Anda di halaman 1dari 3

Bahaya Penggunaan Air Raksa Pada

Pertambangan Tradisional
Posted on June 12, 2012 by sorikmasmining

Apa itu Air Raksa atau Merkuri?

Air raksa atau merkuri adalah sebuah elemen yang berasal dari kerak bumi. Manusia tidak
bisa menciptakan atau memusnahkan merkuri ini. Merkuri termasuk salah satu logam berat,
dengan berat molekul yang tinggi.

Merkuri adalah logam yang ada secara alami dan satu-satunya logam yang berwujud cair
pada suhu kamar. Logam murninya berwarna keperakan, cairan tak berbau, dan mengkilap.
Bila dipanaskan sampai suhu 357 oC, air raksa akan menguap dan akan meleleh pada suhu -
38,9 oC. Bentuk-bentuk lain dari merkuri secara alami dapat ditemukan dalam elemen-
elemen yang dapat dijumpai di udara, air, dan tanah yang dapat berbentuk elemen atau logam
merkuri, senyawa-senyawa merkuri anorganik dan merkuri organik.

Logam merkuri banyak digunakan dalam industri produksi gas khlor dan soda kaustik,
termometer, tambal gigi, baterai, lampu neon, dan lampu mobil. Khusus untuk termometer,
merkuri jauh lebih akurat daripada yang menggunakan alkohol karena mudah sekali
dipengaruhi oleh perubahan suhu meskipun harus dilakukan pewarnaan terlebih dahulu.

Selain digunakan dalam industri pabrik, merkuri juga banyak digunakan untuk kegiatan
penambangan emas tradisional tidak berizin (PETI)—biasa disebut “air kuik” oleh
penambang tradisional—untuk mengekstrak logam emas.

Bagaimana Senyawa Merkuri Berada di Lingkungan Sekitar Kita?

Di samping senyawa-senyawa merkuri dalam bentuk senyawa dasar yang meluruh/lepas dari
batuan alam yang terlepas dari batuan-batuan kerak bumi, senyawa-senyawa merkuri
lainnnya diproduksi oleh industri-industri dalam jumlah kecil untuk kegunaan khusus seperti
bahan-bahan kimia maupun farmasi.

Sedangkan, jumlah besar dari senyawa-senyawa merkuri ini dihasilkan dari hasil sampingan
pada penambangan emas dan aktivitas pengolahan limbah penambangan emas.

Pengelolaan buangan hasil samping penambangan emas dan pengendalian limbah


penambangan emas yang tidak benar dan tidak semestinya, baik penambangan emas besar
(berijin) maupun penambangan emas tradisional tidak berijin (PETI), yang menyebabkan
terdapatnya merkuri pada lingkungan di sekitar kita dikarenakan pembuangan limbah cair
(tailing) pada lingkungan perairan di sekitar kita. Demikian juga dengan senyawa-senyawa
merkuri, juga dapat memasuki lingkungan udara melalui pembakaran senyawa amalgam
merkuri yang mengandung emas (gebosan/emposan) di mana merkuri akan menguap ke
udara dan logam emas tertinggal sebagai residu. Uap merkuri tidak berwarna dan bisa
terhirup oleh pernafasan memasuki tubuh manusia maupun hewan.

Bahaya Merkuri
Air raksa atau merkuri sangat beracun. Dalam kadar rendah, logam berat ini umumnya sudah
beracun bagi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Merkuri dapat menyebabkan
kerusakan pada sistem saraf meskipun hanya terpapar dalam tingkat yang relatif rendah. Hal
ini terutama berbahaya bagi ibu yang sedang hamil. Perkembangan anak-anak karena
senyawa merkuri dapat menyebabkan cacat fisik maupun mental pada kelahiran janin.

Air raksa atau Merkuri terkumpul/terakumulasi dalam tubuh manusia dan hewan melalui
siklus (daur) rantai makanan, terutama dalam beberapa jenis ikan dan kerang-kerangan
karena lingkungan perairan mereka telah tercemar dengan senyawa merkuri.

Senyawa air raksa atau merkuri yang terikat dengan satu senyawa karbon, akan membentuk
senyawa merkuri organik, contohnya metil merkuri. Senyawa merkuri organik dianggap lebih
berbahaya dan dapat larut dalam lapisan lemak pada kulit yang menyelimuti inti saraf.

Metil merkuri merupakan merkuri organik yang selalu menjadi perhatian serius dalam
toksikologi (ilmu pengetahuan tentang racun). Hal ini karena metil merkuri dapat diserap
secara langsung melalui pencernaan ikan, hewan, dan manusia dan akan berakumulasi di
dalam tubuh ikan, hewan dan manusia, mengikuti pola rantai makanan.

Senyawa merkuri dapat memasuki tubuh melalui pernapasan dengan kadar penyerapan 80%.
Uapnya dapat menembus membran paru-paru dan apabila terserap ke tubuh, senyawa merkuri
akan terikat dengan protein sulfurhidril seperti sistein dan glutamine. Di dalam darah, 90%
dari metil merkuri diserap ke dalam sel darah merah. Metil merkuri juga dijumpai dalam
rambut.

Toksisitas atau tingkat racun merkuri pada manusia dibedakan menurut bentuk senyawa Hg,
yaitu anorganik dan organik. Keracunan anorganik Hg sudah dikenal sejak abad ke-18 dan
ke-19 dengan gejala tremor pada orang dewasa.

Gejala tremor telah dikenal sejak abad ke-18 yang disebut “hatter’s shakes” (topi bergoyang),
karena pada saat itu banyak pekerja di pabrik topi dan wol menderita gejala tersebut.

Gejala berlanjut dengan tremor pada otot muka, yang kemudian merambat ke jari-jari dan
tangan. Bila keracunan berlanjut, tremor terjadi pada lidah, berbicara terbata-bata, berjalan
terlihat kaku, dan hilang keseimbangan.

Perubahan pada hilangnya daya ingatan dapat juga terjadi pada kasus keracunan Hg dan
keracunan kronis akan menyebabkan kematian.

Selain keracunan Hg anorganik, bentuk Hg organik juga menimbulkan keracunan yang


sangat berbahaya. Kasus keracunan metil merkuri pada orang, baik anak maupun orang
dewasa, diberitakan besar-besaran pasca Perang Dunia II di Jepang, yang disebut “Minamata
Disease” atau Penyakit Minamata.

Tragedi “Minamata Disease” ini ditemukan pada penduduk di sekitar kawasan Minamata,
Jepang, yang memakan ikan yang berasal dari laut di sekitar Teluk Minamata yang
mengandung merkuri yang berasal dari buangan sisa industri plastik.
Gejala keanehan mental dan cacat saraf mulai tampak terutama pada anak-anak. Namun baru
sekitar 25 tahun kemudian sejak gejala penyakit tersebut tampak (ditemukan), pemerintah
Jepang menghentikan pembuangan Hg.

Untuk menghilangkan sisa-sisa bahan pencemar dan melakukan rehabilitasi penduduk yang
terkena dampak menahun (kronis), negara ini telah membayar sangat mahal, jauh melebihi
keuntungan yang diperoleh dari hasil pengoperasian perusahaan Chisso Corporation yang
menjadi penyebab terakumulasinya merkuri di Teluk Minamata.(HJK)

Sejak dahulu, sekarang dan yang akan datang, PT Sorikmas Mining tidak pernah
menggunakan air raksa di operasi aktivitasnya.

This entry was posted in Lingkungan and tagged sorikmas mining by sorikmasmining.
Bookmark the permalink.

Anda mungkin juga menyukai