Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS PENGOLAHAN SAMPAH (COMPOSTING)

WONOREJO KOMPOS CENTER


SURABAYA

Disusun Oleh :

Fatimatus Zurroh (1552010073)

Gilang Nur Dwi Setiawan (1552010071)

Khathryn Debora Yunikarti Mahulaae (1552010095)

Atikah Margi Utami (1652010045)

Andhika Pratama (1652010064)

Dosen :

Mohamad Mirwan ST, MT

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2017
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Sampah merupakan sesuatu yang selalu dihasilkan dalam lingkungan sekitar.


Dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat terlepas dari dihasilkannya sampah. Seiring
berkembangnya jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu faktor
meningkatnya jumlah volume sampah. Sampah-sampah yang dihasilkan sebagian besar
bersumber dari aktivitas manusia. Peningkatan jumlah penduduk berarti peningkatan
jumlah timbulan sampah, dan semakin beragam aktifitas berarti beragam jenis sampah
yang dihasilkan.

Sampah merupakan konsekuensi yang harus dihadapi dalam kehidupan sehari-


hari. Pembuangan sampah yang dilakukan dengan cara terbuka dan di tempat terbuka
juga dapat berakibat meningkatnya intensitas pencemaran, tingginya kepadatan vektor
penyakit seperti lalat, tikus, nyamuk, kecoa, pencemaran terhadap udara, tanah, air dan
rendahnya estetika. Sumber-sumber sampah yang dihasilkan banyak dijumpai di
tempat-tempat umum, seperti di sekolah, stasiun, terminal, pasar, dan tempat wisata.

Sampah yang telah melalui proses pengelolaan seperti pewadahan, pemilahan,


dan pengumpulan perlu dilakukan proses selanjutnya yaitu pengolahan. Karena jika
tidak melalui proses pengolahan, sampah tersebut akan dibiarkan membusuk yang dapat
menimbulkan bau dan dapat merusak lingkungan udara, tanah, dan air serta sampah-
sampah yang sulit diurai juga dapat merusak estetika lingkungan. Untuk itu perlu
adanya proses pengolahan terhadap sampah.

Di kota Surabaya terdapat tempat pengolahan kompos yaitu Wonorejo Kompos


Center. Tempat ini didirikan pada bulan November 2014 oleh pengusaha dari Jepang
yang bekerjasama dengan pemerintahan Jepang dan Indonesia. Diawali dengan inisiatif
yang kuat untuk mengurangi jumlah sampah serta mengubah pandangan dari sampah
yang tidak bernilai ekonomi menjadi sampah yang dapat dimanfaatkan dan bernilai
ekonomi. Dalam makalah ini akan dianalisis proses pengolahan yang dilakukan di
tempat ini mulai dari sampah yang tidak bernilai menjadi sampah yang bernilai.
1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Maksud dari pembuatan makalah ini, yaitu :

1. untuk mengetahui proses composting sampah

2. untuk mengetahui jumlah sampah yang diolah

3. untuk mengetahui jumlah kompos yang dihasilkan setelah melalui proses composting

1.2.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu :

1. Menambah pengetahuan tentang proses composting

2. Menambah inspirasi bagi pembaca dalam berinisiatif menyelamatkan lingkungan


yang bersih dan sehat
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Sampah

2.1.1 Pengertian Sampah

Sampah merupakan bahan buangan dari kegiatan rumah tangga,


komersial,industry atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia lainnya.
Sampah juga merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak
terpakai (Purwendro & Nurhidayat,2006).

Menurut Soemirat Slamet (2004), sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi
dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ada yang mudah membusuk
dan ada pula yang tidak mudah membusuk. Sampah yang mudah membusuk terdiri dari
zat-zat organik seperti sayuran, sisa daging, daun dan lain sebagainya, sedangkan yang
tidak mudah membusuk berupa plastik, kertas,karet,logam, abu sisa pembakaran dan
lain sebagainya.

2.1.2 Timbulan Sampah

Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan
dari jenis sumbersampah di wilayah tertentu persatuan waktu (Departemen PU,2004).

Timbulan sampah adalah sampah yang dihasilkan dari sumber sampah (SNI,
1995).

Timbulan sampah sangat diperlukan untuk menentukan dan mendesain peralatan yang
digunakan dalam transportasi sampah, fasilitas recovery material, dan fasilitas Lokasi
Pembuangan Akhir (LPA) sampah.menurut SNI 19-3964-1995, bila pengamatan
lapangan belum tersedia, maka untuk menghitung besaran sistem, dapat digunakan
angka timbulan sampah sebagai berikut:

1.Satuan timbulan sampah kota sedang2,75-3,25 L/orang/hari atau0,070-0,080


kg/orang/hari.
2.Satuan Timbulan sampah kota kecil = 2,5-2,75 L/orang/hari atau0,625-0,70
kg/orang/hari

Keterangan : Untuk kota sedang jumlah penduduknya 100.000<p<500.000.

Untuk kota kecil jumlah penduduknya < 100.000.

Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun dimasa mendatang
merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajian sistem pengelolaan
persampahan. Prakiraan timbulan sampah merupakan langkah awal yang biasa
dilakukan dalam pengelolaan persampahan. Satuan timbulan sampah biasanya
dinyatakan sebagai satuan skala kuantitas perorang atau perunit bangunan dan
sebagainya. Rata-rata timbulan sampah tidak akan sama antara satu daerah dengan
daerah lainnya, atau suatu negara dengan negara lain disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain (Damanhuri dan Padmi, 2004):

1.Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya.

2.Tingkat hidup.

3.Perbedaan musim.

4.Cara hidup dan mobilitas penduduk.

5.Iklim.

6.Cara penanganan makanannya.

2.1.3 Komposisi Sampah

Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masing komponen


yang terdapat pada sampah dan distribusinya. Data ini penting untuk mengevaluasi
peralatan yang diperlukan, sistem, pengolahan sampah dan rencana manajemen
persampahan suatu kota. Pengelompokan sampah yang paling sering dilakukan adalah
berdasarkan komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai % berat atau % volume dari
kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan, dan sampah lain-lain
(Damanhuri dan Padmi,2004).
Semakin sederhana pola hidup masyarakat semakin banyak komponensampah
organik (sisa makanan dan lain-lain). Dan semakin besar serta beragam aktivitas suatu
kota, semakin kecil proporsi sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga.
Komposisi sampah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut (Tchobanoglous,
1993):

1.Frekuensi pengumpulan.

Semakin sering sampah dikumpulkan, semakin tinggi tumpukan sampah terbentuk.


Sampah kertas dan sampah kering lainnya akan tetap bertambah, tetapi sampah organic
akan berkurang karena terdekomposisi.

2.Musim.

Jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang berlangsung.

3.Kondisi Ekonomi.

Kondisi ekonomi yang berbeda menghasilkan sampah dengan komponen yang berbeda
pula. Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu masyarakat, produksi sampah kering seperti
kertas, plastik, dan kaleng cenderung tinggi, sedangkan sampah makanannya lebih
rendah. Hal ini disebabkan oleh pola hidup masyarakat ekonomi tinggi yang lebih
praktis dan bersih.

4.Cuaca.

Di daerah yang kandungan airnya cukup tinggi, kelembaban sampahnya juga akan
cukup tinggi.

5.Kemasan produk.

Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan mempengaruhi komposisi


sampah. Negara maju seperti Amerika banyak menggunakan kertas sebagai pengemas,
sedangkan negara berkembang seperti Indonesia banyak menggunakan plastic sebagai
pengemas.
2.1.4 Sumber Sampah

1. Sumber-Sumber Sampah

a.sampah buangan rumah tangga, termasuk sisa bahan makanan, sisa

pembungkus makanan dan pembungkus perabotan rumah tangga sampai

sisa tumbuhan kebun dan

sebagainya.

b.sampah buangan pasar dan tempat-tempat umum (warung, toko, dan sebagainya)
termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makanan,dan pembungkus lainnya, sisa
bangunan, sampah tanaman dan sebagainya

c.sampah buangan jalanan termasuk diantaranya sampah berupa debu jalan, sampah sisa
tumbuhan taman, sampah pembungkus bahan makanan dan bahan lainnya, sampah sisa
makanan, sampah berupa kotoran serta bangkai hewan.

d. sampah industri termaksud diantaranya air limbah industri, debu industri. Sisa bahan
baku dan bahan jadi dan sebagainya (Dainur,1995)

e. Sampah yang berasal dari perkantoran. Sampah ini dari perkantoran, baik perkantoran
pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan dan sebagainya. Sampah ini berupa
kertas-kertas, plastik, karbon, klip, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat
kering dan mudah terbakar (rabbish).

f. Sampah yang berasal dari pertanian atau perkebunan. Sampah ini sebagai hasil dari
perkebunan atau pertanian misalnya jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang
jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.

g. Sampah yang berasal dari pertambangan. Sampah ini berasal dari daerah
pertambangan dan jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri
misalnya batu-batuan, tanah / cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan
sebagainya.
h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan. Sampah yang berasal dari
peternakan dan perikanan ini berupa kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai
binatang, dan sebagainya.

2. Menurut Sifat Fisiknya

a.Sampah kering yaitu sampah yang dapat dimusnakan dengan dibakar diantaranya
kertas, sisa tanaman yang dapat di keringkan

b.Sampah basah yaitu sampah yang karena sifat fisiknya sukar dikeringkan untuk
dibakar (Dainur,1995).

2.1.5 Jenis Sampah

Menurut Soemirat Slamet (2009:153) sampah dibedakan atas sifat biologisnya


sehingga memperoleh pengelolaan yakni, sampah yang dapat menbusuk, seperti (sisa
makan, daun, sampah kebun, pertanian, dan lainnya), sampah yang berupa debu,
sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah yang berasal dari
industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisik berbahaya.

Sedangkan menurut Amos Noelaka (2008:67) sampah dibagi menjadi 3 bagian


yakni:

1. Sampah Organik,
Sampah Organik merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan
dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya,tetapi masih bisa dipakai,dikeloladan
dimanfaatkandengan prosedur yang benar. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan
melalui proses alami.Sampah organic merupakan sampah yang mudah membusuk
seperti, sisa daging, sisasayuran, daun-daun, sampah kebun dan lainnya

2. Sampah Nonorganik
Sampah nonorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan nonhayati,
baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang.
Sampah ini merupakan sampah yang tidak mudah membusuk seperti, kertas, plastik,
logam, karet, abu gelas, bahan bangunan bekas dan lainnya. Menurut Gelbert (1996)
Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik,botol gelas, tas
plastik,dan kaleng,

3. Sampah B3 (Bahan berbahaya beracun)


Pada sampah berbahaya atau bahan beracun (B3), sampah ini terjadi dari zat
kimia organik dan nonorganik serta logam-logam berat, yang umunnya berasal dari
buangan industri. Pengelolaa sampah B3 tidak dapatdicampurkan dengan sampah
organic dan nonorganik. Biasanya ada badankhusus yang dibentuk untuk mengelola
sampah B3 sesuai peraturan berlaku.

2.1.6 Karakteristik Sampah

Karakteristik sampah terbagi atas beberapa aspek yakni sebagai berikut :

a) Sampah Basah (Garbage) adalah jenis sampah yangterdiri dari sisa sisapotongan
hewan atau sayur-sayuran hasil dari pengolahan, pembuatan danpenyediaan
makanan yang sebagian besar terdiri darizat-zat yang mudahmenbusuk.
b) Sampah Kering (Rubbish)adalah sampah yang dapat terbakar dan tidak dapat
terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdangangan,kantor-kantor.
c) Abu (Ashes)adalah sampah yang berasal dari sisa pembakaran dari zat yang mudah
terbakar seperti rumah, kantor maupun dipabrik-pabrik industri.
d) Sampah Jalanan (Street Sweping) adalah sampah yang berasal dari pembersihan
jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang
terdiri dari kertas kertas, dedaun daunan dan lain lain.
e) Bangkai binatang(Dead animal) adalah jenis sampah berupa sampah-sampah
biologis yang berasal dari bangkai binatang yang mati karena alam, penyakit atau
kecelakaan.
f) Sampah rumah tangga (Household refuse)merupakan sampah campuran yang
terdiridari rubbish,garbage, ashes yang berasal dari daerah perumahan
g) Bangkai kenderaan(Abandondedvehicles)adalah sampah yang berasal daribangkai-
bangkai mobil,truk, kereta api.
h) Sampah industri merupakan sampah padat yang berasal dari industri-industri
pengolahan hasil bumi/tumbuh-tumbuhan dan industri lain
i) Sampah pembangunan (Demolotion waste) yaitu sampah dari proses pembangunan
gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa puing-puing,potongan-potongan
kayu,besi beton, bambu dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
j) Sampah khusus adalah jenis sampah yang memerlukan penanganan khusus
misalnya kaleng cat,flim bekas, zat radioaktif dan lain-lain (Mukono,2006)
2.2 Pupuk Kompos

Kompos adalah bahan-bahan organik yang telah mengalami proses pelapukan


karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja di
dalamnya. Kompos dialam terbuka bisa terjadi dengan sendirinya lewat proses alamiah,
namun proses tersebut berlangsung lama sekali dapat mencapai bertahun-tahun.
Kebutuhan akan tanah subur padahal sudah semakin mendesa, oleh karenanya proses
tersebut perlu dipercepat dengan bantuan manusia. Dengan cara yang baik, proses
mempercepat pembuatan kompos berlangsung wajar sehingga diperoleh kompos yang
berkualitas baik (Murbandono, 2010).

Stardec bukannya kompos, melainkan pemacu atau starter mikroba


pengomposan khususnya kotoran ternak. Stardec ini diproduksi dari isolasi mikrobia
rumen ( lambung pecernaan pertama sapi) dan tanah hutan yang diperkaya dengan
rhizosphere dalam serta akar rumput Graminae. Stardec ini dapat digunakan untuk
mempercepat pengomposan, proses pengomposan yang biasa berlangsung 3-4 bulan
dapat dipercepat menjadi 3-4 minggu. Bahan utama dalam pembuatan kompos ini
biasanya berupa kotoran ternak (Murbandono, 2010).

Bagi tanaman, pupuk sama seperti makanan pada manusia. Oleh tanaman, pupuk
digunakan untuk tumbuh, hidup, dan berkembang. Jika dalam makanan manusia dikenal
ada istilah gizi, maka dalam pupuk dikenal dengan nama zat atau unsur hara.
Kandungan hara dalam tanaman berbeda–beda, tergantung pada jenis hara, jenis
tanaman, kesuburan tanah atau jenisnya, dan pengelolaan tanaman (Rosmarkam, 2002).

Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus menyebabkan peranan pupuk


kimia tersebut menjadi tidak efektif. Kurang efektifnya peranan pupuk kimia
dikarenakan tanah pertanian yang sudah jenuh oleh residu sisa bahan kimia. Pemakaian
pupuk kimia secara berlebihan dapat menyebabkan residu yang berasal dari zat
pembawa (carier) pupuk nitrogen tertinggal dalam tanah sehingga akan menurunkan
kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Pemakaian pupuk kimia yang terus menerus
menyebabkan ekosistem biologi tanah menjadi tidak seimbang, sehingga tujuan
pemupukan untuk mencukupkan unsur hara di dalam tanah tidak tercapai. Potensi
genetis tanaman pun tidak dapat dicapai mendekati maksimal (Sutanto, 2006).

Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik yang diurai


(dirombak) oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan unsure hara yang
dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk organic
sangat penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga
dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan. Penggunaan pupuk
organic padat dan cair pada system pertanian organik sangat dianjurkan. Sejumlah
penelitian menunjukkan bahwa pemakaian pupuk organik juga dapat memberi
pertumbuhan dan hasil tanaman yang baik (Rahmatika,2010).

Pupuk kimia adalah zat substansi kandungan hara yang dibutuhkan oleh
tanaman. Akan tetapi, seharusnya unsur hara yang dibutuhkan tersebut tersedia secara
alami di dalam tanah melalui siklus hara tanah. Siklus hara tersebut seperti tanaman
yang telah mati dimakan hewan herbivora, kotoran atau sisa tumbuhan tersebut
diuraikan oleh organisme tanah seperti bakteri, jamur, mesofauna, cacing, dan lainnya.
Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan akan memutuskan siklus hara tanah tersebut
dan dapat mematikan organisme tanah. Efek lain dari pengunaan pupuk kimia juga
dapat mengurangi dan menekan pupolasi organisme tanah yang sangat bermanfaat bagi
tanah dan tanaman (Erianto, 2009).

Dalam mengatasi dampak negatif dari penggunaan pupuk kimia, perlu dilakukan
pengaplikasian pupuk organik. Pupuk organik merupakan salah satu bahan yang penting
dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Penggunaannya masih sering
dikombinasikan dengan pupuk anorganik atau pupuk kimia. Penggunaan pupuk organic
secara terus-menerus dalam rentan waktu yang lama akan menjadikan kualitas tanah
lebih baik (Musnamar, 2003).

Pupuk anorganik memiliki beberapa keuntungan yaitu pemberiannya dapat


terukur dengan tepat, kebutuhan hara tanaman dapat terpenuhi dengan perbandingan
yang tepat, dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Sedangkan kelemahan dari pupuk
anorganik yaitu hanya memiliki unsur hara makro. Pemakaian yang berlebihan dapat
merusak tanah bila tidak diimbangi dengan pupuk kandang atau kompos, dan pemberian
yang berlebihan dapat membuat tanaman mati (Lingga dan Marsono, 2011).
BAB III

ANALISA DATA

Proses Pembuatan Kompos di Wonorejo Kompos Center

Wonorejo Kompos Center merupakan pengelolaan sampah terpadu yang


berfungsi sebagai wadah untuk mengelola limbah/sampah menjadi kompos.
Pengelolaan sampah terpadu Wonorejo Kompos Center ini terletak di Kota Surabaya
tepatnya di samping Kebun Bibit Wonorejo Rungkut Surabaya, yang terdiri dari tempat
pencacahan, pengomposan, dan pengayakan. Sampah yang diolah sekitar 5 – 8 ton/hari,
dan hasil olahan yaitu pupuk kompos sekitar 2 – 3 ton. Dari proses pemasukkan sampah
sampai ke proses terakhir yaitu sudah menjadi kompos membutuhkan waktu sekita 2 –
2,5 bulan. Bahan yang diperlukan adalah sampah organic dan non organik, sedangkan
alat dan bahan yang diperlukan untuk mengolah sampah menjadi kompos adalah:

1. Alat :
a. Bak Kompos
b. Mesin Pencacah
c. Sekop
d. Garuk
e. Sprayer
f. Termometer
g. Ayakan
2. Bahan : Limbah Organik dan Non Organik

Proses pengolahan sampah menjadi kompos, sebagai berikut ;

1. Pencacahan sampah daun dengan mesin pencacah pada area 1


2. Dipindahkan ke area 2
3. Dipindahkan ke proses ketiga dan ditambahkan sampah-sampah yang telah
dikumpulkan lalu dipilah sampah-sampah anorganik seperti plastik, bungkus
detergen, ke tempat lain untuk dibuang kembali ke TPA
4. Dilakukan pengolahan dan tunggu sampai sekitar 2 minggu
5. Dipindahkan ke area 5, jika suhu kompos 70°C – 80°C segera di balik dan
pindahkan ke area 6
6. Sampah dipindahkan ke area 6 lalu cek suhu 70°C – 85°C 2x sehari
7. Dipindahkan ke area 7 dan cek apakah suhunya mengalami penurunan
8. Jika belum ada penurunan suhu maka sampah dipindahkan ke area 8 dan cek suhu
50°C – 60°C baru bisa diolah kembali
9. Jika sudah mengalami penuruan suhu 50°C – 60°C maka sampah tersebut sudah
berubah menjadi kompos
10. Kemudian dilakukan proses pengayakan untuk memisahkan antara bahan yang kasar
dan halus
11. Setelah dilakukan pengayakan bahan halus disimpan pada area 10 dan bahan yang
kasar kembali di olah mulai dari area 3
BAB IV

PEMBAHASAN DAN DOKUMENTASI

4.1. Pembahasan

1. Proses ke 1 Pada proses awal dilakukan pencacahan


daun yang akan digunakan sebagai alas
sampah organik yang akan diolah pada
proses selanjutnya

2. Proses ke 2 Setelah itu dipindahkan ke proses kedua


Kemudian dipindahkan ke proses ketiga
dan ditambahkan sampah-sampah yang
telah dikumpulkan lalu dipilah sampah-
sampah anorganik seperti plastik,
bungkus detergen, ke tempat lain untuk
dibuang kembali ke TPA

4. Proses ke 4 Sama seperti proses ketiga dilakukan


pemilahan dan ditunggu selama dua
minggu sebelum masuk ke proses
selanjutnya

5. Proses ke 5 Selanjutnya dipindahkan ke proses


kelima, lalu ditunggu sampah mencapai
suhu panas 700C - 850C selama sekitar
10 hari dengan dibolak-balikkan
Sama seperti proses kelima, sampah
dipindahkan ke proses keenam lalu
ditunggu suhunya mencapai 700C -
850C

7. Proses ke 7 Selanjutnya bahan dipindahkan ke


proses ketujuh dan ditunggu apakah
suhunya mengalami penurunan

8. Proses ke 8 Jika belum ada penurunan suhu, bahan


dipindahkan ke proses kedelapan
kemudian dicek kembali suhunya
hingga mencapai 500C - 600C agar dapat
dipindahkan ke proses selanjutnya

Setelah bahan mencapai suhu 500C -


600C, bahan tersebut telah berubah
menjadi kompos lalu dipindahkan ke
proses sembilan untuk dilakukan proses
pengayakan memisahkan bahan yang
kasar dan halus
Setelah diayak, bahan yang halus
dipindah ke proses kesepuluh untuk
dilakukan pengemasan dan
didistibusikan sedangkan bahan yang
kasar kembali diolah mulai dari proses
ketiga

4.2. Dokumentasi

Wonorejo Kompos Center


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu :

1. Sampah yang digunakan pada pengolahan ini berasal dari sampah-sampah organik
yang telah dipilah dari sampah warga Sutorejo dan sampah pasar dengan volume 5-8
ton/hari

2. Dalam proses composting di Wonorejo Kompos Center terdiri atas sepuluh proses
pengolahan

3. Kompos organik yang dihasilkan pada pengolahan ini 2-3 ton dalam interval waktu
2-2,5 bulan

4. Dalam proses composting ini tidak ada penambahan zat, hanya mengandalkan proses
pengeringan sama suhu lingkungan

5. Kompos atau pupuk organik yang dihasilkan akan didistribusikan ke dinas


pertamanan Surabaya

5.2. Saran

1. Sebaiknya dalam proses pemilahan sampah sudah dilakukan sebelum proses


pengolahan agar lebih efisien waktu

2. Diharapkan dapat menjadi inovasi buat masyarakat sehingga ada lapangan pekerjaan
seperti ini

Anda mungkin juga menyukai