OLEH :
KELOMPOK I
ANGGOTA :
DOSEN :
SLAMET RAHARJO
PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Maksud dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
pilihan Daur Ulang Sampah.
Tujuan penulisan makalah ini agar pembaca dapat mengetahui tentang peranan-
peranan beberapa pihak terkait dengan pengelolaan sampah di Indonesia
Ruang lingkup yang dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai peran serta dari
beberapa pihak terkait dengan pengelolaan sampah di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Sampah adalah semua buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan hewan
yang berbentuk padat, lumpur, cair maupun gas yang dibuang karena tidak
dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi. Sampah perkotaan dapat dibedakan
menjadi 3, yaitu (PP 27, 2020) :
1. Estetika
Sampah yang berserakan dan kotor, atau tumpukan sampah yang berserakan
dimana saja adalah pemandangan yang tidak disukai oleh sebagian besar
masyrakat
2. Vektor penyakit
Sampah apabila terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar, merupakan
sarang atau tempat berkumpulnya berbagai binatang yang dapat menjadi
vektor penyakit, seperti lalat, tikus, kecoa, kucing, anjing liar, dsb. Juga
merupakan sumber dari mikroorganisme pathogen penyakit menular.
3. Bau dan debu
Sampah yang berbentuk debu atau bahan membusuk dapat mencemari udara.
Bau yang timbul akibat adanya dekomposisi materi organic dan debu yang
beterbangan akan mengganggu pernapasan serta penyakit lainnya.
4. Pencemaran air
Lindi (leachate), sebagai efek pembilasan dan dekomposisi biologis dari
timbunan sampah berpotensi mencemari badan air sekelilingnya, terutama air
tanah.
5. Bahaya kebakaran
Sampah ringan akan mudah beterbangan dan mudah terbakar. Tumpukan
sampah kertas kering akan mudah terbakar, misalnya karena punting rokok
yang masih membara.
6. Menyumbat saluran
Sampah yang dibuang sembarangan dapat menyumbat saluran-saluran air
hujan (drainase) dan sungai. Kondisi ini dapat menimbulkan bahaya banjir
akibat terhambatnya pengaliran air buangan dan air hujan.
Berbeda dengan jenis sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga yang pengelolaannya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 81
Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga, pengaturan pengelolaan sampah spesifik jauh lebih
kompleks dan beragam. Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan sampah menyebutkan bahwa sampah spesifik terdiri atas:
sampah yang mengandung B3, sampah yang mengandung limbah B3, sampah
yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara
teknologi belum dapat diolah, dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik.
Pengelolaan sampah spesifik juga didasarkan pada dua pendekatan utama yaitu:
pengurangan yang mencakup pembatasan, pendauran ulang dan pemanfaatan
kembali, serta penanganan yang meliputi kegiatan pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir.
Namun karena adanya perbedaan dari masing- masing jenis sampah spesifik yang
cukup signifikan, maka penyelenggaraan pengelolaan jenis sampah spesifik
tersebut diatur dalam pasal dan ayat yang berlainan. Sesuai dengan amanat
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tersebut, dalam setiap pengelolaan jenis
sampah spesifik, diupayakan adanya tahap pengurangan ataupun pembatasan,
kecuali untuk jenis sampah yang timbul akibat bencana. Demikian pula untuk
tahap pemanfaatan kcmbali dalam rangka mengurangi beban lingkungan dan
efisiensi pendayagunaan sumber daya alam juga didorong agar dilakukan, namun
untuk jenis sampah yang mengandung B3 dan/atau sampah yang mengandung
limbah B3 perlu dilakukan secara tersendiri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Peran pemerintah dalam pengelolaan sampah seperti yang disebutkan diatas, dapat
dilakukan dari seluruh skala (skala kota dan skala lingkungan). Menurut SNI 19-
2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Pengelolaan Sampah Perkotaan, pelayanan
pemerintah pada pengelolaan sampah terkait pada alur penanganan sampah yaitu
pengumpulan, pemindahan, pengolahan, dan pengangkutan. Pada masing-masing
tahap penanganan sampah pemerintah bertugas untuk memberikan pelayanan dan
fasilitas hingga sampah tersebut sampai ke TPA dan atau diolah sebagai bentuk
pengurangan dan pemanfaatan sampah, mengumpulkan sampah rumah tangga di
tiap rumah untuk dipindahkan ke TPS. Dalam pelaksanaannya, pemerintah
memiliki beberapa peran penting, seperti (Tri Kharisma Jati, 2013) :
1. Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur terdiri dari pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Pemerintah mempersiapkan dan mengimplementasikan kebijakan dan
memberikan pelayanan publik sebagai bentuk manajemen sektor publik.
Pemerintah dan swasta bekerja sama dalam menciptakan dan mengembangkan
lingkungan yang memungkinkan untuk pertumbuhan sektor swasta.
Sedangkan masyarakat mencakup partisipasi pemangku kepentingan dan
penerima manfaat dari kebijakan pembangunan. Berikut peran pemerintah
dalam pelayanan infrastruktur
Pemerintah memiliki tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
infrastruktur yang bersifat public goods sesuai prinsip Public Service
Obligation atau Universal Service Obligation (PSO dan USO)
Menyiapkan regulasi bagi partisipasi swasta
Menetapkan standar pelayanan dan sertifikasi
Memberikan lisensi operator yang diperlukan berdasarkan prinsip-prinsip
yang optimal dan transparan bagi kepentingan publik dan investor
Untuk mengatasi permasalahan pembangunan infrastruktur seperti
pemerataan pembangunan infrastruktur, anggaran pembangunan dan
pemeliharaan, serta adanya tumpang tindih antar kepentingan stakeholder
diperlukan suatu perencanaan pembenahan secara menyeluruh (Dukun,
2003:46). Upaya pembenahan dapat dimulai dari proses perencanaan,
pembangunan, pemeliharaan, dan pengoperasian yang dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan. Proses tersebut juga harus
mempertimbangkan kebutuhan daerah, kemampuan daerah untuk turut serta
dalam pembangunan, pemeliharaan, dan pengoperasian.
Oleh karena itu, TPS 3R diharapkan berperan dalam menjamin kebutuhan lahan
yang semakin kritis untuk penyediaan TPA sampah di perkotaan. Hal ini sejalan
dengan kebijakan nasional, untuk meletakkan TPA sampah pada hirarki terbawah,
sehingga meminimalisir residu saja untuk kemudian diurug dalam TPA. Dalam
sistem perkotaan, maka TPS 3R berperan sebagai infrastruktur dalam penanganan
sampah. Jumlah, kapasitas, dan keberfungsiannya harus dipastikan, karena
merupakan upaya untuk mengurangi kuantitas dan/atau karakteristik sampah yang
masih harus diproses lebih lanjut pada TPA sampah, dimana pengurangan sampah
dilakukan dari sumber sampah (wadah sampah di lokasi sumber sampah) ke
wadah sampah yang ada di luar sumber sampah, sebelum dikumpulkan atau
diangkut melalui sistem kota ke TPS 3R. (PUPR, 2017)
Bisnis persampahan adalah suatu bisnis yang menjual belikan sampah dari para
pemasok ke para konsumennya. Kemunculan bisnis ini dapat mengurangi jumlah
timbunan sampah di suatu kota sekitar 18% per-minggu. Bisnis ini memiliki
peluang bisnis yang menjanjikan bagi para pelakunya. Dimana aktivitas dari
bisnis ini adalah :
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini, antara lain:
1. pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga dapat
dilakukan dengan mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang
berwawasan lingkungan. Sedangkan pengelolaan sampah spesifik
diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah.
2. Pengolahan sampah di Indonesia umumnya adalah konsep 3R, pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan (mengubah karakteristik,
komposisi dan jumlah sampah) dan pemrosesan akhir.
3. Pengelolaan sampah di Indonesia melibatkan beberapa oknum, yakni
Pemerintah, Bank Sampah, Pemulung atau Lapak, TPS 3R, TPST,
Perusahaan Daur Ulang dan Perusahaan Swasta atau Manufaktur.
3.2 Saran