Anda di halaman 1dari 10

Sesuai dengan amanat UU Nomor 18/2008 tentang pengelolaan sampah, maka masalah

penutupan TPA dengan penimbunan terbuka dan penyediaan fasilitas pemilahan sampah di
kawasan permukiman, fasilitas komersil, fasilitas umum dll perlu dilakukan pada tahap awal.

2.5.1. Rencana Jangka Pendek


Rencana peningkatan penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan jangka pendek (1-2)
tahun merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat mendesak dan dapat dijadikan pondasi untuk
pentahapan selanjutnya. Sebagai contoh adalah sebagai berikut:
- Menyiapkan kebijakan pengelolaan sampah kota/kabupaten yang mengacu pada kebijakan
nasional, propinsi dan NSPK yang berlaku.
- Peningkatan kelembagaan terutama SDM sebagai dasar untuk peningkatan kinerja
operasional penanganan sampah.
- Penyiapan dan penyempurnaan Perda yang sesuai dengan NSPK dan UU Nomor
18/2008
- Perencanaan detail penanganan persampahan (penutupan TPA dengan penimbunan
terbuka atau rehabilitasi TPA, kegiatan 3R)
- Penyusunan AMDAL atau UKL dan UPL atau kajian lingkungan sesuai kebutuhan
- Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk menyiapkan masyarakat berpartisipasi kegiatan
3R
- Penyediaan prasarana sarana untuk mengatasi masalah persampahan yang bersifat
mendesak (bin pemilahan sampah, peningkatan TPA dll)
- Penyiapan peningkatan iuran tarif (iuran dan retribusi)

2.5.2. Rencana Jangka Menengah


Rencana peningkatan penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan jangka menengah 5
tahun merupakan tahap pelaksanaan 5 tahun yang didasarkan pada hasil kajian sebelumnya
dengan mempertimbangkan tahap mendesak yang telah dilakukan. Contoh:
- Melanjutkan peningkatan kelembagaan (pemisahan operator dan regulator) dan pelatihan
SDM yang menerus disesuaikan dengan kebijakan nasional, propinsi dan NSPK yang
baru
- Pelaksanaan penegakan peraturan yang didahului dengan sosialisasi dan uji coba selama 1
tahun.
- Peningakatan cakupan pelayanan sesuai perencanaan
- Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana persampahan sesuai perencanaan
- Pelaksanaan revitalisasi TPA sesuai perencanaan
- Pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan TPA

199
- Pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan kegiatan 3R di beberapa
kawasan.
- Kampanye dan edukasi yang menerus
- Pelaksanaan peningkatan retribusi baik melalui perbaikan tarif maupun mekanisme
penarikannya
- Merintis kerja sama dengan pihak swasta

2.5.3. Rencana Jangka Panjang


Rencana peningkatan penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan jangka panjang
sekurang-kurangnya 10 tahun merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat menyeluruh dengan
mempertimbangkan hasil pencapaian tahap sebelumnya. Berikut diberikan contohnya:
- Peningkatan kelembagaan (pemisahan operator dan regulator) dan pelatihan sdm yang
menerus disesuaikan dengan kebijakan nasional, propinsi dan nspk yang baru
- Review atau penyempurnaan perda yang sesuai dengan nspk dan konsisi terkini yang
berkembang di daerah
- Peningkatan cakupan pelayanan sesuai target perencanaan
- Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana sesuai cakupan pelayanan serta penggantian
peralatan yang sudah habis umur teknisnya.
- Peningkatan kinerja TPA sesuai dengan kebutuhan
- Pemilihan lokasi TPA baru sebagai persiapan penutupan TPA lama yang sudah penuh
(sesuai dengan kebutuhan) disertai studi kelayakan dan AMDAL atau UKL UPL.
- Penutupan TPA lama (jika diperlukan) dan pemantauan kualitas TPA yang telah ditutup
selama 20 tahun scara berkala
- pembangunan TPA baru sesuai NSPK
- pembangunan TPST skala kota (sesuai kebutuhan)
- Replikasi 3R sesuai dengan target pengurangan sampah
- Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk penyiapan masyarakat dalam partisipasi
kegiatan 3R
- Meningkatkan pola kerjasama dengan pihak swasta dan CDM

2.5.4. Rencana Program


Rencana program peningkatan penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan jangka
pendek, menengah dan panjang dapat dilihat pada Tabel 2.15 berikut.

200
Tabel 2. 15 Rencana program pengelolaan persampahan

Aspek Jangka Jangka Jangka


No
Pengelolaan Pendek Menengah Panjang
1 Kelembagaan
2 Teknis
3 Pembiayaan
4 Peraturan
5 PSM
6 Swasta

2.5.5. Rencana Pembiayaan

Tabel 2. 16 Rencana pembiayaan pengelolaan persampahan

Biaya Biaya Biaya


Komponen
No (Jangka Pendek) (Jangka Pendek) (Jangka Pendek)
Kegiatan
Investasi O&P Investasi O&P Investasi O&P

Perhitungan retribusi perlu dibuat berdasarkan perkiraan biaya investasi dan O dan P untuk
jangka menengah dan jangka panjang.

Diperlukan estimasi biaya satuan penanganan persampahan berdasarkan kebutuhan biaya


investasi dan pengoperasian serta pemeliharaan, yang meliputi:
a. Rp./kapita/tahun
b. Rp./m3 atau Rp./ton
c. Biaya pengumpulan/ton
d. Biaya pengangkutan/ton
e. Biaya pengolahan/ton
f. Biaya TPA/ton

2.5.6. Sosialisasi
Dokumen perencanaan penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan harus
disosialisasikan secara lebih memadai baik kepada pihak eksekutif, legislatif maupun
masyarakat umum, yang bertujuan agar dapat mendapat dukungan dari semua pihak agar
proses pelaksanaannya dapat berjalan seperti yang diharapkan.

201
3. PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN SISTEM PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN
3.1. Pendahuluan
Dokumen studi kelayakan bidang persampahan, merupakan suatu dokumen kelayakan
ekonomi, keuangan dan lingkungan dari program-program pengembangan prasarana dan
sarana persampahan yang terdapat dalam suatu rencana induk. Studi kelayakan proyek
persampahan ini terdiri atas 3 dokumen kelayakan proyek yaitu:
a. Dokumen kelayakan ekonomi
b. Dokumen kelayakan keuangan
c. Dokumen kelayakan lingkungan

Dengan demikian keputusan prioritas pembangunan atau investasi dari suatu program
pengembangan prasarana dan sarana pengelolaan sampah ditetapkan berdasarkan hasil kajian
ketiga jenis kelayakan proyek tersebut. Hasil studi kelayakan ekonomi akan memberi
gambaran mengenai manfaat/benefit baik yang bersifat tangible maupun intangible. Dari suatu
investasi prasarana persampahan yang direncanakan.

Hasil studi kelayakan keuangan (financial) akan memberi gambaran mengenai besaran
tarif/retribusi yang akan dibebankan kepada pelanggan yang mendapat pelayanan. Besaran
perhitungan tarif/retribusi tersebut dapat dianalisis lebih lanjut apakah tarif tersebut cukup
wajar dibanding pendapatan (income) para pelanggannya. Sementara dari sisi pengelola, hasil
studi kelayakan keuangan tersebut, akan memberi gambaran apakah pendapatan operasional
dari retribusi pelayanan Persampahan tersebut dapat menutup biaya O/M (OpEx) dan biaya
pengembalian modal (CapEx) serta apakah menghasilkan laba. Selanjutnya informasi studi
kelayakan keuangan ini merupakan suatu informasi penting tentang bagaimana bentuk
kelembagaan pengelola yang sesuai, baik yang berbasis lembaga maupun yang berbasis
masyarakat untuk mengelola sarana dan prasarana terbangun tersebut. Sedangkan hasil studi
kelayakan lingkungan akan memberi gambaran mengenai bagaimana mengendalikan dampak
negatif dari suatu rencana pembangunan sarana prasarana persampahan termasuk konsekuensi
biaya yang ditimbulkan dari upaya pengendalian dampak tersebut.

Studi kelayakan penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan wajib disusun berdasarkan:
a. Rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan yang telah ditetapkan
b. Kelayakan teknis, ekonomi, dan keuangan
c. Kajian lingkungan, sosial, hukum, dan kelembagaan.

Studi kelayakan memuat data atau informasi, berupa:


a. Perencanaan prasarana dan sarana persampahan yang ada

202
Penyelenggaraan prasaran dan sarana persampahan mengikuti rencana induk yang ada.
Sasaran pelayanan yang akan dikaji ditunjukan pada daerah yang memiliki potensi ekonomi
dan secara teknis dapat dilakukan. Setelah itu prioritas pelayanan diarahkan pada daerah
pengembangan sesuai dengan arahan dalam perencanaan induk kota.
b. Perkiraan timbulan sampah
Perkiraan laju timbulan sampah ditentukan berdasarkan:
• Proyeksi penduduk dan perkiraan pengembangan aktivitas non domestik dilakukan
sesuai dengan besaran rencana pengembangan.
• Besaran timbulan sampah berdasarkan sumber sampah dan karakteristik kota.
c. Kondisi sosial dan ekonomi (berdasarkan survey kebutuhan nyata)
Kondisi-kondisi yang harus diperhatikan dalam penetapan wilayah survey adalah sebagai
berikut:
• Fungsi dan nilai daerah;
• Kepadatan penduduk;
• Daerah pelayanan;
• Kondisi lingkungan;
• Tingkat pendapatan penduduk.
d. Kelembagaan
Pembentukan kelembagaan disesuaikan dengan besaran kegiatan dan peraturan terkait
kelembagaan.
e. Data seumber sampah
Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana
dan sarana persampahan.
f. Program pengembangan dan strategi pelaksanaan
g. Analisis mengenai dampak lingkungan atau UKL/UPL
Aktivitas penyelenggaran prasarana dan sarana persampahan memperhatikan kelayakan
lingkungan, yang meliputi:
• Identifikasi kegiatan yang akan dilakukan dan berpotensi dapat mempengaruhi rona
lingkungan
• Identifikasi dampak besar dan dampak penting dari kegiatan
• Perkiraan perubahan rona lingkungan sebaga dampak aktivitas penyelenggaraan
prasarana dan sarana persampahan
• Merencanakan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
h. Rencana pengoperasian dan pemeliharaan
Rencana pengoperasian dan pemeliharaan, meliput rencana operasi/pengelolaan, rencana
pemeliharaan, pemantauan lingkungan dari kegiatan pengoperasian.
i. Perkiraan biaya proyek dan pemeliharaan
Perkiraan biaya proyek dan pemeliharaan, terdiri dari:

203
• Biaya investasi
• Biaya operasional
- Biaya O&P
- Biaya umum dan adminstrasi
• Perkiraan pendapatan
Perkiraan pendapatan berasal dari retribusi yang dibayarkan oleh masyarakat dan dana
pemerintah
j. Kajian sumber pembiayaan
Kajian sumber dan sistem pembiayaan meliput alternatif sumber pembiayaan dan sisten
pendanaan yang disepakati oleh masing-masing pihak terkait.

3.2. Kriteria Kelayakan Teknis


a. Kriteria kelayakan
Komponen kriteria kelayakan teknis pembangunan atau pengembangan prasarana dan
sarana persampahan sekurang-kurangnya meliputi parameter luas, umur, lokasi,
kelengkapan prasarana dan sarana, kemudahan operasi serta sumber daya manusia yang
tersedia. Kelayakan teknis harus berdasarkan:
• Kajian timbulan dan karakteristik sampah;
• Kajian teknologi dan sumberdaya setempat;
• Keterjangkauan pengoperasian dan pemeliharaan; dan
• Kajian kondisi fisik setempat.
b. Muatan Teknis, terdiri dari:
• Rencana teknik operasional;
• Kebutuhan lahan;
• Kebutuhan air dan energi;
• Kebutuhan prasarana dan sarana;
• Gambaran umum pengoperasian dan pemeliharaan;
• Masa layan sistem; dan
• Kebutuhan sumber daya manusia

3.3. Norma, Kriteria Teknis Kelayakan Ekonomi dan Keuangan


3.3.1. Norma Kelayakan Ekonomi dan Keuangan
Pada saat ini belum tersedianya norma tertulis baik berupa undang-undang, peraturan maupun
keputusan yang berkaitan dengan studi kelayakan ekonomi dan keuangan dalam
pengembangan prasarana dan sarana persampahan. Norma-norma yang diacu dalam
penyususnan pedoman ini adalah:
a. Perencanaan Pengembangan Prasarana dan sarana Persampahan meliputi:
- Rencana Induk

204
- Studi Kelayakan
- Perencanaan Teknis Terperinci
b. Studi Kelayakan Ekonomi dan Keuangan Pengembangan Prasarana dan sarana
Persampahan disusun berdasarkan:
- Rencana induk yang telah ditetapkan
- Hasil kajian kelayakan teknis
- Hasil kajian kelayakan lingkungan
- Kajian sumber pembiayaan investasi
c. Studi Kelayakan Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) disusun oleh
penyelenggara TPA

3.3.2. Standar Perhitungan Ekonomi dan Keuangan


d. Perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan TPA menggunakan metode:
- Internal Rate of Return (IRR)
- Net Present Value (NPV)
e. Perubahan nilai uang terhadap waktu (Time value of money) dihitung berdasarkan Discout
Factor (DF)
f. Discout Factor (%) dihitung berdasarkan rata-rata tingkat inflasi selama tahun proyeksi
ditambah perkiraan faktor resiko investasi.

3.4. Norma dan Standar Teknis Kelayakan Lingkungan


Terdapat beberapa Norma, Kriteria Teknis dan Standard Teknis bidang Persampahan yang
terkait dengan studi kelayakan lingkungan atau AMDAL. Substansi Norma, Kriteria dan
Standar yang diacu dalam penyusunan kelayakan ekonomi atau studi AMDAL akan
dijelaskan lebih lanjut pada bagian ini.

3.4.1. Norma
a. Perencanaan Jangka Panjang Daerah adalah dokumen perencanaan periode 20 (dua puluh)
tahun (UU No. 25 Tahun 2004);
b. Kota Metropolitan atau kota-kota yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi
diwajibkan memiliki rencana induk Sistem Penyediaan Air Minum yang terpadu dengan
Sistem Persampahan;
c. Perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan Prasarana dan sarana Sanitasi (PP No. 16
Tahun 2005);
d. Pemilihan lokasi Tenpat Pemrosesan Akhir Sampah harus memperhatikan aspek teknis,
lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat serta dilengkapi dengan zona penyangga
(PP No. 16 Tahun 2005).

205
3.4.2. Standar Teknis Studi AMDAL
a. Petunjuk Teknis Penyusunan Kerangka Acauan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Proyek Bidang Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri PU No. 69/PRT/1995);
b. Petunjuk Tata Laksana Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Departemen Pekerjaan
Umum (Keputusan Menteri PU No. 58/KPTS/1995);
c. Petunjuk Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri PU No.
296/KPTS/1996);
d. Petunjuk Tata Laksana Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri PU No.
377/KPTS/1996);
e. Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan
Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri PU No.
148/KPTS/1995);
f. Daftar jenis usaha atau kegiatan wajib AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. KEP. 39/MENLH/8/1996).

3.5. Perencanaan Studi Kelayakan Ekonomi dan Finansial


3.5.1. Penentuan Tahun Proyeksi
a. Jumlah atau lamanya tahun proyeksi kelayakan ekonomi dan finansial ditetapkan sejak
tahun pertama investasi pelaksanaan proyek dimulai (misal untuk biaya perencanaan atau
pembebasan lahan) sampai tahun berakhirnya manfaat dari investasi;
b. Jumlah tahun proyeksi kelayakan ekonomi dan finansial proyek sistem persampahan
terpusat adalah 40 (empat puluh) tahun;
c. Jumlah tahun proyeksi kelayakan ekonomi dan finansial proyek TPA adalah 20 (dua
puluh) tahun.

3.5.2. Kriteria Kelayakan Ekonomi Persampahan


a. Proyek dikatakan layak ekonomi apabila manfaat ekonomi lebih besar dibanding dengan
biaya yang ditimbulkan baik berupa biaya operasional maupun biaya pengembalian
modal;
b. Perhitungan kelayakan ekonomi proyek dihitung dengan metode:
• Economic Internat Rate of Return (EIRR);
• Economic Net Present Value (ENPV); dan
• Economic Benefit Cost Ratio (EBCR)
c. Apabila hasil perhitungan EIRR proyek menghasilkan angka prosentase (%) lebih besar
dari faktor diskon, maka perhitungan tersebut merekomendasikan bahwa proyek layak

206
diterima dalam pengertian melaksanakan proyek (Do Something) lebih baik dibanding tidak
melaksanakan proyek (Do Nothing). Tidak melaksanakan proyek berarti membiarkan
pencemaran persampahan tetap berlangsung dengan konsekuensi kerugian yang lebih besar
akibat penurunan kualitas sumber daya air dan penurunan derajat kesehatan;
d. Apabila hasil perhitungan EIRR proyek menghasilkan angka prosentase (%) lebih kecil dari
faktor diskon, maka proyek ditolak. Proyek ini perlu direvisi skala investasinya agar tidak
kelebihan investasi.

3.5.3. Kriteria Kelayakan Keuangan Proyek


a. Proyek dikatakan layak keuangan apabila pendapatan tarif/retribusi Persampahan lebih
besar dibanding dengan biaya yang ditimbulkan baik berupa biaya operasional maupun
biaya pengembalian modal.
b. Perhitungan kelayakan keuangan proyek dihitung dengan metode Finansial Economic
Internal Rate of Return (FIRR) dan Net Present Value (NPV);
c. Kelayakan keuangan diukur berdasarkan:
• Pay back period
• Financiual Net Present Value (FNPV)
• Financial Internal Rate of Return (EIRR)
Apabila hasil perhitungan FIRR menghasilkan angka prosentase (%) lebih besar dari
faktor diskon, maka pendanaan investasi proyek dapat dibiayai dari pinjaman komersial
tanpa membebani Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk pengembalian
cicilan pokok dan bunganya. Bahkan proyek ini mendapat manfaat keuangan sebesar nilai
NPV-nya (NPV positif);
d. Kelayakan keuangan memperhitungkan hal-hal sebagai berikut:
• Tingkat inflasi
• Jangka waktu proyek
• Biaya investasi
• Biaya operasi dan pemeliharaan
• Biaya umum dan adminstrasi
• Biaya penyusutan
• Tarif retribusi
• Pendapatan retribusi
Apabila hasil perhitungan FIRR menghasilkan angka prosentase (%) sama dengan nol
yang berarti lebih kecil dari faktor diskon, maka pendanaan investasi proyek hanya layak
apabila dibiayai dari sumber pendanaan APBD atau sumber dana lain yang tidak
mengandung unsur bunga pinjaman dan pembayaran cicilan pokok.

207
e. Apabila kelayakan keuangan proyek tidak dapat menutup biaya operasional, maka proyek
ditolak. Proyek ini perlu direvisi perencanaannya dan pilihan teknologinya agar biaya O/P-
nya dapat menjadi lebih rendah.

3.5.4. Jenis Biaya Investasi Prasarana dan Sarana Persampahan


a. Investasi prasarana dan sarana Persampahan meliputi:
- Investasi untuk pewadahan hinga pengangkutan sampah ke TPA
- Investasi untuk pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
- Investasi untuk pembangunan TPS, 3R, SPA, FPSA, TPST
b. Perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan proyek persampahan harus memperhitungkan
perbedaan karakteristik biaya yang timbul antara proyek-proyek sebagai berikut:
- Perluasan prasarana yang sudah ada
- Rehabilitas prasarana yang sudah ada
- Pengembangan prasarana pada daerah baru

3.5.5. Proses Perhitungan Kelayakan Ekonomi dan Keuangan


Proses perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan proyek persampahan harus
memperkirakan seluruh biaya yang timbul dan manfaat yang timbul dari kegiatan investasi dan
operasi serta memperkirakan selisih atau membandingkan antara biaya dan manfaat selama
tahun proyeksi. Skematik biaya dan manfaat yang harus dihitung tersebut dapat digambarkan
pada Gambar 3.1 sebagai berikut:

208

Anda mungkin juga menyukai