Anda di halaman 1dari 50

i

BUKU PANDUAN MAHASISWA

BLOK 6.2
SPECIAL SENSE
DISEASE
TAHUN AJARAN 2020

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020

i
PENYUSUN
PENYUSUN
Ketua : Dr. Senyum Indrakila, dr., SpM
Sekretaris : Atik Maftuhah, dr., MHPE
Anggota :
1. dr. Novi Primadewi, Sp.THT-KL, M.Kes.
2. dr. Dewi Pratiwi, Sp.THT-KL, M.Kes.

KONTRIBUTOR
1. Yunia Hastami, dr., M.MedEd.
2. R.Aj Sri Wulandari, dr., M. Sc.
3. Prof.Dr. Muchsin Doewes,dr, SU,MARS
4. Dr.Setyo Sri Rahardjo, dr., M.Kes
5. M. Arif Taufiqurrahman, dr, M.Kes., PHK
6. Marwoto, dr., M. Sc., Sp. MK.
7. Putu, dr., Sp.THT-KL (K)
8. Sulistyani Kusumaningrum, dr., M.Sc, Sp.Rad
9. Hendradewi, dr ., Sp.THT-KL, Msi.Med
10. Made S, dr., Sp.THT-KL(K)
11. Hadi Sudrajad, dr., Sp.THT-KL, M.Si.Med.
12. Vicky Eko Nurcahyo H, dr., Sp.THT-KL, M.Sc.
13. Niken Dyah A. K., dr., Sp. THT-KL, M.Kes
14. Raharjo Kuntoyo, dr., SpM
15. Retno Widiati, dr., SpM
16. Arya Pradipta, dr., Sp.M
17. Nisita Suryanto, dr., Sp.M
18. Andi Cleveriawan Arvi Putra, dr., Sp.M

ISBN : 978-602-494-072-0

PENERBIT
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta
Telp. 0271 664178, Fax. 0271 634700

ii
ABSTRAK

Buku Panduan Blok 6.2 Special Sense Disease merupakan


petunjuk pelaksanaan proses pembelajaran pada semester enam blok
kedua Program Studi Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Buku ini
berisi Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan juga memuat
skenario untuk kegiatan tutorial dalam bentuk diskusi tutorial.
Pembelajaran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
menggunakan pendekatan Problem-Based Learning (PBL). Dengan
metode ini mahasiswa dituntut aktif dalam mempelajari ilmu
kedokteran dan mendiskusikan permasalahan dalam diskusi tutorial
seven jump, sedangkan dosen berperan sebagai fasilitator atau tutor
yang mengawasi jalannya diskusi agar selalu sesuai dengan LO
(Learning Objektif) tutorial. Dalam proses tutorial, diperlukan trigger
berupa skenario atau kasus penyakit yang diharapkan dapat
menstimulasi mahasiswa untuk mempelajari lebih lanjut hal-hal yang
belum diketahuinya.
Blok Special Sense Disease mempelajari tentang ilmu penyakit
mata dan ilmu penyakit telinga, hidung, dan tenggorokan, serta kepala
dan leher. Tutorial blok Special Sense Disease terdiri dari empat (4)
skenario terkait dengan masalah-masalah pada organ mata, telinga,
hidung, dan tenggorokan (larynx & pharynx), serta faktor
biopsikososial yang berkaitan. Topik perkuliahan penunjang blok juga
disertakan beserta kegiatan praktikum yang terkait dengan materi

iii
kuliah. Blok 6.2 mempunyai bobot 5 Satuan Kredit Semester (SKS).
Tujuan pembelajaran dalam skenario disesuaikan dengan kurikulum
kedokteran terbaru dengan mengacu pada Standar Kompetensi Dokter
Indonesia 2012, sehingga diharapkan mahasiswa dapat menguasai
patofisiologi, proses penegakan diagnosis dan penatalaksanaan
penyakit mata, telinga, hidung, dan tenggorokan, serta kepala dan
leher sesuai Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) 2012.
Modul tutor ini disusun sebagai panduan bagi tutor untuk memandu
jalannya tutorial mahasiswa.

Keyword : Problem-Based Learning; Mata; Telinga; Hidung;


Tenggorok

iv
KATA PENGANTAR

Sistem Pendidikan Dokter di Indonesia dari masa ke masa


selalu berubah. Hal ini terjadi karena tuntutan dari masyarakat
pengguna jasa kedokteran dan kesehatan. Sistem pendidikan
kedokteran di FK UNS sebelumnya (konvensional) memposisikan
dosen sebagai pemberi informasi secara aktif, bersifat satu arah
berupa kuliah/tatap muka sedangkan mahasiswa bersifat pasif sebagai
penerima informasi. Saat ini sistem pembelajaran yang diterapkan
dikenal sebagai metode Belajar Berdasar Masalah (BBM) atau
Problem Based Learning (PBL), mahasiswa dituntut lebih aktif
mendiskusikan permasalahan kedokteran. Sedangkan dosen berperan
sebagai fasilitator atau tutor yang mengawasi jalannya diskusi agar
selalu sesuai dengan LO ( Learn Objectif) tutorial, sedangkan
kuliah/tatap muka sebagai suplementasi tambahan.
Buku ini merupakan pedoman bagi tutor yang bertugas
memfasilitasi tutorial pada Blok 6.2 Special Sense Disease di
semester VI Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan tersusunnya buku ini
diharapkan tutor dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih baik
sehingga tujuan pembelajaran (Learning Objective) yang telah
ditetapkan dalam rangka pencapaian kompetensi sesuai dengan yang
tertuang pada SKDI 2012 dapat tercapai.
Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan buku ini yang tak dapat kami sebutkan
satu persatu.

v
Semoga buku ini bermanfaat bagi para tutor. Bila ada hal-hal
yang kurang berkenan kami mohon maaf dan setiap masukan demi
kesempurnaan isi buku ini akan kami terima dengan senang hati.

Surakarta, Februari 2020

Tim Penyusun
.

vi
DAFTAR ISI

Tim Penyusun ii
Abstrak iii
Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
Pendahuluan viiii
Rencana Pembelajaran Semester Blok 6.2 1
Pemetaan Pembelajaran Blok 6.2 9
Peta Konsep Blok 6.2 11
Tujuan Pembelajaran Perkuliahan Blok 6.2 13
Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2012 25
Langkah Diskusi Tutorial 31
Skenario 1 35
Skenario 2 36
Skenario 3 37
Skenario 4 38
Daftar Referensi 39

vii
PENDAHULUAN

Blok Special Sense Disease merupakan blok 6.2 dalam susunan


kurikulum pendidikan dokter di FK-UNS yang dilaksanakan dengan
menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan
metode pembelajaran Problem Base Learning (PBL). Blok ini
mempelajari tentang ilmu penyakit mata dan ilmu penyakit telinga,
hidung, dan tenggorokan, serta kepala dan leher. Mahasiswa akan
mempelajari mata, telinga, hidung, tenggorokan, kepala, leher, dan
bagian-bagiannya, dalam kondisi normal dan terganggu.
Kegiatan belajar untuk mahasiswa terdiri dari diskusi tutorial,
diskusi mandiri, kuliah penunjang, dan keterampilan medik (
skillslab). Tujuan pembelajaran akan dijelaskan secara terstruktur,
rinci dan jelas sehingga diharapkan dapat menjadi dasar bagi
mahasiswa untuk mempelajari lebih lanjut mengenai Blok Special
Sense Disease beserta sebaran ilmu yang mendasarinya. Evaluasi
dilakukan dengan penilaian saat tutorial, resume belajar mandiri, ujian
blok dengan Computer-Based test, dan penugasan.

viii
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Identitas Mata Kuliah Identitas dan Validasi Nama Tanda Tangan


Kode Mata Kuliah : Block 602 Dosen Pengembang RPS : Atik Maftuhah, dr., MHPE
Nama Mata Kuliah : Special Sense Disease
Bobot Mata Kuliah : 5 SKS Koord. Kelompok Mata : Dr. Senyum Indrakila, dr., SpM
(sks) Kuliah
Semester : VI (enam)
Mata Kuliah Prasyarat :- Kepala Program Studi : Dr. Eti Poncorini
Pamungkasari, dr., M.Pd.

Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)


Kode CPL Unsur CPL
CP 2 : Mampu mengimplementasikan landasan ilmiah ilmu kedokteran dan kesehatan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat.
CP 3 : Melakukan manajemen pasien mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
penegakan diagnosis dan penatalaksanaan secara komprehensif.

CP Mata kuliah (CPMK) :


1. Menjelaskan mengenai penyakit yang sering terjadi pada organ telinga hidung tenggorok
(larynx, pharynx) & kepala leher dimulai dari etiologi sampai prognosis.
2. Menjelaskan mengenai penyakit yang sering terjadi pada organ mata dimulai dari etiologi
sampai prognosis.
3. Menjelaskan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan dalam mendiagnosis penyakit sistem
special sense (mikrobiologi, parasitologi, dll)
4. Menjelaskan berbagai kondisi patologis dan neoplasma pada sistem special sense.
1
5. Menjelaskan pemeriksaan radiologis yang menunjang diagnosis penyakit sistem special
sense
6. Menjelaskan penatalaksanaan farmakologis pada penyakit sistem special sense

Bahan Kajian Keilmuan : Anatomi, Histologi, Fisiologi, Farmakologi, Radiologi; Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok
dan Kepala-Leher; Ilmu Penyakit Mata; Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Kedokteran Pencegahan,
Epidemiologi

Deskripsi Mata Kuliah : Setelah mahasiswa melalui Blok 6.2 Special Sense Diseases, diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan tentang dasar-dasar patologis, serta mekanisme penyakit pada sistem special sense, yang
kemudian diimplementasikan dalam penjelasan gejala klinis, pemeriksaan penunjang untuk
diagnostik, prognosis, serta penatalaksanaan secara komprehensif. Mahasiswa dapat memperlihatkan
hubungan kausalitas tanda dan gejala penyakit dengan patofisiologi penyakit hingga manajemen
penyakit sesuai kompetensi sarjana kedokteran. Blok 6.2 Special Sense Diseases, mendasari
manajemen klinis pada Life Cycle dan Community and National Health System

Daftar Referensi : 1. Fawcet, Don W., 2002, Buku Ajar Histologi (Text Books of Histology). EGC. Jakarta.
2. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. 2010. Gray’s Anatomy for Students. Singapore:
Elsevier
3. Jack J., 2011. Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach by Kanski, 7th edition.
Rockwood and Green's Fractures in Adults by Bucholz, Robert W
4. Perdami, 2010. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi
2. Jakarta: CV. Sagung Seto
5. Suhardjo, Hartono, 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian ilmu penyakit mata Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah mada.
6. Vaughan, Asbury, 2011. General Ophtalmology. Edisi 18. USA: Mc Graw Hill medical
7. Buku THT UI

2
Penilaian*
Pengalam Teknik
Kemam- Referen Metode Indikator
Tahap Materi Pokok an Waktu penilai
puan akhir si Pembelajaran /kode
Belajar an
CPL
/bobot
1 2 3 4 5 6 7 8 9
I Menjelaskan 1 Mahasiswa mampu menjelaskan sda Kuliah anatomi Kuliah 2x100 CP 2 Ujian
mengenai klasifikasi macam-macam klinis interaktif menit CP 3 Blok
penyakit penyakit, mekanisme dan mendasari
yang sering etiopatogenesis pada organ THT
penyakit pada
terjadi pada berdasarkan jenis penyebab,
organ telinga fungsi, dan lokasi organ organ Telinga,
hidung 2 Mahasiswa mampu menjelaskan Hidung& sinus
tenggorok faktor-faktor pencetus terjadinya paranasal,
(larynx, gangguan pada organ THT. Larynx-
pharynx) & 3 Mahasiswa mampu menjelaskan Pharynx
kepala leher mekanisme terjadinya kelainan
dimulai dari pada sel/organ THT meliputi Kuliah Kuliah 1 x 100
etiologi patogenesis, patologi, dan interaktif menit
Fisiologi klinis
sampai patofisiologinya
prognosis. 4 Mahasiswa mampu menjelaskan yang mendasari
komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit pada
penyakit-penyakit di organ THT organ Telinga,
5 Mahasiswa mampu menjelaskan Hidung& sinus
penegakan diangnosis penyakit paranasal,
pada organ THT Larynx-
6 Mahasiswa mampu menjelaskan
Pharynx
prognosis secara umum tentang
penyakit pada organ THT
7 Mahasiswa mampu menentukan Kuliah Kuliah 1 x 100
prosedur klinik untuk penunjang Otologi I interaktif menit

3
diagnosis penyakit THT meliputi: Kuliah Kuliah 1 x 100
pemeriksaan fisik telinga, hidung Otologi II interaktif menit
dan tenggorokan, test
pendengaran, pemeriksaan suara Kuliah Kuliah 1 x 50
dan bicara Neurootologi interaktif menit

Kuliah Kuliah 1 x 50
Rhinologi interaktif menit
Kuliah Larynx- Kuliah 1 x 100
pharynx 1 x interaktif menit

Kuliah
Bronkoesofagol Kuliah 1x 50
ogi interaktif menit

Kuliah Alergi
di bidang THT Kuliah 1 x 100
interaktif menit
Skenario 1:
“Dokter, Anak Diskusi 2x100
Saya Sakit Apa, Tutorial menit
Ya?”

Skenario 2:
“Kenapa Saya Diskusi 2x100
Pilek Terus- Tutorial menit
menerus?”
8 Mahasiswa mampu menjelaskan sda Kuliah THT Kuliah 1 x 100 CP 2 Ujian
dan merancang tindakan promotif Komunitas I interaktif menit CP 3 Blok
dan preventif penyakit pada organ
THT dengan mempertimbangkan 1 x 100
Kuliah THT
faktor-faktor pencetus menit
9 Mahasiswa mampu menjelaskan Komunitas II

4
dan menerapkan strategi
pencegahan primer,sekunder dan
tersier terkait penyakit THT.
II Menjelaskan 1. Menerangkan masalah kesehatan sda Kuliah anatomi Kuliah 1 x 100 CP 2 Ujian
mengenai mata individu dan masyarakat. klinis yang interaktif menit CP 3 Blok
penyakit 2. Menjelaskan faktor pencetus, mendasari
yang sering patogenesis, gejala klinis,
penyakit pada
terjadi pada diagnosis, penatalaksanaan dan
organ mata pencegahan penyakit/ kelainan organ mata
dimulai dari pada:
etiologi a. Mata merah: konjungtivitis, Kuliah fisiologi
sampai pterigium, perdarahan klinis yang Kuliah 1 x 100
prognosis. subkonjungtiva, blefaritis, mendasari interaktif menit
skleritis dan episkleritis, penyakit pada
keratitis, keratokonjungtivitis
organ mata
sicca, edema kornea,
keratokonus, xeropthalmia,
endoftalmitis, hifema dan Kuliah histologi
hipopion, iridosiklitis, iritis klinis yang
b. Kelainan bentuk dan mendasari
struktur: enteropion, trikiasis penyakit pada Kuliah 1 x 100
, ptosis, retraksi kelopak organ mata interaktif menit
mata, hordeolum, chalazion,
lagoftalmos, mikroftalmos,
epikantus, xantelasma, Kuliah
c. Trauma : benda asing di Akomodasi dan
konjuntiva, laserasi kelopak refraksi
mata, erosi, benda asing di
kornea, luka bakar kornea Kuliah Kuliah 1 x 100
d. Apparatus lakrimalis: mata interaktif menit
Glaukoma
kering, dakrioadenitis,
dakriosistitis, dakriostenosis,
laserasi duktus lakrimal.

5
e. Neuro ophthalmology: Kuliah Mata Kuliah 1 x 100
diplopia binokuler, buta merah interaktif menit
senja, skotoma, hemianopia
bitemporal and homonymous Kuliah 1 x 100
Kuliah
dan gangguan lapang interaktif menit
pandang, optic disc cupping, Vitroretina
edema papil, atropi optik,
neuropati optik dan neuritis Kuliah Katarak Kuliah 1 x 100
optik interaktif menit
f. Katarak: katarak, dislokasi Kuliah
lensa Strabismus Kuliah 1 x 100
g. Pediatric ophtalmology: interaktif menit
afakia kongenital,
anisometropia pada anak Kuliah Kuliah 1 x 100
h. Akomodasi dan refraksi: Pediatric interaktif menit
hipermetropia ringan, miopia ophthalmology
ringan, astigmatisma ringan,
presbiopia, ambliopia, Kuliah Trauma Kuliah 1 x 100
anisometropia pada dewasa, pada mata interaktif menit
i. Vitreoretina: ablasio retina,
perdarahan retina, oklusi
pembuluh darah retina, Kuliah Neuro- Kuliah 1 x 100
degenerasi makula karena ophthalmology interaktif menit
usia, retinopati (DM,
hipertensi, prematur), Skenario 3:
korioretinitis, perdarahan “Mata Saya Kuliah 1 x 100
vitreous Merah, Kenapa interaktif menit
j. Glaukoma: glaukoma akut Ya?”
dan glaukoma lainnya.
k. Strabismus Skenario 4: Diskusi 2x100
“Aduh, Ada Tutorial menit
Benjolan di
Kelopak Mata
6
Saya”
Diskusi 2x100
Tutorial menit
III Menjelaskan 1. Mahasiswa dapat menjelaskan sda Kuliah Kuliah 1 x 100 CP 2 Ujian
pemeriksaan mikrobiologi kuman-kuman mikrobiologi interaktif menit CP 3 Blok
laboratorium penyebab kelainan pada organ- klinis yang
yang organ sistem special sense dan
mendasari
diperlukan cara pemeriksaannya.
dalam penyakit pada
mendiagnosis organ mata dan
penyakit THT
sistem
special sense
(mikrobiolog
i,
parasitologi,
dll)

IV Menjelaskan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan sda Kuliah Kuliah 1x50 CP 2 Ujian


berbagai kelainan anomali, infeksi, Neoplasma interaktif menit CP 3 Blok
kondisi autoimun, alergi dan neoplasma THT
patologis dan pada organ-organ sistem special
neoplasma sense. Kuliah Tumor Kuliah 1 x 100
pada sistem 2. Menyebut dan menjelaskan mata interaktif menit
special sense. patomekanisme dan patofisiologi
berbagai penyakit pada organ-
organ sistem special sense

V Menjelaskan 1. Mahasiswa menjelaskan sda Kuliah Kuliah 1x50 CP 2 Ujian


pemeriksaan interpretasi pemeriksaan radiologi Radiologi THT- interaktif menit CP 3 Blok
radiologis penyakit sistem special sense KL
yang
menunjang
7
diagnosis
penyakit
sistem
special sense

VI Menjelaskan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan sda Kuliah Kuliah 1 x 100 CP 2 Ujian


penatalaksan manajemen/ penatalaksanaan Farmakologi interaktif menit CP 3 Blok
aan penyakit pada organ THT meliputi klinis yang
farmakologis dasar-dasar terapi yaitu
mendasari
pada medikamentosa, konservatif, diet,
penyakit operatif, rehabilitasi, dll penyakit pada
sistem 2. Mahasiswa mampu menjelaskan organ Telinga,
special sense farmakodinamik dan mekanisme Hidung& sinus
kerja obat-obat sympatis dan paranasal,
parasympatis misalnya miotikum Larynx-
dan midriatikum Pharynx

Kuliah Kuliah 1 x 100


farmakologi interaktif menit
klinis yang
mendasari
penyakit pada
organ mata

8
PEMETAAN PEMBELAJARAN PER MINGGU

Minggu Tema Kegiatan Pembelajaran Referensi


ke- Tutorial Kuliah Praktikum
I Otologi-Rhinologi- - 1. Kuliah Pengantar 1. BOEIS
Larynx pharynx 2. Anatomi Klinis THT 2. THT FK UI
3. Fisiologi Klinis THT 3. Byron J Bailey : Head &Neck
4. Otologi I Surgery-Otolaryngology,
5. Otologi II Lippincot William & Wilkins, A
6.Farmakoterapi obat- Wolter Kluwer, CO.
obatan THT Philadelphia 2001
7. Neurootologi
8. Rhinologi
9. Larynx-pharynx

II Otologi-Rhinologi- Telinga- 10. THT Komuitas I


Larynx pharynx Tenggorok 11. THT Komunitas II

III Otologi-Rhinologi- Hidung 12. Radiologi THT-


Larynx pharynx KL
13 Bronkoesofagologi
Mata 14. Neoplasma THT
15. Alergi di Bidang
THT
16. Mikrobiologi mata
dan THT
17. Anatomi Klinis
Mata
9
18. Fisiologi Klinis
Mata
19. Histologi Klinis
Mata

IV Mata Mata 20. Refraksi 1. Fawcet, Don W., 2002, Buku Ajar
21. Glaukoma Histologi (Text Books of
22. Farmakoterapi Histology). EGC. Jakarta.
Mata 2. Drake RL, Vogl W, Mitchell
23. Mata Merah AWM. 2010. Gray’s Anatomy for
24. Vitroretina Students. Singapore: Elsevier
25. Katarak 3. Jack J., 2011. Clinical
26. Tumor Mata Ophthalmology: A Systematic
27. Strabismus Approach by Kanski, 7th edition.
V Mata Mata 28. Pediatric Rockwood and Green's Fractures
opthalmology in Adults by Bucholz, Robert W
29. Trauma pada Mata 4. Perdami, 2010. Ilmu Penyakit
30. Mata untuk Dokter Umum dan
Neuroopthalmology Mahasiswa Kedokteran. Edisi 2.
Jakarta: CV. Sagung Seto
5. Suhardjo, Hartono, 2007. Ilmu
Kesehatan Mata. Bagian ilmu
penyakit mata Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah
mada.
6. Vaughan, Asbury, 2011. General
Ophtalmology. Edisi 18. USA: Mc
Graw Hill medical

10
PETA KONSEP BLOK SPECIAL SENSE DISEASES

11
12
TUJUAN PEMBELAJARAN PERKULIAHAN BLOK SPECIAL SENSE DISEASES

No. LO Blok LO Kuliah Topik Kuliah Minggu Pengampu Waktu


(menit)
1. Menerangkan masalah 1. Mahasiswa mampu menyebutkan 1. Kuliah I
kesehatan mata serta LO blok special sense disease. Pengantar
THT-KL individu dan 2. Mahasiswa mampu menjelaskan
masyarakat. kegiatan pembalajaran di dalam Atik Maftuhah,
1x 100
blok special sense disease dr., MHPE
3. Mahasiswa mampu menyebutkan
daftar penyakit Level 3 dan 4 sesuai
SKDI 2012
2. Menerangkan masalah 1. Menjelaskani anatomi, topografi 2. Anatomi I
kesehatan mata serta telinga. Klinis THT
THT-KL individu dan 2. Menjelaskan anatomi, topografi
Yunia
masyarakat. hidung dan sinus paranasal
Hastami, dr., 2x 100
3. Menjelaskan anatomi, topografi,
M.MedEd
dari faring
4. Menjelaskan anatomi, topografi,
dari laring
3. Menerangkan masalah 1. Menjelaskan fisiologi pendengaran 3. Fisiologi I
kesehatan mata serta dan keseimbangan. Klinis THT
R.Aj. Sri
THT-KL individu dan 2. Menjelaskan fisiologi hidung dan
Wulandari, dr., 1x 100
masyarakat. sinus paranasal
M.Sc
3. Menjelaskan fisiologi dari faring
4. Menjelaskan fisiologi dari laring
4. Menjelaskan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan 6.Farmakotera I Dr.Setyo Sri
1x 100
manajemen/penatalaks macam-macam obat untuk pi obat-obatan Rahardjo, dr.,

13
anaan penyakit pada gangguan pada, telinga, hidung, THT M.Kes
organ THT meliputi laring-faring.
dasar-dasar terapi 2. Mahasiswa mampu menjelaskan
yaitu medikamentosa, cara kerja macam-macam obat
konservatif,diet, untuk gangguan pada telinga,
operatif, rehabilitasi, hidung, laring-faring.
dll. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan
efek macam-macam obat untuk
gangguan pada telinga, hidung,
laring-faring.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan
contoh macam-macam obat untuk
gangguan pada telinga, hidung,
laring-faring.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan
cara menuliskan resep obat-obat
penyakitTHT
5. Menjelaskan klasifikasi 1. Mampu menjelaskan 4. Otologi I I
macam-macam etiopatofisiologi dan gambaran
penyakit, mekanisme klinis dari berbagai penyakit telinga.
dan etiopatogenesis 2. Mampu menjelaskan
pada organ THT etiopatofisiologi dan gambaran Dewi Pratiwi,
berdasarkan jenis klinis dari berbagai penyakit hidung dr., Sp.THT- 1x 100
penyebab, fungsi, dan dan sinus paranasal. KL, M.Kes.
lokasi organ. 3. Mampu menjelaskan
etiopatofisiologi dan gambaran
klinis dari berbagai penyakit laring-
faring.

14
6. Menjelaskan faktor- 5. Otologi II I
faktor pencetus Hadi Sudrajad,
terjadinya gangguan dr., Sp.THT- 1x 100
pada organ THT. KL, M.Si.Med.

7. Menjelaskan 7. I
mekanisme terjadinya Neurootologi
kelainan pada sel/organ Novi
pada penyakit-penyakit Primadewi, dr.,
1x 50
organ THT meliputi Sp.THT-KL,
patogenesa, patologi, M.Kes.
dan patofisiologinya.

8. Menjelaskan 1. Mampu menjelaskan prognosis dan 8. Rhinologi I


komplikasi yang komplikasi penyakit telinga
ditimbulkan pada 2. Mampu menjelaskan prognosis dan Hendradewi,
penyakit-penyakit di komplikasi penyakit hidung dan dr., Sp.THT- 1x 50
organ THT. sinus paranasal KL, Msi.Med
3. Mampu menjelaskan prognosis dan
komplikasi penyakit laring-faring
9. Menjelaskan 1. Mampu melakukan tatalaksana 9. Larynx- I
manajemen/penatalaks penyakit telinga dan mengetahui pharynx
Vicky Eko
anaan penyakit pada tindakan yang sesuai dengan
Nurcahyo H,
organ THT meliputi kelainan yang ditemui 1x 100
dr., Sp.THT-
dasar-dasar terapi 2. Mampu melakukan tatalaksana
KL, M.Sc
yaitu medikamentosa, penyakit hidung dan sinus
konservatif,diet, paranasal dan mengetahui tindakan

15
operatif, rehabilitasi, yang sesuai dengan kelainan yang
dll. ditemui
3. Mampu menjelaskan
prognosis dan komplikasi penyakit
hidung dan sinus paranasal
10. Menjelaskan 1. Mampu menentukan dan 10. THT II
penegakan diangnosis melakukan pemeriksaan fisik dan Komuitas I
penyakit pada organ penunjang pada penyakit telinga.
THT. 2. Mampu menentukan dan
Novi
melakukan pemeriksaan fisik dan
Primadewi, dr.,
penunjang pada penyakit hidung 1x 100
Sp.THT-KL,
dan sinus paranasal
M.Kes
3. Mampu menentukan dan
melakukan pemeriksaan fisik dan
penunjang pada penyakit laring-
faring.
11. Menjelaskan prognosis 1. Mampu menjelaskan prognosis dan 11. THT II
secara umum tentang komplikasi penyakit telinga Komunitas II
penyakit pada organ 2. Mampu menjelaskan prognosis dan Dewi Pratiwi,
THT. komplikasi penyakit hidung dan dr., Sp.THT- 1x 100
sinus paranasal KL, M.Kes.
3. Mampu menjelaskan prognosis dan
komplikasi penyakit laring-faring
12. Menentukan prosedur 1. Mampu menentukan dan 12. Radiologi III
klinik untuk penunjang melakukan pemeriksaan fisik dan THT- KL
Sulistyani
diangnosis penyakit penunjang pada penyakit telinga.
Kusumaningru
pada organ THT 2. Mampu menentukan dan 1x 50
m, dr., M.Sc,
meliputi : pemeriksaan melakukan pemeriksaan fisik dan
Sp.Rad
fisik telinga, hidung penunjang pada penyakit hidung
dan tenggorokan, test dan sinus paranasal
16
pendengaran, 3. Mampu menentukan dan
pemeriksaan suara dan melakukan pemeriksaan fisik dan
bicara. penunjang pada penyakit laring-
faring.
13. Menentukan 13 III Putu , dr.,
pemeriksaan Bronkoesofag Sp.THT-KL 1x 50
laboratorium ologi (K)
penunjang diagnosis 14. Neoplasma III Made S, dr.,
penyakit organ THT. THT Sp.THT- 1x 50
KL(K)
14. Merancang tindakan 1. Mampu melakukan tatalaksana 15. Alergi di III
promotif dan preventif penyakit telinga dan mengetahui Bidang THT
penyakit pada organ tindakan yang sesuai dengan
THT dengan kelainan yang ditemui
mempertimbangkan 2. Mampu melakukan tatalaksana
faktor-faktor pencetus. penyakit hidung dan sinus
paranasal dan mengetahui tindakan Niken, dr.,
15. Mampu menjelaskan yang sesuai dengan kelainan yang 1x 50
Sp.THT-KL
dan menerapkan ditemui
strategi pencegahan 3. Mampu menjelaskan
primer,sekunder dan prognosis dan komplikasi penyakit
tersier terkait penyakit hidung dan sinus paranasal
pada organ THT.

16. Mahasiswa mampu 1. Mahasiswa mampu menjelaskan 16. III


menjelaskan kuman-kuman penyebab kelainan Mikrobiologi Marwoto, dr.,
Mikrobiologi kuman- pada organ special sense mata dan THT M. Sc., Sp. 1x 100
kuman penyebab 2. Mahasiswa mampu menjelaskan MK.
kelainan pada organ cara pemeriksaan mikrobiologi
17
special sense dan cara kuman-kuman penyebab kelainan
pemeriksaannya. pada organ special sense

17. Mahasiswa mampu 1. Mahasiswa mampu menjelaskan 17. Anatomi III


Anatomi : Cavum anatomi Cavum orbita Klinis Mata
orbita, sistem lakrimal, 2. Mahasiswa mampu menjelaskan
otot ekstraokuler, anatomi organon visus.
Yunia
Vaskularisasi dan 3. Mahasiswa mampu menjelaskan
Hastami, dr., 1x 100
inervasi mata. anatomi sistem lakrimal,
M.MedEd
4. Mahasiswa mampu menjelaskan
anatomi otot ekstraokuler,
5. Mahasiswa mampu menjelaskan
Vaskularisasi dan inervasi mata.
18. Mahasiswa mampu 1. Mahasiswa mampu menjelaskan 18. Fisiologi III
menjelaskan Fisiologi fisiologi visus, Klinis Mata
visus, media refrakta, 2. Mahasiswa mampu menjelaskan
akomodasi, lapangan fisiologi media refrakta,
pandang, lintasan 3. Mahasiswa mampu menjelaskan R.Aj. Sri
visual/ penglihatan. fisiologi akomodasi, Wulandari, dr., 1x 100
4. Mahasiswa mampu menjelaskan M.Sc
fisiologi lapangan pandang,
5. Mahasiswa mampu menjelaskan
fisiologi lintasan visual/
penglihatan
19. Mahasiswa mampu 1. Mahasiswa mampu menjelaskan 19. Histologi III
menjelaskan histologi histologi konjungtiva, Klinis Mata M. Arif
dan fungsi organ mata 2. Mahasiswa mampu menjelaskan Taufiqurrahma
1x 100
meliputi konjungtiva, histologi kornea, n, dr, M.Kes.,
kornea, sklera, khoroid, 3. Mahasiswa mampu menjelaskan PHK
retina, iris, lensa, histologi bulbus okuli
18
vitreous 4. Mahasiswa mampu menjelaskan
histologi retina.
20. Menjelaskan faktor 1. Mahasiswa mampu menjelaskan 20. Refraksi IV
pencetus, patogenesis, pembagian kelainan refraksi
gejala klinis, diagnosis, 2. Mahasiswa mampu menjelaskan
penatalaksanaan dan patogenesis kelainan refraksi
pencegahan penyakit/ 3. Mahasiswa mampu menjelaskan
kelainan: gejala kelainan refraksi
a. Akomodasi dan 4. Mahasiswa mampu menjelaskan
refraksi: cara pemeriksaan pasien dengan Retno Widiati,
1x 100
hipermetropia kelainan refraksi dr., SpM
ringan, miopia 5. Mahasiswa mampu menjelaskan
ringan, diagnosis kelainan refraksi
astigmatisma 6. Mahasiswa mampu menjelaskan
ringan, presbiopia, tata laksana kelainan refraksi
ambliopia,
anisometropia
pada dewasa,
21. Menjelaskan faktor 1. Mahasiswa mampu menjelaskan 21. Glaukoma IV
pencetus, patogenesis, etiologi glaukoma
gejala klinis, diagnosis, 2. Mahasiswa mampu menjelaskan
penatalaksanaan dan patogenesis terjadinya glaukoma
pencegahan penyakit/ 3. Mahasiswa mampu menjelaskan
kelainan: gejala glaukoma Arya Pradipta,
1x 100
a. Glaukoma: 4. Mahasiswa mampu menjelaskan dr., Sp.M
glaukoma akut dan cara pemeriksaan pasien glaukoma
glaukoma lainnya. 5. Mahasiswa mampu menjelaskan
diagnosis glaukoma
6. Mahasiswa mampu menjelaskan
tata laksana Glaukoma
19
22. Mahasiswa mampu 1. Mahasiswa mampu menjelaskan 22. IV
menjelaskan farmakodinamik obat-obatan untuk Farmakoterapi
Prof.Dr.
farmakodinamik dan penyakit organ mata Mata
Muchsin
mekanisme kerja obat- 2. Mahasiswa mampu menuliskan 1x 100
Doewes,dr,
obatan untuk penyakit resep untuk kasus penyakit organ
SU,MARS
organ mata mata

23. Menjelaskan faktor 1. Mahasiswa mampu menjelaskan 23. Mata IV


pencetus, patogenesis, etiologi mata merah Merah
gejala klinis, diagnosis, 2. Mahasiswa mampu menjelaskan
penatalaksanaan dan klasifikasi mata merah
pencegahan penyakit/ 3. Mahasiswa mampu menjelaskan
kelainan pada: diagnosis mata merah
a. Mata merah: 4. Mahasiswa mampu menjelaskan
konjungtivitis, differensial diagnosis mata merah
pterigium, 5. Mahasiswa mampu menjelaskan
perdarahan tata laksana mata merah
subkonjungtiva, 6. Mahasiswa mampu menjelaskan Nisita
blefaritis, skleritis edukasi pasien dengan mata merah Suryanto, dr., 1x 100
dan episkleritis, 7. Mahasiswa mampu menjelaskan Sp.M
keratitis, macam-macam kelianan struktur
keratokonjungtivitis dan bentuk mata
sicca, edema 8. Mahasiswa mampu menjelaskan
kornea, tata laksana kelianan struktur dan
keratokonus, bentuk mata
xeropthalmia,
endoftalmitis,
hifema dan
hipopion,
iridosiklitis, iritis,
20
b. Kelainan bentuk
dan struktur:
enteropion, trikiasis
, ptosis, retraksi
kelopak mata,
hordeolum,
chalazion,
lagoftalmos,
mikroftalmos,
epikantus,
xantelasma
24. Menjelaskan faktor Mahasiswa mampu menjelaskan faktor 24. Vitroretina IV
pencetus, patogenesis, pencetus, patogenesis, gejala klinis,
gejala klinis, diagnosis, diagnosis, penatalaksanaan dan
penatalaksanaan dan pencegahan penyakit/ kelainan pada:
pencegahan penyakit/ perdarahan vitreous, Ablasio retina,
kelainan: perdarahan retina, oklusi pembuluh
a. Vitreoretina: darah retina, degenerasi macula karena
ablasio retina, usia, retinopati (diabetic, hipertensi,
Andi
perdarahan retina, premature), korioretinitis
Cleveriawan
oklusi pembuluh 1x 100
Arvi Putra, dr.,
darah retina,
Sp.M
degenerasi makula
karena usia,
retinopati (DM,
hipertensi,
prematur),
korioretinitis,
perdarahan
vitreous
21
25. Menjelaskan faktor 1. Mahasiswa mampu menjelaskan 25. Katarak IV
pencetus, patogenesis, etiologi katarak
gejala klinis, diagnosis, 2. Menjelaskan klasifikasi katarak
penatalaksanaan dan 3. Mahasiswa mampu menjelaskan Raharjo
pencegahan penyakit/ patogenesis terjadinya katarak Kuntoyo, dr., 1x 100
kelainan: 4. Mahasiswa mampu menjelaskan SpM
a. Katarak: katarak, diagnosis katarak
dislokasi lensa 5. Mahasiswa mampu menjelaskan
tata laksana katarak
26. Menjelaskan faktor 1. Mahasiswa mampu menjelaskan 26. Tumor IV
pencetus, patogenesis, macam-macam tumor okuler, Mata
gejala klinis, diagnosis, adneksa dan rongga mata.
penatalaksanaan dan 2. Mahasiswa mampu menjelaskan
pencegahan penyakit/ diagnosis tumor mata
kelainan pada: 3. Mahasiswa mampu menjelaskan
a. Tumor: tumor iris, kelainan pada apparatus lakrimalis.
Dr. Senyum
retinoblastoma
Indrakila, dr., 1x 100
b. Apparatus
SpM
lakrimalis: mata
kering,
dakrioadenitis,
dakriosistitis,
dakriostenosis,
laserasi duktus
lakrimal.
27. Menjelaskan faktor 1. Mahasiswa mampu menjelaskan 27. Strabismus IV
pencetus, patogenesis, macam-macam strabismus
Retno Widiati,
gejala klinis, diagnosis, 2. Mahasiswa mampu menjelaskan 1x 100
dr., SpM
penatalaksanaan dan diagnosis strabismus
pencegahan penyakit/ 3. Mahasiswa mampu menjelaskan
22
kelainan: tata laksana pasien strabismus
Strabismus
28. Menjelaskan faktor 1. Mahasiswa mampu menjelaskan 28. Pediatric V
pencetus, patogenesis, cara pemeriksaan kelainan mata opthalmology
gejala klinis, diagnosis, pada bayi dan anak-anak
penatalaksanaan dan 2. Mahasiswa mampu menjelaskan Andi
pencegahan penyakit/ diagnosis kelainan mata pada bayi Cleveriawan
1x 100
kelainan Pediatric dan anak-anak. Arvi Putra, dr.,
ophtalmology: afakia 3. Mahasiswa mampu menjelaskan Sp.M
kongenital, tata laksana kelainan mata pada
anisometropia pada bayi dan anak-anak
anak
29. Menjelaskan faktor 1. Mahasiswa mampu menjelaskan 29. Trauma V
pencetus, patogenesis, macam-macam trauma pada mata pada Mata
gejala klinis, diagnosis, 2. Mahasiswa mampu menjelaskan
penatalaksanaan dan diagnosis trauma pada mata
pencegahan penyakit/ 3. Mahasiswa mampu menjelaskan
kelainan pada: penanganan trauma pada mata.
a. Trauma : benda 4. Mahasiswa mampu menjelaskan
asing di kelainan pada apparatus lakrimalis.
Dr. Senyum
konjuntiva,
Indrakila, dr., 1x 100
laserasi kelopak
SpM
mata, erosi, benda
asing di kornea,
luka bakar kornea
b. Apparatus
lakrimalis: mata
kering,
dakrioadenitis,
dakriosistitis,
23
dakriostenosis,
laserasi duktus
lakrimal.
30. Menjelaskan faktor 1. Mahasiswa mampu menjelaskan 30. V
pencetus, patogenesis, faktor pencetus, patogenesis, gejala Neuroopthalm
gejala klinis, diagnosis, klinis, diagnosis, penatalaksanaan ology
penatalaksanaan dan dan pencegahan penyakit/ kelainan
pencegahan penyakit/ pada:
kelainan: 2. Neuro ophthalmology: ptosis,
Neuro ophthalmology: retraksi kelopak mata, diplopia
diplopia binokuler, binokuler, buta senja, skotoma, Nisita
buta senja, skotoma, hemianopia bitemporal and Suryanto, dr., 1x 100
hemianopia bitemporal homonymous dan gangguan lapang Sp.M
and homonymous dan pandang, optic disc cupping,
gangguan lapang edema papil, atropi optik, neuropati
pandang, optic disc optik dan neuritis optik, ambliopia
cupping, edema papil,
atropi optik, neuropati
optik dan neuritis
optik

24
DAFTAR PENYAKIT SISTEM SPECIAL SENSE (SKDI 2012)

Tingkat kemampuan yang diharapkan dicapai pada akhir pendidikan


profesi dokter adalah sebagai berikut:
Tingkat Kemampuan 1: mengenali dan menjelaskan
Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik
penyakit, dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan
informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya
menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien. Lulusan dokter
juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit
tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.
Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan
awal, dan merujuk

3A. Bukan gawat darurat


Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan
dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi

25
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan
nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien.
Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan
secara
mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip
dan/atau
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
Dengan demikian didalam Daftar Penyakit ini level kompetensi
tertinggi adalah 4ª

26
No Penyakit Kompetensi
A Telinga
Tuli (kongenital, perseptif, 2
konduktif) 3A
Inflamasi pada aurikular 3A
Herpes zoster pada telinga 3A
Fistula pre-aurikular 2
Labirintitis 4A
Otitis eksterna 4A
Otitis media akut 3A
Otitis media serosa 3A
Otitis media kronik 3A
Mastoiditis 3A
Miringitis bullosa 3A
Benda asing 3A
Perforasi membran timpani 3A
Otosklerosis 2
Timpanosklerosis 1
Kolesteatoma 3A
Presbiakusis 4A
Serumen prop 4A
Mabuk perjalanan 3A
Trauma akustik akut 3B
Trauma aurikular
B Hidung
Deviasi septum hidung 2
Furunkel pada hidung 4A
Rhinitis akut 4A
Rhinitis vasomotor 4A
Rhinitis alergika 4A
Rhinitis kronik 3A
Rhinitis medikamentosa 3A
Sinusitis 3A
Sinusitis frontal akut 2

27
Sinusitis maksilaris akut 2
Sinusitis kronik 3A
Benda asing 4A
Epistaksis 4A
Etmoiditis akut 1
Polip 2
C Kepala & Leher
Fistula dan kista brankial lateral 2
dan medial 2
Higroma kistik 3A
Tortikolis 3A
Abses Bezold
D Laring dan faring
Faringitis 4A
Tonsilitis 4A
Laringitis 4A
Hipertrofi adenoid 2
Abses peritonsilar 3A
Pseudo-croop acute epiglotitis 3A
Difteria (THT) 3B
Karsinoma laring 2
Karsinoma nasofaring 2

28
29
30
LANGKAH DISKUSI

Langkah Diskusi Tutorial


ke-
Hari/ Pertemuan Pertama

1 Membaca Skenario dan mengklarifikasi istilah

2 Merumuskan permasalahan

3 Melakukan curah pendapat dan membuat pernyataan


sementara mengenai permasalahan, tanpa membuka
gadget atau mencari literatur
4 Menginventarisasi permasalahan dan hasil curah
pendapat secara sistematis
5 Merumuskan LO (tujuan pembelajaran)

Belajar Mandiri

6 Mengumpulkan informasi dengan belajar mandiri


Menyusun Ringkasan Belajar Mandiri
Hari/ Pertemuan Kedua

7 Melaporkan informasi baru yang diperoleh; menata dan


membahas informasi baru dengan informasi atau
hipotesis pada pertemuan I

Pada pertemuan pertama, mahasiswa berdiskusi dengan


menggunakan prior knowledge. Mahasiswa tidak diperkenankan
membuka textbook atau laptop. Pada pertemuan kedua (langkah ke-7),

31
mahasiswa diharapkan dapat berdiskusi dengan baik (tidak membaca
buku, tetapi menjelaskan informasi yang sudah didapat dari buku atau
jurnal atau pakar pada temannya).

Langkah 5 : merumuskan tujuan pembelajaran


Pada langkah ini, mahasiswa menetapkan seluruh tujuan
pembelajaran yang tercermin dari problem tree, BUKAN HANYA
MELAKUKAN LISTING PERTANYAAN YANG BELUM
TERJAWAB.

Yang Benar Yang Salah


Mahasiswa merumuskan tujuan Mahasiswa merumuskan tujuan
pembelajaran melihat dari pembelajaran dengan melihat
problem tree yang ada di langkah pertanyaan di langkah ke-2 yang
ke-4 belum terjawab

Langkah 6: mengumpulkan informasi baru dengan belajar


mandiri
Yang Benar Yang Salah
Mahasiswa selain menjawab Mahasiswa mencari jawaban dari
pertanyaan, juga mempelajari tujuan pembelajaran di langkah 5
secara keseluruhan informasi (pertanyaan di langkah ke-2 yang
yang terkait dengan masalah di belum terjawab)
dalam problem tree

32
TUGAS TERSRUKTUR

Pada langkah ke-6, mahasiswa membuat Ringkasan Belajar


Mandiri (RBM)
Untuk mendorong mahasiswa untuk belajar mandiri (langkah
ke-6), terdapat tugas tambahan yang bersifat individu kepada
mahasiswa yaitu menyusun Ringkasan Belajar Mandiri, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Dikumpulkan kepada tutor pada pertemuan kedua.
b. Berupa tulisan tangan.
c. Dapat berupa narasi atau gambar atau skema, diperbolehkan
menempel gambar/ skema.
d. Ditulis pada kertas folio bergaris ukuran F4, minimal 4 halaman
(2 lembar bolak-balik).

Format Ringkasan Belajar Mandiri:


1. Tujuan Belajar (LO)
2. Isi: jawaban/ informasi mengenai setiap LO; seluruh LO harus
terjawa
3. Dapat berisi skema, atau juga tempelan gambar dari sumber
pustaka
4. Daftar pustaka/ referensi yang digunakan
Ringkasan belajar mandiri ini akan dinilai oleh tutor pada
lembar rubrik penilaian (RBM).

Langkah 7: melaporkan, membahas dan menata kembali


informasi baru yang diperoleh.
Mahasiswa mengawali langkah ini dengan memberikan
ringkasan tentang informasi apa yang sudah dipelajari dan apa yang

33
belum berdasarkan problem tree yang sudah dibuat. Diskusi tentang
aspek pada problem tree yang direncanakan dibahas pada langkah ke-
7 bisa dikaitkan kembali ke skenario. Setelah itu, dilakukan sintesis
informasi tentang seluruh informasi yang sudah dibahas, dan
dilakukan cross-check terhadap seluruh tujuan pembelajaran skenario.

Yang Benar Yang Salah


Pada awal langkah ke-7, Problem tree ditulis menunggu
mahasiswa menuliskan kembali tutor datang
problem tree di papan tulis (tanpa
menunggu tutor datang)
Pembahasan dimulai dengan Mahasiswa langsung menjawab
menjelaskan kembali dengan singkat tujuan pembelajaran (yang belum
materi yang sudah dibahas pada dibahas)
pertemuan I

34
SKENARIO 1

DOKTER, ANAK SAYA SAKIT APA YA?

Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dibawa ibunya ke


praktek dokter umum karena dari liang telinga kanan keluar cairan.
Hal ini diketahui sejak 1 hari yang lalu. Sebelum timbul keluhan
tersebut, pasien demam dan menangis serta mengeluh telinga
kanannya sakit. Pasien mengalami batuk pilek sejak 7 hari yang lalu.
Satu tahun terakhir, pasien sering batuk pilek. Paling tidak sebulan
sekali batuk pileknya selalu kambuh, namun sebelumnya tidak pernah
keluar cairan dari telinga. Pasien juga sering bernapas lewat mulut dan
mendengkur saat tidur.
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik status
generalis, pemeriksaan telinga dengan otoskopi, pemeriksaan
rhinoskopi anterior, pemeriksaan tenggorok, dan pemeriksaan kelenjar
getah bening leher. Selain itu, dokter juga merekomendasikan
pemeriksaan penunjang kepada pasien.

35
SKENARIO 2

KENAPA SAYA PILEK TERUS MENERUS?

Seorang laki-laki 25 tahun, datang dengan keluhan hidung


meler dengan lendir berwarna kuning kehijauan. Pasien merasa
pileknya kambuh-kambuhan, dan memberat sejak 3 bulan terakhir.
Keluhan disertai dengan keluar lendir di tenggorokan.
Pasien juga merasakan hidung terasa buntu, penciumannya
berkurang dan terasa agak nyeri di pipi kanan dan kiri. Dari hidung
keluar lendir kental berwarna kuning. Pasien mempunyai riwayat
bersin-bersin di pagi hari atau bila terpapar debu. Dalam 1 minggu
terakhir keluhan bersin-bersin kambuh lebih dari 4x dalam sehari, dan
keluhan tersebut menyebabkan pasien seringkali tidak masuk kerja.
Pasien tidak mempunyai riwayat sakit di gigi rahang atas.
Dokter melakukan pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan
palpasi sinus paranasal, pemeriksaan hidung dengan rhinoskopi
anterior dan pemeriksaan rhinoskopi posterior, serta pemeriksaan
tenggorok. Dokter kemudian merencanakan untuk melakukan
pemeriksaan penunjang pada pasien.

36
SKENARIO 3

MATA SAYA MERAH, KENAPA YA?

Saat dokter Bella jaga di Puskesmas, mendapatkan dua orang


pasien:
Pasien pertama: anak laki-laki, 10 tahun, diantar orang tuanya
dengan keluhan mata kanan merah sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan mata kanan terasa gatal, berair, dan nyeri ringan, serta
kelopak mata bengkak dan lengket ketika bangun tidur di pagi hari.
Pasien tidak mengeluh pandangan mata kanannya kabur ataupun silau.
Pada pemeriksaan didapatkan: VOD 6/6, pada konjungtiva bulbi dan,
konjungtiva palpebra hiperemis, didapatkan sekret, kornea jernih.
Dokter Bella kemudian memberikan terapi, dan mempersilakan pasien
pulang.
Pasien kedua: Seorang laki-laki usia 40 tahun datang ke klinik dokter
umum dengan keluhan mata kiri merah sejak satu hari yang lalu.
Selain itu ia merasakan nyeri, cekot-cekot, pandangan kabur, dan
silau.
Pada pemeriksaan didapatkan VOS 5/60 uji pinhole tidak maju,
kelopak mata bengkak dan spasme, didapatkan konjungtiva hiperemis,
kornea tampak tidak jernih.
Dokter mendiagnosis dan memberikan terapi pendahuluan, kemudian
merujuk pasien tersebut ke dokter spesialis mata.

37
SKENARIO 4

ADUH, ADA BENJOLAN DI KELOPAK MATA SAYA...

Seorang perempuan usia 19 tahun datang ke klinik dokter umum


dengan keluhan ada benjolan di kelopak mata kiri bawah sejak dua
minggu yang lalu. Benjolan dirasakan semakin lama semakin
membesar.
Pada pemeriksaan mata kiri didapatkan VOS 6/6, kelopak terlihat ada
benjolan, konjungtiva bulbi tenang, konjungtiva forniks dan palpebral
hiperemis, kornea tampak jernih.
Kemudian dokter mendiagnosis dan memberikan terapi pendahuluan,
kemudian merujuk pasien tersebut ke dokter spesialis mata.

38
DAFTAR REFERENSI YANG DIBERIKAN PADA MAHASISWA
DALAM BLOK SPECIAL SENSE DISEASES

Alper C., Myers E N., Eibling., Decicion Making In Ear, Nose, and
Throat Disorders, Saunders Company, 152-153., 2001

Bailey BJ., Johnson JT. Pharyngitis, 601-613., 2006

Bailey, BJ : Head &Neck Surgery-Otolaryngology ,Lippicont William


& Wilkins A Wolter Kluwer CO.Philadhelpia 2001 p 305 –
306

Becker W., Nauman H H., Pfaltz R C., Ear, Nose, and Throat
Diseases, Thieme, 299-387., 1194

David W. Kennedy, MD, FACS, FRCSI : Diseases Of The Sinuses


Diagnosis And Management, BC Decker Inc Hamilton London
2001 p 57 – 75

Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. 2010. Gray’s Anatomy for


Students. Singapore: Elsevier

Fawcet, Don W., 2002, Buku Ajar Histologi (Text Books of


Histology). EGC. Jakarta.

Harper, Richard A. 2010. Basic Opthalmology. American Academy of


Opthalmology. The Eye MD Association.

39
Jack J., 2011. Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach by
Kanski, 7th edition. Rockwood and Green's Fractures in Adults
by Bucholz, Robert W

Lee, KJ. Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery, Eighth


edition, McGraw-Hill Medical Publishing Division CO New
York Chicago, 2003 p 704 -705.

Mangunkusumo E, Nusjirwan R. Sinusitis. Dalam: Soepardi EA,


Iskandar Neds. Buku ajar ilmu kesehatan telinga-hidung-
tenggorok kepala leher. Edisi ke-5. Jakarta: Balai penerbit FK
UI; 2002: p 120-4.

Martin Burton : Hall and Colman’s Diseases Of The Ear, Nose And
Throat, Fifteenth edition, Churchill Livingstone 2000 p 107 –
109
Niels Mygind and Torben Lildholdt : Nasal Poliposis, Munksgaard –
Copenhagen, January 1997

Perdami, 2010. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan


Mahasiswa Kedokteran. Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung Seto

Snell, RS. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem . Jakarta : EGC; 2012

Suhardjo, Hartono, 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian ilmu penyakit


mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah mada.

Vaughan, Asbury, 2011. General Ophtalmology. Edisi 18. USA: Mc


Graw Hill medical

40

Anda mungkin juga menyukai