Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM I

IDENTIFIKASI SAMPAH

Hari, Tanggal : Selasa,21 April 2021

Waktu : 10.00 – 13.00 WIB

Tempat : Kampus Kesehatan Lingkungan Poltekkes Tanjungkarang

Tujuan : Untuk mengetahui dan dapat mengidentifikasikan jenis-jenis sampah

I. Tinjauan Pustaka
Sampah adalah masalah besar, menjadi masalah nasional bahkan masalah
universal. UU 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah memiliki maksud bahwa
pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan
kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Di tahun 2019
sekarang ini Kota Surabaya sudah mampu mengelola sampah menjadi energi listrik.
Sampah plastik bisa menjadi aspal, dan masih dibutuhkan inovasi-inovasi lain tentang
pengelolaan sampah agar menjadi sumberdaya yang bermanfaat.
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah disahkan
pada tanggal 7 Mei 2008 di Jakarta oleh Presiden Doktor Haji Susilo Bambang
Yudhoyono. UU 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ditempatkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69 setelah diundangkan
pada tanggal 7 Mei 2008 oleh Menkumham Andi Mattalatta di Jakarta, agar setiap
orang mengetahuinya. Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah ditempatkan pada Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4851.
Pokok kebijakan dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah mengatur tentang penyelenggaraan pengelolaan sampah secara
terpadu dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan
wewenang Pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan
publik. Pengaturan hukum pengelolaan sampah dalam UU 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas
manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas
keamanan, dan asas nilai ekonomi (UU No.18 Tahun 2008)
Menurut Damanhuri dan Padmi (2016) pengertian limbah adalah bahan
terbuang yang berasal dari proses produksi atau dari pemakaian barang-barang yang
dikonsumsi. Menurut Juli Slamet Soemirat (2004), sampah adalah segala
sesuatu yang tidak lagi dikehendaki dan bersifat padat. Menurut Kodoatie (2005)
sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat, setengah padat yang
merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan manusia,
hewan maupun tumbuh-tumbuhan.
Sumber dan Timbulan Sampah Penggolongan asal sampah untuk membedakan
antara limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan bukan rumah tangga,
digunakan istilah limbah domestik untuk limbah dari kegiatan sehari-hari manusia di
rumah tangga berupa air buangan (tinja, bekas mandi-cuci) dan sampah (sisa masak,
bekas pembungkus) dan limbah non domestik yaitu limbah hasil dari kegiatan
nonrumah tangga yang kegiatannya meliputi pasar, toko, hotel dan industri yang
menghasilkan air buangan dan sampah yang komposisi dan karakteristiknya persis
sama seperti rumah tangga. Untuk keperluan praktis, sampah secara sederhana
dikelompokkan sebagai sampah organik (sampah basah, biasanya dari kegiatan 27
dapur) dan sampah anorganik (sampah kering, seperti botol, kertas dan plastik)
(Damanhuri dan Padmi, 2016).
Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan
dari jenis sampah di wilayah tertentu per satuan waktu. Rata-rata timbulan sampah
tidak akan sama antara satu daerah dengan daerah lainnya, atau suatu negara dengan
negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain jumlah penduduk
dan tingkat pertumbuhannya, tingkat hidup masyarakat, perbedaan musim, cara hidup
dan mobilitas penduduk, iklim dan cara penanganan makanannya. Berat sampah juga
dipengaruhi oleh faktor sosial budaya lainnya. Timbulan sampah dapat dinyatakan
dengan (Damanhuri dan Padmi, 2016):
 Satuan berat: kg/o/hari, kg/m2 /hari, kg/bed/hari dan sebagainya.
 Satuan volume: L/o/hari, L/m2 /hari, L/bed/hari dan sebagainya.
Komposisi Sampah Komposisi sampah merupakan penggambaran dari
masing-masing komponen yang terdapat pada sampah dan distribusinya.
Pengelompokkan sampah yang paling sering dilakukan adalah berdasarkan
komposisinya, misalkan dinyatakan sebagai % berat atau % volume. Komposisi
sampah dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti frekuensi pengumpulan, musim,
kondisi ekonomi, cuaca dan kemasan produk (Tchobanoglous et.al, dalam Damanhuri
& Padmi, 2016).
Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah (limbah padat) dapat didefinisikan
sebagai suatu disiplin yang berkaitan dengan pengendalian atas timbulan,
penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan sampah; sedemikian rupa sehingga sesuai dengan prinsip dalam
kesehatan masyarakat, ekonomi, keteknikan, konservasi, estetika dan
pertimbanganpertimbangan lingkungan lainnya termasuk tanggap (responsive)
terhadap sikap masyarakat umum. Penggolongan limbah padat lebih lanjut dapat
dikelompokkan berdasarkan cara penanganan dan pengolahannya, yaitu (Damanhuri
& Padmi, 2014):
1) Komponen mudah membusuk dari kegiatan sehari-hari rumah tangga
seperti sisa makanan, sayuran, buah-buahan dan lain-lain.
2) Komponen bervolume besar dan mudah terbakar: kayu, kertas, kain plastik,
karet, kulit dan lain-lain.
3) Komponen bervolume besar dan sulit terbakar berupa logam, mineral dan
lainlain.
4) Komponen bervolume kecil dan mudah terbakar.
5) Komponen bervolume kecil dan sulit terbakar.
6) Wadah bekas seperti botol, drum.
7) Tabung bertekanan/gas.
8) Serbuk dan abu berkategori organik (pestisida dan sebagainya), logam
metalik, non metalik, bahan amunisi dan sebagainya.
9) Lumpur, baik organik maupun non organik.
Sampah adalah segala buangan yang timbul akibat aktivitas manusia dan
hewan. Sampah juga merupakan limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organic
dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah
dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastic, kain bekas, kaleng-kaleng,
debu sisa penyapuan dan masih banyak lagi.
Sampah menurut asal zat yang dikandungnya, secara garis besar sampah
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu sampah organic dan sampah anorganik. Sampah
organic adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, misalnya plastic, kertas,
kaca, kaleng, dan besi. Sampah anorganik banyak yang sulit hancur dan sulit diolah.
Untuk mengolah sampah ini memerlukan biaya dan teknologi tinggi. Kedua, dilihat
dari sumbernya; sampah ini bisa dibedakan menjadi tiga macam, yakni sampah rumah
tangga adalah sampah yang dihasilkan dari rumah tangga, sampah industry, meliputi
buangan hasil proses indutri, dan sampah makhluk hidup adalah jenis benda buangan
dari makhluk hidup (Darmawan.2013).
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas masyarakat. Setiap
aktivitas manusia pasti menghasilkan sampah atau buangan. Seiring dengan
tumbuhnya sebuah kota, bertambah pula beban yang harus diterima kota tersebut.
Salah satunya adalah beban akibat dari sampah yang diproduksi oleh masyarakat
perkotaan secara kolektif. Untuk kota-kota besar, sampah akan memberikan berbagai
dampak negative yang sangat besar apabila penanganannya tidak dilakukan secara
cermat dan serius yaitu mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan
lingkungan yang merugikan atau tidak diharapkan sehingga dapat mencemari
lingkungan baik tanah, air dan udara. Pengelolaan sampah secara efektif dan efisien
harus dijalankan oleh semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah. Semua
pihak ini bertanggungjawab terhadap penanganan sampah sehingga tidak lagi
menimbulkan masalah (Gunawan, 2007).
Pencemaran di berbagai elemen akan terjadi, sampah yang menumpuk
menyebabkan pencemaran udara, sampah yang dibuang sembarangan di sungai
menyebabkan pencemaran air, membuang sampah anorganik seperti plastic dan
kaleng akan menyebabkan pencemaran tanah karena benda tersebut sulit diuraikan
oleh bakteri pengurai tanah. Pencemaran-pencemaran itu nantinya akan membuat
kerugian bagi masyarakat sendiri karena menyebabkan beberapa penyakit. Pola hidup
kotor dengan membuang sampah yang tidak tepat yang kedepannya akan
menyebabkan kerugian yang fatal bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
Jika sampah dikelola dan diolah dengan baik, akan menghasilkan manfaat
positif bagi masyarakat. Lingkungan menjadi bersih, pencemaran dapat diminimalisir,
dapat tercipta beberapa barang yang bermanfaat bagi manusia jika di daur ulang.
Sampah bisa dimanfaatkan sebagai kompos untuk pupuk organic, selain itu juga bisa
diolah menjadi energi bio arang, biomass dan energi untuk listrik. Lebih jauh sampah
dapat dijadikan barang-barang aksesoris, barang fungsional dan sebagai bahan
bangunan.
Pengelolaan yang baik salah satunya dengan cara daur ulang, daur ulang
adalah penggunaan kembali material/barang yang sudah tidak terpakai untuk menjadi
produk lain. Langkah-langkahnya adalah pemisahan; pisahkan barang/material yang
dapat didaur ulang dengan sampah yang harus dibuang ke penimbunan sampah.
Pastikan barang/material tersebut kosong dan akan lebih baik jika dalam keadaan
bersih. Penyimpanan; simpanlah barang/material kering yang sudah dipisahkan tadi
dimasukkan ke dalam boks/kotak tertutup tergantung jenis barangnya, misalnya boks
untuk kertas bekas, botol bekas, dll (Bandung: PT Elisa Surya Dwitama, 2008).
Pengelolaan sampah memiliki tujuan untuk mengubah sampah menjadi
material yang memiliki nilai ekonomis dan juga untuk mengolah sampah agar
menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. Metode
pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal , diantaranya tipe zat
sampah , tanah yg digunakan untuk mengolah, dan ketersediaan area.
Sampah padat pada umumnya dapat di bagi menjadi dua bagian : Sampah
Organik sampah organik (biasa disebut sampah basah) dan sampah anorganik
(sampah kering). Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan
hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau
yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah
tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya sampah dari dapur, sisa
tepung, sayuran dll. Sampah Anorganik Sampah Anorganik berasal dari sumber daya
alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. 
Sampah sebagai material sisa jelas sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak
memiliki nilai ekonomi, sedangkan kesadaran masyarakat sendiri untuk membuang
sampah pada tempatnya juga masih rendah. Masalah lainnya dari sampah adalah
penanganan sampah. Selama ini sampah sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pemerintah, sedangkan pemerintah sendiri kekurangan dana, teknologi dan sumber
daya manusia untuk penanganan sampah itu sendiri. Biaya retribusi yang selama ini
dibayar oleh masyarakat diakui oleh pemerintah hanya menutupi 10% dari biaya
penanganan sampah (Suyoto.2008).
II. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Ember penampung sampah

2. Garuk sampah

3. Timbangan

4. Terpal

5. Handscoon

6. Masker
7. Trash bag

B. Bahan
1. Sampah

III. Langkah kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Kemudian timbang sebelum dimasukkan ke dalam bak penampung sampah
3. Catat hasil timbangan
4. Setelah ditimbang, masukkan sampah tersebut ke dalam bak penampungan
sampah dengan kapasitas 1 m3 dan pada saat sampah dimasukan harus dengan
cara ditekan tekan sampai sampah padat.
5. Kemudian timbang kembali
6. Setelah ditimbang, tuangkan sampah yang terdapat di dalam bak penampung
sampah ke terpal
7. Lalu catat hasil sampah yang telah ditimbang dan jumlahkan keseluruhan
sampah.

IV. Hasil laporan dan Pembahasan.


A. Hasil

NO Jenis Sampah Keterangan %


1. Anorganik :
Plastik 36 kg 24,04%
Kertas 7 kg 4,67%
Botol dan Sterofoam 4,8 kg 3,20%
Kain Perca 21,8 kg 14,56%
2. Organik :
Buah – buahan 10,6 kg 7,08%
Sayuran 67 kg 44,75%
3. B3 :
Pampers 2,5 kg 1,67%
Total 149,7 kg 99,975%

Timbulan sampah( kg)


Berat jenis =
Kapasitas media(m 3)
= 149,7 kg/ m3
Persentase komposisi (%)
Berat komponen sampah (kg) + berat total sampah yang diukur (kg) ×100 %
1. Plastik
= Berat komponen sampah (kg) + berat total sampah yang diukur (kg)
×100 %
36 kg
= x 100
149,7 kg
= 24,04 %
2. Kertas
= Berat komponen sampah (kg) + berat total sampah yang diukur (kg)
×100 %
7 kg
= x 100
149,7 kg
= 4,67 %
3. Buah – buahan
= Berat komponen sampah (kg) + berat total sampah yang diukur (kg)
×100 %
10,6 kg
= x 100
149,7 kg
= 7,08 %
4. Sayuran
= Berat komponen sampah (kg) + berat total sampah yang diukur (kg)
×100 %
67 kg
= x 100
149,7 kg
= 44,75 %
5. Pampers
= Berat komponen sampah (kg) + berat total sampah yang diukur (kg)
×100 %
2,5 kg
= x 100
149,7 kg
= 1,67 %
6. Botol dan sterofoam
= Berat komponen sampah (kg) + berat total sampah yang diukur (kg)
×100 %
4,8 kg
= x 100
149,7 kg
= 3,20 %
7. Kain perca
= Berat komponen sampah (kg) + berat total sampah yang diukur (kg)
×100 %
21,8 kg
= x 100
149,7 kg
= 14,56 %

B. Pembahasan
Pada saat praktikum, sampah yang dimasukkan ke dalam bak penampung
sampah yaitu sampah yang telah di bawa oleh mahasiswa, lalu masukkan
sampah ke dalam bak penampung sampah setelah itu sampah dimasukkan ke
dalam bak sampah dengan cara ditekan sampai padat lalu sampah ditimbang
kembali dan catat hasilnya. Setelah itu sampah yang terdapat di dalam bak
penampung sampah dituangkan ke atas terpal, setelah dituangkan diatas terpal
sampah mulai dipisahkan berdasarkan jenis-jenisnya baik organic maupun
anorganik. Dan pisahkan sesuai jenisnya misalkan organic yaritu sayuran
dipisahkan dengan buah buahan, sedangkan sampah anorganik misalnya plastic
dipisahkan dengan kaleng dan bahan-bahan lainnya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan berat jenis sampah yang dilakukan pada
praktikum ini dengan sampel sampah pasar dengan berat sampel 149,7 kg hasil
yang diperoleh dari berat jenis sampah tersebut adalah 149,7 kg/ m3.
Berdasarkan hasil pemeriksaan berat jenis sampah yang dilakaukan pada
praktikum ini dapat menarik analisa hasil bahwa dari komposisi sampah yaitu
terdiri dari bahan organic dan anorganik. Penjabaran dari komposisi tersebut
antara lain: 7,08 % daun-daunan, 44,75 % sayuran.
Keberadaan sampah di kehidupan seharu-hari tak lepas dari tangan manusia
yang membuang sampah sembarangan, mereka menganggap barang yang telah
dipakai tidak memiliki kegunaan lagi dan membuang dengan seenaknya sendiri.
Kurang kesadaran akan pentingnya kebersihan menjadi factor yang paling
dominan, disamping itu kepekaan masyarakat terhadap lingkungan, harus
dipertanyakan. Mereka tidak mengetahui bahaya apa saja yang akan terjadi
apabila tidak dapat menjaga lingkungan sekitar.
Pengelolaan sampah yang baik harus memenuhi 3R yaitu reuse, reduce,
recycle. Sampai sekarang masih menjadi cara terbaik dalam mengelola dan
menangani sampah dengan berbagai permasalahannya. Penerapan system 3R
menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah disamping mengolah sampah
menjadi kompos atau memanfaatkan sampah menjadi sumber listrik (PLTSa;
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Justru pengelolaan sampah dengan system
3R dapat dilaksanakan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari.

V. Penutup
A. Kesimpulan
Pada praktikum pengelolaan sampah dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
sudah mengetahui dan dapat mengidentifikasikan jenis-jenis sampah serta sudah
mengetahui berat jenis sampah.
B. Saran
Dengan terselesaikannya laporan praktikum pengelolaan sampah ini
mudah-mudahan dapat memenuhi tugas mata kuliah pengelolaan sampah. Dan
apabila dalam penulisan laporan praktikum pengelolaan sampah ini terdapat
banyak kesalahan, mohon kritik dan sarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Tcobanoglois. 1993. Integrated Solid Waste Management : Engineering Principles and


Management Issue, McGraw Hill Publishing Company, New York. (Diakses pada
21 April 2021)
Gunawan. 2007. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Penanganan Sampah.
Tesis Magister Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar. (Diakses pada
21 April 2021)

LAMPIRAN
Proses pemasukkan sampah ke
Proses penimbangan sampah
dalam bak penampung

Proses identifikasi sampah

Anda mungkin juga menyukai