Disusun oleh:
DELFINA BENGA
25000119183411
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan peningkatan jumlah penduduk tersebut menyebabkan aktivitas
penduduk kota ikut meningkat. Peningkatan aktivitas penduduk menimbulkan
peningkatan jumlah timbulan sampah sebagai sisa dari aktivitas penduduk. Sampah
menjadi masalah besar perkotaan di indonesia. Sampah yang berasal dari
permukiman penduduk Pemerintah Daerah Kota Bima melalui instansi terkait telah
melakukan pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat untuk ikut terlibat aktif
dalam mengelola sampah. Untuk itu diperlukan peran serta masyarakat agar terjadi
perubahan persepsi/cara pandang dan pola pikir terhadap sampah, bahwa sampah
tidak hanya sisa pembuangan dari aktivitas yang tidak bermanfaat, namun apabila
sampah tersebut dikelola dengan baik akan bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis.
Implementasi program tersebut adalah dengan membentuk Bank Sampah di
beberapa kecamatan dan percontohan pada Badan Lingkungan Hidup . Namun
program tersebut tidak berjalan maksimal, dukungan dan partisipasi masyarakat
untuk berperan aktif dalam mengelola sampah masih rendah, hal ini terlihat dari
masyarakat masih membuang sampah tanpa pemilahan, bahkan sampah berserakan
di luar kontainer, sehingga mengganggu pemandangan, estetika kota dan
memperburuk citra kota. Keadaan ini diperburuk oleh perilaku sebagian masyarakat
yang masih menjadikan sungai dan pinggir pantai sebagai tempat favorit untuk
membuang sampah, sehingga tentu saja akan mencemari sungai/lingkungan.
Berdasarkan di lapangan diperoleh beberapa kondisi permasalahan persampahan
sebagai dampak aktivitas/perilaku masyarakat, seperti :
Masih banyaknya volume timbulan sampah yang dihasilkan oleh
masyarakat,
Masyarakat masih belum memiliki tempat sampah yang standar untuk
membedakan antara sampah organik dan anorganik,
Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat ternyata masih bercampur
antara sampah organik dan sampah anorganik,
Masyarakat belum berperan aktif untuk memanfaatkan sampah,
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Perencanaan
1.2.1 Maksud
a. Untuk meningkatkan kinerja sistem penanganan sampah jangka panjang
yang dapat dilakukan secara programatik dan terstruktur, sehingga
tercapai pemenuhan dokumen yang diakui oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota sebagai panduan pemrograman dan penganggaran
sektor persampahannya secara tepat dan kuantitatif.
b. Tersedianya RTR TPA sampah Kabupaten Donggala yang sesuai dengan
norma-standar-pedoman kriteria yang berlaku
1.2.2 Tujuan
a. Memetakan kondisi dan permasalahan sektor persampahan.
b. Penetapan target dan tujuan penanganan sampah.
c. Memantapkan Perencanaan Teknis Manajamen Persampahan (PTMP)
yang mudah dilaksanakan (aplikatif).
d. Menetapkan pemrograman dan penganggaran untuk sektor persampahan
selama 5-20 tahun.
e. Mendapatkan dokumen perencanaan teknik TPA sampah yang sesuai
norma-standar-pedoman kriteria, yang terjangkau dalam hal
pembangunan pengoperasian-pemeliharaan-perawatannya.
f. Mendorong kinerja TPA sampah yang sesuai dengan norma-standar-
pedoman-kriteria.
1.2.3 Sasaran
Sasaran produk yang diharapkan adalah tersusunnya dokumen Perencanaan
Teknis Manajamen Persampahan (PTMP) dan Rencana Teknik Rinci (RTR)
TPA Sampah Kabupaten Donggala sesuai standar, yang dapat digunakanan
sampai 20 tahun mendatang.
BAB II
KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN PENGELOLAAN SAMPAH
2.1 PERIODE PERENCANAAN
2.1.1 Perencanaan Jangka Pendek (Tahap Mendesak)
Rencana peningkatan penyelenggaraan PSP jangka pendek (1-2 tahun)
merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat mendesak dan dapat dijadikan
pondasi untuk pentahapan selanjutnya, sebagai contoh :
Menyiapkan kebijakan pengelolaan sampah Kota/Kabupaten yang
mengacu pada kebijakan Nasional, Propinsi dan NSPK yang berlaku.
Peningkatan kelembagaan terutama SDM sebagai dasar untuk
peningkatan kinerja operasional penanganan sampah.
Penyiapan dan atau penyempurnaan Peraturan Daerah yang sesuai
dengan NSPK dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008.
Perencanaan detail penanganan persampahan (penutupan TPA
dengan penimbunan terbuka / rehabilitasi TPA dan kegiatan 3R).
Penyusunan AMDAL atau UKL/UPL atau kajian lingkungan sesuai
kebutuhan.
Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk penyiapan masyarakat
dalam partisipasi kegiatan 3R.
Penyediaan prasarana dan sarana untuk mengatasi masalah
persampahan yang bersifat mendesak (pemilihan sampah,
peningkatan TPA dan lain-lain).
Penyiapan peningkatan tarif (iuran dan retribusi).
2.1.2 Perencanaan Jangka Menengah
Rencana peningkatan penyelenggaraan PSP jangka menengah (5 tahun)
merupakan tahap pelaksanaan 5 (lima) tahun yang didasarkan pada hasil
kajian sebelumnya dengan mempertimbangkan tahap mendesak yang telah
dilakukan, sebagai contoh:
Melanjutkan peningkatan kelembagaan (pemisahan operator dan
regulator) dan pelatihan SDM yang menerus disesuaikan dengan
kebijakan Nasional, Propinsi dan NSPK terbaru.
Pelaksanaan penegakan peraturan yang didahului sosialisasi dan uji
coba selama 1 tahun.
Peningkatan cakupan pelayanan sesuai perencanaan.
Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana persampahan sesuai
dengan perencanaan.
Pelaksanaan revitalisasi TPA sesuai dengan perencanaan.
Pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan TPA.
Pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan
kegiatan 3R di beberapa kawasan.
Kampanye dan edukasi yang menerus.
Pelaksanaan peningkatan retribusi baik melalui perbaikan tarif
maupun mekanisme penarikannya.
Merintis kerjasama dengan pihak swasta.
2.1.3 Perencanaan Jangka Panjang
Rencana Jangka Panjang Rencana peningkatan penyelenggaran PSP jangka
panjang sekurangkurangnya 10 (sepuluh) tahun merupakan tahap pelaksanaan
yang bersifat menyeluruh dengan mempertimbangkan hasil pencapaian tahap
sebelumnya, sebagai contoh :
Peningkatan kelembagaan (peran operator dan regulator) dan
pelatihan SDM yang menerus disesuaikan dengan kebijakan
Nasional, Propinsi dan NSPK terbaru.
Review atau penyempurnaan Peraturan Daerah yang sesuai dengan
NSPK dan kondisi terkini yang berkembang di daerah.
Peningkatan cakupan pelayanan sesuai dengan target perencanaan.
Peningkatan prasarana dan sarana sesuai cakupan pelayanan serta
penggantian peralatan yang sudah habis umurnya teknisnya.
Pelaksanaan peningkatan kinerja TPA sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan lokasi TPA baru sebagai persiapan penutupan TPA lama
yang sudah penuh (sesuai dengan kebutuhan) disertai studi kelayakan
dan AMDAL atau UKL/UPL.
Penutupan TPA lama (jika diperlukan) dan pemantauan kualitas TPA
yang telah ditutup selama 20 tahun secara berkala.
Pembangunan TPA baru sesuai NPSK.
Pembangunan TPST skala kota (sesuai kebutuhan).
Replikasi 3R sesuai dengan target pengurangan sampah.
Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk penyiapan masyarakat
dalam partisipasi kegiatan 3R.
Meningkatkan pola kerjasama dengan pihak swasta dan CDM.
2.2 KRITERIA DAN STANDARD PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH
2.2.1 Kriteria Perencanaan Pengelolaan sampah
Perencanaan pengelolaan sampah harus dilakukan untuk jangka panjang dan
layak secara teknis, ekonomis dan berwawasan lingkungan. Selain itu dapat
dilaksanakan dengan mudah. Tahapan perencanaan dimulai dari rencana
induk, studi kelayakan dan perencanaan teknis. Rencana induk, merupakan
rencana garis besar yang menggambarkan arahan sistem pengelolaan sampah
dalam 25 tahun kedepan. Studi Kelayakan, merupakan bagian dari rencana
induk yang secara jelas akan diketahui kelayakannya, baik kelayakan teknis,
ekonomi, lingkungan maupun sosial. Pada tahap ini secara bersamaan juga
dilakukan studi pemilihan lokasi TPA dengan mengacu pada SNI atau
metode lain dan studi AMDAL atau UKL/UPL. Perencanaan teknis,
merupakan rencana detail dengan mengacu pada rencana induk/studi
kelayakan dan dilengkapi dengan gambar detail, spesifikasi teknis, SOP dan
dokumen lain yang diperlukan (penjabaran RKL/RPL atau UKL/UPL) serta
siap untuk dilakukan tahap pelaksanan (penyediaan prasarana dan sarana).
Secara uamum substansi untuk setiap tahap perencanaan adalah sebagai
berikut :
Kriteria Perencanaan
a. Aspek Institusi
Bentuk institusi adalah Perusahaan Daerah kebersihan, Dinas
Kebersihan atau minimal Seksi Kebersihan.
Struktur organisasi harus mencerminkan pola kerja yang jelas yang
memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.
Tata laksana kerja cukup jelas mendefinisikan lingkup tugas,
wewenang, tanggung jawab serta bentuk interaksi antar unit,
komponen, antar institusi dan kerjasama antar kota (untuk kegiatan
yang bersifat regional). Tata laksana kerja harus memperhatikan
pengendalian otomatis, tingkat pembebanan yang merata,
pendelegasian wewenang yang proporsional dan berimbang,
birokrasi yang pendek dan penugasan yang jelas / terukur.
Kualitas SDM harus memiliki kemampuan manajemen dan teknik,
jumlah personil 1 : 1000 jiwa yang dilayani
b. Aspek Teknis Operasional
Tingkat pelayanan disesuaikan dengan kondisi eksisting (dalam 5
tahun, pelayanan meningkat maksimal 2 kali) atau minimal 60 %
(target MDGs 70 % pada tahun 2015).
Pewadahan individual berupa bin 40 lt atau kantong plastik dan
disediakan oleh penghasil sampah sendiri, sedangkan wadah
komunal dapat berupa TPS (volume > 1 m3), container dengan
volume 6-8 m3
Pengumpulan dengan gerobak dilakukan door to door untuk daerah
teratur dengan lebar jalan > 1m. Untuk daerah tidak teratur dapat
dilakukan secara komunal . Pengumpulan door to door truck hanya
dilakukan untuk daerah yang mempunyai sumber sampah besar (>
300 lt/hari) dan daerah terjal / curam. Perencanaan operasional perlu
mempertimbangkan perencanaan rute/blok operasi, ritasi 3-4
kali/hari, periode pengumpulan tergantung pada kondisi daerah
pelayanan (komposisi sampah, kapasitas kerja, disain peralatan dan
kualitas pelayanan yang ingin diberikan), daerah pelayanan yang
tertentu dan tetap, petugas pelaksana yang tetap dan dapat
dipindahkan secara periodik serta pembebanan kerja yang merata
(jumlah sampah, jarak tempuh dan kondisi daerah)
Pemindahan sampah dari gerobak ke truk dilakukan menggunakan
transfer depo . Lokasi transfer depo harus dekat dengan daerah
pelayanan (radius 500 M).
Pengangkutan sampah dari transfer depo ke TPA dilakukan dengan
truk (dump truck, arm roll truck, compactor truck) kapasitas 7-12 m3,
ritasi 3-5 rit / hari. Apabila jarak ke TPA > 30 km, sebaiknya
menggunakan transfer station. Perencanaan operasional perlu
mempertimbangkan perencanaan rute/blok operasi, ritasi 3-4
kali/hari, periode pengumpulan tergantung pada kondisi daerah
pelayanan (komposisi sampah, kapasitas kerja, disain peralatan dan
kualitas pelayanan yang ingin diberikan), daerah pelayanan yang
tertentu dan tetap, petugas pelaksana yang tetap dan dapat
dipindahkan secara periodik serta pembebanan kerja yang merata
(jumlah sampah, jarak tempuh dan kondisi daerah)
Pengolahan sampah dilakukan dengan composting dan daur ulang
yang diharapkan dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke
TPA minimal 10-20 %. Penggunaan incinerator harus
mempertimbangkan aspek lingkungan dan kontinuitas operasional.
Pembuangan akhir sampah di lokasi yang sesuai dengan standar (SNI
No03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA)
dilakukan minimal controlled landfill dengan fasilitas yang terdiri
dari jalan masuk (tipe jalan kelas 1 dengan lebar 6 m), saluran
drainase (keliling TPA, dimensi disesuaikan dengan curah hujan dan
luas TPA dll), kantor TPA / pos jaga (berfungsi sebagai kantor
pengendali dan pencatatan sampah yang masuk ke TPA, dilengkapi
dengan kamar mandi / WC), pagar (berupa pagar hidup atau
menggunakan tanaman yang cepat tumbuh dan berdaun rimbun
seperti angsana), lapisan dasar kedap air (lapisan tanah lempung tebal
30 cm kali 2 atau lapisan geomambrane/geotextile), jaringan
pengumpul leachate (terletak didasar TPA, pipa berlubang yang
dilindungi gravel), ventilasi gas (pipa berlubang dengan casing atau
beronjong bambu dan dipasang secara bertahap sesuai ketebalan
lapisan sampah, radius pipa gas 50 m), pengolahan leachate (terdiri
dari kolam anaerob, fakultatif, maturasi dan land treatment serta
kualitas efluen sesuai dengan standar yang berlaku yaitu nilai BOD
30 – 150 ppm), sumur uji (minimal 3 unit, sebelum lokasi
penimbunan, di lokasi penimbunan dan sesudah lokasi penimbunan),
alat berat (buldozer, exavator, wheel / track loader ), tanah penutup
(tebal lapisan tanah penutup 20 – 30 cm dan penutup akhir 50 cm –
100 cm), sarana pendukung (air bersih, bengkel untuk perbaikan
ringan dll). Masa pakai TPA minimal 5 – 10 tahun.
c. Aspek Pembiayaan
Biaya satuan investasi dan O/M tergantung pada pola teknis yang
digunakan dengan struktur pembiayaan kira-kira 30 % pengupulan,
40 % pengangkutan dan 20 % pembaunangan akhir.
Tarif retribusi dihitung berdasarkan besarnya biya pengelolaan
pertahun (investasi dan O/M), kemampuan subsidi pemerintah
kota/kabupaten, kemampuan masyarakat membayar (willingness to
pay,) subsidi silang, volume sampah setiap sumber atau wajib
retribusi dan prinsip cost recovery. Peninjauan tarif dilaksanakan
setiap 5 tahun.
Penarikan retribusi dilakukan berdasarkan sistem pengendalian yang
efektif, pembagian wilayah penagihan, target, penagihan
dilaksanakan setelah pelayanan diberikan secara teratur, menghindari
terjadinya kesan double tarif dan struktur tarif disosialisasikan
kepada masyarakat.
d. Aspek Peraturan
Peraturan Daerah kebersihan harus meliputi pengaturan mengenai
pembentukan institusi pengelola, ketentuan penanganan sampah dari
sumber sampai TPA termasuk mengenai penanganan sampai medis dan
B3. Peraturan Daerah tersebut harus mempunyai jangka waktu berlaku
yang terbatas, kesiapan terhadap upaya penegakannya termasuk
pemberian insentif dan disinsentif serta mempunyai keluwesan tetapi
tegas (tidak bermakna ganda).
e. Aspek PSM dan Swasta
Bentuk peran masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat berupa
kegiatan sebagai berikut :
Turut menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya
Turut terlibat aktif dalam program-program kebersihan seperti
pengumpulan sampah, pengolahan sampah skala individual maupun
skala komunal termasuk 3 R (reduce, reuse dan recycle) dan
pemilahan sampah disumber
Secara informal turut menerangkan arti kebersihan pada anggota
masyarakat lainnya
Mengikuti tata cara kebersihan yang ditentukan oleh pemerintah
kota/kabupaten
Membayar retribusi secara aktif
2.2.2 Pemilihan Teknologi Pengelolaan Persampahan
Pengelolaan sampah berbasis masyarakat dapat digunakan sebagai referensi
model yang mengedepankan paradigma 3R (R1=reduce, R2=reuse,R3=
recycle).
R ke-1 (REDUCE): adalah upaya untuk mengurangi volume sampah
sebelum dan sesudah diproduksi misalnya (i) memperbanyak teknik isi
ulang (refill) air minum, tinta, dll sehingga mengurangi produksi
tempatnya, (ii) memperbanyak pemakaian bungkus yang mudah
terdegradasi seperti daun, kertas dll (iii) membakar sampah kering (iv)
mengurangi produksi kemasan, dll. Konsep ini merupakan penjabaran
dari konsep produksi bersih yang arahnya pencegahan. Produsen barang
maupun anggota keluarga dapat berperan melakukan teknologi ini.
Reduce ini merupakan upaya mengurangi timbulan sampah di
lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum
sampah dihasilkan dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu
merubah kebiasaan boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi
hemat/efisien dan sedikit sampah.
R ke-2 (RE-USE): adalah upaya untuk memakai kembali bahan atau
material agar tidak menjadi sampah secara langsung tanpa
mengolahnya terlebih dahulu, misalnya (i) ember bekas menjadi pot
bunga, (ii) botol terbuat dari plastik atau gelas menjadi tempat bumbu,
(iii) koran menjadi pembungkus, dll. Anggota keluarga dapat berperan
melakukan kegiatan ini.
R ke-3 (Recycle): adalah upaya memanfaatkan kembali sampah melalui
daur ulang setelah melalui proses pengolahan tertentu, misalnya (i)
sampah dapur diolah menjadi pupuk kompos, (ii) pecahan beling diolah
kembali menjadi gelas, piring dll (iii) potongan plastik diolah menjadi
ember, gayung, sandal dll, (iv) lempengan kaleng diolah menjadi kaleng
dll. Pengumpulan bahan baku di sumbernya (on-site) dapat dilakukan
oleh rumah tangga penghasil sampah sedangkan di luar sumbernya
misalnya di tempat pengumpulan sampah sementara (TPSS) atau di
tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah dapat dilakukan oleh pemulung
atau pengelola sampah. Proses daur ulang dapat dilakukan oleh industri
rumah tangga maupun industri manufaktur.
Dalam pendukungan penerapan 3R Pemerintah dan pemerintah daerah
wajib melakukan hal-hal sebagai berikut :
Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam
waktu tertentu
Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan
Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan\
Memfasilitasi kegiatan mengguna-ulang dan mendaur ulang dan
Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang
2.2.3 Kriteria perhitungan timbulan sampah
Menurut materi persampahan direktorat Pengembangan PLP (2011),
Metode pengukuran timbulan sampah ada beberapa cara antara lain yaitu:
a. Load-count analysis / analisis perhitungan beban, yaitu jumlah masing-
masing volume sampah yang masuk ke TPA di hitung dengan catatan:
volume, berat jenis, jenis angkutan dan sumber sampah kemudian
dihitung sumber sampah, kemudian dihitung jumlah timbulan sampah
kota selama periode tertentu.
b. Weight-volume analysis / analisis berat volume, yaitu: jumlah masing-
masing volume sampah yang masuk ke TPA di hitung dengan mencatat
volume dan berat sampah, kemudian dihitung jumlah timbulan sampah
kota selama periode tertentu.
c. Material-balance analysis / analisis kesetimbangan bahan, material-
balance analysis menghasilkan data lebih lengkap untuk sampah rumah
tangga, industri dan yang lainnya dan juga diperlukan untuk program
daur ulang.
Menurut Damanhuri dan Padmi (2010), untuk menghitung besaran
sistem dalam suatu timbulan dapat digunakan angka timbulan sampah
sebagai berikut :
Satuan timbulan sampah kota besar = 2 – 2,5 l/orang.hari atau 0,4 -
0,5kg/orang.hari.
Satuan timbulan sampah kota sedang atau kecil = 1,5 – 2 l/orang.hari
atau 0,3 –0,4 kg/orang.hari.
Berdasarkan materi persampahan direktorat Pengembangan PLP (2011),
faktor penting dalam menghitung laju timbulan sampah adalah jumlah
penduduk. Oleh karena itu sebelum jumlah timbulan sampah dapat
dihitung, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap proyeksi
penduduk sampai pada tahun perencanaan.
Perkembangan Jumlah Penduduk
Ada beberapa metoda proyeksi penduduk yang dapat digunakan, antara
lain metoda Aritmatik, geometrik, dan least square dimana pemilihan
metoda yang digunakan sangat tergantung kecenderungan pertumbuhan
penduduk dan karakteristik kota perencanaan. Metoda tersebut adalah :
Metoda Aritmatik
Metoda yang terutama digunakan untuk memproyeksikan penduduk
pada suatu daerah dimana pertambahan penduduknya terjadi secara
linier.
Persamaan matematis yang digunakan adalah :
Pn = Po + r (dn)
dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periode
Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi
r = Rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun
dn = Kurun waktu proyeksi
Metoda Geometrik
Metoda yang digunakan untuk memproyeksikan penduduk pada
suatu daerah dimana pertambahan penduduknya terjadi secara
eksponensial.
Persamaan matematis yang digunakan adalah :
n = Po ( 1 + r )
dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periode
Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi
r = Rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun
dn = Kurun waktu proyeksi
Metoda Least Square
Rumus yang digunakan adalah :
Y = a + b.ẍ
dimana :
Y = Nilai variabel berdasarkan garis regresi;
ẍ = Variabel independen;
𝑎 = Konstanta;
b = Koefisien arah regresi linear;
( Σy ) . ( Σy2 ) −( Σx ) .(Σy)
a= 2 2
n. Σ x −( Σx)
rata- jumlah
jumlah
rata volume timbulan hari
kelurahan penduduk(P0
tahu sampa sampah per volume timbulan
)
n h (V) (Vs)/hari tahun sampah (Vs)/thn
Sambinae 2020 10282,58182 2,5 25706,45455 365 9382855,911
Panggi 2020 10282,58182 2,5 25706,45455 365 9382855,911
Mande 2020 10806,87273 2,5 27017,18183 365 9861271,366
Sadia 2020 19889,67273 2,5 49724,18183 365 18149326,37
Manggema
ci 2020 6700,909091 2,5 16752,27273 365 6114579,546
Monggonao 2020 25017,46364 2,5 62543,6591 365 22828435,57
Lewirato 2020 6494,727273 2,5 16236,81818 365 5926438,637
Penatoi 2020 19561,74545 2,5 48904,36362 365 17850092,72
Santi 2020 7371,490909 2,5 18428,72727 365 6726485,454
Matakando 2020 8460,818182 2,5 21152,04546 365 7720496,591
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN
3.1 DAERAH RENCANA
3.1.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi
Cakupan
Layanan
No Sistem
eksisting
(%)
(a) (b) (c)
Prosentase sampah terangkut
1 39
ke TPA
Prosentase Sampah Tereduksi
2 6
melalui 3R
Prosentase Sampah dikelola
3 sendiri oleh Masyarakat di 30
Sumber
Prosentase sampah tidak
4 25
diolah
Total 100
Pengolahan sampah
Penanganan sampah di Kota Bima belum berjalan maksimal. Warga setiap
kelurahan mengeluhkan kekurangan armada untuk mengangkut sampah.
Akibatnya, sampah dibeberapa tempat di Kota Bima masih belum teratasi
dengan baik. Penumpukan sampah masih ada sejumlah titik, apalagi ditambah
dengan kesadaran masyarakat yang masih kurang. Ketua DPRD Kota Bima
mengatakan bahwa masalah pengolahan sampah saat ini tyakni minimnya
armada yang mengangkyt sampah di tingkat lingkungan terkecil seperti RT dan
RW.
BAB IV
STRATEGI DAN RENCANA SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
4.1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH
Kebijakan pengembangan sistem pengolahan sampah
Kebijakan yang mengatur pengolahan sampah yang ada di kota bima Nusa Tenggara
barat adalah Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 3 Tahun 2018 Tentang
Pengelolaan Sampah yag berisi tentang :
a. Pengolahan sampah
Pemerintah daerah merencanakan pengurangan dan penanganan sampah
yang dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan pada PD
yang melaksanakan urusan persampahan.
Target pengurangan sampah yang dibuang ke TPA sebagaimana dituangkan
dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan:
Penyediaan sarana dan prasarana pengurangan dan penanganan sampah yang
ramah lingkungan mulai dari sumber sampah sampai dengan TPA; dan
Pengembangan partisipasi masyarakat dalam penanganan sampah yang
ramah lingkungan meliputi pembiayaan dan teknologinya.
b. Pelaksanaan
Pemerintah daerah dalam mengurangi sampah dilakukan dengan cara
pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau pemanfaatan
kembali sampah.
Penanganan sampah dilakukan dengan cara :
Pemilahan;
Pengumpulan;
Pengangkutan;
Pengolahan; dan
Pemrosesan akhir sampah.
4.2 TUJUAN DAN TARGET PENGELOLAAN SAMPAH
4.2.1 Tujuan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan cakupan pelayanan persampahan di
Kecamatan Mpunda serta meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh
sampah dan berupaya untuk meningkatkan nilai guna dari sampah.
4.2.2 Target pelayanan persampahan
Pelayanan pengangkutan dan pengelolaan sampah saat ini baru menjangkau
bebrapa kelurahan yang ada di Kecamatan Mpunda juga sampah yang berasal
dari pasar di beberapa kelurahan lainnya Oleh karena itu untuk mencapai target
nasional 100-0-100 perlu dikembangkan skenario dan target pelayanan sesuai
dengan kondisi eksisting saat ini sesuai dengan wilayah pelayanan dalam jangka
pendek, menengah dan jangka panjang.
4.3 PERENCANAAN DAERAH PELAYANAN
Penetapan Zona Prioritas
a. Zona 1, merupakan area penanganan jangka menengah ke jangka panjang,
umumnya berada diarea-area dengan kepadatan penduduk lebih kecil < 25 -<
100 orang/ha dan bukan fungsi pelayanan jasa dan perdagangan dengan
cakupan secukupnya. Pada zona ini, dikembangkan sistem penanganan
sampah dengan cakupan pelayanan minimal 70% dengan metode tidak
langsung (TPS-TPA). Pengolahan sampah yang berbasis rumah tangga yang
ditunjang dengan program sosialisasi pengolahan sampah rumah tangga
yang ramah lingkungan, dengan opsi teknologi penyediaan sarana
pengumpulan dan pengolahan sampah sementara. Zona ini meliputi
Kelurahan Sambinae, Penatoi, Santi, Matakando kecamatan Mpunda;
Kelurahan Rabangodu selatan, Rabadompu Timur dan Rontu Kecamatan
Raba; Kelurahan Jatiwangi Kecamatan Asakota.
b. Zona 2, merupakan area urban dengan tingkat kepadatan lebih =100
orang/ha yang dapat diatasi dalam jangka pendek ke menengah dengan opsi
pengembangan pelayanan persampahan hingga 100% dengan metode
pengumpulan langsung (RT-TPS-TPA). Opsi teknologi penyediaan sarana
pengumpulan dan pengolahan sampah sementara. Zona ini meliputi
Kelurahan Tanjung, Nae, Pane Kecamatan Rasanae Barat; Sambinae,
Panggi, Monggonao, Manggemaci, Penatoi, Sadia, Mande, Santi Kecamatan
Mpunda; Kelurahan Penanae, Rite, Rabadompu Barat, Ntobo, Kendo, Nitu
Kecamatan Raba; Kelurahan Jatibaru, Jatiwangi dan Kolo Kecamatan
Asakota;
c. Zona 3, merupakan area pusat pelayanan dan kawasan permukiman padat
dan kawasan perdagangan dan Jasa (CBD) yang harus ditangani secara
jangka pendek dengan opsi pengembangan pelayanan persampahan
hingga 100% dengan metode pengumpulan langsung (RT-TPS-TPA) serta
pelayanan penyapuan jalan dan pengolahan sampah 3R pada lokasi-lokasi
publik seperti pasar, pusat pertokoan, dan terminal. Zona ini meliputi
Kelurahan Rabadompu Utara, Kelurahan Dara, Kelurahan Paruga, Kelurahan
Kumbe, Kelurahan Sarae, Kelurahan Penaraga. Kelurahan Lampe, Oi Fo,o.
Kodo, Dodu, Lelamase dan Nungga Kecamatan Rasanae Timur.
Tahun kelurahan
manggemac monggona matakand
sambinae panggi mande sadia i o lewirato penatoi santi o
2019 1138 2285 2402 4420 1489 5559 1443 4347 1638 1880
2020 1328 2666 2802 5157 1737 6486 1684 5072 1911 2194
2021 1518 3047 3202 5893 1985 7413 1924 5796 2184 2507
2022 1707 3428 3602 6630 2234 8339 2165 6521 2457 2820
2023 1897 3808 4003 7367 2482 9266 2405 7245 2730 3134
2024 2087 4189 4403 8103 2730 10192 2646 7970 3003 3447
2025 2277 4570 4803 8840 2978 11119 2887 8694 3276 3760
2026 2466 4951 5203 9577 3226 12045 3127 9419 3549 4074
2027 2656 5332 5604 10313 3475 12972 3368 10143 3822 4387
2028 2846 5713 6004 11050 3723 13899 3608 10868 4095 4700
2029 3035 6093 6404 11786 3971 14825 3849 11592 4368 5014
2030 3225 6474 6804 12523 4219 15752 4089 12317 4641 5327
2031 3415 6855 7205 13260 4467 16678 4330 13041 4914 5641
2032 3604 7236 7605 13996 4715 17605 4570 13766 5187 5954
2033 3794 7617 8005 14733 4964 18531 4811 14490 5460 6267
2034 3984 7998 8405 15470 5212 19458 5051 15215 5733 6581
2035 4174 8378 8806 16206 5460 20385 5292 15939 6006 6894
2036 4363 8759 9206 16943 5708 21311 5533 16664 6279 7207
2037 4553 9140 9606 17680 5956 22238 5773 17388 6552 7521
2038 4743 9521 10006 18416 6205 23164 6014 18113 6825 7834
2039 4932 9902 10407 19153 6453 24091 6254 18837 7098 8147
10282,58
2040 5122 10807 19890 6701 25017 6495 19562 7371 8461
2
2) Proyeksi Timbulan Sampah
Jumlah
Kelurahan Jumlah Penduduk(P0) Rata-Rata Volume Timbulan Sampah Hari Per Volume Timbulan Sampah
Tahun Sampah (V) (Vs)/Hari Tahun (Vs)/Thn
Sambinae 2020 1327,963636 2,5 3319,90909 365 1211766,818
Panggi 2020 2665,854545 2,5 6664,636363 365 2432592,272
Mande 2020 2801,781818 2,5 7004,454545 365 2556625,909
Sadia 2020 5156,581818 2,5 12891,45455 365 4705380,909
Manggemaci 2020 1737,272727 2,5 4343,181818 365 1585261,363
Monggonao 2020 6486,009091 2,5 16215,02273 365 5918483,296
Lewirato 2020 1683,818182 2,5 4209,545455 365 1536484,091
Penatoi 2020 5071,563636 2,5 12678,90909 365 4627801,818
Santi 2020 1911,127273 2,5 4777,818183 365 1743903,637
Matakando 2020 2193,545455 2,5 5483,863638 365 2001610,228
Tabel 9. Proyeksi timbulan sampah tahun 2025