Anda di halaman 1dari 22

TUGAS PENGELOLAAN SAMPAH

TL-3104
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN
TPST BANTAR GEBANG DAN TPST SUMUR BATU

Kelompok 8
Peter Chandra

15308023

Asri Cipta Indah Oktaviana

15308025

Anissa Sukma Safitri

15308027

Sausan Atika Maesara

15308031

Wilman Fathurochman

15308033

Puteri Siti Salmiati

15308070

Ayasha Sagita

15308072

Sri Intan Rahmawati

15308074

Aninda Dewi Hindrawati

15308076

Lieke Agrijanti Muljanto

15308078

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
2010

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................

DAFTAR GAMBAR & TABEL ......................................................................

ii

A. TPST Bantar Gebang ..................................................................................

I.
II.
III.
a.
b.
c.
d.

Pendahuluan ............................................................................................. 1
Kondisi Eksisting ...................................................................................... 1
Pembahasan .............................................................................................. 3
Sanitary Landfill ....................................................................................... 3
GALFAD (gasifikasi, landfill dan anaerobic digestor............................... 7
Pengomposan ............................................................................................ 8
Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS) ................................................. 10

B. TPST Sumur Batu Bekasi............................................................................ 15


I. Kondisi Eksisting....................................................................................... 15
II. Pembahasan .............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 18

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar A-2.1 Peta lokasi TPST Bantar Gebang..............................................

Gambar A-2.2 struktur kepengurusan TPST Bantar Gebang............................

Gambar A-3.1 Bagan alir proses sanitary landfill di TPST Bantar Gebang.....

Gambar A-3.2 proses pembuangan ke titik buang............................................

Gambar A-3.3 Proses cover soil.......................................................................

Gambar A-3.4 Ventilasi pada landfill...............................................................

Gambar A-3.5 IPAS TPST Bantar Gebang.......................................................

Gambar A-3.6 Diagram alir power plant..........................................................

Gambar A-3.7 Mesin Janbucker.......................................................................

Gambar A-3.8 proses penggilingan..................................................................

Gambar A-3.9 Proses pembakaran (kiri : oven, kanan : alat pemutar).............

Gambar A-3.10 Proses pengemasan................................................................. 10


Gambar A-3.11 Penanaman pohon dengan pupuk kompos (kanan) dan kolam
control air tanah (kiri)............................................................. 10
Gambar A-3.12 Proses Pengolahan Air Lindi pada IPAS................................. 11
Gambar A-3.13 Blok diagram proses air lindi di IPAS.................................... 11
Gambar A-3.14 Kolam ekualisasi..................................................................... 12
Gambar A-3.15 Kolam Fakultatif..................................................................... 12
Gambar A-3.16 Kolam Aerasi.......................................................................... 13
Gambar A-3.17 Unit pengolahan kimia (koagulasi flokulasi)....................... 13
Gambar A-3.18 Polishing pond (kanan) dan kolam lumpur (kiri)................... 14
Gambar B-2.1 gunungan sampah yang ditutupi terpal di TPST Sumur Batu... 16
Gambar B-2.2 Mekanisme penghasilan listrik di TPST Sumur Batu .............. 16
Gambar B-2.3 Diagram LFG Flaring System................................................... 17
Tabel A-2.1 Zona Sanitary Landfill..................................................................

A. TPST Bantar Gebang


I.

Pendahuluan
Pada hari Kamis, 18 November 2010, Mahasiswa Teknik Lingkungan yang mengikuti

mata kuliah sampah melakukan kunjungan ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantar
Gebang. TPST Bantar Gebang yang terletak di Bekasi ini telah ada sejak tahun 1989. Dahulu,
TPST masih merupakan Tempat Pembuangan Akhir (TPST), tidak dilakukan pengolahan
apapun di dalamnya. Namun, semenjak tahun 1994, sistem di TPST Bantar Gebang mulai
berubah, sampah yang datang sebisa mungkin diolah dan dimanfaatkan.

II.

Kondisi Eksisting TPST Bantar Gebang


TPST Bantar Gebang yang memiliki luas area sebesar 110,4 Ha ini menerima sampah

dari DKI Jakarta, yaitu sekitar 10juta m3/hari. Secara hukum, TPST Bantar Gebang dimiliki
oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, namun dalam pengelolaannya Pemprov
DKI Jakarta juga bekerjasama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi dan
mempercayakan pengolahannya pada pihak ke-3. Salah satu konsultan untuk masalah
pengelolaan sampah di TPST ini berasal dari Teknik Lingkungan ITB.
TPST Bantar Gebang dikelilingi oleh 3 kecamatan, yaitu Cikiwung, Ciketing Udik,
dan Sumur Batu. Ketiga kecamatan ini mendapatkan uang sebagai kompensasi karena
letaknya yang berdekatan dengan TPST. Berikut peta lokasi TPST Bantar Gebang.

Gambar A-2.1 Peta lokasi TPST Bantar Gebang


Sanitary Landfill di Bantar Gebang dibagi kedalam 5 zona. Luas masing-masing zona
dan volume sampah yang ditampung di tiap zona tiap harinya dapat dilihat dalam Tabel 2.1.
Sisa lahannya digunakan untuk instalasi pengolahan air lindi atau leacheat, instalasi
1

pembangkit listrik dari gas metan, dan area untuk pengomposan. TPST Bantar Gebang ini
juga mengolah plastik menjadi bijih plastik.
Tabel A-2.1 Zona Sanitary Landfill
Zona Luas
Volume sampah (juta
(Ha)
18,3
17,7
25,41
11
9,5
81,91

I
II
III
IV
V
Total

m3)
2,7
2,7
2,7
8
8
9,9

Terdapat 2 perusahaan utama yang menanam investasi di TPST Bantar Gebang, yaitu
PT Godang Tua Jaya dan PT Navigat Organic Energy Indonesia. PT Godang Tua Jaya
memiliki pengalaman dalam bidang cover soil, pengolahan sampah organik menjadi kompos,
pengangukan sampah, dan lain-lain. Sedangkan PT Navigat Organic Energy Indonesia
merupakan perusahaan yang telah menerapkan sistem Gassification, Landfill, and Anaerobic
Digestion (GALFAD) di Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu Sarbagita di Denpasar, Bali.
Kedua perusahaan tersebut membentuk Joint Venture (JO) untuk menerapkan sistemn
pengolahan sampah di TPST Bantar Gebang. Berikut struktur kepengurusan TPST Bantar
Gebang :
PEMROV DKI JAKARTA

PT. GTJ

PEMKOT BEKASI

BADAN REGULATOR PENGENDALI

PT. NOEI

MANAGING DIRECTOR

TIM AHLI

Gambar A-2.2 struktur kepengurusan TPST Bantar Gebang


III.

Pembahasan
VICE MANAGING DIRECTOR 1
VICE MANAGING DIRECTOR 2
a. Sanitary Landfill
Pengelolaan sampah di TPST Bantar Gebang ini salah satunya dengan cara sanitary

landfill yang juga lazim dilakukan di beberapa negara dalam sistem pengelolaan sampah
selain melakukan pembakaran sampah dengan insinerator. Berikut bagan alir proses sanitary
landfill di TPST Bantar Gebang.
2

penimbangan

titik
buang

cover soil

pemasanga
n ventilasi

operasion
al IPAS

Gambar A-3.1 Bagan alir proses sanitary landfill di TPST Bantar Gebang
Sampah yang masuk ke TPST Bantar Gebang pertama kali akan ditimbang. Pihak
ketiga yang mengurus masalah penimbangan ini adalah PT Sucofindo. Biasanya sampah yang
ditimbang setiap harinya berjumlah 5-6 ribu ton/hari. Padahal, jumlah sampah di DKI Jakarta
seluruhnya sekitar 8ribu ton/hari. Hal ini berarti tidak semua sampah yang dihasilkan oleh
penduduk DKI Jakarta masuk ke TPST Bantar Gebang. Sampah tersebut ada yang sudah
dimanfaatkan oleh pemulung namun ada juga yang tidak dibuang pada tempat yang
seharusnya misalnya saja pembuangan sampah di sungai.
Setelah dilakukan penimbangan, sampah dibuang ke titik buang. Tumpukan sampah
di titik buang ini mencapai 120 m2. Sampah diletakkan dengan cara estafet menggunakan alat
berat. Sebelum sampah diletakkan, tanah dilapisi dahulu dengan geomembran. Fungsi
geomembran adalah agar air lindi tidak menyerap ke dalam tanah dan mencemari air tanah.

Gambar A-3.2 proses pembuangan ke titik buang


Tumpukan sampah ini dibuat dalam betuk trap, dipadatkan kemudian ditutup dengan
tanah merah. Proses ini dinamakan proses cover soil. Fungsi dari tanah merah adalah
menurunkan pertumbuhan lalat, penghijauan (setelah 2 bulan tanah akan ditumbuhi tanaman),
mencegah pencemaran udara, mencegah kebakaran. Kebakaran mungkin terjadi akibat
produksi gas metan seperti kejadian yang pernah terjadi di TPST Bantar Gebang beberapa
tahun silam. Selain tanah merah dapat pula digunakan kapur. Namun, harga kapur yang
mahal akan menyebabkan meningkatnya biaya operasi. Kapur memiliki beberapa keunggulan
yaitu tidak berbau, mempercepat dekomposisi, dan bakteri akan mati.

Setiap 4 meter sampah yang ditumpuk, ditimbun 30 50 cm tanah merah. Dengan


melakukan hal tersebut, setiap tahunnya jumlah sampah yang tertumpuk berkurang hingga 30
%.

Gambar A-3.3 Proses cover soil


Untuk mencegah kebakaran dan ledakan akibat produksi gas metan yang berlebih,
maka dibuat ventilasi. Ventilasi ini dibuat dari pipa yang diberi perforate atau lubang-lubang.
Fungsinya adalah mengalirkan gas metan ke pembangkit listrik. Saat ini, dari bahan bakar gas
metan telah berhasil diproduksi listrik sebesar 2 Megawatt yang dijual ke PLN. Produksi
listrik ini masih terus ditingkatkan lagi hingga mencapai target yaitu sebesar 26 Megawatt.

Gambar A-3.4 Ventilasi pada landfill


Sampah yang terdapat di sanitary landfill ini akan menghasilkan lindi. Karena itu,
hampir setiap zona di TPST memilki instalasi pengolahan lindi. Lindi hasil pengolahan akan
diuji apakah sudah sesuai baku mutu atau belum untuk dibuang ke badan air.

Gambar A-3.5 IPAS TPST Bantar Gebang


Berikut adalah sistem pengolahan sampah di TPST Bantar Gebang yang sedang dirintis
hingga saat ini.
1. Sorting plant
Sorting plant adalah tempat pemilahan sampah. Sampah yang masuk ke TPST hampir
100 % belum terpilah dengan baik. Pemilahan sampah dilakukan berdasarkan jenis
sampah organik dan anorganik.
2. GALFAD (gasifikasi, landfill dan anaerobic digestor)
3. Pengomposan
Proyek pengomposan di TPST Bantar Gebang ini terbesar di Asia sejak tahun 2004.
4. Daur Ulang
Rencananya, tahun 2011 akan dibangun tempat daur ulang plastik dengan kapasitas 200
ton/hari. Daur ulang plastik ini bertujuan untuk mengemas plastik menjadi bijih plastik.
5. Gas collection
Sampah organik dimasukkan ke dalam bak sampah raksasa yang kemudian ditutup. Gas
metan yang dihasilkan diubah menjadi gas sintesis dengan cara thermal process. Gas
sintesis tersebut akan menghidupkan mesin yang terhubung ke PLTSa. Listrik yang
dihasilkan kemudian disinkronkan dengan PLN.
6. Power plant
Pemanfaatan gas metan menjadi sumber listrik dengan prinsip yang sama dengan
generator. Instalasi pipa HDPE dibor kemudian dimasukkan ke dalam tumpukan sampah
untuk distribusi power plant-nya. Dalam hal ini ventilasi tidak lagi digunakan.
Sampah dihancurkan oleh mesin penghancur. Lahan yang akan digunakan untuk
proses power plant ditanami terlebih dahulu dengan pipa geomembran atau geotekstil
(pipa berbahan dasar sintesis) kemudian diurug dengan gravel hingga ketinggian 4 meter
dari permukaan tanah supaya sampah yang akan ditumpuk tidak bersentuhan langsung
dengan pipa. Sampah yang sudah dihancurkan kemudian ditumpuk diatas gravel.
Berikut diagram alir produksi green energy yang berasal dari sampah organik.

sampah
organik

gas

mesin

generat
or

electrici
ty

PLN
5

Gambar A-3.6 Diagram alir power plant


Sampah organik yang kaya akan kadar air sebelumnya dimasukkan terlebih dahulu ke
dalam chiller yaitu mesin pendingin yang berfungsi untuk mengikat air yang terdapat
dalam sampah sehingga gas bisa dialirkan ke mesin pembakar dan mesin pembakar bisa
terjaga dari perkaratan akibat air.
Mesin yang digunakan pada produksi green energy ini adalah mesin Janbucker dari
Austria yang dilengkapi dengan peredam suara. Gas yang dapat menghidupkan mesin
adalah gas metan, karbondioksida, dan H2S. Sementara ini di TPST Bantar Gebang baru
terdapat 2 unit mesin.

Gambar A-3.7 Mesin Janbucker


7. Konstruksi sanitary landfill
Dalam mendesain suatu landfill diperlukan pengetahuan tentang habitat sampah
yang masuk ke TPST agar diperoleh suatu sistem pengelolaan yang akan lebih efektif
dan efisien karena berbasiskan jenis sampah yang masuk.
Berdasarkan pemaparan yang diberikan, sampah yang masuk ke TPST Bantar Gebang
ini 70 % sudah dapat diolah dan 30 % lainnya merupakan sampah yang belum bisa diolah.
TPST ini diperkirakan dapat bertahan hingga tahun 2060.
b. GALFAD (gasifikasi, landfill dan anerobic digestor)
GALFAD adalah salah satu sistem pengolahan sampah yang akan diterapkan di TPST
Bantar Gebang dimana meliputi gasifikasi, landfill dan anaerobic digestor. Sistem ini
mengadaptasi sistem yang sudah diaplikasikan di IPST Sarbagita, Bali. Tujuan strategis dari
sistem GALFAD adalah pemanfaatan potensi sampah sebagai sumber daya yang sudah
tercemar (contaminated resource). Hal ini berarti dengan menggunakan teknik pemisahan
yang sesuai, berbagai jenis sampah dapat dipakai pads berbagai jenis peralatan konversi

energi sehingga dapat memaksimalkan efisiensi konversi sampah menjadi energi yang
bernilai ekonomis.
Gasifikasi. Sistem ini melibatkan dekomposisi termal (thermal processes) dari bahan
organik dengan mengurangi keberadaan oksigen. Proses ini dapat mengubah sampah organik
menjadi gas (karbonmonoksida dan hidrogen) yang kemudian dapat dipakai untuk
menggerakkan gas engine sebagai mesin pembangkit listrik. Proses yang akan digunakan
pada fasilitas ini sebenarnya adalah bukan teknologi baru dan sudah digunakan secara
komersil di Inggris selama 10 tahun. Perlu dipahami bahwa modul ini hanya dapat bekerja
pada jenis bahan baku yang homogen, yaitu jenis yang akan diperoleh dari proses pemisahan
diatas.
Gas Landfill. Tujuan dari pemakaian gas dari landfill adalah untuk menghindarkan
gas metan yang sangat beracun lepas dari tumpukan sampah dimana dalam banyak kasus
telah ditumpuk. jaringan pipa gas perforasi dimasukkan kedalam tumpukan sampah dan dari
pipa tersebut, gas disedot menuju ke sebuah fasilitas pengolahan gas.
Proses anaerobic digestion. Proses ini melibatkan bakteri anaerob. Penguraian oleh
bakteri ini biasanya membutuhkan waktu antara 1 sampai 2 minggu dan dikontrol secara hatihati untuk menjamin proses sanitasi yang sempurna. Sampah dibongkar 3-4 bulan. Sesudah
proses ini selesai, sisa proses yang berbentuk padat dapat diambil dari bagian dasar digester.
Apabila ingin digunakan sebagai pupuk yang berkualitas tinggi, sisa ini dialirkan melalui
screw press and filter. Bahan yang kering dipisahkan dan selama 2 minggu mengalami proses
pengomposan secara aerobik. Cairan dibawa ke tangki denitrifikasi kemudian menuju tangki
aerasi nitrifikasi untuk menyempurnakan proses aerasi. Sisa sisa produk lain dibiarkan atau
dikeringkan. Air hasil proses dapat diolah kembali atau langsung disalurkan kembali ke awal
proses.
Hasil dari seluruh ketiga proses ini adalah biogas yang dimasukan terlebih dahulu ke
dalam fasilitas pengolahan gas sebelum menjadi gas bahan bakar bagi mesin pembangkit
listrik. Sebuah ilustrasi dapat diambil yaitu: fasilitas pengolahan sampah dengan kapasitas
pengolahan 400 ton/ hari dapat menghasilkan listrik kurang lebih sebesar 10 MW secara
kontinyu.
Sebagai hasil dari proses GALFAD, volume sampah dapat berkurang sampai dengan
80%. Hasil samping dapat diproses menjadi kompos (Apabila kompos ini tidak dapat dijual
maka aman dibuang ke tanah tanpa mengakibatkan pengaruh apapun. Jumlah dari kompos
yang dihasilkan kurang lebih 10-15 persen bahan baku yang dimasukkan ke digester dan
material untuk konstruksi jalan.
7

c. Pengomposan
Sumber sampah untuk pengomposan ini berasal dari pasar induk. Sampah dari sumber
lain seperti rumah tangga tidak dikomposkan karena takut mengandung sampah jenis B3
yang akan mencamari kompos. Sampah selain sampah pasar induk langsung dibuang ke
landfill.
Sampah tidak dipisah dan dicacah terlebih dahulu karena ukurannya terlalu besar
sehingga langsung ditaruh di lahan terbuka. Sampah dibolak-balik setiap 3 hari sekali sebagai
proses aerasi menggunakan buldozer. Ketika kompos sudah hampir matang, sampah baru
menjalani proses penggilingan. Sampah kemudian masuk dalam suatu unit, dimana di
dalamnya terjadi proses pemutaran, penyaringan, kemudian dimasukkan ke vibrator dan
menghasilkan kompos dengan butir-butir yang lebih kecil. Pada unit ini juga terjadi
penambahan unsur hara. Setelah proses tersebut, kompos masuk dalam unit granul dimana
bentuk kompos dibuat menjadi bentuk bulat dan diaduk dengan penambahan bakteri dalam
medium cair. Selanjutnya, kompos masuk dalam unit oven (pembakaran) pada temperatur
80C agar kering, tetapi tidak sampai membuat bakteri yang ada tadi mati, kemudian kompos
dikeringkan lalu dilakukan penambahan bakteri, dikemas, dan dipasarkan. Sampah yang
belum menjadi kompos, seperti sampah organik yang keras atau sampah anorganik
dipisahkan kemudian dikirim ke landfill. Keseluruhan proses pengomposan ini berlangsung
selama 45 hari hingga rasio karbon dalam kompos dibawah 15 %. Saat ini sedang
dikembangkan penambahan enzim pada proses pengomposan sehingga waktu total proses
pengomposan dapat berkurang menjadi 20 hari saja.
Kompos yang dibuat ada dua jenis. Jenis yang pertama berharga Rp1.000,00 per
kilogram, sedangkan jenis yang kedua berharga Rp3.000,00. Perbedaan kompos ini adalah
dari segi kualitas. Kompos yang kedua memiliki kandungan NPK yang lebih tinggi daripada
kompos pertama. Kompos kedua merupakan pesanan khusus untuk kebun kelapa sawit
sedangkan kompos pertama banyak dijual ke petani sebagai salah satu program bantuan
usaha tani dari pemerintah. Produk kompos ini kemudian dibeli seluruhnya oleh PT Pertani
sebanyak 60 ton/hari. Produksi dan penjualan masih akan terus ditingkatkan hingga mencapai
target, yaitu 200 ton/hari. Berikut gambar proses pengomposan di TPST Bantar Gebang.

Gambar A-3.8 proses penggilingan

Gambar A-3.9 Proses pembakaran (kiri : oven, kanan : alat pemutar)

Gambar A-3.10 Proses pengemasan


Berawal dari keinginan menjadikan TPST ini sebagai tujuan wisata alternatif, maka
saat ini sedang dirintis penanaman pohon dengan pupuk hasil pengolahan sampah, desain
sawah simulasi berupa padi tahan hama tikus yang ditanam dengan teknik kultur jaringan
(padi ini daunnya keras sehingga gigi tikus tidak kuat untuk menggigit padi), dan akses flying
fox menuju kolam control air tanah (kolam yang dibuat dengan cara pengeboran tanah hingga
kedalam tertentu yang secara kontinyu air tanahnya diukur untuk mengetahui tingkat
pencemaran yang ditimbulkan sampah pada air tanah).

Gambar A- 3.11 Penanaman pohon dengan pupuk kompos (kanan) dan kolam control air
tanah (kiri)
d. Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS)
IPAS yang dikunjungi pada waktu itu adalah IPAS untuk zona 3. Proses pengolahan air lindi
dapat dilihat pada Gambar 3.12 berikut ini.

Sanitary
Landfill

Pipa

Sampit

Kolam
Ekualisa
si 1

Kolam
ekualisas
i2

Kolam
Fakultatif

RBD

Kolam
Aerasi

Proses
Kimia

Polishing
Pond

Kolam
Air
Bersih

Sungai

Gambar A-3.12 Proses Pengolahan Air Lindi pada IPAS

10

Gambar A-3.13 Blok diagram proses air lindi di IPAS


Air lindi dari sanitary landfill tertahan di atas geomembran (karpet campuran plastik
HDPE yang konstruksi luarnya terbuat dari beton) kemudian dialirkan menggunakan pipa ke
IPAS. Air lindi ini akan ditampung terlebih dahulu di dalam sampit. Setiap 24 jam sekali baru
air dialirkan ke kolam ekualisasi 1 untuk menjalani proses penyeragaman konsentrasi dan
penghilangan amoniak.
Pada kolam ini, amoniak (NH4+) akan berubah menjadi nitrat (NO3). Kolam ini
berfungsi sebagai kolam pengumpul sementara air-air sampah yang berasal dari sampah yang
dikumpulkan pada saluran air sampah. Air sampah bersifat tidak homogen karena campuran
sampah yang banyak mengandung pencemar seperti besi, sampah organik, dan zat kimia-zat
kimia lain. Pada kolam ini, campuran air sampah tersebut dihomogenkan. Setelah itu, air
dialirkan lagi ke dalam kolam ekualisasi 2 secara overflow. Pada kolam ekualisasi 2
digunakan lebih banyak diffuser dibandingkan dengan kolam ekualisasi 1 agar penyebaran
oksigen lebih merata. Desain kolam memiliki panjang 20 meter, lebar 15 meter, dan
kedalaman 40 meter.

11

Gambar A-3.14 Kolam ekualisasi


Air kemudian dialirkan ke dalam kolam fakultatif. Di kolam ini tidak terjadi proses
apa-apa, melainkan pengembangan bakteri anaerob untuk proses denitrifikasi selama 24 jam.
Bakteri ini tumbuh pada bagian dasar kolam yang tidak mengandung oksigen (anaerob).

Gambar A-3.15 Kolam Fakultatif


Setelah itu, air lindi yang mengandung bakteri anaerob dipompa ke Rotating
Biological Denitrification (RBD) yang pada gambar dibawah ditunjukkan dengan bangunan
berwarna hijau. Di sini terjadi proses denitrifikasi, yaitu berubahnya NO3 menjadi NO2
kemudian menjadi N2. Pada proses ini, biasanya terjadi penurunan pH. Karena itulah air
kemudian dialirkan secara gravitasi ke kolam aerasi untuk distabilkan pHnya dengan cara
aerasi (penambahan oksigen) atau kalau belum cukup dengan penambahan NaOH. Di kolam
aerasi terlihat banyaknya buih dipermukaan air. Buih tersebutlah yang menangkap kotoran
dan bau dari air lindi sehingga harus dihilangkan.

12

Gambar A-3.16 Kolam Aerasi


Air lindi ini kemudian dialirkan ke suatu instalasi untuk menjalani proses kimia.
Proses kimia dilakukan dengan penambahan koagulan alumunium sulfat dan polimer anionik.
Dari proses kimia ini akan dihasilkan flok yang mengendap menjadi lumpur. Lumpur akan
dialirkan ke kolam lumpur (Rectangular Clarifier) yang berfungsi sebagai tempat
pengendapan hasil proses kimia di atas dimana terjadi flok-flok yang membentuk lumpur.
Lumpur yang terbentuk akan diolah dengan cara dijemur sampai kering lalu dimasukkan ke
dalam karung untuk kemudian digunakan lagi untuk tanah penutup pada landfill setiap 6
bulan sekali. Sedangkan air dialirkan ke polishing pond untuk penstabilan pH menggunaan
NaOH (bila perlu), penambahan oksigen, dan pengendapan selama 6 jam.

Gambar A-3.17 Unit pengolahan kimia (koagulasi flokulasi)

13

Gambar A-3.18 Polishing pond (kanan) dan kolam lumpur (kiri)


Air yang keluar dari polishing pond masuk ke kolam clean water untuk diendapkan
kembali menjadi grey water hingga akhirnya bisa dibuang ke badan air. Limbah dialirkan
menuju kolam ini dengan menggunakan pompa dimana kolam ini telah berisi limbah yang
aman dibuang ke lingkungan. Parameternya adalah ikan-ikan dapat hidup di kolam tersebut,
seperti ikan lele dan mujair. Guna dari air olahan ini biasanya dibuang langsung ke alam
kemudian sebagian digunakan untuk menyiram tanaman yang ada di dalam kawasan IPAS.
Debit yang keluar sebesar 150 m3. Pada akhir pengolahan warna air tidak berubah, akan
tetapi kandungan di dalamnya sudah berubah .

14

B. TPST Sumur Batu Bekasi


I.

Kondisi Eksisting
TPST Sumur Batu adalah tempat pembuangan sampah akhir untuk daerah Kota

Bekasi. Sebelumnya, sampah daerah Kota Bekasi ditangani oleh TPST Bantar Gebang yang
merupakan milik PEMDA Jakarta. TPST Sumur Batu terletak di Kecamatan Sumur Batu, dan
merupakan salah satu kecamatan yang mengelilingi Bantar Gebang. TPST ini memiliki luas
daerah 10 Hektar, dan kapasitas penampungan sampah sekitar 1000 ton perhari. Persentase
komposisi sampah di Kota Bekasi yang ditangani di TPST Sumur Batu terdiri dari: sampah
organik (75%), kertas (8%), kain/tekstil (1%), karet (1%), plastic (9%), metal/logam (2%),
gelas kaca (1%), dan lain-lain (5%).
II.
Pembahasan
Pengolahan sampah
TPST Sumur Batu Dikelola olah perusahaan Swasta Jepang bernama PT Gikoko.
Sampah yang masuk ke TPST Sumur Batu berasal dari kawasan Bekasi dengan jumlah per
harinya 50 truk. Pengelolaan sampah di Sumur Batu menggunakan sistem sanitary landfill.
Seperti yang telah diketahui bahwa sistem landfill akan memproduksi gas metan yang
berbahaya bagi keselamatan. Akan tetapi, di sisi lain gas metan memiliki manfaat yang
apabila digunakan dengan baik dapat menghemat energi dan sumber daya alam. Berkaitan
dengan hal ini, Gikoko memiliki sistem pengelolaan sampah yang dapat mengurangi
sekaligus memanfaatkan gas metan yang dihasilkan dari landfill. TPST ini mempekerjakan
sebanyak 25 orang pegawai.
Ciri khas yang terdapat di TPST Sumur Batu adalah adanya gunungan sampah yang
ditutupi terpal atau geomembran dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengumpulkan gas metan dari sampah agar tidak keluar dan menyebabkan gas rumah
kaca
2. Mengurangi leachate (jika tidak ditutup akan bertambah karena hujan)
3. Bau, udara kotor, dan lalat dapat dihindari
4. Mengurangi kandungan oksigen yang terdapat dalam sampah karena dapat menyebabkan
mesin mati

15

Gambar B-2.1 gunungan sampah yang ditutupi terpal di TPST Sumur Batu
TPST Sumur Batu memberlakukan sistem Clean Development Mechanism (CDM)
dengan cara landfill gas flaring system yang berdasarkan pada berlakunya Kyoto Protocol
yang mewajibkan seluruh negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di seluruh dunia.
Mekanisme inti dari sistem ini adalah CH4 (gas metan) diubah menjadi CO2, selain itu CH4
digunakan sebagai sumber energi pembangkit listrik. Setiap dihasilkannya 1 ton CO2 akan
dibayar 10 ribu euro (1 euro = 15 ribu rupiah). Instalasi unit ini akan sangat tergantung pada
faktor alam sehingga perlu diadakan pengawasan sepanjang hari selama 24 jam agar kondisi
yang ada membuat sistem berjalan dengan baik. Berikut diagram alir yang menjelaskan
mekanisme penggunaan gas metan sebagai sumber listrik.

y
p
g
a
d
e
in
s
m
j&
k
r
lt
o
b
fw
s in
e
m

pe
y
n
go
a
td
s
a
mm
e
p
s
a
g
k ja
a
b
n
e
irn
d
ga
r g
o
s
i k
n
a
wn
lo
b
fa
r&
e

tr ik
lis

Landfill yang telah


dipasangi pipa

Gambar B-2.2 Mekanisme penghasilan listrik di TPST Sumur Batu


Pada landfill, telah ditanam pipa-pipa yang berfungsi untuk menyalurkan gas metan.
Tumpukan sampah yang ada di landfill TPST Sumur Batu ini dilapisi oleh geo membran.
Lapisan ini berfungsi menahan sebagian besar oksigen sehingga gas yang tersedot oleh
16

blower adalah gas metan saja. Gas metan disedot melalui pipa yang sudah terpasang oleh
mesin selama 24 jam nonstop. Gas yang telah disedot kemudian dibakar untuk mengurangi
jumlah gas metan yang ada karena gas metan dalam konsentrasi yang tinggi berbahaya.
Blower yang digunakan ada 2 unit. Setelah disedot oleh blower, gas metan akan memberikan
energi pada generator, selanjutnya generator akan menghasilkan listrik. Listrik yang didapat
sebagian akan digunakan untuk menggerakkan blower, sebagian lainnya akan digunakan
untuk penerangan TPST ini sendiri.
Engine yang digunakan sendiri memiliki kapasitas sebesar 50 kPa. Saat ini masih
dibangun engine dengan kapasitas 125 kPa sehingga diharapkan listrik yang dihasilkan lebih
besar.
Dari proses ini, dapat dihasilkan listrik sebesar 15 kWh. Listrik yang didapatkan ini
belum dapat disalurkan pada masyarakat sekitar dan hanya akan digunakan untuk
menjalankan mesin penyedot gas dan penerangan TPST itu sendiri (25%) dan untuk
pembakaran aau flaring 75 %. Sistem pemanfaatan gas metan ini telah berlangsung sejak
tahun 2007 di TPST Sumur Batu.
Sistem landfill juga menghasilkan residu lain, yaitu lindi. Lindi di TPST Sumur Batu
akan ditampung dengan wadah khusus kemudian akan disalurkan ke perusahaan khusus
pengolah lindi atau PDAM. Lindi ini juga ada yang tersedot oleh blower, lindi ini akan
dibuang ke demister. Demister berfungsi mengurangi kadar air pada gas yang tersedot.

Gambar B-2.3 Diagram LFG Flaring System


17

DAFTAR PUSTAKA
http://litbangsampah.blogspot.com/2009/03/pengolahan-sampah-sistem-galfad-di.html
http://oddityroom.wordpress.com/tag/tpa-sumur-batu

18

11

Anda mungkin juga menyukai