Anda di halaman 1dari 38

BAB E

Pedekatan dan Metodologi

E.1 UMUM
Hasil penyusunan Rencana Induk Air Limbah dan DED IPLT Kota Kediri akan sangat

dipengaruhi dan tergantung dari data dan informasi yang dikumpulkan, sehingga metode

yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah metode analisa, evaluasi dan

penyusunan usulan pengembangan berdasarkan data-data dan informasi yang berhasil

dikumpulkan.

Pengumpulan dan verifikasi data yang dilanjutkan dengan analisa dan evaluasi

serta kajian menyeluruh dalam rangka penyusunan pekerjaan ini akan dilakukan dengan

tahap demi tahap sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang optimal dan

dapat memenuhi keinginan semua pihak.

E.2 Pendekatan Terhadap Lingkup Pekerjaan


Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), lingkup pekerjaan “Penyusunan

Rencana Induk Air Limbah dan DE IPLT Kota Kediri” meliputi kegiatan-kegiatan sebagai

berikut :

1. Melakukan pengumpulan dan identifikasi data

a) Klarifikasi situasi dan kondisi saat ini pada lokasi studi dan mengidentifikasi

permasalahan yang timbul pada sektor pengelolaan air limbah.

b) Berikut adalah inventarisasi data existing yang akan dikumpulkan dan

dianalisis:

a. RTRW

b. Peta

c. Data Pendukung

d. Studi SLHD, EHRA, SSK, Buku Putih Sanitasi

e. Data kesehatan masyarakat

f. Peraturan-peraturan

E -1
g. Data-data yang diperoleh dari penyusunan master plan

2. Melakukan Survei

a. Survei dilakukan guna memperoleh data yang lengkap dan akurat tentang

aspek topografi, demografi dan recana penembangan wilayah serta produk-

produk hukum yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah.

b. Melakukan survey buangan limbah penduduk, rata-rata buangan, debit

buangan per kawasan, dan sarana prasarana pengelolaan air limbah.

c. Melakukan survey sosial-ekonomi untuk mengetahui jumlah penduduk,

kondisi sosial ekonomi, kebiasaan, persepsi dan keinginan masyarakat

termasuk identifikasi jenis kontribusi masyarakat dan tingkat kemampuan

masyarakat.

3. Melakukan konsultasi dengan pihak Pemerintah dan masyarakat Kota Kediri.

4. Melakukan kajian terhadap:

a. Hasil studi sanitasi yang sudah dilakukan terdahulu

b. Rencana Umum Tata Ruang Kota Kediri

c. Peraturan-peraturan yang berlaku yang berkaitan dengan air limbah dan

sanitasi.

d. Kondisi sosial ekonomi dan demografi

e. Kemampuan dan kemauan masyarakat untuk membayar ( willingness and

affordability to pay ) serta kapasitas fiscal Kota Kediri (hal ini penting untuk
kepentingan pembiayaan proyek, jika harus dibiayai loan)

1. Mengkaji Pengelolaan Air Limbah Eksisting dengan memperhatikan aspek teknis,

aspek kelembagaan, aspek legalitas, aspek finansial dan aspek Peran serta masyarakat.

Secara detail dapat dirinci sebagai berikut;

a. Mengkaji volume buangan limbah rumah tangga baik berasal dari WC

(black water) maupun dari kamar mandi, tempat cuci dan dapur (grey water).

b. Prasarana dan sarana air limbah yang ada.

c. Kelembagaan pengelola air limbah saat ini dan rencana kedepan.

d. Memetakan secara rinci kondisi fisik lingkungan, profil kesehatan masyarakat

saat ini, dan kondisi sanitasi (peta sanitasi).

E -2
e. Pembiayaan dalam rangka pengolaan air limbah.

f. Mengkaji produk hukum yang berakaitan dengan air limbah di Kota Kediri.

2. Menyusun Rencana Induk pengelolaan air limbah hingga 20 tahun mendatang hinggá

20 tahun mendatang. Rencana Induk Pengelolaan Air Limbah dengan mengkaji

aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek legalitas, aspek finansial dan aspek Peran serta

masyarakat, termasuk di dalamnya:

a. Membuat proyeksi hingga 20 tahun mendatang volume buangan limbah

rumah tangga baik berasal dari WC (black water) maupun dari kamar mandi,

tempat cuci dan dapur (grey water). Proyeksi berdasarkan hasil survey dan hasil

perhitungan produksi air limbah dari proyeksi jumlah penduduk.

b. Menyusun alternatif sistem pengelolaan air limbah secara umum di Kota Kediri

berdasarkan RUTK, (sistem cluster, sistem terpusat dll).

c. Merumuskan perencanaan pengolaan air limbah sesuai dengan proyeksi

perencanaan kedepan:

o Mengarah kepada sistim pengelolaan air limbah domestik setempat

(SPALD-S), dan/atau

o Mengarah kepada sistim pengelolaan air limbah domestik terpusat.

(SPALD-T)

d. Menyusun kebutuhan prasarana dan sarana air limbah berdasarkan kondisi

sosial ekonomi masyarakat.

e. Mendapatkan informasi ekonomi makro, dan identifikasi pembatasan dan

kendala ekonomi,

f. Mengkaji kapasitas dan kemampuan institusi pengelola, SDM yang ada serta

perangkat-perangkat peraturan/produk hukum yang ada untuk mendukung

pengelolaan air limbah yang sesuai.

g. Memberikan rekomendasi terkait dengan kebutuhan produk hukum yang

diperlukan

h. dalam pengelolaan air limbah di Kota Kediri.

i. Menyusun program perencanaan peningkatan peran serta masyarakat dalam

pengelolaan air limbah.

E -3
j. Menyusun pentahapan program pembangunan sesuai dengan tingkat

kebutuhan hingga 20 tahun mendatang:

o Mendesak (tahunan)

o Jangka menengah (5 tahunan)

o Jangka Panjang (20 tahun)

k. Menyusun rencana kebutuhan anggaran biaya yang diperlukan setiap tahapan

pembangunan yang diperlukan untuk konstruksi,

l. Melakukan Feasibility Study (FS), bagi perencanaan mendesak

o Melakukan sosialisasi terhadap masyarakat tentang rencana

pengelolaan air limbah dan rencana pembebasan lahan (jika

diperlukan).

o Melakukan kajian ekonomi dan finansial terhadap rencana

pengelolaan air limbah.

o Melakukan kajian output dan outcome

o Berdasarkan rencana anggaran biaya dan Bill of Quantity yang

diperlukan untuk konstruksi, dilakukan analisa cost recovery,


finansial dan analisa tarif yang layak,

3. Menyusun DED sistem pengolahan air limbah pada lokasi Strategis terpilih.

a. Membuat perhitungan mendetail sistem pengelolaan air limbah

termasuk di dalamnya prasarana dan sarana sesuai dengan kebutuhan

pada rencana induk.

b. Malakukan pengukuran topografi, jarak tiap 5 meter.

c. Melakukan uji kualitas air untuk kebutuhan DED IPLT.

d. Melakukan tes tanah terhadap lokasi bangunan pasarana dan sarana

pengolahan air limbah ( terutama lokasi IPLT).

e. Mendisain sarana dan prasarana air limbah yang diperlukan.

f. Merekomendasikan peralatan untuk operasi dan pemeliharaan PS air limbah.

g. Menyusun spesifikasi teknis dan rencana anggaran biaya untuk PS air limbah

termasuk segala peralatan yang diperlukan.

h. Menyusun rencana kerja dan syarat-syarat album gambar dalam ukuran A1,

E -4
A2, dan A3 sesuai dengan kebutuhan.

i. Menyusun SOP yaitu ketersedian pedoman, petunjuk, panduan, dan

spesifikasi teknis yang berkaitan dengan operasi dan pemeliharaan serta

pengelolaan sistem.

o Menyusun rencana pelayanan lumpur tinja terjadwal (LLTT)

o Menyusun rencana pembiayaan operasional IPLT per bulan sehingga

dapat diketahui tiap tahunnya.

o Menyusun rekomendasi manajemen pengelolaan IPLT yang meliputi:

 Organisasi Pengelola;

 Tata kelola IPLT;

j. Melaksanakan pembahasan dan asistensi dengan pihak Satker Balai PPW

Jawa Timur. Malaksanakan Seminar awal dan seminar akhir di daerah.

Melaksanakan kegiatan sosiasilasi dan asistensi di daerah. Mengikuti konsinyasi

di pusat yang diadakan oleh Direktorat Pengembangan PLP, Direktorat

Jenderal Cipta Karya.


E.3 METODOLOGI
Dalam melaksanakan “Penyusunan Rencana Induk Air Limbah dan DED IPLT Kota

Kediri” perlu ditunjang oleh metodologi pelaksanaan secara rinci dan sistematis guna

memperoleh hasil pekerjaan yang memenuhi sasaran sesuai dengan syarat-syarat yang

ditetapkan pihak Pengguna Jasa.

Berdasarkan pada permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, maka

Pendekatan dalam penelitian ini bersifat:

Normatif: menguraikan suatu kondisi yang seharusnya menurut pedoman ideal

serta norma-norma tertentu. Acuan dari norma/pedoman berupa standar-

standar, landasan hukum, serta batasan-batasan yang dikeluarkan oleh suatu

instansi.

Komparatif: membandingkan antara berbagai permasalahan serta keadaan

dilapangan dengan menemukan karakteristik utama dalam permasalahan

pengelolaan air limbah.

E -5
Deskriptif eksploratif: memberikan gambaran, penjelasan yang disertai dengan

penggalian secara luas tentang pengertian atau makna keadaan atau kondisi

pengelolaan limbah cair di Kota Kediri.

Penjelasan metodologi pelaksanaan yang akan dilakukan dari masing-masing

kegiatan tersebut diatas disampaikan pada uraian berikut :


E.3.1 Metodologi Penyusunan Rencana Induk Air Limbah
Untuk menyusun rencana induk air limbah beberapa kegiatan yang harus

dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan data sekunder, sumber data dan

penanggung jawab, mengumpulkan seluruh data sekunder yang diperlukan untuk

menyusun deskripsi wilayah, profil sistem pengolahan air limbah dan penentuan awal

area berisiko, serta menyiapkan dan menyusun deskripsi wilayah. Sumber data sekunder

yang digunakan dapat berasal dari berbagai dokumen perencanaan baik dari

Provinsi/Kota maupun hasil studi oleh Universitas/LSM. Dokumen-dokumen ini

diantaranya adalah RTRW, RPJPD, RPJMD, Renstra, RKPD, RPJIM, dokumen realisasi

APBD, dokumen komponen Masterplan SPAL.

Gambar E. 1 Tahap-Tahap Penyusunan Rencana Induk Air Limbah

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan Rencana Induk Air Limbah

yaitu:

1. Penyamaan Persepsi dan Paradigma

Penyamaan Persepsi dan Paradigma adalah tahapan pertama para pihak

terkait dalam rangka penyusunan Rencan Induk Air Limbah Pemerintah Kota

Kediri.

Proses ini perlu dibangun untuk memastikan adanya kesepahaman dan

kesamaan persepsi di antara para pihak mengenai manfaat adanya Studi

E -6
Kelayakan SPAL, yang menjadi dasar pertimbangan kelayakan

pengembangan SPAL Kota Besar/Metropolitan.

2. Penyiapan Konsep dan kriteria penyusunan rencana induk

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam penyiapan konsep penyusunan

rencana induk SPAL yaitu: menetapkan visi dan misi SPAL, penetapan

konsep penyusunan san periode perencanaan SPAL serta menetapkan

beberapa kriteria perencanaan dan standar pelayanan air limbah yang

disesuaikan dengan kondisi Kota Kediri. Selin itu juga perlu dilakukan

penetapan batas wilayah-wilayah yang perlu dilakukan survei serta

menganalisis keterpaduan perencanaan SPAL dengan sektor sanitasi lain.

3. Deskripsi daerah perencanaan

Data yang diperlukan dalam penyusunan Rencana Induk SPAL sangat

beragam dan sumbernya dapat berasal dari berbagai instansi. Data-data

yang dikumpulkan berisi semua data baik primer maupun sekunder yang

berhubungan dengan penyusunan Rencana Induk SPAL, data tersebut

adalah:

Data kondisi Kota Kediri, meliputi:

i. Deskripsi daerah rencana yang berisi tentang letak daerah rencana

secara geografis dan batas-batas Kota Kediri

ii. Kondisi Fisik Kota Kediri dengan kebutuhan data berupa: data

topografi, iklim, sungai dan rencana pengelolaan SDA, permeabilitas

tanah, air tanha dan geologi.

iii. Tata ruang yang berisi tetang penggunaan lahan, RUTRK, dan peta

penggunaan lahan untuk sarana umum.

iv. Kependudukan, yang merupakan identifikasi kependudukan saat ini,

proyeksi penduduk.

v. Prasarana Kota yang terkait, diantaranya: sarana air minum, sampah

dan drainase kota.

vi. Kondisi Sosial Ekonomi masyarakat berupa: pendapatan dan sumber

mata pencaharian, kepemilikan rumah, dan lain-lain.

E -7
vii. Tingkat kesehatan penduduk.

4. Data kondisi eksisting SPAL, baik data teknis maupun data non teknis.

5. Perumusan analisis kondisi sistem pengolahan air limbah yang berisi tetang

analisis gambaran pelayanan SKPD, review kebijakan dan strategi nasional

pengembangan SPAL, penelaahan tentang RTRW, mempelajari hasil Studi

EHRW dan perumusan isu strategis

6. Strategi Pengembangan Sistem pengelolaan air limbah, dimana pada tahap

ini dilaksanakan penetapan strategi pengembangan SPAL dengan cara

memahami isu strategis dan permasalahan mendesak yang terjadi di Kota

Kediri, melakukan identifikasi permasalahan mendesak, baik dari aspek

kelembagaan, aspek teknis dan lingkungan, aspek pembiayaan, aspek

peraturan perundangan, dan aspek peran serta masyarakat dan swasta serta

aspek sosial ekonomi untuk kemudian dilakukan diskusi guna menetapkan

rumusan strategi pengembangan SPAL.

7. Penyusunan rencana program dan pelaksanaan kegiatan. Pada kegiatan ini

perlu untuk merumuskan zona prioritas pelayanan air limbah, rumusan

program pengembangan SPAL yang perlu dilakukan, rumusan tahapan

kegiatan untuk masing-masing pengembangan SPAL, rumuskan jadwal

pelaksanaan, dan biaya.

8. Finalisasi rencana induk

Finalisasi rencana induk yaitu membangun pemahaman dan persepsi yang

dama pada pihak yang terkait tentang dokumen rencana induk yang

disusun.

E -8
Gambar E. 2 Metodologi Penyusunan Rencana Induk Air Limbah

E.3.2 Metodologi Penyusunan FS


Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan Studi Kelayakan SPAL yaitu:

1. Melakukan Penyamaan Persepsi dan Paradigma

Proses ini perlu dibangun untuk memastikan adanya kesepahaman dan

kesamaan persepsi di antara para pihak mengenai manfaat adanya Studi

Kelayakan SPAL,yang menjadi dasar pertimbangan kelayakan

pengembangan Kota Kediri.

2. Membuat gambaran umum kota perencanaan

Dalam hal ini berisi tentang penjelasan kondisi daerah perencanaan serta

kondisi terkini SPAL.

3. Memberi penjelasan tentang garis besar rencana pengembangan SPAL

pada Zona Prioritas

E -9
Pada bagian ini berisikan penjelasan mengenai rencana pengembangan

SPAL yang akan dibangun pada Zona Prioritas, sesuai dengan yang telah

direncanakan dalam Rencana Induk SPAL.

4. Membuat kajian kelayakan teknis SPAL

Studi kelayakan ditinjau dari aspek teknis meliputi aspek kemudahan dan

kehandalan konstruksi, kualitas bahan yang baik, kemudahan operasi dan

pemeliharaan, kemudahan suku cadang, jaminan kinerja alat/bahan sesuai

spesifikasi teknis.

5. Membuat kajian lingkungan

Ruang lingkup kajian lingkungan yang perlu dilaksanakan pada rencana

Pengembangan SPAL adalah pelaksanaan Analisis Dampak Lingkungan

(ANDAL) yang merupakan telaahan secara cermat dan mendalam tentang

dampak penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

6. Membuat kajian sosial, kelembagaan dan pengaturan spal

Pada bagian ini perlu dirumuskan berbagai kriteria perencanaan, serta

mendeskripsikan masing-masing subkriteria dari berbagai kriteria yang

meliputi kriteria, kajian sosial, kajian pengaturan dan kajian kelembagaan.

7. Membuat kajian kelayakan ekonomi dan finansial

Pengkajian kelayakan ekonomi ditentukan dengan cara analisis ekonomi

untuk mengidentifikasi manfaat terbesar yang diterima oleh masyarakat

terutama dalam mendorong peningkatan kesehatan dan produktivitas

masyarakat.

Pengkajian kelayakan keuangan ditentukan untuk mendapatkan

keuntungan keuangan terbaik bagi penyelenggara dalam jangka waktu

tertentu. Sasaran dari analisa keuangan ini untuk mengetahui apakah

kegiatan yang akan dilaksanakan ini dari segi keuangan dinilai layak, dalam

arti mempunyai dana yang cukup untuk membiayai pengoperasian seluruh

fasilitas yang ada, dan dapat membayar kembali seluruh pinjaman beserta

bunganya bila menggunakan dana pinjaman.

E -10
8. Rekapitulasi studi kelayakan

Bagian ini merupakan bagian kesimpulan dari studi kelayakan, akan

memberikan gambaran dari 5 sudut pandang, yaitu hasil analisis teknis,

analisis lingkungan, analisis sosial, analisis kelembagaan, analisis

pengaturan dan analisis ekonomi dan keuangan.

9. terhadap pelaksanaan proyek.

10. Rencana pelaksanaan

Pada bagian ini berisikan tentang tata cara rencana pelaksanaan seperti

menyusun komponen kegiatan, menyusun tahapan pelaksanaan dan

menyusun jadwal pelaksanaan proyek.

Gambar E. 3 Bagan Proses Penentuan Kelayakan Proyek Pengembangan SPAL

E -11
E.3.3 Metodologi Penyusunan DED
Beberapa tahapan yang perlu dilaksanakan dalam perencanaan rinci bangunan

pengolahan lumpur tinja, seperti tercantum pada Gambar E.4, meliputi:

a. Mempersiapkan rangkaian pengolahan lumpur tinja yang akan

diterapkan pada IPLT yang direncanakan;

Rangkaian pengolahan lumpur tinja yang akan dirincikan

merupakan rangkaian yang telah dipertimbangkan dapat

diterapkan di lokasi perencanaan berdasarkan tahap pra-desain.

b. Merencanakan dimensi, volume, dan beban pada setiap bangunan

pengolahan lumpur tinja;

Perencanaan dimensi, volume, dan beban dapat ditentukan

dengan menggunakan Buku A tentang Panduan Perhitungan Rinci

Bangunan Pengolahan Lumpur Tinja.

c. Merencanakan unit operasi dan unit proses pada setiap bangunan

pengolahan lumpur tinja;

Perencanaan unit operasi dan unit proses pada bangunan

pengolahan lumpur tinja untuk mengetahui penyisihan beban

organik yang terjadi pada tiap bangunan pengolahan.

d. Menyiapkan gambar neraca massa pengolahan beban organik

pada bangunan-bangunan pengolahan di IPLT;

Persiapkan gambar neraca massa pengolahan beban organik

pada bangunan pengolahan di IPLT untuk menggambarkan

penyisihan beban organik yang terjadi pada seluruh rangkaian

bangunan pengolahan lumpur tinja.

e. Menyiapkan gambar profil hidrolis pada bangunan-bangunan

pengolahan di IPLT; dan

f. Merencanakan detail instrumen mekanikal, elektrikal, dan saluran

bangunan pengolahan lumpur tinja sesuai dengan perencanaan,

yang meliputi:

i. Perencanaan dimensi saluran;

E -12
ii. Perencanaan katup dan aksesoris yang dibutuhkan;

iii. Perencanaan spesifikasi aerator (bila dibutuhkan) dan

penjelasan jadwal pengoperasian aerator sesuai dengan

perencanaan teknis proses pengolahan lumpur tinja;

iv. Perencanaan spesifikasi pompa (bila dibutuhkan) dan

penjelasan jadwal pengoperasian pompa sesuai dengan

perencanaan teknis proses pengolahan lumpur tinja;

v. Perencanaan kebutuhan pelimpah, alat pengukur debit,

baffle, dan lainnya yang dibutuhkan pada bangunan-

bangunan pengolahan.

vi. Perencanaan bangunan fasilitas dan bangunan penunjang,

diantaranya:

1. Pos jaga;

2. Tempat sampah;

3. Lab;

4. Listrik atau Rumah genset;

5. Hanggar;

6. i. Jalan operasional;

7. Kantor;

8. Pagar;

9. Sumur pantau;

10. Air bersih; dan

11. Tanaman penyangga;

12. Ramp untuk operasional sarana pengangkutan.

E -13
Gambar E. 4 Tahapan Perencanaan Rinci Teknologi Pengolahan Lumpur Tinja

E.4 PERSIAPAN PEKERJAAN


Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan semua komponen (personil,

peralatan, ruang kerja dan administrasi) yang diperlukan untuk memperlancar atau

mendukung pekerjaan, sehingga pekerjaan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan jadual

yang telah disepakati bersama dengan Direksi Pekerjaan.

Lingkup kegiatan yang akan dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai

berikut :
E.4.1 Persiapan Personil, Peralatan, Administrasi, dan Data Awal
1. Persiapan Personil

Penyusunan Tim didasarkan pada persyaratan dalam Kerangka Acuan Kerja

(KAK), yaitu meliputi kualifikasi dan jumlah tenaga.

2. Persiapan Peralatan (Perlengkapan)

Segera setelah diterimanya SPMK dan selesainya pengurusan surat-surat

pengantar dan izin survey, maka Konsultan akan memobilisasi personil

pelaksana dan mempersiapkan peralatan/perlengkapan yang diperlukan

dalam pekerjaan ini. Pengadaan peralatan akan dilakukan dengan cara

menyewa, semua peralatan sebelum digunakan akan dilakukan pengecekan

kondisi/kalibrasi dan kelengkapannya.

E -14
3. Persiapan Administrasi

Kegiatan ini akan dilaksanakan segera setelah pihak Konsultan menerima

SPMK, kegiatan ini antara lain meliputi pengurusan Surat Pengantar/Tugas

dari Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jawa Timur, Surat Jalan dari

Konsultan untuk melaksanakan survey lapangan dan pencarian data di tingkat

pusat dan daerah serta persiapan perjalanan. Surat pengantar ini dibuat oleh

pihak Pengguna Jasa yang ditujukan kepada Pemerintah Provinsi dan Kota

serta Instansi Terkait Lainnya di tingkat Provinsi dan Kota.

4. Pengumpulan Data Awal

Kegiatan ini ditujukan untuk memperoleh data-data awal yang diperlukan

dalam rangka penyusunan program kerja dan pelaksanaan survey lapangan.

Data yang dikumpulkan meliputi :

i. Peta-Peta Informasi Digital Wilayah Kota Kediri.

ii. Peta Tata-Guna Lahan, Peta Rupa Bumi, Peta Hutan, Peta Geologi,

dan Peta Hidrologi.

iii. Laporan Studi-studi yang telah dilakukan terdahulu berupa Studi

EHRA, Strategi Sanitasi Kota dan Buku Putih Sanitasi.

iv. Laporan-laporan yang berkaitan Rencana Tata Ruang Wilayah

v. Data Demografi.

vi. Indikator Sosial Ekonomi.

vii. Peraturan-peraturan

viii. Data yang diperoleh dari Penyusunan rencana induk

ix. Buku-buku referensi, dll.

E.4.2 Desk Study dan Penyusunan Program Kerja


1. Desk Study
Studi meja (desk study) akan dilakukan terhadap data sekunder (data awal) yang

telah dikumpulkan. Dalam tahapan ini dipelajari laporan studi terdahulu terkait

dengan sanitasi yaitu studi EHRA, Strategi Sanitasi Kota, masterplan Sanitasi,

Laporan RTRW Kota Kediri dan NSPK (Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria

bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Studi ini bertujuan untuk

E -15
memantapkan penyusunan rencana/program kerja dan metode pelaksanaan yang

akan digunakan untuk menangani pekerjaan ini, terutama untuk pelaksanaan

pekerjaan di lapangan.

Desk Study akan dilakukan berdasarkan data-data awal yang berhasil dikumpulkan
perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui (menganalisa) dan memahami

sejarah pekerjaan, proses persiapan pekerjaan dan cakupan pekerjaan yang

merupakan tahap awal dalam rangka penyusunan konsep dan program

pelaksanaan (rencana kerja) untuk menyelesaikan pekerjaan secara keseluruhan

dari awal hingga selesai.

Hal-hal penting yang akan dibahas pada tahapan ini adalah studi literatur,

penyusunan metodologi dan penyusunan rencana kerja serta pembagian dan

pengarahan tugas. Pada kegiatan ini disamping melakukan kajian terhadap data-

data awal, dilakukan juga penyusunan/pembuatan daftar isian (kuesioner) serta

tabel-tabel isian yang mencakup aspek teknis, sosial, ekonomi dan lingkungan

serta aspek O&P yang akan digunakan pada waktu survey lapangan.

2. Penyusunan Program Kerja

Setelah dilakukan desk studi maka langkah selanjutnya adalah menyusun program

kerja dan jadwal pelaksanaan berdasarkan alokasi waktu yang telah ditentukan,

baik global maupun per-item pekerjaan yang nantinya akan dituangkan dalam

Laporan Pendahuluan.

3. Menyusun Quetioner dan Interview

Menyusun questioner untuk wawancara sebagai bagian dari maksud untuk

mengumpulkan keterangan tentang kehidupan para pelaku dalam kawasan yang

akan direncanakan, baik permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi

maupun aspirasi dan persepsinya. Melakukan Interview banyak dipengaruhi oleh:

a. Tingkatan responden (dari segi kemampuan dan peran),

b. Pendekatan terhadap responden,

c. Suasana dalam melaksanakan interview, dan

d. Bentuk quetioner yang di lakukan (tertutup atau terbuka) atau focused

interview / free interview.

E -16
E.5 SURVEI DAN PENGUMPULAN DATA
Survey yang dilakukan berupa survey lapangan dan instansional. Survey

lapangan diperlukan untuk mengklarifikasi kondisi lapangan saat ini sehingga dapat

menentukan rencana layout awal. Survei dilakukan guna memperoleh data yang lengkap

dan akurat tentang aspek topografi, demografi dan recana pengembangan wilayah serta

produk-produk hukum yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah.

Survey juga dilakukan terhadap kondisi buangan limbah penduduk, rata-rata

buangan, debit buangan perkawasan dan sarana prasarana pngolahan air limbah. Selain

itu juga dilakukan survey sosial ekonomi untuk mengetahui jumlah penduduk, kondisi

sosial ekonomi kebiasaan, persepsi dan keinginan masyarakat termasuk identifikasi jenis

kontribusi masyarakat dan tingkat kemampuan masyarakat.

1. Survei Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait dan berguna

sebagai data penunjang penyusunan Rencana Induk Air Limbah dan DED IPLT

Kota Kediri.

Adapun data yang diperlukan adalah sebagai berikut:

a. Kondisi Fisik Kota Kediri dengan kebutuhan data berupa: data topografi,

iklim, sungai dan rencana pengelolaan SDA, permeabilitas tanah, air

tanha dan geologi.

b. Tata ruang yang berisi tetang penggunaan lahan, RUTRK, dan peta

penggunaan lahan untuk sarana umum.

c. Kependudukan, yang merupakan identifikasi kependudukan saat ini,

proyeksi penduduk.

d. Prasarana Kota yang terkait, diantaranya: sarana air minum, sampah dan

drainase kota.

e. Kondisi Sosial Ekonomi masyarakat berupa: pendapatan dan sumber

mata pencaharian, kepemilikan rumah, dan lain-lain.

f. Tingkat kesehatan penduduk.

g. Peta-Peta Informasi Digital Wilayah Kota Kediri.

E -17
h. Peta Tata-Guna Lahan, Peta Rupa Bumi, Peta Hutan, Peta Geologi, dan

Peta Hidrologi.

i. Laporan Studi-studi yang telah dilakukan terdahulu berupa Studi SLHD,

EHRA, SSK, Buku Putih Sanitasi dan Master Plan Sanitasi.

j. Peraturan-peraturan

k. Data yang diperoleh dari Penyusunan Master Plan

l. Buku-buku referensi, dll.

2. Survei data Primer

a. Data kondisi penanganan air limbah eksisting meliputi:

Beberapa kajian akan dilakukan guna mengetahui kondisi eksisting

pengelolaan air limbah yaitu kajian mengenai kapasitas air limbah yang

dihitung berdasarkan jumlah penduduk yang sudah terlayani oleh sarana

pengelolaan limbah maupun yang belum.

Dilakukan pula kajian daerah pelayanan dengan mendata jumlah rumah

yang sudah terlayani dan yang belum dengan membandingkan rencana

awal dengan kondisi eksisting sehingga didapatkan data yang bisa

digunakan sebagai dasar evaluasi dan rekomendasi perbaikan serta

rencana pengembangan.

i. Inventarisasi IPAL eksisting

Inventarisasi IPAL eksisting dimaksudkan untuk mengetahui

kapasitas air limbah dari masing-masing IPAL eksisting serta jumlah

pengguna instalasi tersebut, selain itu dilakukan pula evaluasi

kondisi eksiting fisik bangunan serta hasil pengolahan dari masing-

masing IPAL dan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan

yang terjadi selama beroperasinya bangunan IPAL.

Hasil dari kegiatan ini mencakup:

 Kapasitas pengolahan

 Detil pelayanan

 Kondisi fisik bangunan saat ini.

 Dimensi bangunan dan kelengkapannya

E -18
 Data-data disertai dengan foto-foto kerusakan

ii. Evaluasi Bangunan IPAL Eksisting

Secara garis besar, evaluasi kinerja system IPAL dimaksudkan untuk

mengetahui kondisi dan fungsi dari system pada saat ini. Evaluasi

kondisi dan fungsi sistem bangunan akan di lakukan berdasarkan

data-data yang berhasil dikumpulkan berupa data sekunder dan

data primer.

iii. Data site

 Melakukan pengukuran topografi, jarak tiap 5 meter.

 Melakukan tes tanah terhadap lokasi bangunan prasarana

dan sarana pengolahan air limbah ( terutama lokasi IPAL).

E.6 KAJIAN DAN METODE ANALISA


E.6.1 Analisa Tata Ruang
Analisis Tata Ruang bertujuan untuk mengidentifikasikan bentuk-bentuk

pemanfaatan ruang, yang mengambarkan ukuran fungsi dan karakteristik kegiatan

masyarakat, serta mengantisipasi perubahan perkembangan bentuk pemanfaatan

lahan. Analisis ini dimaksudkan untuk melakukan kajian terhadap:

 Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan penggunaan lahan, distribusi

penggunaan lahan serta interst/kecenderungan swasta dan masyarakat

dalam penguasaan /kepemilikan lahan.

 Bentuk-bentuk pengguasaan, pemanfaatan dan penggunaan lahan yang

dilakukan masyarakat dan swasta, dapat dicermati dari luas

kepemilikan, luas penguasaan dan pengunaan serta status lahan.

Analisa tata ruang berupa (Indeks Planologi) adalah angka yang menunjukkan

besaran keplanologian suatu kawasan, yang merupakan penjumlahan nilai variabel

planologi dengan rumusan:

Dimana :

IP = Indek Planologi

E -19
V = Nilai Variabel (1-100)

N = Jumlah Variabel
E.6.2 Analisa Kecenderungan Perkembangan Penggunaan Lahan
Perhitungan kecenderungan perkembangan pemanfaatan lahan lebih

diperhitungkan terhadap koefisien spesialisasi dari kegiatan yang dilaksanakan secara

keseluruhan, dengan rumusan matematik sebagai berikut.

D = K Ai z

Dimana :

D = Development Ratio

K = Konstanta

Ai = Tingkat Aksesibilitas

Z = Eksponen/Pangkat

Sedangkan untuk menghitung indeks pertumbuhan masing-masing kegiatan

pemanfaatan lahan dengan mengunakan rumus sebagai berikut :

Gi = Di - Oi

 Di Oi

Dimana :

Gi = Indeks Pertumbuhan.

Di = Development Ratio pada lokasi i

Oi = Indeks Ketersediaan Lahan pada lokasi I


E.6.3 Analisa Sosial Kependudukan
Analisa ini juga dimasukkan dalam bagian Sosial Ekonomi, Model pekerjaan

penduduk, mobilitas penduduk. ekstrapolasi secara grafik dapat digambarkan dalam

bentuk persamaan matemaika :

P t+  = Pt + F ()

Dimana :

P t+  = Jumlah Penduduk pada tahun t + 0

Pt = Jumlah Penduduk pada tahun dasar t

 = Selisih tahun dari tahun dasar t ke tahun dasar t + 0

f = Fungsi perkembangan penduduk yang mencerminkan faktor

biologi, sosial, ekonomi dan politik.

E -20
Metode Analisis Regresi Linier, dengan rumus matematis :
Pt = a + b (x)
Dimana :

Pt = Jumlah Penduduk pada tahun ( t )

x = Nilai yang diambil dari variable bebas

a, b = Konstanta, dimana

 PX2 -  PX.P N  PX -  X.  P

a = ------------------------ ; b = ---------------------- N  X2 -

(  X )2 N  2 - (  X )2
E.6.4 Analisa Pergerakan Penduduk (Makro Analisa)
Pola dan itensitas pergerakan digunakan model analisa grafik Analisa ini melihat

kecenderungan dan tarik penduduk untuk memanfaatkan lahan, dengan rumusan;


Di dj
Gi-j=K
Dij x
Dimana:

Gi - j = Besaran pergeseran relatif

K = Konstanta grafikasi

Di = Dimensi aktivitas zone I

Dij = Jarak antara I - j

X = Konstanta Jarak
E.6.5 Analisa Kebutuhan Sistem IPAL
Pada gambar berikut disajikan skema metodologi untuk menganalisa kebutuhan

sistem IPAL

Jumlah Penduduk Proyeksi jumlah penduduk Kegiatan masyarakat


Kabupaten Gresik (sesuai jml th perencanaan) Sarana dan prasarana

Proyeksi Timbulan Air Limbah Doemstik


(sesui jml th prencanaan)

Kuantitas dan
Karakteristik Air Limbah

SISTEM IPAL TERPILIH

Gambar E. 5 Metodologi Analisa Kebutuhan Sistem IPAL

E -21
A. Proyeksi jumlah penduduk sesuai jumlah tahun perencanaan
Proyeksi jumlah penduduk dapat dihitung menggunakan rumusan sebagai berikut:

1. Metode Geometris

Dalam demografi, dikenal beberapa rumus untuk menghitung proyeksi

penduduk, salah satunya adalah rumus proyeksi penduduk geometris. Rumus proyeksi

geometris adalah sebagai berikut:

Pn = Po (1 + r)n

Keterangan:

Pn = penduduk pada tahun n

Po = penduduk pada tahun awal

1 = angka konstanta

r = angka pertumbuhan penduduk (dalam persen)

n = jumlah rentang tahun dari awal hingga tahun n

2. Metoda Arithmatik

Pn Po + Ka (Tn – To)
Pa− p 1
Ka=
T 2−T 1
dimana:

Pn=jumlah penduduk pada tahun ke n;

Po=jumlah penduduk pada tahun dasar;

Tn =tahun ke n;

To =tahun dasar;

Ka = konstanta arithmatik;

P1 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke I;

P2 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir;

T1 = tahun ke I yang diketahui;

T2 = tahun ke II yang diketahui

Dari hasil proyeksi jumlah penduduk sesuai tahun perencanaan maka akan

didapatkan proyeksi jumlah timbulan air limbah, yang diperhitungan berdasarkan

tipikal debit air limbah yang dihasilkan per orang per hari.
B. Perencanaan Pengembangan Sarana dan Prasarana

E -22
1. Limbah Setempat

 Cakupan rencana pelayanan sistim setempat minimal mencapai 60%

 Debit air limbah

 Debit rata-rata air limbah dengan fasilitas tangki septik dengan kloset leher

angsa

 tanpa unit penggelontor = 5 – 10 l/org/hari dan

 dengan unit penggelontor sebesar = 10 -15 l/org/hari

 waktu detensi minimal 1 hari

 Kloset

 Individu (rumah tangga) = 1 kloset/5 org

 MCK atau kakus umum = 1 kloset/25 org

2. Perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

 Kapasitas rencana IPLT dihitung berdasarkan desain debit air limbah sebagai

berikut:

o Asumsi laju spesifik, q = 0.5 Liter/org/hari

o Debit rata-rata, Qr (m3/hr) = q x penduduk dilayani pada periode proyeksi

o Debit harian maksimum, Qmd (m3/hr) = fmd x Qr

o Debit jam maksimum, Qp (m3/hr) = fp x Qr

 Proyeksi debit perencanaan

o Kapasitas rencana IPLT dihitung berdasarkan debit harian maksimum

(Qmd)

o Proyeksi debit harus dihitung untuk periode 5 tahun dan 10 tahun, untuk

tahapan pengembangan kapasitas IPLT.

 Perencanaan debit pada masing-masing komponen

o Debit rata-rata : hanya pada unit pengolahan kimia dan sekunder (biologi)

o Debit harian maksimum : hanya pada unit-unit pengolahan primer

o Debit jam maksimum : pada semua perpipaan unit-unit pengolahan

 Perencanaan Lokasi IPLT

o Lokasi IPLT harus dipilih sesuai dengan ketentuan tata ruang, pada daerah

bebas banjir untuk periode ulang 20 (dua puluh) tahun.

E -23
o Lokasi IPLT harus dipilih tidak jauh dari jalan kota yang ada, dekat dengan

prasarana listrik dan badan air.

o Jarak lokasi IPLT yang direncanakan terhadap pusat pelayanan agar

memenuhi kriteria sebagai berikut:

 Kota kecil dan sedang : Kurang dari 10 km

 Kota besar : Kurang dari 20 km

 Kota Metro : Kurang dari 30 km

 Badan air penerima pembuangan efluen dari IPLT harus memiliki kapasitas

minimal 8 kali kapasitas Air Limbah yang akan dibuang.

 Kebutuhan lahan IPLT

o Kebutuhan lahan untuk IPLT terdiri dari:

 Lahan untuk instalasi bangunan utama dan bangunan penunjang

 Lahan untuk buffer zone

o Kebutuhan lahan untuk instalasi bangunan utama dihitung berdasarkan

proyeksi debit harian maksimum 20 tahun untuk penerapan IPLT berbasis

teknologi proses alamiah atau proses biologi yang efisien dalam

kebutuhan konsumsi listrik;

o Kebutuhan lahan untuk lahan penyangga (buffer zone) minimum harus

dipersiapkan seluas 50% dari kebutuhan luas lahan untuk instalasi;

o Perkiraan kebutuhan lahan IPLT untuk sistem kolam sampai akhir periode

desain dihitung berdasarkan BOD influen 5000 mg/l (Lumpur tinja sudah

diencerkan ketika penyedotan dan di inlet awal IPLT).

3. Limbah Terpusat

 Perencanaan debit air limbah untuk perhitungan dimensi jaringan perpipaan

dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah :

a. Debit Spesifik Air Limbah (q) dihitung berdasarkan 80% konsumsi air

bersih perkapita atau sebesar 100-150 L/org/hr.

b. Debit Rata-Rata Air Limbah tanpa infiltrasi (Qr) dihitung berdasarkan q

dikali dengan penduduk yang dilayani pada tahun proyeksi atau Q = q x

penduduk dilayani (m3/hr).

E -24
c. Debit Harian Maksimum Air Limbah tanpa infiltrasi (Qmd) dihitung

berdasarkan debit rata-rata harian dikali faktor maksimum harian atau :

Qmd = fmd x Qr (m3/hr).

d. Debit Jam Puncak tanpa infiltrasi (Qp) dihitung berdasarkan debit rata-

rata harian dikali faktor jam puncak atau : (Qp) = fp x Qr (m 3/hr).

e. Debit Jam Minimum tanpa infiltrasi (Qmin) dihitung berdasarkan debit

rata-rata harian dikali faktor jam minimum atau : Qmin = fmin x Qr

(m3/hr).

f. Faktor-faktor Debit Air Limbah seperti faktor harian maksimum, faktor jam

puncak dan faktornya minimum harus sesuai dengan standar dan kriteria

teknis yang berlaku yang disesuaikan dengan kondisi daerah

perencanaan.

Berikut adalah bagan alir proses pemilihan sistem air limbah (IPAL).

Gambar E. 6 Bagan Alir Proses Pemilihan Sistem Pengolahan Air Limbah

E.6.6 Kependudukan dan Persepsi Masyarakat

E -25
Teknik pengambilan datanya adalah dengan cara melakukan kuisioner kepada

masyarakat untuk mengetahui data kependudukan terkait kondisi sanitasi dan persepsi

masyarakat tentang perencanaan yang sedang berlangsung. Untuk menentukan jumlah

sampel masyarakat yang diambil, digunakan rumus random sampling, yaitu :

N
nn = Keterangan :
= N(e)2 + 1 n : jumlah sampel
325.125 N : Jumlah populasi
e : presentase kesalahan dalam pengambilan sample yang
325.125 (0,1)2 + 1 masih dapat ditoleransi (tingkat kesalahan 5% = 0,05)
n = 400 orang
E.6.7 Aspek Sosial Ekonomi
Analisa sosial ekonomi meliputi perkiraan pertumbuhan penduduk di dalam

wilayah studi, Perkembangan penduduk dihitung dengan metode yang biasa berlaku,

misalnya metode aritmatika atau metode geometri.

Disamping kajian tentang perkembangan penduduk maka diinformasikan juga

tentang perekonomian masyarakat dan perkiraan perkembangannya dimasa yang akan

datang sesuai dengan pekerjaannya.

Secara garis besar kajian masalah sosial-ekonomi antara lain mencakup :

 Menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang mencakup

antara lain jenis pekerjaan yang ada, rata-rata pendapatan keluarga dari

setiap pekerjaan tersebut dan rata-rata pengeluaran dari setiap keluarga.

 Jumlah penduduk yang ada di daerah layanan (daerah pengembangan)

dan prediksi perkembangannya.

 Indikator ekonomi, demografi dan kondisi sosial.

 Persepsi masyarakat tehadap rencana pembangunan sarana pengelolaan

air limbah

 Keinginan masyarakat mengenai pengembangan sarana pengolahan air

limbah.

 Permasalahan sosial yang dominan di masyarakat serta bagaimana

penanggulangannya.

E -26
 Memberikan gambaran umum tentang tingkat kesehatan masyarakat

dilokasi pekerjaan yang dapat dicerminkan dengan tipikal dari keadaan

rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan.

 Menggambarkan prasarana dan sarana umum yang telah dibangun dan

kemungkinan akan dibangun dilokasi pekerjaan.

Pada aspek sosial terutama mengenai peran serta masyarakat permasalahan

yang sering timbul adalah:

 Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah

permukiman

 Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air

limbah permukiman yang berbasis masyarakat

 Potensi yang ada dalam masyarakat dan dunia usaha terkait sistem

pengelolaan air limbah permukiman belum sepenuhnya diberdayakan oleh

pemerintah.
E.6.8 Aspek kesehatan masyarakat
Aspek kesehatan manyarakat dapat dinilai berdasarkan angka penyakit terutama

diare, yang diakibatkan dari perilaku masyarakat terkait kebiasaan pengelolaan air limbah

yang telah dilakukan baik pengelolaan terhadap gery water maupun black water

misalnya:

o Kebiasaan buang air besar ke sungai atau ke tempat lain selain jamban

o Masih memanfaatkan jamban cubluk

o Pembangunan jamban yang belum memenuhi standar

o Pembangunan resapan yang belum memenuhi syarat dilihat dari jarak terhadap

sumber air (sumur, sungai dll) dan teknologi yang dipakai.

o Membuang grey water di lingkungan sekitar akibat dari belum adanya fasilitas

drainage lingkungan.

Disamping kajian tersebut di atas dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi yang

ada dalam wilayah studi.


E.6.9 Aspek Pendanaan
Permasalahan pendanaan pengelolaan air limbah mencakup:

E -27
1. Rendahnya tarif pelayanan air limbah

2. Terbatasnya sumber pendanaan pemerintah

3. Kurang tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi air limbah

4. Rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah untuk pengelolaan dan

pengembangan air limbah permukiman

5. Belum optimalnya penggalian potensi dana dari masyarakat dan dunia usaha/

koperasi

6. Rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan air limbah permukiman baik di

tingkat pemerintah pusat/ daerah


E.6.10 Aspek kelembagaan
Kondisi atau permasalahan yang terkait dengan aspek kelembagaan dalam

upaya pengelolaan air limbah adalah:

1. Masih lemahnya fungsi lembaga di daerah yang melakukan pengelolaan air limbah

pemukiman

2. Antara fungsi regulator dengan operator dalam pengelolaan air limbah

pemukiman masih teripsah

3. Kapasitas sumber daya manusia yang melakukan pengelolaan air limbah masih

rendah

4. Perlu adanya peningkatan koordinasi antar instansi terkait penetapan kebijakan

dibidang pengelolaan air limbah

5. Belum jelasnya tata pelaksanaan antara bagian administrasi dan pelaksana teknis

lapangan, termasuk kewenagan penarikan retribusi serta pengalokasian anggaran

pendanaan investasi, serta

6. Kurangnya koordinasi dan kerjasama antara instansi terkait yang ada dilapangan

Dengan adanya beberapa permasalahan kelembagaan yang sering terjadi maka

diperlukan suatu solusi penanganan diantaranya adalah dengan membuat bentuk

institusi yang jelas dengan dilandasi dasar hukum yang jelas, sedangkan untuk kapsaitas

SDA perlu dilakukan pelatihan-pelatihan atau training dan rekruitmen untuk jangka

panjang sesuai dengan kualifikasi bidang keahlian manajemen air limbah..

E.7 INDIKASI RENCANA INVESTASI PROGRAM

E -28
Seluruh program pengembangan dalam rencana induk harus dikelompokan atas

4 (empat) tahapan pengembangan 5 tahun dimana seluruh program 5 tahunan ke 1, 2, 3,

dan 4 harus dihitung nilai investasinya dengan standar harga saat ini (current price).

Rencana biaya investasi program dari rencana induk harus dibandingkan dengan

rencana penduduk terlayani sehingga dapat diketahui nilai biaya investasi perkapita atau

nilai biaya investasi per rumah tangga dari penduduk yang mendapat manfaat langsung.

Nilai biaya investasi perkapita tersebut harus dibandingkan dengan income perkapita

pertahun dari kota yang bersangkutan, sebagai lapisan awal (screening) sebelum

dilakukan studi kelayakan ekonomi dan keuangan proyek.

Kelayakan proyek program 5 tahunan ke 1, 2, 3, dan 4 dapat dilakukan kemudian

sesuai tahapan pembangunan. Program pengembangan sarana dan prasarana 5 tahun ke

1 (pertama) harus dihitung kelayakan proyeknya dengan mengacu pada pedoman studi

kelayakan.
E.8 PEMETAAN KONDISI FISIK LINGKUNGAN, PROFIL KESEHATAN
MASYARAKAT, DAN KONDISI SANITASI
Pemetaan kondisi fisik lingkungan didapatkan dari hasil studi sebelumnya

berupa profil lingkungan hidup Kota Kediri dan hasil studi EHRA yang menggambarkan

kondisi sanitasi lingkungan di masing-masing kelurahan dan juga data mengenai daerah

prioritas yang memerlukan penanganan berupa pengelolaan air limbah.

Dari buku outline plan sanitasi juga didapatkan gambaran mengenai seluruh

kondisi sanitasi di Kota Kediri baik sanitasi berupa kondisi penyediaan air bersih, kondisi

drainase maupun kondisi pengelolaan air limbah eksisting beserta dengan perencanaan

pengembangannya. Di samping itu, buku grand design sanitasi Kota juga akan

menyajikan rencana dari pemeritah Kota Kediri dalam merencanakan pengelolaan

sanitasi secara menyeluruh.

Dari beberapa sumber data primer tersebut akan dikompilasi dan diverifikasi

untuk kemudian dijadikan dasar untuk perencanaan sistem pengolahan air limbah yang

disesuaikan dengan kondisi fisik lahan maupun kondisi kemampuan dan kemauan

masyarakat terhadap rencana pembangunan IPAL.


E.9 PENYUSUNAN PROGRAM KERJA PENINGKATAN PENANGANAN SEKTOR AIR
LIMBAH

E -29
Penyusunan Rencana Induk Air Limbah dan DED IPLT Kota Kediri merupakan

suatu dokumen perencanaan dasar yang menyeluruh mengenai pengembangan sarana

dan prasarana air limbah untuk periode 20 (dua puluh) tahun. Di dalamnya termasuk:

Gambaran arah pengembangan, Strategi pengembangan dan prioritas-prioritas

pengembangan sarana dan prasarana air limbah.

Penyusunan Rencana Induk Air Limbah dan DED IPLT Kota Kediri tersebut

selanjutnya digunakan sebagai acuan oleh instansi yang berwenang dalam penyusunan

program pembangunan 5 (lima) tahun bidang air limbah atau Renstra Dinas

Pengembangan Sarana dan Prasarana Air Limbah.

Penyusunan Rencana Induk Air Limbah dan DED IPLT Kota Kediri merupakan

penjabaran rencana induk mengenai 6 jenis program pengembangan, yaitu:

 Pengembangan Prasarana

 Pengembangan Kelembagaan

 Pengembangan Pengaturan

 Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat

 Pengembangan Peran Serta Masyarakat

 Pengembangan Public Campaign

Disamping itu, rencana induk air limbah juga digunakan sebagai acuan dalam

memadukan program-program yang terkait dengan bidang air limbah seperti Sistem

Penyediaan Air Minum (SPAM), bidang persampahan, drainase dan sebagainya.

Rencana Induk Air Limbah pada dasarnya adalah perencanaan jangka panjang

mengenai pengembangan sarana dan prasarana air limbah (Gambar 3.9.).

Berdasarkan sifat perencanaan yang berjangka panjang tersebut, maka tahapan

perumusan perencanaan sekurang-kurangnya harus mengikuti pola pikir sebagai berikut:

E -30
Gambar E. 7 Diagram Alur Pola Pikir Perencanaan

E.10 ARAH PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA AIR LIMBAH PADA


DAERAH PERMUKIMAN TERBANGUN
Sebelum menetapkan Grand design sanitasi, Hal yang terlebih dahulu

ditetapkan adalah pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah untuk

masa mendatang. Pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah yang

harus dipertimbangkan antara lain adalah:

a. Mengoptimalkan sistem setempat (on-site) yang sudah berjalan

b. Mengembangkan sistem off-site pada kawasan tertentu

c. Mengembangkan sistem off-site skala kota

d. Mengembangkan sistem off-site dengan teknologi maju

Metode pemilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah,

minimal harus dianalisis dengan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunities,

Threats). Dalam pemilihan arahan pengembangan sarana dan prasarana air limbah perlu

adanya pembagian zona perencanaan dengan ketentuan sebagai berkut :

a. Daerah perencanaan pengambangan Sarana dan Prasarana Air Limbah (SPAL) pada

daerah terbangun dibagi atas zona-zona perencanaan dalam satuan sistem

perencanaan dan pengambangan sarana dan prasarana air limbah.

E -31
b. Pembagian zona-zona perencanaan pengembangan Sarana dan Prasarana Air

Limbah pada daerah terbangun ditetapkan berdasarkan:

- Keseragaman tingkat kepadatan penduduk

- Keseragaman bentuk topografidan kemiringan lahan

- Keseragaman tingkat kepadatan bangunan

- Keseragaman tingkat permasalahan pencemaran air tanah dan permukaan.

- Kesamaan badan air penerima

- Pertimbangan batas administrasi

A. Analisis SWOT Arah Pengembangan Sarana & Prasarana Air Limbah

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) merupakan alat bantu

perencanaan strategis yang dapat membantu perencanaan penetapan arah

pengembangan sarana dan prasarana air limbah di masa mendatang. Analisis SWOT

untuk peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana air limbah pada zona

prioritas di permukiman terbangun, dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Kondisi sistem penyediaan air minum;

b. Kondisi tingkat pencemaran air tanah;

c. Kondisi tingkat pencemaran badan air p̀enerima (air baku);

d. Kondisi sosial ekonomi masyarakat;

e. Kondisi kesehatan masyarakat;

f. Tingkat kesediaan membayar retribusi (willingness to pay)

g. Kondisi prasarana lingkungan permukiman lainnya (jalan, drainase, dan

sebagainya);

h. Proyeksi kapasitas pendanaan investasi dari APBD.

Berdasarkan SWOT tersebut, pengembangan sarana dan prasarana air limbah dapat

digambarkan atas 4 kuadran. Kedudukan posisi SWOT pengembangan sarana dan

prasarana air limbah dapat dijelaskan pada Gambar E.7. Penggambaran posisi tersebut

dapat digunakan untuk menggambarkan:

a. Posisi pengembangan sarana dan prasarana pada saat ini;

b. Posisi potensi pengembangan sarana dan prasarana pada masa mendatang (20

tahun mendatang).

E -32
Gambar E. 8 Matrix SWOT

B. Penetapan Arah Pengembangan

Penetapan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah dapat ditetapkan

berdasarkan posisi kuadran hasil analisis SWOT. Berdasarkan pengelompokan kuadran

tersebut, maka grand design arah pengembangan sarana dan prasarana pada masing-

masing kuadran dapat dijelaskan pada Gambar E.8 sebagai berikut:

Gambar E. 9 Grand Design Arah Pengembangan

Penjelasan :

1. Grand design kuadran I : Optimasi sistem on-site

Arah pengembangan Grand design ini meliputi antara lain:

- Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun

- Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja melalui:

- Peningkatan kapasitas armada

E -33
- Peningkatan kapasitas IPLT

- Pengembangan program SANIMAS

2. Grand design kuadran II : Pengembangan selektif sistem off-site

Arah pengembangan Grand design ini meliputi antara lain:

- Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun

- Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja melalui:

- Peningkatan kapasitas armada

- Peningkatan kapasitas IPLT

- Pengembangan program SANIMAS

- Pengembangan sistem terpusat skala kawasan pada daerah-daerah prioritas.

Pada design ini transformasi dari sistem setempat menjadi sistem terpusat

akan dimulai secara kawasan demi kawasan

3. Grand design kuadran III : Pengembangan agresif sistem off-site

Arah pengembangan Grand design ini meliputi antara lain:

- Mengembangkan sarana dan prasarana Air Limbah terpusat skala kota. Strategi

ini berarti sistem on-site akan ditinggalkan secara masif.

4. Grand design kuadran IV : Pengembangan dengan teknologi maju

Arah pengembangan Grand design ini merupakan strategi pengembangan tingkat

advance (lanjutan). Arah pengembangan ini merupakan gambaran kondisi

permasalahan pencemaran air limbah telah demikian serius, sementara hambatan

untuk mengembangkan sarana prasarana konvensionil sudah tidak memungkinkan

dan tidak efektif.

C. Stategi Transformasi Sistem Setempat menjadi Sistem Terpusat

Perubahan (transformasi) prasarana sistem setempat menjadi sistem terpusat memberi

dampak adanya kebutuhan lembaga untuk mengelola prasarana yang akan dibangun.

Dengan demikian, penetapan arah pengembangan prasarana sistem terpusat pada daerah

permukiman terbangun memerlukan perencanaan strategis untuk menciptakan dukungan

masyarakat dan mewujudkan lembaga yang sesuai untuk mengelola prasarana terbangun.

Perencanaan strategis tersebut meliputi:

a. Rencana public campaign;

E -34
b. Rencana penyusunan Peraturan Daerah (Perda) dan sosialisasi Perda;

c. Rencana pembentukan lembaga pengelola.

Gambar E. 10 Transformasi Prasarana Air Limbah Sistem Setempat ke Sistem Terpusat

D. Penetapan Zona Prioritas Pengembangan Sistem Terpusat

Pengertian Zona prioritas dalam pengembangan sistem terpusat adalah :

1. Zona Prioritas adalah zona perencanaan yang mendapat penilaian utama untuk

diprioritaskan dibangun terlebih dahulu dalam kurun waktu 20 tahun mendatang.

2. Perencanaan sarana dan prasarana air limbah di zona prioritas dapat dibagi atas

cluster-cluster untuk mendukung perencanaan pembangunan secara bertahap


dalam kurun waktu 20 tahun mendatang.

Dalam rangka penetapan zona prioritas dilakukan dengan syarat :

a. Penetapan zona prioritas ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

sebagai berikut:

- Tingkat permasalahan pencamaran air limbah terhadap air tanah dan badan air

penerima

- Tingkat kemudahan pelaksanaan

- Tingkat kelayakan ekonomi

- Tingkat kelayakan keuangan

- Kelayakan lingkungan

- Kelayakan kelembagaan

E -35
b. Perencanaan studi kelayakan pada zona prioritas wajib mengacu pada pedoman

studi kelayakan teknis, ekonomi, keuangan dan lingkungan pengembangan sarana

dan prasarana air limbah.


E.11 ARAH PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA AIR LIMBAH PADA
DAERAH PERMUKIMAN BARU
Pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah pada daerah

permukiman baru adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan sistem setempat (on-site)

b. Mengembangkan sistem terpusat skala kawasan tersendiri

c. Mengintegrasikan dengan sistem terpusat yang sudah terbangun

Penetapan Arah Pengembangan sarana dan prasarana air limbah pada daerah

permukiman baru dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Permukiman baru yang akan dan sedang dikembangkan oleh developer wajib

memiliki rencana induk air Limbah tersendiri.

b. Rencana induk air limbah kawasan permukiman baru tersebut harus mengacu pada

Grand design sanitasi kabupaten.

Contents
E.1 UMUM.............................................................................................................................. 1
E.2 Pendekatan Teknis........................................................................................................... 1

E -36
E.2.1 Pendekatan Terhadap Lingkup Pekerjaan....................................................1
E.3 METODOLOGI................................................................................................................ 5
E.3.1 Metodologi Penyusunan Rencana Induk Air Limbah..........................6
E.3.2 Metodologi Penyusunan FS............................................................................ 9
E.3.2 Metodologi Penyusunan DED.....................................................................12
E.4 PERSIAPAN PEKERJAAN.......................................................................................... 14
E.4.1 Persiapan Personil, Peralatan, Administrasi, dan Data Awal.........15
E.4.2 Desk Study dan Penyusunan Program Kerja..........................................16
E.5 SURVEI DAN PENGUMPULAN DATA................................................................17
E.6 KAJIAN DAN METODE ANALISA......................................................................... 19
E.6.1 Analisa Tata Ruang............................................................................................. 19
E.6.2 Analisa Kecenderungan Perkembangan Penggunaan Lahan........20
E.6.3 Analisa Sosial Kependudukan.......................................................................21
E.6.4 Analisa Pergerakan Penduduk (Makro Analisa)....................................21
E.6.5 Analisa Kebutuhan Sistem IPAL...................................................................22
E.6.7 Kependudukan dan Persepsi Masyarakat..............................................26
E.6.8 Aspek Sosial Ekonomi....................................................................................... 26
E.6.9 Aspek kesehatan masyarakat........................................................................28
E.6.10 Aspek Pendanaan............................................................................................. 28
E.6.11 Aspek kelembagaan........................................................................................ 28
E.7 INDIKASI RENCANA INVESTASI PROGRAM..................................................29
E.8 PEMETAAN KONDISI FISIK LINGKUNGAN, PROFIL KESEHATAN
MASYARAKAT, DAN KONDISI SANITASI................................................................................... 29
E.9 PENYUSUNAN PROGRAM KERJA PENINGKATAN PENANGANAN
SEKTOR AIR LIMBAH.......................................................................................................................... 30
E.10 ARAH PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA AIR LIMBAH
PADA DAERAH PERMUKIMAN TERBANGUN..........................................................................31
E.11 ARAH PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA AIR LIMBAH
PADA DAERAH PERMUKIMAN BARU......................................................................................... 36

E -37
E -38

Anda mungkin juga menyukai