SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
I. DESKRIPSI SINGKAT
1
5. Menjelaskan tentang Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa
Penyakit dan Keracunan (SKD – KLB).
6. Menjelaskan tentang penyakit potensial KLB dan New Emerging
Desease.
7. Menjelaskan tentang Surveilans Berbasis Masyarakat (Community
Based Surveillance).
3.3. Sumber Data, Jenis Data dan Alur serta Tata-Cara Pelaporan.
1. Sumber dan Jenis data yang digunakan.
2. Alur dan tatacara pelaporan.
Pada sesi ini anda akan mempelajari pokok bahasan dengan masing masing
sub pokok bahasannya. Berikut ini akan disampaikan kegiatan bagi fasilitator
dan peserta, dengan lembar kerja masing masing.
2
4.1. Langkah 1
Kegiatan fasilitator :
1. Menciptakan suasana nyaman dan memotivasi peserta untuk siap
menerima materi.
2. Memberikan gambaran umum tentang pentingnya materi bagi
peserta.
Kegiatan peserta :
1. Mempersiapkan diri dengan alat tulis yang dibutuhkan.
2. Mendengarkan dan memperhatikan serta mencatat hal hal yang
dianggap penting.
4.2. Langkah 2
Pokok Bahasan 1, sub pokok bahasan a
Kegiatan fasilitator :
1. Menyampaikan pokok bahasan 1 dengan memberikan penjelasan
tentang pengertian Surveilans Epidemiologi.
2. Meminta peserta untuk memberikan komentar.
3. Melakukan klarifikasi.
Kegiatan peserta :
1. Memberikan komentar tentang pengertian Surveilans Epidemiologi.
2. Menyamakan persepsi tentang pengertian dan konsep Surveilans
Epidemiologi.
4.3. Langkah 3
Pokok bahasan 1, sub pokok bahasan b
Kegiatan fasilitator :
1. Membimbing peserta agar mengetahui kegunaan Surveilans
Epidemiologi.
2. Melakukan klarifikasi.
Kegiatan peserta :
1. Memberikan komentar tentang kegunaan Surveilans Epidemiologi.
2. Menyamakan persepsi tentang kegunaan Surveilans Epidemiologi.
4.4. Langkah 4
Pokok bahasan 2, sub pokok bahasan a
Kegiatan fasilitator :
1. Menyampaikan pokok bahasan 2 dengan memberikan penjelasan
tentang komponen dan strategi Surveilans Epidemiologi.
2. Meminta peserta untuk memberikan komentar.
3. Melakukan klarifikasi.
Kegiatan peserta :
1. Memberikan komentar tentang komponen dan strategi Surveilans
Epidemiologi.
2. Menyamakan persepsi tentang pengertian dan konsep Surveilans
Epidemiologi.
3. Menuliskan rumusan kegiatan Surveilans.
4. Mengharap peserta dapat mengaplikasikan di lapangan.
3
4.5. Langkah 5
Pokok bahasan 2, sub pokok bahasan b
Kegiatan fasilitator :
1. Mengajarkan peserta agar mengetahui mekanisme Surveilans
Epidemiologi.
2. Melakukan klarifikasi.
Kegiatan peserta :
1. Memberikan komentar tentang komponen dan strategi Surveilans
Epidemiologi.
2. Menyamakan persepsi tentang pengertian dan konsep Surveilans
Epidemiologi.
4.6. Langkah 6
Pokok bahasan 3, sub pokok bahasan a
Kegiatan fasilitator :
1. Memberikan pengetahuan tentang sumber dan jenis data surveilans.
2. Melakukan klarifikasi.
Kegiatan peserta :
1. Memberikan komentar dan diskusi tentang sumber dan jenis data
surveilans.
2. Menyepakati sumber data surveilans.
4.7. Langkah 7
Pokok bahasan 3, sub pokok bahasan b
Kegiatan fasilitator :
1. Mengajarkan kepada peserta tentang alur dan tatacara pelaporan.
2. Melakukan klarifikasi.
Kegiatan peserta :
1. Memberikan komentar tentang alur dan tatacara pelaporan.
2. Menyamakan persepsi tentang alur dan tatacara pelaporan.
4.8. Langkah 8
Pokok bahasan 4
Kegiatan fasilitator :
1. Mengajarkan kepada peserta tentang pulta, lahta dan analisis data.
2. Membagi peserta dalam kelompok.
3. Menugaskan tiap kelompok untuk melakukan kegiatan lahta dan
analisis.
4. Menugaskan kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
5. Melakukan klarifikasi.
Kegiatan peserta :
1. Membentuk Kelompok.
2. Mengerjakan dalam kelompok kegiatan lahta dan analisis data.
3. Mempresentasikan hasil diskusi.
4. Mengumpulkan hasil diskusi dalam presentasi.
4.9. Langkah 9
Pokok bahasan 5, sub pokok bahasan a
Kegiatan fasilitator :
4
1. Memberikan pembelajaran tentang kelengkapan, ketepatan dan
kebenaran laporan.
2. Melakukan klarifikasi.
Kegiatan peserta :
1. Memberikan komentar tentang kelengkapan, ketepatan dan
kebenaran laporan.
2. Menyamakan persepsi tentang kelengkapan, ketepatan dan
kebenaran laporan.
4.10. Langkah 10
Pokok bahasan 5, sub pokok bahasan b
Kegiatan fasilitator :
1. Memberikan pembelajaran tentang penghitungan kelengkapan dan
ketepatan laporan.
2. Menugaskan tiap kelompok untuk mengerjakan contoh soal
penghitungan kelengkapan dan ketepatan laporan.
3. Menugaskan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi.
4. Melakukan klarifikasi.
Kegiatan peserta :
1. Membentuk kelompok.
2. Mendiskusikan dalam kelompok tentang penghitungan kelengkapan
dan ketepatan laporan.
3. Mempresentasikan hasil diskusi.
4. Mengumpulkan hasil diskusi dalam presentasi.
4.11. Langkah 11
Pokok bahasan 6, sub pokok bahasan a
Kegiatan fasilitator :
1. Menyampaikan pokok bahasan 6 dengan memberikan penjelasan
tentang pengertian dan konsep SKD KLB.
2. Meminta peserta untuk memberikan komentar.
3. Melakukan klarifikasi.
Kegiatan peserta :
1. Memberikan komentar tentang pengertian dan konsep SKD KLB.
2. Menyamakan persepsi tentang pengertian dan konsep SKD KLB.
4.12. Langkah 12
Pokok bahasan 6, sub pokok bahasan a
Kegiatan fasilitator :
1. Membimbing peserta agar mengetahui kegiatan SKD KLB.
2. Melakukan klarifikasi.
Kegiatan peserta :
1. Menuliskan rumusan kegiatan SKD KLB.
2. Menyusun langkah kegiatan SKD KLB.
3. Mengaplikasikan kegiatan di lapangan.
4.13. Langkah 13
Pokok bahasan 7, sub pokok bahasan a
Kegiatan fasilitator :
5
1. Membimbing peserta agar mengetahui penyakit potensial KLB.
2. Melakukan klarifikasi.
Kegiatan peserta :
1. Menuliskan rumusan kegiatan penyakit potensial KLB.
2. Menyusun langkah kegiatan penyakit potensial KLB.
3. Mengaplikasikan kegiatan di lapangan.
4.14. Langkah 14
Pokok bahasan 8, sub pokok bahasan a
Kegiatan fasilitator :
1. Membimbing peserta agar mengetahui kegiatan Surveilans Berbasis
Masyarakat.
2. Melakukan klarifikasi.
Kegiatan peserta :
1. Menuliskan rumusan kegiatanSurveilans Berbasis Masyarakat.
2. Menyusun langkah kegiatan Surveilans Berbasis Masyarakat.
3. Mengaplikasikan kegiatan di lapangan.
V. URAIAN MATERI
6
program atau unit yang mendapat dukungan surveilans epidemiologi
mendapat informasi epidemiologi secara terus-menerus juga.
3. Kegiatan yang mempunyai tujuan yang jelas, tanpa tujuan maka
surveilans epidemiologi tidak boleh dilaksanakan. Tujuan surveilans
epidemiologi adalah memberikan dukungan informasi epidemiologi
kepada program atau penelitian sebagai bahan pengambilan
keputusan program atau penelitian. Kegiatan surveilans epidemiologi
yang tidak menghasilkan suatu informasi epidemiologi yang dapat
dimanfaatkan program untuk pengambilan keputusan menunjukkan
surveilans epidemiologi yang berkinerja rendah.
7
6. Memastikan sifat dasar dari wabah tersebut, sumber dan cara
penularannya, distribusinya, dsb.
8
epidemiologi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan surveilans
epidemiologi, data tambahan lain yang tidak diperlukan tidak boleh
direkam, karena akan membebani pekerjaan petugas yang merekam
data epidemiologi tersebut.
a. Cara Pengumpulan Data
Berdasarkan cara pengumpulan data epidemiologi, maka
surveilans epidemiologi dibagi :
1) Surveilans aktif : adalah kegiatan surveilans dimana para
petugas surveilans mendatangi sumber data, sehingga tidak
ada satupun laporan sumber data yang tidak terekam
2) Surveilans pasif : adalah kegiatan surveilans dimana para
petugas surveilans menunggu laporan yang dikirim oleh
sumber data
b. Pengolahan Data
Data mentah (raw data) di olah menjadi tabel, grafik, dan peta
menurut golongan umur, jenis kelamin, tempat dan waktu, atau
berdasarkan faktor risiko tertentu, dsb, sesuai dengan kebutuhan
program.
4. Studi epidemiologi.
6. Diseminasi informasi
Data yang telah diolah diinformasikan kepada program yang terkait
dan kepada pimpinan
Penyebaran informasi dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain :
a. Menyampaikan tabel, grafik atau peta, baik laporan khusus,
ataupun laporan tahunan dalam sebuah buku data surveilans
epidemiologi.
b. Menyampaikan laporan khusus hasil analisa lanjut kepada
program terkait atau penelitian
c. Menyampaikan paper hasil analisa pada suatu seminar
d. Menyampaikan paper hasil analisa pada suatu buletin, baik
media cetak, maupun media elektronik
9
e. Tim teknis surveilans terlibat dalam perencanaan, pengendalian,
monitoring dan evaluasi program atau penelitian.
7. Umpan balik
Umpan balik bertujuan untuk menciptakan komunikasi antara
sumber pelaporan dan penerima laporan, contoh : absensi laporan,
kelengkapan laporan, hasil analisis situasi masalah kesehatan dan
informasi lain.
10
3. Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik
kependudukan dan masyarakat.
4. Data geografi yang dapat diperoleh dari unit unit meteorologi dan
geofisika.
5. Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan
kesehatan dan masyarakat.
6. Data kondisi lingkungan.
7. Laporan wabah (W1).
8. Laporan penyelidikan wabah/KLB.
9. Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya.
10. Data hewan dan vektor sumber penular penyakit yang dapat
diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
11. Laporan kondisi pangan.
12. Data dan informasi penting lainnya.
d. Pemeriksaan laboratorium.
Dengan kemajuan tehnik laboratorium, terutama pada bidang
virologi dan serologi, laboratorium mempunyai peranan penting
dalam surveilans.
e. Penyelidikan peristiwa penyakit.
Untuk memastikan diagnosa penyakit dari penderita yang
dilaporkan, maka untuk mengetahui banyak hal lagi, perlu diadakan
penyelidikan lengkap dari suatu peristiwa penyakit. Penting pula
diadakan pencarian kasus lainnya ditempat peristiwa penyakit itu
terjadi. Ada kalanya dari suatu peristiwa penyakit yang dilaporkan,
yang kemudian diadakan checking on the spot, ditemukan kasus-
kasus lain lebih banyak, sehingga bisa dikatakan bahwa yang terjadi
sebetulnya adalah wabah tetapi tidak ketahuan.
11
f. Penyelidikan wabah.
Bila suatu daerah melaporkan adanya kematian, atau adanya
kejadian kesakitan yang meningkat atau lebih banyak dari
biasanya, maka perlu segera dipelajari apakah keadaan tersebut
memang betul-betul wabah dengan mengadakan “checking on
the spot”. Sering kali dalam keadaan panik, kejadian biasa dikira
suatu wabah, terutama jika sumber berita wabah itu berasal dari
luar dan tanpa diperiksa oleh petugas kesehatan setempat.
Penyelidikan suatu wabah dapat meliputi semua bidang, baik
klinis, laboratoris maupun epidemiologi.
g. Survei.
Survei merupakan suatu cara aktif dan cepat untuk mendapat
keterangan mengenai keadaan suatu penyakit masyarakat.
Sayangnya memerlukan banyak tenaga, fasilitas dan biaya
operasi yang mahal.
h. Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir penyakit
pada hewan.
Surveilans dari penyakit-penyakit yang bersumber binatang atau
“arthropode-borne diseases” memerlukan data tentang vektor
dan hewan yang menjadi sumber (misalnya penyakit pes,
malaria, dan lain-lain)
i. Penggunaan obat-obatan, serum dan vaksin.
Dari keterangan-keterangan penggunaan barang-barang
tersebut diatas, baik mengenai banyaknya, jenisnya, waktu
digunakannya, kesemuanya itu bisa memberikan gambaran
tentang keadaan suatu penyakit.
j. Keterangan mengenai penduduk serta lingkungannya.
Untuk melengkapi gambaran epidemiologis dari suatu penyakit,
perlu adanya keterangan-keterangan mengenai penduduk serta
faktor-faktor lain yang ada hubungannya dengan penyakit
tersebut, termasuk pula keadan lingkungan hidup.
12
Tatacara pelaporan sesuai dengan format yang telah menjadi
kesepakatan, misalnya format SKD KLB dilaporkan menggunakan
format PWS KLB, format pelaporan penyakit setiap bulan menggunakan
format STP, baik rutin maupun sentinel, hasil penyelidikan epidemiologi
menggunakan format PE, dsb. Pelaporan disampaikan menggunakan
cara yang sudah disepakati misalnya menggunakan pos, SMS gateway,
faxcimile, dsb.
Unit Surveilans
Ditjen PP & PL Depkes RI
Unit Surveilans
Dinas Kesehatan Provinsi
Unit Surveilans
Dinas Kesehatan Kab/Kota
Unit surveilans RS
Alur pelaporan
13
Sebelum melakukan pengumpulan data, terlebih dahulu harus ada
kejelasan tentang jenis data yang akan dikumpulkan. Dalam hal ini
definisi operasional yang jelas, sederhana, stabil dan mudah
dikerjakan akan sangat membantu ketepatan jenis data yang akan
dikumpulkan oleh siapa, kapan dan dimana. Bila batasannya tidak
jelas, data yang terkumpul akan beragam dan berbeda satu sama
lainnya, sehingga hasilnya kurang spesifik. Jenis data yang
dikumpulkan antara lain jenis penyakit, data faktor risiko dan data
lain yang dibutuhkan.
2. Metoda
Metoda pengumpulan data :
a. Aktif yaitu mengumpulkan data secara rutin dari sumber data dan
tanya jawab dengan menggunakan kuesioner atau format formulir
yang telah disiapkan atau melakukan observasi langsung.
b. Pasif dengan menerima data dan informasi dari sumber data.
3. Pengolahan data
Pengolahan data merupakan dasar dari kegiatan analisis data
berikutnya, sehingga dalam proses pengolahan data ini diperlukan
ketekunan sekaligus kejujuran dalam mensikapi hasil yang diperoleh.
Bila hasil pengolahan data menunjukkan adanya inkonsistensi, perlu
melakukan pelacakan untuk mencari kejelasan atas terjadinya
inkonsistensi tersebut sekaligus berupaya mencari usaha untuk
menjaga konsistensinya, misalnya dengan melihat data dasar dan
melakukan klarifikasi pada sumbernya.
Pada dasarnya pengolahan data, dapat dilakukan dengan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan pengolahan data
secara kuantitatif dengan menyorot masalah serta upaya
pemecahannya, yang sebagian menggunakan metode pengukuran.
Dalam hal ini pengumpulan data dibuat sedemikian rupa sehingga
dapat dikuantifikasi.
Pendekatan kuantitatif ini dengan tabulasi, yakni tabulasi sederhana,
tabulasi frekuensi sampai dengan tabulasi silang yang berisi
hubungan dari beberapa variabel (multi-variable). Manfaat
penerapan metode kuantitatif ini, antara lain:
a. Efisien dalam menghimpun, mengolah dan menganalisa data
penelitian terutama dalam perencanaan penelitian survey.
b. Relatif lebih mudah untuk melakukan perbandingan dan
generalisasi.
c. Lebih mudah menerapkan metode induksi, terhadap hasil-hasil
penelitian.
d. Lebih tepat untuk menguji hipotesa, terutama dalam penelitian
yang bersifat eksplanatoris.
Pendekatan kualitatif, merupakan metode pengumpulan data yang
menghasilkan deskriptif analitis, berupa informasi secara tertulis atau
lisan, dan perilaku yang nyata.
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dilakukan Pengolahan dan
Analisis Data. Sebelum dianalisis, data perlu diolah terlebih dulu.
Analisis dimaksudkan untuk memberi makna pada data.
14
Secara garis besar pengolahan data dapat dilakukan secara manual
atau komputerisasi dengan menggunakan software tertentu
bergantung pada tujuan pengolahanya.
a. Kompilasi / Perekam Data
Proses kompilasi/perekam data sebagai tahap awal pemrosesan
data baik secara manual maupun komputer. Langkah awal dari
tahapan ini adalah melakukan perhitungan data sesuai dengan
karekteristik yang diinginkan.
b. Verifikasi Data
Langkah ini dimaksudkan untuk menjamin agar data yang telah
dikompilasikan telah terbebas dari kesalahan dan semaksimal
mungkin validitasnya bisa dijamin. Kegiatan ini dimulai dengan
pembersihan data yang sebaiknya dilakukan sejak penjumlahan
data dari buku register, bila pada tahapan ini dijumpai adanya
kejanggalan nilai yang dihasilkan maka perlu segera dilakuan
koreksi untuk kegiatan perekam data.
Verifikasi data dilakukan setelah proses kompilasi/perekam
selesai dikerjakan untuk melihat tingkat “missing data” dan
“konsistensinya”, kegiatan ini biasanya dilakukan dengan cara
membuat distribusi frekuensi dari variabel yang hendak dinilai
menurut beberapa karakteristiknya selanjutnya verifikasi dengan
cara berikut :
Bila hasil verifikasi diatas semua data sudah konsisten, dapat
dinyatakan bahwa data siap untuk dilakukan proses selanjutnya.
Namun bila ada dari verifikasi masih dijumpai adanya
inkonsistensi, maka perlu dilakukan pengecekan ulang terhadap
kelengkapan datanya, perhitunganya, data dasar (sumber
datanya), pertimbangkan ratio pemakaian sarana / bahan.
c. Transformasi / Manipulasi Data
Yang dimaksud dengan transformasi / manipulasi data adalah
mengubah bentuk nilai-nilai variabel awal menjadi bentuk yang
baru sesuai dengan rencana analisis sedangkan nilai variabel
aslinya masih ada.
Pengubah variabel kedalam bentuk yang baru tersebut, sedapat
mungkin menjaga aspek ilmiahnya antara lain dengan
menggunakan ukuran “Gold Standard” (standard emas) yang
merupakan hasil kesepakatan para ahli atau hasil kegiatan ilmiah
sebelumnya. Jika nilai Gold Standar tidak didapatkan, maka kita
dapat menetapkan nilai standard sendiri dengan menguraikan
justifikasinya.
Dengan adanya bentuk variabel yang baru tersebut diharapkan
proses analisis menjadi lebih mudah dalam menghasilkan suatu
informasi sesuai yang diharapkan. Kegiatan transformasi data
yang dimakdud akan lebih mudah bila dilakukan dengan
menggunakan komputer dan software anlisis data.
Beberapa cara yang biasa dilakukan untuk membentuk variabel
antara lain :
1) Memodifikasi nilai variabel.
2) Mengelompokan nilai variabel.
3) Mengelompokan nilai beberapa variabel menjadi variabel baru.
4) Mengekstraksi sebagian dari nilai suatu variabel
15
Dengan kata lain, secara ringkas pengolahan data meliputi : Editing,
Coding, dan Tabulating.
a. Editing
Yaitu kegiatan untuk memeriksa data mentah yang telah
dikumpulkan. Sebelum data diolah, data atau keterangan yang
telah dikumpulkan dalam buku catatan, daftar pertanyaan atau
pada pedoman wawancara perlu dibaca sekali lagi dan
diperbaiki. Jika masih terdapat yang salah atau yang masih
meragukan perlu dilakukan revisi. Artinya, pada tahap ini
dilakukan peningkatan kualitas data, dengan menghitung dan
mengoreksi daftar pertanyaan yang telah diisi.
b. Coding
Yaitu kegiatan peng-kode-an terhadap data sehingga
memudahkan untuk analisis data. Data yang dikumpulkan dapat
berupa angka, kalimat pendek atau panjang, ataupun hanya
jawaban ”ya” atau ”tidak”. Untuk memudahkan analisis, maka
jawaban-jawaban tersebut perlu diberi kode. Pemberian kode-
kode kepada jawaban sangat penting artinya jika pengolahan
data dilakukan dengan komputer.
Pemberian kode dapat dilakukan dengan melihat jenis
pernyataan, jawaban atau pertanyaan. Dalam hal ini dapat
dibedakan, misalnya jawaban yang berupa angka, jawaban dari
pertanyaan tertutup, jawaban pertanyaan semi-terbuka, jawaban
pertanyaan terbuka, dan jawaban pertanyaan kombinasi.
Biasanya coding dilakukan untuk data-data kualitatif. Dengan
koding ini, data kualitatif dapat di konversi menjadi data
kuantitatif (kuantifikasi). Proses kuantifikasi mengikuti prosedur
yang berlaku, misalnya dengan menerapkan skala pengukuran
nominal dan ordinal.
Contoh : Data Agama Responden, Skala Nominal
1 = Islam
2 = Kristen
3 = Katolik
4 = Hindu
5 = Budha
16
Coding dapat dilakukan sebelum atau sesudah pengumpulan
data dilakukan. Untuk keperluan tertentu, koding dalam jumlah
yang banyak perlu dibuatkan buku kode sebagai petunjuk peng-
kode-an.
c. Tabulating
Yaitu kegiatan untuk membuat tabel (tabulasi) data. Tabulasi
data tidak lain adalah memasukkan data ke dalam tabel-tabel
dan mengatur angka-angka, atau menyajikan data dalam bentuk
tabel untuk memudahkan analisis maupun pelaporan.
Tabulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
1) Metode Tally (turus), yaitu dengan membuat coretan garis
tegak sebanyak 4 buah dan diikuti garis melintang yang
memotong keempat garis tegak (cross five).
2) Menggunakan Kartu, yaitu dengan menggunakan kartu tanpa
lubang atau dengan kartu berlubang.
3) Menggunakan Komputer.
d. Penyajian data
Secara umum penyajian data dapat dibagi dalam 3 (tiga) jenis
yaitu :
1) Tulisan ( textular )
Semua bentuk laporan dari pengumpulan data dilakukan
secara tertulis mulai dari proses pengambilan data,
pelaksanaan pengumpulan data sampai hasil analisis berupa
informasi dari pengumpulan data tersebut.
2) Tabel ( tabular )
Penyajian data dalam bentuk tabel adalah penyajian dengan
memakai kolom dan baris.
Bentuk-bentuk tabel sebagai berikut :
a) Master tabel ( tabel induk )
Tabel yang berisi semua hasil pengumpulan data yang
masih dalam bentuk data mentah, tabel induk ini
biasanya disajikan dalam lampiran suatu laporan
pengumpulan data.
b) Text tabel ( tabel rincian )
Merupakan uraian dari data yang diambil dari tabel induk.
Contoh : distribusi frekwensi, distribusi relatif, distribusi
kumulatif dan tabel silang.
Dalam menyajikan sebuah tabel perlu diingat beberapa hal :
a) Judul tabel, harus singkat, jelas dan lengkap hendaknya
dapat menjawab apa yang disajikan,dimana kejadiannya
dan kapan terjadi.
b) Nomor tabel.
c) Keterangan-keterangan ( catatan kaki = foot note ) yaitu
keterangan yang diperlukan untuk menjelaskan hal-hal
tetentu yang tidak bisa dituliskan didalam badan tabel.
d) Sumber,bila mengutip tabel dari laporan orang lain maka
harus mencantumkan sumber dari mana tabel itu dikutip.
3) Gambar/Grafik ( diagram )
17
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyajian grafik :
a) Judul yang singkat, jelas dan lengkap
b) Perlu 2 sumbu sebagai ordinat dan absis dalam
menggambar
c) Skala tertentu
d) Nomor gambar
e) Foot note
f) Sumber
Jenis-jenis grafik/gambar
a) Histogram
Histogram adalah grafik yang digunakan untuk
menyajikan data kontinu, merupakan areal diagram
sehingga bila interval kelas tidak sama dilakukan
pemadatan dengan membandingkan nilai interval kelas
dengan frekuensi kelas.
b) Frekuensi Poligon
Penyajian frekuensi poligon digunakan untuk data kontinu
seperti pada histogram. Membuat grafik frekuensi poligon
adalah dengan menghubungkan puncak-puncak dari
balok-balok histogram. Keuntungan frekuensi poligon
adalah dapat melakukan perbandingan penyebaran
beberapa masalah yang digambar dalam satu gambar.
c) Ogive
Ogive adalah grafik dari data kontinu dalam bentuk
frekuensi kumulatif. Dari perpotongan ogive kurang dari
( less than ) dan besar dari ( more than ) akan didapatkan
nilai yang tepat untuk letak dan besarnya nilai modus.
d) Diagram garis ( line diagram )
Diagram garis digunakan untuk menggambarkan data
diskrit atau data dengan skala nominal yang
menggambarkan perubahan dari waktu ke waktu atau
perubahan dari suatu tempat ke tempat lain.
e) Diagram batang ( bar diagram/diagram balok )
Diagram batang digunakan untuk menyajikan data diskrit
atau data dengan skala nominal maupun ordinal. Beda
balok-balok diagram batang dengan balok-balok
histogram adalah pada histogram balok-baloknya
menyabung sebab histogram menggambarkan data
kontinu. Gambar balok dapat vertikal atau horizontal.
Cara menampilkan balo-balok tersebut berupa single bar,
multiple bar dan subdivided bar.
f) Diagram pinca ( Pie diagram/ diagram lingkar )
Diagram pinca/lingkar digunakan untuk menyajikan data
distrik atau data dengan skala nominal dan ordinal atau
disebut juga data kategori. Luas satu lingkaran 360
derajat. Proporsi data yang akan disajikan dalam bentuk
derajat.
g) Diagram tebar ( Scatter diagram )
Diagram tebar adalah diagram yang digunakan untuk
menggambarkan hubungan dua macam variabel yang
18
diperkirakan ada hubungan. Sumbu Y menggambarkan
variabel dependen sedang sumbu X menggambarkan
variabel independen.
h) Pictogram
Pictogram adalah diagram yang digambar sesuai dengan
objeknya, misalnya ingin menunjukkan jml penduduk
dengan menggambar orang dsb
i) Mapgram
Digunakan map atau peta dari suatu daerah.
Permasalahan yang akan digambarkan ditunjukkan
langsung di peta tersebut.
19
Contoh-contoh grafik garis
160 70
145
140 60 58,72
120
50 49
109
100
40 39,83
80
71 30 30,38
60 60
52
44 20 18,82
40 38
32
27 10
20 6,09
0 0
1967 1976 1986 1992 1997 2002 2007 2012 2017 2020 1989 1990 1991 1992 1993 1994
138,816
30 140
20 120
10 100 92,212
0 80
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
60 48,488
23 25 14 11 12 2 5 6 6 7 3 7 35,547
40
20 16,648
6,879 5,462 3,948 2,003
25 0
Dr.Ahli Dr.Gigi Sarkes Paramedis Non Medis
20 lain Non Perw t
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
20
Contoh-contoh grafik Batang
Grafik Persentase jenis yankes (Puskesmas, Pustu dan Pusling) di Grafik Jumlah sarana yankes Puskesmas, Pustu dan Pusling di
Indonesia tahun 1989 - 1994 Indonesia tahun 1989 - 1994
100% 1994
1993
80%
1992
60%
1991
40% 1990
20% 1989
Laki-laki Perempuan
1. Analisis data
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode
ilmiah, karena dengan analisislah data tersebut dapat
diinterpretasikan sehingga berguna dalam memecahkan masalah
penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian dikelompok-
kelompokkan, dikategorikan, dan dimanipulasi serta diolah
sedemikian rupa sehingga mempunyai makna untuk menjawab
masalah penelitian dan bermanfaat untuk menguji hipotesis.
Manipulasi berarti mengubah data dari bentuk awalnya menjadi
suatu bentuk yang dapat memperlihatkan hubungan antar fenomena
yang diteliti. Setelah hubungan yang terjadi dianalisis, dibuat
penafsiran terhadap hubungan antara fenomena tersebut, dan
dibandingkan dengan fenomena lain di luar penelitian.
21
Sesuai dengan keluaran yang dihasilkan, secara garis besar analis
data dibedakan menjadi dua kelompok sebagai berikut :
a. Analisis Deskriftif
Yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat gambaran atau
mendeskrisikan nilai-nilai suatu variabel data. Misalnya distribusi
frekuensi (absolut, proporsi) nilai tengah (mean, median, modus)
dan nilai sebaranya (standard eror). Terdapat 3 (tiga) variabel
epidemiologi yang lazim dianalisis yaitu variable orang, waktu dan
tempat. Variabel orang meliputi: umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, dll. Untuk variable waktu meliputi: hari, minggu, bulan,
tahun, musim, dll. Sedangkan variable tempat seperti: di bandara,
pelabuhan atau PLBD.
b. Analisis Analitik
Yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan antara
variabel terikat (dependent variabel) dengan variabel bebas
(independent variabel). Dalam melihat hubungan antar variabel
tersebut metode stastik dibedakan menjadi dua kelompok,
sebagai berikut :
1) Analisis Bivariate
Yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan tingkat
keeratan hubungan atau hubungan sebab akibat antara dua
variabel tanpa memperhitungkan pengaruh faktor lain diluar
variabel tersebut. Biasanya analisis statistik dilakukan dengan
cara tabulasi silang. Ukuran statistik yang digunakan unutk
melihat hubungan dimaksud biasanya digambarkan dalam
nilai koefisien korelasi ( r ), X2, Odd Ratio, Relatif Risk dsb.
2) Analisis multivariate
Yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan sebab
akibat antara dua variabel dengan memperhitungkan
pengaruh faktor lain diluar variabel tersebut baik sebagai
variabel counfounding ataupun sebagai variabel Interaksi.
Ukuran statistik dalam analisis ini digunakan untuk melihat
kaitan antara suatu akibat (dependen variabel) dengan banyak
faktor yang mempengaruhi (independen variabel).
Disamping itu teknik analisis multivariate juga digunakan untuk
membuat model hubungan satu variabel dengan banyak
variabel secara bersamaan dalam bentuk formula
(persamaan) yang juga dapat digunakan untuk proyeksi.
2. Diseminasi Informasi
Setelah data dilakukan analisa dan interpretasi hasilnya segera
disebarluaskan kepada yang berkepentingan sesuai dengan
kebutuhan dalam pengambilan tindakan, baik itu berupa
pencegahan, penanggulangan, pemberantasan dan penelitian.
22
c. Apabila terjadi peningkatan jumlah kasus di desa tertentu, maka
perlu diberikan umpan balik pada Pustu yang membawahi desa
tersebut.
d. Penyebaran informasi dilaksanakan pada saat lokakarya mini
Puskesmas atau rapat koordinasi di kecamatan untuk
meningkatkan kewaspadaan sektor lain.
Pada Sistem Kewaspadaan Dini KLB, tindak lanjut yang baik adalah
apabila dilakukan sebelum terjadinya kasus atau peningkatan kasus
(pra-kasus). Tindak lanjut dalam pra kasus yang dapat dilakukan
antara lain :
a. Meningkatkan cakupan program.
b. Penyuluhan kesehatan masyarakat.
c. Persiapan logistik yang memadai.
d. Pendekatan dengan lintas sektoral, dll.
1. Kelengkapan laporan
Kelengkapan laporan adalah prosentase laporan yang diterima
dibagi dengan laporan yang seharusnya diterima dalam periode
waktu yang sama. Kelengkapan laporan dapat dilihat dari 2 aspek
yaitu lengkapnya jumlah laporan dan lengkap isi yang dilaporkan.
Pada modul ini yang dibahas terutama cara menghitung
kelengkapan jumlah laporan
Contoh :
Laporan rutin Puskesmas terdiri dari Laporan Mingguan Wabah (W2)
di Puskesmas sebagai bagian dari kegiatan Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS) Surveilans dan Laporan Bulanan Data Kesakitan di
Puskesmas (LB1) sebagai bagian dari Surveilans Epidemiologi Rutin
Terpadu Berbasis Puskesmas
23
perkembangan kasus, sehingga kasus-kasus yang terjadi terlambat
diketahui.
Salah satu kegunaan ketepatan waktu mengirim laporan adalah
mengetahui secara dini perkembangan kasus-kasus yang
berpontensi KLB, sehingga data yang teratur dikirim dan tepat waktu
dapat digunakan untuk alat pantau kemungkinan terjadi KLB atau
sebagai alat dalam sistem kewaspadaan dini KLB (SKD, KLB).
3. Kebenaran Laporan
Artinya data yang dimuat dalam laporan adalah data yang benar-
benar dapat dipertanggung jawabkan (valid), dan ini merupakan
persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam melaksanakan
kegiatan surveilans
Contoh : Dilaporkan kasus poliomyelitis 5 kasus dari satu desa. Pada
saat ini kasus poliomielitis sudah tidak ada di Indonesia, oleh karena
petugas Puskesmas harus melakukan pengecekan terhadap data
tersebut sebelum membuat laporan.
24
Contoh menghitung kelengkapan laporan pada Laporan Bulanan
Data Kesakitan (STP) :
Cara menghitung kelengkapan laporan bulanan sama dengan cara
perhitungan kelengkapan laporan mingguan.
Contoh, selama kwartal II - III tahun 2008 Puskesmas (X) telah
mengirimkan 7 Laporan Bulanan Data Kesakitan (STP) selama
Januari sampai dengan Agustus 2008 (8 bulan).
o Maka kelengkapan Laporan Bulanan Puskesmas (X) selama
kwartal II-III adalah :
7 bulan
x 100% = 87,5 %
8 bulan
o Seandainya Puskesmas tersebut tidak mengirimkan laporannya
lagi pada tahun tersebut, maka kelengkapan Laporan Bulanan
Puskesmas (X) kumulatip setahun adalah
7 bulan
x 100 % = 58,3 %
12 bulan
25
Contoh : Laporan Bulanan Puskesmas (X) seharusnya dikirim
tanggal 5 bulan berikutnya. Selama kwartal II (8 bulan) laporan
bulanan yang dikirim dibawah tanggal 5 bulan berikutnya sebanyak 6
laporan. Maka ketepatan waktu pengiriman laporan bulanan selama
kwartal II adalah :
6
x 100% = 75,0 %
8
Validasi Data
Yang dimaksud validasi data dalam modul ini adalah suatu cara
mengoreksi kebenaran data. Data yang diperoleh dari catatan
register harian Puskesmas, catatan kegiatan Puskesmas di luar
gedung dan catatan kasus/kematian pada suatu KLB penyakit,
biasanya dilakukan oleh beberapa orang petugas Puskesmas, oleh
karena itu dapat terjadi kesalahan pencatatan dan pelaporan. Untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan pencatatan, maka
terlebih dahulu dilakukan validasi data sebelum data dilaporkan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
26
2) Siapa yang melaksanakan kompilasi data
3) Dari mana sumber data tersebut diperoleh, apakah masih ada
laporan yang belum terkumpul.
Setelah kita melakukan pengecekan dengan teliti, maka akan
diperoleh data yang benar. Apabila data yang benar adalah data
yang ada di Puskesmas, maka Puskesmas segera mengirim ralat ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
27
dilakukan. Misalnya, identifikasi perubahan sanitasi terhadap
kemungkinan terjadinya KLB kolera.
VARIABEL INDIKATOR
PENYAKIT
PRA KASUS KASUS
1. Penyakit yang Cakupan imunisasi Peningkatan atau
dapat dicegah desa < 80 % adanya kasus campak,
dengan polio, pertusis, difteri,
imunisasi tetanus
(PD3I)
2. Diare Perilaku hidup sehat Peningkatan kasus diare
Penyediaan air bersih Ada kematian atau
kasus diare dengan
% Jamban keluarga dehidrasi berat
3. DHF Angka bebas jentik Peningkatan atau
adanya kasus demam
berdarah dengue
28
pengobatan dan manipulasi faktor risiko dari masing-masing
program terkait).
e. Pemantauan terhadap peningkatan kasus atau kematian.
Pemantauan ini bersifat dinamis artinya pada tahun dan atau
bulan rawan KLB maka pemantauan dilakukan lebih ketat.
Misalnya pada SKD-KLB diare, dilaksanakan pemantauan
mingguan wabah (W2), dan pada musim kemarau panjang atau
adanya KLB di sekitarnya, maka pemantauan dilakukan tiap hari
di Puskesmas dan Rumah Sakit dengan pemantauan terhadap
peningkatan kasus diare dan munculnya kasus diare dehidrasi
berat.
f. Pemantauan terhadap kondisi lingkungan pemukiman, kondisi
masyarakat dan kondisi pelayanan kesehatan.
g. Penyelidikan situasi rawan KLB atau ada dugaan terjadinya KLB
h. Kesiapsiagaan menghadapi KLB, pada saat ancaman adanya
KLB meningkat :
1) Memperbaiki kondisi rawan dan mengingatkan petugas serta
masyarakat akan adanya kemungkinan terjadinya KLB serta
tindakan pencegahan dan pengobatan segera yang harus
dilakukan.
2) Peningkatan aktivitas surveilans.
3) Tindakan cepat pada peningkatan kasus yang cenderung
KLB serta pemberian terapi untuk mempercepat
penyembuhan, sehingga penderita tidak lagi menjadi sumber
penularan. Pada beberapa kasus, isolasi penderita di rumah
atau rumah sakit dapat dilakukan.
29
dilakukan terus menerus sampai terjadi peningkatan kewaspadaan
setiap petugas kesehatan dan masyarakat.
30
Distribusi Diare Mingguan,
Puskesmas Pandanwangi, 2002
25
20
15
Kasus
10
5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Minggu
A. Konsep Dasar
31
pengamatan dan pemantauan suatu penyakit dan faktor resikonya untuk
kemudian melaporkannya dalam waktu yang singkat kepada kepala
desa/lurah dan petugas kesehatan. Selain hal tersebut masyarakat
diajarkan kemandirian untuk melakukan tindakan pencegahan dan
penanggulangan suatu penyakit secara`sederhana.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya surveilans berbasis masyarakat dengan upaya
kewaspadaan dan kesiapsiagaan kemungkinan muncul dan
berkembangnya suatu penyakit dan masalah kesehatan yang akan
mengancam dan merugikan masyarakat.`
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya secara dini suatu penyakit/gejalanya dan
masalah kesehatan di suatu wilayah desa.
b. Teridentifikasinya faktor risiko/kondisi buruk kesehatan
lingkungan suatu desa.
c. Terselenggaranya upaya penanggulangan dan pencegahan
suatu penyakit secara cepat dan tepat.
32
LANGKAH PENGEMBANGAN SURVEILANS PENYAKIT
BERBASIS MASYARAKAT
C. Persiapan
1. Persiapan Internal
Hal-hal yang perlu disiapkan meliputi seluruh sumber daya termasuk
petugas kesehatan, pedoman/petunjuk teknis, sarana dan prasarana
pendukung dan biaya pelaksanaan.
a. Petugas Surveilans
Untuk kelancaran kegiatan surveilans di desa siaga sangat
dibutuhkan tenaga kesehatan yang mengerti dan memahami
kegiatan surveilans. Petugas seyogyanya disiapkan dari tingkat
Kabupaten/Kota, tingkat Puskesmas sampai di tingkat
Desa/Kelurahan. Untuk menyamakan persepsi dan tingkat
pemahaman tentang surveilans sangat diperlukan pelatihan
surveilans bagi petugas.
Untuk keperluan respon cepat terhadap kemungkinan ancaman
adanya KLB, di setiap unit pelaksana (Puskesmas, Kabupaten
dan Propinsi) perlu dibentuk Tim Gerak Cepat (TGC) KLB. Tim
ini bertanggung jawab merespon secara cepat dan tepat terhadap
adanya ancaman KLB yang dilaporkan oleh masyarakat.
b. Pedoman/Petunjuk Teknis
Sebagai panduan kegiatan maka petugas kesehatan sangat perlu
dibekali buku-buku pedoman atau petunjuk teknis surveilans.
33
c. Sarana & Prasarana
Dukungan sarana & prasarana sangat diperlukan untuk kegiatan
surveilans seperti : kendaraan bermotor, alat pelindung diri (APD),
surveilans KIT, dll.
d. Biaya
Sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan surveilans. Biaya
diperlukan untuk bantuan transport petugas ke lapangan,
pengadaan alat tulis untuk keperluan pengolahan dan analisa
data, serta jika dianggap perlu untuk insentif bagi kader
surveilans.
2. Persiapan Eksternal
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan masyarakat,
terutama tokoh masyarakat, agar mereka tahu, mau dan mampu
mendukung pengembangan kegiatan surveilans berbasis
masyarakat. Pendekatan kepada para tokoh masyarakat diharapkan
agar mereka memahami dan mendukung dalam pembentukan opini
publik untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan
surveilans di desa siaga. Dukungan yang diharapkan dapat berupa
moril, finansial dan material, seperti kesepakatan dan persetujuan
masyarakat untuk kegiatan surveilans.
Langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu
kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan. Jika di desa
tersebut terdapat kelompok-kelompok sosial seperti karang taruna,
pramuka dan LSM dapat diajak untuk menjadi kader bagi kegiatan
surveilans di desa tersebut.
34
5. Membuat Perencanaan Kegiatan Surveilans
Setelah kelompok kerja Surveilans terbentuk, maka tahap
selanjutnya adalah membuat perencanaan kegiatan, meliputi :
a. Rencana Pelatihan Kelompok Kerja Surveilans oleh petugas
kesehatan.
b. Penentuan jenis surveilans penyakit dan faktor risiko yang
dipantau.
c. Lokasi pengamatan dan pemantauan.
d. Frekuensi Pemantauan.
e. Pembagian tugas/penetapan penanggung jawab lokasi
pemantauan.
f. Waktu pemantauan.
g. Rencana Sosialisasi kepada warga masyarakat, dll.
C. Tahap pelaksanaan
35
Apabila ditemukan faktor risiko/kondisi kesehatan lingkungan
yang buruk, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan oleh
masyarakat dan apabila ditemukan kondisi diluar dari biasanya,
misalnya ditemukan jumlah kasus “penderita” meningkat atau
ditemukan kondisi lingkungan sumber air yang memburuk,
cakupan imunisasi yang kurang, maka diharapkan masyarakat
melapor kepada petugas untuk bersama-sama mengatasi
masalah tersebut.
20 20
18 17
16 16
15
14
12
10
Kasus
10
8 8 8
7 7
6 6 6
4 4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Minggu
36
4) Melalui PWS akan terlihat kecenderungan peningkatan suatu
penyakit.
5) Membuat peta penyebaran penyakit yang digabungkan
dengan faktor resikonya melalui peta ini akan diketahui lokasi
penyebaran suatu penyakit dan ancaman terjadinya penyakit
yang dapat menjadi focus area intervensi serta penghilangan
faktor resiko sehingga kemungkinan KLB tidak terjadi.
Ks diare
Ks diare
Ks diare Posyandu
POSKESDES
37
3) Membangun kerjasama dengan program dan sektor terkait
untuk memecahkan kan permasalah penyakit di wilayahnya.
4) Bersama Tim Gerak Cepat (TGC) KLB Puskesmas,
melakukan respon cepat jika terdapat laporan adanya
KLB/ancaman KLB penyakit di wilayahnya.
5) Melakukan pembinaan/asistensi teknis kegiatan surveilans
secara berkala kepada petugas di Poskesdes.
6) Melaporkan kegiatan surveilans ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota secara berkala (mingguan/bulanan/tahunan).
Bagan.1.
Mekanisme Pelaporan dan Respon Penyakit/Masalah Kesehatan
di Tingkat Desa.
KA DINKES KAB/
POKJA SURVEILANS DESA
DES KOTA
POSKESDES PUSKESMAS
Masyarakat
38
D. Indikator Keberhasilan Surveilans Berbasis Masyarakat
39
LATIHAN PENYAJIAN DATA
Dari penyelidikan tersebut, juga dapat diketahui jumlah penduduk dan jumlah
anak yang meninggal karena menderita sakit campak.
TUGAS (A3) :
Lengkapilah tabel di bawah ini, sehingga setiap orang yang membacanya dapat
dengan mudah mengerti tentang keadaan Attack Rate dan Case Fatality Rate
Campak pada KLB Campak berdasarkan kelompok umur.
40
TABEL : 1
ATTACK RATE DAN CASE FATALITY RATE CAMPAK
[ MENURUT _______________________________] PADA KLB CAMPAK
[ DI ____________________________________________ ]
[Waktu __________________________________________]
TUGAS (A4) :
1. Koreksi dan lengkapi, apabila tabel tersebut belum dapat menjelaskan :
a. Apa yang menjadi masalah? Dimana? Kapan terjadinya?
b. Tentang sumber informasinya
c. Semua SIMBOL/ SINGKATAN yang ada
41
saran agar sumur gali tersebut dibagikan rata-rata 4 buah setiap desa.
Untuk mendapat masukan lain, kepala Puskesmas tersebut ingin
mendapatkan saran dari Saudara.
Beberapa keterangan tambahan diberikan juga pada Saudara :
a. Keadaan geografi dan partisipasi masyarakat tidak terdapat perbedaan
menyolok diantara 8 desa tersebut pada Kecamatan Angin Semilir.
(kecamatan mana ini?)
b. Jumlah penduduk masing-masing desa adalah : Desa A=10.000,
B=8.000, C=4.000, D=16.000, E=5.000, F=900, G=1.500, dan H=1.000.
Sedang selama setahun terakhir ini, ditemukan kasus diare di Desa A=
3.500 kasus, B=3.200 kasus, C=800 kasus, D=3.200 kasus, E=3.000
kasus, F=360 kasus, G=600 kasus dan H=400 kasus.
c. Sarana air minum masyarakat adalah sumur gali dan jumlah sumur
gali pada masing-masing Desa yang dilaporkan Seksi Kesehatan
Lingkungan Puskesmas adalah sebagai berikut di Desa A=20 buah,
B=17 buah, C=16 buah, D=100 buah, E=5 buah, F=2 buah, G=3 buah
dan H=2 buah.
Tugas :
a. Apabila satu sumur dapat digunakan oleh 100 orang anggota
masayarakat, bagaimana saudara dapat membandingkan terjadinya
kasus diare dan proporsi penggunaan air sumur gali antar 8 desa
tersebut. Jelaskan jawaban tersebut !!!!
b. Setelah mempelajari sajian data tersebut, dapatkah saudara
memberikan saran tentang usulan lokasi pemasangan sumur gali.
Apakah saudara, dalam hal ini, memiliki prioritas desa yang akan
dipasang sumur gali.
Tabel : 2
Data Diare dan Sumur Gali Menurut Desa
Kecamatan Angin Semilir, Kota Solo, Tahun 2000
42
A. KEJADIAN PERTUSIS
LATIHAN MEMILIH BENTUK PRESENTASI DATA YANG TEPAT
1. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada minggu ke 51 tahun 2000
(akhir Dessember 2000), di Desa Wingit, Karanganyar, diketahui telah
terjadi KLB Pertusis. Jumlah kasus seluruhnya adalah 83 kasus diantara
109 penduduk berumur kurang dari 15 tahun yang dapat ditemui.
Berdasarkan wawancara lebih lanjut ternyata bahwa, 1 kasus mulai sakit
pada minggu 37, 7 kasus pada minggu 38, 25 kasus pada minggu 39, 19
kasus pada minggu 40, 7 kasus pada minggu 41, 6 kasus pada minggu
42, 11 kasus pada minggu 43 dan 2 kasus pada minggu 44.
TUGAS
Saudara sebagai Pejabat Fungsional Epidemiolog Terampil yang memiliki
keahlian dalam bidang ini, diminta untuk menyajikan data tersebut di
suatu pertemuan yang membahas KLB tersebut, sehingga para peserta
dapat dengan cepat bisa mengerti perkembangan jumlah kasus dari
waktu ke waktu.
- Dalam bentuk apa saudara akan menyajikan data tersebut?
- Apa alasan memilih bentuk tersebut?
- Coba Saudara buat !!
JAWABAN :
TUGAS
Tampilkan data tersebut dalam bentuk yang paling tepat, dan kemudian
terangkan :
JAWABAN :
a. Kelompok umur yang mempunyai resiko paling besar untuk
menderita pertusis.
b. Apabila diketahui bahwa, seseorang yang sudah pernah menderita
pertusis atau pernah mendapat imunisasi DPT akan kebal seumur
hidup terhadap serangan penyakit pertusis, bagaimana interpretasi
saudara terhadap data tersebut.
c. Pada saat penyelidikan sedang dilakukan ternyata semua kasus
masih menderita sakit, bahkan beberapa kasus diantaranya
menderita bronchitis berat. Obat yang diperlukan untuk kasus
tersebut adalah ampicilin sirup atau ampisilin kaplet. Berapa banyak
obat-obat harus segera dikirim kelokasi KLB tersebut.
3. LANJUTAN KASUS 1 :
43
Berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui bahwa, penderita pertusis
perempuan=51 kasus, sedang laki-laki =32 kasus. Sedang jumlah
populasi perempuan=59 anak, dan laki-laki=50 anak.
Jumlah penderita pertusis perempuan dengan komplikasi bronchitis=15
kasus dan laki-laki=4 kasus.
TUGAS :
a. Tampilkan data tersebut sehingga para peserta pertemuan dapat
dengan cepat mengetahui adanya perbedaan risiko sakit
berdasarkan jenis kelamin, tetapi juga dapat mengetahui
perbedaan penderita komplikasi bronchitis pada penderita pertusis
berdasarkan jenis kelaminnya.
Jawab :
B. KEJADIAN DIARE
1. Wilayah Puskesmas Abadi Slalu, Bogor, terdiri atas 11 desa. Pada tahun
2000 ini, Puskesmas sudah melakukan kegiatan Puskesmas Keliling
sebanyak 4 kali perbulan untuk 8 desa yang lokasinya jauh dari jangkauan
Puskesmas. Tahun depan, karena mendapat tambahan sarana mobil
Puskesmas Keliling maka, direncanakan melakukan aktifitas puskesmas
keliling sebanyak 20 kali perbulan untuk semua desa.
Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pelayanan yang lebih dekat ke
masyarakat, terutama pada kasus-kasus diare. Karena Saudara sebagai
Pejabat Fungsional Epidemiolog Terampil yang pernah memperdalam
epidemologi, maka “ Kepala Puskesmas ” ingin mendapat saran dari
Saudara untuk menentukan jumlah kali kegiatan perbulan di setiap desa.
Data yang bisa diketahui dari 8 Desa adalah :
- Jumlah penduduk seluruhnya adalah 46.400 anak yang terdiri atas :
Desa A=10.000, B=8.000, C=4.000, D=16.000, E=5.000, F=900,
G=1.500, dan H=1.000.
- Sedang jumlah kasus diare yang berkunjung ke puskesmas selama
sebulan terakhir adalah 1150 kasus yang terdiri dari 290 kasus dari
Desa A, 200 kasus dari Desa B, 100 kasus dari Desa C, 500 kasus dari
Desa D, 50 kasus dari Desa E, dan dari Desa F, G, H, masing-masing
10 kasus.
TUGAS :
Model apa yang Saudara gunakan untuk menampilkan data tersebut,
sehingga saran Saudara mudah dimengerti? Buatlah !!
Apa saran–saran Saudara untuk menentukan jumlah kali kegiatan
perbulanan perdesa?
44
1. Berikut adalah data distribusi penderita Campak yang dilaporkan menurut
desa dan minggu kejadian sakit dan rata-rata jumlah penderita dalam periode
yang sama tahun sebelumnya.
No Nama Jumlah penderita per minggu Rata-2
Desa M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 Pend/mg*)
1 Cempaka 1 0 2 4 6 7 3 1 1
2 Melati 0 1 0 0 3 4 5 1 1
3 Sakura 1 2 1 3 2 2 1 3 2
4 Mawar 7 5 6 8 7 4 4 7 6
5 Anggrek 2 1 5 3 4 2 4 2 3
Total 11 9 14 18 22 19 17 14 12
Ket : Minggu 1 – 8 tahun lalu
Pertanyaan:
a. Pada minggu-minggu yang mana terjadi jumlah penderita lebih besar
daripada dua kali kejadian yang biasanya? Jelaskan!
b. Desa mana yang memenuhi kriteria untuk penyelidikan kasus? Jelaskan !
c. Bila diketahui bahwa 5 desa tersebut membentuk satu kecamatan,
minggu yang mana, yang paling awal dapat diketahui adanya masalah
dikecamatan tersebut.
d. Minggu manakah yang paling awal dengan masalah potensial yang
terlihat memerlukan penyelidikan kasus ?
Pertanyaan :
a. Tanpa memperhatikan distribusi penderita menurut kecamatan tetapi
hanya total perminggu, pada minggu mana jumlah penderita memenuhi
kriteria untuk penyelidikan kasus? Jelaskan !
b. Jika hanya memperhatikan distribusi penderita perminggu dan wilayah
(tanpa memperhatikan total per minggu), berdasarkan adanya kasus
berlebihan, penyelidikan kasus sebaiknya diadakan pada minggu ke
berapa? Jelaskan !
c. Berdasarkan adanya kasus berlebihan, penyelidikan kasus perlu
diwilayah mana? Jelaskan
45
KEPUSTAKAAN
1. David G. Kleinbaum, Lawrence L. Kupper, Hal Morgenstern. Epidemiologic
Research, Lifetime Learning Publications, Van Nostrand Reinhold Company,
New York, 1982.
2. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Surveillans Epidemiologi Penyakit
Menular, Ditjen PPM & PLP Dit. Epidemiologi dan Imunisasi, Januari 1994.
3. Departemen Kesehatan RI, Buku Pelajaran Epidemiologi I s/d IV, Ditjen PPM
& PLP Dit. Epidemiologi dan Imunisasi, Subdit Surveilans, Januari 1994.
4. Departemen Kesehatan RI, Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor:
395/Menkes-Kesos/SKB/V/ 2001 < Nomor 19 tahun 2001, tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Epidemiologi Kesehatan dan Angka Kredit.
5. Departemen Kesehatan RI, Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara nomor: 17/KEP/M.PAN/II/ 2000 Jabatan Fungsional
Epidemiologi Kesehatan dan Angka Kredit.
6. Junadi Purnawan, Pengantar Analisis Data, Edisi Pertama, Depok, Agustus
1993,
7. Michael B. Rothman, Modern Epidemiology, New York Oxford, Oxford
University Pres, 1996.
8. William Halperin & Edward L. Baker Jr, Public Health Surveillance, Van
Nostrand Reinhold, New York, 1992.
9. Pusdiklat Pegawai Depkes. RI, Modul Surveilans Epidemiologi, untuk
Pelatihan Fungsional bagi Tenaga Surveilans di Puskesmas, Jakarta, 1997.
10. Center for Disease Control and Prevention (CDC), Principles of
Epidemiology, second edition, Selft Study Course 3030-G, An Introduction to
Applied Epidemiology and Biostatistics, Epidemiology Program Office,
Georgia 30333, December, 1992.
46