Anda di halaman 1dari 36

TUGAS MANDIRI

MATA KULIAH TEKNOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN

Dosen Pengampu: Dr. Ir. Mursid Rahardjo, Msi

Disusun oleh:

DELFINA BENGA

25000119183411

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan peningkatan jumlah penduduk tersebut menyebabkan aktivitas
penduduk kota ikut meningkat. Peningkatan aktivitas penduduk menimbulkan
peningkatan jumlah timbulan sampah sebagai sisa dari aktivitas penduduk. Sampah
menjadi masalah besar perkotaan di indonesia. Sampah yang berasal dari
permukiman penduduk Pemerintah Daerah Kota Bima melalui instansi terkait telah
melakukan pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat untuk ikut terlibat aktif
dalam mengelola sampah. Untuk itu diperlukan peran serta masyarakat agar terjadi
perubahan persepsi/cara pandang dan pola pikir terhadap sampah, bahwa sampah
tidak hanya sisa pembuangan dari aktivitas yang tidak bermanfaat, namun apabila
sampah tersebut dikelola dengan baik akan bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis.
Implementasi program tersebut adalah dengan membentuk Bank Sampah di
beberapa kecamatan dan percontohan pada Badan Lingkungan Hidup . Namun
program tersebut tidak berjalan maksimal, dukungan dan partisipasi masyarakat
untuk berperan aktif dalam mengelola sampah masih rendah, hal ini terlihat dari
masyarakat masih membuang sampah tanpa pemilahan, bahkan sampah berserakan
di luar kontainer, sehingga mengganggu pemandangan, estetika kota dan
memperburuk citra kota. Keadaan ini diperburuk oleh perilaku sebagian masyarakat
yang masih menjadikan sungai dan pinggir pantai sebagai tempat favorit untuk
membuang sampah, sehingga tentu saja akan mencemari sungai/lingkungan.
Berdasarkan di lapangan diperoleh beberapa kondisi permasalahan persampahan
sebagai dampak aktivitas/perilaku masyarakat, seperti :
 Masih banyaknya volume timbulan sampah yang dihasilkan oleh
masyarakat,
 Masyarakat masih belum memiliki tempat sampah yang standar untuk
membedakan antara sampah organik dan anorganik,
 Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat ternyata masih bercampur
antara sampah organik dan sampah anorganik,
 Masyarakat belum berperan aktif untuk memanfaatkan sampah,
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Perencanaan
1.2.1 Maksud
a. Untuk meningkatkan kinerja sistem penanganan sampah jangka panjang
yang dapat dilakukan secara programatik dan terstruktur, sehingga
tercapai pemenuhan dokumen yang diakui oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota sebagai panduan pemrograman dan penganggaran
sektor persampahannya secara tepat dan kuantitatif.
b. Tersedianya RTR TPA sampah Kabupaten Donggala yang sesuai dengan
norma-standar-pedoman kriteria yang berlaku
1.2.2 Tujuan
a. Memetakan kondisi dan permasalahan sektor persampahan.
b. Penetapan target dan tujuan penanganan sampah.
c. Memantapkan Perencanaan Teknis Manajamen Persampahan (PTMP)
yang mudah dilaksanakan (aplikatif).
d. Menetapkan pemrograman dan penganggaran untuk sektor persampahan
selama 5-20 tahun.
e. Mendapatkan dokumen perencanaan teknik TPA sampah yang sesuai
norma-standar-pedoman kriteria, yang terjangkau dalam hal
pembangunan pengoperasian-pemeliharaan-perawatannya.
f. Mendorong kinerja TPA sampah yang sesuai dengan norma-standar-
pedoman-kriteria.
1.2.3 Sasaran
Sasaran produk yang diharapkan adalah tersusunnya dokumen Perencanaan
Teknis Manajamen Persampahan (PTMP) dan Rencana Teknik Rinci (RTR)
TPA Sampah Kabupaten Donggala sesuai standar, yang dapat digunakanan
sampai 20 tahun mendatang.
BAB II
KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN PENGELOLAAN SAMPAH
2.1 PERIODE PERENCANAAN
2.1.1 Perencanaan Jangka Pendek (Tahap Mendesak)
Rencana peningkatan penyelenggaraan PSP jangka pendek (1-2 tahun)
merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat mendesak dan dapat dijadikan
pondasi untuk pentahapan selanjutnya, sebagai contoh :
 Menyiapkan kebijakan pengelolaan sampah Kota/Kabupaten yang
mengacu pada kebijakan Nasional, Propinsi dan NSPK yang berlaku.
 Peningkatan kelembagaan terutama SDM sebagai dasar untuk
peningkatan kinerja operasional penanganan sampah.
 Penyiapan dan atau penyempurnaan Peraturan Daerah yang sesuai
dengan NSPK dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008.
 Perencanaan detail penanganan persampahan (penutupan TPA
dengan penimbunan terbuka / rehabilitasi TPA dan kegiatan 3R).
 Penyusunan AMDAL atau UKL/UPL atau kajian lingkungan sesuai
kebutuhan.
 Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk penyiapan masyarakat
dalam partisipasi kegiatan 3R.
 Penyediaan prasarana dan sarana untuk mengatasi masalah
persampahan yang bersifat mendesak (pemilihan sampah,
peningkatan TPA dan lain-lain).
 Penyiapan peningkatan tarif (iuran dan retribusi).
2.1.2 Perencanaan Jangka Menengah
Rencana peningkatan penyelenggaraan PSP jangka menengah (5 tahun)
merupakan tahap pelaksanaan 5 (lima) tahun yang didasarkan pada hasil
kajian sebelumnya dengan mempertimbangkan tahap mendesak yang telah
dilakukan, sebagai contoh:
 Melanjutkan peningkatan kelembagaan (pemisahan operator dan
regulator) dan pelatihan SDM yang menerus disesuaikan dengan
kebijakan Nasional, Propinsi dan NSPK terbaru.
 Pelaksanaan penegakan peraturan yang didahului sosialisasi dan uji
coba selama 1 tahun.
 Peningkatan cakupan pelayanan sesuai perencanaan.
 Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana persampahan sesuai
dengan perencanaan.
 Pelaksanaan revitalisasi TPA sesuai dengan perencanaan.
 Pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan TPA.
 Pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan
kegiatan 3R di beberapa kawasan.
 Kampanye dan edukasi yang menerus.
 Pelaksanaan peningkatan retribusi baik melalui perbaikan tarif
maupun mekanisme penarikannya.
 Merintis kerjasama dengan pihak swasta.
2.1.3 Perencanaan Jangka Panjang
Rencana Jangka Panjang Rencana peningkatan penyelenggaran PSP jangka
panjang sekurangkurangnya 10 (sepuluh) tahun merupakan tahap pelaksanaan
yang bersifat menyeluruh dengan mempertimbangkan hasil pencapaian tahap
sebelumnya, sebagai contoh :
 Peningkatan kelembagaan (peran operator dan regulator) dan
pelatihan SDM yang menerus disesuaikan dengan kebijakan
Nasional, Propinsi dan NSPK terbaru.
 Review atau penyempurnaan Peraturan Daerah yang sesuai dengan
NSPK dan kondisi terkini yang berkembang di daerah.
 Peningkatan cakupan pelayanan sesuai dengan target perencanaan.
 Peningkatan prasarana dan sarana sesuai cakupan pelayanan serta
penggantian peralatan yang sudah habis umurnya teknisnya.
 Pelaksanaan peningkatan kinerja TPA sesuai dengan kebutuhan.
 Pemilihan lokasi TPA baru sebagai persiapan penutupan TPA lama
yang sudah penuh (sesuai dengan kebutuhan) disertai studi kelayakan
dan AMDAL atau UKL/UPL.
 Penutupan TPA lama (jika diperlukan) dan pemantauan kualitas TPA
yang telah ditutup selama 20 tahun secara berkala.
 Pembangunan TPA baru sesuai NPSK.
 Pembangunan TPST skala kota (sesuai kebutuhan).
 Replikasi 3R sesuai dengan target pengurangan sampah.
 Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk penyiapan masyarakat
dalam partisipasi kegiatan 3R.
 Meningkatkan pola kerjasama dengan pihak swasta dan CDM.
2.2 KRITERIA DAN STANDARD PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH
2.2.1 Kriteria Perencanaan Pengelolaan sampah
Perencanaan pengelolaan sampah harus dilakukan untuk jangka panjang dan
layak secara teknis, ekonomis dan berwawasan lingkungan. Selain itu dapat 
dilaksanakan dengan mudah. Tahapan perencanaan  dimulai  dari rencana
induk,  studi kelayakan dan perencanaan teknis. Rencana induk, merupakan
rencana garis besar yang menggambarkan arahan sistem pengelolaan sampah
dalam 25 tahun kedepan. Studi Kelayakan, merupakan bagian dari rencana
induk yang secara jelas akan diketahui kelayakannya, baik kelayakan teknis,
ekonomi, lingkungan maupun sosial. Pada tahap ini secara bersamaan juga
dilakukan studi pemilihan lokasi TPA dengan mengacu pada SNI atau
metode lain dan studi AMDAL atau UKL/UPL. Perencanaan teknis,
merupakan rencana detail dengan mengacu pada rencana induk/studi
kelayakan dan dilengkapi dengan gambar detail, spesifikasi teknis, SOP dan
dokumen lain yang diperlukan (penjabaran RKL/RPL atau UKL/UPL) serta
siap untuk dilakukan tahap pelaksanan (penyediaan  prasarana dan sarana).
Secara uamum substansi untuk setiap tahap perencanaan adalah sebagai
berikut :
Kriteria Perencanaan
a. Aspek Institusi
 Bentuk institusi adalah Perusahaan Daerah kebersihan, Dinas
Kebersihan atau minimal Seksi Kebersihan.
 Struktur organisasi harus  mencerminkan pola kerja yang jelas yang
memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.
 Tata laksana kerja cukup jelas mendefinisikan lingkup tugas,
wewenang, tanggung jawab serta bentuk interaksi antar unit,
komponen, antar institusi dan kerjasama antar kota (untuk kegiatan
yang bersifat regional).  Tata laksana kerja harus memperhatikan
pengendalian otomatis, tingkat pembebanan yang merata,
pendelegasian wewenang yang proporsional dan berimbang,
birokrasi yang pendek dan penugasan yang jelas / terukur.
 Kualitas SDM harus memiliki kemampuan manajemen dan teknik,
jumlah personil 1 : 1000 jiwa yang dilayani
b. Aspek Teknis Operasional
 Tingkat pelayanan disesuaikan dengan kondisi eksisting (dalam 5
tahun, pelayanan meningkat maksimal  2 kali) atau minimal 60 %
(target MDGs 70 % pada tahun 2015).
 Pewadahan individual berupa bin 40 lt atau kantong plastik dan
disediakan oleh penghasil sampah sendiri, sedangkan wadah
komunal dapat berupa TPS (volume > 1 m3), container dengan
volume 6-8 m3
 Pengumpulan dengan gerobak dilakukan door to door untuk daerah
teratur dengan lebar jalan > 1m. Untuk daerah tidak teratur dapat
dilakukan secara komunal . Pengumpulan door to door truck hanya
dilakukan untuk daerah yang mempunyai sumber sampah besar (>
300 lt/hari) dan daerah terjal / curam. Perencanaan operasional perlu
mempertimbangkan perencanaan rute/blok operasi, ritasi 3-4
kali/hari, periode pengumpulan tergantung pada kondisi daerah
pelayanan (komposisi sampah, kapasitas kerja, disain peralatan dan
kualitas pelayanan yang ingin diberikan), daerah pelayanan yang
tertentu dan tetap, petugas pelaksana yang tetap dan dapat
dipindahkan secara periodik serta pembebanan kerja yang merata
(jumlah sampah, jarak tempuh dan kondisi daerah)
 Pemindahan sampah dari gerobak ke truk dilakukan menggunakan
transfer depo . Lokasi transfer depo harus dekat dengan daerah
pelayanan (radius 500 M).
 Pengangkutan sampah dari transfer depo ke TPA dilakukan dengan
truk (dump truck, arm roll truck, compactor truck) kapasitas 7-12 m3,
ritasi 3-5 rit / hari. Apabila jarak ke TPA > 30 km, sebaiknya
menggunakan transfer station. Perencanaan operasional perlu
mempertimbangkan perencanaan rute/blok operasi, ritasi 3-4
kali/hari, periode pengumpulan tergantung pada kondisi daerah
pelayanan (komposisi sampah, kapasitas kerja, disain peralatan dan
kualitas pelayanan yang ingin diberikan), daerah pelayanan yang
tertentu dan tetap, petugas pelaksana yang tetap dan dapat
dipindahkan secara periodik serta pembebanan kerja yang merata
(jumlah sampah, jarak tempuh dan kondisi daerah)
 Pengolahan sampah  dilakukan dengan composting dan daur ulang
yang diharapkan dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke
TPA minimal 10-20 %. Penggunaan incinerator harus
mempertimbangkan aspek lingkungan dan kontinuitas operasional.
 Pembuangan akhir sampah di lokasi yang sesuai dengan standar (SNI
No03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA)
dilakukan minimal  controlled landfill dengan fasilitas yang terdiri
dari jalan masuk (tipe jalan kelas 1 dengan lebar 6 m), saluran
drainase (keliling TPA, dimensi disesuaikan dengan curah hujan dan
luas TPA dll), kantor TPA / pos jaga (berfungsi sebagai kantor
pengendali dan pencatatan sampah yang masuk ke TPA, dilengkapi
dengan kamar mandi / WC), pagar (berupa pagar hidup atau
menggunakan tanaman yang cepat tumbuh dan berdaun rimbun
seperti angsana), lapisan dasar kedap air (lapisan tanah lempung tebal
30 cm kali 2 atau lapisan geomambrane/geotextile), jaringan
pengumpul leachate (terletak didasar TPA, pipa berlubang yang
dilindungi gravel), ventilasi gas (pipa berlubang dengan casing atau
beronjong bambu dan dipasang secara bertahap sesuai ketebalan
lapisan sampah, radius pipa gas 50 m), pengolahan leachate (terdiri
dari kolam anaerob, fakultatif, maturasi dan land treatment serta
kualitas efluen sesuai dengan standar yang berlaku yaitu nilai BOD
30 – 150 ppm), sumur uji (minimal 3 unit, sebelum lokasi
penimbunan, di lokasi penimbunan  dan sesudah lokasi penimbunan),
alat berat (buldozer, exavator, wheel / track loader ), tanah penutup
(tebal lapisan tanah penutup  20 – 30 cm  dan penutup akhir 50 cm –
100 cm), sarana pendukung (air bersih, bengkel untuk perbaikan
ringan dll). Masa pakai TPA minimal 5 – 10 tahun.
c. Aspek Pembiayaan
 Biaya satuan investasi dan O/M tergantung pada pola teknis yang
digunakan dengan struktur pembiayaan kira-kira 30 % pengupulan,
40 % pengangkutan dan 20 % pembaunangan akhir.
 Tarif retribusi dihitung berdasarkan besarnya biya pengelolaan
pertahun (investasi dan O/M), kemampuan subsidi pemerintah
kota/kabupaten, kemampuan masyarakat membayar (willingness to
pay,)  subsidi  silang, volume sampah setiap sumber atau wajib
retribusi dan prinsip cost recovery. Peninjauan tarif dilaksanakan
setiap 5 tahun.
 Penarikan retribusi dilakukan berdasarkan sistem pengendalian yang
efektif, pembagian wilayah penagihan, target, penagihan
dilaksanakan setelah pelayanan diberikan secara teratur, menghindari
terjadinya kesan double tarif  dan struktur tarif disosialisasikan
kepada masyarakat.
d. Aspek Peraturan
Peraturan Daerah kebersihan harus meliputi pengaturan mengenai
pembentukan institusi pengelola, ketentuan penanganan sampah dari
sumber sampai TPA termasuk mengenai penanganan sampai medis dan
B3. Peraturan Daerah tersebut harus mempunyai jangka waktu berlaku
yang terbatas, kesiapan terhadap upaya penegakannya termasuk
pemberian insentif dan disinsentif serta mempunyai keluwesan tetapi
tegas (tidak bermakna ganda).
e. Aspek PSM dan Swasta
Bentuk peran masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat berupa
kegiatan sebagai berikut :
 Turut menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya
 Turut terlibat aktif dalam program-program kebersihan seperti
pengumpulan sampah, pengolahan sampah skala individual maupun
skala komunal  termasuk 3 R (reduce, reuse dan recycle) dan
pemilahan sampah disumber
 Secara informal turut menerangkan arti kebersihan pada anggota
masyarakat lainnya
 Mengikuti tata cara kebersihan yang ditentukan oleh pemerintah
kota/kabupaten
 Membayar retribusi secara aktif
2.2.2 Pemilihan Teknologi Pengelolaan Persampahan
Pengelolaan sampah berbasis masyarakat dapat digunakan sebagai referensi
model yang mengedepankan paradigma 3R (R1=reduce, R2=reuse,R3=
recycle).
R ke-1 (REDUCE): adalah upaya untuk mengurangi volume sampah
sebelum dan sesudah diproduksi misalnya (i) memperbanyak teknik isi
ulang (refill) air minum, tinta, dll sehingga mengurangi produksi
tempatnya, (ii) memperbanyak pemakaian bungkus yang mudah
terdegradasi seperti daun, kertas dll (iii) membakar sampah kering (iv)
mengurangi produksi kemasan, dll. Konsep ini merupakan penjabaran
dari konsep produksi bersih yang arahnya pencegahan. Produsen barang
maupun anggota keluarga dapat berperan melakukan teknologi ini.
Reduce ini merupakan upaya mengurangi timbulan sampah di
lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum
sampah dihasilkan dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu
merubah kebiasaan boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi
hemat/efisien dan sedikit sampah.
R ke-2 (RE-USE): adalah upaya untuk memakai kembali bahan atau
material agar tidak menjadi sampah secara langsung tanpa
mengolahnya terlebih dahulu, misalnya (i) ember bekas menjadi pot
bunga, (ii) botol terbuat dari plastik atau gelas menjadi tempat bumbu,
(iii) koran menjadi pembungkus, dll. Anggota keluarga dapat berperan
melakukan kegiatan ini.
R ke-3 (Recycle): adalah upaya memanfaatkan kembali sampah melalui
daur ulang setelah melalui proses pengolahan tertentu, misalnya (i)
sampah dapur diolah menjadi pupuk kompos, (ii) pecahan beling diolah
kembali menjadi gelas, piring dll (iii) potongan plastik diolah menjadi
ember, gayung, sandal dll, (iv) lempengan kaleng diolah menjadi kaleng
dll. Pengumpulan bahan baku di sumbernya (on-site) dapat dilakukan
oleh rumah tangga penghasil sampah sedangkan di luar sumbernya
misalnya di tempat pengumpulan sampah sementara (TPSS) atau di
tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah dapat dilakukan oleh pemulung
atau pengelola sampah. Proses daur ulang dapat dilakukan oleh industri
rumah tangga maupun industri manufaktur.
Dalam pendukungan penerapan 3R Pemerintah dan pemerintah daerah
wajib melakukan hal-hal sebagai berikut :
 Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam
waktu tertentu
 Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan
 Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan\
 Memfasilitasi kegiatan mengguna-ulang dan mendaur ulang dan
 Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang
2.2.3 Kriteria perhitungan timbulan sampah
Menurut materi persampahan direktorat Pengembangan PLP (2011),
Metode pengukuran timbulan sampah ada beberapa cara antara lain yaitu:
a. Load-count analysis / analisis perhitungan beban, yaitu jumlah masing-
masing volume sampah yang masuk ke TPA di hitung dengan catatan:
volume, berat jenis, jenis angkutan dan sumber sampah kemudian
dihitung sumber sampah, kemudian dihitung jumlah timbulan sampah
kota selama periode tertentu.
b. Weight-volume analysis / analisis berat volume, yaitu: jumlah masing-
masing volume sampah yang masuk ke TPA di hitung dengan mencatat
volume dan berat sampah, kemudian dihitung jumlah timbulan sampah
kota selama periode tertentu.
c. Material-balance analysis / analisis kesetimbangan bahan, material-
balance analysis menghasilkan data lebih lengkap untuk sampah rumah
tangga, industri dan yang lainnya dan juga diperlukan untuk program
daur ulang.
Menurut Damanhuri dan Padmi (2010), untuk menghitung besaran
sistem dalam suatu timbulan dapat digunakan angka timbulan sampah
sebagai berikut :
 Satuan timbulan sampah kota besar = 2 – 2,5 l/orang.hari atau 0,4 -
0,5kg/orang.hari.
 Satuan timbulan sampah kota sedang atau kecil = 1,5 – 2 l/orang.hari
atau 0,3 –0,4 kg/orang.hari.
Berdasarkan materi persampahan direktorat Pengembangan PLP (2011),
faktor penting dalam menghitung laju timbulan sampah adalah jumlah
penduduk. Oleh karena itu sebelum jumlah timbulan sampah dapat
dihitung, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap proyeksi
penduduk sampai pada tahun perencanaan.
Perkembangan Jumlah Penduduk
Ada beberapa metoda proyeksi penduduk yang dapat digunakan, antara
lain metoda Aritmatik, geometrik, dan least square dimana pemilihan
metoda yang digunakan sangat tergantung kecenderungan pertumbuhan
penduduk dan karakteristik kota perencanaan. Metoda tersebut adalah :
 Metoda Aritmatik
Metoda yang terutama digunakan untuk memproyeksikan penduduk
pada suatu daerah dimana pertambahan penduduknya terjadi secara
linier.
Persamaan matematis yang digunakan adalah :
Pn = Po + r (dn)
dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periode
Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi
r = Rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun
dn = Kurun waktu proyeksi
 Metoda Geometrik
Metoda yang digunakan untuk memproyeksikan penduduk pada
suatu daerah dimana pertambahan penduduknya terjadi secara
eksponensial.
Persamaan matematis yang digunakan adalah :
n = Po ( 1 + r )
dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periode
Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi
r = Rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun
dn = Kurun waktu proyeksi
 Metoda Least Square
Rumus yang digunakan adalah :
Y = a + b.ẍ
dimana :
Y = Nilai variabel berdasarkan garis regresi;
ẍ = Variabel independen;
𝑎 = Konstanta;
b = Koefisien arah regresi linear;
( Σy ) . ( Σy2 ) −( Σx ) .(Σy)
a= 2 2
n. Σ x −( Σx)

n . ( Σxy )−( Σx ) .(Σy)


b=
n.¿¿
Penentukan metoda yang dipakai untuk proyeksi penduduk, terlebih dahulu
kita mencari nilai korelasi (r) untuk tiap-tiap metoda. Pada metoda yang
mempunyai nilai korelasi paling mendekati nilai 1, itulah yang akan dipakai.
Rumus nilai korelasi (r) adalah sebagai berikut :

n . ( Σxy )−( Σy ) .(Σx)


r=
√ [¿ n ( Σ y )−( Σy ) ][n ( Σx )− ( Σx ) ] ¿
2 2 2

Kriteria Perhitungan Sarpras Pengelolaan Sampah


1) Alat Pengumpulan
 Pengumpulan sampah dari tiap rumah dilakukan dengan
menggunakan gerobak sampah/motor sampah. Kelengkapan sarana
pengumpulan sampah yang diperlukan berupa keranjang bambu,
sekop, garu dll
 Gerobak sampah pada umumnya terbuat dari konstruksi kayu
atau pelat besi yang dicat pelapis anti karat atau yang membuat
tidak mudah lapuk. Gerobak dilengkapi dengan 2 buah roda sepeda
atau roda khusus yang jari-jarinya lebih besar dari jari-jari sepeda.
Keduanya dipasang di kanan dan kiri gerobak.
 Ukuran gerobak disesuaikan dengan gang/lebar jalan
perumahan sehingga memudahkan pergerakan gerobak. Sesuai
standar Dinas Kebersihan umumnya gerobak sampah untuk
perumahan berukuran lebar 0,70 m, panjang 1,50 m, tinggi 0,60
m. Jika diperlukan dapat ditambah ram kawat setinggi kurang lebih
0,60 m.
 Gerobak sampah tersebut bisa disekat menjadi dua bagian untuk
sampah organik dan anorganik.
 Gerobak sampah yang sering dipakai harus secara berkala
dibersihkan dan diperbaiki bilamana ada bagian yang rusak.
2) Cara Pengumpulan
 Pengumpulan sampah dari tiap rumah dilakukan minimal tiap
dua hari. Hal ini dilakukan untuk menghindari bau sampah yang
menyengat karena komposisi mayoritas sampah rumah tangga
adalah sampah organik yang mudah busuk. Frekuensi pengumpulan
ini juga agar tidak muncul belatung / jentik bibit penyakit, sampah
tidak meluap (over load) dan waktu angkut lebih cepat.
 Sampah organik dikumpulkan dalam gerobak/bagian gerobak
yang diperuntukkan untuk sampah organik, dan sampah anorganik
dikumpulkan ke dalam gerobak/bagian gerobak yang diperuntukkan
untuk sampah anorganik.
 Jika gerobak sampah tidak disekat, maka pengumpulan dapat
dilakukan secara bergiliran antara sampah organik dan sampah
anorganik dengan menggunakan gerobak yang sama.
 Hasil pengumpulan sampah dari gerobak dipindahkan ke tempat
pengolahan sampah. Tempat pengolahan sampah dibedakan menjadi
dua yaitu tempat pengolahan sampah organik (pengomposan) dan
tempat pengolahan sampah anorganik (daur ulang).
3) Tempat Pemrosesan Sampah
 Lahan sebagai tempat pengolahan sampah dapat diperoleh
berdasarkan kesepakatan warga, meliputi tempat pengomposan dan
tempat daur ulang sampah.
 Luas lahan dan bangunan pengomposan yang dibutuhkan dari
banyaknya KK serta sistem pengomposan yang digunakan.
 Biasanya menggunakan fasilitas umum atau fasilitas sosial atau di
TPS

Tabel Timbulan Sampah Kota Bima


Proyeksi timbulan sampah tahun 2020
Rata- Volume Jumla
Jumlah
Rata Timbulan h Hari
Kelurahan Penduduk(P0
Tahu Sampa Sampah Per Volume Timbulan
)
n h (V) (Vs)/Hari Tahun Sampah (Vs)/Thn
Sambinae 2020 1327,963636 2,5 3319,90909 365 1211766,818
Panggi 2020 2665,854545 2,5 6664,636363 365 2432592,272
Mande 2020 2801,781818 2,5 7004,454545 365 2556625,909
Sadia 2020 5156,581818 2,5 12891,45455 365 4705380,909
Manggema
ci 2020 1737,272727 2,5 4343,181818 365 1585261,363
Monggonao 2020 6486,009091 2,5 16215,02273 365 5918483,296
Lewirato 2020 1683,818182 2,5 4209,545455 365 1536484,091
Penatoi 2020 5071,563636 2,5 12678,90909 365 4627801,818
Santi 2020 1911,127273 2,5 4777,818183 365 1743903,637
Matakando 2020 2193,545455 2,5 5483,863638 365 2001610,228

Proyeksi timbulan sampah tahun 2025

kelurahan tahu jumlah rata- volume timbulan jumlah volume timbulan


rata
penduduk(P0) sampah sampah hari per
n (V) (Vs)/hari tahun sampah (Vs)/thn
Sambinae 2020 2276,509091 2,5 5691,272728 365 2077314,546
Panggi 2020 4570,036364 2,5 11425,09091 365 4170158,182
Mande 2020 4803,054545 2,5 12007,63636 365 4382787,272
Sadia 2020 5156,581818 2,5 12891,45455 365 4705380,909
Manggemaci 2020 2978,181818 2,5 7445,454545 365 2717590,909
Monggonao 2020 11118,87273 2,5 27797,18183 365 10145971,37
Lewirato 2020 2886,545455 2,5 7216,363638 365 2633972,728
Penatoi 2020 8694,109091 2,5 21735,27273 365 7933374,546
Santi 2020 3276,218182 2,5 8190,545455 365 2989549,091
Matakando 2020 3760,363636 2,5 9400,90909 365 3431331,818

Proyeksi timbulan sampah tahun 2040

rata- jumlah
jumlah
rata volume timbulan hari
kelurahan penduduk(P0
tahu sampa sampah per volume timbulan
)
n h (V) (Vs)/hari tahun sampah (Vs)/thn
Sambinae 2020 10282,58182 2,5 25706,45455 365 9382855,911
Panggi 2020 10282,58182 2,5 25706,45455 365 9382855,911
Mande 2020 10806,87273 2,5 27017,18183 365 9861271,366
Sadia 2020 19889,67273 2,5 49724,18183 365 18149326,37
Manggema
ci 2020 6700,909091 2,5 16752,27273 365 6114579,546
Monggonao 2020 25017,46364 2,5 62543,6591 365 22828435,57
Lewirato 2020 6494,727273 2,5 16236,81818 365 5926438,637
Penatoi 2020 19561,74545 2,5 48904,36362 365 17850092,72
Santi 2020 7371,490909 2,5 18428,72727 365 6726485,454
Matakando 2020 8460,818182 2,5 21152,04546 365 7720496,591

BAB III
DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN
3.1 DAERAH RENCANA
3.1.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi

Gambar 1. Peta wilayah Kecamatan Mpunda


Kecamatan Mpunda memiliki luas 15,28 km2 . Wilayah kecamatan ini
dibagi menjadi 10 kelurahan. Kelurahan terluas adalah Kelurahan Sambinae
dengan luas 5,43 km2 , sedangkan yang tersempit wilayahnya adalah
Kelurahan Lewirato dengan luas 0,49 km2 . Wilayah kelurahan di
Kecamatan Mpunda memiliki tinggi berkisar antara 14 - 23 meter diatas
permukaan air laut, dimana kelurahan Sambinae dan Panggi merupakan
wilayah kelurahan yang berada pada ketinggian 23 meter diatas permukaan
air laut. Wilayah kecamatan ini bila dilihat menurut batas-batasnya, maka
disebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Asakota, sedangkan disebelah
selatan berbatasan dengan Kecamatan Rasanae Timur, Kota Bima dan
Kecamatan Palibelo, Kabupaten Bima. Disebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Rasanae Barat, dan di sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Raba. Ibukota Mpunda adalah Lewirato, yang luasnya hanya
0,49 km2, atau 3,21 % dari luas Kecamatan Mpunda. Bila ditinjau dari jarak
kecamatan dengan kelurahan, Kelurahan Matakando adalah kelurahan yang
paling jauh jaraknya dengan ibukota kecamatan, yaitu sekitar 2,20 km.
Batas-batas Kecamatan
 Sebelah Utara : Kecamatan Asakota
 Sebelah Selatan : Kecamatan Rasanae Timur Kecamatan Palibelo,
Kabupaten Bima
 Sebelah Barat : Kecamatan Rasanae Barat
 Sebelah Timur : Kecamatan Raba
3.1.2 Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah jarak yang mampu dicapai dengan maksimum dari satu
wilayah ke wilayah lain. Selain itu aksesibilitas juga dapat diartikan sebagai konsep
geografi di Kecamatan Mpunda yang berkaitan dengan kemudahan sarana dan
prasarana untuk mencapai suatu tempat. Pada aksesibilitas di Kecamatan Mpunda
cukup baik pada system jaringan yang tersedia di daerah tersebut.
3.2 KONDISI FISIK WILAYAH
3.2.1 Hidrologi
Wilayah Kota Bima dilewati oleh 7 (tujuh) sungai. Sungai-sungai tersebut
memiliki hulu di sebelah utara dan timur Kota Bima, dan bermuara menuju
Teluk Bima. Sungai terpanjang adalah Sungai Lampe yang memiliki panjang
25 km. Air sungai dimanfaatkan antara lain sebagai sumber air minum dan
pengairan/irigasi.
Tabel 1. sungai di Kota Bima
Nama sungai Panjang Lebar Kecamatan
sungai (km) sungai (m)
hulu Hilir
1 Sungai lampe 25 30 Rasanae timur Rasanae
barat
2 Sungai dodu 12 20 Rasanae timur Rasanae
timur
3 Sungai nungga 22 20 Rasanae timur Mpunda
4 Suangai kendo 15 15 Raba Rasanae
barat
5 Sungai ntobo 12 20 Raba Rasanar
barat
6 Sungai jatiwangi 16 15 Asakota Asakota
7 Sungai romo 2 12 asakota Asakota
Sumber: dinas pekerjaan umum kota bima, 2018
3.2.2 Topografi
Kota Bima didominasi oleh lahan dengan kemiringan datar dengan
kelerengan 0-2⁰, yaitu seluas 9.242 ha, kemudian lahan bergelombang seluas
4.994 ha. Hal ini menjadi potensi dalam melaksanakan pembangunan fisik
dan kawasan budidaya karena didukung oleh kondisi topografi yang
memadai. Adapun lahan dengan kondisi sangat curam dengan luas 2.957 ha
dapat difungsikan sebgai kawasan lindung.
Tabel 2. luas lahan menurut kemiringan dan kecamatan di kota Bima
No Kecamatan Datar Bergelombang Curam Sangat
(0-20) (2-150) (15-400) curam
(>400)
1 Rasanae barat 854 35 75 50
2 Mpunda 658 132 563 175
3 Rasanae timur 2.555 1.793 935 1.024
4 Raba 2.950 1.850 848 627
5 asakota 2.225 1.184 2.113 1.081
JUMLAH 9.242 4.994 4.534 2.957

Sumber : BPS KOTABIMA, 2018


3.2.3 Klimatologi
Wilayah Kota Bima beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata pada
tahun 2017 sebesar 147,92 mm3/th, di mana curah hujan tertinggi terjadi
pada Bulan September yaitu 263,0 mm3 dan terendah pada bulan Agustus,
yaitu 39,0 mm3. Rata-rata hari hujan selama tahun 2017 tercatat 14 hari
dengan jumlah hari hujan terbanyak pada Bulan Februari yaitu 24 hari dan
terendah pada bulan Juli dan September sebanyak 6 hari hujan.
Kelembaban udara rata-rata pada tahun 2017 sebesar 85,08%, tertinggi
90% pada Bulan Desember dan terendah 79% pada Bulan November.
Temperatur berkisar pada interval antara suhu minimal 22,40 oC pada Bulan
Agustus dan suhu maksimum 34,90 oC pada Bulan Oktober, dengan rata-
rata suhu 27,470C. Kondisi iklim menunjukan gejala suhu yang semakin
panas dibanding dengan tahun sebelumnya yang rata-rata suhu hanya
mencapai 27,130C. Dengan demikian terjadi isu perubahan iklim yang lebih
cepat dan perlu disikapi dalam konteks pembangunan berkelanjutan.
3.2.4 Hidrogeologi
Wilayah Kota Bima dan sekitarnya secara geomorfologi dan berdasarkan
morfometri dan morfogenesa dapat dikelompokan ke dalam 4 satuan
geomorfologi, yaitu: Satuan geomorfologi dataran fluvial, Satuan
Geomorfologi Dataran Endapan Pantai, Satuan geomorfologi bergelombang
lemah denudasional, Satuan geomorfologibergelombang lemah–kuat
vulkanik.
3.3 KONDISI KEPENDUDUKAN SOSIAL EKONOMI, BUDAYA DAN
KESEHATAN MASYARAKAT
3.3.1 Demografi/ Kependudukan
Tabel 3. Luas Wilayah Kelurahan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan
Penduduk Dirinci per Kelurahan diKecamatan Mpunda
No Kelurahan Luas Penduduk Rata-rata per
(km2) km2
1 Samninae 5,43 2 410 444
2 Panggi 3,51 3 255 972
3 Mande 0,69 5 317 7 706
4 Sadia 0,68 5 163 7 593
5 Manggemaci 0,52 4 363 8 390
6 Monggonao 0,63 6 183 9 814
7 Lewirato 0,49 2 500 5 102
8 Penatoi 0,74 5 098 6 889
9 Santi 0,72 2 674 3 714
10 Matakando 1,87 2 891 1 546
JUMLAH 15,28 39 854 52 125

Sumber: bps kota bima tahun 2019


3.3.2 Angka penyakit wilayah
Tabel 4. Angka penyakit di kecamatan Mpuda Kota Bima
No Penyakit Jumlah kasus
1 TB 45
2 Pneumonia Balita 66
3 Kusta 8
4 Diare 1.526
5 HIV/AIDS 0

Sumber: profil kesehatan kota bima tahun 2015


3.3.3 Infrastruktur pelayanan kesehatan
Tabel 5. Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan Dirinci per Kelurahan di
Kecamatan Mpunda
No Kelurahan Rumah puskesmas Puskesmas Poskesdes
sakit pembantu
1 Samninae 1 1
2 Panggi 1 1
3 Mande 1 1
4 Sadia 1
5 Manggemaci 1 1
6 Monggonao 1 1
7 Lewirato 1 1
8 Penatoi 1
9 Santi 1
10 Matakando
JUMLAH 1 1 4 9
Sumber : bps kota bima tahun 2019
3.4 KONDISI EKSISTING AIR BERSIH DAN SANITASI
 Pengolahan sampah
Tabel 6. Cakupan layanan eksisting

Cakupan
Layanan
No Sistem
eksisting
(%)
(a) (b) (c)
Prosentase sampah terangkut
1 39
ke TPA
Prosentase Sampah Tereduksi
2 6
melalui 3R
Prosentase Sampah dikelola
3 sendiri oleh Masyarakat di 30
Sumber
Prosentase sampah tidak
4 25
diolah
Total 100

 Pengolahan sampah
Penanganan sampah di Kota Bima belum berjalan maksimal. Warga setiap
kelurahan mengeluhkan kekurangan armada untuk mengangkut sampah.
Akibatnya, sampah dibeberapa tempat di Kota Bima masih belum teratasi
dengan baik. Penumpukan sampah masih ada sejumlah titik, apalagi ditambah
dengan kesadaran masyarakat yang masih kurang. Ketua DPRD Kota Bima
mengatakan bahwa masalah pengolahan sampah saat ini tyakni minimnya
armada yang mengangkyt sampah di tingkat lingkungan terkecil seperti RT dan
RW.

BAB IV
STRATEGI DAN RENCANA SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
4.1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH
Kebijakan pengembangan sistem pengolahan sampah
Kebijakan yang mengatur pengolahan sampah yang ada di kota bima Nusa Tenggara
barat adalah Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 3 Tahun 2018 Tentang
Pengelolaan Sampah yag berisi tentang :
a. Pengolahan sampah
 Pemerintah daerah merencanakan pengurangan dan penanganan sampah
yang dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan pada PD
yang melaksanakan urusan persampahan.
 Target pengurangan sampah yang dibuang ke TPA sebagaimana dituangkan
dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan:
 Penyediaan sarana dan prasarana pengurangan dan penanganan sampah yang
ramah lingkungan mulai dari sumber sampah sampai dengan TPA; dan
 Pengembangan partisipasi masyarakat dalam penanganan sampah yang
ramah lingkungan meliputi pembiayaan dan teknologinya.
b. Pelaksanaan
Pemerintah daerah dalam mengurangi sampah dilakukan dengan cara
pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau pemanfaatan
kembali sampah.
Penanganan sampah dilakukan dengan cara :
 Pemilahan;
 Pengumpulan;
 Pengangkutan;
 Pengolahan; dan
 Pemrosesan akhir sampah.
4.2 TUJUAN DAN TARGET PENGELOLAAN SAMPAH
4.2.1 Tujuan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan cakupan pelayanan persampahan di
Kecamatan Mpunda serta meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh
sampah dan berupaya untuk meningkatkan nilai guna dari sampah.
4.2.2 Target pelayanan persampahan
Pelayanan pengangkutan dan pengelolaan sampah saat ini baru menjangkau
bebrapa kelurahan yang ada di Kecamatan Mpunda juga sampah yang berasal
dari pasar di beberapa kelurahan lainnya Oleh karena itu untuk mencapai target
nasional 100-0-100 perlu dikembangkan skenario dan target pelayanan sesuai
dengan kondisi eksisting saat ini sesuai dengan wilayah pelayanan dalam jangka
pendek, menengah dan jangka panjang.
4.3 PERENCANAAN DAERAH PELAYANAN
 Penetapan Zona Prioritas
a. Zona 1, merupakan area penanganan jangka menengah ke jangka panjang,
umumnya berada diarea-area dengan kepadatan penduduk lebih kecil < 25 -<
100 orang/ha dan bukan fungsi pelayanan jasa dan perdagangan dengan
cakupan secukupnya. Pada zona ini, dikembangkan sistem penanganan
sampah dengan cakupan pelayanan minimal 70% dengan metode tidak
langsung (TPS-TPA). Pengolahan sampah yang berbasis rumah tangga yang
ditunjang dengan program sosialisasi pengolahan sampah rumah tangga
yang ramah lingkungan, dengan opsi teknologi penyediaan sarana
pengumpulan dan pengolahan sampah sementara. Zona ini meliputi
Kelurahan Sambinae, Penatoi, Santi, Matakando kecamatan Mpunda;
Kelurahan Rabangodu selatan, Rabadompu Timur dan Rontu Kecamatan
Raba; Kelurahan Jatiwangi Kecamatan Asakota.
b. Zona 2, merupakan area urban dengan tingkat kepadatan lebih =100
orang/ha yang dapat diatasi dalam jangka pendek ke menengah dengan opsi
pengembangan pelayanan persampahan hingga 100% dengan metode
pengumpulan langsung (RT-TPS-TPA). Opsi teknologi penyediaan sarana
pengumpulan dan pengolahan sampah sementara. Zona ini meliputi
Kelurahan Tanjung, Nae, Pane Kecamatan Rasanae Barat; Sambinae,
Panggi, Monggonao, Manggemaci, Penatoi, Sadia, Mande, Santi Kecamatan
Mpunda; Kelurahan Penanae, Rite, Rabadompu Barat, Ntobo, Kendo, Nitu
Kecamatan Raba; Kelurahan Jatibaru, Jatiwangi dan Kolo Kecamatan
Asakota;
c. Zona 3, merupakan area pusat pelayanan dan kawasan permukiman padat
dan kawasan perdagangan dan Jasa (CBD) yang harus ditangani secara
jangka pendek dengan opsi pengembangan pelayanan persampahan
hingga 100% dengan metode pengumpulan langsung (RT-TPS-TPA) serta
pelayanan penyapuan jalan dan pengolahan sampah 3R pada lokasi-lokasi
publik seperti pasar, pusat pertokoan, dan terminal. Zona ini meliputi
Kelurahan Rabadompu Utara, Kelurahan Dara, Kelurahan Paruga, Kelurahan
Kumbe, Kelurahan Sarae, Kelurahan Penaraga. Kelurahan Lampe, Oi Fo,o.
Kodo, Dodu, Lelamase dan Nungga Kecamatan Rasanae Timur.

Gambar 2. Peta penetapan zona prioritas


4.4 PERHITUNGAN KEBUTUHAN PRASARANA DAN SARANA PENGELOLAAN SAMPAH
4.4.1 Teknologi yang dipilih
1) Proyeksi Jumlah Penduduk Penduduk
Tabel 7. Proyeksi jumlah penduduk (jiwa) di kelurahan kecamatan mpunda (2019-2040)

Tahun kelurahan
manggemac monggona matakand
sambinae panggi mande sadia i o lewirato penatoi santi o
2019 1138 2285 2402 4420 1489 5559 1443 4347 1638 1880
2020 1328 2666 2802 5157 1737 6486 1684 5072 1911 2194
2021 1518 3047 3202 5893 1985 7413 1924 5796 2184 2507
2022 1707 3428 3602 6630 2234 8339 2165 6521 2457 2820
2023 1897 3808 4003 7367 2482 9266 2405 7245 2730 3134
2024 2087 4189 4403 8103 2730 10192 2646 7970 3003 3447
2025 2277 4570 4803 8840 2978 11119 2887 8694 3276 3760
2026 2466 4951 5203 9577 3226 12045 3127 9419 3549 4074
2027 2656 5332 5604 10313 3475 12972 3368 10143 3822 4387
2028 2846 5713 6004 11050 3723 13899 3608 10868 4095 4700
2029 3035 6093 6404 11786 3971 14825 3849 11592 4368 5014
2030 3225 6474 6804 12523 4219 15752 4089 12317 4641 5327
2031 3415 6855 7205 13260 4467 16678 4330 13041 4914 5641
2032 3604 7236 7605 13996 4715 17605 4570 13766 5187 5954
2033 3794 7617 8005 14733 4964 18531 4811 14490 5460 6267
2034 3984 7998 8405 15470 5212 19458 5051 15215 5733 6581
2035 4174 8378 8806 16206 5460 20385 5292 15939 6006 6894
2036 4363 8759 9206 16943 5708 21311 5533 16664 6279 7207
2037 4553 9140 9606 17680 5956 22238 5773 17388 6552 7521
2038 4743 9521 10006 18416 6205 23164 6014 18113 6825 7834
2039 4932 9902 10407 19153 6453 24091 6254 18837 7098 8147
10282,58
2040 5122 10807 19890 6701 25017 6495 19562 7371 8461
2
2) Proyeksi Timbulan Sampah

Tabel 8. Proyeksi timbulan sampah tahun 2020

Jumlah
Kelurahan Jumlah Penduduk(P0) Rata-Rata Volume Timbulan Sampah Hari Per Volume Timbulan Sampah
Tahun Sampah (V) (Vs)/Hari Tahun (Vs)/Thn
Sambinae 2020 1327,963636 2,5 3319,90909 365 1211766,818
Panggi 2020 2665,854545 2,5 6664,636363 365 2432592,272
Mande 2020 2801,781818 2,5 7004,454545 365 2556625,909
Sadia 2020 5156,581818 2,5 12891,45455 365 4705380,909
Manggemaci 2020 1737,272727 2,5 4343,181818 365 1585261,363
Monggonao 2020 6486,009091 2,5 16215,02273 365 5918483,296
Lewirato 2020 1683,818182 2,5 4209,545455 365 1536484,091
Penatoi 2020 5071,563636 2,5 12678,90909 365 4627801,818
Santi 2020 1911,127273 2,5 4777,818183 365 1743903,637
Matakando 2020 2193,545455 2,5 5483,863638 365 2001610,228
Tabel 9. Proyeksi timbulan sampah tahun 2025

rata-rata volume timbulan sampah jumlah hari volume timbulan sampah


kelurahan jumlah penduduk(P0)
tahun sampah (V) (Vs)/hari per tahun (Vs)/thn
Sambinae 2020 2276,509091 2,5 5691,272728 365 2077314,546
Panggi 2020 4570,036364 2,5 11425,09091 365 4170158,182
Mande 2020 4803,054545 2,5 12007,63636 365 4382787,272
Sadia 2020 5156,581818 2,5 12891,45455 365 4705380,909
Manggemaci 2020 2978,181818 2,5 7445,454545 365 2717590,909
Monggonao 2020 11118,87273 2,5 27797,18183 365 10145971,37
Lewirato 2020 2886,545455 2,5 7216,363638 365 2633972,728
Penatoi 2020 8694,109091 2,5 21735,27273 365 7933374,546
Santi 2020 3276,218182 2,5 8190,545455 365 2989549,091
Matakando 2020 3760,363636 2,5 9400,90909 365 3431331,818

Tabel 10. Proyeksi timbulan sampah tahun 2040

rata-rata volume timbulan sampah jumlah hari volume timbulan sampah


kelurahan jumlah penduduk(P0)
tahun sampah (V) (Vs)/hari per tahun (Vs)/thn
Sambinae 2020 10282,58182 2,5 25706,45455 365 9382855,911
Panggi 2020 10282,58182 2,5 25706,45455 365 9382855,911
Mande 2020 10806,87273 2,5 27017,18183 365 9861271,366
Sadia 2020 19889,67273 2,5 49724,18183 365 18149326,37
Manggemaci 2020 6700,909091 2,5 16752,27273 365 6114579,546
Monggonao 2020 25017,46364 2,5 62543,6591 365 22828435,57
Lewirato 2020 6494,727273 2,5 16236,81818 365 5926438,637
Penatoi 2020 19561,74545 2,5 48904,36362 365 17850092,72
Santi 2020 7371,490909 2,5 18428,72727 365 6726485,454
Matakando 2020 8460,818182 2,5 21152,04546 365 7720496,591
3) Perencanaan Pengumpulan Dan Pengangkutan
Perencanaan sarana dan prasarana pengumpulan dan pengangkutan
sampah ditentukanberdasarkan beberapa faktor, yaitu kebutuhan untuk
meningkatkan pelayanan dan juga peremajaan sarpras yang ada. Penentuan
jumlah kebutuhan untuk masing-masing pewadahan, pengumpul,
pengolahan, pengangkutan dan pemrosesan akhir sampah ditentukan oleh
jumlah penduduk (timbulan sampah) yang dilayani. Oleh karena itu,
jumlah timbulan yang rencanakan dalam analisis ini menggunakan
proyeksi timbulan yang didapat dari proyeksi penduduk hingga tahun
rencana yaitu 2040.
 Pewadahan
Wadah sampah individual (disumber) disediakan oleh setiap penghasil
sampah sendiri sedangkan wadah komunal dan pejalan kaki
disediakan oleh pengelola dan atau swasta. spesifikasi wadah
sedemikian rupa sehingga memudahkan operasionalnya, tidak
permanen dan higienis. Akan lebih baik apabila ada pemisahan wadah
untuk sampah basah dan sampah kering. Proses Pengosongan sampah
dari wadah individual dilakukan paling lama 2 hari sekali sedangkan
untuk wadah komunal harus dilakukan setiap hari.
 Pengumpulan
Pengumpulan sampah dari sumber dapat dilakukan secara
langsung dengan alat angkut (untuk sumber sampah besar atau
daerah yang memiliki kemiringan lahan cukup tinggi) atau tidak
langsung dengan menggunakan gerobak (untuk daerah teratur) dan
secara komunal oleh mayarakat sendiri (untuk daerah tidak teratur).
Penyapuan jalan diperlukan pada daerah pusat kota seperti ruas jalan
 Pemindahan
Pemindahan sampah dari alat pengumpul (gerobak) ke alat angkut
(truk) dilakukan di trasnfer depo atau container untuk meningkatkan
efisiensi pengangkutan. Lokasi pemindahan harus dekat dengan daerah
pelayanan atau radius ± 500 meter. Pemindahan skala kota ke stasiun
transfer diperlukan bila jarak ke lokasi TPA lebih besar dari 25 km.
protokol, pusat perdagangan, taman kota dan lain-lain.
 Pengangkutan
Pengangkutan secara langsung dari setiap sumber harus dibatasi pada
daerah pelayanan yang tidak memungkinkan cara operasi lainnya atau
pada daerah pelayanan tertentu berdasarkan pertimbangan keamanan
maupun estetika dengan memperhitungkan besarnya biaya operasi
yang harus dibayar oleh pengguna jasa. Dan Jenis truk yang digunakan
minimal dump truck yang memiliki kemampuan membongkar muatan
secara hidrolis, efisien dan cepat. Penggunaan arm roll truck dan
compactor truck harus mempertimbangkan kemampuan pemeliharaan.
 Pengolahan
Pengolahan sampah dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah
yang harus dibuang ke TPA serta meningkatkan efisiensi
penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Teknologi
pengolahan sampah dapat dilakukan melalui pembuatan kompos,
pembakaran sampah secara aman (bebas COx, SOx, NOx dan dioxin),
pemanfaatan gas metan dan daur ulang sampah. Khusus pemanfaatana
gas metan TPA (landfill gas), dapat masuk dalam CDM (clean
developmant mechanism) karena secara significan dapat mengurangi
emisi gas rumah kaca yang berpengaruh pada iklim global.
 Pemrosesan akhir
Pemilihan lokasi TPA mengacu pada SNI 03-3241-1994 tentang Tata
Cara Pemilihan Lokasi TPA. Agar keberadaan TPA tidak mencemari
lingkungan, maka jarak TPA ke badan air penerima > 100m, ke
perumahan terdekat > 500 m, ke airport 1500 m (untuk pesawat
propeler) dan 3000 m (untuk pesawat jet). Selain itu muka air tanah
harus > 4 m, jenis tanah lempung dengan nilai K < 10-6 cm/det.
4) Pengaturan
Dasar hukum yang digunakan adalah :
 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
 Peraturan Kementrian Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan
Persampahan (KSNP-SPP);
 Peraturan Kementrian Lingkungan Hidup Nomor 1 tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura;
 Peraturan Kementrian Pekerjaan Umum Nomor 1/PRT/M/2014
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang;
 Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 3 Tahun 2018 Tentang
Pengelolaan Sampah
5) Kelembagaan
Kota Bima termasuk kota sedang sehingga organisasi oleh Dinas
Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman
6) Keuangan
Pembiayaan diatur dalam Perda Kota Bima Nomor 11 Tahun 2004,
tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan. Namun alokasi
penganggaran terkait pengelolaan sampah dalam APBD masih relatif
minim disebabkan keterbatasan dana.
4.4.2 Peran serta masyarakat
Mayoritas masyarakat belum mengetahui cara mengelola sampah dengan
baik. Masyarakat juga belum sepenuhnya melakukan pengolahan sampah,
walaupun ada kelompok masyarakat melaksanakan pengomposan, namun
belum maksimal. Dilain pihak tidak adanya ketertarikan dari dunia
usaha/swasta untuk berinvestasi.
4.5 RENCANA PROGRAM
4.5.1 Jangka pendek
Tahap ini merupakan tahap mendesak untuk segera melaksanakan
penyempurnaan sistem pengelolaan sampah sesuai dengan perencanaan.
Pelayanan masih diutamakan pada pemukiman dan daerah komersial.
Daerah pelayanan mulai dikembangkan sesuai rencana pengembangan
kota. Peningkatan kapasitas pelayanan terhadap kawasan prioritas,
Hampir diseluruh Kelurahan yang ada di kecamatan Mpunda. Program-
program mendesak meliputi beberapa hal penting yaitu :
a. Program peningkatan sarana dan SDM petugas lapangan
Jumlah sarana dan prasarana persampahan saat ini masih dianggap
belum cukup untuk malayani seluruh wilayah kecamatan Mpunda.
Disamping peningkatan sarana SDM petugas lapangan juga perlu
mendapat perhatian. Oleh karena itu beberapa kegiatan sebagai
berikut :
 Perawatan rutin sarana dan prasarana penunjang
 Penambahan jumlah kendaraan roda tiga dan tenaga operasional
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan persampahan mengingat
saat ini
 Pengadaan truck sampah dan tenaga operasional disetiap kelurahan
yang ada di kecamatan Mpunda
 Pengadaan tong sampah dorong untuk petugas penyapu jalan, saat
ini petugas penyapu jalan tidak dilengkapi dengan tong sampah
sehingga sampah hasil penyapuan dibuang ke saluran drainase
pinggir jalan karena truck pengangkut sampah baru beroperasi pagi
hari
 Pengadaan tong pemilah sampah organik dan non organik di
tempat umum
 Pengadaan Container dianggap perlu mengingat jumlah Container
yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Pekanbaru saat ini hanya
beberapa unit saja sehingga untuk memaksimalkan pelayanan
khususnya di tempat – tempat umum DKP melakukan rolling
penempatan Container
 Pelatihan pengelolaan persampahan bagi aparatur pengelola
persampahan.
 Pengadaan Armroll truck dan tenaga operasional direncanakan
sebagai penunjang pengadaan Container
 Pembangutan unit landasan Container
b. Program Peningkatan Peran Masyarakat, Swasta dan Lembaga
Pendidikan Dasar
Program peningkatan peran masyarakat dan lembaga pendidikan dasar
dianggap sangat sangat penting dijadikan suatu program prioritas
dalam pengembangan pengelolaan persampahan.
 Lomba Kelurahan/desa Bersih dan Sehat
 Sosialisasi dan kampanye pengelolaan sampah di tingkat sekolah
dasar
 Pembuatan papan himbauan
 Pembuatan poster himbauan
 Lomba Sekolah Bersih dan Sehat direncankan sebagai tindak lanjut
dari kegiatan sosialisasi dan kampanye pengolahan sampah
ditingkat sekolah dasar
4.5.2 Jangka menengah
Pada tahap ini diharapkan telah ada perubahan sistem pengelolaan sampah
yang didukung oleh ketersediaan peralatan, tenaga dan kelembagaan.
Dengan penerapan sistem seperti arahan diatas diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan.
4.5.3 Jangka panjang
Untuk mengoftimalkan pelayanan persampahan di Kecamatan Mpunda
yang luas maka jumlah sarana dan prasarana persampahan saat ini masih
dianggap belum cukup untuk malayani seluruh wilayah Kecamatan
Mpunda . disamping peningkatansarana SDM petugas lapangan juga perlu
mendapat perhatian. Oleh karena itu beberapa kegiatan sebagai berikut :
 Pembangunan Transfer Depo dianggap perlu karena saat ini sampah
dari kendaraan roda tiga dialihkan ke truck sampah, dalam proses
pemindahan tersebut banyak tercecer sampah karena pemindahan
dilakukan dengan cara manual. Dengan adanya tranfer defo diharapkan
tidak ada lagi ceceran sampah yang terbuang saat pemindahan dari
kendaraan roda tiga ke truck sampah.
 Pembangunan Stasiun Peralihan Antara (SPA). Lokasi dibangunnya
SPA.

Anda mungkin juga menyukai