Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Sampah merupakan salah satu permasalahan yang patut untuk diperhatikan. Sampah
merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada
dasarnya semua manusia pasti menghasilkan sampah. Sampah merupakan suatu buangan
yang dihasilkan dari setiap aktivitas manusia. Volume peningkatan sampah sebanding
dengan meningkatnya tingkat konsumsi manusia.
Manusia sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat mempunyai kebutuhan
yang bersifat individual maupun kolektif, sehingga selalu ada upaya untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Aktifitas manusia dalam upaya mengelola sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya semakin beragam seiring dengan pertumbuhan jumlah
penduduk.
Pertumbuhan jumlah penduduk telah mengakibatkan perubahan yang besar terhadap
lingkungan hidup. Jumlah penduduk di Kecamatan Long Pahangai semakin meningkat
dari tahun ketahun. Berdasarkan data, diketahui bahwa jumlah penduduk Kecamatan
Long Pahangai pada tahun 2019 sebanyak 1382 jiwa dan meningkat menjadi 1428 jiwa
pada tahun 2020 (PKM Long Pahangai, 2019).
Peningkatan jumlah penduduk tersebut sebanding dengan peningkatan jumlah konsumsi
yang mempengaruhi besarnya peningkatan volume sampah di Kecamatan Long Pahangai.
Jumlah timbunan sampah pada tahun 2019 sebesar 1.099 ton/tahun. Hal ini menjadi
alasan kuat bahwa masalah sampah merupakan masalah utama yang harus dipecahkan
baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang.
Setiap aktifitas manusia secara pribadi maupun kelompok, dirumah, kantor, pasar,
sekolah, maupun dimana saja akan menghasilkan sampah, baik sampah organik maupun
sampah anorganik. Dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 pasal 1 tentang sampah
disebutkan bahwa sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak
dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.
Sebagian besar orang mengangap sampah merupakan masalah, padahal setiap saat
sampah terus bertambah dan tanpa mengenal hari libur karena setiap makhluk terus
menerus memproduksi sampah. (Suwerda, 2012: 9) mengatakan bahwa Setiap hari
sampah dihasilkan dari keluarga/rumah tangga, yang dari sisi kuantitas/jumlah biasanya
menempati posisi tertinggi, sampah rumah sakit dan industri yang sangat berbahaya, juga
sampah dari tempat tempat umum misalnya terminal, pasar, tempat hiburan, sekolah,
kantor, dan lain lain.
Pemanfaatan sampah sampah harus diprioritaskan sebelum terjadinya pencemaran
lingkungan yang mengganggu kesehatan masyarakat. Maka perlu adanya pengelolaan
sampah, pengelolaan sampah memerlukan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Dalam Undang
Undang RI Tahun 2008 Nomer 18 tentang, pengelolaan sampah disebutkan bahwa
pengelolaan sampah bertujuan agar menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Berdasarkan tujuan inilah, maka pemerintah berupaya untuk mengubah pola pikir
masyarakat yang masih menggunakan sistem kumpul-angkut-buang sebagi solusi
pengurangan sampah. Pola pikir masyarakat diarahkan pada kegiatan pengurangan dan
penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan 3R yaitu reuse, reduce, dan
recycle, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan dan pemprosesan akhir.
Sucipto (2012: 15) mengemukakan bahwa Sosialisasi terkait kegiatan pengurangan dan
penanganan sampah telah banyak dilakukan yaitu dengan kegiatan pelatihan pengelolaan
sampah melalui sekolah, pemerintah, daerah dan organisasi-organisasi berbasis
lingkungan lainnya, salah satunya adalah melalui pembentukan Bank Sampah.

2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang menyebabkan sehingga terjadinya penumpukan sampah pada masyarakat di
jalan bubu/perjuangan?
b. Apa dampak yang ditimbulkan dari masalah tersebut?
c. Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut ?
d. Bagaimana cara pengelolaan sampah yang merupakan proses daur ulang?

3. TUJUAN
Untuk mengetahui dan memahami masalah kesehatan lingkungan yang terjadi pada
masyarakat akibat sampah.

BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Sampah
Sampah merupakan masalah yang tak pernah terselesaikan hingga saat ini, meskipun
beberapa negara maju telah menindak tegas orang-orang yang suka membuang sampah
sembarangan, namun belum juga membuat para pembuang sampah sembarangan menjadi
jera, apalagi dengan negara berkembang yang sudah memiliki undang-undang yang jelas
mengenai permasalah ini.

Di Indonesia sendiri sampah telah menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai.Pemerintah
sudah berupaya seoptimal mungkin dalam upaya menyelesaikan tentang permasalahan sampah
khususnya yang berada di Indonesia. Pemerintah juga sudah mengeluarkan peraturan dalam
Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengolahan sampah dan larangan larangan bagi
setiap orang untuk memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
mengimpor sampah, mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun, mengelola
sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan, membuang sampah
tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan, melakukan penanganan sampah dengan
pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir serta membakar sampah yang tidak sesuai
dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah(Amri,S.2008 Masalah sampah).

Tetapi masyarakat seolah-olah tidak peduli akan undang-undang ini meskipun ada larangan
“dilarang membuang sampah sembarangan” mereka (masyarakat) tidak memperdulikan larangan
tersebut dan hanya dipandang sebelah mata. Bahkan mereka seakan tidak takut akan bahaya yang
akan ditimbulkan dari pembuangan sampah secara sembarangan dan mereka hanya bisa
menuntut pemerintah jika masalah sudah terjadi seperti : banjir, Pencemaran air, Gangguan
Estetika  bau menyengat yang ditimbulkan dari sampah,dll.

sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu


proses.  Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud
biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam
pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan”.

Sampah ialah semua jenis benda atau barang bangunan/kotoran manusia, hewan atau tumbuh-
tumbuhan atau yang berasal dari aktivitas kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya yang dapat menimbulkan dan atau mengakibatkan pengotoran terhadap air, tanah dan
udara sehingga dapat menimbulkan pengrusakan lingkungan hidup
manusia(R,Soemandi.2008.Sampah).

Berdasarkan komposisi/ asalnya sampah dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Sampah organik.

Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi
oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses
alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah
organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain ketas, karet dan
plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting.

2. Sampah Anorganik (non-organik).

Sampah anorganik yakni sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati, baik sebagai
produk sintetik maupun hasil pengolahan teknologi bahan tambang, hasil olahan baan hayati dan
sebagainya.

Sampah anorganik dibedakan menjadi :

sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah deterjen, dll(Hendry,dkk


2009).
Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diurai oleh alam/mikroorganisme
(unbiodegradable).Sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama.
Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik dan
kaleng.

Berdasarkan sifat fisiknya, sampah digolongkan atas lima kategori, antara lain :

1. Sampah Basah (Garbage).

Terdiri dari bahan-bahan organik yang mempunyai sifat mudah membusuk (sisa makanan, buah
atau sayuran). Sifat utama dari sampah basah ini banyak mengandung air dan cepat membusuk
terutama pada daerah tropis seperti Indonesia.

2. Sampah Kering (Rubbish).

Tersusun dari bahan organik maupun anorganik yang sifatnya lambat atau tidak mudah
membusuk. Sampah kering ini terdiri atas dua golongan:

–) Metalic Rubbish – misalnya pipa besi tua, kaleng-kaleng bekas.

–)  Non Metalic Rubbish – misalnya kertas, kayu, sisa-sisa kain, kaca, mika, keramik, dan batu-
batuan(Neolaka,Amus.2010).

Dampak Pencemaran Sampah

Di Medan sendiri, produksi sampah yang besar baik dari penduduk maupun sampah dari industri
tidak diimbangi dengan pengelolaan sampah yang baik.Sampah-sampah yang dihasilkan tersebut
kebanyakan tidak dikelola dengan baik sehingga akibatnya sering kita temui tumpukan sampah
yang menggunung di pinggir jalan, mengotori selokan atau saluran air, dan lebih banyak lagi
yang mencemari sungai, juga menimbulkan penyakit.

Sampah-sampah itulah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di daerah-daerah
tertentu karena menghambat saluran air yang ada sehingga air hujan yang seharusnya bisa
ditampung meluap hingga menggenangi jalan raya, hampir di setiap hujan deras.

Faktor-faktor yang menyebabkan buruknya pengelolaan sampah di Semarang antara lain karena
kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Masyarakat sudah
sangat terbiasa membuang sampah-sampahnya ke sungai tanpa peduli bahwa itu akan
menimbulkan pencemaran. Ketidakdisiplinan masyarakat dalam membuang sampah juga seing
terjadi di mana saja, seperti di tempat umum atau di jalan raya, seolah-olah masyarakat tidak
peduli bahwa perilakunya membuat lingkungan menjadi tidak sedap dipandang. Hal ini sangat
berbeda dengan kota-kota besar lain yang masyarakatnya punya kesadaran tinggi tentang
menjaga lingkungannya, sehingga tempat-tempat umum di sana selalu terlihat rapi dan bersih.
Faktor lainnya adalah kurangnya fasilitas kebersihan yang seharusnya tersedia, misalnya di
tempat-tempat umum ataupun di pinggir jalan.Hal ini kemudian menjadi alasan bagi masyarakat
untuk membuang sampah sesuka hatinya karena tidak menemukan tempat sampah.

Kemudian kurangnya peran pemerintah dalam menangani masalah ini juga menjadi salah satu
faktor. Sebenarnya pemerintah sudah mempunya aturan tentang pengelolaan sampah, seperti UU
No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah dan Permendagri No 33 Tahun 2010 tentang
pengelolaan persampahan. Namun realita yang terjadi aturan-aturan ini tidak banyak merubah
keadaan. Pencemaran sungai dan laut akibat sampah, sampah yang berserakan di tempat-tempat
umum, dan lain sebagainya sepertinya tidak berkurang.

Kemampuan Pemerintah dalam menangani sampah masih sangat terbatas. Secara Nasional,
dari tahun 2000sampai2005,tingkat pelayanan baru mencapai 40 % dari volume sampah yang
dihasilkan. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang tinggi  menyebabkan semakin
tingginya volume sampah yang harus dikelola setiap hari sehingga bertambah sulit karena
semakin besar beban yang harus ditangani. Namun semua itu kembali kepada masyarakat jika
masyarakat tidak sepenuhnya sadar lingkungan bukan tidak mungkin masalah yang ditimbulkan
dari pencemaran sampah akan menjadi masalah yang sangat besar terutama bagi masyarakat
sendiri, berbagai macam masalah kesehatan, social, dan ekonomi pun akan datang dengan
sendirinya dan akan mengganggu kenyamanan masyarkat.

Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:

– Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah
(haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya
kurang memadai.

– Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

– Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu
penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia).Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam
pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.

Dampak terhadap keadaan social dan ekonomi :

– Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena
sampah bertebaran dimana-mana.

– Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.

– Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan


masyarakat.
– Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan
dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.

Selain itu Sampah yang tidak dikelola dengan baik ini akan menjadi bermacam-macam
fungsinya, Antara lain :

1. Sebagai sarana penularan penyakit. Hal ini timbul karena sampah basah (garbage) dapat
menjadi tempat bersarangnya  dan berkembangbiaknya dari bermacam-macam Vektor
penularan penyakit. Vektor yang dimaksud adalah: lalat, Kecoak, nyamuk, dan
tikus(Achmad.2008).

Anda mungkin juga menyukai