Anda di halaman 1dari 10

STUDI VARIASI KOMPOSISI BAHAN DASAR BRIKET

DARI SAMPAH ORGANIK PASAR

Rusdiana Setyaningtyas
Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Jember
Email: rusdiana@unmuhjember.ac.id

Anis Artiyani
Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan
Institut Teknologi Nasional Malang
Email: anisartiyani@ymail.com

ABSTRACT
The composition of waste that dominates the most urban areas is organic waste with a
composition of ± around 70%. This organic waste can be used in an effort to reduce the
amount of waste, especially waste originating from fruits and vegetables. One alternative
for the utilization of fruit and vegetable waste is used as a briquette base.
This study aims to obtain the best composition in the manufacture of briquettes from
market organic waste consisting of a mixture of fruit and vegetable waste. Briquette testing
is carried out with various variations in the composition of the use of fruit and vegetable
waste with treatment using a ratio of 0%: 100% (B 0S4), 75%: 25% (B3S1), 50%: 50%
(B2S2), 25%: 75% (B1S3) and 100%: 0% (B4S0). Briquette quality parameters used are
water content, ash content and heating value. The results showed that the best briquettes
were found in composition variation (B 0S4), namely 0% fruit waste: 100% vegetables with
a moisture content value of 5.67%, ash content value of 10.33% and a heating value of
5645.52 cal/gram .

Keywords: briquettes, briquette base, market organic waste

PENDAHULUAN sederhana, memiliki nilai kalor yang


Sumber energi alternatif yang dapat tinggi, dan ketersediaan bahan bakunya
diperbaharui di Indonesia cukup banyak, cukup banyak di Indonesia sehingga
di antaranya adalah biomassa atau bahan- dapat bersaing dengan bahan bakar lain .
bahan limbah organik. Beberapa Hasil penelitian Apriati (2009)
biomassa memiliki potensi yang cukup mengenai pemanfaatan sampah organik
besar adalah limbah kayu, sekam padi, sebagai briket, menunjukkan bahwa
jerami, ampas tebu, tempurung kelapa, kandungan nilai kalor tertinggi berturut-
cangkang sawit, kotoran ternak, dan turut dihasilkan oleh briket dari sampah
sampah kota. Biomassa dapat diolah dan organik campuran, briket dari sampah
dijadikan sebagai bahan bakar alternatif, daun, dan briket dari sampah kertas.
contohnya dengan pembuatan briket. Berdasarkan variasi komposisi, briket
Briket mempunyai keuntungan ekonomis dari komposisi sampah organik campuran
karena dapat diproduksi secara memiliki rata-rata pembakaran paling
cepat, peringkat selanjutnya briket Sedangkan peralatan yang digunakan
sampah dedaunan, dan briket sampah adalah Furnace, tungku pengarangan,
kertas. Berdasarkan variasi bentuk, timbangan analitik, saringan, pengaduk,
gelas ukur, cetakan briket berbentuk
briket berbentuk silinder memerlukan
silinder, alat penumbuk dan cawan
waktu pembakaran lebih cepat porselin, alat-alat tulis serta peralatan
dibandingkan yang berbentuk kotak. pendukung lainnya. Adapun tahapan
Menurut Suprayitno dan Chrisna (2011), penelitian adalah seperti dalam Gambar
proses pembuatan briket arang biomassa 1.
akan menghasilkan bahan bakar yang
Ide Studi
bersih, aman, mudah diangkat dan
higienis dibandingkan dengan kayu
bakar. Nilai kalor terbaik adalah briket Persiapan Alat Persiapan Bahan
arang bunga pinus sebesar 4731,77 kal/gr
(19873,434 kJ/kg), sedangkan briket Alat Cetak Briket Pengumpulan dan
daun memiliki nilai kalor yang rendah Silinder Pemilahan Sampah

sebesar 3475,86 kal/gr (14598,612


kJ/kg).
Penelitian awal
Pemanfaatan sampah buah dan
sayuran dalam pembuatan briket
Pembuatan Briket:
merupakan salah satu solusi mengatasi • Pembuatan Arang dan Perekat
timbulan sampah organik perkotaan • Pencampuran Bahan Baku
• Pencetakan Briket
terutama di pasar-pasar sekaligus dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan bakar
alternatif yang tepat untuk mengurangi Analisis Briket:
• Kadar air
penggunaan minyak tanah. Untuk itu • Kadar abu
diperlukan penelitian tentang variasi • Nilai Kalor

komposisi bahan dasar briket dari sampah


organik pasar tersebut. Tujuan penelitian Hasil dan Pembahasan

ini adalah untuk mendapatkan variasi


komposisi bahan dasar briket yang Kesimpulan dan Saran

terbaik dari sampah buah dan sayuran Gambar 1. Kerangka penelitian


yang berasal dari pasar, dengan
Briket dalam penelitian ini dibuat
menggunakan parameter kadar air, kadar
dengan mengkombinasikan sampah
abu dan nilai kalor. sayuran dan buah-buahan dengan
BAHAN DAN METODE ANALISA komposisi:
Penelitian ini merupakan penelitian - Buah : Sayur = 100% : 0% (B4S0)
eksperimental yang dilaksanakan di - Buah : Sayur = 75% : 25% (B3S1)
Laboratorium Lingkungan ITN Malang - Buah : Sayur = 50% : 50% (B2S2)
selama 2 (dua) minggu. Bahan-bahan - Buah : Sayur = 25% : 75% (B1S3)
yang digunakan dalam penelitian ini - Buah : Sayur = 0% : 100% (B0S4)
adalah sisa sayuran dan buah-buahan dari Kelima macam variasi komposisi bahan
pasar yang telah disortir atau dipilah briket tersebut kemudian dijadikan
kemudian dicacah dan dikeringkan sebagai variabel predictor dalam
dengan cara menjemur selama ± 3 hari. penelitian ini. Sedangkan variabel
responnya adalah: kadar air (%), kadar Sayuran dan buah-buahan yang
abu (%), dan nilai kalor (Cal/gr). digunakan sebagai bahan baku
Parameter tersebut merupakan parameter pembuatan briket ini awalnya dianalisis
penting untuk uji briket sampah, pada nilai kadar airnya dengan tujuan
berdasarkan standar kualitas briket yang untuk mengetahui kandungan air yang
mengacu pada SNI 01-6235-2000. SNI terdapat pada sampah sayur dan buah
ini dipilih karena bahan yang digunakan yang akan digunakan sebagai bahan dasar
adalah bahan organik. pembuatan briket. Bahan perekat juga
Metode analisa terdiri dari analisis dianalisis komposisinya dengan tujuan
deskriptif dan statistik. Analisis deskriptif agar dapat merekatkan dan mencetak
dilakukan untuk menggambarkan nilai briket. Setelah dianalisis, didapatkan
kadar air, kadar abu dan nilai kalor briket bahan perekat yang baik untuk briket
berdasarkan hasil uji laboratorium, sampah buah dan sayur adalah dengan
sedangkan analisis statistik menggunakan komposisi 10% dari berat bahan. Nilai
Analysis of Variance (ANOVA) satu analisis rata-rata kadar air dapat dilihat
faktor dan analisa korelasi Pearson. pada tabel berikut.
ANOVA dilakukan untuk mengetahui Tabel 1. Rata-rata analisis awal kadar air
pengaruh variasi komposisi sampah Keterangan Nilai
organik terhadap kadar air, kadar abu dan Rata-rata Kadar Air Buah-Buahan 65%
nilai kalor briket, dengan hipotesis
Rata-rata Kadar Air Sayuran 45,3%
sebagai berikut:
Sumber: Hasil analisis laboratorium Lingkungan
HO : Variasi komposisi sampah organik ITN Malang (2012)
tidak berbeda nyata
H1 : Variasi komposisi sampah organik 2. Hasil Uji Briket
berbeda nyata. Berikut adalah hasil uji
Kriteria pengujian: apabila P-Value < laboratorium dengan paramater yang
Level of Significance () maka HO diukur adalah kadar air, kadar abu dan
ditolak atau kadar air dalam lima variasi nilai kalor untuk menentukan kualitas
komposisi sampah organik berbeda nyata. arang briket berdasarkan SNI 01-6235-
Sedangkan analisa korelasi Pearson 2000.
dilakukan untuk mengetahui kekuatan
hubungan antara variasi komposisi 2.1 Analisa Hasil Uji Kadar Air
sampah organik dengan kadar air, kadar Hasil analisis nilai kadar air seperti
abu dan nilai kalor briket, dengan pada Tabel 2, diketahui nilai kadar air
hipotesis sebagai berikut: terendah adalah 5,67% yang terdapat
HO : tidak ada hubungan antara dua Tabel 2. Hasil Uji Kadar Air
variabel Kadar Air (%) Rata-rata
H1 : Ada hubungan antara dua variabel No Sampel Kadar
I II III
Air (%)
Kriteria pengujian: apabila P-Value <
1. B1S5 8 8 8 8,00
Level of Significance () maka HO
2. B2S4 8 6 7 7,00
ditolak atau terdapat hubungan antara
3. B3S3 7 8 5 6,67
variabel respon dengan lima variasi
4. B4S2 7 6 6 6,33
komposisi sampah organik (variabel
5. B5S1 6 5 6 5,67
prediktor).
Sumber: Hasil analisis laboratorium Teknik
Lingkungan ITN Malang (2012)
ANALISA DATA DAN
PEMBAHASAN pada briket sampah sayur dengan
1. Analisis Bahan dan Perekat komposisi 100% (B5S1). Nilai kadar air
tertinggi adalah 8% yang terdapat pada yang sama terhadap kadar air suatu arang
briket sampah buah dengan komposisi briket.
100% (B1S5) dengan bahan perekat kanji
(tepung tapioka). Nilai kadar air pada Analisis Korelasi Variasi Komposisi
variasi komposisi buah 75% : sayur 25% Sampah terhadap Kadar Air
(B2S4) adalah 7%. Sedangkan pada Berikut adalah hasil analisis
kondisi yang seimbang yaitu sampah korelasi untuk mengetahui ada tidaknya
buah 50% : sayur 50% (B3S3) nilai kadar hubungan antara variasi komposisi
airnya turun menjadi 6,67%, dan pada sampah organik dengan kadar air suatu
komposisi sampah buah 25% : sayur 75% arang briket.
(B4S2), nilai kadar airnya adalah 6,33%. Correlations: komposisi, Kadar air
Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik Pearson correlation of komposisi and
kadar air pada Gambar 2 berikut. Kadar air = -0.710
P-Value = 0.003
Grafik Rata-Rata Hasil Uji Kadar Air
Hasil pengujian berdasarkan tabel
10 di atas menunjukkan bahwa nilai p-value
Kadar Air (%)

0,003 < 0,05 atau p-value < level of


5 significance (=5%), sehingga HO
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara kadar air suatu
0
B1S5 B2S4 B3S3 B4S2 B5S1
arang briket dengan lima variasi
Sampel komposisi sampah organik, selain itu
kekuatan hubungan sebesar -0,710
Gambar 2. Grafik Kadar Air
mengindikasikan terdapat hubungan yang
kuat dengan arah hubungan yang
Analisis Anova Variasi Komposisi
berbanding terbalik (tidak searah), artinya
Sampah terhadap Kadar Air
semakin kecil komposisi sayur pada
Berikut adalah hasil analisis briket maka kadar air semakin besar.
menggunakan ANOVA untuk Begitu juga sebaliknya, semakin besar
mengetahui ada tidaknya pengaruh komposisi sayur maka kadar air semakin
variasi komposisi sampah organik kecil.
terhadap kadar air suatu arang briket.
Hasil pengujian berdasarkan tabel di atas
2.2 Analisa Hasil Uji Kadar Abu
menunjukkan bahwa nilai p-value 0,086
> 0,05 atau p-value >level of significance Tabel 3. Hasil Uji Kadar Abu
(=5%), sehingga HO diterima. Hal ini Kadar Abu (%) Rata-
rata
menunjukkan bahwa kadar air suatu No Sampel
I II III Kadar
arang briket dalam lima variasi komposisi Abu (%)
sampah organik tidak berbeda nyata, 1. B1S5 18 20 18 18,67
One-way ANOVA: Kadar air versus komposisi 2. B2S4 15 17 18 16,67
Source DF SS MS F P 3. B3S3 14 15 16 15,00
komposisi 4 8.933 2.233 2.79 0.086 4. B4S2 11 11 13 11,67
Error 10 8.000 0.800 5. B5S1 11 10 10 10,33
Total 14 16.933 Sumber: Hasil analisis laboratorium Teknik
Lingkungan ITN Malang (2012)
S = 0.8944 R-Sq = 52.76% R-Sq(adj) =
33.86% Hasil analisis nilai kadar abu pada
dengan kata lain kelima variasi komposisi Tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar abu
sampah organik menunjukkan pengaruh terbesar dimiliki oleh briket sampah buah
100% (B1S5) dengan nilai kadar abu
sebesar 18,67%, sedangkan nilai kadar Selanjutnya untuk mengetahui letak
abu terendah pada briket sampah sayur perbedaan variasi komposisi sampah
100% (B5S1) dengan nilai 10,33%. Nilai organik dalam mempengaruhi kadar abu
kadar abu pada variasi komposisi buah suatu arang briket dapat dilihat melalui
75% : sayur 25% (B2S4) adalah 16,67%, tabel perbandingan Tukey’s berikut.
sedangkan pada kondisi yang seimbang Grouping Information Using Tukey Method
yaitu sampah buah 50% : sayur 50% komposisi N Mean Grouping
(B3S3) nilai kadar airnya turun menjadi 1 3 18.667 A
2 3 16.667 A B
15%, dan pada komposisi sampah buah 3 3 15.000 B
25% : sayur 75% (B4S2), nilai kadar 4 3 11.667 C
abunya adalah 11,67%. Lebih jelasnya 5 3 10.333 C
dapat dilihat pada grafik kadar abu pada Perbedaan variasi komposisi briket
Gambar 3 berikut. sampah buah dan sayuran dapat diketahui
bahwa komposisi B1S5 dan B2S4 memiliki
Grafik Rata-Rata Hasil Uji Kadar Abu pengaruh perlakuan yang sama terhadap
20
kadar abu suatu arang briket. Komposisi
B2S4 juga memiliki pengaruh perlakuan
Kadar Abu (%)

15 yang sama dengan komposisi B3S3 dalam


10 mempengaruhi kadar abu suatu arang
briket, namun komposisi B1S5 dengan
5
komposisi B3S3 memiliki pengaruh yang
0 berbeda terhadap kadar abu suatu arang
B1S5 B2S4 B3S3 B4S2 B5S1 briket. Komposisi B4S2 dan B5S1
Sampel
memiliki pengaruh perlakuan yang sama
Gambar 3. Grafik Kadar Abu terhadap kadar abu suatu arang briket dan
Analisis Anova Variasi Komposisi komposisi ini merupakan komposisi yang
Sampah terhadap Kadar Abu menghasilkan kadar abu lebih rendah
Berikut adalah hasil analisis dibandingkan komposisi lainnya,
menggunakan ANOVA untuk sedangkan kadar abu terbanyak diperoleh
mengetahui ada tidaknya pengaruh dari komposisi B1S5.
variasi komposisi sampah organik Analisis Korelasi Variasi Komposisi
terhadap kadar abu suatu arang briket. Sampah terhadap Kadar Abu
One-way ANOVA: Kadar Abu versus komposisi Berikut adalah hasil analisis
Source DF SS MS F P korelasi untuk mengetahui ada tidaknya
komposisi 4 143.07 35.77 28.24 0.000
Error 10 12.67 1.27 hubungan antara variasi komposisi
Total 14 155.73 sampah organik dengan kadar abu suatu
S = 1.125 R-Sq = 91.87% R-Sq(adj) = arang briket.
88.61%
Correlations: komposisi, Kadar Abu
Hasil pengujian berdasarkan tabel Pearson correlation of komposisi and
di atas menunjukkan bahwa nilai p-value Kadar Abu = -0.951
0,000 < 0,05 atau p-value < level of
P-Value = 0.000
significance (=5%), sehingga HO
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Hasil pengujian berdasarkan tabel
kadar abu suatu arang briket dalam lima di atas menunjukkan bahwa nilai p-value
variasi komposisi sampah organik 0,000 < 0,05 atau p-value < level of
berbeda nyata, dengan kata lain kelima significance (=5%), sehingga HO
variasi komposisi sampah menunjukkan ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh yang berbeda terhadap kadar terdapat hubungan antara kadar abu suatu
abu suatu arang briket.
arang briket dengan lima variasi Gambar 4. Grafik Nilai Kalor
komposisi sampah organik, selain itu
kekuatan hubungan sebesar -0,951 Analisis Anova Variasi Komposisi
mengindikasikan terdapat hubungan yang Sampah terhadap Nilai Kalor
kuat dengan arah hubungan yang Berikut adalah hasil analisis
berbanding terbalik (tidak searah). menggunakan ANOVA untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh
2.3 Analisa Hasil Uji Nilai Kalor variasi komposisi sampah organik
Tabel 4 Hasil Uji Nilai Kalor terhadap nilai kalor suatu arang briket..
Nilai Kalor (cal/gr)
Rata-rata One-way ANOVA: Nilai Kalor versus komposisi
Sam Nilai Source DF SS MS F P
No komposisi 4 6454311 1613578 341.15 0.000
pel I II III Kalor
(cal/gr) Error 10 47298 4730
1. B1S5 4361,64 4144,94 4291,03 4265,87 Total 14 6501609

2. B2S4 4334,46 4189,77 4262,21 4262,15 S = 68.77 R-Sq = 99.27% R-Sq(adj) = 98.98%
3. B3S3 5612,23 5545,59 5499,77 5552,53
4. B4S2 5582,21 5655,06 5583,21 5606,83
Hasil pengujian berdasarkan tabel
5. B5S1 5676,47 5606,83 5653,26 5645,52
di atas menunjukkan bahwa nilai p-value
Sumber: Hasil analisis laboratorium Teknik
Mesin Universitas Brawijaya (2012) 0,000 < 0,05 atau p-value < level of
significance (=5%), sehingga HO
Hasil analisis nilai kalor pada Tabel ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
3 menunjukkan bahwa kandungan nilai kalor suatu arang briket dalam lima
kalor tertinggi ada pada briket dari variasi komposisi sampah organik
komposisi sampah sayur 100% (B5S1) berbeda nyata, dengan kata lain kelima
sebesar 5645,52 cal/gram. Sedangkan variasi komposisi sampah organik
nilai kalor terendah ada pada briket dari menunjukkan pengaruh yang berbeda
komposisi sampah buah 75% : sayur 25% terhadap nilai kalor suatu arang briket.
(B2S4) sebesar 4262,15 cal/gram. Selanjutnya untuk mengetahui letak
Nilai kalor pada variasi komposisi perbedaan variasi komposisi sampah
buah 75% : sayur 25% (B2S4) adalah organik dalam mempengaruhi kadar abu
sebesar 4262,15 cal/gram, sedangkan suatu arang briket dapat dilihat melalui
pada kondisi yang seimbang yaitu tabel perbandingan Tukey’s berikut.
sampah buah 50% : sayur 50% (B3S3)
Grouping Information Using Tukey
nilai kalornya sebesar 5552,53 cal/gram, Method
dan pada komposisi sampah buah 25% : komposisi N Mean Grouping
sayur 75% (B4S2), nilai kalornya adalah 5 3 5645.5 A
4 3 5606.8 A
sebesar 5606,83 cal/gram. Lebih jelasnya 3 3 5552.5 A
dapat dilihat pada grafik nilai kalor pada 1 3 4265.9 B
Gambar 4 berikut. 2 3 4262.1 B

Perbedaan variasi komposisi briket


Grafik Rata-Rata Hasil Uji Nilai Kalor sampah buah dan sayuran dapat diketahui
Nilai Kalor (Cal/gr)

6000 bahwa komposisi B5S1, B4S2 dan B3S3


memiliki pengaruh perlakuan yang sama
4000 terhadap nilai kalor suatu arang briket.
2000
Komposisi B1S5 juga memiliki pengaruh
perlakuan yang sama dengan komposisi
0 B2S4 dalam mempengaruhi kadar abu
B1S5 B2S4 B3S3 B4S2 B5S1 suatu arang briket. Akan tetapi komposisi
Sampel
B5S1, B4S2 dan B3S3 memiliki pengaruh
yang berbeda dengan komposisi B1S5 dan ada penambahan sampah sayur,
B2S4 terhadap nilai kalor suatu arang dikarenakan kadar air pada analisa awal
briket dan juga menghasilkan nilai kalor dari sampah sayur yang lebih sedikit
terendah dibandingkan komposisi (45,3%) dibandingkan dengan sampah
lainnya, sedangkan nilai kalor yang buah (65%).
tertinggi berasal dari komposisi B5S1. Tingginya kadar air selain
ditentukan oleh sifat fisik bahan baku
Analisis Korelasi Variasi Komposisi
yang digunakan, juga ditentukan oleh
Sampah terhadap Nilai Kalor
proses karbonisasi. Karbonisasi yang
Berikut adalah hasil analisis
cepat akan menyebabkan kadar air yang
korelasi untuk mengetahui ada tidaknya
terdapat di dalam bahan baku masih
hubungan antara variasi komposisi
tinggi, sehingga akan mempengaruhi
sampah organik dengan nilai kalor suatu
kualitas briket yang dihasilkan (Yuniarti
arang briket.
dkk, 2011).
Correlations: komposisi, Nilai Kalor Pada analisis ANOVA
Pearson correlation of komposisi and
Nilai Kalor = 0.882 menunjukkan bahwa variasi komposisi
sampah organik tidak berbeda nyata,
P-Value = 0.000 dengan kata lain kelima variasi komposisi
Hasil pengujian berdasarkan tabel sampah organik menunjukkan pengaruh
di atas menunjukkan bahwa nilai p-value yang sama terhadap kadar air suatu arang
0,000 < 0,05 atau p-value < level of briket dengan nilai p-value 0,086 > 0,05.
significance (=5%), sehingga HO Sedangkan pada analisis Korelasi variasi
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi briket sampah buah dan
terdapat hubungan antara nilai kalor suatu sayuran terhadap kadar air sebesar -0,710
arang briket dengan lima variasi mengindikasikan terdapat hubungan yang
komposisi sampah organik, selain itu kuat dengan arah hubungan yang
kekuatan hubungan sebesar 0.882 berbanding terbalik (tidak searah), artinya
mengindikasikan terdapat hubungan yang semakin kecil komposisi sayur pada
kuat dengan arah hubungan yang searah. briket maka kadar air semakin besar.
Begitu juga sebaliknya, semakin besar
3. Pembahasan komposisi sayur maka kadar air semakin
Hasil analisis nilai kadar air seperti kecil.
pada Tabel 1 dan Gambar 2, diketahui Tingginya nilai kadar air dalam
nilai kadar air terendah adalah 5,67% briket juga berpengaruh pada proses
yang terdapat pada briket sampah sayur pembakaran awal briket. Arang briket
dengan komposisi 100% (B5S1). Nilai yang mempunyai nilai kadar air yang
kadar air tertinggi adalah 8% yang tinggi akan menyebabkan proses awal
terdapat pada briket sampah buah dengan pembakarannya menjadi lebih lama dan
komposisi 100% (B1S5). Nilai kadar air menghasilkan nilai kalor yang rendah
pada variasi komposisi buah 75% : sayur pula, sebaliknya jika arang briket
25% (B2S4) adalah 7%, sedangkan pada mempunyai nilai kadar air yang rendah
kondisi yang seimbang yaitu sampah menyebabkan proses awal
buah 50% : sayur 50% (B3S3) nilai kadar pembakarannya berlangsung sangat cepat
airnya turun menjadi 6,67%, dan pada dan menghasilkan nilai kalor yang tinggi.
komposisi sampah buah 25% : sayur 75% Dibandingkan dengan standar kualitas
(B4S2), nilai kadar airnya adalah 6,33%. briket arang kayu berdasar SNI-01-6235-
Dari kelima komposisi yang diuji 2000 nilai kadar air memenuhi standar
menunjukkan adanya penurunan nilai karena masih dibawah standar maksimal.
kadar air pada setiap komposisinya saat
Hasil analisis nilai kadar abu pada < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
Tabel 2 dan Gambar 3 dapat dilihat kadar abu suatu arang briket dalam lima
bahwa kadar abu terbesar dimiliki oleh variasi komposisi sampah organik
briket sampah buah 100% (B1S5) dengan berbeda nyata, dengan kata lain kelima
nilai kadar abu sebesar 18,67%, variasi komposisi sampah menunjukkan
sedangkan nilai kadar abu terendah pada pengaruh yang berbeda terhadap kadar
briket sampah sayur 100% (B5S1) dengan abu suatu arang briket. Pada analisis
nilai 10,33%. Nilai kadar abu pada Korelasi variasi komposisi briket sampah
variasi komposisi buah 75% : sayur 25% buah dan sayuran terhadap kadar abu
(B2S4) adalah 16,67%, sedangkan pada sebesar -0,951 mengindikasikan terdapat
kondisi yang seimbang yaitu sampah hubungan yang kuat dengan arah
buah 50% : sayur 50% (B3S3) nilai kadar hubungan yang berbanding terbalik (tidak
abunya turun menjadi 15%, dan pada searah), artinya semakin kecil komposisi
komposisi sampah buah 25% : sayur 75% sayur pada briket maka kadar abu
(B4S2), nilai kadar abunya adalah semakin besar. Begitu juga sebaliknya,
11,67%. semakin besar komposisi sayur maka
Menurut Sutandy (2000) bahwa kadar abu semakin kecil.
kadar abu yang dihasilkan dipengaruhi Dilihat pada hubungan komposisi
oleh ukuran arang, pengotoran, berat dengan kadar abu, setiap ada penambahan
jenis bahan baik bahan baku maupun sampah sayur ternyata berpengaruh
bahan perekatnya, suhu akhir terhadap nilai kadar abu, hal ini
pengarangan dan lamanya pengarangan. disebabkan karena nilai kadar air sampah
Hal ini sesuai dengan proses sayur lebih rendah dibandingkan dengan
pengarangannya, dimana bahan baku kadar air sampah buah. Hal ini dapat
yang digunakan beratnya sama yaitu 5 dilihat pada grafik yang menunjukkan
kg. Namun pada saat proses karbonisasi, adanya penurunan nilai kadar abu sesuai
arang yang dihasilkan memiliki berat dengan penambahan komposisi sampah
yang berbeda. Produk arang yang sayur. Secara statistik penambahan
dihasilkan pada sampah buah adalah 1,5 sampah sayur berpengaruh nyata terhadap
kg sedangkan pada sampah sayur 800 nilai kadar abu. Nilai kadar abu suatu
gram. Perbedaan ini disebabkan karena produk, pada dasarnya dipengaruhi oleh
luas permukaan pada buah lebih besar kadar abu bahan baku sendiri sehingga
dibandingkan dengan sayur, sehingga jika diketahui bahwa sampah buah memiliki
proses pengarangan membutuhkan waktu kadar abu tertinggi dibandingkan dengan
3 jam pada masing-masing bahan, maka jenis sampah sayuran.
akan didapatkan bentuk partikel yang Kadar abu yang tinggi pada sampah
berbeda. Pada sampah buah didapatkan buah ini disebabkan karena nilai kadar air
hasilnya berupa arang dengan partikel yang tinggi. Hal ini disebabkan karena
besar sedangkan pada sampah sayur pada saat proses pembakaran awal briket
didapatkan hasilnya berupa arang dengan terjadi proses penguapan pada briket.
partikel kecil menyerupai serbuk. Proses penguapan inilah yang
Sehingga ketika proses pengayakan, menyebabkan nilai kadar abu menjadi
sampah buah harus dihancurkan terlebih tinggi dan menurunkan nilai kalor.
dahulu untuk mendapatkan ukuran yang Hasil penelitian yang dilakukan
diinginkan, sedangkan sampah sayur, menunjukkan bahwa kandungan nilai
partikelnya sudah lebih kecil daripada kalor tertinggi ada pada briket dari
ukuran yang diinginkan. komposisi sampah sayur 100% (B5S1)
Hasil analisis ANOVA sebesar 5645,52 cal/gram. Sedangkan
menunjukkan bahwa nilai p-value 0,000 nilai kalor terendah ada pada briket dari
komposisi sampah buah75% :25% (B2S4) berbeda nyata, dengan kata lain kelima
sebesar 4262,15 cal/gram. variasi komposisi sampah organik
Nilai kalor pada variasi komposisi menunjukkan pengaruh yang berbeda
buah 75% : sayur 25% (B2S4) adalah terhadap nilai kalor suatu arang briket.
sebesar 4262,15 cal/gram, sedangkan Pada analisis Korelasi variasi komposisi
pada kondisi yang seimbang yaitu briket sampah buah dan sayuran terhadap
sampah buah 50% : sayur 50% (B3S3) kadar abu sebesar 0,882
nilai kalornya sebesar 5552,53 cal/gram, mengindikasikan terdapat hubungan yang
dan pada komposisi sampah buah 25% : kuat dengan arah hubungan yang searah,
sayur 75% (B4S2), nilai kalornya adalah artinya semakin kecil komposisi sayur
sebesar 5606,83 cal/gram. pada briket maka nilai kalor semakin
Pada pengujian nilai kalor ini, dari kecil. Begitu juga sebaliknya, semakin
lima komposisi yang dibuat, dapat dilihat besar komposisi sayur maka nilai kalor
dari Tabel 3 dan Gambar 4, bahwa terjadi juga semakin besar.
kenaikan nilai kalor pada setiap Perbedaan variasi komposisi briket
komposisinya pada saat ada penambahan sampah buah dan sayur yang
dari sampah sayur. Perbedaan nilai kalor menunjukkan bahwa semakin sedikit
ini dapat disebabkan perbedaan jenis dan komposisi sampah buah (B5S1, B4S2 dan
komposisi bahan baku briket yang B3S3) memberikan pengaruh yang sama
mewakili kandungan organik didalamnya. terhadap nilai kalor suatu arang briket.
Nilai kalor briket tergantung pada Sementara itu dengan semakin banyaknya
kandungan kimia dari bahan komposisi sampah buah (B1S5 dan B2S4)
penyusunnya sendiri, disamping metode memberikan pengaruh yang sama
yang digunakan untuk proses terhadap kadar abu suatu arang briket.
pembriketan yang mengakibatkan kondisi Hal ini menggambarkan bahwa
fisiknya berbeda, seperti densitas, berbedanya komposisi sampah buah dan
porositas dan luas area internal biomassa sampah sayur untuk membuat suatu arang
seperti kerapatan, ukuran partikel dan briket, akan menghasilkan kadar abu dan
model distribusinya (Dermibas, 2004). nilai kalor yang berbeda.
Pada hasil penelitian terbukti didapatkan Hasil analisis sebelumnya
nilai kandungan air terendah pada briket menggambarkan bahwa pembuatan arang
dengan komposisi sayur 100% (B5S1) briket dengan komposisi sampah buah
sesuai dengan nilai kalornya yang juga yang semakin banyak, akan
tertinggi dibanding dengan jenis briket menghasilkan kadar air dan kadar abu
yang lain. yang semakin besar, namun
Nilai kalor dipengaruhi oleh kadar menghasilkan nilai kalor yang semakin
air dan kadar abu briket, semakin rendah rendah. Hal ini disebabkan tingginya
kadar air dan kadar abu briket, maka akan kadar air dalam sampah buah
menaikkan nilai kalor briket. Dapat menyebabkan proses pembakarannya
dilihat pada hasil uji Kadar Air dan Kadar lebih lama, sehingga menghasilkan kadar
Abu, briket dengan kadar air dan kadar abu yang lebih banyak dan nilai kalor
abu yang rendah menghasilkan briket yang dihasilkan semakin rendah.
dengan nilai kalor yang tinggi Sementara itu, dengan komposisi sampah
dibandingkan dengan briket yang lain. sayur yang semakin banyak pada
Hasil Analisis ANOVA pembuatan arang briket, akan
menunjukkan bahwa nilai p-value 0,000 memberikan hasil sebaliknya, yaitu kadar
< 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai air dan kadar abu yang semakin sedikit,
kalor suatu arang briket dalam lima sehingga menghasilkan nilai kalor yang
variasi komposisi sampah organik semakin tinggi. Sedikitnya kadar air yang
dimiliki oleh sampah sayur mempercepat PUSTAKA
proses pembakaran, sehingga Apriati, Ajeng. 2009. Pemanfaatan
menghasilkan nilai kalor yang tinggi. Sampah Organik Sebagai Briket.
Skripsi. Jurusan Teknik Lingkungan
KESIMPULAN Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Kesimpulan dari hasil penelitian Surabaya.
yang dilakukan, adalah sebagai berikut: Dermibas, A. 2004. Combustion
1. Sampah sayuran dan buah-buahan Characteristic of Different Biomas
dapat dimanfaatkan sebagai bahan Fuel. Jurnal Progress In Energy and
dasar pembuatan briket menjadi bahan Combustion Science, Volume 30, Issu
bakar energi alternatif. Dilihat dari 2, Pages 219-230. Elsevier Science,
hasil penelitian didapatkan nilai rata- Ltd
rata Kadar Air sebesar 6,73%, Kadar
Abu 14,47% dan Nilai Kalor 5066,58 SNI 01-6235-2000. Briket Arang Kayu
Cal/gram. Hasil dari kadar air dan nilai Supriyatno dan Merry Chrishna B. 2011.
kalor telah memenuhi standar mutu Studi Kasus Energi Alternatif Briket
SNI briket yaitu 8% pada kadar air dan Sampah Lingkungan Kampus
5000 cal/gram pada nilai kalor, POLBAN Bandung. Prosiding
sementara pada nilai kadar abu masih Seminar Nasional Teknik Kimia
belum memenuhi standar baku mutu “Kejuangan” Pengembangan
SNI Briket Arang Kayu yaitu 8%. Teknologi Kimia untuk Pengolahan
2. Komposisi sampah sayuran dan buah- Sumber Daya Alam Indonesia.
buahan mempengaruhi briket yang Yogyakarta. 26 Januari.
akan dihasilkan. Komposisi yang
terbaik pada variasi komposisi (B5S1) Sutandy, P. 2007. Pemanfaatan Feces
yaitu sampah buah 0% : sayur 100% Sapi dan Blotong Menjadi Arang
dengan nilai kadar air sebesar 5,67%, Briket, Laporan Skripsi, Jurusan
nilai kadar abu sebesar 10.33% dan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi
nilai kalor sebesar 5645,52 cal/gram. Nasional Malang.
Yuniarti , Theo.Yan pieter, Faizal Yogi
SARAN dan Armansyah. 2011. Briket Arang
Saran yang dapat diberikan dari Dari Serbuk gergajian kayu meranti
studi yang telah dilaksanakan adalah: dan arang kayu galam. Universitas
1. Pembuatan briket sampah diupayakan Lambung Mangkurat Banjarbaru
memiliki kesamaan jenis sampah
sebagai bahan baku, karena akan
mempengaruhi dari kadar abu yang
dihasilkan.
2. Mencegah terjadinya keretakan briket
pada proses pengeringan, sebaiknya
dilakukan di udara terbuka dengan
panas yang stabil.
3. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk
mengetahui nilai kuat tekan briket
untuk mengetahui kelayakan jika
dikemas dan didistribusikan.

Anda mungkin juga menyukai