Disusun oleh :
TPST Bantar Gebang berdiri pada tahun 1989, dan pada tahun itu merupakan salah satu
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) terbesar di Indonesia. TPST Bantar Gebang terletak di daerah
Bantar Gebang, Bekasi, Jawa barat. Pada awalnya, sistem pengolahan yang dilakukan pada
1
TPST bantar Gebang adalah sistem open dumping, namun sejak tahun 2008 TPA Bantar Gebang
dikelola oleh PT Godang Tua Jaya dan PT Navigat Organic Energy Indonesia dan namanya pun
diubah menjadu TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) Bantar Gebang. Seiring dengan
perubahan tersebut, dilakukan juga perubahan sistem pengolahan yang tadinya menggunakan
sistem open dumping sekarang menjadi sistem Sanitary Landfill. TPST ini memiliki luas area
sekitar 110 hektar. Dalam sehari, TPST Bantar Gebang menerima sekitar 1000 unit truck
pengangkut sampah yang berasal dari TPS-TPS di 5 wilayah di DKI Jakarta. Berat rata-rata
sampah yang masuk sekitar 5500 – 6000 ton per hari.
Dari total luas area 110 hektar, 82 hektar dipakai untuk zona sanitary landfill yang
kemudian dibagi kembali menjadi 5 zona agar tidak terjadinya penumpukan dan antrean truck
yang masuk ke dalam TPST Bantar Gebang. Sisa lahan yang tersedia digunakan untuk
bermacam pengolahan sampah seperti IPAS (Instalasi Pengolahan Air Buangan Sampah /
Lindi / Leachate), Power Plant hasil pengolahan gas metan, unit komposting, dan beberapa unit
lain.
Instalasi Pengolahan Air Sampah atau IPAS digunakan untuk mengolah air sisa dari
pengolahan sampah yang biasa disebut lindi atau leachete. IPAS Bantar Gebang terdiri dari
beberapa unit pengolahan yang memiliki fungsi berbeda-beda, ada Kolam Ekualisasi, Kolam
Fakultatif, Kolam Aerasi, Proses Kimia, Retangular Clarifier, Bak Polishing Pond, Bak
pengendapan, dan Clarifier.
2
Unit Komposting digunakan untuk mengolah sampah organik yang masuk ke TPST
Bantar Gebang. Debit Sampah yang masuk mencapai 300 ton/hari, dan akan menghasilkan kira-
kira mencapai 60 ton kompos/hari.
Unit Power Plant Di Bantar Gebang merupakan hasil kerja sama antara PT. Godang tua
dengan PT. Navigat Organic Energy Indonesia (PT. NOEI). Unit Power Plant ini sudah dapat
menghasilkan 6 MW, dan ini sudah cukup untuk mensuplai kebutuhan listrik di TPST Bantar
Gebang sendiri
3
mecegah terjadinya longsor. Selanjutnya tumpukan/gunungan sampah yang sudah di
padatkan dan ditutupi dengan tanah merah hungga tertutup seluruhnya.
3. Cover Soil
Setelah tinggi tumpukan/gunungan sampah mecapai kurang lebih 25 meter, dilakukan
penutupan (cover soil) dengan menggunakan tanah merah. Tanah merah yang digunakan
biasanya didapat dari daerah sekitar TPST Bantar Gebang. Metode penutupan ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengatasi berbagai hal seperti mengurangi vektor penyakit (lalat,
belatung), mencegah terjadinya pencemaran udara akibat gas metan yang dihasilkan oleh
tumpukan sampah tersebut.
Penggunaan tanah merah sebagai media Cover Soil bertujuan agar mempercepat proses
penguraian sampah. Dengan ditutupnya tumpukan sampah dengan tanah merah ini, dapat
menurunkan ketinggian sampah hingga 30%. Setelah beberapa bulan, ketinggian gunungan
sampah yang sudah tertutupi sampah akan menurun dan apabila sudah mencapai ketinggian
kurang lebih 10 meter, tanah akan digali kembali dan akan digunakan sebagai zona aktif
sanitary landfill.
5
Kolam fakultatif dapat digunakan sebagai unit pertama atau kedua dari suatu rangkaian
kolam. Kolam ini memerlukan oksigen untuk oksidasi biologis dari bahan-bahan organik.
Kolam ini terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan anaerobik di bagian bawah dan lapisan
aerobik di bagian atas. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan fakultatif.
Di kolam ini, zat organik yang mengendap diolah oleh bakteri anaerob yang alur
prosesnya sama dengan kejadian di kolam anaerob. Hasilnya berupa zat organik terlarut dan
gas metana, karbondioksida, hidrogen sulfida, ammonia, dll. Sebaliknya di lapisan atas
terjadi proses aerob yang memanfaatkan oksigen..
7
Pengadukan lambat (agitasi) pada proses flokulasi dapat dilakukan dengan metoda yang
sama dengan pengadukan cepat pada proses koagulasi, perbedaannya terletak pada nilai
gradien kecepatan di mana pada proses flokulasi nilai gradien jauh lebih kecil dibanding
gradien kecepatan koagulasi.
V. Rectangular Clarifier
Setelah melalui proses koagulasi, lindi tersebut didiamkan sampai gumpalan kotoran
yang terjadi mengendap semua. Setelah kotoran mengendap air akan tampak lebih jernih dari
sebelumnya. Lumpur yang mengendap ini dalam rentang waktu tertentu dipompakan ke
sludge drying bed dimana sebelumnya sebagian lumpur direcycle terlebih dahulu ke bak
aerasi sebagai nutrien dan mikroorganisme pengurai zat-zat organik dalam air limbah
berikutnya. Terdapat permasalahan yang selalu timbul pada bak pengendap lumpur, yaitu
adanya flok-flok yang mengapung diatas permukaan bak sedimentasi. Flok-flok ini terjadi di
dasar bak yang menghasilkan gas-gas yang terbawa ke atas dan mengapungkan kembali flok-
flok yang akan mengendap. Flok-flok yang mengapung dipermukaan air ini dapat dihilangkan
dengan pengadukkan secara mekanis dan mengeluarkan melalui over flow masuk ke sumur
penampungan flok untuk selanjutnya dipompakan kembali ke bak aerasi.
8
Gambar 1.8 Bak Pengendapan
9
Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang memiliki proses
pengomposan sampah organik yang cukup baik. Bahkan semenjak tahun 2004 TPST Bantar
Gebang merupakan pabrik kompos terbesar di Asia Tenggara (Frederick B., Direktur TPST
Bantar Gebang). Pabrik kompos ini mampu memproduksi 35 hingga 50 ton pupuk per hari dari
potensi sampah yang bisa diolah menjadi pupuk sebanyak 200 ton. Harga pupuk yang
ditawarkan pun tergolong murah yaitu Rp 400,00 /kg, sementara yang dicampur dengan bahan-
bahan alami lain dengan kualitas terbaik dijual Rp1.000,00/kg. Harga ini jauh lebih murah
dibandingkan dengan pupuk urea bersubsidi sekalipun.
TPST ini telah melakukan pemilahan sampah dengan baik, sehingga tidak susah untuk
mengumpulkan lalu mengolah sampah organik yang ada yang kemudian akan dijadikan pupuk
kompos. Alat yang digunakan pada proses komposting merupakan alat yang diciptakan dan
dibuat sendiri.
Power Plant Bantar Gebang merupakan program kerja sama antara PT. Godang Tua
dengan PT. Navigate Organic Energy Indonesia (PT. NOEI). Pada TPST Bantar Gebang terdapat
2 unit Power Plant yang berasal dari Austria
Pembangkit listrik ini memanfaatkan gas methan yang ditangkap dari sanitary landfill.
Sampah pada sanitary landfill dioleh terlebih dahulu melalui proses penguraian, penutupan, dan
pemanasan sehingga sampah akan menghasilkan gas methan. Gas methan yang dihasilkan
10
ditangkap dan dialirkan ke generator Power Plant. Untuk mengalirkankan gas methan ini,
digunakan pipa HDPE yang dibangun hingga mencapai panjang 60 m.
Alur energi yang diolah pertama-tama berasal dari tumpukan sampah yang dihubungkan dengan
pipa. Kemudian gas yang dihasilkan disedot dengan blower menuju unit power plant. Setelah itu
gas metan masuk ke engine dan menjadi bahan bakar untuk genset. Dari sini gas metan telah
berubah menjadi energi listrik dan dijual langsung ke PLN.
Di dalam unit Power Plant ini, terdapat 10 GGPC dengan kapasitas masing-masing
alatnya berkisar antara 1197 sampai 2000 kilowatt dengan kapasitor yang berbeda-beda
tergantung dengan mesinnya.. Generator yang digunakan dapat membakar gas methan CH4 dan
mengubahnya menjadi listrik. Jumlah listrik yang dihasilkan per harinya sampai saat ini kurang
lebih sekitar 7.6 megawatt. Pada perencanaannya, pengelola mentargetkan untuk menaikan
produksi listrik yang dihasilkan oleh TPST Bantar Gebang hingga 8 megawatt yang rencananya
akan di transfer untuk memenuhi kebutuhan listrik di Jawa dan Bali.
Mesin power plant ini membutuhkan gas metan hasil olahan dari sekitar 1000 m 3 sampah
untuk menghidupkan dan menggerakan per jamnya. Pada unit ini, mesin digerakkan 24 jam
nonstop dimulai dari tahun 2008. Tiap pekerja diharuskan untuk memakai seragam dan sepatu
boot sebagai alat perlindungan diri. Diwajibkan bagi para pekerja yang bekerja dalam ruangan
untuk memakai alat penutup telingan untuk perlindunagn dari kebisingan.
11
Sanitary landfill TPA SumurBatu berbentuk bukit-bukit dengan ketinggian rata-
rata 13 meter di lahan kira-kira seluas 10 hektar. TPA Sumur Batu berada di Kelurahan
Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang. Wilayah pelayanan TPA Sumur Batu hanya
sampah dari Kota Bekasi.
3. KESIMPULAN
TPST Bantar Gebang setiap harinya menerima 5500-6000 ton sampah yang berasal dari 5
wilayah DKI Jakarta
Pengolahan utama dari sampah-sampah yang masuk adalah dengan sanitary landfill
Sampah-sampah yang ditimbun dapat mengahsilkan gas metan yang digunakan oleh TPST Bantar
Gebang sebagai sumber bahan baku power plant untuk dikonversi menjadi energi listrik yang
dijual kepada PLN.
Sampah organic diolah menjadi kompos untuk kemudian dijual kepada konsumen.
Sampah plastic diolah kembali menjadi pellet plastic yang dapat digunakan kembali menjadi
peralatan sehari-hari
TPA Sumur Batu telah melakukan pengolahan secara sanitary landfill dan memiliki unit
pembakaran metan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari penumpukan sampah
12