LATAR BELAKANG
A. LATAR BELAKANG
1
Penelitian Krisnawati, 2012 menyatakan bahwa sampah yang
dihasilkan mempunyai dampak bagi semua aspek kehidupan. Dampak dari
adanya sampah dapat mengganggu kesehatan. Sampah yang ditempatkan di
suatu kawasan atau tempat yang tidak memadai dapat dijadikan tempat
berkembangnya organisme pembawa penyakit (vektor penyakit), seperti
contoh timbulnya penyakit jamur, diare, kolera, demam berdarah. Selain itu
juga dapat menimbulkan penyakit taenia serta keracunan akibat adanya
sampah. Selain berbahaya bagi kesehatan, ternyata sampah juga dapat
menyebabkan pencemaran bagi lingkungan.
Dari segi jumlah dan jenis, sampah menjadi masalah yang semakin hari
semakin meningkat sejalan dengan jumlah penduduk, tingkat aktivitas, pola
kehidupan, tingkat sosial ekonomi, serta kemajuan teknologi yang semakin
bertambah. Salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan lingkungan hidup
yang sampai kini tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah
limbah plastik yang berbahaya dan sulit dikelola. Diperlukan waktu puluhan
bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas kantong plastik yang
banyak diminati oleh masyarakat itu benar-benar terurai. Limbah plastik yang
tidak bisa terurai oleh bakteri merupakan masalah yang serius bagi
pencemaran tanah. Alangkah baiknya jika limbah plastik tersebut dapat
digunakan lagi dengan mendaur ulang dan dijadikan produk baru. Manajemen
pengelolaan sampah yang ada saat ini belum berjalan efektif, masih banyak
masyarakat yang membuang sampah tanpa memperhatikan kategorinya.
2
sistem kumpul angkut buang karena memang inilah system pengelolaan
sampah yang ada.
3
Di dalam pengelolaan sampah Daerah, masalah utama kota atau
kabupaten di Indonesia adalah terbatasnya kemampuan pemerintah di daerah
dalam menghadapi masalah pengumpulan dan pembuangan sampah yang
terus meningkat. Dari total jumlah penduduk Indonesia yaitu 267 juta
penduduk yang terlayani hanya 162 juta penduduk atau sekitar 60 % (Statistik
Persampahan Domestik Indonesia tahun 2018). Pada umumnya hanya sedikit
sampah dapat dikumpulkan dan dibuang dengan cara yang benar sehingga
penanganan sampah di Indonesia sangat kurang dan diperkirakan akan
semakin memburuk pada masa mendatang akibat semakin bertambahnya
volume timbunan sampah dan juga keanekaragaman kandungan yang terdapat
di dalamnya ( Sudradjat, 2007).
Di Nusa Tenggara Barat ada TPA Kebon Kongok seluas 8,41 hektare
untuk Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat, TPA Pengengat seluas
10 hektare di Lombok Tengah, TPA Ijo Balit dengan luas delapan hektare di
Lombok Timur, TPA Jugil seluas 8 hektare di Lombok Utara dan TPA Oi
Mbo seluas tujuh hektare di Kota Bima. (Badan Statistik Provinsi NTB,
2018).
4
Berdasarkan pengertian dari Ibu Rumah Tangga yaitu Wanita yang
bekerja menjalankan atau mengelola rumah keluarganya sehingga memiliki
peran utama dalam keluarga dan masyarakat untuk mendorong keberhasilan
penanganan masalah sampah rumah tangga akan tetapi pada kenyataannya
ibu rumah tangga khusunya di desa jago masih suka membuang sampah
sembarangan. Hal itu memicu munculnya tempat-tempat sampah di pinggir
jalan
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Kurangnya pengetahuan ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah
dan bahaya sampah di Desa Jago, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah.
2. Minimnya penyediaan TPS di masing-masing rumah tangga di Desa
Jago, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah.
C. RUMUSAN MASALAH
5
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang
pengelolaan sampah di Desa Jago, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah.
2. Mengidentifikasi ketersediaan tempat pembuangan sampah sementara
di Desa Jago, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah.
3. Mengidentifikasi Hubungan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga
tentang pengelolaan sampah dengan ketersediaan tempat pembuangan
sampah sementara di Desa Jago, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Bagi Ibu Rumah Tangga
Sebagai bahan tanggapan ibu rumah tangga mau terlibat dalam melakukan
pengelolaan sampah.
2. Manfaat Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak pemerintah, sebagai
bahan masukan dalam program kesehatan lingkungan.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta dalam berpikir dan
bertindak secara sistematik serta dalam upaya pengelolaan sampah.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SAMPAH
7
Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia
yang dibuang karena sudah tidak berguna dan dibuang disebut sampah.
Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut :
8
B. SUMBER DAN JENIS SAMPAH
1. Sumber-Sumber Sampah
9
jenis-jenis sampah berdasarkan zat kimia yang terkandungdi dalamnya
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Sampah Organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia,
hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi
menjadi sampah organik basah dan sampah organik kering.
Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai
kandungan air yang cukup tinggi seperti kulit buah dan sisa
sayuran. Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering
adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil seperti
kertas, kayu atau ranting pohon dan dedaunan kering.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup.
Sampah ini berasal dari bahan yang bisa diperbaharui dan bahan
yang berbahaya serta beracun. Jenis yang termasuk ke dalam
kategori bisa didaur ulang (recycle) ini misalnya bahan yang
terbuat dari plastik atau logam. Sampah kering non logam (gelas
kaca, botol kaca, kain, kayu, dll) dan juga sampah lembut yaitu
seperti sebu dan abu.
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan
penduduk. Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk
karena tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang.
Semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah yang dihasilkan
semakin banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan, perdagangan,
industri, dan sebagainya.
2. Sistem Pengumpulan atau Pembuangan Sampah yang Dipakai.
10
Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih
lambat jika dibandingkan dengan truk.
3. Pengambilan Bahan-Bahan yang Ada Pada Sampah untuk Dipakai
Kembali
Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai
ekonomi bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi
oleh keadaan, jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit.
4. Faktor Geografis
Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan,
pantai, atau dataran rendah.
5. Faktor Waktu
Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan.
Jumlah sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah
sampah pada siang hari lebih banyak daripada jumlah di pagi hari,
sedangkan sampah di daerah perdesaan tidak begitu bergantung pada
faktor waktu.
6. Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya
Contoh, adat istiadat dan tafar hidup hidup dan mental masyarakat.
7. Faktor Musim.
Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada
selokan pintu air, atau penyaringan air limbah.
8. Kebiasaan Masyarakat
Contoh jika seseorang suka mengkonsumsi satu jenis
makanan atau tanaman sampah makanan itu akan meningkat.
9. Kemajuan Teknologi
Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat.
Contoh plastik, kardus, rongsokan AC, TV, kulkas, dan sebagainya.
10. Jenis Sampah
Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin
kompleks pula macam dan jenis sampahnya.
D. PENGARUH SAMPAH TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEHATAN
11
Menurut Chandra (2006) dalam Hilly (2020), pengelolaan sampah di
suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan
daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan negatif antar
lain:
12
a. Pengaruh terhadap Kesehatan
1) Pengaruh sampah yang kurang baik akan menjadikan
sampah sebagai tempat perkembangan biakan vektor
penyakit, seperti lalat, tikus dan lalat.
2) Insidensi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
akan meningkat karena vektor penyakit hidup dan
berkembang biak dalam sampah kaleng bekas yang
berisi air.
3) Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara
sembarangan misalnya luka akibat benda tajam seperti
besi, kaca dan sebagainya.
4) Gangguan psikosomatis misalnya sesak napas, insomnia,
stres dan lain-lain.
b. Pengaruh terhadap Lingkungan
1) Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang
mata.
2) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan
menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau
busuk.
3) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran
udara dan bahaya kebakaran yang lebih luas.
4) Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air
akan menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air
dangkal.
5) Apabila musim hujan, sampah yang menumpuk dapat
menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran
pada sumber air permukaan atau sumur dangkal.
6) Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada
fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan dan saluran
air.
c. Terhadap Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat.
13
1) Sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan
sosial budaya masyarakat setempat.
2) Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok,
akan menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis)
untuk berkunjung ke daerah tersebut.
3) Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara
penduduk setempat dan pihak pengelolah.
4) Angka kasus kesakitan meningkat dan mengurangi
hari kerja sehingga produktivitas masyarakat menurun.
5) Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan
dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain
berkurang.
6) Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat
penurunan jumlah wisatawan yang diikuti dengan
penurunan penghasilan masyarakat setempat.
7) Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga
mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai
ekonomis.
8) Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan
kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat
kegiatan transportasi barang dan jasa.
E. PENGELOLAAN SAMPAH
14
pihak adalah bagaimana agar mengurangi sampah semaksimal
mungkin. Bagian sampah atau residu dari kegiatan pengurangan
sampah yang masih tersisa selanjutnya dilakukan pengolahan
(treatment) maupun pengurangan (landfilling).
15
d. Pengolahan : mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah
e. Pemrosesan akhir sampah: pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara
aman.
F. PENGETAHUAN
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2. Memahami
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, yang
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisis
Analisis atau kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis
16
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melaksanakan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintasis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
austifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian- penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditemukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada ( Notoatmodjo,
2003).
1. Pengalaman
2. Tingkat Pendidikan
3. Keyakinan
4. Sumber Informasi
17
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio televisi,
majalah, koran, dan buku.
5. Sosial Budaya
6. Umur
18
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
informasi
Variabel independen
Umur Tingkat pengetahuan ibu tentang
pengelolaan sampah
Pengalaman
Sikap
Prilaku
Variabel Dependen
Sosial Ketersediaan tempat pembuangan
sampah sementara
Ekonomi
Budaya
Geografs
Diskriptif
19
Ketersediaan tempat pembuangan sampah dirumah tidak hanya diartikan
penyediaan bak sampah akan tetapi melakukan pengelolaan sampah seperti
pemisahan jenis sampah organic atau an organic dan pada kenyataannya ibu
rumah tangga tidak semua menyediakan bak sampah termasuk melakukan
pemisahan jenis sampah. hal ini terjadi atas beberapa faktor Antara lain
perilaku, sikap, social, ekonomi, budaya dan keadaan geografis dilingkungan
sekitar
Keterangan:
Yang di teliti
Yang di teliti
Stimulasi
B. Hipotesis Penelitian
20
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
21
n=
1 + N (e)2
Keterangan
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
2115
n=
1 + 2115 (0,1)2
2115
n=
22.1
n = 95
Ni
ni = X n
N
70
a. Moja ni = x 95 = 3
2115
126
b. jago daye ni = x 95 = 6
2115
118
95 = 5
22
c. jago lauk ni = x
2115
99
d. repok incing ni = x 95 = 5
2115
95
e. panti ni = x 95 = 4
2115
115
f. telage waru ni = x 95 = 5
2115
113
g. bunsalak ni = x 95 = 5
2115
90
h. bundua ni = x 95 = 4
2115
94
i. jago johar ni = x 95 = 4
2115
125
j. aikja 1 ni = x 95 = 6
2115
108
k. Lendang tebau ni = x 95 = 5
2115
118
l. Jago timuk ni = x 95 = 5x
2115
90
m. Aikja 2 ni = x 95 = 4
2115
94
95 = 4
23
n. Bebie balat ni = x
2115
99
o. Karang Lebah ni = x 95 = 4
2115
128
p. Bunsalak 1 ni = x 95 = 6
2115
113
q. Bunsalak 2 ni = x 95 = 5
2115
106
r. 1Bunsalak 3 ni = x 95 = 5
2115
108
s. Jago Timuk ni = x 95 = 5
2115
\ 106
t. Numpeng ni = x 95 = 5
2115
4. Responden
24
1) Variabel Independen: Tingkat pengetahuan tentang pengelolaan
sampah
2) Variabel dependen: ketersediaan sampah
b. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini terhadap variabel
independen dan dependen seperti pada tabel berikut :
Tabel 3.2.
Variabel
Dependen
25
baik dalam samah organic
pengelolaan dan an organik
seperti Tidak apabila ibu
pemisahan tidak
jenis sampah menyediakan
tempat sampah
atau tidak
melakukan
emisahan jenis
sampah (organic
dan an organic)
26
observasi digunakan untuk melihat secara angsung
pengelolaan sampah dan mendapatkan data sekunder.
Menurut Eko Budiarto (2001:5) data sekunder adalah bila
pengumpulan data yang dinginkan diperoleh dari orang lain
dan tidak dilakukan oleh penelit sendiri. Data sekunder
dalam penelitian ini diperoleh Dari pemerintah desa jago..
2) Wawancara
Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara yang digunakan peneliti untuk menilai
keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang
variabel latar belakang, pendidikan, perhatian sikap terhadap
sesuatu (Suharsimi Arikunto, 2002:132).
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data primer dengan
menggunakan kuesioner guna mengetahui hasilnya.
c. Instrument data
8. Prosedur Penelitian
a. Pembuatan surat permohonan ijin penelitian
b. Membuat inform consent kepada responden
c. Membuat kuisioner, editing kuisioner,dan penetapan
d. Pembagian kuisioner pada
e. responden
f. Pengumpulan data berdasarkan kriteria
g. Mengolah data
h. Analisis data, menghitung hubungan dengan SPSS
i. Pembahasan
27
3. Tehnik Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan tiap-tiap
variabel. Didalam penelitian ini analisis digunakan untuk
mendiskripsikan variabel tingkat pengetahuan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
b. Analisis Bivariat
28
Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan dan
membuktikan hipotesis antar variabel. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu analisis bivariat yang dilakukkan terhadap
dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Pengujian
statistik yang digunakan yaitu dengan Chi Square (X2) dengan
bantuan komputer SPSS 12.0 For Windows . Apabila dengan Chi
Square tidak memenuhi, maka dianalisis dengan bantuan komputer
SPSS 12.0 For Windows. Sedangkan untuk mengetahui besarnya
hubungan antar variabel bebas dan terikat, maka dipakai koefisien
korelasi (Sugiyono, 2007)
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
29
Lampiran 1
KUESIONER
Nomor Responden :
Tanggal Penelitian :
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama :
2. Nama KK :
3. Tgl Lahir/ Umur :
4. Alamat :
5. Pendidikan Terakhir :
B. PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
Petunjuk pengisian
Beri tanda (X) pada jawaban yang anda anggap benar
1. Sampah adalah:
a. Bahan buangan yang sudah tidak dipakai dalam bentuk padat.
b. Suatu benda yang memiliki nilai ekonomis.
c. Suatu benda yang masih digunakan.
2. Sifat-sifat sampah seperti buah-buahan dan sayur-sayuran adalah:
30
a. Mudah terbakar.
b. Mudah membusuk.
c. Tidak mudah membusuk.
3. Contoh sampah yang mudah membusuk ialah:
a. Sisa makanan dan sisa sayuran
b. Sisa sayuran dan kertas
c. Sisa nasi dan plastik
4. Contoh sampah yang tidak mudah membusuk ialah:
a. Sisa sayuran, sisa nasi dan kaleng bekas.
b. plastik, daun-daunan dan kertas.
c. Plastik, botol kaca dan paku bekas.
31
10. Cara yang tepat mengelola sampah yang mudah membusuk seperti sisa sayuran
adalah:
a. Dijadikan kompos.
b. Dibuang kesungai.
c. Dibuang begitu saja diatas tanah.
11. Cara yang tepat mengelola sampah tidak mudah membusuk seperti kertas dan
kardus adalah:
a. Dijadikan kompos.
b. Dijadikan makanan ternak.
c. Daur ulang menjadi barang baru.
a. Gatal-gatal
b. Penyakit diare
c. Mencemari alam
c. Mudah dibersikan.
32
b. Dipisahkan antara sampah kertas dan plastik.
c. Dipisahkan antara sampah sayuran dan sampah buah-buahan.
16. Cara yang tepat dalam membuang sampah adalah
a. Membakar dengan tungku pembakaran (inceneration)
b. Ditimbun begitu saja diatas tanah
c. Dibuang ke sungai
17. Pemisahan sampah dilakukan pada saat:
a. Sampah sudah dibuang.
b. Sebelum sampah dibuang.
c. Ketika sampah sudah berada di TPA (tempat pembuangan akhir)
18. Sampah yang dapat didaur ulang adalah:
a. Sisa sayuran, kaca dan kaleng.
b. Sisa buah-buahan, sisa nasi dan plastik.
c. Kertas, kaleng bekas dan kardus.
19. Sampah yang dapat dijadikan kompos adalah:
a. Plastik, kayu dan kaleng.
b. Sisa sayuran, daun-daunan dan sisa buah-buahan.
c. Kertas, plastik dan sisa nasi.
33
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI
PENYEDIAAN TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH SEMENTAR
1. Nama :
2. Nomer Responden :
3. Alamat :
Petunjuk pengisian
Beri tanda (√) pada jawaban
ya tidak
34
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran umum lokasi penelitian
Desa jago adalah sebuah Desa yang terletak di Kecamatan Praya,
dengan luas wilayah sekitar 753 Ha dengan penggunaan lahan
pemukiman 200 Ha, Perkantoran 0,25 Ha, lapangan olahraga 0,25
Ha, Sawah 475 Ha.
Desa Jago terdiri dari 20 Dusun dengan jumlah penduduk 10.790
Jiwa, yang terdiri dari Laki-laki 5156 dan Perempuan 5634 Jiwa
dengan jumlah Kepala keluarga 2600. Penduduk Desa Jago rata
bersuku Sasak
Hipologi Desa ini secara umum adalah Persawahan dan perkebunan,
dimana mata pencaharian terbesar penduduknya karyawan dan petani
Adapun batas wilayah Desa Jago sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pgutan
b. Sebelah timur berbatasan dengan desa Aik Mual
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Renteng
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Barejulat dan Desa
Gemel
35
2. Hasil analisis univariat
Anlisi univariat bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi dari
masing-masing fariabel penelitian yang meliputi pariabel tingkat
pengetahuan ibu rumah tangga desa jago tentang pengelolaan sampah
a. Pengetahuan responden
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan
mengunakan kuesioner tentang tingkat pengetahuan
responden tentang pengelolaan sampah adalah sebagai
berikut:
Pengetahuan Total
Responden
Frekuensi (orang) Prosentase (%)
Baik 23 24.2
Cukup 35 36.8
Kurang 37 38.9
Jumlah 95 100.0
36
Hasil penelitian dengan menggunakan lembar observasi di
setiap responden yang diteliti
c. Tabel 4.3 Distribusi Penyediaan tempat sampah
Penyediaan Total
Tempat Sampah
Frekuensi (orang) Prosentase (%)
Ada 25 26.3
Jumlah 95 100.0
Tabel 4.6 Hubungan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang pengelolaan
sampah terhadap ketersediaan tempat sampah sementara
f % f % f %
37
0.005 0.001
Dari hasil wawancara didapatkan bahwa ibu rumah tangga yang memiliki
tempat pembuangan sampah sementara lebih banyak pada responden yang
memiliki tingkat pengetahuan baik (19 0rang ) disbanding responden yang
memiliki tingkat pengetahuan cukup 6 orang dan yang memiliki pengetahuan
kurang 0.
Berdasarkan hasi uji chi square di peroleh p Value 0,001 dengan α 0,005
menunjukkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu rumah
tangga tentang pengelolaan sampah dengan ketersediaan tempat pembuangan
sampah sementara
B. Pembahasan
Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang
pengelolaan sampah dengan ketersedian tempat pembuangan sampah
sementara di Desa Jago Kecamatan Praya
Hasil analisis bivariat yang dilakukan pada 95 responden didapatkan
sebanyak 37 responden memiliki tingkat pengetahuan kurang, responden
yang memiliki tingkat pengetahuan cukup 35 orang dan responden yang
memiliki tingkat pengetahuan baik 23 orang dan persentase yangh
memiliki tempat pembuangan sampah sementara lebih banyak didapatkan
pada ibu rumah tangga yang memiliki tingkat pengetahuan baik(20,0%),
yangmemiliki tingkat pengetahuan cukup (6,3%) dan yang memiliki
tingkat pengetahuan kurang tidak ada yang menyediakan tempat
pembuangan sampah sementara (0%). Nilai p value kurang dari alpha
yaitu 0,001 < 0,005 yang berarti semakin kurangnya tingkat pengetahuan
38
ibu rumah tangga semakin rendah keinginan atau kesadara ibu rumah
tangga dalam menyediakan tempat pembuangan sampah sementara
Banyaknya pengetahuan rendah ibu rumah tangga di desa jago
disebabkan oleh factor Pendidikan.karena masyarakat yang
berpendidikan rendah lebih banyak sebab semakin redah jenjang
pendiidkan seseorang maka pengetahuan yang mereka miliki lebih rendah
Penelitian yang dilakukan Mutiara (2016) menyatakan bahwa
pengetahuan manusia dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun
pengalaman pribadi, hal ini diartikan bahwa pada tingkat pendidikan
dengan jenjang tinggi maka pengetahuan mengenai pengelolaan sampah
akan lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2010)
yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti pendidikan, informasi dan budaya. Selain itu
juga diperkuat oleh Slamet (2010) bahwa dari aspek pendidikan,
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka ia akan lebih mudah
dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk
menyelesaikan hal-hal baru tersebut.
Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah rumah
tangga dipengaruhi oleh seberapa banyak informasi tentang cara dan
manfaat mengelola sampah yang diperoleh. Sebagian besar masyarakat
di Desa jago kurang mendapat informasi baik berupa sosialisasi maupun
penyuluhan tentang pengelolaan sampah yang baik dan ramah
lingkungan, sehingga pengetahuan masyarakat tentang cara dan manfaat
melakukan pengelolaan sampah pun juga sangat kurang.
39
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat diambil beberapa kesimpulan,
yaitu:
1. Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu rumah tangga desa jago tentang
pengelolaan sampah adalah kurang sebesar 37 orang.
2. Sebagian besar ibu rumah tangga Desa jago tidak menyediakan tempat
sampah dari 95 responden yang menyediakan TPS hanya 25 responden
(26,3%)
3. Terdapat hubungan yang bermakna tingkat pengetahuan ibu rumah tangga
tentang pengelolaan sampah dengan penyedian tempat sampah sementra
dengan nilai p value 0,001
B. Saran
40
1. Bagi pengurus RT,RW dan desa Yakni memberikan masukan agar mengadakan
sosialisa atau penyuluhan tentang bagaimana cara pengelolaan sampah yang
baik dan benar .
2. Kepada petugas kesehatan dan kebersihan setempat Yakni memberikan
masukan yang berguna dalam pengelolaan sampah serta sebagai bahan dalam
pengawasan lingkungan pemukiman dan perencanaan sistem pengelolaan
sampah setempat yang lebih baik.
41