Anda di halaman 1dari 17

TOXICANT LOGAM BERAT MERKURI (Hg)

1. INDENTITAS TOXICANT

Merkuri adalah unsur yang sangat beracun. Senyawa ini bisa masuk ke tubuh melalui
luka terbuka, dengan menghirup, atau menelannya. Jika terpapar merkuri dalam jumlah besar,
merkuri menyebabkan kerusakan pada saraf, hati, dan ginjal. Terlepas dari bahaya racunnya,
merkuri masih dapat dimanfaatkan untuk keperluan tertentu. Merkuri dapat menghantarkan
listrik yang digunakan dalam sakelar listrik termostat dan beberapa jenis jam alarm, menurut
College of Natural Resources di University of California, Berkeley.
Dilansir dari Cleveland Clinic, merkuri adalah senyawa yang ditemukan pada batuan di
kerak Bumi. Merkuri memiliki penampilan perak mengkilap, yang memberinya julukan "perak
cair." Merkuri merupakan unsur pada tabel periodik dengan simbol Hg dan nomor atom 80.
Merkuri termasuk senyawa yang unik karena diklasifikasikan sebagai logam dan memiliki
bentuk cair serta padat yang bergantung pada suhu. Merkuri memiliki beberapa kegunaan karena
merupakan konduktor.
Hg banyak digunakan dalam thermometer karena memiliki koefisien yang konstan, yaitu
tidak terjadi perubahan volume pada suhu tinggi maupun rendah. Hg juga digunakan sebagai
peralatan pompa vakum, barometer, electric rectifier dan electric switches, lampu asap merkuri
sebagai sumber sinar ultraviolet, dan untuk sterilisasi air. Hg mudah membentuk aalloy
amalgama dengan logam lainnya, seperti emas (Au), perak (Ag), Platinum (Pt), dan tin (Sn).
Garam merkuri yang penting antara lain HgCl2 yang bersifat sangat toksik. Hg2Cl2 digunakan
dalam bidang kesehatan, Hg(ONC)2 digunakan sebagai bahan detonator dalam bidang kesehatan.
HgS digunakan sebagai pigmen cat berwarna merah terang dan bahan antiseptik.

1.1 KARAKTERISITK ZAT MERCURI


Merkuri merupakan logam yang berbentuk cair pada suhu kamar (25 0C), berwujud
keperakan, tidak berbau, dan mengkilap.Apabila dipanaskan hingga suhu 37 0C logam Hg akan
menguap. Logam ini memiliki nomor atom 80,massa atom 200.59, massa jenis 13,55 g/cm 3, titik
beku -38,90C, titik didih 357,300C , tekanan uap 163 x 10-3 Pa, kelarutan dalam air 60 µg/L pada
20 0C,250 µg/Lpada 500C dengan faktor konversi 1mg/kg =8,34 mg/𝑚3, dan 1 mg/𝑚 = 0,12
mg/kg. Logam Hg terdapat dalam bentuk Hg(murni),Hg anorganik, dan Hg Organik (Suhendra
dan Ridawati, 2013). Kelimpahan Hg di bumi menempati urutan ke-67 di antara elemen lainnya
pada kerak bumi. Merkuri jarang didapatkan dalam bentuk bebas di alam, tetapi berupa bijih
cinnabar (HgS). Untuk mendapatkan Hgs dari bijih tersebut dilakukan pemanasan bijih cinnabar
di udara sehingga mennghasilkan logam Hg.
Menurut Sutarni (2007) Merkuri organik ialah senyawa merkuri yang terikat dengan satu
logam karbon, contohnya metil merkuri. Sedangkan merkuri anorganik biasanya berbentuk Hg +
(Mercurous) dan Hg++ (mercuric). Dalam hal toksik, Merkuri anorganik memiliki racun yang
biasanya berasal dari lingkungan kerja.

1.2 JENIS MERKURI


A. Senyawa Merkuri Elemental
Merkuri elemental (Hg): terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air raksa,
amalgam gigi, alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai katalisator
dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta untuk produksi klorin dari sodium
klorida. Rute utama dari pajanan merkuri metal adalah melalui inhalasi; sebanyak 80%
merkuri metal disabsorpsi. Merkuri metal dapat di metabolisme menjadi ion anorganik
dan dieksresikan dalam bentuk merkuri anorganik. Organ yang paling sensitif adalah
system syaraf (peripheral dan pusat). Gejala neurotoksik spesifik adalah tremor,
perubahan emosi (gugup, penurunan percaya diri, mudah bersedih), insomania,
penurunan daya ingat, sakit kepala, penurunan hasil pada tes kognitif dan fungsi motorik.
Gejala dapat bersifat irreversibel jika terjadi peningkatan durasi dan atau dosis merkuri.
(Widowati, dkk, 2008).

B. Senyawa Merkuri (Hg) Anorganik


Merkuri anorganik adalah logam murni yang berbentuk cair pada suhu kamar 25ºC,
sehingga mudah menguap. Uap merkuri dapat menimbulkan efek samping yang sangat
merugikan bagi kesehatan. Diantara sesama senyawa merkuri anorganik, uap logam
merkuri (Hg), merupakan yang paling berbahaya. Ini disebabkan karena uap merkuri
tidak terlihat dan sangat mudah akan terhisap seiring kegiatan pernafasan yang dilakukan.
(Palar, 2008). Pada saat terpapar oleh logam merkuri sekitar 80% dari logam merkuri
akan terserap oleh alveoli paru-paru dan jalur-jalur pernafasan untuk kemudian ditrasfer
ke dalam darah. Dalam darah akan mengalami proses oksidasi, yang dilakukan oleh
enzim hidrogen peroksida katalese sehingga berubah menjadi ion Hg Ion merkuri ini
selanjutnya dibawa ke seluruh tubuh bersama dengan peredaran darah. Logam ini juga
terserap dan akan menumpuk pada ginjal dan hati. Namun demikian penumpukan yang
terjadi pada organ ginjal dan hati masih dapat dikeluarkan bersama urine dan sebagian
akan menumpuk pada empedu. (Palar,2008).
C. Senyawa Merkuri (Hg) Organik
Contoh senyawa-senyawa merkuri organik adalah senyawa alkil- merkuri, sekitar 80%
dari peristiwa keracunan merkuri bersumber dari senyawa-senyawa alkil-merkuri.
Beberapa senyawa alkil-merkuri yang banyak digunakan terutama di kawasan negara-
negara sedang berkembang metil merkuri khlorida (CH(C 2H53HgCL) dan etil khlorida
HgCL). Senyawa-senyawa tersebut di gunakan sebagai pestisida dalam bidangpertanian.
Beberapa bentuk senyawa alkil-merkuri lainnya cukup banyak digunakan sebagai katalis
dalam industri kimia.(Palar, 2008).
Keracunan yang bersumber dari senyawa ini adalah melalui pernafasan. Peristiwa
keracunan melalui jalur pernafasan tersebut lebih disebabkan karena senyawa- senyawa
alkil-merkuri terutama yang mempunyi rantai pendek sangat mudah menguap. Uap
merkuri yang masuk bersama jalur pernapasan akan mengisi ruang-ruang dari paru- paru
dan berikatan dengan darah. Di samping itu, senyawa organik merkuri lainnya seperti
metil merkuri, juga merupakan penyebab keracunan merkuri yang besar, lebih dari 95%
metil merkuri yang masuk ke dalam tubuh akan ditranportasi dalam sel darah merah utuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh. Sejumlah kecil lainnya terakumulasi dalam plasma
protein. Akumulasi paling tinggi ditemukan pada bagian cortex dan cerellum yaitu
merupakan bagian-bagian dari organ otak. Lebih lanjut hanya sekitar 10% dari merkuri
tersebut yang ditemukan dalam sel otak. (Palar, 2008).

2. SUMBER TOXICANT
Secara alami Hg dapat berasal dari gas gunung berapi dan penguapan dari air laut.
Industri pengecoran logam dan semua industri yang menggunakan Hg sebagai bahan baku
maupun bahan penolong, limbahnya merupakan sumber pencemaran Hg. Sebagai contoh antara
lain adalah industri klor alkali, tambang emas, peralatan listrik, cat, termometer, tensimeter,
industri pertanian, dan pabrik detonator. Kegiatan lain yang merupakan sumber pencemaran Hg
adalah praktek dokter gigi yang menggunakan amalgam sebagai bahan penambal gigi. Selain itu
bahan bakar fosil juga merupakan sumber Hg pula (Sudarmaji, dkk., 2006). Di alam merkuri (air
raksa) ditemukan dalam bentuk elemen merkuri (Hg0), merkuri monovalen (HgI), dan bivalen
(HgII). Menurut Waldock (1994) di dalam Lasut (2001), senyawa metil-merkuri adalah bentuk
merkuri organik yang umum terdapat di lingkungan perairan. Senyawa ini sangat beracun dan
diperkirakan 4-31 kali lebih beracun dari bentuk merkuri inorganik. Selain itu, merkuri dalam
bentuk organik yang umumnya berada pada konsentrasi rendah di air dan sedimen adalah
bersifat sangat bioakumulatif (terserap secara biologis). Metil-merkuri dalam jumlah 99%
terdapat di dalam jaringan daging ikan.
Kebanyakan merkuri yang ditemukan di alam terdapat dalam bentuk gabungan dengan
elemen lainnya, dan jarang ditemukan dalam bentuk elemen terpisah. Komponen merkuri banyak
tersebar di karang-karang, tanah, udara, air dan organisme hidup melalui proses-proses fisik,
kimia dan bahan biologi yang kompleks. Beberapa sifat merkuri menurut Fardiaz (1992) sebagai
berikut:
1. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair pada suhu kamar (25 0 C)
dan mempunyai titik beku terendah dari semua logam, yaitu -39 0C.
2. Merkuri mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.
3. Ketahanan listrik merkuri sangat rendah sehingga merupakan konduktor yang terbaik
dari semua logam.
4. Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen yang disebut
amalgam (alloy).
5. Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua makhluk hidup.

3. FATE DAN TRANSPORT


Bentuk racun dari merkuri yang masuk pada tubuh manusia adalah metil merkuri
(CH3Hg+ dan CH3-Hg-CH3) dan garam organik, mercuric khlor (HgCl2). Metil merkuri dapat
dibentuk oleh bakteri pada endapan dan airyang bersifat asam. Elemen merkuri mempunyai
waktu tinggal yang relative pendek pada tubuh manusia tetapi senyawa metil merkuri
terakumulasi di dalam tubuh 10 kali lebih lama. Metil merkuri terakumulasi pada rantai
makanan, misal merkuri bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan mengkonsumsi ikan yang
hidup di perairan yang telah tercemar merkuri. Merkuri juga dapat dilepaskan ke atmosfer
melalui berbagai kegiatan manusia, terutama dari pembakaran sampah rumah tangga, limbah
industri, dan pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara. Asap yang mengandung merkuri
dapat ditransportasikan melalui udara dan mengendap di daratan maupun air. Asap merkuri dapat
dihisap melalui pernapasan.
Merkuri yang masuk lewat kulit, biasanya merkuri yang terkandung dalam kosmetik yang
dipakai. Merkuri yang masuk melalui kulit, setelah diabsorbsi di jaringan akan teroksidasi
menjadi merkuri divalent (Hg) yang dibantu oleh enzim katalase. Pemakaian kosmetik yang
mengandung merkuri dapat mengakibatkan:
1. Memperlambat pertumbuhan janin.
2. Keguguran dan mandul.
3. Flek hitam pada kulit akan memucat, seakan pudar dan bila pemakaian dihentikan,
flek tersebut akan timbul kembali dan akan semakin bertambah parah.
4. Memberikan efek rebound atau respon berlawanan saat pemakaian kosmetik tersebut
dihentikan.
5. Untuk wajah yang awalnya bersih, lama kelamaan akan timbul flek yang sangat para.
6. Dapat menyebabkan kanker kulit.
Merkuri yang masuk melalui pernapasan akan diabsorbsi melalui sel darah merah,
kemudian ditransformasikan menjadi merkuri divalent yang sebagian akan menuju otak dan
kemudian diakumulasikan di dalam jaringan. Senyawa phenyl mercury (C H5Hg+ dan C6H5-Hg-
C6H5) bersifat racun moderat dengan waktu tinggal yang pendek pada tubuh tetapi senyawa ini
dapat berubah bentuk menjadi merkuri organik dengan cepat pada lingkungan. Metil merkuri 50
kali bersifat racun daripada merkuri organik. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan, kadar
maksimum merkuri di dalam air adalah 0,001 mg/l.
Beberapa produk pemutih meliputi sabun dan kosmetik yang diindikasikan palsu atau
kosmetika yang tidak terdaftar di Badan POM di ketahui mengandung merkuri. Pemakaian yang
tidak bijaksana dari produk pemutih seperti ini akan menimbulkan efek negatif berupa timbulnya
belang pada kulit. Dalam jangka panjang kandungan merkuri tersebut akan mereka ke tubuh
melalui kulit untuk kemudian terakumulasi dalam tubuh.
Sistem syaraf merupakan target utama dari toksisitas merkuri, tetapi di samping itu ada
organ target lain seperti ginjal, hati, dan paru-paru. Dosis yang tinggi dapat menyebabkan
fatalitas pada manusia, sedangkan pada dosis yang rendah, merkuri dapat menimbulkan dampak
serius terhadap system syaraf, kardiovaskuler, imunitas dan reproduksi. Efek yang dapat
ditimbulkan berupa tremor, terganggunya penglihatan dan pendengaran, kelumpuhan, insomnia,
dan ketidakstabilan emosi. Selama kehamilan, merkuri dan senyawanya menembus lapisan
plasenta dan dapat mengancam perkembangan fetus, dan pada akhirnya akan menyebabkan
gangguan mental pada masa kanak-kanak (Yanuar,2000).
Menurut Sudarmaji (2006) mekanisme kerja suatu bahan kimia terhadap suatu organ
sasaran pada umumnya melewati suatu rantai reaksi yang dapat dibedakan menjadi 3 fase utama,
yaitu fase eksposisi, fase toksokinetik dan fase toksodinamik.
1. Fase eksposisi adalah ketersediaan biologis suatu polutan di lingkungan dan hal ini
erat kaitannya dengan perubahan sifat-sifat fisikomikianya. Selama fase eksposisi, zat
beracun dapat diubah melalui berbagai reaksi kimia atau fisika menjadi senyawa yang
lebih toksik atau lebih kurang toksik. Jalur intoksikasinya lewat oral, saluran
pernafasan dan kulit. Polutan pada fase eksposisi di lingkungan industri memiliki sifat
fisik berupa padatan, larutan dan gas. Paparan di industri terbanyak melalui inhalasi,
karena bahan kimia pencemar berada di udara ambien sebagai airbone toxicant, yaitu
gas, uap, debu, fume, kabut dan asap.
2. Fase toksokinetik merupakan fase dimana sebagian dari jumlah zat yang diabsorbsi
mencapai organ target suatu zat toksik di dalam tubuh organisme. Prosesnya
dibedakan dengan menjadi, absorbsi dan distribusi (invasi), biotransformasi,
akumulasi dan ekskresi.
3. Fase toksodinamik merupakan suatu fase dari hasil interaksi dari sejumlah proses
yang sangat rumit dan kompleks.
Merkuri dapat mencemari lingkungan dengan adanya limbah dari industri yang
mengandung merkuri dan dibuang ke lingkungan sekitar. Sumber merkuri dapat berasal dari
alam, industri maupun dari hasil pembakaran bahan bakar fosil.

4. EFEK TOKSIK
Berdasarkan sifat kimia dan fisik merkuri (Hg), tingkat atau daya racun logam berat
terhadap hewan air secara berurutan adalah merkuri (Hg), kadium (Cd), Seng (Zn), timah hitam
(Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co). urutan toksisitas logam dari yang paling toksik
terhadap manusia adalah Hg²⁺ > Ag²⁺ > Ni²⁺ > Pb²⁺ > As²⁺ > Cr²⁺ > Sn² ⁺ > Zn² ⁺. Toksisitas
logam berat bisa dikelompokkan menjadi 3, yaitu bersifat toksik tinggi yang terdiri dari unsur-
unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn bersifat toksik sedang, yang terdiri unsure-unsur Cr, Ni dan Co
dan bersifat toksik rendah, yang terdiri atas unsur Mn dan Fe (Widowati et al,2008).
Keracunan akut oleh Hg bisa terjadi pada konsentrasi Hg uap sebesar 0,5 – 1,2 mg/ mᶾ.
keracunan akut oleh Hg uap menunjukan gejala faringitis, sakit pada bagian perut, mual-mual
dan muntah yang disertai darah, dan shock. Apabila tidak segera diobati, akan belanjut dengan
terjadinya pembengkakan kelendir ludah, nefritis, dan hepatitis. Penelitian terhadap kelinci
dengan uap Hg 28,8 mg/mᶾ mengakubatkan kerusakan yang parah pada berbagai organ ginjal,
hati, otak, jantung, paru-paru, dan usus besar.
Keracunan akut karena terhirupnya uap Hg berkonsentrasi tinggi menimpa pekerja dalam
industry pengelolahan logam Hg serta penambangan emas. Inhalasi uap Hg secara kronis bisa
mengakibatkan bronchitis, pneumonitis, serta menyebabkan munculnya gangguan sistem syaraf
pusat seperti tremor, pembesaran kelenja tiroid, takikardia, demografisme gingivitis, perubahan
hematologis, serta peningkatan ekskresi Hg dalam urin. Gejala akan meningkat lebih spesifik,
yaitu tremor pada jari-jari, mata, bibir, dan bergetarnya seluruh tubuh disertai kekakuan pada alat
ekstremitas, lalu diikuti dengan kehilangan memori, peningkatan eretisme, depresi, delirium,
halusinasi dan salvias (Klaasen et al., 1986).
Efek toksik Hg berkaitan dengan susunan syaraf yang sangat peka terhadap Hg dengan
gejala pertama adalah parestesia, lalu ataksia, disartria, ketulian, dan akhirnya kematian.
Terdapat hubungan antara dosis Hg dengan gejala toksisitas, seperti keracunan metal merkuri di
Irak yang menunjukkan kadar Hg pada rambut korban minimum 100 ppm sehingga mincul kadar
Hg pada rambut korban minimum 200 ppm. Apabila kadar Hg pada rambut lebih besar dari 200
ppm. Maka akan semakain besar kasus ataksia. Kasus disarreia terjadi bila kadar Hg pada rambut
korban mencapai 380 ppm. Kadar Hg pada rambut yang lebbih besar dari 380 ppm akan semakin
memperbesar kasus disartria. Kasus kematian terjadi bila kadar Hg pada rambut mencapai 800
ppm. Jika kadar Hg rambut lebih besar dari 800 ppm, maka akan semakin besar kasus kematian
(Lu, 1995).
Terdapat hubungan kadar Hg dalam rambut dengan tingkat gejala klinis. Semakin tinggi
kadar Hg dalam darah semakin nyata pula gejala klinis. Kadar Hg dalam darah 0-28 µg/100 mL
menunjukan kasus paresthesia sebesar 10% dan kadar Hg > 28 µg/100 mL menunjukan kasus
paresthesia sebesar >10 % dan terus meningkat sesuai kadar Hg dalam darah (klaaseen et al,.
1986).
Kehadiran logam berat di atmosfer, tanah, dan air dapat menyebabkan gangguan
kesehatan bagi semua makhluk hidup. Merkuri merupakan logam berat yang berbahaya karena
memiliki massa tinggi dan dalam konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan berbahaya. Merkuri
secara alami ditemukan di alam, peningkatan pencemaran merkuri akibat aktivitas antropogenik
seperti kegiatan pertambangan, peleburan biji, pembakaran bahan bakar fosil, produksi klorin,
dan kaustik soda serta pembakaran sampah/ limbah. Hg dapat ditemukan dalam berbagai
senyawa kimia dan termasuk logam yang sangat berbahaya terutama dalam senyawa organik
yaitu metal dan etil merkuri. Semua senyawa Hg ini bersifat toksik untuk makhluk hidup bila
jumlahnya banyak dapat merusak saraf tubuh dan dalam waktu yang lama senyawa Hg akan
tersimpan secara permanen di dalam tubuh. Pengaruh toksisitas Hg pada organisme tergantung
pada bentuk komposisi merkuri, rute masuk ke dalam tubuh dan lama terpaparnya Hg.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa merkuri dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman. Hg dapat mengahambat perkecambahan tanaman tomat. Perkecambahan padi juga
dapat terhambat adanya merkuri pada tanah. Pada konsentarasi 50 ppm HgCl 2 memberi respon
70% perkecambahan tanaman Cajanas cajan L. Pada perkecambahan kacang tanah konsentarasi
5 ppm saja dapat menghambat perkecambahan dan pemanjangan akar. Hal tersebut dikarenakan
merkuri dapat mengurangi kalium, mangan, dan magnesium dalam akar dan akumulasi besi
dalam ujung akar sehingga akan mengganggu proses perkecambahan.

5. METODE DETEKSI TOXICANT


Ada 3 hal yang memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan keracunan
merkuri, yaitu:
1. Batas tertinggi merkuri dalam darah ialah 0,03-0,04 ppm. Karena metilmerkuri
terkumpul dalam eritrosit dan merkuri anorganik tidak, maka distribusi merkuri total
antara eritrosit dan plasma merupakan petunjuk yang membedakan keracunan
merkuri organik atau anorganik.
2. Kadar merkuri dalam urin juga digunakan sebagai ukuran kandungan merkuri dalam
tubuh. Batas tertinggi untuk ekskresi merkuri dalam urin pada orang normal ialah 25
µg/L. Tetapi, ekskresi merkuri dalam urin bukan merupakan indikator bagi jumlah
metilmerkuri dalam darah, karena sebagian besar dieliminasi dalam tinja.
3. Rambut kaya akan gugus sulfhidril, dan kadar merkuri dalam rambut kirakira 300 kali
kadarnya dalam darah. Pertumbuhan rambut yang paling akhir mencerminkan kadar
merkuri mutakhir dalam darah. Rambut manusia tumbuh kira-kira 20 cm setahun, dan
riwayat mengenaipajanan dapat diperoleh dengan analisis segmen rambut yang
berbeda (Lubis, 2002).

6. PENCEGAHAN (REGULASI) PENANGGULANGAN, DAN TREATMENT


TERHADAP KERACUNAN TOXICANT

Pencemaran logam berat merupakan


permasalahan yang
sangat serius untuk ditangani, karena
merugikan ling-
kungan dan ekosistem secara umum.
Sejak kasus
merkuri di Minamata Jepang pada
1953, pencemaran
logam berat semakin sering terjadi dan
semakin banyak
dilaporkan. Agen Lingkungan Amerika
Serikat (EPA)
me-laporkan, terdapat 13 elemen
logam berat yang
diketahui berbahaya bagi lingkungan,
diantaranya arse-
nik (As), timbal (Pb), merkuri (Hg), dan
kadmium (Cd).
Logam berat sendiri sebenarnya
merupakan unsur
esensial yang sangat dibutuhkan setiap
makhluk hidup,
namun beberapa diantaranya (dalam
kadar tertentu)
bersifat racun. Di alam, unsur ini
biasanya terdapat
dalam bentuk terlarut atau tersuspensi
(terikat dengan
zat padat) serta terdapat sebagai bentuk
ionik.
Dampak dari pencemaran logam berat
ini sering dila-
porkan. Merkuri misalnya, merupakan
salah satu jeni
Pencemaran logam berat merupakan
permasalahan yang
sangat serius untuk ditangani, karena
merugikan ling-
kungan dan ekosistem secara umum.
Sejak kasus
merkuri di Minamata Jepang pada
1953, pencemaran
logam berat semakin sering terjadi dan
semakin banyak
dilaporkan. Agen Lingkungan Amerika
Serikat (EPA)
me-laporkan, terdapat 13 elemen
logam berat yang
diketahui berbahaya bagi lingkungan,
diantaranya arse-
nik (As), timbal (Pb), merkuri (Hg), dan
kadmium (Cd).
Logam berat sendiri sebenarnya
merupakan unsur
esensial yang sangat dibutuhkan setiap
makhluk hidup,
namun beberapa diantaranya (dalam
kadar tertentu)
bersifat racun. Di alam, unsur ini
biasanya terdapat
dalam bentuk terlarut atau tersuspensi
(terikat dengan
zat padat) serta terdapat sebagai bentuk
ionik.
Dampak dari pencemaran logam berat
ini sering dila-
porkan. Merkuri misalnya, merupakan
salah satu jeni
Pencemaran logam berat merupakan
permasalahan yang
sangat serius untuk ditangani, karena
merugikan ling-
kungan dan ekosistem secara umum.
Sejak kasus
merkuri di Minamata Jepang pada
1953, pencemaran
logam berat semakin sering terjadi dan
semakin banyak
dilaporkan. Agen Lingkungan Amerika
Serikat (EPA)
me-laporkan, terdapat 13 elemen
logam berat yang
diketahui berbahaya bagi lingkungan,
diantaranya arse-
nik (As), timbal (Pb), merkuri (Hg), dan
kadmium (Cd).
Logam berat sendiri sebenarnya
merupakan unsur
esensial yang sangat dibutuhkan setiap
makhluk hidup,
namun beberapa diantaranya (dalam
kadar tertentu)
bersifat racun. Di alam, unsur ini
biasanya terdapat
dalam bentuk terlarut atau tersuspensi
(terikat dengan
zat padat) serta terdapat sebagai bentuk
ionik.
Dampak dari pencemaran logam berat
ini sering dila-
porkan. Merkuri misalnya, merupakan
salah satu jeni
Pencemaran logam berat merupakan permasalahan yang sangat serius untuk ditangani,
karena merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum. Sejak kasus merkuri di Minamata
Jepang pada 1953, pencemaran logam berat semakin sering terjadi dan semakin banyak
dilaporkan. Agen Lingkungan Amerika Serikat (EPA) me-laporkan, terdapat 13 elemen logam
berat yang diketahui berbahaya bagi lingkungan, diantaranya arsenik (As), timbal (Pb), merkuri
(Hg), dan kadmium (Cd). Logam berat sendiri sebenarnya merupakan unsur esensial yang sangat
dibutuhkan setiap makhluk hidup, namun beberapa diantaranya (dalam kadar tertentu) bersifat
racun. Di alam, unsur ini biasanya terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi (terikat dengan
zat padat) serta terdapat sebagai bentuk ionik. Dampak dari pencemaran logam berat ini sering
dilaporkan. Merkuri misalnya, merupakan salah satu jenis logam berat berbahaya karena berisiko
tinggi terhadap tubuh. Elemen ini berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang
dan dapat teraakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Secara prinsip, pada konsentrasi
rendah berpengaruh terhadap gangguan paru-paru, emphysema dan renal turbular disease kronis.
Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan dengan menggunakan
proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam
berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti
penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Namun proses ini
relatif mahal dan cenderung menimbulkan permasalahan baru, yaitu akumulasi senyawa tersebut
dalam sedimen dan organisme akuatik (perairan). Penanganan logam berat dengan
mikroorganisme atau mikrobia (dalam istilah biologi dikenal dengan bioakumulasi,
bioremediasi, atau bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi
tingkat keracunan elemen logam berat di lingkungan perairan tersebut. Metode atau teknologi ini
sangat menarik untuk dikembangkan dan diterapkan, karena memiliki kelebihan dibandingkan
dengan proses kimiawi. Beberapa hasil studi melaporkan, penggunaan mikroorganisme untuk
menangani pencemaran logam berat lebih efektif dibandingkan dengan ion exchange dan reverse
osmosis dalam kaitannya dengan sensitivitas kehadiran padatan terlarut (suspended solid), zat
organik dan logam berat lainnya. Serta, lebih baik dari proses pengendapan (presipitation) kalau
dikaitkan dengan kemampuan menstimulasikan perubahan pH dan konsentrasi logam beratnya.
Dengan kata lain, penanganan logam berat dengan mikroorganisme relatif mudah dilakukan,
murah dan cenderung tidak berbahaya bagi lingkungan (Mursyidin, 2006). Untuk menekan
pencemaran limbah merkuri sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, paling awal
dengan memilih teknik penggalian yang ramah lingkungan, yaitu pertambangan tertutup. Dengan
begitu memperkecil keluarnya merkuri dari dalam tanah. Hal ini sebaliknya terjadi pada
pertambangan terbuka. Tahap berikutnya adalah menggunakan teknologi pemrosesan batuan
tambang yang tidak menggunakan bahan merkuri, di antaranya dengan bahan sianida dan dengan
cara bioteknologi yang disebut proses pencucian dengan mikroba. Mikroorganisme yang
mengoksida batuan itu umumnya hidup pada bahan anorganik, di antaranya yang banyak
digunakan adalah Thiobacillus feroxidans. Proses biologi ini banyak dipilih untuk mengolah biji
atau batuan yang mempunyai kandungan sulfida yang tinggi dan karena biayanya lebih murah
dibandingkan dengan cara mekanis, serta tidak mencemari lingku-ngan. Pada kondisi lingkungan
yang telah telanjur terpolusi merkuri, upaya yang dilakukan adalah penyehatan kembali
lingkungan. Caranya dengan memindahkan sedimen yang mengandung merkuri tinggi kemudian
diisolasi. Hal ini pernah dilakukan Jepang terhadap kawasan Minamata. Alternatif remediasi
secara biologis yang disebut fitoremediasi pun ditempuh. Pada cara ini digunakan tumbuhan
yang dapat menyerap metil merkuri. Dibandingkan dengan yang lain, cara ini relatif murah dan
memungkinkan sumber pencemar didaur ulang. Sayangnya proses alami ini relatif lambat dalam
mereduksi polutan. Mengatasi pencemaran merkuri dengan bakteri juga dimungkinkan karena
diketahui ada bakteri yang dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang mengandung merkuri
dalam jumlah tinggi. Bakteri itu adalah Pseudomonas fluorescens, Staphylococcus aureus, dan
Bacillus sp. Hal ini menginspirasi ahli biologi molekuler untuk memadukan fungsi gen beberapa
bakteri hingga menghasilkan strain unggul untuk mengatasi pencemaran merkuri secara cepat
dan efektif (Anonim, 2004). Cara-cara penanggulangan tersebut merupakan beberapa metode
penanggulangan untuk pemulihan kembali air permukaan dan airtanah. Pemulihan tersebut
membutuhkan waktu lama seperti pada kasus Minamata disease.
Penatalaksanaan Keracunan Merkuri
Penatalaksanaan awal dari keracunan merkuri adalah menghentikan paparan terhadap
merkuri secara segera. Klinisi perlu mengetahui apakah pasien mengalami paparan akut atau
kronis. Lakukan dekontaminasi pada pasien, termasuk menyingkirkan pakaian atau sumber
merkuri lainnya.
Pada kasus paparan terhadap kulit, cuci dengan air dan sabun. Apabila merkuri mengenai
mata, maka bilas dengan air mengalir. Penatalaksanaan lain yang dilakukan adalah penanganan
suportif, terapi kelasi, dan rehabilitasi.
Terapi Suportif
Setelah pasien dan tenaga medis sudah aman dari sumber merkuri, maka penatalaksanaan
akan bersifat suportif. Penilaian awal pasien mencakup AIRWAY, BREATHING,
CIRCULATION (ABC). Klinis perlu memastikan jalan napas pasien, dan
memberikan oksigenasi bila perlu. Pasang akses vena. Apabila ada indikasi gangguan
hemodinamik, maka berikan cairan intravena.
Bilas lambung dapat bermanfaat mengurangi ingesti merkuri, namun harus dilakukan
secara hati-hati karena ada risiko perforasi gaster. Tidak disarankan untuk menginduksi
refleks muntah karena akan menyebabkan iritasi mukosa saluran cerna semakin
parah. Karbon aktif juga tidak efektif dalam kasus keracunan merkuri.
Selanjutnya, pantau komplikasi dari keracunan merkuri, seperti gangguan pernapasan,
perdarahan saluran cerna, dan tanda kerusakan ginjal seperti oligouria atau anuria. Anak
dengan stridor dapat diberikan nebulisasi epinefrin 0,25-0,75 ml dalam 2,5 ml air dan
dapat diulang dalam 20 menit.
Terapi Kelasi
Terapi kelasi hanya diberikan pada pasien dengan riwayat keracunan merkuri yang jelas
dan bergejala. Karena risiko efek samping yang menimbulkan ketidaknyamanan,
pemberian agen kelasi sebaiknya dilakukan tenaga medis terlatih.
Agen kelasi perlu diberikan sedini mungkin untuk mengikat merkuri dan mengurang efek
toksik pada organ. Pada kasus dimana pasien menunjukkan gejala signifikan dan dugaan
kuat bersumber dari keracunan merkuri, klinisi dapat memberikan agen kelasi sebelum
mendapatkan konfirmasi laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai