Anda di halaman 1dari 39

MODUL MATA PELATIHAN

KOMUNIKASI ILMIAH SURVEILANS EPIDEMIOLOGI FRONTLINE


(SANDWICH TRAINING)

BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN (BBPK) CILOTO


BEKERJASAMA
CDC - SAFETY NET - PAEI
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat-Nya, maka kami dapat menyelesaikan Kurikulum
Pelatihan Surveilans Epidemiologi Fontline. Kurikulum ini memuat
tentang desain pelaksanaan pelatihan, beserta pokok bahasan masing-
masing materi pelatihan dan metode penyajian yang digunakan.
Kurikulum dapat digunakan sebagai acuan bagi penyelenggara, fasilitator,
dan peserta dalam pelaksanaan pelatihan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim
penyusun atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan
Kurikulum Pelatihan ini. Kritik dan saran yang membangun sebagai
perbaikan kurikulum ini diharapkan dari semua pembaca. Harapan kami
Kurikulum Pelatihan Surveilans Epidemiologi Frontline ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Ciloto, September 2021


Kepala,

Sjamsul Ariffin, SKM., M.Epid


NIP. 196611151989031002

2
TIM PENYUSUN

Sjamsul Ariffin, SKM., M.Epid Kepala BBPK Ciloto

Muammar Muslih, M.Epid Dit. Surveilans dan Karantina


Kesehatan Kemenkes RI
Nenden Hikmah Laila, SKM.M.Epid Perhimpunan Ahli Epidemiologi
Indonesia (PAEI)
Dr. Nanang Sunarya, MKM Widyaiswara BBPK Ciloto

Helvy Yunida, S.Tr.Keb, SAP, MM Widyaiswara BBPK Ciloto

Ani Anisah, SKM, MKM Widyaiswara BBPK Ciloto

Oktarina Permatasari, S.Gz, MKM Widyaiswara BBPK Ciloto

Ferry Febriansyah, S.Ikom, MKM BBPK Ciloto

3
MATA PELATIHAN INTI 4

MODUL KOMUNIKASI ILMIAH

4
DAFTAR ISI
Daftar Isi ……………………………………………………….. ii
Tentang Modul ini …………………………………….. 1
Deskripsi Singkat ……………………………………… 2
Tujuan Pembelajaran …………………………………. 3
Materi Pokok ………………………………………….. 4
Peta Konsep Modul …………………………………... 5
Kegiatan Belajar ……………………………………………….. 6
Materi Pokok 1 …………………………..……………. 7
Materi Pokok 2 ……………………………..…………. 12
Materi Pokok 3 …………………………..……………. 20
Materi Pokok 4 ………………………….…………….. 29
Referensi ……………………………………………………….. 35

5
I. DESKRIPSI SINGKAT

Pembelajaran ini membahas menjelaskan tentang pengertian


komunikasi, membuat laporan surveilans sederhana untuk
penggunaan internal (executive summary), membuat bahan
penyajian/ presentasi laporan surveilans sederhana untuk
penggunaan internal (executive summary) dan Mempresentasikan
laporan surveilans sederhana untuk penggunaan internal
(executive summary)

HASIL BELAJAR DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR

A. Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan


komunikasi ilmiah pada kegiatan surveilans epidemiologi
B. Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:


1. Menjelaskan Pengertian komunikasi Ilmiah
2.Membuat Laporan Surveilans sederhana untuk penggunaan
internal (executive summary)
3. Membuat bahan penyajian/ persentasi

4. Melakukan Teknik Persentasi

6
B. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK
Materi Pokok 1: pengertian komunikasi Ilmiah
Materi Pokok 2: Laporan Surveilans sederhana untuk penggunaan
internal (executive summary)
Materi Pokok 3. Bahan penyajian/ persentasi laporan surveilans
sederhana untuk penggunaan internal (executive
summary)
Materi Pokok 4. Melakukan Teknik Persentasi

7
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
MATERI POKOK 1
KOMUNIKASI ILMIAH

PENDAHULUAN

Pengertian Komunikasi Ilmiah, Tujuan komunikasi ilmiah, jenis


komunikasi ilmiah dan proses komunikasi merupakan pembelajaran yang
penting bagi peserta pelatihan Epidemiologi Front Line. Agar mampu
melakukan komunikasi ilmiah di tempat kerjanya secara baik dan benar.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok pelatihan ini, peserta dapat melakukan


tentang Komunikasi Ilmiah dengan baik dan benar di Puskesmas

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok 1:
1. Pengertian Komunikasi Ilmiah
2. Jenis Komunikasi Ilmiah
a. Komunikasi ilmiah formal
b. Komunikasi Ilmiah Informal
3. Proses Komunikasi Ilmiah
4. Faktor Pendukung dan Faktor penghambat dalam Komunikasi
Ilmiah

8
URAIAN MATERI POKOK 1

Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang Komunikasi ilmiah, apa


yang anda ketahui tentang Komunikasi Ilmiah pada pelatihan
Epidemiologi Frontline ?

Anda sebagai seorang epidemiologi di Puskesmas sebaiknya mengetahui


tentang pengertian komunikasi ilmiah, tujuan komunikasi ilmiah, tujuan
komunikasi ilmiah dan proses komunikasi ilmiah dan factor pebdukung
dan penghambat dalam komunikasi ilmiah, maka anda perlu memahami
materi ini. Uraian berikut ini bisa menambah wawasan tentang tujuan
pengertian, tujuan, jenis dan proses komunikasi ilmiah. Dibaca sampai
tuntas ya supaya tidak gagal paham. Selamat belajar

A. Pengertian Komunikasi Ilmiah

Komunikasi adalah hal yang biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-
hari. Komunikasi ilmiah merupakan komunikasi yang sama yang
dilakukan antara satu individu dengan individu yang lain. Hanya saja,
orang-orang yang melakukan komunikasi ilmiah adalah para peneliti dan
hal yang dibicarakan adalah tentang bidang ilmu mereka, penelitian yang
sedang dilakukan.

Terdapat banyak Pengertian untuk mengartikan apa itu komunikasi ilmiah.

Menurut A.I. Mikhailov, A.I. Chernyi dan R.S. Giliarevski (1984) komunikasi
ilmiah adalah kombinasi proses dari presentasi, penyampaian, dan
penerimaan dari informasi ilmiah dalam masyarakat ilmiah.

Menurut kamus istilah perpustakaan (1998) komunikasi ilmiah adalah


komunikasi yang dilakukan antara ilmuwan, yaitu pengalihan, penerusan

9
maupun penyampaian bidang informasi dalam bidang ilmu satu kepada
ilmuwan yang lain.

B. Jenis Komunikasi Ilmiah

Jenis Komunikasi Ilmiah terdiri dari Komunikasi Ilmiah Formal dan


Komunikasi Ilmiah Informal

Adapun yang dimaksud dengan Komunikasi ilmiah Formal menurut A.I.


Mikhailov, A.I. Chernyi dan R.S. Giliarevski (1984), bahwa dalam
komunikasi ilmiah formal buku memegang peranan penting karena buku
merupakan bentuk media pertama untuk memelihara dan
mengkomunikasikan pengetahuan. Bentuk dari dokumen tercetak
berubah seiring dengan berjalannya waktu untuk memenuhi permintaan
masyarakat. Komunikasi ilmiah formal adalah bentuk yang paling diterima
dalam melaporkan penelitian di dalam masyarakat ilmiah, walaupun ada
tingkat penerimaan dalam jenis komunikasi ilmiah formal. Sejauh ini,
bentuk yang paling diterima adalah jurnal ilmiah. (Allen, 1991).
Komunikasi ilmiah formal dapat dibagi ke dalam berbagai macam bentuk
tertulis, misalnya artikel jurnal, buku, laporan teknik (technical report),
bulletin, abstrak, dan preprints, termasuk saling tukar makalah dalam
pertemuan yang formal (Lacy & Bush, 1983). Sedangkan yang dimaksud
dengan Komunikasi ilmiah formal memerlukan proses yang panjang
sebelum suatu penelitian diterbitkan. Biasanya terdapat jeda selama
sembilan bulan ketika suatu penelitian akan diterbitkan (Garvey dan
Griffith, 1971). Sebelum diterbitkan dalam suatu jurnal, suatu penelitian
biasanya akan mengalami satu atau dua kali penolakan. Alasan penolakan
ini sering disebabkan oleh ketidaksesuaian antara tema penelitian dengan
subjek dari jurnal. Namun, untuk peneliti yang gigih pada akhirnya
penelitiannya akan diterbitkan juga dalam suatu jurnal. Terdapat tingkat
hirearki/prestise tertentu dari suatu jurnal.

10
Misalnya dalam bidang psikologi, jurnal dengan penolakan tingkat
penolakan yang tinggi dan jeda penerbitan yang panjang, dan biasanya
temanya sangat khusus adalah jurnal tingkat atas. Pada tingkat
selanjutnya adalah jurnal yang prestisenya dibawah jurnal diatas dengan
tingkat penolakan yang tidak banyak dan tema jurnal tidak terlalu khusus.
Kualitas jurnal yang lebih dibawah lagi adalah jurnal yang temanya tidak
jelas dan jarang diperiksa oleh insan bestari (refree). Biasanya peneliti
sudah mengetahui kualitas dan prestise dari jurnal- jurnal yang ada,
sehingga ia akan mulai dari jurnal yang memiliki kualitas yang paling
bagus, dan kemudian dibawahnya (Garvey dan Griffith, 1971). Ini akan
membuat suatu penelitian yang akan diterbitkan dalam suatu jurnal akan
semakin lama. Ketika suatu penelitian diajukan agar dimuat ke dalam
suatu jurnal, maka mendapat kepastian apakah jurnal tersebut akan
dimuat adalah sembilan bulan. Jika penelitian itu diajukan kepada jurnal
lain, yang mungkin memiliki prestise dibawah jurnal sebelumnya, maka
akan membutuhkan waktu yang lama lagi untuk pemeriksaan, walaupun
tidak sama lamanya dengan jurnal sebelumnya. Komunikasi Ilmiah
Informal

Komunikasi ilmiah informal merupakan awal terbentuknya komunikasi


formal. Ketika seorang peneliti telah menemukan pertanyaan penelitian
dan merencanakan melakukan investigasi, ia akan melakukan komunikasi
dengan rekan sekerjanya untuk merumuskan permasalahan penelitiannya
agar lebih tepat untuk menghasilkan metodologi penelitian yang tepat, alat
peneltian, dan analisis data. Pada tahap ini umpan balik (feedback) yang
diterima oleh peneliti adalah berupa dorongan dan anjuran dari koleganya
pada rencana penelitiannya. Ketika seorang peneliti telah merasa siap
menyebarkan penelitiannya, ia akan mempresentasikannya pada ruang
lingkup yang kecil, misalnya rekan sekerjanya (Gravey & Griffith, 1983).
Bahkan, beberapa peneliti menganggap bahwa komunikasi ilmiah
berperan penting dalam mentransfer informasi ilmiah dan dianggap lebih
cepat
11
dibandingkan dengan komunikasi ilmiah formal (.I. Mikhailov, A.I. Chernyi
dan R.S. Giliarevski, 1984).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh M.H. Halbert dan R. Ackoff pada
2.0 ilmuwan dan insinyur yang bekerja pada 13 divisi dari 4 perusahaan
Amerika Serikat, seperti yang dilakukan pada 1000 anggota dari Institute
of Electrical and Electronic Engineers di Inggris, bahwa 55% informasi
ilmiah yang diterima oleh ilmuwan dan insinyur diterima melalui
komunikasi ilmiah informal. Penelitian lain yang dilakukan di Departemen
Pertahanan bahwa sebanyak 41% transfer informasi ilmiah dilakukan
melalui komunikasi ilmiah informal. Dari penelitian diatas dapat
disimpulkan bahwa komunikasi ilmiah informal memegang peranan
penting dalam transfer ilmu pengetahuan. Menurut Hartono (1986). Selain
karakteristik tersebut, komunikasi ilmiah informal memiliki beberapa
kelebihan, seperti
:

1. informasi dapat disebarkan lebih luas


2. informasi detail seperti tabel, diagram dapat dilihat
3. isi informasi telah diperiksa dan diverifikasi
4. dokumen mudah ditemukembali jika diperlukan (Fjä llbrant,

Nancy) Para peneliti memerlukan komunikasi yang efektif karena :

1. Merangsang pertumbuhan pemikiran baru karena adanya interaksi


dengan pendapat, pengetahuan, pengalaman dan keberhasilan
orang lain
2. Agar tahu apa yang sedang dikerjakan orang lain sehingga dapat
mengikuti perkembangan di bidang pengetahuan tertentu
3. Mengurangi terjadinya duplikasi yang tidak perlu
4. Memungkinkan tersedianya informasi dan data khusus dengan
kegiatan yang sedang ditangani

12
5. Mengetahui informasi tentang latar belakang kegiatan dari bidang-
bidang yang kurang dikenal.

Selain itu, kelebihan komunikasi ilmiah informal yang tidak dimiliki oleh
komunikasi ilmiah formal adalah :

1. Atmosfir yang didapatkan ketika melakukan komunikasi secara


langsung akan berbeda, yaitu reaksi langsung dari para pendengar,
mimik dan bahasa tubuh dari para peneliti lain akan memberikan
masukan agar memberikan presentasi yang lebih baik.
2. Memahami seluk beluk penelitian dan melakukan argumen yang
persuasif secara langsung
3. Dengan interaksi personal, sintesis (perpaduan) dari informasi
yang penting untuk membentuk ide yang baru, akan lebih aktif
daripada selama penguasaan dan pengolahan dari teks tercetak.
4. Biasanya disiplin yang bersifat aplikatif terkadang sulit untuk
ditulis dengan teks, sehingga menunjukkan langsung (presentasi)
fungsi dari aplikasi tersebut akan lebih mudah.

Menurut A.I. Mikhailov, A.I. Chernyi dan R.S. Giliarevski (1984) komunikasi
ilmiah informal diwujudkan sebagai berikut :

 diskusi secara pribadi diantara sesama peneliti di lingkungan kerja


yang sama
 diskusi dengan peneliti di luar organisasi, misalnya dalam sebuah
konferensi
 surat-menyurat secara pribadi
 presentasi secara informal di depan rekan satu organisasi atau di
luar organisasi
 pertukaran preprints dan reprints secara langsung satu sama lain
 pertukaran reprints, preprints, dan nota dalam sebuah kelompok

13
Hal ini seperti yang diungkapkan Nancy Fjä llbrant bahwa komunikasi
ilmiah informal terdiri dari komunikasi secara lisan, kontak langsung
secara pribadi dengan kolega atau pengajar, menghadiri kuliah (attending
lecture), seminar dan konferensi.

Wadah Komunikasi Ilmiah Informal

1. Tatap muka (invisble colleges)

Seperti yang telah dibahas di atas, komunikasi ilmiah informal dapat


dilakukan dimana saja dan kapan saja. Namun, komunikasi ilmiah juga
dapat dilakukan melalui wadah tertentu. Wadah yang dimaksud disini
adalah suatu tempat, suatu perkumpulan dimana komunikasi ilmiah
informal dapat terjadi. Organisasi dimana seorang peneliti bernaung bisa
dikatakan sebagai salah satu wadah tersebut. Namun ada perkumpulan tak
resmi yang disebut sebagai invisible colleges. Invisible colleges terbentuk
ketika ada sekumpulan orang yang tidak berasal dari organisasi manapun,
atau biasanya profesor dari universitas (A.I. Mikhailov, A.I. Chernyi dan
R.S. Giliarevski, 1984). Anggota dari invisible colleges biasanya berkumpul
dalam suatu pertemuan (terkadang rahasia). Mereka biasanya
mengadakan eksperimen ilmiah, mengevaluasi hasilnya, dan saling
bertukar argumentasi. Hasil dari eksperimen tersebut biasanya
didokumentasikan dan diperbanyak kepada rekan yang tidak dapat hadir
dan juga kepada kelompok lain. Penyebaran informasi pada saat itu dapat
dengan mudah dilakukan karena bahasa latin adalah bahasa yang
universal digunakan. Saat anggota dari invisible college mulai bertambah,
pertukaran dari surat sebagai salah satu media pertukaran informasi
ilmiah mulai tidak cukup. Pada saat itulah muncul jurnal ilmiah (Porter
dalam A.I. Mikhailov, A.I. Chernyi dan R.S. Giliarevski, 1984).

14
Dengan berkembangnya teknologi, maka jurnal tercetak menjadi jurnal
elektronik yang dapat diakses melalui internet. Komunikasi ilmiah
informal juga dapat dilakukan tanpa tatap muka, seperti melalui media
elektronik, seperti email, telepon, konferensi video, namun bentuk
komunikasi semacam ini tidak menyediakan kesempatan untuk tatap
muka, untuk menumbuhkan kepercayaan diantara individu. Kepercayaan
individu satu sama lain dibutuhkan agar tercipta kerja sama yang baik dan
untuk mencapai tujuan bersama (Hummels & Rosendaal, 2001).

Misalnya, dalam melakukan penelitian kolaborasi, tentu individu A dan


individu B harus saling mempercayai satu sama lain, baik dari segi
akademis, percaya bahwa rekannya dalam penelitian mampu melakukan
penelitian itu bersama. Melalui komunikasi elektronik, akan susah untuk
melakukan pengecekan, apakah rekan dalam penelitian telah melakukan
tugasnya dalam penelitian itu.

Dalam arti bisa saja ia berbohong telah melakukan tugasnya, pura-pura


belum menerima email, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pertemuan tatap
muka amat diperlukan, bukan hanya komunikasi elektronik. Namun,
dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, komunikasi melalui
media elektronik menjadi tak terbantahkan dan tak terelakkan (Kling &
McKim, 1998). Bahkan dalam perkembangannya invisible college pada
masa sekarang disebut sebagai electronic invisible college, seperti email
konferensi secara elektronik, dan diskusi grup (Fjä llbrant). Sehingga
peneliti mau tak mau akan menggunakan media elektronik untuk
berkomunikasi satu sama lain. Kepercayaan peneliti harus dibentuk satu
sama lain sebelum melakukan penelitian agar penelitian dapat berjalan
dengan lancar. Hal ini menegaskan bahwa pertemuan tatap muka di antara
peneliti akan sangat baik jika memungkinkan untuk menumbuhkan
kepercayaan, dan komunikasi melalui media elektronik akan menambah
kepercayaan di antara peneliti. Akan ada hubungan ‘batin’ ketika peneliti

15
saling bertukar informasi secara langsung (inner subtext), ada lingkup aura
secara emosional ketika melakukan komunikasi (emotional colouring).

2. Email & Mailing List

Penggunaan teknologi dalam mendukung komunikasi ilmiah adalah


perubahan yang signifikan dalam mempraktekan sains pada masa
sekarang. (Kling & Mckim, 1998). Selama dua dekade pada abad 20 ini
komunikasi melalui media elektronik telah meningkat dan digunakan oleh
banyak mahasiswa tak terkecuali peneliti (Brown, 2001).

Komunikasi elektronik telah dianggap sebagai salah satu bentuk


komunikasiyang menghemat biaya. Biaya perjalanan semakin tinggi untuk
bertemu secara langsung, oleh karena itu komunikasi elektronik dianggap
sebagai cara untuk memfasilitasi mereka dalam invisible colleges yang ada
dan untuk menyebarkan informasi di bidang masing- masing (Brown,
2001).

Salah satu bentuk komunikasi elektronik yang dikenal adalah email. Email
adalah bentuk komunikasi elektronik yang murah dan merupakan cara
yang tepat untuk berkomunikasi dengan banyak orang dengan waktu yang
bersamaan, walaupun terdapat perbedaan waktu yang jauh (Moore,
2008).

Penggunaan email sebagai salah satu kemajuan teknologi juga dilihat


sebagai pengganti yang potensial untuk komunikasi model lama seperti
telepon, nota dan surat, namun selanjutnya email dianggap sebagai media
yang berdampingan dengan media-media tersebut (Burton, 1994). Ini
menunjukkan bahwa walaupun komunikasi model baru telah ditemukan,
namun penggunaan komunikasi model lama harus tetap digunakan. Yang
perlu diingat adalah bahwa tidak semua tempat dapat menjangkau
teknologi yang telah berkembang, misalnya di daerah yang tidak
terjangkau internet. Komunikasi model lama ini harus tetap
dipertahankan agar tidak menghalangi terjadinya komunikasi jika sarana
16
moderen tidak tersedia.

17
Peneliti menggunakan email dan discussion groups untuk melakukan
komunikasi secara informal dan di dalam email terdapat fasilitas mailing
list. Jadi jika peneliti menggunakan mailing list, maka ia dapat
menyebarkan informasi langsung tanpa harus mengirimkan satu persatu
kepada koleganya. Untuk dapat menggunakan fasilitas mailing list harus
mengajukan permintaan kepada ‘moderator’, yaitu pihak yang mengurus
mailist tersebut, bahwa kita akan mendaftarkan diri sebagai anggota
mailing tersebut. Ketika permintaan kita sudah disetujui maka kita akan
dapat mengakses semua informasi yang dikirimkan dari semua anggota
mailing tersebut.

3. Bulletin Boards

Menurut Allen (1991), pertukaran informasi secara elektronik juga dapat


dilakukan melalui bulletin boards. Dinamika dari informasi yang
terkandung dalam bulletin boards ini, bisa diakses oleh siapa saja yang
tertarik. Informasi dalam buletin board ini juga diseleksi oleh kordinator
dari bulletin boards, sehingga informasi yang ditampilkan terpercaya.
Tetapi, saat banyak dari peneliti mengirim dan menerima informasi secara
interaktif (langsung), maka konferensi komputer dapat dilakukan (Smith
dalam Allen, 1991).

Walaupun email sebagai salah salah satu dari media komunikasi tidak
menggantikan komunikasi lama, namun dalam perkembangannya media
baru dapat menggantikan media model lama. Saat teknologi komunikasi
yang baru dapat menggantikan teknologi komunikasi yang lama, hal ini
akan menguntungkan pengguna teknologi komunikasi tersebut (Allen,
1991).

Jadi, media komunikasi teknologi baru yang baru pada awalnya dianggap
sebagai pelengkap komunikasi model lama, lama kelamaan akan dapat
tergantikan lalu hilang sama sekali. Contohnya adalah telegram. Sekarang

18
penggunaan telegram sudah mulai jarang. Keberadaannya mulai digantikan
oleh SMS (Short Message Service) yang jauh lebih efektif dan murah.

C. Proses dari komunikasi ilmiah bertujuan untuk eksistensi dan


perkembangan dari ilmu pengetahuan. Proses dari komunikasi
ilmiah yaitu :

1. komunikasi yang dilakukan secara langsung oleh peneliti mengenai


penelitian yang mereka lakukan yang ada hubungannya dengan
mereka.
2. mengunjungi kolega di laboratorium
3. presentasi secara langsung oleh peneliti dan ahli (specialist) di
dalam ruang kuliah
4. pertukaran surat, preprints, dan terbitan offprints
5. persiapan dari hasil dan perkembangan penelitian untuk publikasi,
termasuk pilihan dari bentuk publikasi (surat kepada editor dari
sebuah jurnal, artikel dalam jurnal) dan waktu dan tempat
publikasi
6. proses pemerikasaan dan tipografi (tata huruf) yang penting untuk
penerbitan dari manuskrip
7. penyebaran publikasi ilmiah
8. aktivitas bibliografi dan pekerjaan manuskrip
9. aktivitas informasi ilmiah, seperti mengumpulkan, menganalisis,
menyimpan, meneliti, dan menyebarkan informasi ilmiah termasuk
propaganda ilmiah

Semua proses dari komunikasi ilmiah tersebut adalah seperti rantai yang
tak pernah putus dan akan kembali berulang. Komunikasi ilmiah
merupakan bagian penting dari pekerjaan seorang peneliti (Lacy and
Bush, 1983).

Komunikasi ilmiah merupakan sarana bagi peneliti untuk saling


mengetahui perkembangan ilmu, perkembangan penelitian yang

19
dilakukan

20
oleh rekannya, menjadi sarana untuk melakukan masukan terhadap
penelitian yang sedang dilakukan oleh rekannya. Fungsi dari komunikasi
ilmiah diantara peneliti adalah untuk mengetahui penelitian apa yang
sedang mereka kerjakan, mengevaluasi, menyebarkan, dan memanfaatkan
kapasitas sebagai seorang peneliti untuk mengembangkan pengetahuan
ilmiah.

Komunikasi ilmiah juga tidak dapat dilepaskan dari pengetahuan yang


dipunyai oleh seseorang. Pengetahuan akan mempengaruhi hal apa yang
akan disampaikan, hal apa yang dapat dimengerti dan diterima oleh
seseorang.

Menurut Kemp (1976), pengetahuan terdiri dari dua macam, yaitu


pengetahuan pribadi dan pengetahuan sosial.

 Pengetahuan pribadi adalah pengetahuan yang terdapat di dalam


benak seseorang, yang hanya diketahui olehnya, dan dapat
diketahui melaluinya, misalkan dengan bertanya langsung dengan
orang yang mempunyai pengetahuan tersebut, maka ia akan tahu
setelah bertanya.
 Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang dimiliki secara
kolektif oleh masyrakat umum, tersedia dengan cuma-cuma, dan
tersedia untuk masyarakat umum.

21
Gambar Hubungan pengetahuan pribadi dan sosial. Sumber : Da Kemp
(1976)

Hubungan antara pengetahuan pribadi dan pengetahuan sosial amat erat.


Pengetahuan sosial berasal pengetahuan pribadi, seperti ide baru, fakta
baru, misalnya pengetahuan baru hanya akan bisa dibentuk di dalam
pikiran seseorang (Kemp, 1976).

Ketika seorang peneliti menemukan ide baru, hal itu diperoleh dari semua
buku, dan jurnal ilmiah yang dibacanya. Kemudian ide baru akan muncul
di benaknya, setelah membaca semua teori yang ada dan digabungkan
dengan pengetahuan yang unik (pengetahuan pribadi) yang ada hanya
pada peneliti tersebut. Kemudian agar menjadi pengetahuan sosial, harus
ditulis ke dalam bentuk teks, seperti buku, atau jurnal. Pengetahuan
pribadi sangat penting demi terciptanya suatu ide baru, karena
pengetahuan pribadilah yang menentukan terciptna suatu inovasi. Dalam
hal ini, saat seorang peneliti mempunyai pengetahuan baru yang diperoleh
dari membaca buku yang digabungkan dengan pengetahuan pribadianya,
maka disinilah komunikasi ilmiah informal berperan. Ia akan
mengkomunikasikan ide yang terbentuk dengan rekannya sebelum
menuangkannya ke dalam suatu tulisan.

Melakukan komunikasi ilmiah informal sangat penting demi tercapainya


cikal bakal penemuan baru.

22
Menurut Lacy & Bush (1983), komunikasi ilmiah formal mempunyai
karakteristik tertentu, yaitu :

1. ditujukan kepada khayalak luas


2. bisa disimpan dan ditemu kembali
3. biasanya digunakan sebagai sumber informasi yang utama bagi
pengguna
4. biasanya membutuhkan waktu yang lama (dalam proses
penerbitan)
5. mendapatkan reaksi (umpan balik) yang sedikit terhadap penulis.

Fungsi komunikasi yang penting ini harus disadari oleh peneliti sehingga
makin menggiatkan peneliti untuk saling berkomunikasi, sehingga makin
dekat dan makin mempercayai satu sama lain. Hubungan pribadi dalam
masyarakat ilmiah seringkali merupakan landasan yang efektif bagi
pertukaran informasi (Hartono, 1986). Ini menjelaskan bahwa hubungan
yang dekat di antara peneliti diperlukan agar kerja sama di antara peneliti
akan berjalan dengan lancar. Kontak pribadi pada kelompok kecil
merupaka cara yang paling efektif dalam penyampaian pendapat dan
dalam menciptakan reaksi terhadap konsep-konsep yang disampailan.
Sarana yang tepat adalah pertemuan, konferensi, dan pameran (Hartono,
1986).

Menurut Lacy & Bush, komunikasi ilmiah informal mempunyai ciri-ciri :

1. bukan untuk umum, untuk kalangan terbatas


2. biasanya informasinya tidak disimpan dan tidak dapat di temu
kembali
3. lebih baru dan up to date
4. mendapakan reaksi (umpan balik) yang banyak terhadap penulis.

Peneliti yang tugasnya adalah memang melakukan penelitian, ia pasti akan


melakukan komunikasi dengan peneliti yang lain. Komunikasi ini dapat
dilakukan dimana saja, misalnya di kantor, rumah makan, perpustakaan,
23
gymnasium, dan lain sebagainya (Allen, 1991). Komunikasi ilmiah
informal juga memiliki tujuan :

1. merangsang dan membantu dari pengembangan penelitian


2. merupakan salah satu cara yang efektif untuk mentransfer
teknologi untuk penerapannya.

Dalam masyarakat ilmiah, komunikasi ilmiah memiliki suatu perwujudan,


suatu bentuk. Bentuk ini terdiri dari bermacam-macam kegiatan atau
aktivitas.

D. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Komunikasi Ilmiah

Dalam melakukan komunikasi, terdapat hal-hal yang mendukung maupun


menghambat. Hal-hal yang mendukung akan menyebabkan komunikasi
berjalan lancar. Sedangkan faktor penghambat akan mengakibatkan
terhambatnya jalannya komunikasi sehingga menjadi tidak lancar dan
terganggu. Ketika berkomunikasi harus terdapat kesamaan, yang
diibaratkan seperti dua buah lingkaran yang bertindihan satu sama lain
(Cangara, 2006).

Tiga prinsip dasar komunikasi yang mendukung terjadinya komunikasi


ilmiah, yaitu :

 Komunikasi bisa terjadi bila terdapat pertukaran pengalaman yang


sama antar pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (sharing
similar experiences)
 Jika daerah tumpang tindih (the field of experiences) menyebar
menutupi lingkaran A dan B, menuju terbentuknya satu lingkaran
yang sama, maka makin besar kemungkinan terciptanya proses
komunikasi yang mengena (efektif)

24
 Jika daerah tumpang tindih makin mengecil dan menjauhi sentuhan
kedua lingkaran, maka komunikasi yang terjadi sangat terbatas.
Besar kemungkinan gagal dalam menciptakan suatu proses
komunikasi yang efektif. (Cangara, 2006)

Peneliti adalah sebuah profesi yang bergerak dalam berbagai bidang ilmu.
Ketika komunikasi ilmiah dilakukan bidang ilmu yang sama akan
membuat kemungkinan mereka berkomunikasi semakin besar. Apalagi
dalam satu sub bidang yang sama. Sub bidang akan mempersempit topik
penelitian yang akan mereka lakukan. Maka daerah tumpang tindih akan
semakin besar dan diantara peneliti komunikasi ilmiah akan semakin
sering dilakukan. Tiga prinsip dasar tersebut menjadi pendukung dalam
kegiatan komunikasi.

Selain itu, menurut Tubbs & Moss (1996), ada beberapa sebab, mengapa
satu individu yang lain tertarik dengan individu lainnya, yang disebut
landasan daya tarik manusia, yaitu :

 Kedekatan geografis (proksimitas)

Faktor yang paling mempengaruhi adalah kedekatan geografis.


semakin berdekatan dua orang secara geografis, maka semakin besar
kecenderungan mereka untuk tertarik satu sama lain. Proksimitas juga
cenderung meningkatkan rasa suka karena peluang untuk berkomunikasi
semakin sering frekuensinya. Dengan seringnya berkomunikasi, terkadang
kedekatan secara geografis membuat sifat-sifat orang yang tidak disukai
menjadi diabaikan.

 Kemiripan (similiarity)
Semakin mirip pihak-pihak yang berkomunikasi, akan semakin
efektif pula komunikasi yang mereka lakukan. Kemiripan membuat
orang merasa nyaman untuk dekat satu sama lain, karena
kemiripan akan mendekatkan mereka. Kemiripan ini bisa berarti
macam-
25
macam, yaitu kemiripan latar belakang, budaya, sifat, pola pikir,
dan sebagainya. Kemiripan juga dapat timbul karena seringnya
komunikasi tersebut dilakukan. Ketika kita sering berkomunikasi
dengan teman tertentu, maka tanpa kita sadari kita mempengaruhi
sikap orang tersebut agar lebih mirip dengan kita sendiri.
 Situasi
Situasi disini adalah situasi yang mendukung dimana terjadinya
daya
tarik menjadi semakin besar. Situasi disini adalah rasa suka timbal
balik yang muncul karena ketika berkomunikasi dengan orang lain
kita merasa orang tersebut juga menyukai kita, sehingga rasa suka
kita terhadap orang tersebut menjadi bertambah. Selain itu, juga
karena adanya kebutuhan saling melengkapi, dan hubungan ini
bertahan karena memuaskan kedua belah pihak. Dari hubungan ini
tidak ada yang dirugikan.

Selain faktor pendukung, juga adanya faktor penghambat, yaitu :

1. Gangguan teknis
Gangguan teknis terjadi ketika salah satu alat yang dilakukan untuk
berkomunikasi mengalami gangguan sehingga pesan menjadi tidak
sampai, misalnya adalah gangguan telepon, gangguan koneksi
internet
2. Gangguan semantik dan psikologis
Gangguan dalam hal bahasa, misalnya menggunakan kosakata yang
sulit, bahasa yang digunakan berbeda antara dua individu yang
sedang berbicara, struktur bahasa tidak sesuai dengan struktur
bahasa yang digunakan sehingga membingungkan, latar belakang
budaya orang yang berkomunikasi berbeda (Blake, dalam Cangara,
2006). Selain gangguan semantik, ada juga gangguan psikologis,
seperti rasa curiga kepada sumber, situasi berduka, dan lainnya.

26
3. Rintangan fisik
Rintangan yang disebabkan karena kondisi geografis, misalnya
jarak dua orang yang ingin berkomunikasi terpisahkan jauh, tidak
ada sarana telepon, kantor pos, dan jalur transportasi. Rintangan ini
juga bisa berarti rintangan organik, yaitu tidak berfungsinya salah
satu organ manusia.
4. Rintangan status
Rintangan yang disebabkan jarak sosial, seperti perbedaan status
antara senior dan yunior, atau atasan dan bawahan. Biasanya
kondisi ini selalu memperhitungkan etika, seperti bawahan
menghormati atasan sehingga timbulnya rasa sungkan.
5. Rintangan kerangka berpikir
Rintangan yang disebabkan oleh perbedaan persepsi komunikan
dan komunikator terhadap pesan yang sedang digunakan dalam
berkomunikasi.
6. Rintangan budaya
Rintangan yang disebabkan oleh adanya perbedaan norma,
kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak yang terlibat dalam
proses komunikasi

27
SEKARANG SAYA TAHU

A. Komunikasi Ilmiah adalah komunikasi yang dilakukan antara


ilmuwan, yaitu pengalihan, penerusan maupun penyampaian bidang
informasi dalam bidang ilmu satu kepada ilmuwan yang lain.
B. Jenis Komunikasi ilmiah terdiri dari Komunikasi Ilmiah Formal dan
Komunikasi Ilmiah Informal
C. Proses dari komunikasi ilmiah bertujuan untuk eksistensi dan
perkembangan dari ilmu pengetahuan. Proses dari komunikasi
ilmiah yaitu komunikasi yang dilakukan secara langsung oleh peneliti
mengenai penelitian yang mereka lakukan yang ada hubungannya
dengan mereka, mengunjungi kolega di laboratorium, presentasi
secara langsung oleh peneliti dan ahli (specialist) di dalam ruang
kuliah, pertukaran surat, preprints, dan terbitan offprints, persiapan
dari hasil dan perkembangan penelitian untuk publikasi, termasuk
pilihan dari bentuk publikasi (surat kepada editor dari sebuah jurnal,
artikel dalam jurnal) dan waktu dan tempat publikasi, proses
pemerikasaan dan tipografi (tata huruf) yang penting untuk
penerbitan dari manuskrip, penyebaran publikasi ilmiah, aktivitas
bibliografi dan pekerjaan manuskrip dan aktivitas informasi ilmiah,
seperti mengumpulkan, menganalisis, menyimpan, meneliti, dan
menyebarkan informasi ilmiah termasuk propaganda ilmiah.
D. Faktor Pendukung adalah sesuatu yang akan menyebabkan
komunikasi berjalan lancer, sedangkan Faktor Penghambat dalam
Komunikasi Ilmiah yakni factor yang akan mengakibatkan
terhambatnya jalannya komunikasi sehingga menjadi tidak lancar
dan terganggu.

28
MATERI POKOK 2

LAPORAN SURVEILANS SEDERHANA UNTUK PENGGUNAAN


INTERNAL (EXECUTIVE SUMMARY)

PENDAHULUAN

Sistimatika Penulisan, membaca hasil laporan/ interpretasi data, data


sebagai bahan informasi untuk advokasi, negosiasi komuniasi informal
dengan pihak lain. merupakan pembelajaran yang penting bagi peserta
pelatihan Epidemiologi Front Line. Agar mampu membuat laporan
sederhana untuk Penggunaan Internal (Executive Summary) di tempat
kerjanya secara tepat dan benar.
Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok pelatihan ini, peserta dapat membuat


Executive Summary untuk Penggunaan Internal secara tepat dan benar di
Puskesmas

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok 2:
A. Membaca hasil laporan Surveilans

B. Sistimatika Penulisan Executif Summary


C. intrepretasi data, data sebagai bahan informasi untuk advokasi,
negosiasi komunikasi informal dengan pihak lain.
D. Melakukan Advokasi Kesehatan internal (Puskesmas dan atau Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota).

29
URAIAN MATERI POKOK 2
Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang Laporan Surveilans
Sederhana untuk Penggunaan Internal (Executive Summary) apa
yang anda ketahui tentang Laporan Surveilans Sederhana Untuk
Penggunaan Internal (Executive Summary) pada pelatihan
Epidemiologi Frontline ? Anda sebagai seorang epidemiologi di
Puskesmas sebaiknya mengetahui tentang Sistimatika Penulisan,
membaca hasil laporan/ intrepretasi data, data sebagai bahan
informasi untuk advokasi, negosiasi komuniasi informal dengan
pihak lain.

A. Membaca hasil laporan Surveilans


Data yang diperlukan adalah hasil laporan W2 (laporan mingguan)
Puskesmas dan Laporan Penyelidikan Epidemiologi Kabupaten/
Kota/KKP, yang ditujukan kepada kepala Dinas.

B. Sistimatika Penulisan Executif Summary


Laporan akhir penanggulangan KLB/ keracunan pangan dan
sebagainya dituangkan ke dalam laporan dengan sistimatika sebagai
berikut: Pendahuluan (Latar Belakang, Tujuan), Tinjauan Teori,
Metode, Hasil dan Pembahasan dan Penutup (Kesimpulan dan
Saran).
C. intrepretasi data, data sebagai bahan informasi untuk advokasi,
negosiasi komunikasi informal dengan pihak lain, diantaranya
diperlukan dalam membaca table, grafik, dll

D. Sehubungan dengan itu, pada sesi ini ruang lingkup materi yang akan
dibahas adalah tentang teknik advokasi, merancang teknik advokasi
kesehatan yang sesuai dan dapat diterapkan dalam kegiatan
advokasi kesehatan di Kabupaten/kota, Kecamatan/Kelurahan,
serta persiapan dan pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan di
Kabupaten/kota, maupun Kecamatan/Kelurahan.

30
SEKARANG SAYA TAHU

A. Membaca hasil laporan Surveilans dari data yang diperlukan dilihat


dari hasil laporan W2 (laporan mingguan) Puskesmas dan Laporan
Penyelidikan Epidemiologi Kabupaten/ Kota/KKP, yang ditujukan
kepada kepala Dinas.

B. Sistimatika Penulisan Executif Summary


Diambil dari laporan akhir penanggulangan KLB/ keracunan pangan
dan sebagainya yang dituangkan ke dalam laporan dengan
sistimatika penulisan: Pendahuluan (Latar Belakang, Tujuan),
Tinjauan Teori, Metode, Hasil dan Pembahasan dan Penutup
(Kesimpulan dan Saran).
C. intrepretasi data, data sebagai bahan informasi untuk advokasi,
negosiasi komunikasi informal dengan pihak lain, diantaranya
diperlukan dalam membaca table, grafik, dll
D. Bagaimana melakukan advokasi Kesehatan kepada Puskesmas dan
Dinas Kesehatan.

31
MATERI POKOK 3

Bahan Penyajian/ Persentasi Laporan Surveilans Sederhana Untuk


Penggunaan Internal (Executive Summary)

PENDAHULUAN

Laporan W2 (laporan Mingguan ), Laporan PE, Interpretasi data,


merupakan pembelajaran yang penting bagi peserta pelatihan
Epidemiologi Front Line. Agar mampu membuat Bahan penyajian/
persentasi laporan surveilans sederhana untuk penggunaan internal
(executive summary) di tempat kerjanya yang menarik dan interaktif
Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok pelatihan ini, peserta dapat membuat


Bahan penyajian/ persentasi laporan surveilans sederhana untuk
penggunaan internal (executive summary) yang menarik dan interaktif
Sub Materi Pokok
Berikut ini adalah sub materi pokok 3:
A. Laporan W2 (laporan Mingguan ),

32
B. Laporan Penelitian dan Epidemiologi

URAIAN MATERI POKOK 3


Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang Bahan penyajian/
persentasi laporan surveilans sederhana untuk penggunaan internal
(executive summary) apa yang anda ketahui tentang Bahan penyajian/
persentasi laporan surveilans sederhana untuk penggunaan internal
(executive summary) pada pelatihan Epidemiologi Frontline ? Anda
sebagai seorang epidemiologi di Puskesmas sebaiknya mempelajari
tentang Laporan W2 (laporan Mingguan ) dan Laporan PE (Penyelidikan
Epidemiologi)

A. Laporan W2 (laporan Mingguan ), merekap jumlah kasus baru di


Puskesmas berupa data mingguan yang kemudian dituangkan ke dalam
powerpoint untuk bahan persentasi di Puskesmas. Sebagai bahan
kegiatan dan bahan penentuan kebijakan di Puskesmas
B. Laporan Penelitian dan Epidemiologi diambil data baik secara data
kuantitatif maupun data kualitatif yang kemudian dibuat menjadi
bahan penyajian untuk dipresentasikan di Puskesmas, sebagai bahan

33
masukan kebijakan dan kegiatan surveilan epidemiologi di wilayah kerja
Puskesmas.

SEKARANG SAYA TAHU

A. Laporan W2 (laporan Mingguan ), dengan merekap jumlah kasus baru


di Puskesmas berupa data mingguan yang kemudian dituangkan ke
dalam powerpoint untuk bahan persentasi di Puskesmas. Sebagai
bahan kegiatan dan bahan penentuan kebijakan di Puskesmas
B. Laporan Penelitian dan Epidemiologi diambil data baik secara data
kuantitatif maupun data kualitatif yang kemudian dibuat menjadi
bahan penyajian untuk dipresentasikan di Puskesmas, sebagai bahan
masukan kebijakan dan kegiatan surveilan epidemiologi di wilayah
kerja Puskesmas.

34
MATERI POKOK 4
TEKNIK PERSENTASI
PENDAHULUAN

Pengertian, Tujuan, manfaat dan Langkah-langkah Teknik persentasi ,


merupakan pembelajaran yang penting bagi peserta pelatihan
Epidemiologi Front Line. Agar mampu melakukan Teknik persentasi yang
menarik yang interaktif
Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok pelatihan ini, peserta dapat melakukan


persentasi yang menarik dan interaktif
Sub Materi Pokok
Berikut ini adalah sub materi pokok 3:
A. Pengertian Persentasi
B. Tujuan Persentasi
C. Manfaat persentasi
D. Langkah-langkah persentasi yang menarik dan interaktif

35
URAIAN MATERI POKOK 4
Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang tekni persentasi, apa yang
anda ketahui tentang Teknik Persentasi pada pelatihan Epidemiologi
Frontline ? Anda sebagai seorang epidemiologi di Puskesmas sebaiknya
mengetahui tentang Pengertian, Tujuan, manfaat dan Langkah-langkah
persentasi
A. Pengertian Persentasi

persentasi merupakan suatu kegiatan berbicara di depan banyak orang


(hadirin), Persentasi juga merupakan suatu kegiatan pengajuan suatu
topik, pendapat, pendapat/ informasi pada orang lain.

B. Tujuan Persentasi

Agar bisa berpresentasi dengan baik, orang harus banyak belajar pada
pakar presentasi, kemampuan berkomentasi dihadapan umum adalah
hal yang sangat penting bagi tenaga surveiland epidemiologi frontlile di
Puskesmas.

C. Manfaat Persentasi

Sebagai bahan paparan, media pembantu untuk penjabaran materi atau


informasi, memberikan kesan lebih eksklusif karena melibatkan alat
persentasi, audience biasanya akan lebih jelas apabila disertai gambar
dari persentasi itu sendiri dan dapat memupuk mental yang ada dalam
diri si pembawa materi saat melakukan persentasi.

D. Langkah-langkah Persentasi

Berikut ini ada 7 Langkah persentasi antara lain: Gali informasi tentang
audiens dan juga rencana kegiatan persentasinya, tetapkan tujuan
persentasi, kuasai dan susun materi presentasi dengan baik, buat
desain slide yang menarik (Gaya dan Ukuran Font yang Tepat, Membuat
Materi Singkat dengan Tingkat Keterbacaan Tinggi, Tampilan Slide
Konsisten
36
dan Menarik dan Memeriksa Ejaan dan Tata Bahasa) , siapkan peralatan
persentasi (lap top, remot persentasi dan LCD), lakukan Latihan
persentasi dan siapkan mental dan fisik.

SEKARANG SAYA TAHU

A. persentasi merupakan suatu kegiatan berbicara di depan banyak


orang (hadirin), Persentasi juga merupakan suatu kegiatan pengajuan
suatu topik, pendapat, pendapat/ informasi pada orang lain.

B. Agar bisa berpresentasi dengan baik, orang harus banyak belajar pada
pakar presentasi, kemampuan berkomentasi dihadapan umum adalah
hal yang sangat penting bagi tenaga surveiland epidemiologi frontlile
di Puskesmas.

E. Manfaat bahan paparan, media pembantu untuk penjabaran materi


atau informasi, memberikan kesan lebih eksklusif karena melibatkan
alat persentasi, audience biasanya akan lebih jelas apabila disertai
gambar dari persentasi itu sendiri dan dapat memupuk mental yang
ada dalam diri si pembawa materi saat melakukan persentasi.

F. 7 Langkah persentasi antara lain: menggali informasi tentang audiens


dan juga rencana kegiatan persentasinya, menetapkan tujuan
persentasi, menguasai dan menyusun materi presentasi dengan baik,
membuat desain slide yang menarik (Gaya dan Ukuran Font yang
Tepat, membuat materi Singkat dengan Tingkat Keterbacaan Tinggi,
Tampilan Slide konsisten dan menarik dan memeriksa Ejaan dan Tata
Bahasa), menyiapkan peralatan persentasi (lap top, remot persentasi
dan LCD), lakukan Latihan persentasi dan siapkan mental dan fisik.

37
Referensi :

 Michailov, A.I., Chernyi, A.I., dan Giliarevski, R.S. (1984). Scientific


Communication and Informatics. Airlington : Information Resources
Press
 Lacy, W.B. and Busch, L. (1983). Informal Scientific Communication
in the Agricultural Science. Information Processing Management, 19
(4) : 193-202
 Garvey, William D. and Griffith, Belver C. (1971). Scientific
Communication : Its role in the conduct of research and creation of
knowledge. American Psychologist, 26 (4) : 349-362
 Hummels, Harry and Rosendaal, Hans E. (2001). Trust in Scientific
Publishing. Journal of Business Ethic, 34 (2) : 87-101
 Kincaid, Lawrence D. (1977). Asas-Asas Komunikasi Antar Manusia.
Jakarta : LP3ES
 Kling, Rob & Mckim Geoffrey. The Shapping of Electronic Media in
Supporting Scientific Communication : the contribution of social
infometric. Paper presented at European Science and Technology
Forum: Electronic Communication and Research in Europe"
Darmstadt/Seeheim, 15 to 17 April 1998.
 Cangara, Hafied. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT.
Raja Grafindo
 Gilang Maulani, ( ), Teknik Pembuatan Presentasi yang Efektif,
Teknik Pembuatan Presentasi yang Efektif | QuBisa, 29 Januari

38
 Membuat Laporan Sederhana, (2021), Membuat laporan sederhana
(microsoft.com)

39

Anda mungkin juga menyukai