PROFIL PROYEK
Tujuan akhir dari sebuah PLTSa ialah untuk mengkonversi sampah menjadi energi.
Pada dasarnya ada dua alternatif proses pengolahan sampah menjadi energi, yaitu proses
biologis yang menghasilkan gas-bio dan proses thermal yang menghasilkan panas.
Sumber energi listrik atau Watse to Energy atau yang lebih dikenal dengan PLTSa
(Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). PLTSa yang berfungsi sebagai TPA ini nantinya
akan memakai teknologi tinggi. Sampah-sampah yang datang akan diolah dengan cara
dibakar pada temperatur tinggi 850 hingga 900 derajat Celicius. Berdasarkan
perhitungan, dari 500 - 700 ton sampah atau 2.000 -3.000 m3 sampah per hari akan
menghasilkan listrik dengan kekuatan 7 Megawatt. PLTSa dengan bahan bakar sampah
merupakan salah satu pilihan strategis dalam menanggulangi masalah sampah di
bebarbagai kota besar di Indonesia.Prinsip Sederhana dari PLTSa atau Waste to Energy
ini adalah:
Manfaat utama PLTSa ini sebenarnya adalah dapat mengurangi ”volume” sampah
yang menggunung. Listrik yang dihasilkan dapat digunakan untuk membantu operasinal
pengelolaan sampah.
Bagi negara lain, khususnya di belahan Uni Eropa, pengolahan sampah dengan
teknologi PLTSa bukan hal baru lagi. Bahkan pada umumnya satu negara tidak hanya
memiliki satu PLTSa, tetapi puluhan bahkan ratusan. Seperti halnya Negara Perancis,
yang kini memiliki 130 PLTSa, lalu Italia (52) dan Jerman (61 pabrik). Sedangkan di
Singapura, terdapat 4 Incinerator Plant, masing-masing Ulu Pandan Incinerator Plant
berkapasitas 1.100 ton/hari, Tuas Incinerator Plant (1.700 ton/hari), Senoko Incinerator
Plant (2.400 ton/hari) dan Tuas South Incinerator Plant (3.000 ton/hari). Dan sebenarnya
Teknologi pengolahan sampah untuk pembangkit listrik sebenarnya juga tidak terlalu
sulit diterapkan di Indonesia. Khususnya Kota Bandung yang mempengaruhi cara,
kedisiplinan dan perlakuan masyarakatnya dalam mengolah sampah.
5) Legal
Faktor legal meliputi pengaruh hukum seperti perubahan undang-undang
yang ada atau yang akan datang (Contoh : kesehatan dan keselamatan, arahan
pekerjaan, hak asasi manusia, tata kelola perusahaan, dan tanggung jawab
lingkungan).
6) Environment
Faktor lingkungan dapat digunakan ketika melakukan perencanaan strategis
atau mencoba mempengaruhi keputusan pembeli seperti faktor lokasi
geografis.
(contoh: wilayah yang masih memiliki lahan yang memenuhi spesifikasi
pembangunan PLTSa dan mempunyai kuantitas sampah sesuai yang
dibutuhkan).
2.2.2 5 Forces
Five Forces Model atau yang lebih dikenal dengan Porter Five
Forces adalah suatu metode untuk menganalisis industri dan pengembangan
strategi bisnis atau lingkungan persaingan yang dipublikasikan oleh Michael E
Porter, seorang profesor dari Harvard Business School pada tahun 1979. Menurut
Five Forces Model ada lima hal yang dapat menentukan tingkat persaingan dan
daya tarik pasar dalam suatu industri. Daya tarik dalam konteks ini mengacu pada
profitabilitas industri secara keseluruhan. Hasilnya, setelah analisis dilakukan
maka akan dapat di nilai apakah industri tersebut masih “menarik” atau “tidak
menarik”.
Menurut Five Forces Model, sebuah industri disebut “tidak menarik” bila
kombinasi dari five forces menurunkan profitabilitas secara keseluruhan. Sebuah
industri disebut menarik bila kombinasinya menunjukkan profitabilitas yang
menjanjikan. Tiga dari lima Five Forces merujuk pada persaingan dari sumber
eksternal. Sisanya adalah ancaman internal.
4) Legal
Dasar hukum Indonesia yang berhubungan dengan pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) adalah:
1. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi dan
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor
5 Tahun 2006 yang mengamanatkan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) menetapkan blueprint dalam pengelolaan
energi nasional.
2. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pemanfaatan Sumber Energi
Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik.
3. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 18 Tahun 2016 Tentang
Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah Di
Provinsi DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Bandung, Kota
Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya Dan Kota Makassar.
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Thaun 1999 Tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
7. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah.
8. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2015 Tentang Kesehatan dan
Ratifikasi Konvensi Stockholm.
9. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selanjutnya, dasar hukum yang menjadi pedoman dalam
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) secara
teknis, metode yang direncanakan akan diterapkan oleh Pemerintah
Kota Bandung tersebut sesuai dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Persampahan
5) Environment
Saat ini isu lingkungan menjadi fokus utama berbagai pihak terhadap
semua aspek bisnis tidak terkecuali pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah (PLTSa). Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (PLTSa) Legok Nangka memiliki dua sudut pandang bagi
lingkungan yang saling bertentangan, yaitu:
1. Postif
Sudut pandang positif pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka bagi lingkungan antara
lain:
a. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
Legok Nangka dianggap sebagai jawaban atas
permasalahan tidak tersedianya ruang di Kota Bandung
untuk membuang sampah sebagai Tempat Pembuangan
Akhir (TPA).
b. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok
Nangka merupakan solusi untuk memangkas volume
sampah yang dihasilkan oleh penduduk Kota Bandung
setiap harinya yang mencapai 1.500 ton atau 2.785 m3 setiap
harinya.
2. Negatif
Pembanguan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
Legok Nangka tidak lepas dari kontroversi sudut pandang negatif
bagi lingkungan, antara lain:
a. Teknologi thermal yang digunakan oleh Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka meliputi
gasifikasi, incinerator dan pirolisis yang merupakan
teknologi kotor (dirty technology) tidak sesuai dengan
pendekatan zero waste.
b. Lepasan pencemar berbahaya dan beracun dari Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), termasuk pemcemar yang
bersifat persisten dan sulit dipulihkan kembali.
c. Menghasilkan zat dioksin yang merupakan hasil sampingan
dari proses pembakaran sampah dengan teknologi Refuse
Inceneratio.
3.1.2 Five Forces
1) Threat of New Entrants (Ancaman Pendatang Baru)
Dalam aspek threat of new entrants proyek pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka membahas
tentang kekuatan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok
Nangka terhadap kemunculan pembangkit listrik energi lain sebagai
pendatang baru. Dalam analisis aspek threat of new entrants, kami
menggunakan beberapa variabel dan indikator pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Threat of New Entrants
Variabel Indikator
Kebutuhan modal yang dibutuhkan oleh
Kebutuhan Modal
pendatang baru besar
Pendatang baru tidak memiliki diferensiasi
Diferensiasi Produk
produk
Harga jual produk dari pendatang baru
Harga Jual
lebih murah.
a. Kebutuhan Modal
Untuk memasuki industri pembangkitan tenaga listrik
pendatang baru membutuhkan modal yang besar karena biaya
investasi yang dibutuhkan dalam pembangunan pembangkit
listrik besar. Sehingga diperlukan investor luar negeri untuk
membantu keuangan.
b. Diferensiasi Produk
Pendatang baru untuk memasuki industri ini akan
mengalami kesulitan karena tidak ada diferensiasi produk yang
dihasilkan. Hal tersebut dikarenakan Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka maupun pendatang
baru menghasilkan produk yang sama yaitu listrik.
c. Harga Jual
Pendatang baru memiliki keunggulan dalam industri ini
dalam hal harga jual produknya. Produk pembangkit listrik
energi lain memiliki harga jual yang rendah daripada harga
jual produk Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
Legok Nangka. Hal tersebut berhubungan dengan teknologi
yang digunakan dalam menghasilkan produk.
Dengan demikian kesimpulan dalam threat of new entrants adalah
SEDANG.
2) Threat of Subtitues
Dalam aspek threat of subtitues proyek pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka membahas tentang
kekuatan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka
terhadap ancaman produk pengganti yang menawarkan manfaat yang
sama kepada konsumen. Dalam analisis aspek threat of subtitues, kami
menggunakan beberapa variabel dan indikator pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Variabel dan Indikator Threat of Subtitues
Variabel Indikator
Produk Pengganti Ada produk pengganti
Tarif Produk Pengganti Tarif produk pengganti lebih murah
Pangsa Pasar Produk Produk pengganti memiliki pangsa pasar
Pengganti yang sama
1. Produk Pengganti
Dalam persaingan industri pembangkitan tenaga listrik,
produk Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok
Nangka memiliki produk pengganti yaitu listrik yang
dihasilkan oleh pembangkit listrik energi lain.
2. Tarif Produk Pengganti
Tarif produk pengganti yaitu listrik yang dihasilkan oleh
pembangkit listrik energi lain memiliki nilai yang lebih murah
dibandingkan dengan tarif produk listrik yang dihasilkan oleh
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka.
6) Pangsa Pasar Produk Pengganti
Produk listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik
energi lain memiliki pangsa pasar yang sama dengan produk
listrik yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (PLTSa) Legok Nangka yaitu PT PLN (Persero).
Dengan demikian kesimpulan dalam threat of new entrants adalah
TINGGI.
3) Bargaining Power of Buyers
Dalam aspek bargaining power of buyers proyek pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka membahas
tentang kekuatan tawar-menawar pembeli terhadap produk yang
dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok
Nangka. Dalam analisis aspek bargaining power of buyers, kami
menggunakan beberapa variabel dan indikator pada Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Variabel dan Indikator Bargaining Power of Buyers
Variabel Indikator
Pembeli memiliki beberapa pilihan pangsa
Pangsa Pasar Pembeli
pasar
Pembeli memiliki informasi mengenai
Informasi Produk
produk
1. Produk Supplier
Supplier terpenting dalam industri Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah (PLTSa) Gedebage yaitu supplier mesin yang
digunakan sebagai pengolahan sampah dan supplier bahan
bakar. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok
Nangka sangat bergantung terhadap pasokan produk supplier
nya.
2. Pasar Supplier
Supplier Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
Legok Nangka merupakan supplier yang dominasi produknya
digunakan oleh beberapa perusahaan. Sehingga Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka bukan
merupakan pelanggan yang penting bagi supplier.
Dengan demikian kesimpulan dalam threat of new entrants adalah
TINGGI.
1. Jumlah Pesaing
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok
Nangka memiliki jumlah pesaing yang banyak yaitu
pembangkit listrik-pembangkit listrik energi lain di Indonesia.
2. Diferensiasi Produk
Produk yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (PLTSa) Legok Nangka dengan pembangkit listrik
energi lain tidak memiliki diferensiasi produk karena sama-
sama menghasilkan listrik.
3. Biaya Tetap
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok
Nangka memiliki biaya tetap yang rendah jika dibandingkan
dengan kompetitornya karena bahan baku utama Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka berasal dari
sampah se-Bandung Raya dan wilayah kota kabupaten
Bandung, dimana sampah tersebut dihasilkan secara gratis.
4. Hambatan Pengunduran Diri
Hambatan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
Legok Nangka dalam pengunduran diri dari industri
pembangkitan tenaga listrik terbilang rendah karena kebutuhan
listrik Indonesia masih tinggi serta Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (PLTSa) Legok Nangka merupakan jawaban atas
penurunan volume sampah kota Bandung dan Kabupaten
Bandung
Dengan demikian kesimpulan dalam threat of new entrants adalah
SEDANG.
3) Channels
d. Pemerintah
e. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
f. Investor Luar Negeri, contohnya Jepang dan Korea
4) Customer Relationship
Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
5) Revenue Streams
a) Penjualan Produk
Penjualan produk Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok
Nangka terdiri dari dua jenis yaitu produk utama dan produk sampingan
yang dijelaskan sebagai berikut.
1. Produk Utama
Produk utama yang dijual oleh Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (PLTSa) Legok Nangka adalah tenaga listrik bertegangan
rendah, menengah dan tinggi yang dijual kepada PT PLN (Persero).
Harga dari produk utama yang dijual oleh Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah (PLTSa) Gedebage telah diatur dalam Permen
ESDM Nomor 44 Tahun 2015, yaitu sebesar 18,77 sen USD per
kWh untuk tegangan tinggi dan menengah, serta 22,43 sen USD per
kWh untuk tegangan rendah. Dalam kegiatan operasionalnya
volume sampah yang diproses pada Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (PLTSa) Gedebage sebesar 1.500 ton per hari dengan 5%
total volume sampah akan hilang pada setiap produksinya.
Sehingga volume sampah bersih yang dapat menghasilkan listrik
yaitu sebesar 1.425 ton dimana 1 ton sampah menghasilkan 240
kWh. Jadi, total listrik yang dapat dihasilkan oleh Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Gedebage adalah 342.000 kWh.
2. Produk Sampingan
Produk sampingan yang dihasilkan oleh pengolahan sampah
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Gedebage terdiri dari
debu bawah (bottom ash) dan debu terbang (fly ash). Jumlah
produksi debu bawah dan debu terbang yang dihasilkan oleh
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Gedebage sebesar 5%
dari berat sampah yang diolah. Sehingga setiap proses produksi,
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Gedebage jumlah
yang diolah adalah 1.500 ton maka jumlah bottom ash dan fly ash
yang dihasilkan adalah 75 ton atau 47,875 m3 per hari. Kami
menggunakan asumsi bahwa bottom ash dan fly ash memiliki
kuantitas yang sama. Konversi debu/rit adalah 8 m3, maka jumlah
bottom ash dan fly ash yang dapat dijual adalah 8 rit per hari.
Penetapan harga penjualan debu disesuaikan dengan penjualan
pasir pasang yaitu per-ritasi (rit) truk, dimana harga pasir pasang
sebesar Rp275.000 per rit.
b) Tipping fee
Tipping fee adalah pendapatan yang diperoleh dari kompensasi yang
diberikan oleh pemerintah pusat/daerah kepada Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah (PLTSa) Gedebage sebagai pembayaran jasa dari
pegolahan sampah yang diambil dari biaya pelayanan yang selama ini
dibayarkan masyarakat (retribusi).
Biaya tipping fee Tempat Pengelolaan dan Pemrosesan Akhir Sampah
(TPPAS) Legoknangka yang ditetapkan Pemprov Jawa Barat sebesar Rp
386.000 per/ton mulai 2019 mendatang bakal membebani anggaran
daerah Kota Cimahi. Masyarakat khawatir pelayanan sampah jadi tidak
optimal karena keterbatasan anggaran kerap jadi alasan, dan mereka
berharap pelayanan tidak menurun.
Saat ini, untuk biaya pengangkutan sampah ke TPA Sarimukti Pemkot
Cimahi mengeluarkan anggaran sebesar Rp 4,45 miliar. Sedangkan
estimasi biaya ke TPA Legok Nangka membuat anggaran bengkak
hingga 3 kali lipat yaitu sekitar Rp 14.590.800.000 per tahun.
6) Key Resources
a. Teknologi Dranco
b. Sumber Daya Manusia (SDM)
7) Key Partners
Tempat Penampungan Akhir (TPA) seluruh Indonesia khususnya Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung.
8) Key Activities
a. Pemilihan sampah
b. Pembakaran sampah
c. Pemanfataan panas
d. Pemanfaatan abu sisa pembakaran
9) Cost Structure
a. Biaya penjualan sampah ke PLN
b. .Biaya teknologi untuk mengolah sampah
c. Biaya SDM (Gaji Karyawan)
d. Biaya investasi
e. Biaya pemeliharaan
f. Biaya operasional
Gambar 1.1 menunjukkan spesifikasi teknikal dari gas engine Jenbacher J320 GS.
Jenbacher J320 GS memiliki panjang sebesar 5.700 mm, lebar 1.700 mm, dan tinggi
2.300 mm. Terdapat beberapa penghubung pada genset, yaitu Jacket Water inlet dan
outlet, Exhaust gas outlet, Fuel Gas (at gas train), Intercooler water connection, dan
Low Temperature Circuit.
Selain itu, gambar dari mesin Jenbacher sendiri adalah sebagai berikut:
Gambar 1.2 menunjukkan bahwa sistem penghubung mesin gas Jenbaher J320 GS
sebagai alat pembangkit listrik berbahan bakar LFG. Dalam membangkitkan listrik, gas
engine bekerja seperti mesin motor bakar yang lainnya. Pada sistem motor bakar
perubahan LFG menjadi energi listrik dilakukan dengan memasukkan LFG kedalam
conversion kit yang berfungi menurunkan tekanan gas dari tabung penyimpanan sesuai
dengan tekanan operasional mesin dan mengatur debit gas yang bercampur dengan
udara didalam mixer, dari mixer LFG bersama dengan udara masuk kedalam mesin dan
terjadilah pembakaran yang akan menghasilkan daya untuk menggerakkan generator
yang mengahasilkan listrik. Motor bakar terdiri dari motor kerja bolak- balik
(reprocating engines), motor bensin (otto) dan motor diesel, dengan sistem 2 tak
maupun 4 tak. Berikut prinsip kerja motor bakar 4 tak pada gas engine:
Gambar 1.4 menunjukkan skema dimana gas yang digunakan sebagai sistem
pembangkitan listrik dengan menggunakan Jenbacher berbahan bakar LFG yaitu
melewati sistem pengkompresian dan juga pendinginan. Agar tekanan gas sama dengan
tekanan yang dibutuhkan mesin. Yang kemudian akan menggerakkan generator di dalam
gas engine.
Modifikasi mesin bensin hampir sama dengan mesin disel (di Indonesia genset
berbahan bakar diesel biasa disebut Pembangkit Listrik Tenaga Diesel atau PLTD),
yaitu dengan cara menambah conversion kit dan mixer. Perbedaannya adalah pada mesin
bensin bahan bakar LFG dapat digunakan 100%, hal ini dikarenakan adanya busi
sehingga bahan bakar LFG akan cepat terbakar.
Gambar 1.6 adalah Pemasangan Capping pada landfill. Setelah dilakukan proses
tersebut, maka dipasang sistem pemipaan untuk gas. Hal ini difungsikan untuk
mengalirkan gas yang diperolah dari landfill untuk kemudian dimanfaatkan untuk
proses selanjutnya yaitu sebagai bahan baku pembangkit lisrik.
Gambar 3.5 menunjukkan aliran proses pembangkit listrik. Setelah dialirkan melalui
pipa-pipa gas tersebut, gas akan masuk ke dalam sistem kondensator atau pemisahan
antara gas landfill dengan air, maka gas-gas landfill yang bergerak dari sistem perpipaan
akan menjadi gas murni yang terdiri dari CH4, CO2, Nitrogen, dan O2. Setelah itu, gas
akan bergerak menuju tempat pembangkitan listrik. Berikut adalah skema pengumpulan
LFG:
Dari tabel 1.4 dapat diketahui berapa besar potensi listrik yang dihasilkan.
Pembangkit listrik yang digunakan adalah dengan menggunakan gas engine. Menurut
(Zietsmann, Project Report Prepared for U.S. EPA Methane to Markets Partnership,
2009), kapasitas pembangkit tenaga listrik yang baik dan mungkin untuk dilakukan
adalah sesuai dengan rata-rata 5 tahun pertama yaitu sebesar 1,14MW atau 1140kW
untuk skenario 1, dan 1,61MW atau 1610kW. Hal ini dikarenakan tahun 5 tahun adalah
masa-masa paling produktif dari landfill dalam menghasilkan gas
KETERANGAN
0 1 2 3 4
sales
Penjualan listrik ke PLN Rp 2.025.000.000.000,00 Rp 2.106.000.000.000,00 Rp 2.190.240.000.000,00 Rp 2.277.849.600.000,00
Typing Fee Rp 386.000,00 Rp 401.440,00 Rp 417.497,60 Rp 434.197,50
Penjualan limbah abu Rp 792.000.000,00 Rp 823.680.000,00 Rp 856.627.200,00 Rp 890.892.288,00
Total Sales Rp 2.025.792.386.000,00 Rp 2.106.824.081.440,00 Rp 2.191.097.044.697,60 Rp 2.278.740.926.485,50
COGS Rp - Rp - Rp - Rp -
gross profit Rp 2.025.792.386.000,00 Rp 2.106.824.081.440,00 Rp 2.191.097.044.697,60 Rp 2.278.740.926.485,50
biaya-biaya operasional
biaya gaji karyawan site office Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00
biaya gaji karyawan office Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00
biaya maintenance Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27
biaya lain-lain Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00
total biaya operasional Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27
EBITDA Rp 1.951.709.448.919,73 Rp 2.032.741.144.359,73 Rp 2.117.014.107.617,33 Rp 2.204.657.989.405,23
akumulasi penyusutan
Gasification Machine Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67
equipment Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00
vehicle Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70
total akumulasi penyusutan Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37
EBIT Rp 1.913.957.451.854,36 Rp 1.994.989.147.294,36 Rp 2.079.262.110.551,96 Rp 2.166.905.992.339,87
interest
pajak Rp 151.934.428.950,00 Rp 158.011.806.108,00 Rp 164.332.278.352,32 Rp 170.905.569.486,41
net income Rp 1.762.023.022.904,36 Rp 1.836.977.341.186,36 Rp 1.914.929.832.199,64 Rp 1.996.000.422.853,45
CAPEX 0 1 2 3 4
pembebasan lahan Rp 1.000.000.000,00
Gasification Machine Rp 1.038.914.293.160,00
equipment Rp 27.725.706.840,00
vehicle Rp 3.489.499.427,00
total CAPEX Rp 1.071.129.499.427,00 Rp - Rp - Rp - Rp -
FCF Rp (1.071.129.499.427,00) Rp 1.808.162.640.030,65 Rp 1.883.116.958.312,65 Rp 1.961.069.449.325,93 Rp 2.042.140.039.979,74
cumulatif FCF Rp (1.071.129.499.427,00) Rp 737.033.140.603,65 Rp 2.620.150.098.916,31 Rp 4.581.219.548.242,24 Rp 6.623.359.588.221,98
Diskonto Cash Flow Rp (1.071.129.499.427) Rp695.708.080.615,12 Rp 2.334.566.417.725 Rp 3.853.019.432.888 Rp 5.258.216.450.373
NPV Rp 382.613.823.781.113
maksimal beroperasi tahun ke30
Tabel 3.11 Perhitungan Income Statement Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka (Lanjutan)
KETERANGAN
5 6 7 8 9
sales
Penjualan listrik ke PLN Rp 2.368.963.584.000,00 Rp 2.463.722.127.360,00 Rp 2.562.271.012.454,40 Rp 2.664.761.852.952,58 Rp 2.771.352.327.070,68
Typing Fee Rp 451.565,40 Rp 469.628,02 Rp 488.413,14 Rp 507.949,67 Rp 528.267,65
Penjualan limbah abu Rp 926.527.979,52 Rp 963.589.098,70 Rp 1.002.132.662,65 Rp 1.042.217.969,15 Rp 1.083.906.687,92
Total Sales Rp 2.369.890.563.544,92 Rp 2.464.686.186.086,72 Rp 2.563.273.633.530,19 Rp 2.665.804.578.871,40 Rp 2.772.436.762.026,25
COGS Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
gross profit Rp 2.369.890.563.544,92 Rp 2.464.686.186.086,72 Rp 2.563.273.633.530,19 Rp 2.665.804.578.871,40 Rp 2.772.436.762.026,25
biaya-biaya operasional
biaya gaji karyawan site office Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00
biaya gaji karyawan office Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00
biaya maintenance Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27
biaya lain-lain Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00
total biaya operasional Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27
EBITDA Rp 2.295.807.626.464,65 Rp 2.390.603.249.006,45 Rp 2.489.190.696.449,92 Rp 2.591.721.641.791,13 Rp 2.698.353.824.945,98
akumulasi penyusutan
Gasification Machine Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67
equipment Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00
vehicle Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70
total akumulasi penyusutan Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37
EBIT Rp 2.258.055.629.399,29 Rp 2.352.851.251.941,08 Rp 2.451.438.699.384,55 Rp 2.553.969.644.725,76 Rp 2.660.601.827.880,62
interest
pajak Rp 177.741.792.265,87 Rp 184.851.463.956,50 Rp 192.245.522.514,76 Rp 199.935.343.415,36 Rp 207.932.757.151,97
net income Rp 2.080.313.837.133,42 Rp 2.167.999.787.984,58 Rp 2.259.193.176.869,79 Rp 2.354.034.301.310,41 Rp 2.452.669.070.728,65
CAPEX 5 6 7 8 9
pembebasan lahan
Gasification Machine
equipment
vehicle
total CAPEX Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
FCF Rp 2.126.453.454.259,71 Rp 2.214.139.405.110,87 Rp 2.305.332.793.996,08 Rp 2.400.173.918.436,70 Rp 2.498.808.687.854,94
cumulatif FCF Rp 8.749.813.042.481,69 Rp 10.963.952.447.592,60 Rp 13.269.285.241.588,60 Rp 15.669.459.160.025,30 Rp 18.168.267.847.880,30
Diskonto Cash Flow Rp 6.556.905.590.665 Rp 7.755.455.882.485 Rp 8.859.878.163.874 Rp 9.875.844.838.455 Rp 10.808.708.549.447
NPV
maksimal beroperasi tahun ke30
Tabel 3.12 Perhitungan Income Statement Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka (Lanjutan)
KETERANGAN
10 11 12 13 14
sales
Penjualan listrik ke PLN Rp 2.882.206.420.153,51 Rp 2.997.494.676.959,65 Rp 3.117.394.464.038,03 Rp 3.242.090.242.599,55 Rp 3.371.773.852.303,54
Typing Fee Rp 549.398,36 Rp 571.374,29 Rp 594.229,27 Rp 617.998,44 Rp 642.718,37
Penjualan limbah abu Rp 1.127.262.955,44 Rp 1.172.353.473,66 Rp 1.219.247.612,60 Rp 1.268.017.517,11 Rp 1.318.738.217,79
Total Sales Rp 2.883.334.232.507,30 Rp 2.998.667.601.807,60 Rp 3.118.614.305.879,90 Rp 3.243.358.878.115,10 Rp 3.373.093.233.239,70
COGS Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
gross profit Rp 2.883.334.232.507,30 Rp 2.998.667.601.807,60 Rp 3.118.614.305.879,90 Rp 3.243.358.878.115,10 Rp 3.373.093.233.239,70
biaya-biaya operasional
biaya gaji karyawan site office Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00
biaya gaji karyawan office Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00
biaya maintenance Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27
biaya lain-lain Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00
total biaya operasional Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27
EBITDA Rp 2.809.251.295.427,03 Rp 2.924.584.664.727,33 Rp 3.044.531.368.799,63 Rp 3.169.275.941.034,83 Rp 3.299.010.296.159,43
akumulasi penyusutan
Gasification Machine Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67
equipment Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00
vehicle Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70
total akumulasi penyusutan Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37
EBIT Rp 2.771.499.298.361,67 Rp 2.886.832.667.661,96 Rp 3.006.779.371.734,26 Rp 3.131.523.943.969,46 Rp 3.261.258.299.094,06
interest
pajak Rp 216.250.067.438,05 Rp 224.900.070.135,57 Rp 233.896.072.940,99 Rp 243.251.915.858,63 Rp 252.981.992.492,98
net income Rp 2.555.249.230.923,62 Rp 2.661.932.597.526,39 Rp 2.772.883.298.793,27 Rp 2.888.272.028.110,83 Rp 3.008.276.306.601,08
CAPEX 10 11 12 13 14
pembebasan lahan
Gasification Machine
equipment Rp 27.725.706.840,00
vehicle Rp 1.070.129.499.427,00
total CAPEX Rp 1.097.855.206.267,00 Rp - Rp - Rp - Rp -
FCF Rp 1.503.533.641.782,91 Rp 2.708.072.214.652,68 Rp 2.819.022.915.919,56 Rp 2.934.411.645.237,12 Rp 3.054.415.923.727,37
cumulatif FCF Rp 19.671.801.489.663,20 Rp 22.379.873.704.315,90 Rp 25.198.896.620.235,40 Rp 28.133.308.265.472,50 Rp 31.187.724.189.199,90
Diskonto Cash Flow Rp 11.047.002.371.576 Rp 11.863.094.139.672 Rp 12.608.455.837.778 Rp 13.287.436.838.814 Rp 13.904.139.758.122
NPV
maksimal beroperasi tahun ke30
Tabel 3.13 Perhitungan Income Statement Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka (Lanjutan)
KETERANGAN
15 16 17 18 19
sales
Penjualan listrik ke PLN Rp 3.506.644.806.395,68 Rp 3.646.910.598.651,50 Rp 3.792.787.022.597,56 Rp 3.944.498.503.501,47 Rp 4.102.278.443.641,52
Typing Fee Rp 668.427,11 Rp 695.164,19 Rp 722.970,76 Rp 751.889,59 Rp 781.965,17
Penjualan limbah abu Rp 1.371.487.746,50 Rp 1.426.347.256,36 Rp 1.483.401.146,62 Rp 1.542.737.192,48 Rp 1.604.446.680,18
Total Sales Rp 3.508.016.962.569,29 Rp 3.648.337.641.072,06 Rp 3.794.271.146.714,94 Rp 3.946.041.992.583,54 Rp 4.103.883.672.286,88
COGS Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
gross profit Rp 3.508.016.962.569,29 Rp 3.648.337.641.072,06 Rp 3.794.271.146.714,94 Rp 3.946.041.992.583,54 Rp 4.103.883.672.286,88
biaya-biaya operasional
biaya gaji karyawan site office Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00
biaya gaji karyawan office Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00
biaya maintenance Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27
biaya lain-lain Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00
total biaya operasional Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27
EBITDA Rp 3.433.934.025.489,02 Rp 3.574.254.703.991,79 Rp 3.720.188.209.634,67 Rp 3.871.959.055.503,27 Rp 4.029.800.735.206,61
akumulasi penyusutan
Gasification Machine Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67
equipment Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00
vehicle Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70
total akumulasi penyusutan Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37
EBIT Rp 3.396.182.028.423,65 Rp 3.536.502.706.926,42 Rp 3.682.436.212.569,30 Rp 3.834.207.058.437,90 Rp 3.992.048.738.141,24
interest
pajak Rp 263.101.272.192,70 Rp 273.625.323.080,40 Rp 284.570.336.003,62 Rp 295.953.149.443,77 Rp 307.791.275.421,52
net income Rp 3.133.080.756.230,95 Rp 3.262.877.383.846,02 Rp 3.397.865.876.565,68 Rp 3.538.253.908.994,14 Rp 3.684.257.462.719,73
CAPEX 15 16 17 18 19
pembebasan lahan
Gasification Machine
equipment
vehicle
total CAPEX Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
FCF Rp 3.179.220.373.357,24 Rp 3.309.017.000.972,31 Rp 3.444.005.493.691,97 Rp 3.584.393.526.120,43 Rp 3.730.397.079.846,02
cumulatif FCF Rp 34.366.944.562.557,20 Rp 37.675.961.563.529,50 Rp 41.119.967.057.221,40 Rp 44.704.360.583.341,90 Rp 48.434.757.663.187,90
Diskonto Cash Flow Rp 14.462.434.110.191 Rp 14.965.969.215.939 Rp 15.418.186.401.524 Rp 15.822.330.527.457 Rp 16.181.460.884.645
NPV
maksimal beroperasi tahun ke30
Tabel 3.14 Perhitungan Income Statement Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka (Lanjutan)
KETERANGAN
20 21 22 23 24
sales
Penjualan listrik ke PLN Rp 4.266.369.581.387,19 Rp 4.437.024.364.642,67 Rp 4.614.505.339.228,38 Rp 4.799.085.552.797,52 Rp 4.991.048.974.909,42
Typing Fee Rp 813.243,78 Rp 845.773,53 Rp 879.604,47 Rp 914.788,65 Rp 951.380,20
Penjualan limbah abu Rp 1.668.624.547,39 Rp 1.735.369.529,28 Rp 1.804.784.310,45 Rp 1.876.975.682,87 Rp 1.952.054.710,19
Total Sales Rp 4.268.039.019.178,35 Rp 4.438.760.579.945,49 Rp 4.616.311.003.143,31 Rp 4.800.963.443.269,04 Rp 4.993.001.980.999,80
COGS Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
gross profit Rp 4.268.039.019.178,35 Rp 4.438.760.579.945,49 Rp 4.616.311.003.143,31 Rp 4.800.963.443.269,04 Rp 4.993.001.980.999,80
biaya-biaya operasional
biaya gaji karyawan site office Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00
biaya gaji karyawan office Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00
biaya maintenance Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27
biaya lain-lain Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00
total biaya operasional Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27
EBITDA Rp 4.193.956.082.098,08 Rp 4.364.677.642.865,22 Rp 4.542.228.066.063,04 Rp 4.726.880.506.188,77 Rp 4.918.919.043.919,53
akumulasi penyusutan
Gasification Machine Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67
equipment Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00
vehicle Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70
total akumulasi penyusutan Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37
EBIT Rp 4.156.204.085.032,72 Rp 4.326.925.645.799,85 Rp 4.504.476.068.997,67 Rp 4.689.128.509.123,41 Rp 4.881.167.046.854,17
interest
pajak Rp 320.102.926.438,38 Rp 332.907.043.495,91 Rp 346.223.325.235,75 Rp 360.072.258.245,18 Rp 374.475.148.574,99
net income Rp 3.836.101.158.594,34 Rp 3.994.018.602.303,94 Rp 4.158.252.743.761,93 Rp 4.329.056.250.878,23 Rp 4.506.691.898.279,18
CAPEX 20 21 22 23 24
pembebasan lahan
Gasification Machine
equipment Rp 27.725.706.840,00
vehicle Rp 1.070.129.499.427,00
total CAPEX Rp 1.097.855.206.267,00 Rp - Rp - Rp - Rp -
FCF Rp 2.784.385.569.453,63 Rp 4.040.158.219.430,23 Rp 4.204.392.360.888,22 Rp 4.375.195.868.004,52 Rp 4.552.831.515.405,47
cumulatif FCF Rp 51.219.143.232.641,50 Rp 55.259.301.452.071,70 Rp 59.463.693.812.960,00 Rp 63.838.889.680.964,50 Rp 68.391.721.196.369,90
Diskonto Cash Flow Rp 16.152.246.640.529 Rp 16.449.248.061.309 Rp 16.708.311.921.829 Rp 16.931.913.734.482 Rp 17.122.386.152.765
NPV
maksimal beroperasi tahun ke30
Tabel 3.15 Perhitungan Income Statement Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka (Lanjutan)
KETERANGAN
25 26 27 28 29 30
sales
Penjualan listrik ke PLN Rp 5.190.690.933.905,79 Rp 5.398.318.571.262,02 Rp 5.614.251.314.112,51 Rp 5.838.821.366.677,01 Rp 6.072.374.221.344,09 Rp 6.315.269.190.197,85
Typing Fee Rp 989.435,41 Rp 1.029.012,82 Rp 1.070.173,34 Rp 1.112.980,27 Rp 1.157.499,48 Rp 1.203.799,46
Penjualan limbah abu Rp 2.030.136.898,59 Rp 2.111.342.374,54 Rp 2.195.796.069,52 Rp 2.283.627.912,30 Rp 2.374.973.028,79 Rp 2.469.971.949,94
Total Sales Rp 5.192.722.060.239,79 Rp 5.400.430.942.649,39 Rp 5.616.448.180.355,36 Rp 5.841.106.107.569,58 Rp 6.074.750.351.872,36 Rp 6.317.740.365.947,25
COGS Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
gross profit Rp 5.192.722.060.239,79 Rp 5.400.430.942.649,39 Rp 5.616.448.180.355,36 Rp 5.841.106.107.569,58 Rp 6.074.750.351.872,36 Rp 6.317.740.365.947,25
biaya-biaya operasional
biaya gaji karyawan site office Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00 Rp 516.773.747.000,00
biaya gaji karyawan office Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00 Rp 62.714.992.086,00
biaya maintenance Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27 Rp 10.701.294.994,27
biaya lain-lain Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00 Rp 666.650.000,00
total biaya operasional Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27 Rp 74.082.937.080,27
EBITDA Rp 5.118.639.123.159,53 Rp 5.326.348.005.569,12 Rp 5.542.365.243.275,09 Rp 5.767.023.170.489,31 Rp 6.000.667.414.792,09 Rp 6.243.657.428.866,99
akumulasi penyusutan
Gasification Machine Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67 Rp 34.630.476.438,67
equipment Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00 Rp 2.772.570.684,00
vehicle Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70 Rp 348.949.942,70
total akumulasi penyusutan Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37 Rp 37.751.997.065,37
EBIT Rp 5.080.887.126.094,16 Rp 5.288.596.008.503,75 Rp 5.504.613.246.209,73 Rp 5.729.271.173.423,94 Rp 5.962.915.417.726,72 Rp 6.205.905.431.801,62
interest
pajak Rp 389.454.154.517,99 Rp 405.032.320.698,70 Rp 421.233.613.526,65 Rp 438.082.958.067,72 Rp 455.606.276.390,43 Rp 473.830.527.446,04
net income Rp 4.691.432.971.576,17 Rp 4.883.563.687.805,05 Rp 5.083.379.632.683,07 Rp 5.291.188.215.356,22 Rp 5.507.309.141.336,30 Rp 5.732.074.904.355,58
CAPEX 25 26 27 28 29 30
pembebasan lahan
Gasification Machine Rp 1.038.914.293.160,00
equipment Rp 27.725.706.840,00
vehicle Rp 1.070.129.499.427,00
total CAPEX Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Rp 2.136.769.499.427,00
FCF Rp 4.737.572.588.702,46 Rp 4.929.703.304.931,34 Rp 5.129.519.249.809,36 Rp 5.337.327.832.482,51 Rp 5.553.448.758.462,59 Rp 3.641.445.022.054,86
cumulatif FCF Rp 73.129.293.785.072,40 Rp 78.058.997.090.003,70 Rp 83.188.516.339.813,10 Rp 88.525.844.172.295,60 Rp 94.079.292.930.758,20 Rp 97.720.737.952.813,10
Diskonto Cash Flow Rp 17.281.926.925.465 Rp 17.412.606.413.181 Rp 17.516.374.691.147 Rp 17.595.068.261.045 Rp 17.650.416.393.218 Rp 17.305.640.593.327
NPV
maksimal beroperasi tahun ke30
Berdasarkan hasil perhitungan income statement di atas, net present
value (NPV) dapat dihitung sebagai berikut.
𝑡=0
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝐷𝐶𝐹
𝑡=30
𝑁𝑃𝑉 =
Net present value (NPV) Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
(PLTSa) Legok Nangka bernilai positif, maka dapat disimpulkan bahwa
proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka
layak untuk dijalankan.
b) Perhitungan Break Event Point (BEP)
Break event point kami hitung berdasarkan nilai cumulative FCFF
pada perhitungan income statement di atas. Berikut adalah perhitungan
nilai break event point (BEP) Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
(PLTSa) Legok Nangka.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan