Indonesia
Kelompok 4 :
material sampah. Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara
berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan dan antara
Masalah estetita (keindahan) dan kenyamanan yang merupakan gangguan bagi pandangan mata. Adanya
sampah yang berserakan dan kotor, atau adanya tumpukan sampah yang terbengkelai adalah pemandangan
yang tidak disukai oleh sebagaian besar masyarakat.
Sampah yang terdiri atas berbagai bahan organik dan anorganik apabila telah terakumulasi dalam jumlah yang
cukup besar, merupakan sarang atau tempat berkumpulnya berbagai binatang yang dapat menjadi vektor
penyakit, seperti lalat, tikus, kecoa, kucing, anjing liar, dan sebagainya
Sampah yang berbentuk debu atau bahan membusuk dapat mencemari udara. Bau yang timbul akibat adanya
dekomposisi materi organik dan debu yang beterbangan akan mengganggu saluran pernafasan, serta penyakit
lainnya
Salah satu permasalah sampah
yang masih banyak di indonesia
karena masih kurangnya
pemahaman mengenai pengolahan
sampah di indonesia.
Faktor Pemilihan Metode Pengelolaan Sampah
di indonesia
Jika kita ambil beberapa metode pengelolaan sampah, seperti Recycling, Landfilling, Composting, Refuse
Derived Fuel (RDF), Thermal dan Biogas, masing-masing metode tersebut memiliki kekurangan dan
kelebihannya. Sebagai contoh suatu sistem yang direncanakan untuk mereduksi sampah dengan kapasitas
yang tinggi, maka dapat menggunakan metode Thermal dengan kapasitas reduksi sampah 90%, namun
mengeluarkan biaya operasi yang tinggi.
Sedangkan jika pertimbangannya adalah emisi yang dihasilkan, maka metode yang dapat digunakan
adalah Biogas dengan emisi gas rumah kaca 40.000 ton Eq/tahun dan yang paling kecil daripada metode
lain.
Konsep Pengurangan dalam Pengelolaan Sampah di indonesia menurut UU-18/2008 Menurut UU-
18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, terdapat 2 kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu:
• Pengurangan sampah (waste minimization), yang terdiri dari pembatasan terjadinya sampah R1),
guna-ulang (R2) dan daur-ulang (R3)
• Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari:
Pemilahan: dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau
sifat sampah
Pengumpulan: dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat
penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu
Pengangkutan: dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan
sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir
Pengolahan: dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah
Lanjutan.......
Pemrosesan akhir sampah: dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan
sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
UU-18/2008 ini menekankan bahwa prioritas utama yang harus dilakukan oleh semua fihak adalah
bagaimana agar mengurangi sampah semaksimal mungkin. Pengurangan sampah melalui 3R menurut
UU-18/2008 meliputi:
• Pembatasan (reduce): mengupayakan agar limbah yang dihasilkan sesedikit mungkin
• Guna-ulang (reuse): bila limbah akhirnya terbentuk, maka upayakan memanfaatkan limbah tersebut
secara langsung
• Daur-ulang (recycle): residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat dimanfaatkan secara langsung,
kemudian diproses atau diolah untuk dapat dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku maupun sebagai
sumber enersi
TPA Di Indonesia
Pemantauan TPA yang dilakukan terhadap 355 Kota/Kabupatendi Indonesia memperoleh data bahwa
45% TPA (161 Kota/Kabupaten) masih menerapkan sistem open dumping. Sedangkan 55% (194
Kota/Kabupaten) sisanya sebagian besar telah menerapkan sistem controlled landfill.
Jika melihat dari peraturan UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sistem pengelolaan
sampah di TPA harus menerapkan Sanitary Landfill 5 tahun setelah peraturan tersebut dibuat. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa masih terdapat TPA yang belum memenuhi kriteria yang ditetapkan
oleh peraturan Perundang-Undangan.
Waste To Energy Dalam Hierarki Pengelolaan Sampah
Mengacu pada PP No. 81 Tahun 2012, metode salah satu metode pengelolaan sampah adalah daur ulang
energi. Oleh karena itu waste to energy (recovery) merupakan solusi untuk mengontrol volume sampah
yang masuk pada pembuangan akhir/disposal. Peneliti dari universitas UGM juga menyebutkan peraturan
lain yaitu Perpres No. 35 Tahun 2018 tentang percepatan pembangunan instalasi pengolahan sampah
menjadi energi listrik, yang menjadi dasaran pengembangan waste to energy di Indonesia.
Potensi Waste to Energy di Indonesia
Perpres No. 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengelolaan Sampah menjadi
Energi Listrik menjabarkan bahwa setidaknya terdapat 12 Kota/Kabupaten yang menjadi fokus
Pemerintah dalam melakukan program Waste to Energy. Kota/Kabupaten tersebut antara lain Jakarta,
Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Denpasar, Manado, Medan, Palembang, dan Makasar.
Ragam Jenis Metode Pengolahan Waste to Energy
Inovasi pengelolaan sampah belakangan ini adalah akan dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (PLTSa). Pembangunan PLTSa tersebut merupakan salah satu upaya yang baik dalam
mengurangi jumlah sampah yang ada sekaligus memanfaatkannya dalam bentuk yang lain.
Pengelolaan sampah pada PLTSa juga harus berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Teknologi
pembakaran sampah biasanya merupakan teknologi yang digunakan PLTSa untuk memperoleh energi
yang kemudian dijadikan listrik..