Anda di halaman 1dari 4

ENERGI ALTERNATIF

REFUSE DERIVED FUEL (RDF)

A. PENDAHULUAN
Sampah merupakan bahan yang terbuang dari hasil aktivitas manusia maupun proses
alam yang tidak memiliki nilai ekonomi lagi, bahkan dapat menimbulkan dampak yang
negatif. Selama ini sampah kota menjadi salah satu masalah lingkungan yang
memerlukan penanganan yang sangat serius. Masalah yang sering muncul dalam
penanganan sampah kota yang terus bertambah jumlahnya adalah biaya operasional
yang tinggi dan semakin sulitnya ruang yang pantas untuk pembuangan, sehingga
dalam penanganan sampah kota sering menimbulkan dampak yang buruk terhadap
lingkungan.
Pengembangan teknologi RDF di Indonesia sebagai energi alternatif memiliki potensi
sangat besar ke depannya karena memanfaatkan sampah dari rumah masyarakat yang
sampai saat ini sulit teratasi. Potensi ini membuat RDF digunakan sebagai alternatif
sumber energi oleh industri yang dalam prosesnya terdapat pembakaran menggunakan
bahan bakar fosil batu bara seperti pabrik semen dan PLTU.
B. DEFINISI ENERGI TERBARUKAN
Energi terbarukan adalah sumber energi terbarukan yang bisa dimanfaatkan terus
menerus dan tersedia di alam. Energi terbarukan bisa dimanfaatkan secara bebas, bisa
diperbarui secara terus menerus, dan ketersediannya di alam melimpah. Energy
terbarukan harus dikembangkan dan dimanfaatkan secara luas karena ketersediaanya
melimpah, tidak menghasilkan polusi serta emisi karbon.
C. ENERGI ALTERNATIF REFUSE DERIVED FUEL (RDF)
Menurut World Coal Institute permasalahan yang ditimbulkan akibat penggunaan
batubara adalah ketergantungan ketersediaan batubara yang lama kelamaan akan habis
karena bersifat tidak terbaharukan dan menimbulkan pencemaran lingkungan akibat
pelepasan gas buang berbahaya seperti NOx, SOx, CO dan CO2 yang memberikan
kontribusi terbentuknya efek rumah kaca. Akibat permasalahan yang ditimbulkan

1
batubara, maka perlunya material pengganti batubara, salah satunya adalah refuse
derived fuel yang selanjutnya disingkat RDF.
Penggunaan RDF memiliki keuntungan karena kemudahan dan ekonomis dalam
pembuatan serta hasil pembakarannya sangat ramah lingkungan jika dibandingkan
dengan energi fosil seperti batu bara dan minyak bumi. Pembuatan RDF dikatakan
sangat mudah dan ekonomis karena memanfaatkan keberadaan sampah dengan jumlah
dan kualitas sangat banyak yang diakibatkan karena pertambahan jumlah penduduk,
perubahan pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat.
Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan Kota di Indonesia, menempatkan Surabaya
sebagai penghasil sampah tertinggi tahun 2016 yaitu sebanyak 9.710 ton per hari
disusul Jakarta sebanyak 7.099 ton per hari. Sampah ini kemudian diolah untuk menjadi
RDF sebagai sumber energi pengganti batubara.
1. Desain Teknologi Alat Pembuatan RDF
Pada proses pembuatan RDF dari sampah terdiri atas 4 tahapan utama, yaitu proses
pemecahan (crushing), pengeringan (drying), pemisahan dan pemecahan kembali
(sorting and crushing) dan pemadatan (solidtying). Sampah dari tempat
pembuangan dimasukkan kedalam penampungan sebelum diolah menjadi RDF.

2
Gambar 1: Desain Teknologi Alat Pembuatan RDF
Tahap pertama adalah proses pemecahan sampah dengan mereduksi ukuran
sampah. Menurut Dumbaugh dalam United States Patent bahwa ukuran RDF
sekitar 6 inci dan dapat direduksi lagi sampai ukuran 2 inci. Selanjutnya hasil dari
proses ini dialirkan gas bertekanan tinggi yang bertujuan untuk menghilangkan
kadar air dan menghilangkan bau busuk pada sampah.
Tahap ketiga adalah pemecahan dan pemisahan komponen yang tidak dapat diolah
menjadi RDF. Pemecahan ini bertujuan untuk mereduksi kembali sampah yang
telah dikeringkan dan dipisahkan dari kandungan besi dan aluminium
menggunakan sistem pemisahan magnetik sehingga besi dan aluminium akan
terpisahkan dari proses. Selain itu pada proses ini sampah dicampur CaO untuk
membunuh mikroorganisme pembusuk. Tahap terakhir dari proses pembuatan RDF
adalah dengan memadatkan kembali RDF yang dihasilkan dengan mesin pemadat.
Padatan RDF yang dihasilkan dapat berupa pellet atau briket dengan densitas tinggi,
memiliki tingkat kekuatan yang baik, lebih stabil, homogen dan tahan lama. Jika
diestimasikan, sebanyak 750 ton sampah dapat menghasilkan 120 – 192 ton RDF.

Gambar 2: Padatan Refused derived fuel


2. Potensi RDF sebagai Pengganti Batubara di Indonesia
Pengembangan teknologi RDF di Indonesia sebagai energi alternatif memiliki
potensi sangat besar ke depannya karena memanfaatkan sampah dari rumah
masyarakat yang sampai saat ini sulit teratasi. Kalor yang dihasilkan oleh RDF pun
memiliki nilai kalori sangat baik bila dibandingkan dengan batubara.

Tabel 1: Perbandingan Batubara dan RDF


No. Parameter Batubara RDF
1 Nilai Kalor (kkal/kg) 4000 3.500 – 3.700
2 Kadar Sulfur (% berat) 0,4 0,2 – 0,5
3 Kadar Kelembapan (% berat) 39 10
4 Kadar abu (% berat0 4.2 1,5

3
Sumber: Ganesh & Vignesh dalam Refuse Derived Fuel to Electricity)

Jika diasumsikan bahwa sebanyak 100.000 ton sampah yang dihasilkan oleh
seluruh kota besar di Indonesia, maka setiap harinya dapat dihasilkan 25.000 ton
RDF yang akan menggantikan batubara sebagai sumber energi alternatif untuk
pembangkit tenaga listrik. Sehingga kedepan, tidak perlu khawatir terkait
ketersediaan batubara sebagai sumber energi, cukup dengan penggunaan RDF,
maka mampu menjawab permasalahan energi sekaligus mengatasi permasalahan
sampah dalam gaya hidup bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai