MODUL 22
PENGLIHATAN
BUKU PEGANGAN
TUTOR
KOORDINATOR
H. Harka Prasetya, dr, SpM
Department of Ophthalmology
SEKRETARIS
Sita Pritasari, dr, SpM
Department of Ophthalmology
ANGGOTA
H. Broto Parwoto, dr, SpM
Department of Ophthalmology
Core Disiplin:
Ilmu Kesehatan Mata
Suplementary disiplin:
1. Anatomi - histologi
2. Fisiologi
3. Biokimia
4. Farmakologi
5. Mikrobiologi
6. Radiologi
7. Ilmu Penyakit Dalam
8. Islam Disiplin Ilmu
Kata Pengantar
Modul Penglihatan terdiri dari 5 lembar belajar mahasiswa (LBM) yang masing-
masing memiliki area kompetensi, kompetensi inti, komponen kompetensi, sasaran
penunjang dan sasaran pembelajaran sebagaimana yang diatur dalam buku standard
kompetensi dokter. Modul ini diberikan di semester V (tingkat III) dengan tujuan
utama untuk mahasiswa adalah penguasaan dasar-dasar ilmiah sehingga mampu
berfikir, bersikap dan bertindak sebagai ilmuwan, khususnya sebagai sarjana
kedokteran (S.Ked). Selain itu juga bertujuan untuk mendapatkan kemampuan
mengenal masalah kesehatan dan perencanaan pengelolaannya.
Meskipun masalah organ penglihatan yang dikenalkan lewat modul ini hanya berkisar
pada 5 lembar belajar mahasiswa, bukan berarti bahwa cakupan pembelajaran
berhenti sampai di sini. Mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan diri untuk
mendapatkan pengetahuan dalam bidang kesehatan Mata, termasuk dalam
hubungannya dengan penyakit lain yang dapat menimbulkan komplikasi di Mata.
Konsultasi, mengikuti seminar / pertemuan ilmiah, membaca artikel dan jurnal
penelitian merupakan sumber informasi lain yang harus dicari oleh mahasiswa.
Kata pengatar
Gambaran umum modul
Hubungan dengan modul sebelumnya
Hubungan dengan modul sesudahnya
Daftar Isi
Learning outcome
Pemetaan pencapaian learning objective
Topik
Topik Tree
Materi “masalah”
Kegiatan pembelajaran
Cetak Biru Assessment
Sumber Belajar
Penjabaran Pembelajaran LBM
LBM 1 : Anatomi–fisiologi organ penglihatan
LBM 2 : Mata merah visus normal
LBM 3 : Mata merah visus turun
LBM 4 : Mata tenang visus turun
LBM 5 : Trauma dan kebutaan
Learning Outcome Modul Penglihatan :
Materi ‘masalah”:
1. Organ penglihatan normal
2. Konjungtivitis
3. Glaukoma primer sudut tertutup akut
4. Katarak
5. Mata kena bahan kimia
Topic tree
ORGAN
PENGLIHATAN
1. Tutorial
Tutorial akan dilakukan 2 kali dalam seminggu. Setiap kegiatan tutorial
berlangsung selama 100 menit. Jika waktu yang disediakan tersebut belum
mencukupi, kelompok dapat melanjutkan kegiatan diskusi tanpa tutor di open
space area yang disediakan. Keseluruhan kegiatan tutorial tersebut dilaksanakan
dengan menggunakan seven jump steps, yaitu:
1. Jelaskan terminologi yang belum Anda ketahui
2. Jelaskan masalah yang harus Anda selesaikan
3. Analisis masalah tersebut dengan brainstorming agar kelompok
memperoleh penjelasan yang beragam mengenai fenomena yang
didiskusikan.
4. Cobalah untuk menyusun penjelasan yang sistematis mengenai fenomena/
masalah yang diberikan kepada anda.
5. Susunlah persoalan-persoalan yang tidak bisa diselesaikan dalam diskusi
tersebut menjadi tujuan pembelajaran kelompok (learning issue/learning
objectives)
6. Lakukan belajar mandiri untuk mencari informasi yang anda butuhkan
guna menjawab learning issues yang telah anda tetapkan.
7. Jabarkan temuan informasi yang telah dikumpulkan oleh anggota
kelompok, sintesakan dan diskusikan temuan tersebut agar tersusun
penjelasan yang komprehensif untuk menjelaskan dan menyelesaikan
masalah.
2. Kuliah
Ada beberapa aturan cara kuliah dan format pengajaran pada problem based
learning. Problem based learning menstimulasi mahasiswa untuk
mengembangkan perilaku aktif pencarian pengetahuan. Kuliah mungkin tidak
secara tiba-tiba berhubungan dengan belajar aktif ini, Namun demikian keduanya
dapat memenuhi tujuan spesifik pada PBL. Adapun tujuan kuliah pada modul ini
adalah:
a. Menjelaskan gambaran secara umum isi modul, mengenai relevansi dan
kontribusi dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda terhadap tema modul.
b. Mengklarifikasi materi yang sukar. Kuliah akan lebih maksimum efeknya
terhadap pencapaian hasil ketika pertama kali mahasiswa mencoba untuk
mengerti materi lewat diskusi atau belajar mandiri.
c. Mencegah atau mengkoreksi adanya misconception pada waktu mahasiswa
berdiskusi atau belajar mandiri.
d. Menstimulasi mahasiswa untuk belajar lebih dalam tentang materi tersebut.
Agar penggunaan media kuliah dapat lebih efektif disarankan agar mahasiswa
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab atau kurang jelas
jawabannya pada saat diskusi kelompok agar lebih interaktif.
Adapun materi kuliah yang akan dilaksanakan sebagai berikut:
a. Minggu 1
1. Anatomi-histologi: ( 50 menit )
Organ dan bangunan di sekitar mata dan hubungannya dengan organ
penglihatan
2. Fisiologi: ( 100 menit )
a. Fungsi normal masing-masing bagian pada organ penglihatan
b. Mekanisme penghantaran impuls saraf dalam proses penglihatan
(Lintasan visual)
c. Sistem refraksi pada mata
3. Biokimia: ( 100 menit )
a. Perubahan biokimiawi yang terjadi pada proses penglihatan
b. Perubahan biokimiawi yang terjadi pada lensa
c. Peran vitamin dan mikronutrient dalam kesehatan mata
4. Ilmu Kesehatan Mata: ( 150 menit )
a. Struktur ekternal dan internal normal organ penglihatan (SP)
b. Mekanisme gerak bola mata ( HP )
c. Basic eye examination (SP)
b. Minggu 2
1. Ilmu Kesehatan Mata: ( 200 menit )
a. Dasar – dasar ocular inflamation (IN )
b. Penyebab blefaritis, hordeolum, pterygium, pinguicula,
konjungtivitis, episkleritis dan skleritis. ( IN )
c. Klinis dan pemeriksaan penunjang penyakit tersebut diatas. ( IN )
d. Penatalaksanaan penyakit tersebut diatas. ( IN )
2. Farmakologi: ( 100 menit )
Macam-macam obat yang dipakai di bagian mata dan cara
pemberiannya
c. Minggu 3
1. Ilmu Kesehatan Mata: ( 200 menit ) ( SP )
a. Keratitis, Ulkus kornea
b. Iridosiklitis
c. Glaukoma
d. Infeksi mata luar yang dapat menyebabkan kebutaan
d. Minggu 4
1. Ilmu Kesehatan Mata: ( 200 menit )
a. Kelainan media refrakta: Katarak ( HP )
b. Refraksi anomali: Miopia, Hipermetropia, Astigmatisma ( HP )
c. Kelainan pada syaraf: Retinopati, Degenerasi makula, Ablasio retina
(HP)
e. Minggu 5
1. Ilmu Kesehatan Mata: ( 200 menit )
a. Trauma mekanik, trauma kimia, trauma fisika ( BP )
b. Kebutaan ( BP )
2. Radiologi: ( 100 menit )
Pemeriksaan radiologis untuk kelainan-kelainan di mata
3. Islam Disiplin Ilmu: ( 100 menit )
Ahlak terhadap pasien anak, remaja, dewasa dan orang tua
b. Minggu 2
1. Ilmu Kesehatan Mata: (200 menit).
a. Melihat video pemeriksaan mata
b. Melakukan pemeriksaan segmen anterior bola mata mulai palpebra
sampai dengan lensa ( Focal Illumination )
2. Farmakologi : (200 menit)
Obat – obatan yang berpengaruh pada pupil ( miotikum, midriatikum )
c. Minggu 3
1. Ilmu Kesehatan Mata:
a. Pemeriksaan saluran lakrimalis tes fluoresein
b. Pemeriksaan tekanan intra okuler dengan palpasi
d. Minggu 4
1. Ilmu Kesehatan Mata: (poin a 200 menit, poin b 200 menit)
a. Funduskopi: mengamati papil nervus II dan pembuluh darah retina
b. Melihat video operasi katarak teknik EKEK dan phacoemulsification
Assessment
Sistem penilaian modul terdiri dari penilaian formatif dan sumatif.
1. Penilaian Formatif
Penilaian formatif terdiri dari:
a. Nilai Pelaksanaan diskusi tutorial
Pada diskusi tutorial mahasiswa akan dinilai berdasarkan kehadiran. Maksimal
satu skenario (2 kali tutorial). Mahasiswa yang tidak mengikuti tutorial dengan
alasan dan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan, harap melapor ke tim modul
untuk mengganti dengan tugas.
b. Nilai Praktikum
Selama praktikum, mahasiswa akan dinilai pengetahuan, dan keterampilan. Nilai
pengetahuan dan keterampilan didapatkan dari ujian responsi atau identifikasi
praktikum yang dilaksanakan selama praktikum. Hasil penilaian praktikum akan
dihitung dan dimasukkan pada ujian mingguan. Bagi mahasiswa yang tidak dapat
mengikuti praktikum dengan alasan dan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan,
harap melapor ke tim modul untuk di jadwal ulang kegiatan praktikumnya.
c. Nilai Ketrampilan Medik
Selama ketrampilan medik, mahasiswa akan dinilai penguasaan tekhniknya
(sistematis dan lege artis). Hasil penilaian ketrampilan medik akan dipakai sebagai
syarat untuk mengikuti ujian OSCE yang pelaksanaannya akan diatur kemudian.
Bagi mahasiswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan ini dengan alasan dan bukti
yang dapat dipertanggungjawabkan, harap melapor ke tim modul untuk di jadwal
ulang kegiatan ketrampilan.
Semua penilaian formative ini adalah pra syarat untuk mengikuti ujian akhir
modul. Seorang boleh mengikuti ujian akhir modul jika:
kehadiran tutorial 100%
mengikuti kegiatan praktikum
nilai sikap profesional sufficient
2. Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif didasarkan pada nilai penugasan, ujian mingguan, ujian akhir
modul dan ujian Keterampilan Medik. Prosentase penilaian adalah sebagai
berikut:
1. Tutorial : 10 %
2. Ujian mingguan (Praktikum + akhir LBM) : (5 + 15 %)
3. Ujian akhir modul : 50 %
4. OSCE : 20 %
Skenario
Arief, seorang mahasiswa fakultas kedokteran yang sedang berdiri di halte bus
sambil memandangi padatnya lalu lintas sempat merenung, sungguh besar anugrah
Tuhan Yang Maha Kuasa, karena-NYA dia memiliki organ penglihatan sehingga
dapat menikmati indahnya dunia melalui organ tersebut. Dalam hati dia bertanya,
bagaimana organ yang besarnya tidak lebih besar dari bola pingpong ini bisa
berfungsi vital, dan tidak terukur besarnya manfaat ketika organ tersebut dalam
keadaan sehat. Dengan gerak bola matanya, dia dapat melihat dengan jelas
setiap kendaraan yang lewat tanpa harus merubah posisi tubuh dan kepalanya.
Meskipun lama berdiri di tepi jalan, dia tidak merasakan sakit kepala, matanya
kering atau ada debu di matanya. Sempat juga terpikir olehnya apa saja bagian-
bagian yang terdapat di dan sekitar matanya sehingga dapat berfungsi seperti
tersebut diatas.
Kata kunci : bulbus okuli, eye movement, adneksa
Masalah: bagaimana mahasiswa mampu memahami segala aspek yang berhubungan
dengan organ penglihatan dalam keadaan normal.
c. Peta Konsep:
ANATOMI DAN PROSES
FISIOLOGI BIOKIMIAWI
NORMAL NORMAL
PENGLIHATAN
NORMAL
d. Materi
1. Anatomi-histologi: ( 50 menit )
Organ dan bangunan di sekitar mata dan hubungannya dengan organ
penglihatan
2. Fisiologi: ( 100 menit )
a. Fungsi normal masing-masing bagian pada organ penglihatan
b. Mekanisme penghantaran impuls saraf dalam proses penglihatan
(Lintasan visual)
c. Sistem refraksi pada mata
3. Biokimia: ( 100 menit )
a. Perubahan biokimiawi yang terjadi pada proses penglihatan
b. Perubahan biokimiawi yang terjadi pada lensa
c. Peran vitamin dan mikronutrient dalam kesehatan mata
4. Ilmu Kesehatan Mata: ( 150 menit )
a. Struktur ekternal dan internal normal organ penglihatan
b. Mekanisme gerak bola mata
c. Basic eye examination
Jawab :
2. Sebutkan apa saja yang temasuk dinding bola mata beserta fungsinya!
Jawab :
Kornea : merupakan bagian dari media refrakta, normalnya bersifat
transparan dan avaskuler. Punya banyak sekali ujung saraf
sensibel cabang dari N trigeminus. Terdiri dari 5 lapisan:
epitel, membrana bowman, stroma, membran descemet,
endotel
Sklera : merupakan lanjutan kornea ke arah posterior, terdiri dari
jaringan ikat kolagen, berfungsi memberikan bentuk bola mata
Lapisan kornea
13. Bagaimana cara kerja lensa untuk membuat fokus benda yang kita lihat ?
Jawab: lensa berhubungan dengan badan silier melalui ligamentum
suspensorium lentis (zonula Zinn). Mencembung dan memipihnya
lensa (proses akomodasi) tergantung pada kontraksi dan relaksasi
dari badan silier. Ketika badan silier relaksasi, zonula zinn akan
teregang sehingga lensa akan memipih, sedangkan pada saat badan
silier kontraksi, zonula zinn mengendor sehingga lensa akan
mencembung. Pada saat memandang jauh, mata normal tanpa
akomodasi akan dapat melihat benda dengan jelas karena bayangan
jatuh tepat di retina. Sedangkan pada saat melihat dekat, mata akan
melakukan akomodasi dengan membuat lensa lebih cembung
sehingga bayangan tetap dapat jatuh di retina.
14. Apa saja yang termasuk refraksi anomali dan bagaimana pengelolaannya ?
Jawab: Yang termasuk refraksi anomali adalah Miopia, Hipermetropia,
dan Astigmatisma.
A. MIOPIA : merupakan refraksi anomali dimana sinar sejajar yang masuk
ke mata tanpa akomodasi dibiaskan di depan retina.
Kausa : a. Axis bola mata lebih panjang dari normal
b. Index refraksi media refrakta yang lebih besar dari normal
c. Kurvatura Cornea terlalu cembung ( misal pada keratokonus)
d. Posisi lensa terlalu kedepan (misal subluksasi lensa)
Pengelolaan : penggunaan lensa sferis negatif terkecil yang dapat
memberi visus terbaik.
15. Mengapa pada orang tua untuk melihat dekat perlu kaca mata baca ?
Jawab: Karena pada orang tua kemampuan lensa untuk akomodasi sudah
berkurang (presbiopia) akibat elastisitas lensa yang sudah menurun,
sehingga ketika melihat dekat bayangan akan jatuh di belakang
retina. Untuk koreksinya diperlukan lensa sferis positif. Umumnya
keadaan ini terjadi mulai usia 40 tahun, dimana saat itu kaca mata
baca yang diperlukan adalah lensa sferis +1 dioptri. Setiap
penambahan umur 5 tahun diperlukan tambahan koreksi +1/2 dioptri.
Pada usia 60 tahun diperlukan lensa koreksi +3 dioptri.
Arah gerak obyek pada pemeriksaan adalah 9 posisi primer yaitu : atas,
kanan atas, kanan, kanan bawah, bawah, kiri bawah, kiri, kiri atas, dan
pandangan lurus ke depan. Pada pemeriksaan dua mata bersama sama,
perhatikan arah kedua mata ketika melihat jauh dan melihat dekat,
normal pada saat melihat jauh kedua mata mempunyai posisi lurus
sejajar, sedang saat melihat dekat akan terjadi konvergensi (kedua mata
saling mendekat).
18. Sebutkan apa fungsi pupil dan bagaimana cara pemeriksaan reflek pupil
terhadap sinar !
Jawab: Fungsi pupil adalah untuk :
a. Mengatur banyaknya cahaya yang masuk mata
b. Meningkatkan kedalaman fokus (untuk penglihatan 3 dimensi)
c. Mengurangi aberasi sferis dan aberasi kromatis
Dua reflek pupil yang penting diketahui adalah reflek terhadap sinar
dan reflek melihat dekat (akomodasi).
Pemeriksaan reflek pupil terhadap sinar :
a. Reflek pupil langsung : mata disinari, perhatikan reaksi pupil
pada mata tersebut, pupil akan mengecil.
b. Reflek pupil tak langsung : mata disinari, perhatikan reaksi
pupil mata yang tidak disinari, pupil juga akan mengecil.
19. Apa saja yang harus dinilai dan bagaimana cara melakukan pemeriksaan pupil
Jawab: Pemeriksaan pupil dapat dilakukan dengan pen light, iluminasi fokal
maupun slit lamp. Yang perlu dinilai saat melakukan pemeriksaan
pupil adalah bentuk, letak, ukuran, jumlah, warna, efek akomodasi,
dan reaksi terhadap rangsangan sinar langsung dan tidak langsung.
Pupil normal berbentuk bulat, letaknya sentral, diameter normal
ditempat gelap adalah 4,5 - 7 mm sedangkan ditempat terang 2,5 – 6
mm, jumlahnya satu, warna gelap, miosis saat akomodasi, dan
bereaksi ketika diberi rangsang cahaya.
21. Dimana saja komponen air mata (tear film) diproduksi dan apa fungsinya?
Jawab: Tear film terdiri dari 3 komponen, yaitu :
a. Lipid, lapisan paling superficial yang dihasilkan oleh kelenjar
Meibom yang terdapat di palpebra superior dan inferior. Tebal
lapisan ini 0,1 um
b. Akuos, lapisan tengah (paling tebal) yang dihasilkan oleh
kelenjar Lakrimalis utama dan kelenjar lakrimalis asesorius
(kelenjar Krause dan Wolfring). Tebal lapisan ini 7 um. Selain
air sebagai komponen utama, juga terdiri dari elektrolit,
glukosa, oksigen, protein (termesuk imunoglobulin A), enzim
dan komponen lainnya.
c. Mucin, lapisan paling profunda yang dihasilkan oleh sel Goblet
conjunctiva. Tebal lapisan ini 0,02 – 0,05 um. Selain
dihasilkan oleh sel Goblet, mucin juga diproduksi oleh epitel
permukaan conjunctiva dan kornea yang disebut dengan N-
linked mucin. Sedangkan mucin yang dihasilkan oleh sel Goblet
disebut dengan O-linked mucin.
Tear film mempunyai fungsi utama untuk :
a. Melapisi dan melumasi permukaan kornea (sebagai sistem
optik)
b. Membersihkan debris dari permukaan bola mata
c. Suplai oksigen dan nutrisi untuk epitel kornea
d. Mengandung faktor pertumbuhan dan antibakteri
e. Sumber Belajar:
1. Daniel Vaughan, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. General
Ophthalmology. Fifteenth edition, Appleton and Lange, San Fransisco,
USA. 1999
2. Nancy B. Carlson, Daniel Kurtz, Ocular Examination, Third edition, Mc
Graw-Hill Medical Publishing division, USA 2004.
3. Ronald Pitts Crick, Peng Tie Khaw. A Textbook of Clinical
Ophthalmology
4. Arthur Lim Siew Ming. Colour Atlas of Ophthalmology
5. Frank G. Benson. Basic Ophthalmology for Medical Students and
Primary Care Residents, Sixth edition, American Academic of
Ophthalmology, San Fransisco, 1993
6. Sidarta Ilyas. Dasar – Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata,
Balai Penerbit FK UI, Jakarta 1983
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, editor: Sidarta Ilyas, dkk:
Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Balai Penerbit FK UI, Jakarta
8. Gondowiarjo TD, Simanjuntak GW, “ Panduan Manajemen Klinis
Perdami “, Jakarta, 2006.
9. Hartono. Neurooftalmologi, lab. IP. Mata FK UGM, 2000
10. Kuliah.
11. Internet
Skenario
Mata merah tidak kabur
Adi seorang mahasiswa mengeluh sudah 3 hari ini kedua matanya merah dan
mengeluarkan kotoran berwarna kuning kehijauan. Pagi hari setelah bangun tidur
kelopak mata terasa lengket, namun penglihatan tidak kabur. Kemudian Adi
berobat ke dokter spesialis mata dan dilakukan pemeriksaan sekret mata. Oleh
dokter mata Adi didiagnosis sebagai konjungtivitis akut bakterial. Kemudian dia
diberi obat tetes mata serta diberi nasehat bahwa penyakit ini menular.
a. Pemetaan konsep
Mata merah
Visus tdk turun Visus turun
Blefaritis
Hordeolum
Episkleritis
Pterygium Pinguicula
Konjungtivitis Skleritis
d. Materi
1. Ilmu Kesehatan Mata: ( 200 menit )
a. Dasar – dasar ocular inflamation
b. Penyebab blefaritis, hordeolum, pterygium, pinguicula,
konjungtivitis, episkleritis dan skleritis.
c. Klinis dan pemeriksaan penunjang penyakit tersebut diatas.
d. Penatalaksanaan penyakit tersebut diatas.
2. Farmakologi: ( 100 menit )
Macam-macam obat yang dipakai di bagian mata dan cara
pemberiannya
b. Imunologi/alergi:
o Reaksi imunologi cepat : Konjungtivitis vernal
Konjungtivitis atopik
Konjungtivitis giant papil
o Reaksi imunologi lambat: Phlygtenulosis
o Penyakit autoimmune : Keratokonjungtivitis sicca
Pemfigoid sikatriks
c. Iritatif/ kimiawi
o Iatrogenik : Miotika
Idoxuridine
Obat-obat topikal lain
Larutan lensa kontak
o Berhubungan dengan pekerjaan:Asap, asam, basa, angin sinar
UV, bulu ulat.
d. Kemosis :
Udem konjungtiva oleh karena transudasi cairan dari pembuluh darah
kapiler konjungtiva. Klinis tampak seperti gelembung/benjolan bening
pada konjungtiva bulbi atau fornix. Kemosis dapat terjadi secara :
- Aktif : peningkatan permeabilitas pada peradangan ( eksudat )
- Pasif : akibat stasis ( perbandingan “ tissue fluid “ didalam
jaringan/organ tergantung pada keseimbangan antara produk cairan
dari arteri, penyerapan ke vena dan drainage oleh limfatik ).
Ketidakseimbangan salah satu factor ini dapat menyebabkan kemosis.
- Folikel
- Sikatriks
- Sanata
Untuk pengendalian WHO mengembangkan cara sederhana untuk memeriksa
penyakit tersebut. Ini mencakup tanda-tanda berikut :
a. TF : lima/> folikel pada konjungtiva tarsal superior.
b. TI : infiltrasi difus dan hipertrofi papiler konjungtiva tarsal superior
yang sekurang-kurangnya menutupi 50 % pembuluh darah profunda
normal.
c. TS : parut konjungtiva trakomatosa.
d. TT : trikiasis/entropion.
e. CO : kekeruhan kornea.
Komplikasi : entropion®trikiasis®erosi kornea®infeksi®sikatriks®visus¯
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium : Sitologi Giemza : inclusion bodies
Fluorescin antibody
Ensim immuno assay test
Penatalaksanaan :
- Tetrasiklin 1 – 1,5 gr/hr selama 3 – 4 minggu.
Eso : hepatotoksik
Depresi sumsum tulang
- Doksisiklin 2 x 100 mg selama 3 minggu
- Azitromisin dosis tunggal ( mahal )
- Topikal : Tetrasiklin salep
Sulfonamid
Eritromisin
Rifampin
Topikal tersebut diberikan 4 x sehari selama 6 minggu.
10. Apakah yang dimaksud dengan episkleritis, sebutkan tanda dan gejalanya
serta penatalaksanaannya !
Jawab :
Penatalaksanaan :
- Sembuh sendiri ( 1 – 2 minggu )
- Topikal / oral NSAID
Flurbiprofen 300 mg/hr setelah terkontrol dosis diturunkan 150 mg/hr.
Indometasin 3 x 25 mg.
- Topikal vasokonstriktor.
- Topikal steroid.
Dexamethason 0,1% selama 3 – 4 hari.
11. Apakah yang dimaksud dengan skleritis, sebutkan tanda dan gejalanya serta
Penanganannya !
Jawab :
Skleritis adalah peradangan pada sclera.
Merupakan auto immune disease.
Kemerahan / injeksi skleral, dimana letaknya lebih profunda, tidak dapat
digerakkan dan tidak mengalami konstriksi dengan epinefrin. Injeksi sclera
menunjukkan adanya peradangan pada sclera, berasal dari serabut profunda
arteri ciliaris.
Klasifikasi : a. Skleritis anterior
- Difuse
- Noduler
- Nekrotikans : dengan inflamasi
Tanpa inflamasi
b. Skleritis posterior
Klinis : - Nyeri.
- Bola mata warna ungu gelap.
- Injeksi sclera.
Pemeriksaan penunjang :
- Biasanya berhubungan dengan penyakit sistemik ( sifilis,
TBC, Herpes Zooster, Morbus Hansen ).
- Lab : Diff count, LED, urin rutin, asam urat, sifilis serologi,
rheumatoid factor, x foto dada.
Komplikasi : keratitis perifer, uveitis, katarak, glaucoma, penipisan sclera.
Penanganan :
- Topikal steroid.
- Oral NSAID : Indometasin 100 mg/hr
Ibuprofen 300 mg/hr
- Bila 1 – 2 mgg tidak berespon dapat diberikan steroid dosis
tinggi 80 mg/hr dan diturunkan secara bertahap selama 2
mgg kemudian dimaintenance dengan dosis 10 mg/hr.
Skenario
Ibu Aminah ( 60 tahun ) datang ke klinik 24 jam dengan keluhan mendadak
mata kirinya terasa sakit cekot – cekot, merah dan hanya dapat melihat
bayang – bayang. Kepala terasa mau pecah, disertai mual dan muntah. Dua
bulan lalu penjual buah di pasar Johar ini sudah pernah mengalami sakit yang
sama, meski tak seberat sekarang. Saat itu menjelang maghrib dan cuaca
sedang mendung, Ibu Aminah yang hendak pulang dari pasar tiba – tiba
merasakan mata kirinya kemeng dan berair. Penglihatannya terasa kabur dan
sorot lampu kendaraan di jalan dirasakan pecah menjadi warna – warna
seperti pelangi. Keluhan ini hilang setelah Ibu Aminah tidur dan minum obat
penghilang rasa sakit yang dibeli di warung. Tiga minggu lalu, keluhan yang
sama terulang lagi.
Dokter jaga di klinik 24 jam merujuk Ibu Aminah ke rumah sakit dan
memberikan edukasi bahwa penyakitnya merupakan keadaan darurat dan
harus segera ditangani oleh dokter spesialis mata, untuk mencegah
penglihatannya hilang secara permanen
Kata Kunci: Glaukoma, halo, kampus visi
c. Peta Konsep:
MATA NORMAL
Visus
turun
d. Materi:
1. Ilmu Kesehatan Mata: ( 200 menit )
a. Keratitis, Ulkus kornea
b. Iridosiklitis
c. Glaukoma
d. Infeksi mata luar yang dapat menyebabkan kebutaan
2. Mikrobiologi: ( 100 menit )
a. Flora normal yang ada di mata
b. Pemeriksaan mikroskopik untuk identifikasi mikroorganisme
3. Islam Disiplin Ilmu: ( 100 menit )
Karunia panca indera penglihatan
e. Pertanyaan minimal dan alternatif jawaban
1. Apa sajakah penyebab “mata merah” yang sebenarnya merupakan
hiperemi ( vasodilatasi pembuluh darah) konjungtiva ?
Jawab :
Vasodilatasi aktif akibat proses inflamasi.
Vasodilatasi pasif akibat kongesti
Sedangkan arteri yang mengalami vasodilatasi adalah :
A. konjungtivalis posterior disebut conjunctival injection
A. siliaris anterior disebut pericorneal injection
Infiltrat kornea
Makula :
Penyembuhan akibat ulkus kornea. Kerusakan kornea pada 1/3
stroma sampai 2/3 ketebalan stroma
Pada pemeriksaan terlihat putih di kornea, dapat dilihat di
kamar terang dengan focal ilumination / batere tanpa bantuan
kaca pembesar
Lekoma :
Penyembuhan akibat ulkus kornea
Kerusakan kornea lebih dari 2/3 ketebalan stroma.
Kornea tampak putih, dari jauh sudah kelihatan.
Apabila ulkus kornea sampai tembus ke endotel, akan terjadi
perforasi, dengan tanda iris prolaps, COA dangkal, TIO
menurun. Sembuh menjadi lekoma adheren (lekoma disertai
sinekhia anterior
Stadium Absolut
o Penglihatan buta (visus = 0)
o Sakit kepala
o Mata merah
o TIO sangat tinggi, kesakitan
Stadium Degeneratif
o Visus = 0
o Degenerasi kornea ( bullae, vesikel )
o TIO tinggi, tanpa rasa sakit
23. Apa sajakah faktor risiko glaukoma primer sudut tertutup akut?
Jawab :
Usia ( > 40 tahun )
Riwayat glaukoma dalam keluarga (+)
Hipermetropia
Riwayat trauma pada mata (+)
f. Sumber Balajar
1. Daniel Vaughan, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. General Ophthalmology.
Fifteenth edition, Appleton and Lange, San Fransisco, USA. 1999
2. Soon-Phaik Chee, et all, Atlas of Inflamatory Eye Disease, Apublication of
Singapore National Eye Centre, Saunders Elsevier, Singapore 2007.
3. Gondowiarjo TD, Simanjuntak GW, 2006, “ Panduan Manajemen Klinis
Perdami “, Jakarta.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, editor: Sidarta Ilyas, dkk: Ilmu
Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Balai Penerbit
FK UI, Jakarta
5. Kuliah
6. Internet.
MATA TENANG
VISUS TURUN
d. Materi
1. Ilmu Kesehatan Mata: ( 200 menit )
a. Kelainan media refrakta: Katarak
b. Refraksi anomali: Miopia, Hipermetropia, Astigmatisma
c. Kelainan pada syaraf: Retinopati, Degenerasi makula, Ablasio retina
MAKULA :
• terletak di tengah retina diantara arcade pembuluh darah retina
temporal, ± 4,0 mm temporal dan ± 0,8 mm inferior optic disc
• diameter ± 5-6 mm
• klinis : daerah pigmentasi kekuningan yg disebabkan pigmen xantofil
• histologis : bagian retina yg lapisan ganglionnya 2 lapis atau lebih
FOVEA :
• terletak ditengah makula
• diameter ± 1,5 mm
• fotoreseptor yg ada hanyalah sel kerucut
• fungsi utama : visus sentral & penglihatan warna
• histologis : menipisnya lapisan inti luar
• diperdarahi oleh khoriokapilaris
FOVEOLA :
• terletak di tengah fovea
• bagian retina paling tipis : diameter ± 0,35 mm, tebal ± 0,10 mm
• dasarnya disebut umbo
NB:
NPDR= Non Proliferative Diabetic Retinopathy
PDR= Proliferative Diabetic Retinopathy
IRMA= Intra Retinal Microvascular Abnormalities
f. Daftar pustaka
1. Daniel Vaughan, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. General Ophthalmology.
Fifteenth edition, Appleton and Lange, San Fransisco, USA. 1999
2. Nancy B. Carlson, Daniel Kurtz, Ocular Examination, Third edition, Mc
Graw-Hill Medical Publishing division, USA 2004.
3. Chong-Lye Ang, et all, Clinical ophthalmology An Asian Perspective,
Apublication of Singapore National Eye Centre, Saunders Elsevier, Singapore
2005.
4. Ronald Pitts Crick, Peng Tie Khaw. A Textbook of Clinical Ophthalmology
5. Frank G. Benson. Basic Ophthalmology for Medical Students and Primary
Care Residents, Sixth edition, American Academic of Ophthalmology, San
Fransisco, 1993
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, editor: Sidarta Ilyas, dkk: Ilmu
Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Balai Penerbit
FK UI, Jakarta
7. Gondowiarjo TD, Simanjuntak GW, “ Panduan Manajemen Klinis Perdami “,
Jakarta, 2006.
8. Kuliah.
9. Internet
Lembar Belajar Mahasiswa 5
a. Judul: Trauma dan kebutaan
b. Sasaran Belajar:
Skenario
Sore hari di ruang Unit Gawat Darurat
Penderita laki-laki umur 30 tahun, datang tampak kesakitan dengan mata kanan
ditutup menggunakan tangan yang memegang saputangan. Pada anamnesis
didapatkan riwayat mata kanan terkena percikan bahan kimia ditempat kerja. Pada
pemeriksaan didapat mata merah, bengkak, banyak mengeluarkan air mata, visus
mata kanan 6/20, didapat chemosis, cornea suram, pemeriksaan flourescein (+).
Penderita segera dilakukan irigasi dengan menggunakan aquabides lalu diberi tetes
pantocain untuk mengurangi rasa sakit, kemudian diberi salep mata antibiotic dan
analgetic. Sebelum pulang penderita dipesan untuk control teratur untuk
menghindari terjadinya kebutaan.
c. Peta Konsep:
TRAUMA
d. Materi
1. Ilmu Kesehatan Mata: ( 200 menit )
a. Trauma mekanik, trauma kimia, trauma fisika
b. Kebutaan
2. Radiologi: ( 100 menit )
Pemeriksaan radiologis untuk kelainan-kelainan di mata
3. Islam Disiplin Ilmu: ( 100 menit )
Ahlak terhadap pasien anak, remaja, dewasa dan orang tua
2. Tindakan apa yang pertama kali harus anda lakukan bila ada trauma kimia?
Jawab: Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah mengencerkan bahan
kimia dengan cara irigasi dengan aquadest
3. Apakah reaksi kimia yang terjadi pada mata yang mengalami trauma asam
dan basa?
Jawab: Trauma basa lebih berbahaya karena bahan basa akan terjadi reaksi
saponifikasi antara basa dengan lemak yang dapat menghancurkan membran
sel dan meyebabkan perforasi. Pada truma asam, akan terjadi koagulasi yang
selanjutnya menghambat penetrasi bahan asam ke intraokuler
7. Bagaimana patogenesis terjadinya kerusakan bola mata yang terjadi akibat
trauma basa?
Jawab :
5. Berikan contoh – contoh bahan kimia yang sering menyebabkan trauma basa
dipakai dalam rumah tangga / industri!
6. Apa komplikasi dari trauma kimia tersebut?
Jawab:
Symblepharon adalah perlekatan antara konjungtiva bulbi
dan konjungtiva palpebra
Ankyloblepharon adalah perlekatan antara tepi palpebra atas
dan bawah.
IIridocyclitis adalah radang pada iris dan corpus ciliare akibat
merembesnya (imbibisi) dari bahan kima tersebut
Pemeriksaan objektif
Visus ( untuk keperluan visum )
Orbita
Kelopak mata
Konjungtiva
Kornea
Kamera okuli anterior
Pupil dan iris
Lensa
Fundus
Tekanan bola mata
Kelainan gerakan bola mata
18. Jelaskan tentang rehabilitasi low vision ( visus 3/60 sampai 5/60 )
Jawab :
Tujuan
o Kembalikan ke masyarakat
o Kurangi beban keluarga dan masyarakat
o Berikan kepercayaan diri
Pelaksana
o Pemerintah (Departemen Sosial)
o Yayasan Darmais
o P.P.M.T (Bank Mata)
Cara :
o Tergantung umur kecerdasan penderita
o Memelihara dan meningkatkan kegunaan indera yang tersisa
Orientasi perasaan
Kenal benda & lingkungan
Belajar huruf Braille
Orientasi pendengaran
Orientasi pembau
o Mendidik & memberikan lapangan kerja yang sesuai
o Pengobatan :
Tergantung pada penyebab kebutaan (ada yang
bisa dioperasi)
Tujuan : Untuk memeriksa 1/3 anterior bola mata, dimulai dari supersilia, silia,
palpebra, konjungtiva, kornea, COA, iris, pupil dan lensa
Nilai : Akan tampak seluruh bagian 1/3 anterior bola mata dan dilihat
kelainan yang ada
Dasar : Air mata masuk hidung melalui sistem ekskresi lakrimal. Air mata dengan
fluoresin akan masuk kedalam sistem lakrimal dan telihat di hidung berwarna
hijau.
Nilai : Bila terlihat warna hijau pada kapas basah berarti sistem ekskresi lakrimal
baik.
Catatan : Pemeriksaan ini sederhana dan hanya dapat dilakukan untuk satu sistem
ekskresi lakrimal pada satu kali pemeriksaan.
TES SENSIBILITAS KORNEA
(REFLEKS KEDIP/REFLEKS KORNEA)
Tujuan : Tes untuk pemeriksaan fungsi saraf trigeminus yang memberikan sensibilitas
kornea.
Dasar : Mata akan terkedip bila terkena sinar kuat, benda yang mendekati mata
terlalu cepat, mendengar suara keras, adanya rabaan pada kornea dan
konjunctiva, sehingga dibedakan refleks taktil, optik dan pendengaran.
Refleks taktil kornea didapatkan melalui serabut aferen saraf trigeminus dan
serabut eferen saraf facial. Terdapat hubungan dengan korteks yang berupa
rasa sakit.
Alat : Kapas
Teknik : - Penderita disuruh melihat ke sisi yang berlawanan dari bagian kornea yang
akan di tes.
- Pemeriksa menahan kelopak mata penderita yang terbuka dengan jari
telunjuk dan ibu jari.
- Dari sisi lain (untuk mencegah terlihat) pilinan kapas digeser sejajar
dengan permukaan iris menuju kornea yang akan diperiksa.
- Diusahakan datang/mendekatnya kapas tidak disadari oleh penderita.
- Kapas ditempel pada permukaan kornea.
Dilihat: 1. Terjadinya refleks mengedip
2. Perasaan tidak enek oleh penderita yang dinyatakan dengan
perasaan sakit.
3. Timbulnya lakrimasi.
Nilai : Apabila terjadi refleks kedip berarti sensibilitas kornea baik dan fungsi
trigeminus normal.
Refleks berkedip menurun pada keratitis atau ulkus herpes simplek dan
infeksi herpes zoster.
Tujuan : Untuk memeriksa tekanan bola mata dengan cepat yaitu dengan memakai
ujung jari pemeriksa tanpa memakai alat khusus (tonometer)
Dasar : Merupakan pengukuran tekanan bola mata dengan menekan bola mata
dengan jari pemeriksa.
Teknik : - Penderita disuruh melirik kebawah dengan posisi wajah menghadap lurus
kedepan
- Kedua jari telunjuk pemeriksa diletakkan pada kulit kelopak tarsus atas
penderita.
- Jari-jari lain bersandar pada dahi penderita
- Satu jari telunjuk mengimbangi tekanan sedang jari telunjuk yang lain
menekan bola mata.
Catatan: Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai
atau dinilai seperti pada sikatrik kornea, kornea irreguler dan infeksi kornea.
Cara pemeriksaan ini memerlikan pengalaman pemeriksa karena terdapat
faktor subyektif.
OFTALMOSKOPI
Tujuan : Tes untuk melihat dan menilai kelainan dan keadaan pada fundus okuli.
Dasar : Cahaya yang dimasukkan kedalam fundus akan memberikan refleks fundus.
Gambaran fundus mata akan terlihat bila fundus diberi sinar.
Alat : Oftalmoskop
Nilai : Dapat dilihat keadaan normal maupun patologik pada fundus mata.
Catatan: Memeriksa mata kanan penderita dengan mata kanan pemeriksa, mata kiri
diperiksa dengan mata kiri.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan melebarkan pupil kecuali bila:
- Penderita pulang mengendarai mobil sendiri karena akan
menyebabkan silau akibat pupil midriasis.
- Penderita menderita glaukoma sudut sempit, yang sangat
berbahaya karena dapat memicu serangan akut.
First edition
MODUL 22
PENGLIHATAN
PETUNJUK PRAKTIKUM