LATAR BELAKANG
Kondisi sanitasi tersebut sangat berkaitan dengan angka bibit penyakit berbasis
lingkungan yang menular diantaranya penyakit kulit. Kulit merupakan bagian tubuh manusia
yang cukup sensitif terhadap berbagai macam penyakit. Penyakit kulit bisa disebabkan oleh
banyak factor, diantaranya, faktor lingkungan dan kebiasaan hidup sehari hari. Lingkungan
yang sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya,
lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit (Faulkner,
2008). Menurut Dwi (2008), penyakit yang dapat berkembang pada keadaan lingkungan yang
padat penduduk dan personal hygiene yang buruk antara lain; diare, disentri, penyakit
cacingan, poliomyelitis, hepatitis A, kolera, thypoid, leptospirosis, malaria, Demam Berdarah
Dengue (DBD), dan skabies.
Laporan Pendahuluan I -1
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya
pengendalian terhadap seluruh faktor - faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan
suatu kerusakan atau terganggunya perkembangan dan kesehatan manusia baik fisik, mental
maupun sosial serta kelangsungan kehidupan manusia dalam lingkungan. Upaya
pengendalian tersebut dapat dilakukan melalui pembangunan dan penyediaan prasarana dan
sarana sanitasi seperti penyediaan air minum, penyaluran dan pengolahan air limbah,
pengelolaan persampahan dan drainase lingkungan.
Ada banyak masalah lingkungan di Kabupaten Probolinggo, sanitasi yang kurang baik,
dan sampah yang tidak terkelola dengan baik menjadi ancaman yang serius yang merusak
lingkungan disekitar, hal ini ditambah lagi dengan kesadaran dan perilaku warga masyarakat
yang kurang peduli. Pengelolaan air limbah di Kabupaten Probolinggo belum sepenuhnya
berjalan optimal. Terlihat dengan masih banyaknya masyarakat yang melakukan praktek
Buang Air Besar Sembarangan (BABs). Pemerintah kabupaten juga belum memiliki sarana
dan prasarana pendukung pengolahan lumpur tinja IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja). Masyarakat Probolinggo biasanya memakai jasa sedot tinja swasta yang pembuangan
lumpurnya “terkadang” di buang di IPLT dan ada yang di buang kelaut / kali.
Oleh karena diperlukan suatu kebijakan strategis dengan sistem pengolahan air
limbah sehingga dirasa perlu untuk melakukan kegiatan Fasilitasi Penyusunan Outline Plan
dan DED Air Limbah di Kabupaten Probolinggo.
Maksud dari pekerjaan “Penyusunan Outline Plan dan DED Air Limbah Kabupaten
Probolinggo” adalah adalah mewujudkan lingkungan perumahan dan permukiman yang
layak, sehat, bersih, aman dan serasi dengan lingkungan sekitarnya dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup, sedangkan tujuannya adalah :
menyusun Outline Plan Air Limbah yang komprehensif, efektif dan efisien dan telah
mempertimbangkan berbagai aspek, baik teknis, sosial/ekonomi, finansial dan
aspek legal kelembagaan;
menyusun Detail Engeenering Design (DED) prasarana dan sarana pengelolaan air
limbah untuk lokasi terpilih.
Laporan Pendahuluan I -2
1.3. TANGGAPAN TERHADAP LINGKUP KEGIATAN
Lingkup kegiatan Penyusunan Outline Plan dan DED Air Limbah Kabupaten
Probolinggo berada di Kabupaten Probolinggo dilaksanakan dengan perincian kegiatan
sebagai berikut:
RTRW
Peta
Data Pendukung
Study EHRA, SSK, dan MPSS
Peraturan – peraturan
Data – data lain yang diperlukan
Survey untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat tentang aspek topografi,
demografi dan rencana pengembangan wilayah serta produk hukum yang berkaitan
dengan pengelolaan air limbah;
Melakukan survey buangan limbah penduduk, rata-rata buangan, debit buangan per
kawasan, dan sarana prasarana pengelolaan air limbah;
Melakukan survey sosial-ekonomi untuk mengetahui jumlah penduduk, kondisi
sosial ekonomi, kebiasaan, persepsi dan keinginan masyarakat termasuk identifikasi
jenis kontribusi masyarakat dan tingkat kemampuan
masyarakat;
Sampling dan analisa kualitas air pada badan air di wilayah studi;
Sampling dan analisa kualitas air untuk keperluan DED. Lingkup Wilayah Kajian
Laporan Pendahuluan I -3
Kondisi sosial ekonomi dan demografi
Kemampuan dan kemauan masyarakat untuk membayar (willingness and
affordability to pay) serta kapasitas fiscal kab. Probolinggo (hal ini penting
untuk kepentingan pembiayaan proyek, jika harus dibiayai loan)
Mengkaji volume buangan limbah rumah tangga baik berasal dari WC (black water)
maupun dari kamar mandi, tempat cuci dan dapur (grey water).
Prasarana dan sarana air limbah yang ada.
Kelembagaanpengelola air limbahsaatini dan rencanakedepan.
Memetakan secara rinci kondisi fisik lingkungan,
Profil kesehatan masyarakat saat ini, dan kondisi sanitasi (peta sanitasi).
Laporan Pendahuluan I -4
Menyusun rencana anggaran biaya yang diperlukan setiap tahapan pembangunan
dan Bill of Quantity yang diperlukan untuk konstruksi,
Membuat peta kontur dengan interval 5 m dan melakukan pengukuran topografi,
long section, dan cross section serta jalur pipa collector menuju IPAL.
Melakukan Feasibility Study (FS)
Melakukan sosialisasi terhadap masyarakat tentang rencana pengelolaan air
limbah dan rencana pembebasan lahan (jika diperlukan).
Melakukan kajian ekonomi dan finansial terhadap rencana pengelolaan air
limbah.
Melakukan kajian output dan outcome
Berdasarkan rencana anggaran biaya dan Bill of Quantity yang diperlukan
untuk konstruksi, dilakukan analisa cost recovery, finansial dan analisa tarif
yang layak,
Menyusun pentahapan program pembangunan sesuai dengan tingkat kebutuhan
hingga 20 tahun mendatang:
Mendesak (tahunan)
Jangka menengah (5 tahunan)
Jangka Panjang (20 tahun)
h. Menyusun Draft Materi Sosialisai dan Pemberdayaan sesuai kebutuhan Outline Plan.
i. Menyusun DED sistem pengolahan air limbah pada lokasi Strategis terpilih
Laporan Pendahuluan I -5
Menyusun SOP yaitu ketersedian pedoman, petunjuk, panduan, dan spesifikasi
teknis yang berkaitan dengan operasi dan pemeliharaan serta pengelolaan sistem.
j. Mengikuti Pembahasan di Provinsi dan Daerah serta konsinyasi di pusat yang diadakan
oleh Direktorat Pengembangan PLP, Direktorat Jenderal Cipta Karya
Laporan Pendahuluan I -6
1.3.3 Iklim dan Hidrologi
Pada umumnya musim kemarau jatuh pada bulan April hingga bulan Oktober,
sedangkan musim hujan terjadi antara bulan Oktober hingga bulan April. Jika dilihat
dari posisi geografis, Kabupaten Probolinggo terletak antara wilayah pegunungan dan
wilayah pesisir, karena itu pada masa peralihan musim terjadi angin kencang yang bertiup
dari Tenggara ke arah Barat Laut dan bersifat kering.
Curah hujan yang cukup tinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan Maret.
Curah hujan selama tahun 2006 berkisar antara 800–1.500 mm untuk dataran rendah,
dan berkisar 1.500–2.650 mm untuk dataran tinggi dengan rata-rata intensitas hujan
sebesar 22.226 mm/hari. Jumlah curah hujan rata-rata dalam setahun di Kabupaten
Probolinggo sebesar 1,713 mm/tahun dengan hari hujan rata-rata 75.41 hari. Suhu udara
di Kabupaten Probolinggo beragam, rata-rata antara 27oC - 32oC pada bagian Utara,
sedangkan di wilayah pegunungan Argopuro dan Tengger, yaitu di Kecamatan Tiris, Krucil,
Sumber dan Sukapura suhu udaranya berkisar antara 5oC- 15oC.
Di wilayah Kabupaten Probolinggo, terdapat 25 buah sungai besar dan kecil yang
mengalir dan mengairi wilayah Kabupaten Probolinggo. Sungai terpanjang adalah
Rondoningo 95,2 Km, sedangkan sungai terpendek adalah Afour Bujel 2 Km. Hulu sungai-
sungai tersebut kebanyakan berada di bagian tengah maupun selatan wilayah Kabupaten
Probolinggo (yang merupakan daerah agak tinggi dan banyak terdapat hutan) dan bermuara
di Selat Madura. Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Probolinggo sebagian besar
digunakan untuk irigasi di samping untuk industri, air minum dan mandi cuci.
Dari jenis tanah yang ada, Kabupaten Probolinggo mempunyai jenis tanah yang
didominasi oleh jenis tanah latosol, yaitu sebesar 31,6 % kemudian diikuti oleh jenis tanah
andosol (22,1%), grumusol (15,9%), aluvial (11,3%), mediteran (10,9%), dan regosol (8,2%).
Persebaran jenis tanah yang ada di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat tabel di
Laporan Pendahuluan I -7
bawah. Luas jenis tanah latosol yang paling luas terdapat di Kecamatan Tiris, andosol di
Kecamatan Krucil, dan grumusol di Kecamatan Lumbang. aluvial di Kecamatan Gending dan
tanah regosol di Kecamatan Maron. Sedangkan untuk jenis tanah mediteran tersebar di
sedikit kecamatan, yang paling luas terdapat di Kecamatan Tongas.
1.3.5 Demografi
Laporan Pendahuluan I -8
Tabel 1.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Probolinggo Tahun 2010
Laporan Pendahuluan I -9
Laporan Pendahuluan I -10
1.4. LANDASAN HUKUM
Peraturan Pemerintah
Kajian Risiko Kesehatan Lingkungan atau sering disebut EHRA (Environmental Health
Risk Assesment)
Strategi Sanitasi Kota (SSK)
Buku Putih Sanitasi (BPS)
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan, berisi tentang maksud dan tujuan, ruang lingkup kegiatan serta sistematika
penulisan dari Outline Plan dan DED Air Limbah Kabupaten Probolinggo.
Pada bab ini berisi tentang visi dan misi pengelolaan air limbah, konsep dan periode
perencanaan IPAL serta kriteria perencanaan pengelolaan air limbah.
Pada bab ini membahas mengenai inventarisasi dan identifikasi pengelolaan air limbah,
pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder serta metode pengelolaan data.
Pada bab IV berisi mengenai rencana staff scheduling, tugas dan tanggung jawab tenaga ahli,
jadwal pelaksanaan pekerjaan, jadwal kerja personil dan sistematika pelaporan
Bab ini akan membahas tahapan dalam pembuatan laporan yang meilputi laporan
pendahuluan, laporan interim dan laporan akhir pekerjaan outline plan dan DED air limbah
Kabupaten Probolinggo..