Anda di halaman 1dari 49

1

KATA PENGANTAR

Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024 menargetkan adanya peningkatan rumah tangga yang memiliki
akses sanitasi layak menjadi 90% (termasuk di dalamnya 15% rumah tangga memiliki akses
sanitasi aman) dan meningkatnya persentase rumah tangga dengan akses sampah terkelola
di perkotaan menjadi 100%. Sejalan dengan target tersebut, Kementerian PUPR telah
menetapkan sasaran strategis berupa peningkatan penyediaan akses perumahan dan
infrastruktur permukiman yang layak, aman, dan terjangkau, yang dicapai melalui
peningkatan akses air limbah layak dan aman serta peningkatan akses persampahan.
Dalam rangka mendukung pencapaian target RPJMN 2020-2024 dan Sasaran Strategis dalam
Rencana Strategis Kementerian PUPR, Direktorat Sanitasi menyusun langkah-langkah untuk
menerjemahkan target dan sasaran strategis tersebut ke level program dan kegiatan melalui
pendekatan clustering, dimana dilakukan pengelompokan kabupaten/kota berdasarkan
kapasitas fiskal daerah, kepadatan penduduk, dan tipologi kabupaten/kota.
Program yang akan dilaksanakan oleh Direktorat Sanitasi pada tahun 2020-2024 meliputi
Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Sanitasi, Pengembangan Sistem Pengelolaan
Air Limbah Domestik, Pengembangan Sistem Pengelolaan Drainase Lingkungan,
Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan, Pengembangan Sanitasi Berbasis
Masyarakat, Pembinaan Teknis Bidang Sanitasi, dan Fasilitasi Pengembangan Teknologi dan
Peralatan Bidang Sanitasi.
Besar harapan kami program-program tersebut dapat terlaksana dengan baik, sehingga
target yang telah ditetapkan dapat tercapai dan memberikan manfaat kepada masyarakat.

Jakarta, September 2020

DIREKTUR SANITASI

Ir. Prasetyo, M.Eng

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
1.1. KONDISI UMUM...................................................................................................... 1
1.1.1. Pengelolaan Air Limbah Domestik.................................................................... 2
1.1.2. Pengelolaan Persampahan ............................................................................... 4
1.1.3. Pengelolaan Drainase Lingkungan .................................................................... 6
1.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN............................................................................... 6
1.2.1. Analisis Aspek Teknis ....................................................................................... 6
1.2.2. Analisis Aspek Regulasi .................................................................................. 10
1.2.3. Analisis Aspek Kelembagaan .......................................................................... 14
1.2.4. Analisis Aspek Peran Serta Masyarakat .......................................................... 15
1.2.5. Analisis Aspek Pendanaan .............................................................................. 16
BAB 2 TUJUAN DAN SASARAN UNIT KERJA .......................................................................... 18
2.1. TUJUAN................................................................................................................. 18
2.2. SASARAN............................................................................................................... 18
BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
........................................................................................................................................... 21
3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA ................ 21
3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DIREKTORAT SANITASI....................................... 23
3.2.1. Kebijakan Direktorat Sanitasi ......................................................................... 23
3.2.2. Strategi Direktorat Sanitasi ............................................................................ 23
3.2.3. Program dan Kegiatan.................................................................................... 26
3.3. KERANGKA REGULASI............................................................................................ 29
3.4. Kerangka Kelembagaan......................................................................................... 29
BAB 4 TARGET KINERJA DAN PENDANAAN .......................................................................... 31
4.1. Target Kinerja ....................................................................................................... 31
4.2. Kerangka Pendanaan ............................................................................................ 33
BAB 5 PENUTUP .................................................................................................................. 35
LAMPIRAN........................................................................................................................... 36
ii
LAMPIRAN I. Matriks Kinerja dan Pendanaan Direktorat Sanitasi .................................... 36
LAMPIRAN II. Manual Indikator Kinerja ........................................................................... 38
LAMPIRAN III. Kerangka Regulasi..................................................................................... 41

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. KONDISI UMUM


Pembangunan Cipta Karya yang dilaksanakan berdasarkan RPJPN 2005-2025 berperan
dalam peningkatan sosial ekonomi masyarakat Indonesia antara lain dengan (i)mewujudkan
kota tanpa permukiman kumuh, (ii) mewujudkan lingkungan perkotaan dan perdesaan yang
sesuai dengan kehidupan yang baik, berke-lanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah
bagi masyarakat, serta (iii) pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi yang
diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan
sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pari-wisata, dan
jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Untuk bisa mewujudkan point iii dimana penyediaan sanitasi sebagai wujud terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat serta mengacu Peraturan Menteri PUPR No. 13 Tahun 2020,
pengelolaan sanitasi tersebut mencakup pengelolaan di bidang air limbah domestik,
persampahan, dan drainase lingkungan. Target periode 2015-2019 penanganan sanitasi dari
Kementerian PUPR melalui Direktorat Sanitasi adalah pembangunan dan/atau peningkatan
infrastruktur air limbah domestik bagi 2.641.824 KK, pembangunan dan/atau peningkatan
infrastruktur persampahan bagi 8.095.230 KK, dan penanganan genangan pada 4.993 ha.
Capaian kinerja Direktorat Sanitasi pada sektor air limbah domestik pada periode 2015-2019
telah memenuhi target sebesar 100,95% sedangkan pada sektor persampahan dan drainase
lingkungan belum memenuhi target yaitu sebesar 93,45% dan 93,23%.
CAPAIAN PERSENTASE
OUTPUT SATUAN TARGET
2015-2019 CAPAIAN (%)

Peraturan
NSPK 29 34 117,24
Pengembangan PLP
Sistem Pengelolaan
KK 2.641.824 2.666.920 100,95
Air Limbah
Sistem Pengelolaan
KK 8.095.230 7.565.229 93,45
Persampahan
Sistem Pengelolaan
Ha 4.993 4.655 93,23
Drainase
Sumber: Laporan Kinerja Dit. Pengembangan PLP 2015-2019

1
1.1.1. Pengelolaan Air Limbah Domestik
Dukungan Direktorat Sanitasi dalam pengembangan sektor air limbah domestik meliputi
dukungan fisik melalui stimulan pembangunan infrastruktur dan dukungan non fisik
melalui fasilitasi pembinaan Pemerintah Daerah. Dukungan stimulant fisik meliputi
pembangunan dan/atau pengembangan : 1. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), 2.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) baik dalam skala regional, perkotaan,
permukiman berbasis institusi, maupun permukiman berbasis masyarakat (Sanimas), 3.
Tangki Septik yang terbatas pada desa dengan indeks kejadian stunting tinggi.
Pada periode 2015-2019, Direktorat Sanitasi telah melakukan pembangunan dan/atau
peningkatan infrastruktur air limbah domestik bagi 2.666.920 KK (ditambah
pembangunan tangki septik untuk 33.901 KK yang merupakan direktif dan di luar taget
Renstra) dari target sebesar 2.641.824 KK yang meliputi:

CAPAIAN
SASARAN KEGIATAN SATUAN
2015 2016 2017 2018 2019

IPALD Skala Regional KK 172.510 2.350 5.590 17.000 1.100

IPALD Skala Perkotaan KK 474.420 261.100 49.000 50.050 8.083

IPALD Skala
Permukiman Berbasis KK 448.320 2.950 35.620 20.280 320
Institusi
IPALD Skala
Permukiman Berbasis KK 39.500 13.600 32.825 30.950 28.510
Masyarakat (Sanimas)
Instalasi Pengolahan
KK 14.800 24.900 492.512 360.328 7.548
Lumpur Tinja

Tangki Septik KK 33.901

Sumber: Laporan Kinerja Direktorat PPLP Tahun 2015-2019


Pembangunan IPALD dan tangki septik akan berkontribusi dalam peningkatan akses
layak air limbah domestik. Adapun kontribusi peningkatan akses aman air limbah
domestik berasal dari pembangunan IPALD dan IPLT. Sehingga pembangunan IPALD
akan secara bersamaan berkontribusi dalam peningkatan akses layak dan aman air
limbah domestik. Pembangunan infrastruktur air limbah oleh Direktorat Sanitasi selama
periode 2015-2019 berkontribusi dalam peningkatan akses layak air limbah sebesar
3,36% dan peningkatan akses aman air limbah domestik sebesar 4,97%.

2
Akses Layak Akses Aman
Tahun Capaian Kontribusi PUPR Capaian Kontribusi PUPR
Nasional KK % Nasional KK %
2014
66,23% n/a
(baseline)
2015 67,95% 1.134.750 2,22% n/a 1.149.550 2,25%
2016 71,78% 280.000 0,55% n/a 304.900 0,60%
2017 73,07% 123.035 0,15% 7,39% 615.547 1,08%
2018 74,58% 118.280 0,22% 7,42% 478.608 0,91%
2019 77,44% 144.668 0,21% 7,50% 118.315 0,13%
TOTAL 1.800.733 3,36% 2.666.920 4,97%
Sumber: Laporan Kinerja Direktorat PPLP Tahun 2015-2019 dan Susenas KOR,
diolah Bappenas
Dukungan non fisik dalam sektor pengelolaan air limbah domestik dilakukan melalui
fasilitasi Pemerintah Daerah melalui kegiatan:
1. Fasilitasi penyusunan dokumen perencanaan, ditujukan untuk fasilitasi pemerintah
daerah dalam penyusunan dokumen perencanaan (Rencana Induk/FS/DED) yang
berkualitas
2. Fasilitasi implementasi SSK, ditujukan untuk fasilitasi penyiapan perencanaan
strategis (SSK) dan internalisasi (pengawalan) dan eksternalisasi SSK ke dalam proses
perencanaan pembangunan daerah untuk percepatan peningkatan akses sanitasi
dan perbaikan manajemen layanan sanitasi di daerah.
3. Fasilitasi penguatan peraturan air limbah domestik di daerah, ditujukan untuk
pendampingan dalam penyusunan naskah akademik dan rancangan perda tentang
pengelolaan air limbah domestik, agar sesuai dengan amanat peraturan perundang-
undangan dan muatan lokal masing-masing daerah.
4. Fasilitasi penguatan kelembagaan air limbah domestik di daerah, ditujukan untuk
pendampingan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pembentukan
operator air limbah domestik
5. Fasilitasi pendampingan operasional infrastruktur terbangun, ditujukan untuk
pendampingan kepada SDM operator infrastruktur terbangun untuk menjamin
adanya transfer knowledge dan menjamin terlaksananya pengelolaan infrastruktur
terbangun yang baik sesuai dengan standar operasional prosedur yang ditetapkan
6. Fasilitasi pengelolaan layanan lumpur tinja, ditujukan untuk fasilitasi pemda dalam
rangka meningkatkan jumlah pelayanan SPALD-S dan menjamin keberfungsian dan
3
keberlanjutan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang dikelola oleh
Pemerintah Daerah Kab/Kota.
Kegiatan fasilitasi memiliki kontribusi secara langsung dalam peningkatan akses air
limbah domestik, dan berkontribusi secara langsung dalam tercapainya layanan sanitasi
berkelanjutan di daerah dilihat dari aspek regulasi, kelembagaan dan pendanaan.
Perhitungan kontribusi peningkatan akses air limbah domestik melalui kegiatan fasilitasi
belum termasuk dalam kontribusi peningkatan akses oleh Kementerian PUPR.
1.1.2. Pengelolaan Persampahan
Dukungan Direktorat Sanitasi dalam pengembangan sektor persampahan meliputi
dukungan fisik melalui stimulan pembangunan infrastruktur dan dukungan non fisik
melalui fasilitasi pembinaan Pemerintah Daerah. Dukungan stimulant fisik meliputi
pembangunan dan/atau pengembangan : 1. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), 2. Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), 3. Tempat Pengolahan Sampah berbasis 3R (TPS
3R).
Pada periode 2015-2019, Direktorat Sanitasi telah melakukan pembangunan dan/atau
peningkatan infrastruktur persampahan bagi 7.565.229 KK dari target sebesar 8.095.230
KK yang meliputi:

CAPAIAN
SASARAN
SATUAN
KEGIATAN
2015 2016 2017 2018 2019

Tempat
Pemrosesan KK 2.627.990 641.950 1.830.676 1.764.110 322.999
Akhir (TPA)
Tempat
Pengolahan
KK 3.000 3.000 209.498 11.300 2.500
Sampah
Terpadu (TPST)
Tempat
Pengolahan
Sampah KK 82.590 33.400 14.400 15.650 2.166
berbasis 3R
(TPS 3R)
Sumber: Laporan Kinerja Direktorat PPLP Tahun 2015-2019

Pembangunan infrastruktur persampahan oleh Direktorat Sanitasi selama periode


2015-2019 berkontribusi dalam peningkatan akses persampahan sebesar 14,34%.

4
Sampah Perkotaan
Tahun Kontribusi PUPR
Capaian Nasional
KK %
2014 (baseline) 48,20%
2015 n/a 2.713.580 5,45%
2016 60,64% 678.350 1,38%
2017 n/a 2.054.574 3,72%
2018 n/a 1.791.060 3,43%
2019 n/a 327.665 0,36%
TOTAL 7.565.229 14,34%
Sumber: Laporan Kinerja Direktorat PPLP Tahun 2015-2019 dan Susenas MKP,
diolah Bappenas
Dukungan non fisik dalam sektor pengelolaan persampahan dilakukan melalui fasilitasi
Pemerintah Daerah melalui kegiatan:
1. Fasilitasi penyusunan dokumen perencanaan, ditujukan untuk fasilitasi pemerintah
daerah dalam penyusunan dokumen perencanaan (Rencana Induk/PTMP/FS/DED)
yang berkualitas
2. Fasilitasi implementasi SSK, ditujukan untuk fasilitasi penyiapan perencanaan
strategis (SSK) dan internalisasi (pengawalan) dan eksternalisasi SSK ke dalam proses
perencanaan pembangunan daerah untuk percepatan peningkatan akses sanitasi
dan perbaikan manajemen layanan sanitasi di daerah.
3. Fasilitasi penguatan peraturan persampahan di daerah, ditujukan untuk
pendampingan dalam penyusunan naskah akademik dan rancangan perda tentang
pengelolaan persampahan, agar sesuai dengan amanat peraturan perundang-
undangan dan muatan lokal masing-masing daerah.
4. Fasilitasi penguatan kelembagaan persampahan di daerah, ditujukan untuk
pendampingan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pembentukan
operator persampahan
5. Fasilitasi pendampingan operasional infrastruktur terbangun, ditujukan untuk
pendampingan kepada SDM operator infrastruktur terbangun untuk menjamin
adanya transfer knowledge dan menjamin terlaksananya pengelolaan infrastruktur
terbangun yang baik sesuai dengan standar operasional prosedur yang ditetapkan

Kegiatan fasilitasi memiliki kontribusi secara langsung dalam peningkatan akses

5
persampahan, dan berkontribusi secara langsung dalam tercapainya layanan sanitasi
berkelanjutan di daerah dilihat dari aspek regulasi, kelembagaan dan pendanaan.
Perhitungan kontribusi peningkatan akses persampahan melalui kegiatan fasilitasi
belum termasuk dalam kontribusi peningkatan akses oleh Kementerian PUPR.

1.1.3. Pengelolaan Drainase Lingkungan


Mengacu pada Peraturan Menteri No. 13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian PUPR, pengelolaan drainase lingkungan menjadi tugas Direktorat Sanitasi,
Direktorat Jenderal Cipta Karya, adapun pengelolaan drainase perkotaan menjadi tugas
Direktorat Sungai dan Pantai, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Dalam Renstra 2015-2019, target pengelolaan drainase lingkungan dalam periode 5
(lima) tahun adalah adanya penanganan genangan untuk 4.500 Ha, hingga akhir 2019
telah dilakukan penanganan genangan untuk 4.655 Ha.
Tahun
Sub Output
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019

Sistem Drainase LIngkungan Ha 2.650 850 533 608 14

Sumber: Laporan Kinerja Direktorat PPLP Tahun 2015-2019

1.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN


Permasalahan dalam sektor sanitasi seringkali hanya dikaitkan pada aspek teknis terkait
minimnya penyediaan infrastruktur sanitasi dibandingkan dengan jumlah yang harus
disediakan dalam rangka mencapai target. Namun dalam kenyataannya, permasalahan
dalam sektor sanitasi juga meliputi aspek non teknis meliputi aspek regulasi, kelembagaan,
pendanaan, dan peran serta masyarakat. Keseluruhan aspek teknis dan non teknis
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka terciptanya layanan sanitasi yang
berkelanjutan.
1.2.1. Analisis Aspek Teknis
Sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN 2020-2024 melalui Peraturan Presiden No. 18
Tahun 2020, ditargetkan adanya capaian sanitasi di tahun 2024 sebagai berikut:
 Meningkatnya rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak menjadi 90% (termasuk
di dalamnya 15% rumah tangga memiliki akses sanitasi aman).
 Meningkatnya rumah tangga dengan akses sampah terkelola di perkotaan menjadi
100%.
Capaian akses layak air limbah domestik nasional di akhir tahun 2019 diketahui sebesar
77,44% (Susenas KOR 2019, diolah Bappenas). Angka capaian ini telah meningkat 11,21%

6
dibandingkan pada akhir tahun 2014, dengan peningkatan rata-rata setiap tahunnya sebesar
2,24%. Peningkatan akses ini merupakan hasil kolaborasi multi stakeholder, meliputi
Pemerintah, masyarakat, dan swasta. Dengan mempertimbangkan adanya peningkatan
akses layak air limbah domestik sebesar 2,24% setiap tahunnya sesuai praktik business as
usual, diestimasikan di tahun 2024 capaian akses layak berada di angka 88,64% atau selisih
1,36% dari target yang telah ditetapkan sebesar 90% yang perlu dirumuskan strategi khusus
di luar praktik business as usual untuk mengejar gap akses sebesar 1,36%.

Akses Layak Air Limbah Domestik


100%
95%
1,36%
90%
85% 88,64%
86,40%
84,16%
80% 81,92%
79,68%
75% 77,44%
74,58%
70% 71,78%
73,07%

65% 66,23%
67,95%

60%
55%
50%
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Capaian Eksisting Estimasi Capaian (BAU) Target RPJMN 2020-2024

Capaian akses aman air limbah domestik di akhir tahun 2019 sebesar 7,5% (Susenas KOR
2019, diolah Bappenas). Angka capaian ini meningkat 0,11% dibandingkan pada akhir tahun
2017 1), dengan peningkatan rata-rata setiap tahunnya sebesar 0,05%. Dengan penangkatan
konstan 0,05% setiap tahun, maka di tahun 2024 diestimasikan capaian akses aman air
limbah domestik sebesar 7,75% atau selisih 7,25% dari target yang ditetapkan melalui
RPJMN 2020-2024 sebesar 15%.

7
Akses Aman Air Limbah Domestik
16% 7,25%
6,30%
14% 5,35%

12%
3,40%
2,10%
10%
8%
7,39% 7,42% 7,50% 7,55% 7,60% 7,65% 7,70% 7,75%
6%
4%
2%
0%
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Capaian Eksisting Estimasi Capaian (BAU) Target RPJMN 2020-2024

Dalam sektor persampahan, pendekatan estimasi capaian berdasar praktik business as usual
tidak dapat dilakukan dikarenakan pengukuran capaian oleh Susenas BPS dilakukan setiap 3
(tiga) tahun sekali sehingga tidak memberikan cukup informasi terhadap peningkatan rata-
rata capaian eksisting. Diketahui persentase rumah tangga perkotaan yang telah terlayani
pengelolaan sampah di akhir tahun 2016 adalah sebesar 60,64 % (Susenas MKP 2016, diolah
Bappenas). Angka capaian ini telah meningkat 12,9% dibandingkan pada akhir tahun 2014
yang merupakan hasil kolaborasi multi stakeholder, meliputi Pemerintah, masyarakat, dan
swasta.
Di luar tantangan adanya gap yang cukup tinggi antara capaian dan target akses sanitasi
yang ingin dicapai di tahun 2024 yang tidak dapat dicapai dengan skema business as usual,
permasalahan lain yang dihadapi adalah terkait operasionalisasi infrastruktur terbangun,
meliputi:
1. Rendahnya utilisasi pada infrastruktur terbangun, baik IPALD maupun IPLT. Utilisasi
pemanfaatan IPALD terbangun diestimasikan berada di bawah angka 60%, adapun
utilisasi pemanfaatan IPLT terbangun diestimasikan berada di bawah angka 30% (Dit.
Sanitasi, 2019).
2. Praktik pengoperasian infrastruktur terbangun yang tidak sesuai SOP, diestimasikan
lebih dari 90% TPA terbangun yang didesain sanitary landfill dioperasionalkan secara
open dumping (Dit. Sanitasi, 2019).
3. Kecenderungan penyediaan lahan infrastruktur (TPA & IPLT) yang jauh dari wilayah
layanan sehingga menyebabkan mahalnya biaya pengangkutan sampah atau
pengangkutan lumpur tinja yang berujung pada rendahnya utilisasi TPA dan IPLT atau
adanya praktik illegal pembuangan sampah dan lumpur tinja di luar TPA dan IPLT.
4. Infrastruktur yang terbangun sebelum tahun 2016 belum memenuhi standar kualitas
baku mutu PermenLHK 68/2016
8
5. Kondisi bangunan yang tidak baik dan/atau tidak sesuai dengan kebutuhan wilayah
akibat buruknya dokumen perencanaan

Dari analisa di atas maka dapat diidentifikasi potensi dan permasalahan utama dalam aspek
teknis sebagai berikut:
Potensi Permasalahan Utama
 Air limbah domestik merupakan bagian  Adanya gap yang cukup tinggi antara
SPM yang memungkinkan tersusunnya capaian dan target akses sanitasi yang
database sektor air limbah domestik jika ingin dicapai di tahun 2024 yang tidak
dilengkapi dengan sistem monitoring dapat dicapai dengan skema business
yang baik as usual
 Belum adanya database sektor air
limbah domestik terintegrasi
 Kualitas dokumen perencanaan belum
memadai
 Operasionalisasi infrastruktur
terbangun yang buruk
 Terbatasnya penerapan inovasi
teknologi

9
1.2.2. Analisis Aspek Regulasi
Upaya pengelolaan sanitasi memerlukan lingkungan yang mendukung (enabling environment), salah satunya adalah aspek regulasi. Regulasi
merupakan pijakan dan payung berbagai stakeholder dalam bidang sanitasi untuk melaksanakan pengelolaan sanitasi. Analisis regulasi
dilakukan melalui pemetaan ketersediaan regulasi bidang sanitasi yang sudah tersedia hingga saat ini untuk disandingkan dengan kebutuhan
regulasi dalam mendukung pengelolaan sanitasi yang berkelanjutan.
Regulasi bidang sanitasi yang telah tersedia meliputi:

Sektor Sanitasi Sektor Air Limbah Domestik Sektor Persampahan

Undang- Undang Undang Dasar 1945 Pasal 28 H


Undang Dasar
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapalkan lingkungan hid up yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”
Undang-  UU No. 23 Tahun 2014 UU No. 18 Tahun 2008
Undang
Tentang Pemerintah Daerah Tentang Pengelolaan Sampah
 UU No. 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Peraturan  PP No. 28 Tahun 2018 PP No. 2 Tahun 2018 PP No. 81 Tahun 2012
Pemerintah Tentang Standar Pelayanan Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
 Tentang Kerja Sama Daerah
Minimal Tangga dan Sampah Sejenis Rumah
 PP No. 54 Tahun 2017
Tangga
 tentang Badan Usaha Milik Daerah

10
Sektor Sanitasi Sektor Air Limbah Domestik Sektor Persampahan

 PP No. 18 Tahun 2016


 Tentang Perangkat Daerah
 PP No. 66 Tahun 2014
 Tentang Kesehatan Lingkungan
 PP No. 27 Tahun 2012
Tentang Izin Lingkungan
 PP No. 82 Tahun 2001
 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan  Perpres 59/2017 Perpres No. 97 Tahun 2017
Presiden
tentang Pelaksanaan Tujuan Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pembangunan Berkelanjutan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
 Perpres 185/2014
 Tentang Percepatan Penyediaan Air
Minum dan Sanitasi
Peraturan PermenLHK No 38 Tahun 2019  PermenPUPR No. 29 tahun  PermenLHK 59/2016
Menteri tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau 2018
 Tentang Baku Mutu Lindi bagi Usaha
Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis  Standar Teknis Standar dan/atau Kegiatan Tempat
Pelayanan Minimal Pekerjaan
11
Sektor Sanitasi Sektor Air Limbah Domestik Sektor Persampahan

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Umum Dan Perumahan Rakyat Pemrosesan Akhir Sampah
 Permen PUPR No. 04 Tahun  PermenPU No. 03 Tahun 2013
2017 Tentang Penyelenggaraan Prasarana
Tentang Penyelenggaraan dan Sarana Persampahan dalam
SPALD Penanganan Sampah RT dan Sampah
Sejenis RT
 PermenLHK No. 68 Tahun 2016
 PermenPU No. 19 Tahun 2012
tentang
Baku Mutu Air Limbah  Tentang Pedoman Penataan Ruang
Domestik Kawasan Sekitar Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah

Berdasarkan pemetaan ketersediaan dokumen NSPK sektor sanitasi, teridentifikasi potensi dan permasalahan mendesak dalam aspek regulasi
sebagai berikut:
Potensi Permasalahan Utama
 Telah adanya berbagai peraturan baik  Adanya gap regulasi yang belum tersedia, seperti payung hukum nasional untuk sektor
setingkat UU, Peraturan Presiden atau air limbah domestik
Peraturan Pemerintah yang mengamanatkan
 Lemahnya penegakan hukum
penyelenggaraan sektor sanitasi.
 Kurangnya diseminasi NSPK bidang sanitasi
 Adanya berbagai pedoman teknis yang dapat
dijadikan acuan dalam penyelenggaraan  Banyaknya kab/kota yang belum memiliki Peraturan Daerah yang mengatur tentang

12
sanitasi sanitasi. Tercatat hingga tahun 2019, baru 82 kab/kota yang memiliki payung hukum
bidang air limbah domestik di daerah baik dalam bentuk Perda maupun
Perwali/Perbup, adapun dalam sektor persampahan sudah terdapat 326 kab/kota yang
terlah menyusun Perda/Perwali/Perbup yang mengatur tentang persampahan

13
1.2.3. Analisis Aspek Kelembagaan

Kelembagaan Pemerintah
Kelembagaan pemerintah mencakup Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kab/Kota. Di tingkat Nasional, pengelolaan sanitasi melibatkan lintas
Kementerian. Pembagian kewenangan pengelolaan sampah diatur dalam UU No.18 tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah dan Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2017 tentang
Jakstranas Pengelolaan Persampahan.
Untuk mendukung penyelenggaraan dan penguatan koordinasi sektor pembangunan
perumahan, permukiman, air minum dan sanitasi di tingkat Nasional telah dibentuk
Kelompok Kerja Perumahan, Permukiman, Air Minum, dan Sanitasi Nasional (Pokja PPAS)
berdasar Keputusan Menteri Bappenas No. Kep.9/M.PPN/HK/01/2017. Amanat
pembentukan Kelompok Kerja di tingkat Provinsi dan Kab/Kota dengan tujuan serupa juga
diamantkan melalui Permen PUPR No. 12 tahun 2020 tentang Peran Masyarakat Dalam
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman yang mengamatkan adanya Pokja
PKP di tingkat Provinsi dan Kab/Kota sebagai wadah koordinasi Perangkat Daerah dalam
pembangunan perumahan, permukiman, air minum dan sanitasi.
Meskipun adanya Pokja di tingkat Provinsi dan Kab/Kota, komitmen kepala daerah tetap
menjadi kunci bergeraknya mesin pembangunan sanitasi di daerah. Namun fakta di
lapangan menunjukan bahwa masih sedikit kepala daerah yang memiliki komitmen tinggi
dalam penyediaan sanitasi yang ditunjukan melalui rendahnya alokasi dana APBD untuk
sanitasi. Hasil studi dari Urban Sanitation Development Program (USDP) tahun 2017
menemukan bahwa 60% dari 47 kabupaten/kota sampel mengalokasikan kurang dari 2%
dari total APBD-nya (rata-rata tahun 2015-2017) untuk pengembangan sektor sanitasi (air
limbah dan persampahan).
Minimnya praktik pemisahan operator dan regulator dalam sektor sanitasi merupakan
tantangan lain. Setidaknya baru terdapat 103 kab/kota yang memiliki operator air limbah
domestik yang terpisah dari fungsi regulasi, adapun dalam sektor persampahan baru
terdapat 121 kab/kota yang melakukan pemisahan fungsi operator dan regulator (Dit
Sanitasi, 2019).
Kelembagaan Non Pemerintah
Lembaga dalam kerangka pengelolaan sanitasi tidak terbatas pada lembaga Pemerintah,
namun juga lembaga non Pemerintah seperti swasta, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
dan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan
mitra.
Hingga akhir tahun 2019, sebanyak 1.717 lokasi Sanimas dan 930 TPS3R telah terbangun di
seluruh Indonesia melalui pendanaan APBN (Dit. Sanitasi, 2019), angka ini akan terus
bertambah mengingat intervensi pembangunan infrastruktur berbasis masyarakat masih
14
menjadi kebijakan pembangunan nasional baik melalui pendanaan APBN maupun Dana
Alokasi Khusus (DAK). Sehingga pengelolaan infrastruktur berbasis masyarakat yang dikelola
oleh kelompok masyarakat menjadi penting, di sisi lain pembinaan terhadap KSM dan KPP
khususnya dalam kegiatan operasional belum dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.
Meskipun kerjasama dengan pihak swasta dalam sektor sanitasi masih sangat terbatas,
namun saat ini telah dilakukan adanya inisiasi kerjasama dengan pabrik semen dan PLTSa
selaku offtaker produk bahan bakar yang bersumber dari sampah.
Potensi Permasalahan Utama
 Adanya kelompok kerja (Pokja)  Kurangnya komitmen kepala daerah
AMPL/Sanitasi/PKP di tingkat Nasional, dalam penyediaan layanan sanitasi di
Provinsi dan Kab/Kota sebagai wadah daerah
koordinasi sektor sanitasi
 Minimnya praktik pemisahan operator
 Tersedianya struktur organisasi di level dan regulator dalam sektor sanitasi.
provinsi (Balai PPW Provinsi) sebagai
 Kualitas SDM rendah
perpanjangan tangan Pemerintah Pusat
yang memungkinkan terlaksananya fungsi  Lemahnya pembinan operasional
pembinaan secara merata di seluruh sarana dan prasarana berbasis
provinsi masyarakat

1.2.4. Analisis Aspek Peran Serta Masyarakat


Peran serta masyarakat menjadi isu penting khususnya dalam penyelenggaraan layanan air
limbah domestik, dimana masih terdapat proporsi penduduk yang belum memahami
pentingnya aplikasi pola hidup bersih sehat (PHBS) dan pengelolaan air limbah domestik
yang layak. Hal ini ditunjukan dengan adanya 20 juta jiwa penduduk masih melakukan
praktik buang air besar sembarangan (BABS) di akhir tahun 2019 (Susenas KOR 2019, diolah
Bappenas). Selain itu masih terdapat 40 juta jiwa penduduk yang telah memiliki jamban
namun tidak dilengkapi dengan bangunan bawah yang layak (Susenas KOR 2019, diolah
Bappenas).
Potensi Permasalahan Utama
 Program pemicuan masyarakat dalam rangka  Rendahnya demand
membebaskan masyarakat untuk tidak lagi buang air masyarakat dalam
besar (BAB) Sembarangan telah secara massif sektor air limbah
dilaksanakan melalui Program STBM, Kementerian domestik
Kesehatan

15
1.2.5. Analisis Aspek Pendanaan
Berdasarkan kajian Need Assessment Sanitasi 2020-2024 oleh Kementerian Bappenas-USDP
diestimasikan dibutuhkan total pendanaan sebesar 174,43 Trilliun Rupiah untuk mencapai
target sektor sanitasi sebagaimana diamantkan melalui RPJMN 2020-2024, dimana 48%
diantaranya atau sebesar 84 Trilliun Rupiah diamanatkan kepada Kementerian PUPR melalui
Direktorat Sanitasi. Berdasarkan simulasi pendanaan oleh Badan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah, diestimasikan alokasi APBN untuk sektor sanitasi pada periode 2020-
2024 adalah sebesar 32 Trilliun Rupiah, sehingga terdapat gap 52 Trilliun yang tidak dapat
dipenuhi dan akan berimbas pada pencapaian target sanitasi di akhir tahun 2024.

Simulasi Pendanaan Sanitasi 2020-2024

Proyeksi APBN PUPR 2020-2024 untuk Sanitasi 32 Trilliun

Kebutuhan Sanitasi APBN PUPR (RPJMN 2020-2024) 84 Trilliun

174,43 Trillun
Kebutuhan Sanitasi Total (RPJMN 2020-2024)

Di sisi lain, potensi pendanaan dalam sektor sanitasi di luar APBN sudah semakin luas
meliputi dana DAK Sanitasi, hibah, kredit mikro, ZISWAF, dan KPBU. Dalam periode 5 tahun
ke belakang, porsi pendanaan DAK yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan sanitasi
adalah sebesar 9 Trilliun Rupiah dengan rata-rata peningkatan pendanaan sebesar 17% per
tahun (monitoring DAK Kemen PUPR, 2019). Adapun hibah air limbah setempat memiliki
potensi pendanaan sebesar 730 Milliar Rupiah yang tersedia selama periode 5 tahun ke
belakang (CPMU Hibah Air Limbah Setempat, 2019).
Alokasi anggaran APBD untuk pengembangan sanitasi juga mengalami peningkatan selama
periode 10 tahun terakhir, pada periode 2010-2014 rerata alokasi APBD untuk sanitasi
hanya sebesar 0,5% adapun saat ini alokasi dana APBD untuk sanitasi telah meningkat
menjadi 1%. Beberapa kab/kota bahkan telah mengalokasikan lebih dari 5% belanja
langsung APBDnya untuk sanitasi (Dit. Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, 2019).
Namun peningkatan ini nyatanya belum memenuhi kebutuhan minimum yang dibutuhkan
bagi daerah untuk menyediakan layanan sanitasi yang layak dan aman di wilayahnya.

Potensi Permasalahan Utama

 Adanya potensi pendanan  Adanya gap antara ketersediaan dan kebutuhan


sektor sanitasi di luar APBN. pendanaan dalam rangka mencapai target sanitasi
tahun 2024
 Rendahnya alokasi pemerintah daerah untuk sektor

16
Potensi Permasalahan Utama
sanitasi
 Skema tariff layanan sanitasi seringkali belum full cost
recovery

17
BAB 2
TUJUAN DAN SASARAN UNIT KERJA

2.1. TUJUAN
Tujuan Direktorat Sanitasi merupakan rumusan kondisi yang hendak dituju di akhir periode
perencanaan. Tujuan ini merupakan penjabaran atas visi-misi Presiden sebagaimana
tertuang dalam RPJMN 2020-2024, tujuan Kementerian PUPR tahun 2020-2024, dan tujuan
Direktorat Jenderal Cipta Karya. Berdasarkan arahan-arahan tersebut, maka rumusan tujuan
Direktorat Sanitasi adalah :
“Terselenggaranya pemenuhan infrastruktur permukiman yang diprioritaskan pada
sanitasi layak dan aman”
2.2. SASARAN
Sasaran kegiatan Direktorat Sanitasi merupakan outcome yang ingin dicapai pada akhir
tahun 2024. Sasaran kegiatan Direktorat Sanitasi dirumuskan berdasarkan sasaran dalam
RPJMN 2020-2024, sasaran strategis Kementerian PUPR tahun 2020-2024, sasaran program
Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Arahan Pembangunan SDM


Presiden

Proyek Prioritas PN 5. Memperkuat Infrastruktur Untuk


Mendukung Pengembangan Ekonomi dan
Pelayanan Dasar

Proyek Prioritas PP 1. Infrastruktur Pelayanan Dasar

Kegiatan KP 2. Penyediaan Akses Air Minum dan Sanitasi


Prioritas yang Layak dan Aman

 Meningkatnya rumah tangga yang memiliki


akses sanitasi layak menjadi 90% (termasuk di
Sasaran/ dalamnya 15% rumah tangga memiliki akses
Indikator sanitasi aman)
 Meningkatnya rumah tangga dengan akses
sampah terkelola di perkotaan menjadi 100%

Direktorat sanitasi mendukung pencapaian sasaran program Direktorat Jenderal Cipta Karya
yaitu “Meningkatnya Pelayanan Infrastruktur Perumahan dan Permukiman yang Layak dan
Aman” melalui pemenuhan sasaran kegiatan “Meningkatnya kontribusi pemenuhan akses

18
sanitasi”, dengan indikator kinerja : persentase peningkatan kontribusi pemenuhan akses
sanitasi.

SS-3 Meningkatnya Penyediaan Akses ISS. Persentase Peningkatan Penyediaan Akses


Perumahan dan Infrastruktur Permukiman Perumahan dan Infrastruktur Permukiman yang
yang Layak, Aman, dan Terjangkau Layak, Aman, dan Terjangkau
INDIKATOR
 Peningkatan akses air limbah layak menjadi
90% di tahun 2024 (termasuk 15% akses
aman)
 Peningkatan akses persampahan yang
terkelola di perkotaan menjadi 100% di
tahun 2024

SP. Meningkatnya Pelayanan Infrastruktur ISP. Persentase peningkatan pelayanan


Perumahan dan Permukiman yang Layak infrastruktur permukiman yang layak dan aman
dan Aman
melalui pendekatan smart living
INDIKATOR
 Peningkatan akses air limbah layak menjadi
90% di tahun 2024 (termasuk 15% akses
aman)
 Peningkatan akses persampahan yang
terkelola di perkotaan menjadi 100% di
tahun 2024

SK-5 Meningkatnya kontribusi IKK. Persentase peningkatan konstribusi


pemenuhan akses sanitasi
pemenuhan akses sanitasi

INDIKATOR
 Peningkatan persentase rumah tangga yang
terlayani prasarana dan sarana air limbah
domestik layak dan aman menjadi 77,79%
(termasuk 10,10% akses aman)
 Peningkatan persentase rumah tangga yang
sampahnya terkelola di perkotaan menjadi
70,5%
 Peningkatan persentase rumah tangga yang
terlayani infrastruktur drainase lingkungan
menjadi 100%

Sasaran stategis Kementerian PUPR dan sasaran program Direktorat Jenderal Cipta Karya
untuk sektor sanitasi mengacu pada sasaran dalam RPJMN 2020-2024, yaitu meningkatnya

19
rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak menjadi 90% (termasuk di dalamnya 15%
rumah tangga memiliki akses sanitasi aman) dan meningkatnya rumah tangga dengan akses
sampah terkelola di perkotaan menjadi 100%. Pencapaian sasaran tersebut merupakan
kontribusi pendanaan multipihak, meliputi APBN, APBD, swasta, dan masyarakat.
Pengukuran indikator sasaran kinerja bersumber dari data BPS berdasarkan Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas).
Sasaran Kinerja Direktorat Sanitasi disusun berdasarkan proyeksi pendanaan APBN PUPR
untuk sanitasi dalam periode 2020-2024, sehingga secara khusus akan mengukur kontribusi
Kementerian PUPR melalui Direktorat Sanitasi dalam peningkatan akses sanitasi, baik dalam
sektor air limbah domestik, persampahan, dan drainase lingkungan. Metode perhitungan
indikator kinerja Direktorat Sanitasi selanjutnya menjadi acuan dalam perhitungan
akuntabilitas kinerja dalam Laporan Kinerja Direktorat Sanitasi disampaikan dalam Lampiran
2. Manual Indikator Kinerja.

20
BAB 3
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,KERANGKA
REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


Secara umum, arah kebijakan pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman
yang dilaksanakan oleh Direktorat jenderal Cipta Karya adalah peningkatan penyediaan
infrastruktur permukiman yang partisipatif dan berkelanjutan.
Arah kebijakan tersebut dilaksanakan dalam rangka mewujudkan smart living yang meliputi
4 aspek, yaitu; 1) perwujudan permukiman layak huni (livable settlement); 2) penerapan
bangunan gedung hijau; 3) pembangunan permukiman tahan bencana; dan 4) penerapan
teknologi dan permukiman ramah lingkungan.
Sanitasi merupakan bagian yang tidak terlepaskan untuk mewujudkan permukiman layak
huni, dimana telah ditetapkan sasaran “meningkatnya kontribusi pemenuhan akses
sanitasi” dengan indikator adanya peningkatan akses air limbah layak menjadi 90% di tahun
2024 (termasuk 15% akses aman) dan peningkatan akses persampahan yang terkelola di
perkotaan menjadi 100% di tahun 2024 untuk dicapai di tahun 2024 seperti yang tertera
dalam sasaran RPJMN 2020 -2024.
Untuk mewujudkan sasaran tersebut telah disusun 18 (delapan belas) strategi yang
selanjutnya diterjemahkan ke dalam 5 (lima) paket kebijakan sektor sanitasi sebagai berikut:

Kebijakan Strategi

Kebijakan 1. Peningkatan cakupan a. Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana


pelayanan dan kualitas sistem dan sarana air limbah domestik baik melalui
pengelolaan sanitasi penyediaan sarana prasana SPALD setempat
maupun terpusat dan persampahan khususnya pada
kab/kota prioritas
b. Fasilitasi pemerintah daerah dalam peningkatan
utilitasi sarana prasarana terbangun;
c. Fasilitasi penyiapan readiness criteria pada kab/kota
prioritas;
d. Mengembangkan dan penerapan kajian inovasi
teknologi;
e. Optimalisasi pemanfaatan sistem informasi yang
terintegrasi dengan platform database sanitasi
lainnya;

21
Kebijakan Strategi

f. Penguatan monitoring dan evaluasi implementasi


keberlanjutan program sanitasi.
Kebijakan 2. Peningkatan peran a. Meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha
masyarakat dan dunia dalam penyelenggaraan, pengembangan sistem
usaha/swasta dalam pengelolaan sanitasi;
penyelenggaraan sanitasi
b. Mendorong perubahan perilaku dan meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap pentingnya
pengelolaan sanitasi;
Kebijakan 3. Pengembangan a. Penyusunan NSPK yang mendukung
perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan sanitasi;
penyelenggaraan pengelolaan b. Mendorong penguatan regulasi pengelolaan sanitasi
sanitasi di daerah.
c. Mendorong penerapan peraturan perundang
undangan dan mekanisme pemantauannya
Kebijakan 4. Penguatan a. Mendorong dan menjaga komitmen kepala daerah
kelembagaan pengelolaan sanitasi dan pemangku kepentingan lain dalam
pengarusutamaan pembangunan sanitasi di daerah;
b. Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi
pengelola sanitasi di daerah;
c. Mendorong pembentukan dan perkuatan
kelembagaan pengelola sanitasi ditingkat
masyarakat;
d. Mengembangkan dan mengkoordinasikan
mekanisme serah terima aset sarpras terbangun
kepada daerah yang lebih efektif
Kebijakan 5. Pengembangan a. Mendorong peningkatan pemulihan biaya (circular
alternatif sumber pembiayaan economy) dalam pengelolaan sanitasi;
b. Sinkronisasi pemrograman pada berbagai sumber
pendanaan untuk penyelenggaraan sanitasi;
c. Mendorong kerjasama pendanaan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam
bidang sanitasi.

22
3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DIREKTORAT SANITASI
3.2.1. Kebijakan Direktorat Sanitasi
Kebijakan Direktorat Sanitasi diturunkan dari kebijakan Direktorat Jenderal Cipta Karya
dalam sektor sanitasi sebagai berikut:
1. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan sanitasi
2. Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan sanitasi
3. Pengembangan perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan
sanitasi
4. Penguatan kelembagaan pengelolaan sanitasi
5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan

3.2.2. Strategi Direktorat Sanitasi


Untuk dapat melaksanakan strategi Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam sektor sanitasi,
maka Direktorat Sanitasi menyusun langkah-langkah untuk menerjemahkan strategi
tersebut ke level program dan kegiatan.
Adanya keterbatasan pendanaan Kementerian PUPR dalam mendukung pencapaian target
pembangunan sanitasi menyebabkan perlunya dilakukan prioritasi pelaksanaan investasi di
514 kabupaten/kota untuk berkontribusi dalam pencapaian target RPJMN 2020-2024.
Prioritasi dilakukan dalam 2 (dua) tahapan meliputi:
1. Pengelompokan kab/kota yang memiliki karakteristik serupa (clustering)
Clustering bertujuan untuk membentuk kelompok kab/kota dengan karakteristik serupa
sehingga dapat dirumuskan strategi spesifik yang sesuai dengan karakter kab/kota
tersebut. Clustering dilakukan berdasarkan kondisi fiskal kab/kota, kepadatan
penduduk, dan tipologi kab/kota.

NO KRITERIA PENJELASAN

Kapasitas fiskal merupakan proxy dari kemampuan daerah untuk melakukan


1
kabupaten/kota pembangunan sanitasi (investasi dan O&M).

merupakan salah satu pendekatan dalam penentuan intervensi


2 Kepadatan penduduk
penanganan

UU Nomor 26 Tahun 2008, mengklasifikasikan kab/kota


3 Tipologi Kab/Kota
berdasarkan jumlah penduduk, yaitu:

23
NO KRITERIA PENJELASAN

1. kecil (s/d 100.000 jiwa)


2. sedang (100.000 - 500.000 jiwa)
3. kota besar (500.000 - 1.000.000 jiwa)
4. kota metropolitan (> 1.000.000 jiwa)

Klustering Air Limbah Domestik Klustering Persampahan

136 129
Kab/Kota Kab/Kota

378 385
Kab/Kota Kab/Kota

Cluster 1 Cluster 2 Cluster 1 Cluster 2

Sehingga didapatkan 2 (dua) cluster kab/kota, dimana pendekatan penanganan sanitasi


disusun berdasar kesesuaian dengan kondisi kab/kota cluster.

Strategi Kluster 1 Sektor Strategi Kluster 2

Pengembangan akses aman melalui


kombinasi SPALD-Terpusat (termasuk Pengembangan akses aman
Air Limbah
daur & guna ulang hasil pengolahan air yang fokus ke pengelolaan
Domestik
limbah domestik) dan pengelolaan lumpur
lumpur tinja
Pengelolaan yang fokus pada Pengelolaan yang fokus pada
penanganan (termasuk sampah penanganan dan
Persampahan
menjadi energi) dan pengurangan pengurangan skala komunal
skala kawasan maupun skala rumah tangga

24
2. Prioritasi Kabupaten/Kota
Ditujukan untuk menseleksi kabupaten/kota di masing-masing kluster guna menentukan
daftar urutan prioritas kabupaten/kota yang berpotensi untuk dilakukan intervensi
melalui dukungan pendanaan APBN. Kriteria prioritasi yang digunakan mengacu pada
konsep keberlanjutan pengelolaan infrastruktur, yang meliputi:
a. Technical Sustainabiliy, dengan indikator keberfungsian infrastruktur;
b. Institutional Sustainability, dengan indikator ketersediaan lembaga pengelola dan
regulasi;
c. Financial Sustainability, dengan indikator kemampuan penganggaran Pemda (APBD)
dan kemampuan masyarakat membayar (pendapatan per kapita)

Prioritasi Kab/Kota Sektor Air Limbah Domestik


160

140

120
Jumlah Kab/Kota

100

80

60

40

20

-
Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Prioritas 5

Prioritasi Kab/Kota Sektor Persampahan


140

120

100
Jumlah Kab/Kota

80

60

40

20

-
Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Prioritas 5

25
KAB/KOTA PRIORITAS SEKTOR PERSAMPAHAN KAB/KOTA PRIORITAS SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK

514 Kab/Kota 514 Kab/Kota

Kluster 1 Kluster 2 Kluster 1 Kluster 2


129 Kab/Kota 385 Kab/Kota 136 Kab/Kota 378 Kab/Kota

104 Kab/Kota 309 Kab/Kota 56 Kab/Kota 124 Kab/Kota


Prioritas Prioritas Prioritas Prioritas

Dukungan investasi Direktorat Sanitasi dalam sektor air limbah bagi kab/kota kluster 1
diutamakan pada kab/kota prioritas 1, yaitu kab/kota dengan potensi keberlanjutan
sangat tinggi. Adapun bagi kab/kota kluster 2 dukungan investasi Direktorat Sanitasi
diutamakan pada kab/kota prioritas 1 dan 2, yaitu kab/kota dengan potensi
keberlanjutan sangat tinggi dan tinggi. Hal tersebut dilaksanakan untuk menjamin
terselenggaranya layanan sanitasi sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi masyarakat.
Dukungan investasi Direktorat Sanitasi dalam sektor persampahan bagi kab/kota kluster
1 diutamakan pada kab/kota prioritas 1 sampai dengan 3, yaitu kab/kota dengan
potensi keberlanjutan minimum sedang. Sedangkan pada kab/kota kluster 2, dukungan
investasi Direktorat Sanitasi diberikan secara merata ke seluruh kab/kota. Hal ini
disebabkan karena secara umum, urusan pengelolaan sampah merupakan komitmen
kepala daerah karena secara langsung berpengaruh dalam citra suatu kab/kota,
sehingga penyelenggaraan dukungan keberlanjutan dalam sektor persampahan dapat
diungkit melalui fasilitasi pembinaan.

3.2.3. Program dan Kegiatan


Program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Sanitasi dalam periode 2020-2024
disusun berdasarkan kebijakan Direktorat Sanitasi.
KEBIJAKAN PROGRAM/ OUTPUT KEGIATAN
Kebijakan 1. Peningkatan Pengembangan sistem  Pembangunan dan/atau
cakupan pelayanan dan pengelolaan air limbah peningkatan IPALD dan
kualitas sistem pengelolaan domestik bagi Kab/Kota jaringan peripaan
sanitasi Prioritas  Pembangunan dan/atau
peningkatan IPLT
 Pembangunan dan/atau
peningkatan tangki septik
pada wilayah prioritas
26
KEBIJAKAN PROGRAM/ OUTPUT KEGIATAN
stunting
Pengembangan  Pembangunan dan/atau
pengelolaan drainase peningkatan drainase
lingkungan bagi lingkungan permukiman
Kab/Kota Prioritas
Pengembangan sistem  Pembangunan dan/atau
pengelolaan peningkatan prasarana
persampahan bagi sarana persampahan menjadi
Kab/Kota Prioritas sumber energi terbarukan
 Pembangunan dan/atau
peningkatan TPA
 Pembangunan dan/atau
peningkatan TPST
 Pembangunan dan/atau
peningkatan TPS3R
Pembinaan dan  Penjaminan Mutu
Pengawasan Infrastruktur dengan
Pengembangan Sanitasi memastikan kelaikan fungsi
dengan penerapan
commisioning
 Pendampingan operasional
tahap awal bagi pengelola
Fasilitasi Pengembangan  Pelaksanaan pengujian bahan
Teknologi dan dan produk bidang sanitasi di
Pengelolaan Peralatan laboratorium dan lapangan
Bidang Sanitasi
 Pengelolaan laboratorium
bidang sanitasi (operasional
dan pemeliharaan
laboratorium, pengadaan alat
laboratorium)
 Pengelolaan sistem
manajemen mutu
laboratorium; (SMM,
Akreditasi Lab, dan Lembaga
Inspeksi)
 Pelaksanaan inspeksi dan
sertifikasi bahan dan produk
konstruksi bidang sanitasi
 Pelaksanaan audit teknologi
serta penilaian keandalan
27
KEBIJAKAN PROGRAM/ OUTPUT KEGIATAN
bangunan pascakonstruksi
dan pascabencana bidang
sanitasi
 Pelaksanaan perekayasaan
bidang sanitasi
 Pelaksanaan kliring teknologi
bidang sanitasi
Kebijakan 2. Peningkatan Pembinaan  Kampanye publik
peran masyarakat dan dunia Pengembangan Sanitasi  Demand & Supply Creation
usaha/swasta dalam untuk sanitasi di level
penyelenggaraan sanitasi masyarakat
 Mendorong pemanfaatan
potensi kerjasama dengan
swasta baik dalam
penyediaan infrastruktur
maupun pengelolaan
Kebijakan 3. Pengembangan Pembinaan dan  Pengawalan penyusunan UU
perangkat peraturan Pengaturan atau PP untuk Air Limbah
perundangan Pengembangan Sanitasi Domestik
penyelenggaraan  Pendampingan penyusunan
Perda bidang Sanitasi
pengelolaan sanitasi
 Diseminasi NSPK Bidang
Sanitasi
Kebijakan 4. Penguatan Pembinaan  Advokasi kepala daerah
kelembagaan pengelolaan Pengembangan Sanitasi  Fasilitasi pengembangan
sanitasi layanan lumpur tinja
 Integrasi pengelolaan air
limbah domestik dengan air
minum
 Pendampingan pemisahan
operator & regulator
 Fasilitasi pemda dalam
peningkatan kualitas
dokumen perencanaan
Pembinaan Teknis  Pelaksanaan bimbingan
Bidang Sanitasi teknis dan diseminasi bidang
sanitasi
Kebijakan 5. Pengembangan Pembinaan  Pendampingan penyusunan
alternatif sumber Pengembangan Sanitasi tarif
pembiayaan  Fasilitasi Pemda dalam
mengakses Dana DAK &
Hibah Sanitasi

28
3.3. KERANGKA REGULASI
Kerangka regulasi diperlukan untuk melaksanakan Kebijakan dan Strategi Direktorat Sanitasi
dalam mencapai sasaran strategis, sasaran program dan tujuan organisasi di lingkungan
Direktorat Sanitasi. Kerangka regulasi ini disusun mempertimbangkan kebutuhan untuk
pencapaian pemenuhan kebutuhan berdasarkan analisis regulasi dalan Sub Bab 1.2 Potensi
dan Permasalahan.
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, telah diidentifikasikan produk NSPK (Norma,
Satndar, Prosedur, dan Kriteria) yang perlu disusun dalam periode 2020-2024 sebagai
berikut

Target Dokumen NSPK Tersusun


2020 2021 2022 2023 2024
Peraturan Pemerintah 1
Peraturan Menteri 1
Pedoman/ Standar/ Kriteria/ Tata Cara 4 3 4 3 4

Detail jenis NSPK dan substansi yang diatur disampaikan dalam Lampiran 3. Kerangka
Regulasi. Penyusunan kerangka regulasi akan dilaksanakan melalui kolaborasi dengan
Direktorat Bina Teknis, Kementerian PUPR
3.4. Kerangka Kelembagaan
Direktorat Sanitasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan perumusan kebijakan
dan strategi, perencanaan teknis, pelaksanaan kebijakan, pembinaan dan pengawasan,
pembinaan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi kinerja, serta fasilitasi pemberdayaan bidang pengembangan pengelolaan air
limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Sanitasi menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan dan perumusan kebijakan dan strategi, perencanaan teknis, evaluasi dan
pelaporan bidang pengembangan pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan
persampahan, dan drainase lingkungan;
b. pelaksanaan kebijakan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan bidang pengembangan
pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan;
c. pemberian bimbingan teknis dan supervisi bidang pengembangan pengelolaan air
limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan;
d. pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kebijakan bidang pengembangan pengelolaan
air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan;

29
e. pembinaan pelaksanaan norma, standar, prosedur dan kriteria perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi kinerja pengembangan pengelolaan air limbah domestik,
pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan.
f. fasilitasi pemberdayaan dan pembinaan kelembagaan serta pengembangan jejaring
kemitraan bidang pengembangan pengelolaan air limbah domestik,
g. pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan; dan pelaksanaan urusan tata
usaha direktorat

30
BAB 4
TARGET KINERJA DAN PENDANAAN
4.1. Target Kinerja
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2020-2024 mengamatkan target sanitasi sebagai berikut:

AIR LIMBAH DOMESTIK PERSAMPAHAN


SASARAN
Rumah tangga yang menempati hunian dengan Rumah tangga yang menempati hunian
akses sanitasi (air limbah domestik) layak sebesar dengan akses sampah terkelola baik
90% (termasuk akses aman 15%) 80% penanganan & 20% pengurangan
INDIKATOR
TARGET TARGET
SASARAN BASELINE SASARAN BASELINE
2024 2024
Jumlah rumah tangga 1,3 juta KK 3 juta KK Jumlah rumah N/A 19 juta
yang terlayani SPALDT (2015- tangga yang KK
2019) terlayani TPA
dengan metode
lahan urug
saniter
Jumlah rumah tangga N/A 6,5 juta KK
yang terlayani
instalasi pengolahan
lumpur tinja

Sasaran Kegiatan Direktorat Sanitasi disusun berdasarkan proyeksi pendanaan APBN PUPR
untuk sanitasi dalam periode 2020-2024 sebesar 32 Trilliun Rupiah. Untuk menterjemahkan
sasaran kegiatan tersebut, telah disusun indikator dan output kegiatan berdasarkan pada
program Direktorat Sanitasi yang merupakan turunan dari Kebijakan Direktorat Sanitasi.

SASARAN KEGIATAN
Meningkatnya kontribusi pemenuhan akses sanitasi, dengan indikator kegiatan utama:
1. Persentase rumah tangga yang terlayani prasarana dan sarana air limbah domestik layak dan
aman : 77,79% akses layak (termasuk 10,10% akses aman)
2. Persentase rumah tangga yang sampahnya terkelola (baik melalui penanganan maupun
pengurangan) di perkotaan : 70,50%
3. Persentase rumah tangga yang terlayani infrastruktur drainase lingkungan : 100%
OUTPUT / INDIKATOR
TARGET
OUTPUT / INDIKATOR BASELINE
2024
Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Sanitasi 509
n/a
Jumlah kab/kota yang mendapatkan pembinaan dan kab/kota

31
pengawasan pengembangan sanitasi
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
Jumlah kepala keluarga (KK) yang mendapatkan layanan n/a 1.626.000 KK
sistem pengelolaan air limbah domestik
Sistem Pengelolaan Drainase Lingkungan
Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang mendapatkan layanan n/a 17.500 KK
sistem pengelolaan drainase lingkungan
Sistem Pengelolaan Persampahan
Jumlah kepala keluarga (KK) yang mendapatkan layanan n/a 4.095.000 KK
sistem pengelolaan persampahan
Sanitasi Berbasis Masyarakat
Jumlah kepala keluarga (KK) yang mendapatkan layanan n/a 302.000 KK
sanitasi berbasis masyarakat
Pembinaan Teknis Bidang Sanitasi
Jumlah orang yang mendapatkan pembinaan teknis bidang n/a 1.290 orang
sanitasi
Fasilitasi Pengembangan Teknologi dan Peralatan Bidang Sanitasi
Jumlah laporan fasilitasi pengembangan teknologi dan n/a 111 Laporan
peralatan bidang sanitasi

Kontribusi Dit. Sanitasi terhadap Capaian Akses Layak Air Limbah


Domestik
%
90

85

80

75
2020 2021 2022 2023 2024

Baseline Kontribusi PUPR Akses Layak Target RPJMN

32
Kontribusi Dit. Sanitasi terhadap Capaian Akses Aman Air Limbah
Domestik
%
15

10

5
2020 2021 2022 2023 2024

Baseline Kontribusi PUPR Akses Aman Target RPJMN

Kontribusi Dit. Sanitasi terhadap Capaian Akses Persampahan


%
100

90

80

70

60

50
2020 2021 2022 2023 2024

Baseline (tahun 2016) Kontribusi PUPR Akses Persampahan Target RPJMN

4.2. Kerangka Pendanaan


Dalam pelaksanaan dan pencapaian sasaran pemenuhan akses sanitasi, dibutuhkan
perencanaan kebutuhan pendanaan yang tercantum dalam kerangka pendanaan. Kerangka
pendanaan merupakan detail penjabaran strategi pendanaan program dan kegiatan yang
ditetapkan pada masing-masing tahun anggaran.

33
KEBUTUHAN PENDANAAN
OUTPUT (Rp Milliar)
2020 2021 2022 2023 2024 Jumlah

Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan


465 488 512 537 565 2.657
Sanitasi
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik 973 3.116 3.835 3.835 3.835 15.594

Sistem Pengelolaan Drainase Lingkungan 48,5 65 55 65 81 324

Sistem Pengelolaan Persampahan 1.199 2.000 2.934 2.935 2.935 12.003

Sanitasi Berbasis Masyarakat 261 327 327 327 329 1.572

Pembinaan Teknis Bidang Sanitasi - 4,5 6 7 8 23,5

Fasilitasi Pengembangan Teknologi dan Peralatan


- 4,5 8 10 10 32,5
Bidang Sanitasi
Dukungan Manajemen 23 34 36 38 41 144

34
BAB 5
PENUTUP

Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Sanitasi tahun 2020-2024 merupakan arahan yang akan
dijabarkan ke dalam pelaksanaan program dan kegiatan bagi setiap unit satuan kerja di
lingkungan Direktorat Sanitasi dalam mendukung target SDGs. Proses pencapaian sasaran-
sasaran dalam Renstra tersebut memerlukan koordinasi, konsolidasi, dan sinergi antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah serta melibatkan peran swasta dan masyarakat agar
keseluruhan sumber daya yang ada dapat digunakan secara optimal dan dapat mencapai
kinerja yang maksimal dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan
infrastruktur yang lebih merata dan berkelanjutan. Oleh karena itu dalam penyelenggaraan
infrastruktur bidang penyehatan lingkungan permukiman perlu dilandasi dengan kerangka
regulasi, kelembagaan dan pendanaan yang optimal dalam mencapai target-target yang telah
disepakati. Dalam rangka memperkuat sinergi dengan Pemerintah Daerah, Pemerintah akan
memberikan perhatian yang lebih besar pada aspek peningkatan kapasitas daerah sehingga
kompetensi dan kemandirian Pemerintah Daerah dapat dicapai dalam tempo yang tidak terlalu
lama.
Pencapaian target rencana strategis Direktorat Sanitasi tahun 2020-2024 sangat memerlukan
pendanaan yang relatif besar, sehingga diperlukan dorongan untuk meningkatkan kemitraan
pemerintah, masyarakat, dan swasta yang lebih besar dalam rangka mengembangkan
alternatif pembiayaan infrastruktur penyehatan lingkungan permukiman. Dalam hal ini tugas
pemerintah adalah menciptakan regulasi yang sehat, membangun iklim yang semakin kondusif
dan mendorong pengembangan inovasi dan teknologi, serta mendorong kompetisi antara lain
dengan menciptakan system pelelangan yang kompetitif guna memperkuat perkembangan
sektor swasta.
Melalui pelaksanaan Renstra Direktorat Sanitasi Tahun 2020-2024 secara konsisten melalui
keterlibatan Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakat, diharapkan dapat
mempercepat proses peningkatan derajat kesehatan dan kehidupan masyarakat sehingga
berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

35
LAMPIRAN

LAMPIRAN I. Matriks Kinerja dan Pendanaan Direktorat Sanitasi


PROGRA SASARAN STRATEGIS (IMPACT)/SASARAN PROGRAM TARGET
M/ (OUTCOME)/SASARAN SATUAN
2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
KEGIATAN KEGIATAN/OUTPUT/INDIKATOR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
KEGIATAN 3.3: PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN SANITASI
SASARAN KEGIATAN: Peningkatan kontribusi pemenuhan akses
sanitasi
Persentase peningkatan kontribusi pemenuhan akses sanitasi %
---- dihitung dari gabungan indikator:
1 Persentase rumah tangga yang terlayani prasarana dan % 77,50% 77,57% 77,64% 77,73% 77,79% 77,79%
sarana air limbah domestik layak dan aman Akses Layak Akses Akses Akses Akses Akses
(Termasuk Layak Layak Layak Layak Layak
7,88% Akses (Termasuk (Termasuk (Termasuk (Termasuk (Termasuk
Aman) 8,31% 8,77% 9,29% 10,10% 10,10%
Akses Akses Akses Akses Akses
Aman) Aman) Aman) Aman) Aman)
2 Persentase rumah tangga yang sampahnya terkelola (baik %
63,20% 64,46% 65,96% 67,77% 70,50% 70,50%
melalui penanganan maupun pengurangan) di perkotaan
3 Persentase rumah tangga yang terlayani infrastruktur %
15% 35% 55% 75% 100% 100%
drainase lingkungan
OUTPUT KEGIATAN :
1 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Sanitasi
Jumlah kab/kota yang mendapatkan pembinaan dan Kab/Kot
pengawasan pengembangan penyehatan lingkungan a 509 509 509 509 509 509
permukiman
2 Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
SPALD Terpusat Skala Kota KK 14.000 42.000 52.000 52.000 22.000 182.000
SPALD Terpusat Skala Permukiman KK 8.000 26.000 32.000 32.000 32.000 130.000
SPALD Setempat Skala Kota KK 82.000 263.000 323.000 323.000 323.000 1.314.000
3 Sistem Pengelolaan Drainase Lingkungan
Sistem Pengelolaan Drainase Lingkungan Permukiman KK 2.625 3.500 3.500 3.500 4.375 17.500
4 Sistem Pengelolaan Persampahan
Sistem Pengelolaan Persampahan menjadi Sumber
KK 12.000 20.000 29.000 29.000 20.000 110.000
Energi Terbarukan
Sistem Pengelolaan Persampahan Skala Kota (TPA) KK 392.000 653.000 958.000 958.000 958.000 3.919.000
Sistem Pengelolaan Persampahan Skala Kawasan
KK 7.000 11.000 16.000 16.000 16.000 66.000
(TPST)
5 Sanitasi Berbasis Masyarakat
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat
KK 11.000 19.000 19.000 19.000 19.000 87.000
Berbasis Masyarakat (IPAL Komunal)
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat
KK 21.800 21.800 21.800 21.800 21.800 109.000
Skala Individu
Sistem Pengelolaan Persampahan Berbasis
KK 18.000 22.000 22.000 22.000 22.000 106.000
Masyarakat (TPS3R)
6 Pembinaan Teknis Bidang Sanitasi
Jumlah orang yang mendapatkan pembinaan teknis Orang 0
240 300 350 400 1.290
bidang sanitasi
7 Fasilitasi Pengembangan Teknologi dan Peralatan Bidang
Sanitasi
Jumlah laporan pengembangan pengelolaan sanitasi 0
18 27 29 37 111
Laporan

36
LAMPIRAN

LAMPIRAN I. Matriks Kinerja dan Pendanaan Direktorat Sanitasi


PROGRA SASARAN STRATEGIS (IMPACT)/SASARAN PROGRAM ANGGARAN (Juta Rupiah)
M/ (OUTCOME)/SASARAN
2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
KEGIATAN KEGIATAN/OUTPUT/INDIKATOR
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

OUTPUT KEGIATAN :
1 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Sanitasi
Jumlah kab/kota yang mendapatkan pembinaan dan
pengawasan pengembangan penyehatan lingkungan 464.704 487.940 512.337 537.953 564.851 2.567.785
permukiman
2 Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
SPALD Terpusat Skala Kota 632.000 2.025.000 2.490.434 2.490.434 2.490.434 10.128.301
SPALD Terpusat Skala Permukiman 232.000 743.000 914.871 914.871 914.871 3.719.612
SPALD Setempat Skala Kota 109.000 348.000 429.815 429.815 429.815 1.746.444
3 Sistem Pengelolaan Drainase Lingkungan
Sistem Pengelolaan Drainase Lingkungan Permukiman 48.563 64.750 64.750 64.750 80.938 323.750
4 Sistem Pengelolaan Persampahan
Sistem Pengelolaan Persampahan menjadi Sumber
30.000 50.000 73.333 73.333 73.333 300.000
Energi Terbarukan
Sistem Pengelolaan Persampahan Skala Kota (TPA) 1.145.000 1.909.000 2.800.759 2.800.759 2.800.759 11.456.277
Sistem Pengelolaan Persampahan Skala Kawasan
24.000 41.000 60.607 60.607 60.607 246.821
(TPST)
5 Sanitasi Berbasis Masyarakat
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat
78.625 137.594 137.594 137.594 137.594 629.000
Berbasis Masyarakat (IPAL Komunal)
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat
161.000 161.000 161.000 161.000 162.500 806.500
Skala Individu
Sistem Pengelolaan Persampahan Berbasis
22.000 28.821 28.821 28.821 28.821 137.284
Masyarakat (TPS3R)
6 Pembinaan Teknis Bidang Sanitasi
Jumlah orang yang mendapatkan pembinaan teknis
4.581 6.000 7.000 8.000 25.581
bidang sanitasi
7 Fasilitasi Pengembangan Teknologi dan Peralatan Bidang
Sanitasi
Jumlah laporan pengembangan pengelolaan sanitasi
4.500 8.000 10.000 10.450 32.950
-

37
LAMPIRAN II. Manual Indikator Kinerja

Indikator 1. Persentase rumah tangga yang terlayani prasarana dan sarana air limbah
domestik layak dan aman

A. Jenis Indikator
Indikator terpisah dari kegiatan penanganan air limbah domestik yang terdiri dari:
 Indikator 1 : Persentase rumah tangga dengan akses layak
 Indikator 2: Persentase rumah tangga dengan akses aman
B. Definisi
 Akses Aman adalah apabila rumah tangga memiliki fasilitas sanitasi sendiri, dengan
bangunan atas dilengkapi kloset dengan leher angsa, dan bangunan bawahnya
menggunakan tangki septik yang disedot setidaknya sekali dalam 5 (lima) tahun terakhir
dan diolah dalam instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT), atau tersambung ke sistem
pengolahan air limbah domestik terpusat (SPALD-T) (Metadata Indikator SDGs Tujuan
06, 2019)
 Akses Layak adalah apabila rumah tangga (di perkotaan atau di perdesaan)
menggunakan fasilitas sendiri atau bersama, dimana bangunan atas dilengkapi kloset
dengan leher angsa dan bangunan bawahnya menggunakan tangki septik; untuk di
perdesaan, apabila rumah tangga menggunakan fasilitas sendiri, dimana bangunan atas
dilengkapi kloset dengan leher angsa dan bangunan bawahnya lubang tanah. (Metadata
Indikator SDGs Tujuan 06, 2019)
C. Metode Perhitungan
 Indikator 1 : dihitung berdasar jumlah KK dengan akses air limbah domestik layak di
tahun N-1 ditambah kapasitas infrastruktur pengolahan air limbah domestik setempat
(tangki septik) dan terpusat (IPALD Regional, Kota, Permukiman) yang terbangun (KK)
di tahun N dibagi dengan total KK di tahun N
 Indikator 2 : dihitung berdasar jumlah KK dengan akses air limbah domestik aman di
tahun N-1 ditambah kapasitas infrastruktur pengolahan air limbah domestik setempat
(IPLT) dan terpusat (IPALD Regional, Kota, Permukiman) yang terbangun (KK) di tahun
N dibagi dengan total KK di tahun N
D. Tipe Perhitungan
Komulatif, peningkatan setiap tahun

38
E. Sumber Data
Laporan Kinerja Direktorat Sanitasi dengan data sandingan diperoleh dari BPS : Survei Sosial
Ekonomi Nasional (BPS)

Indikator 2. Persentase rumah tangga yang sampahnya terkelola (baik melalui penanganan
maupun pengurangan) di perkotaan

A. Jenis Indikator
Indikator terpilih
B. Definisi
Persentase rumah tangga yang sampahnya terkelola (baik melalui penanganan maupun
pengurangan) di perkotaan adalah jumlah rumah tangga di perkotaan yang memiliki akses
terhadap pelayanan terlayani pengelolaan sampah dengan baik dibandingkan dengan
jumlah rumah tangga di perkotaan secara keseluruhan. (Metadata Indikator SDGs Tujuan
11, 2019)
C. Metode Perhitungan
Dihitung berdasar jumlah KK dengan akses sampah terkelola di perkotaan di tahun N-1
ditambah kapasitas infrastruktur pengolahan persampahan (WTE, TPA, TPST, TPS3R) yang
terbangun (KK) di tahun N dibagi dengan total KK perkotaan di tahun N
D. Tipe Perhitungan
Komulatif, peningkatan setiap tahun
E. Sumber Data
Laporan Kinerja Direktorat Sanitasi dengan data sandingan diperoleh dari BPS : Survei Sosial
Ekonomi Nasional (BPS)

Indikator 3. Persentase rumah tangga yang terlayani infrastruktur drainase lingkungan

A. Jenis Indikator
Indikator terpilih
B. Definisi
Persentase rumah tangga yang terlayani infrastruktur drainase lingkungan adalah jumlah
rumah tangga yang mendapatkan intervensi penanganan genangan melalui pembangunan

39
infrastruktur drainase lingkungan dibandingkan dengan total rumah tangga yang
ditargetkan mendapatkan intervensi penanganan genangan selama periode 2020-2024
C. Metode Perhitungan
Dihitung berdasarkan jumlah KK yang terlayani infrastruktur drainase lingkungan di tahun N
dibagi dengan total target KK yang perlu dilayani selama 5 tahun
D. Tipe Perhitungan
Komulatif, peningkatan setiap tahun
E. Sumber Data
Laporan Kinerja Direktorat Sanitasi

40
LAMPIRAN III. Kerangka Regulasi

Regulasi yang ditargetkan disusun dalam periode 2020-2024 adalah sebagai berikut

Rencana
Jenis
No NSPK Substansi yang Diatur Tahun
Regulasi
Penyusunan
1 Standar Standardisasi Dalam Standardisasi Pembiayaan 2020
Pembiayaan Infrastruktur Bidang PLP, akan disajikan
Infrastruktur estimasi kebutuhan biaya konstruksi
Bidang PLP infrastruktur bidang PLP berdasarkan
beberapa faktor penentu utama, antara
lain kapasitas dan juga teknologi yang
digunakan.
2 Tata Tata Cara Survei Data dan informasi yang dibutuhkan 2022
Cara Utilitas dalam untuk mendukung survei utilitas dalam
Tanah tanah
Hal - hal yang menjadi perhatian dalam
pengamatan kondisi lapangan untuk
mendukung survei utilitas dalam tanah

Rencana
Jenis
No NSPK Substansi yang Diatur Tahun
Regulasi
Penyusunan
1 Peraturan Rancangan PP Air Dokumen analisis kebutuhan 2021
Pemerintah Limbah Domestik muatan RPP tentang Air Limbah
Domestik
Konsep RPP Air Limbah Domestik
2 Pedoman Panduan Praktis Tata Cara Perencanaan 2020
Pemenuhan SPM Air Pemenuhan SPM Air Limbah
Limbah Domestik Domestik (Pengumpulan data dan
Perhitungan) dan aplikasi
perhitungan perencanaan SPM sub
urusan air limbah domestik
3 Pedoman Pedoman Tahapan pelaksanaan pelayananan 2020
Pelaksanaan air minum dan air limbah domestik

41
Rencana
Jenis
No NSPK Substansi yang Diatur Tahun
Regulasi
Penyusunan
Pelayanan Air terintegrasi oleh PDAM
Minum dan Sanitasi Penyiapan aspek teknis dan non
Terintegrasi teknis (pemetaan potensi
pelanggan, penentuan target
daerah pelayanan, penyiapan
infrastruktur, pelaksanaan
pelayanan, dan monitoring
pelaksanaan)
Kajian kelebihan dan kekurangan
pelayanan secara terintegrasi
4 Pedoman Pedoman Panduan umum tata cara 2020
Pelaksanaan konstruksi/pembangunan jaringan
Konstruksi perpipaan air limbah domestik
Perpipaan Air Persiapan pembangunan
Limbah Domestik Pelaksanaan pembangunan,
(SPALD-T) pengawasan, dan uji material
Uji coba sistem (commissioning
test)
Masa pemeliharaan
Serah terima pekerjaan
5 Pedoman Pedoman Tata Cara Tata cara Monitoring dan Evaluasi 2021
Monitoring dan SPM Air Limbah Domestik yang
Evaluasi SPM Air terdiri dari pemantauan, evaluasi,
Limbah Domestik dan pelaporan terhadap
pemenuhan SPM sub urusan air
limbah domestik untuk Kab/Kota
dan Provinsi
6 Pedoman Pedoman Tahap Perencanaan KPBU Sektor 2021
Pembiayaan Air Limbah Domestik (Jenis
Penyelenggaraan infrastruktur, lingkup pelaksanaan,
SPALD (KPBU, dsb.) pembagian peran, perencanaan
dan penganggaran, dll)
Penyusunan Studi Pendahuluan
KPBU Air Limbah Domestik

42
Rencana
Jenis
No NSPK Substansi yang Diatur Tahun
Regulasi
Penyusunan
7 Pedoman Pedoman 2021
Tata cara pengawasan
Pengawasan
penyelenggaraan SPALD yang
(Pemantauan,
terdiri dari pemantauan, evaluasi,
Evaluasi, dan
dan pelaporan terhadap kinerja
Pelaporan)
teknis, kinerja non teknis, dan
Penyelenggaraan
kondisi lingkungan
SPALD
8 Pedoman Pedoman Maksud dan tujuan pendirian 2024
Pembentukan BUMD dan/atau BUMN, kegiatan
BUMD dan/atau usaha, serta tugas dan wewenang
BUMN SPALD BUMD dan/atau BUMN dalam
pengelolaan air limbah domestik
9 Standar KKNI Pengelolaan Kerangka Kualifikasi Nasional 2022
Air Limbah Domestik Indonesia Bidang Pengelolaan Air
Limbah Domestik yang berisi
antara lain:
Kodifikasi dan Kualifikasi; Deskripsi
Jenjang KKNI; Sikap Kerja; Peran
Kerja; Kemungkinan Jabatan;
Aturan Pengemasan; serta
Kompetensi Inti dan Kompetensi
Pilihan KKNI sektor Air Limbah
Domestik
10 Kriteria Penyusunan Kriteria Identifikasi potensi pemanfaatan 2022
Pemanfaatan lumpur tinja
Lumpur Tinja Penyusunan Kriteria Pemanfaatan
Lumpur Tinja
11 Tata Cara Prosedur/Tata Cara Identifikasi potensi pemanfaatan 2023
Pemanfaatan Hasil hasil pengolahan air limbah
Pengolahan Air domestik
Limbah Domestik Penyusunan Kriteria Pemanfaatan
hasil pengolahan air limbah
domestik

43
Rencana
Jenis
No NSPK Substansi yang Diatur Tahun
Regulasi
Penyusunan
12 Tata Cara Tata Cara Perizinan Tata cara perizinan prasarana dan 2023
Sarana Prasarana sarana SPALD-S dan SPALD-T mulai
SPALD dari jenis izin yang harus diperoleh
hingga waktu pelaksanaan
perizinan
13 Tata Cara Tata Cara Perizinan Tata cara perolehan perizinan bagi 2024
Badan Usaha SPALD badan usaha SPALD

Rencana
Jenis
No NSPK Substansi yang Diatur Tahun
Regulasi
Penyusunan
1 Peraturan Revisi Peraturan Menteri PU Penanganan sampah rumah 2023
Menteri No. 03/2013 tentang tangga dan sampah sejenis
Penyelenggaraan Prasarana sampah rumah tangga
dan Sarana Persampahan Perencanaan umum
dalam Penanganan Sampah persampahan
Rumah Tangga dan Sampah Penyediaan fasilitas
Sejenis Sampah Rumah pengolahan dan pemrosesan
Tangga akhir sampah
Pengelolaan sampah di
kawasan khusus
Perhitungan biaya
penyelenggaraan pengelolaan
sampah
2 Pedoman Pedoman Konstruksi Panduan umum tata cara 2021
Fasilitas Pengolahan dan konstruksi/pembangunan
Pemrosesan Akhir Sampah Persiapan pembangunan
Pelaksanaan pembangunan,
pengawasan, dan uji material
Uji coba laboratorium dan uji
coba lapangan (trial run)
Uji coba sistem
(commissioning test)
Masa pemeliharaan
Serah terima pekerjaan

44
Rencana
Jenis
No NSPK Substansi yang Diatur Tahun
Regulasi
Penyusunan
3 Pedoman Persyaratan Teknis Fungsi, kriteria teknis TPS dan 2024
Pengumpulan dan TPS 3R (yang disesuaikan
Penyediaan TPS dan/atau dengan alternatif pilihan
TPS 3R teknologi yang digunakan)
4 Pedoman Penyusunan Materi Teknis Tata cara Pelaksanaan 2024
Panduan Penutupan dan/ Penutupan dan Rehabilitasi
atau Rehabilitasi TPA TPA
Sampah (Ketentuan umum, Kriteria
Teknis, prosedur)

Rencana
Jenis
No NSPK Substansi yang Diatur Tahun
Regulasi
Penyusunan
1 Pedoman Pedoman Konsep penanganan drainase 2022
Penyelenggaraan lingkungan dalam drainase
Drainase Lingkungan perkotaan (Posisi drainase
lingkungan dalam drainase
perkotaan)
Arah penyelenggaraan drainase
lingkungan

45

Anda mungkin juga menyukai