Anda di halaman 1dari 24

MASALAH PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA

PENGELOLAAN SAMPAH BERKELANJUTAN IPST SARBAGITA

DOSEN PEMBIMBING : FIRSTA REKAYASA, S.T, M.T

DISUSUN OLEH :
FILASIAS TIAR MARTIN (D1091141012)
ATRIE VIRDUANI

(D1091141026)

SARI AJI PRARTIWI(D1091141033)


RENDI SAPUTRA

(D1091141036)

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1.

Latar Belakang..........................................................................................1

1.2.

Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3.

Tujuan dan Sasaran....................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3


BAB III PEMBAHASAN........................................................................................5
3.1.

Permasalahan Sampah...............................................................................6

3.2.

Pengelolaan Sampah Berkelanjutan..........................................................8

3.3.

Studi Kasus IPST Sarbagita.....................................................................11

BAB IV PENUTUP...............................................................................................19
4.1.

Kesimpulan..............................................................................................19

4.2.

Saran........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................20

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Terletak di sebelah Timur Pulau Jawa, Bali merupakan salah satu destinasi
wisata utama di Indonesia yang sudah terkenal di seluruh dunia. Selain terkenal
dengan keindahan alam terutama pantainya, Bali juga terkenal dengan kesenian
dan budaya yang unik dan menarik. Hal ini tentu akan menarik minat bagi para
pengunjung baik lokal maupun mancanegara untuk datang berkunjung ke Bali.
Dengan datangnya para pengunjung ke Bali tentu akan meningkatkan jumlah dan
kepadatan penduduk yang ada disana sehingga perlu adanya pembangunan yang
berkelanjutan agar dapat menampung para pengunjung yang akan datang kesana.
Melakukan pembangunan yang dilakukan terus-menerus tentunya juga memiliki
dampak positif maupun negatif bagi lingkungannya, salah satunya adalah
perubahan komsumsi masyarakat yang pada akhirnya menimbulkan permasalahan
baru diantaranya adalah timbulnya sampah.
Menurut Azwar (1990) sampah merupakan sebagian dari sesuatu yang
tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang dimana umunya
berasal dari kegiatan yang dilakukan masyarakat, tetapi bukan biologis dan
umumnya bersifat padat, salah satu yang mempengaruhi bertambahnya sampah
adalah dikarenakan aktivitas manusia yang tidak pernah berhenti. Oleh karena itu
kebersihan merupakan suatu kebutuhan atau tuntutan bukan sebuah keinginan
serta partisipasi dan kesadaran dari masyarakat sampai sekarang dalam
penanganan terhadap sampah masih sangat rendah sedangkan pertumbuhan
sampah semakin hari semakin meningkat dan perilaku 3R (Reuse, Reduce,
Recycle) masih jauh dari harapan.
Pada pengelolaan sampah yang ada hampir sepenuhnya dibebankan kepada
Pemerintah Daerah dalam mengatasi permasalahan sampah yang ada. Lahan
Tempat Pembuangan Akhir di wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Sarbagita
cepat penuh sehingga sulit mencari lahan lain untuk dijadikan TPA baru,
keterbatasan dana untuk alat angkut dan alat berat, keterbatasan Sumber Daya
Manusia baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan hal ini tentu akan
mengakibatkan pencemaran meningkat seperti bau, lindi dan vector penyakit.

Oleh karena itu permasalahan ini tidak bisa diatasi bila dibebankan kepada satu
pihak saja, seharusnya harus ada partisipasi masyarakatnya juga agar dapat
mengatasi permasalahan sampah yang ada serta menjalin kerjasama antar
Pemerintah Daerah dengan masyarakat dan menjadi sebuah peluang dan perlu ada
kajian lebih lanjut agar dapat menyelesaikan dan menghadapi permasalahan
sampah yang ada di Kota Sarbagita, Bali.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang ada dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang menjadi faktor pendorong dan penghambat dalam pengelolaan
sampah IPST di kota Sarbagita
2. Bagaimana mekanisme pengelolaan sampah terpadu di Sarbagita
1.3. Tujuan dan Sasaran
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1. untuk mengidentifikasi pengelolaan sampah serta faktor apa saja yang
menjadi pendorong dan penghambat dalam pengelolaan sampah di
Sarbagita.
2. Mengidentifikasi pentingnya pengelolaan sampah cara terpadu
Adapun sasaran dari makalah ini yaitu :
1. Menjabarkan faktor pendorong dan penghambat dalam pengelolaan
sampah IPST di Saragita.
2. Mengidentifikasi pengelolaan sampah IPST di Saragita.

BAB II TINJAUAN TEORI


Banyak sekali pengertian mengenai sampah/limbah padat itu sendiri.
Sampah merupakan produk samping dari aktifitas manusia sehari-hari, sampah ini
apabila tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan tumpukan sampah yang
semakin banyak.

Menurut UU 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah,

mendefinisikan sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses


alam yang berbentuk padat.

Atau bisa juga diartikan sebagai Sampah adalah

semua buangan yang timbul akibat aktifitas manusia dan hewan yang biasanya
berbentuk padat yang dibuang karena tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi
(tchobanoglous, 1993).
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah
umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting
pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb
(SNI 19-2454-1991).
Pasal 28H Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan terciptanya
kehidupan yang sejahtera lahir dan batin dalam suatu lingkungan hidup yang baik
dan sehat. Pengelolaan sampah dengan paradigma yang sampai saat ini dianut
tidaklah kondusif untuk melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar 1945
tersebut. Untuk dapat melaksanakan amanat Undang-undang Dasar 1945 tersebut
pengelolaan sampah harus melandaskan diri pada paradigma baru yang
memandang sampah sebagai sumber daya yang dapat memberikan manfaat.
Sumber-Sumber Sampah menurut UU No. 18 Tahun 2008 Bab I Pasal 1
menyebutkan sumber sampah adalah asal timbulan sampah .Sumber sampah pada
umumnya berkaitan dengan tata guna lahan, seperti daerah perumahan,
perkantoran, kawasan komersial, dan lain-lain sehingga sumber-sumber sampah
ini dapat dikembangkan sejalan dengan pengembangan tata guna lahannya. Ada
beberapa kategori sumber sampah yang dapat digunakan sebagai acuan, yaitu :
1. Sumber sampah yang berasal dari daerah perumahan, contoh: perumahan
masyarakat berpenghasilan tinggi, menengah, dan rendah.
2. Sumber sampah yang berasal dari daerah komersial, contoh: pasar,
pertokoan, hotel, restoran, bioskop, industri, dll.

3. Sumber sampah yang berasal dari fasilitas umum, contoh: perkantoran,


sekolah, rumah sakit, taman, jalan, saluran/sungai, dll.
4. Sumber sampah yang berasal dari fasilitas sosial, contoh: panti-panti sosial
dan tempat-tempat ibadah.
5. Dari sumber-sumber lain.
Bahan Baku

sampah
sampah

Pengolahan

Proses Daur Ulang

Pengolahan Lanjut

Gambar 2
Konsumen
Proses Pembentukan Sampah

Pembuangan Akhir

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Sampah dan Jenisnya


Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia.
Tidak hanya di Negara-negara berkembang, tetapi juga di Negara-negara maju,
sampah selalu menjadi masalah. Rata-rata setiap harinya kota-kota besar di
Indonesia menghasilkan puluhan ton sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh
truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah
disediakan tanpa diapa-apakan lagi. Dari hari ke hari sampah itu terus menumpuk
dan terjadilah bukit sampah seperti yang sering kita lihat.
Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan mengganggu penduduk di
sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah sering dihinggapi lalat. Dan
juga dapat mendatangkan wabah penyakit. Walaupun terbukti sampah itu dapat
merugikan, tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena selain dapat mendatangkan
bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi barang yang
bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya.
Jenis-jenis sampah jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka
ragam, ada yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar,
sampah rumah sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan,
sampahninstitusi/kantor/sekolah, dan sebagainya. Berdasarkan asalnya, sampah
padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :
1. Sampah organic,
Sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh
mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan
melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan
organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa
makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit
buah, daun dan ranting. Selain itu, pasar tradisional juga banyak menyumbangkan
sampah organik seperti sampah sayuran, buah-buahan dan lain-lain.
2. Sampah Anorganik
Sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati, baik berupa produk
sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah

anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan produk-produk olahannya,


sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen.
Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/ mikroorganisme secara
keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat
diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga
misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng,
Berdasarkan wujud atau bentuknya dikenal tiga macam sampah atau limbah
yaitu : limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Contoh limbah cair yaitu air
cucian, air sabun, minyak goreng sisa, dll. Contoh limbah padat yaitu bungkus
snack, ban bekas, botol air minum, dll. Contoh limbah gas yaitu karbon dioksida
(CO2), karbon monoksida (CO), HCl, NO2, SO2 dll.
3.2 Permasalahan Sampah
Bagi sebagian dari masyarakat sampah bukanlah masalah, hal inilah yang
sangat mengkhwatirkan. Padahal sampah itu merupakan masalah yang paling
besar terhadap lingkungan sekitar kita, jika dilihat sekitar lingkungan anda sudah
bersihkah dari sampah? .Jika sampah terus menerus dibuang berserakan ditengah
jalan dan dibuang ditempat sungai atau selokoan air rumah . Pasti sudah langsung
mengetahuinya karena betapa kotor dan kumuhnya daerah yang dipenuhi sampah
selain itu juga sangat berdampak buruk bagi kita yang berada di sekitar sampah
tersebut.
Sampah dapat membawa dampak yang sangat buruk bagi kesehatan
masyarakat apabila tidak dapat ditanggulangi. Jika sampah tersebut dibuang
sembarangan atau ditumpuk tanpa adanya pengelolaan yang baik, maka akan
menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan yang terjadi di lingkungan
masyarakat. Sebagian dari kita pun tidak menyadari bahwa setiap hari terjadi
penumpukan sampah baik sampah yang organik (sampah yang dapat diuraikan)
maupun anorganik (sampah yang tidak dapat diuraikan).
Sebenarnya sampah tidak lah salah tetapi yang salah adalah perbuatan dari
manusianya itu sendiri dalam membuang sampah. Sampah pastinya diakibatkan
oleh manusia itu sendiri, perlu diketahui bahwa banyak penyebab yang
diakibatkan dari manusia dalam membuang sampah ataupun limbah secara
sembarangan, yakni di dalam pikiran sebagian masyarakat pada umumnya

menganggap bahwa membuang sampah sembarangan ini bukanlah hal yang salah
dan wajar untuk dilakukan. Norma dari lingkungan sekitar seperti keluarga,
sekolah, masyarakat, atau bahkan tempat pekerjaan. Pengaruh lingkungan
merupakan suatu faktor besar didalam munculnya suatu perilaku. Contohnya,
pengaruh lingkungan seperti membuang sampah sembarangan, akan menjadi
faktor besar dalam munculnya perilaku membuang sampah sembarangan.
Seseorang akan melakukan suatu tindakan yang dirasa mudah untuk
dilakukan. Jadi, orang tidak akan membuang sampah sembarangan jika
tersedianya banyak tempat sampah. Tempat yang kotor dan memang sudah
banyak sampahnya. Tempat yang asal mulanya terdapat banyak sampah, bisa
membuat orang yakin bahwa membuang sampah sembarangan diperbolehkan
ditempat tersebut. Jadi, warga sekitar tanpa ragu untuk membuang sampahnya di
tempat tersebut. Selain itu terdapat berbagai hal yang dapat menjadikan sampah
sulit untuk dikelola dengan baik, yakni:
a. Pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari kemampuan masyarakat
untuk mengelola dan memahami masalah persampahan.
b. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat yang tidak disertai dengan
keselarasan pengetahuan tentang persampahan.
c. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi di segala bidang
termasuk bidang persampahan.
d. Kebiasaan pengelolaan sampah
menimbulkan

pencemaran

air,

yang

tidak

udara

dan

efisien,
tanah,

tidak
sehingga

benar,
juga

memperbanyak populasi vector pembawa penyakit seperti lalat dan tikus.


e. Kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan kembali barang bekas
juga ketidakmampuan masyarakat dalam memelihara barangnya sehingga
cepat rusak, Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya,
sehingga cepat menjadi sampah.
f. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai Tempat Tembuangan Akhir
(TPA) sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi
pembuangan sampah juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan
penggunaan tanah.
g. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya
dipakai sebagai tempat pembuangan sampah.
h. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.

3.3 Konsep Pengelolaan Sampah Berkelanjutan


Secara umum kondisi sampah kota memperlihatkan karakteristik yang
khas yaitu sampah kota memiliki komposisi terbesar adalah sampah organik,
dengan nilai rata-rata sebesar 79,164 prosen, sedangkan sampah non organik
hanya sebesar 20,836 % dengan besaran simpangan baku sebesar 9,5 %. Dengan
komposisi sampah yang demikian dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan
perencanaan pemanfaatan sampah. Jika dari sejurlah kurang lebih 79,16 %
sampah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai kompos, maka beban sampah
sebagai sampah non organik hanya bersisa 20,836 % dari total sampah yang harus
masuk ke TPA. Jika sejumlah 20,836 % sampah non organik tersebut dapat
dimanfaatkan dalam kegiatan daur ulang dan atau pemanfaatan kembali (recycle
dan reuse), maka jumlah sampah yang harus dikelola di dalam TPA akan semakin
berkurang. Dengan demikian sarana transportasi dan alat berat yang harus
disediakan atau dibutuhkan untuk kegiatan di dalam TPA juga akan semakin
berkurang. Rata-rata komposisi plastik dari sampah mencapai 10,55 %. Nilai
10,55 % ini dapat dianggap sebagai potensi produk plastik untuk dikelola lebih
lanjut. Pada saat ini Dinas Kebersihan dan Masyarakat melakukan pengurangan
produksi sampah dengan dua tahapan, yaitu:
1. Mengurangi sampah sejak dari sumbernya. Dalam kegiatan ini masyarakat
melakukan kegiatan pemilahan di tempat masing-masing. Tindakan ini untuk
mengurangi beaya pengumpulan sampah dan berakibat pada pengurangan
beban operasional transfer dan transport sampai dengan beaya pengelolaan di
TPA.
2. Mengurangi sampah yang masuk ke TPA. Dalam kegiatan ini masyarakat
sebagai penghasil sampah membuang sampah tanpa pethilahan terlebih dahulu.
Selanjutnya sekelompok masyarakat yang lain memilah sampah yang sudah
terkumpul di lokasi transfer (TPS) untuk diambil bagian yang masih
bermanfaat, sebagian untuk kompos dan bagian lainnya dibuang ke TPA.
Tindakan ini untuk mengurangi biaya transfer dan transport yang berakibat
pada pengurangan biaya pengelolaan TPA.
Dari uraian tersebut di atas diperlukan secara tegas dibedakan antara
penanganan sampah organik dan an organik. Penangan sampah organik
sepenuhnya atas partisipasi masyarakat dan swasta, sedangkan penangan sampah

anorganik domain-nya ditangani pemerintah Perbedaan ini sangat diperklukan


untuk mengarahkan masyarakat dalam mernangani sampahnya masing-masing.
Dengan adanya perbedaan ini maka masyarakat sepenuhnya bertanggungjawab
atas sampah organik yang dihasilkannya, hingga menjadi kompos serta
mengembalikannya menjadi pupuk organik untuk keperluan sendiri maupun
dijual. Untuk mewujudkan hal ini pemerintah menjamin kemudahan penyaluran,
melalui kebijakan yang mendukung.
3.3.1 Pengelolaan Sampah Berkelanjutan
Pengelolaan sumberdaya berkelanjutan (sustainable resource management),
adalah suatu proses perubahan dimana kesinambungan pemanfaatan dan
perlindungan sumberdaya alam, arah arah investasi sumardaya alam dan
perubahan kelembagaan yang berkaitan dengan pemanfaatan dan perlindungan
suberdaya alam tersebut konsisten dengan sasaran pemanfaatan saat ini dan di
masa yang akan datang. Pengelolaan sumber daya berkelanjutan mempunyai
dimensi ekonomi, sosial dan ekologi. Dimensi ekonomi menekankan bahwa aspek
pertumbuhan, pemerataan, dan efisiensi dalam ppemanfaatan sumebrdaya allam,
harus diupayakan secara terus menerus. Dimensi sosial mencakup isu-isu yang
berkaitan dengan distribusi keuntungan secara adil, proses pengelolaan
sumebrdaya secara partisipatif, pemberdayaan masyarakat serta penghapusan
kemiskinan. Dimensi ekologi lebih menekankan pentingnya upaya-upaya untuk
mencegah terganggunya fungsi dasar ekosistem sehingga tidak mengganggu
fungsi layanan ekologi( ecological services). ( Asdak.2001 ).
Agar pengelolaan sampah dapat berkelanjutan, maka ketiga pilar ekonomi,
sosial dan lingkungan menjadi dasar penyusunan konsepnya. Tahapan pengelolaan
dan distribusinya diarahkan pada terwujudnya ketiga pilar tersebut Untuk
mewujudkan konsepsi pengelolaan sampah berkelanjutan seperti diuraikan
diperlukan berbagai kebijakan dan partisipasi masyarakat secara tegas dan
konsekwen. Pemerintah Pusat. Propinsi dan Kota/Kabupaten harus menerbitkan
kebijakan yang dapat merangsang partisipasi masyarakat mengelola sampah
secara mandiri. Pemerintah pusat menerbitkan kebijakan nasional untuk
merangsang pertumbuhan industri yang memproduksi barang, kemasan yang
mudah terurai, dan menghentikan produksi barang atau kemasan yang tidak

mudah

terurai.

Pemerintah

propinsi

mendukung

kebijakan

ini

dengan

menfasilitasi kegfatan ekonomi / industri yang searah dengan kebijakan nasional.


Pemerintah Kota/kabupaten secara aktif memberikan kemudahan dan insentif
terhadap upaya ini. Dengan kebijakan tersebut diharapkan masyarakat memiliki
kesadaran

akan

perlunya

mengurangi

pemakaian

barang/kemasan

yang

menimbulkan masalah lingkungan. Selain itu kebijakan pemerintah harus


memberikan gairah masyarakat berpartisipasi dalam upaya mereduksi jumalah
samapah yang terus meningkat, dengan memanfaatkan dan mendaur ulangnya.
Sampah organik yang merupakan sampah terbesar yang diproduksi
masyarakat, harus menjadi tanggung jawab masyarakat masing-masing, untuk
selanjutnya dikembalikan ke lingkungan sebagai pupuk organik. Untuk menjaga
keberlanjutan

ini

maka

pemerintah

dan

swasta

menfasilitasi

dengan

memanfaatkan hasil kegiatan in i dalam bnerbagai sektor, seperti pengembalian


lahan kritis, konservasi tanah, peningkatan kualitas RTH dan penggalakan
pertanian organik, yang saat ini mulai digemari masyarakat.
Bagan alir Peran Pemerintah, Swasta dan Masyarakat dalam Pengelolaan
Sampah yang Berkelanjutan berikut menggambarkan Peran Pemerintah Pusat
mengeluarkan kebijakan payung, Peran Pemerintah Propinsi mengeluarkan
kebijakan pendukung dan Peran Pemerintah Kabupaten/Kota menjalankan
pemberdayaan dan mengeluarkan kebijakan operasional dimana ketiga pemerintah
tersebut saling bersinergi dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan tersebut kepada
pihak swasta dan masyarakat dalam pengelolaan sampah berkelanjutan. Adapun
peran pemerintah, swasta dan masyarakat dari aspek ekonomi, social-poltik dan
lingkungan dijelaskan melalui tabel berikut yang menggambarkan berbagai
langkah yang harus ditempuh oleh Pemerintah, swasta dan masyarakat untuk
menghiduppkan mewujudkan pilar ekonomi, sosial dan lingkungan sebagai dasar
terwujudnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Akhirnya, dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara
terpadu dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas
dan wewenang Pemerintah dan Pemerintahan Daerah untuk melaksanakan
pelayanan publik, diperlukan payung hukum. Pengaturan hukum pengelolaan
sampah dalam Undang Undang ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas

berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan,


asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.
3.4 Studi Kasus IPST Sarbagita
IPST SARBAGITA merupakan Instalasi Pengelolaan Sampah Terpadu yang
mencakup wilayah Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan. Kegiatan
pengelolaan sampah ini berpusat di TPA Suwung-Sanur yang berada di wilayah
Denpasar Timur. Pengelolaan sampah ini menghasilkan Output dari sampah
menjadi pupuk kompos. Pengelolaan sampah ini membutuhkan kerjasama antar
desa dengan pemerintah kabupaten dengan pihak swasta.
TPA Regional yang dipilih menjadi lokasi IPST adalah TPA Suwung yang
terletak di wilayah Kota Denpasar. TPA Suwung seluas 24 Ha yang telah
beroperasi sejak tahun 1990, akan dikelola oleh investor terpilih berkerja sama
dengan pemerintah kota setempat. Dengan konsep utama adalah mengumoulkan
dan mengolah sampah dari keempat kota-kabupaten di suatu lokasi pengolahan
dengan pemanfaatan sampah lebih lnjut menjadi pupuk, barang daur ulang dan
energi pembangkit listrik. Lahan TPA regional pun dicari, persyaratan-persyaratan
utama ditetapkan, badan pengelola dibentuk, investor diundang dan diseleksi
untuk tawaran kerjasama sekian tahun.

Gambar Lokasi IPST SARBAGITA


Sumber : Sumber :PPT Desain Kemitraan Pengelolaan IPST SARBAGITA

Gambar Lokasi-Lokasi Pengelolaan Sampah


Sumber : www.balifokus.asia.

3.3.1 Mekanisme Pengelolaan Sampah Menjadi Kompas


1. Pengangkutan Sampah
Pengumpulan sampah ini didapatkan dari Sampah yang dihasilkan rumah
tangga, warung, pasar desa, dan vila, rumah sakit, dan sampah yang berada di
TPS setempat yang tersebar di wilayah SARBAGITA.

Pengangkutan ini

dilakukan menggunakan truk dari dinas kebersihan Kabupaten/Kota setempat.


Pengangkutan ini dilakukan 2 kali sehari pada waktu pagi dan sore ataupun
pengangkutan dikondisikan jika pada waktu sampah meningkat menjadi 3 kali
sehari untuk waktu pengangkutan. Adapun untuk sampah rumah tangga yang
berada di gang kecil diangkut menggunakan mobil pick-up mini atau gerobak
angkut. Dalam penggunaan jasa pengangkutan sampah ini dikenakan biaya
retribusi yang bervariasi.

Gambar Moda Transportasi yang Digunakan Untuk Pengangkutan Sampah


Sumber : http://waropenkab.go.id/

2. Proses Pemilahan Sampah


Pemilahan merupakan taha yang dapat dikatakan sulit dikarnakan dalam
oengangkutan sampah ini belum adanya pemisahan dari sumber penghasilan
sampah. Dalam pemilahan sampah ini menhasilkan pisahan antara sampah

organik dan anorganik. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari literatur


didapatkan data pengelola Depo Cemara (Sanur Kaje), sampah yang dipilah itu
menghasilkan 55 % sampah organik, 35% sebagai residu yang dibuang ke
TPA, dan 10 % sampah anorganik lapak (potongan besi/logam, kertas dan
kardus, botol/ gelas aqua plastik, dsb.) yang bisa dijual. Hal ini dapat
dimaklumi karena sampah yang diolah di Desa Sanur Kauh atau Sanur Kaje.

Gambar Alat Pemilahan Sampah


Sumber : www.balifokus.asia.

3. Fermentasi
Sampah organik ini yang yang dimanfaatkan dalam proses fermentasi. Sisasisa dari ayakan sebelumnya yang masih ada (ampas) digunakan sebagai stater,
dicampur dengan sampah organik yang siap difermentasi. Agar sampah
baruyang difermentasi cepat lapuk (mempercepat proses pembusukan)
sampahyang siap difermentasi dimasukan ke kotak bambu atau ke ruang
fermentasi . Selama waktu proses fermentasi yang berlangsung sekitar 10 hari,
setiap hari harus dilakukan penyiraman dengan air secara merata (tidak boleh
berlebihlebihan sampai merembes ke luar). Hal ini dimaksudkan untuk
mempercepat proses pembusukan. Depo di Desa Sanur Kauh, proses
fermentasi yang dilakukan ini berlangsung hingga 21 hari. Sementara itu,
proses fermentasi sampah oleh Depo Desa Seminyak dilakukan dengan
menggunakan sistem Takakura. Sampah yang difermentasi tidak diaduk, tetapi
setiap hari harus disiram.

Gambar Proses Fermentasi Sampah


Sumber : http://4.bp.blogspot.com/

4. Pembalikan dan Penyiraman


Setelah 10 hari, kotak fermentasi dibuka dan sampah dikeluarkan dan
ditampung/ditumpuk di luar dalam bentuk bujur sangkar. Tumpukan sampah
yang sudah lapuk tersebut setiap minggu harus dibalik dengan tetap melakukan
penyiraman dengan air secukupnya dan secara merata.

Gambar Alat Penyiraman Alat


Sumber :PPT Desain Kemitraan Pengelolaan IPST SARBAGITA

5. Pencacahan dan Pengayakan


Setelah 3 minggu dibolak-balik, sampah yang sudah lapuk siap untuk
dicacah dengan mesin pencacah. Hasil sampah yang telah dicacah didiamkan
selama 3 4 hari agar kering dan mudah untuk diayak. Pengayakan akan
menghasilkan butiran-butiran kompos dan sisa ayakan (ampas) yang akan
didaur lagi sebagai stater dengan sampah baru yang siap untuk difermentasi.
Kasus di Desa Sanur Kauh, pencacahan dilakukan 2 kali, yaitu sebelum dan
setelah proses fermentasi. Hal ini dilakukan karena kebanyakan sampah
organik (sisa upacara) yang dihasilkan terdiri atas daun kelapa (janur/busung

dan selepan/daun kelapa tua) yang berserat, tebal dan dalam kondisi masih
segar, dan lapuknya agak lama.

Gambar
Proses Pencacahan dan Pengayakan Sampah
Sumber : isroi.files.wordpress.com

6. Pemasaran Hasil (Kompos)


Menurut informasi dari petugas operasional lapangan hasil pengolahan
sampah dalam bentuk kompos dijual secara eceran . Para pelanggan umumnya
dari pengusaha kebun bunga yang ada di sekitar, beberapa dari petani untuk
pupuk sawah. Menurut informasi dari petugas di lapangan, selama ini, belum
ada pelanggan tetap yang membeli komposnya. Hal ini dialami juga oleh depo
yang ada di Desa Temesi, dan Sanur Kauh. Namun di depo Desa Seminyak,
permintaan kompos oleh hotel belum terpenuhi (masih kekurangan produksi
kompos).
3.3.2 Faktor Pendorong Pengelolaan Sampah oleh Masyarakat
Faktor yang memotivasi munculnya pengelolaan sampah oleh masyarakat
desa tersebut akibat terjadinya sinergis dari berbagai faktor berikut :
a. Kesadaran terhadap tantangan permasalahan sampah yang timbul dan
cendrung semakin kompleks di lingkungannya
b. Desa sebagai daerah atau tujuan wisata (eco-tourism)
c. Lomba kebersihan lingkungan yang diprakarsai oleh pemerintah
d. Peran proaktif LSM lingkungan untuk memberdayakan masyarakat dalam
pengelolaan sampah
e. Kesadaran budaya (lingkungan sakral/suci)

3.3.3 Kendala dalam Pengelolaan Sampah

Hambatan yang sering dihadapi oleh masyarakat desa dalam pengelolaan


sampah, yaitu seperti berikut :
a. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan swakelola
sampah dengan baik dan aman
Sulitnya mendapatkan lahan untuk depo pengelolaan sampah
Sampah yang ditempatkan oleh warga di depan rumah (TPS) tidak terpilah
Terbatasnya keberadaan dan kepemilikan armada pengangkut sampah
Waktu pengangkutan sampah yang tidak tepat sering menimbulkan

b.
c.
d.
e.

kemacetan lalu lintas


f. Proses pemilahan sampah di depo cukup lama, karena sampah yang
dikirim dalam kondisi tercampur antara sampah organik dan anorganik
g. Musim hujan pengangkutan dan pemilahan sampah agak terhambat,
karena sampah basah dan karyawan tidak bisa bekerja optimal
h. Keterbatasan alat bantu pencacah sampah
i. Volume sampah yang berhasil diolah masih terbatas (terbatasnya dana dan
tenaga)
j. Masalah pemasaran hasil pengolahan sampah, yaitu penjualan kompos
masih kurang lancar dan sangat terbatas
k. Kurangnya jaminan kesehatan yang diterima oleh pekerja pengolah
sampah
l. Keberadaan dana operasional pengelolaan sampah masih terbatas
3.3.4

Keterkaitan Aspek-Aspek dalam Pengelolaan IPST SARBAGITA


1. Aspek Legal Kelembagaan
Butuhnya kerjasama empat pemerintah kota kabupaten dan koordinasi

dengan pemerintah provinsi, diperlukannya kerangka legal yang cukup kuat.


Secara kelembagaan terdapat 3 organisasi atau badan utama dalam konsep
pengelolan sampah terpadu di SARBAGITA ini, antara lain :
a. Badan Pengatur dan Pengendalian Kebersihan SARBAGITA (BPPKS)
Lembaga teknis daerah yang berbentuk badan koordinasi antar
pemerintah kabupaten/kota di wilayah SARBAGITA yang berada di bawah
dan bertanggungjawab kepada bupati/walikota di wilayah SARBAGITA.
Organisasi ini memiliki fungsi melaksanakan sebagian kewenangan otonomi
daerah di bidang pengaturan dan pengendalian kebersihan secara mandiri
dari Pemerintah Kabupaten/Kota SARBAGITA, serta mengembangkan
suatu sistem pengelolaan kebersihan secara terpadu dalam upaya
peningkatan pelayanan pengelolaan kebersihan kepada masyarakat,

termasuk dalam membantu, mengendalikan serta melindungi BPKS, DKP,


sektor swasta/investor.
b. Badan Pengelola Kebersihan SARBAGITA (BPKS)
Lembaga teknis berbentuk badan pelaksana non perangkat daerah yang
melayani antar pemerintah Kabupaten/Kota di wilayah SARBAGITA yang
berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Bupati/Walikota di
wilayah SARBAGITA. BPKS memiliki tugas pokok dalam melaksanakan
sebagian kewenangan otonomi daerah dibidang pengolaan operasional
pelayanan umum kebersihan dari Pemerintah Kabupaten/Kota di wilayah
SARBAGITA dan mendorong pelaksanaan kerja sama pemerintah swasta
serta masyarakat secara bertahap dibidang pengelolaan kebersihan.
c. Badan Pengawas Pengelolaan Kebersihan SARBAGITA (BP2KS)
Lembaga indenpenden dan mandiri yang dibentuk masyarakat yang
peduli terhadap peningkatan pengelolaan dan mutu pelayanan umum
kebersihan yang terdiri dari berbagai unsur pelaksana daerah di wilayah
SARBAGITA. Organisasi ini berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada anggota masyarakat yang diwakilkan.
2.

Aspek Pembangunan Lembaga

Pembiyaan yang tercakup dalam biaya pengelolaan kebersihan untuk


kegiatan BPPKS, BPKS yang meliputi biaya operasional, biaya pegawai,
administrasi pengelolaan administrasi pengelolaan termasuk biaya fasilitasi
BP2KS, dialokasikan secara khusus dan dibebankan kepada:
a. APBD Provinsi Bali
b. APBD Keempat pemerintah Kota-Kabupaten
c. Pendapatan dari pengelolaan kebersihan yang dikelola oleh BPKS
d. Sumber-sumber pendapatan lainnya yang sah dan tidak mengikat
3. Aspek Pengaturan
Aspek ini merupakan komponen yang menjaga pola / dinamika sistem agar
dapat mencapai sasaran secara efektif. Umumnya kompleksitas permasalahan
justru diredam oleh penerbitan peraturan yang mengatur seluruh komponen
yang secara umum dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Sebagai landasan pendirian instansi pengelola (Dinas Perusahaan
Daerah dan lainnya)
b. Sebagai landasan pemberlakuan struktur tarif

c. Sebagai landasan ketertiban umum (masyarakat) dalam pengelolaan


persampahan
4. Aspek Peran Serta Masyarakat
Dalam kondisi keterbatasan kemampuan sistem, yakni penyediaan
kapasitas kerja maupun pendanaan, maka salah satu alternatif adalah peran
serta masyarakat. Untuk itu diperlukan upaya untuk menumbuhkan peran
masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan membentuk program yang
dilaksanakan secara terarah, intensif, dan berorientasi kepada penyebarluasan
pengetahuan, penanaman kesadaran, peneguhan sikap dan pembentukan
perilaku.
5. Aspek Teknik Oprasional
Aspek ini merupakan komponen yang paling dekat dengan obyek
pengelolaan sampah. Aspek ini terdiri dari perangkat keras, misalnya : sarana
pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Disini
permasalahan yang timbul pada umumnya berkisar pada perbedaan yang
jauh antara kebutuhan dan kapasitas operasi yang dapat disediakan oleh
sistem.

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dalam pengelolaan terdapat pengacuan sistem pengelolan sampah yang
terdiri dari aspek manajemen pengelolaan persampahan, aspek pembiayaan, aspek
pengaturan, aspek peran serta masyarkat dan aspek teknik operasional.
Pengelolaan sumber daya berkelanjutan mempunyai dimensi ekonomi,
sosial dan ekologi agar pengelolaan sampah dapat berkelanjutan. Maka ketiga
pilar ekonomi, sosial dan lingkungan menjadi dasar penyusunan konsep dalam
pengelolaan sampah.
Dalam pengelolaan sampah faktor-faktor yang menjadi kendala dalam
pengelolaannya yaitu masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam swakelola
sampah , Sulitnya mendapatkan lahan untuk depo pengelolaan sampah, Sampah
yang ditempatkan oleh warga di depan rumah (TPS) tidak terpilah, Keterbatasan
alat bantu pencacah sampah dan Volume sampah yang berhasil diolah masih
terbatas (terbatasnya dana dan tenaga).
Faktor yang menjadi pendorong dalam pengelolaan sampah yaitu adanya
motivasi pengelolaan sampah oleh masyarakat desa tersebut akibat terjadinya
sinergis dari kesadaran terhadap tantangan permasalahan sampah yang timbul dan
cenderung semakin kompleks di lingkungannya, Peran proaktif LSM lingkungan
untuk memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan sampah serta adanya
Kesadaran budaya (lingkungan sakral/suci).
Adapun keterkaitan Aspek-Aspek dalam Pengelolaan IPST Sarbagita
diantaranya yaitu Aspek Legal Kelembagaan, Aspek Pembangunan Lembaga,
Aspek Pengaturan, Aspek Peran Serta Masyarakat dan Aspek Teknik Oprasional.
Dimana dari aspek-aspek ini memiliki keterkaitan dan fungsinya masing-masing
dalam melakukan pengelolaan IPST Sarbagita.

4.2. Saran
Setelah

dibahas

beberapa

kajian

tentang

pengelolaan

maupun

pengendalian tentang sampah berkaitan dengan pola hidup masyarakat yang harus
terbiasa melakukan tindakan dan aksi sederhana dalam penanganan sampah yang

tiap tahun semakin bertambah volume sampahnya. Maka dari itu contoh
pengendalian sampah yang paling sederhana yang harus dilakukan masyarakat
yaitu dengan menumbuhkan kesadaran dari dalam dirinya untuk tidak merusak
lingkungan dengan sampah. Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya
masyarakat untuk lebih menghargai lingkungan, walaupun kadang harus
dihadapkan pada kejadian yang sering terjadi pada wilayah yang berkaitan
masalah pengelolaan dan pengendalian pemanfaatn sampah itu sendiri.
Kita sebagai planner ciptakanlah sebuah inovasi-inovasi yang dapat
mengurangi dampak dari sampah perkotaan yang ada sekarang ini. Dengan
mengajak masyarkat untuk ikut turut adil dalam pengelolaan dan pemanfataan
sampah yang tidak terbuang begitu saja. Adanya aksi nyata yang harus dicanagkan
untuk semua pihak yang terlibat dibutuhkan juga kerja sama antara pihak swasta
dan pemerintah, agar pelaksanaan pengelolaan dan pemanfataan sampah di
perkotaan dapat terealisasikan dan bisa menjadi potensi wilayah bagi kota atau
kawasan yang dapat mengelola sampah dengan baik dan bermanfaat pastinya.
Tak lepas akan sebuah inovasi-inovasi yang direncanakan nantinya.
Peraturan-peraturan yang terkait tentang pengelolaan, pengendalian, pemanfaatan
dan pelaksaanaan dapat secara tegas dilaksanakan dari pemerintah. Keberadaan
peraturan atau undang-undang persampahan dirasa sangat diperlukan. Peraturan
atau undang-undang ini akan mengatur hak, kewajiban, wewenang, fungsi dan
sanksi masing-masing pihak yang melanggar. Adapun beberapa aspek yang
berkaitan dengan pengelolaan persampahan yang harus berkesinambungan antara
satu aspek dengan aspek lainnya agar pengelolaan persampahan dapat berjalan
dengan baik dari aspek organisasi dan manajemen, aspek pembiayaan, aspek
pengaturan, aspek peran serta masyarakat dan aspek teknik operasional.
Terkait dengan program kerja terhadap pengelolaan dan pemanfataan
sampah di perkotaan yaitu dengan memenuhi sarana dan prasarana persampahan
yang belum memadai, maka stakeholder bisa mengatur dari hasil penjualan
sampah anorganik untuk bisa memenuhi sarana dan prasarana persampahan,
misalnya dengan cara menyisihkan sedikit hasil penjualan sampah anorganik
untuk ditabung dan dimanfaatkan untuk membeli sarana dan prasarana

pengomposan sehingga semua warga bisa melakukan pengomposan yang tidak


terpaku pada satu pihak tertentu saja dan hasil kompos tersebut dapat di produksi
dan ditribusikan lagi. Jadi pemnafataan sampah tidak sia-sia.
Mungkin masih ada segelintir masyarakat yang belum tahu atau dapat
membedakan sampah organic dan anorganik. Maka dari itu tugas kita sebagai
planner sebagai fasilitator ikut turut serta dan kepada pihak pemerintah maupun
swasata juga mendukung dalam kegiatan sosialisai tentang pengeolahan sampah
rumah tangga, perkantoran, kegiatan komersil dan lain sebagainya agar
warga/masyarakat di perkotaan dapat membedakan antara sampah organic dan
anorganik begitu pula dengan pemilahan sampah, dan pemberian fungsi dan
manfaat dari sampah yang akan dimanfaatkan nanti.

DAFTAR PUSTAKA
Info Sanitasi, 2011 . :Desain Kemitraan Pengelolaan TPA Regional Sarbagita
Denpasar
Bali.www.slideshare/infosanitasi/ppsp-desain-kemitraanpengelolaan-tpa-regional-sarbagitabali-denpasar?next_slideshow=2. Dikases
pada tanggal 15 November 2016
Info Sanitasi. 2011. Desain Kemitraan Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA)
Sampah
Regional
Katamantul,
Yogyakarta
http://www.slideshare.net/infosanitasi/desain-kemitraan-pengelolaan-tempatpemrosesan-akhir-tpa-sampah-regional-kartamantul-yogyakarta?
next_slideshow=1. Diakses pada tanggal 15 November 2016
Arif, Anita Syafitri. 2016. Bali Fokus http://www.balifokus.asia/singlepost/2016/04/27/LANDFILL-or-DUMPSITE-Suwung-for-RegionalSarbagita-Bali. Dikases pada tanggal 16 November 2016
Wardi, I Nyoman. 2013. Pengelolaan Sampah Berbasis Sosial Budaya: Upaya
Mengatasi
Masalah
Lingkungan
di
Bali.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/viewFile/97/80. Dikases pada
tanggal 16 November 2016

Anda mungkin juga menyukai