Anda di halaman 1dari 27

Pengelolaan Sampah di

Indonesia
Kelompok 4 :

1. JAYA RUSDIMAN (21012028)

2. AMBAR FITRIA NINGSIH (20011033)

3. FIONITA SYAFITRI ( 20011041 )

4. AYU ASMADIANA (20011067)


Defenisi pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, mendaur ulang dari

material sampah. Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara

berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan dan antara

daerah perumahan dengan daerah industri.


Limbah dah sampah
1. Limbah : Semua buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan hewan yang berbentuk padat,
lumpur (sludge), cair maupun gas yang dibuang karena tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi.
a. Pembagian limbah: antara lain dibagi berdasarkan sumbernya, seperti :
• Limbah kegiatan kota (masyarakat)
• Limbah industri c. Berdasarkan sifat bahayanya:
• Limbah pertambangan • Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
• Limbah pertanian. • Limbah domestik : dihasilkan dari aktivitas
b. Berdasarkan fasanya/bentuknya: primer manusia
• Limbah padat
• Limbah berlumpur (sludge) d. Limbah domestik: Limbah yang dihasilkan dari
• Limbah cair kegiatan rutin (sehari-hari) manusia, umumnya
• Limbah padat. dalam bentuk: Cair: dari kegiatan mencuci pakaian
dan kegiatan rumah tangga
2. Sampah
• Definisi sampah menurut UU-18/2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia

dan/atau proses alam yang berbentuk padat.


• Penggolongan Jenis Sampah Di negara industri, jenis sampah atau yang dianggap sejenis sampah,
dikelompokkan berdasarkan sumbernya seperti:
• Pemukiman:. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain sisa makanan, kertas, kardus, plastik,
tekstil, kulit,, barang bekas rumah tangga, limbah berbahaya
• Daerah komersial: yang meliputi pertokoan, rumah makan,Jenis sampah yang ditimbulkan antara
lain kertas, kardus, plastik, kayu, sisa makanan,
• Kawasan Industri: jenis sampah yang ditimbulkan antara lain sisa proses produksi, buangan non
industri, dan sebagainya - Pertanian: jenis sampah yang dihasilkan antara lain sisa makanan busuk,
sisa pertanian.
Gambar penggolongan sampah
Terdapat 4 jenis sampah yaitu
• sampah kaleng
• Kertas
• botol minum dan
• kaca
Permasalahan sampah
dan pengelolaan
sampah di indonesia
Permasalahan sampah di indonesia
Besarnya penduduk dan keragaman aktivitas di kota-kota metropolitan di Indonesia seperti Jakarta
atapun kota kota besar yang ada di Indonesia mengakibatkan munculnya persoalan dalam pelayanan
prasarana perkotaan, seperti masalah sampah. Diperkirakan hanya sekitar 60 % sampah di kota-kota
besar di Indonesia yang dapat terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), yang operasi utamanya
adalah pengurugan (landfilling). Banyaknya sampah yang tidak terangkut kemungkinan besar tidak
terdata secara sistematis, karena biasanya dihitung berdasarkan ritasi truk menuju TPA.
• Sampah yang dibuang ke lingkungan akan menimbulkan masalah bagi kehidupan dan kesehatan
lingkungan, terutama kehidupan manusia. Masalah yang terjadi :

 Masalah estetita (keindahan) dan kenyamanan yang merupakan gangguan bagi pandangan mata. Adanya
sampah yang berserakan dan kotor, atau adanya tumpukan sampah yang terbengkelai adalah pemandangan
yang tidak disukai oleh sebagaian besar masyarakat.

 Sampah yang terdiri atas berbagai bahan organik dan anorganik apabila telah terakumulasi dalam jumlah yang
cukup besar, merupakan sarang atau tempat berkumpulnya berbagai binatang yang dapat menjadi vektor
penyakit, seperti lalat, tikus, kecoa, kucing, anjing liar, dan sebagainya

 Sampah yang berbentuk debu atau bahan membusuk dapat mencemari udara. Bau yang timbul akibat adanya
dekomposisi materi organik dan debu yang beterbangan akan mengganggu saluran pernafasan, serta penyakit
lainnya
Salah satu permasalah sampah
yang masih banyak di indonesia
karena masih kurangnya
pemahaman mengenai pengolahan
sampah di indonesia.
Faktor Pemilihan Metode Pengelolaan Sampah
di indonesia
Jika kita ambil beberapa metode pengelolaan sampah, seperti Recycling, Landfilling, Composting, Refuse
Derived Fuel (RDF), Thermal dan Biogas, masing-masing metode tersebut memiliki kekurangan dan
kelebihannya. Sebagai contoh suatu sistem yang direncanakan untuk mereduksi sampah dengan kapasitas
yang tinggi, maka dapat menggunakan metode Thermal dengan kapasitas reduksi sampah 90%, namun
mengeluarkan biaya operasi yang tinggi.

Sedangkan jika pertimbangannya adalah emisi yang dihasilkan, maka metode yang dapat digunakan
adalah Biogas dengan emisi gas rumah kaca 40.000 ton Eq/tahun dan yang paling kecil daripada metode
lain.
Konsep Pengurangan dalam Pengelolaan Sampah di indonesia menurut UU-18/2008 Menurut UU-
18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, terdapat 2 kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu:
• Pengurangan sampah (waste minimization), yang terdiri dari pembatasan terjadinya sampah R1),
guna-ulang (R2) dan daur-ulang (R3)
• Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari:
 Pemilahan: dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau
sifat sampah
 Pengumpulan: dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat
penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu
 Pengangkutan: dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan
sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir
Pengolahan: dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah
Lanjutan.......
 Pemrosesan akhir sampah: dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan
sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
UU-18/2008 ini menekankan bahwa prioritas utama yang harus dilakukan oleh semua fihak adalah
bagaimana agar mengurangi sampah semaksimal mungkin. Pengurangan sampah melalui 3R menurut
UU-18/2008 meliputi:
• Pembatasan (reduce): mengupayakan agar limbah yang dihasilkan sesedikit mungkin
• Guna-ulang (reuse): bila limbah akhirnya terbentuk, maka upayakan memanfaatkan limbah tersebut
secara langsung
• Daur-ulang (recycle): residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat dimanfaatkan secara langsung,
kemudian diproses atau diolah untuk dapat dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku maupun sebagai
sumber enersi
TPA Di Indonesia
Pemantauan TPA yang dilakukan terhadap 355 Kota/Kabupatendi Indonesia memperoleh data bahwa
45% TPA (161 Kota/Kabupaten) masih menerapkan sistem open dumping. Sedangkan 55% (194
Kota/Kabupaten) sisanya sebagian besar telah menerapkan sistem controlled landfill.

Jika melihat dari peraturan UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sistem pengelolaan
sampah di TPA harus menerapkan Sanitary Landfill 5 tahun setelah peraturan tersebut dibuat. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa masih terdapat TPA yang belum memenuhi kriteria yang ditetapkan
oleh peraturan Perundang-Undangan.
Waste To Energy Dalam Hierarki Pengelolaan Sampah

Hierarki pengelolaan sampah (reduce, reuse, recycle/compost, recovery dan disposal) memiliki prinsip


terfokus pada pengurangan sampah mulai dari sumber (Reduce) dan meminimalkan pembuangan akhir
(disposal). Walaupun sangat sulit untuk mengendalikan timbulan sampah pada sumbernya.

Mengacu pada PP No. 81 Tahun 2012, metode salah satu metode pengelolaan sampah adalah daur ulang
energi. Oleh karena itu waste to energy (recovery) merupakan solusi untuk mengontrol volume sampah
yang masuk pada pembuangan akhir/disposal. Peneliti dari universitas UGM juga menyebutkan peraturan
lain yaitu Perpres No. 35 Tahun 2018 tentang percepatan pembangunan instalasi pengolahan sampah
menjadi energi listrik, yang menjadi dasaran pengembangan waste to energy di Indonesia.
Potensi Waste to Energy di Indonesia

Beberapa wilayah di Indonesia sejatinya memiliki potensi dalam melakukan program Waste to


Energy. Syarat kuantitas timbulan sampah yang akan dikonversikan ke dalam energi harus memiliki
kapasitas lebih dari 1000 ton/hari.

Perpres No. 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengelolaan Sampah menjadi
Energi Listrik menjabarkan bahwa setidaknya terdapat 12 Kota/Kabupaten yang menjadi fokus
Pemerintah dalam melakukan program Waste to Energy. Kota/Kabupaten tersebut antara lain Jakarta,
Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Denpasar, Manado, Medan, Palembang, dan Makasar.
Ragam Jenis Metode Pengolahan Waste to Energy

1. Proses Pengolahan Sampah menjadi Energi dengan Teknologi Insinerator


Sampah yang akan diolah terlebih dahulu dimasukkan ke dalam bunker, yang kemudian
diteruskan ke dalam sistem pembakaran. Hasil pembakaran pada insinerator berupa abu dasar (bottom
ash), panas, dan gas. Abu dasar nantinya akan dibuang pada landfill. Panas hasil pembakaran akan
memanaskan boiler, yang selanjutnya akan menghasilkan uap yang bertekanan Uap tersebut nantinya
akan menekan gerakan turbin. Selanjutnya turbin akan memutar generator dan menghasilkan listrik. 
2. Proses Pengolahan Sampah menjadi Energi dengan Teknologi Pirolisis
Sampah terlebih dahulu dipilah menjadi satu jenis sampah. Selanjutnya, dilakukan penyamaan
karakteristik ukuran sampah sebelum masuk ke dalam unit pengolahan. Hasil produk pengolahan
dengan pirolisis adalah cairan pirolisa yang dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar boiler dan
mesin stasioner.
Cairan tersebut juga dapat disuling untuk menghasilkan bahan bakar dengan kualitas yang lebih
tinggi. Namun teknologi pirolisis jarang digunakan sebab tidak mampu mengolah sampah dalam skala
yang besar. Selain itu, pirolisis juga kurang mampu mengolah sampah perkotaan yang sifatnya
heterogen.
3. Proses Pengolahan Sampah menjadi Energi dengan Refuse-Derived Fuel (RDF)
Sampah terlebih dahulu dikeringkan untuk mengurangi kadar air. Selanjutnya, dilakukan proses
pemisahan untuk menyingkirkan sampah yang tidak dapat dikeringkan. Kemudian sampah tersebut
disaring untuk mendapatkan ukuran yang seragam. Sampah dengan ukuran yang berbeda akan dicacah
menggunakan shredder. Sampah dengan ukuran yang sudah disetarakan kemudian dibentuk menjadi
padatan bahan bakar.
Membiasakan belanja menggunakan kantong yang bisa di pakai ulang karena cara ini juga
sangat membantu dalam pengelolaan sampah diindonesia
6 Inovasi Teknologi Pengelolaan Sampah Buatan
Indonesia
1. Mallsampah
merupakan startup asal Makassar yang berdiri sejak 2015 dan kini sudah menjadi perseroan
terbatas. Cara kerja Mallsampah ini adalah menengahi penghasil sampah, baik sampah rumah
tangga ataupun kantor, untuk kemudian diperjualbelikan kepada pengepul atau pemulung.
Melalui platform ini, masyarakat juga dapat membeli produk-produk yang ramah lingkungan.
Proses mall sampah di indonesia
2.  Dispenser Mas Eco
Sesuai namanya, Dispenser Mas Eco merupakan dispenser pintar yang telah dirancang dengan
memiliki sistem komputerisasi. Meski masih bersifat prototipe, Dede Nurdiansya, selaku inovator
berencana agar Dispenser Mas Eco dapat ditemui di titik-titik keramaian sehingga mendorong
masyarakat membawa kemasan minumnya sendiri dan terhindar dari masalah kehausan. Nantinya,
Dispenser Mas Eco ini akan berfungsi hanya dengan menempelkan kartu uang elektronik .
3. TOSS Listrik Kerakyatan
Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) Listrik Kerakyatan merupakan program pengolahan limbah
organik, seperti dedaunan, rumput, dan pepohonan yang kemudian akan dijadikan sumber energi
ekonomi alternatif. Inovasi ini diciptakan oleh Pemda Klungkung yang bekerja sama dengan STT
PLLN dan Indonesia Power. Tidak hanya itu, sampah organis yang berasal dari rumah tangga juga
dapat disulap menjadi pakan ikan yang bisa diperjual belikan .
4. Gringgo
Satu lagi startup yang memiliki ide untuk pengelolaan sampah. Gringgo, yang telah berdiri sejak 2014
dan berbasis di Bali ini merupakan platform yang dapat menghubungkan masyarakat ke tempat
pembuangan sampah terdekat agar mudah didaur ulang. Menariknya, dalam proses pengolahan
sampah yang terjadi, baik penghasil sampah, pengumpul, ataupun pendaur ulang bisa menerima
hadiah sesuai dengan keterangan yang terdapat pada aplikasi.
5. Angkuts
Inovasi yang satu ini masih berhubungan dengan startup. Dengan nama Angkuts, startup asal
Pontianak ini berfungsi untuk menyediakan layanan jasa pengangkutan sampah yang ditargetkan agar
memudahkan masyarakat membuat sampah.Angkuts dapat mengelola sampah yang terdapat di
perumahan, restoran, hotel, kantor, bahkan tempat kost. Tidak hanya itu, pemilik sampah pun juga
akan dihargai dengan aldo berupa tabungan dana pada aplikasi Angkuts.
6. Sampah Muda
Sampah muda merupakan inovasi untuk menanggulangi sampah lainnya dalam bentuk startup. Prinsip
kerja startup ini adalah menghubungkan pemilik sampah dengan pendaur ulang.Uniknya,
penyumbang sampah akan mendapat imbalan berupa trashpoint yang bisa ditukar menjadi gopay atau
pulsa listrik. Adapun jenis sampah yang bisa kamu daur ulang dengan aplikasi ini antara lain, kertas,
metal, logam, kaca, elektronik, plastik, bahkan minyak jelantah.
Sebagian besar pengelolaan sampah TPA di Indonesia menggunakan metode open dumping dan
landfill, namun ada juga metode lain yaitu pembuatan kompos, pembakaran, pemilahan, dan daur
ulang meskipun tidak banyak digunakan.

Inovasi pengelolaan sampah belakangan ini adalah akan dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (PLTSa). Pembangunan PLTSa tersebut merupakan salah satu upaya yang baik dalam
mengurangi jumlah sampah yang ada sekaligus memanfaatkannya dalam bentuk yang lain.
Pengelolaan sampah pada PLTSa juga harus berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Teknologi
pembakaran sampah biasanya merupakan teknologi yang digunakan PLTSa untuk memperoleh energi
yang kemudian dijadikan listrik..

Anda mungkin juga menyukai