pada tingkat pendidikan
dengan jenjang tinggi maka pengetahuan mengenai pengelolaan sampah
akan lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2010)
yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti pendidikan, informasi dan budaya. Selain itu
juga diperkuat oleh Slamet (2010) bahwa dari aspek pendidikan,
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka ia akan lebih mudah
dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk
menyelesaikan hal-hal baru tersebut.
Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah rumah
tangga dipengaruhi oleh seberapa banyak informasi tentang cara dan
manfaat mengelola sampah yang diperoleh. Sebagian besar masyarakat
di Desa jago kurang mendapat informasi baik berupa sosialisasi maupun
penyuluhan tentang pengelolaan sampah yang baik dan ramah
lingkungan, sehingga pengetahuan masyarakat tentang cara dan manfaat
melakukan pengelolaan sampah pun juga sangat kurang.

39
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat diambil beberapa kesimpulan,
yaitu:
1. Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu rumah tangga desa jago tentang
pengelolaan sampah adalah kurang sebesar 37 orang.
2. Sebagian besar ibu rumah tangga Desa jago tidak menyediakan tempat
sampah dari 95 responden yang menyediakan TPS hanya 25 responden
(26,3%)
3. Terdapat hubungan yang bermakna tingkat pengetahuan ibu rumah tangga
tentang pengelolaan sampah dengan penyedian tempat sampah sementra
dengan nilai p value 0,001
B. Saran

Adapun saran yang diajukan berkaitan dengan penelitian ini diantaranya:

40
1. Bagi pengurus RT,RW dan desa Yakni memberikan masukan agar mengadakan
sosialisa atau penyuluhan tentang bagaimana cara pengelolaan sampah yang
baik dan benar .
2. Kepada petugas kesehatan dan kebersihan setempat Yakni memberikan
masukan yang berguna dalam pengelolaan sampah serta sebagai bahan dalam
pengawasan lingkungan pemukiman dan perencanaan sistem pengelolaan
sampah setempat yang lebih baik.

41

Anda mungkin juga menyukai