Anda di halaman 1dari 82

First edition

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

MODUL 22
PENGLIHATAN

BUKU PEGANGAN
TUTOR

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung


Alamat: JL. Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 PO Box 1054/SM
Telepon. (024) 6583584
Facsimile: (024) 6594366
Modul 22 : Penglihatan
Buku Modul

Copyright @ by Faculty of Medicine, Sultan Agung Islamic University.


Printed in Semarang
First printed: September 2007
Designed by: Department of ophthalmology, Faculty of Medicine, Sultan Agung
Islamic University
Cover Designed by: Harka Prasetya, MD
Published by Faculty of Medicine, Islamic Sultan Agung University
All right reserved

This publication is protected by Copyright law and permission should be obtained


from publisher prior to any prohibited reproduction, storage in a retrieval system, or
transmission in any form by any means, electronic, mechanical, photocopying, and
recording or likewise
TIM MODUL

KOORDINATOR
H. Harka Prasetya, dr, SpM
Department of Ophthalmology

SEKRETARIS
Sita Pritasari, dr, SpM
Department of Ophthalmology

ANGGOTA
H. Broto Parwoto, dr, SpM
Department of Ophthalmology

Christina Indrajati, dr, SpM


Department of Ophthalmology
Kontributor

Core Disiplin:
Ilmu Kesehatan Mata

Suplementary disiplin:
1. Anatomi - histologi
2. Fisiologi
3. Biokimia
4. Farmakologi
5. Mikrobiologi
6. Radiologi
7. Ilmu Penyakit Dalam
8. Islam Disiplin Ilmu
Kata Pengantar
Modul Penglihatan terdiri dari 5 lembar belajar mahasiswa (LBM) yang masing-
masing memiliki area kompetensi, kompetensi inti, komponen kompetensi, sasaran
penunjang dan sasaran pembelajaran sebagaimana yang diatur dalam buku standard
kompetensi dokter. Modul ini diberikan di semester V (tingkat III) dengan tujuan
utama untuk mahasiswa adalah penguasaan dasar-dasar ilmiah sehingga mampu
berfikir, bersikap dan bertindak sebagai ilmuwan, khususnya sebagai sarjana
kedokteran (S.Ked). Selain itu juga bertujuan untuk mendapatkan kemampuan
mengenal masalah kesehatan dan perencanaan pengelolaannya.

Meskipun masalah organ penglihatan yang dikenalkan lewat modul ini hanya berkisar
pada 5 lembar belajar mahasiswa, bukan berarti bahwa cakupan pembelajaran
berhenti sampai di sini. Mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan diri untuk
mendapatkan pengetahuan dalam bidang kesehatan Mata, termasuk dalam
hubungannya dengan penyakit lain yang dapat menimbulkan komplikasi di Mata.
Konsultasi, mengikuti seminar / pertemuan ilmiah, membaca artikel dan jurnal
penelitian merupakan sumber informasi lain yang harus dicari oleh mahasiswa.

Modul ini dibuat sesuai dengan strategi pendidikan di FK UNISSULA, dimana


pemberdayaan mahasiswa lebih ditingkatkan. Belajar mandiri, diskusi aktif, kerja
sama dengan semua komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar
merupakan ciri mahasiswa, sedangkan staf pengajar lebih merupakan fasilitator.
Tentunya modul ini belum sempurna sehingga akan selalu diperbaiki sesuai
perkembangan / perubahan situasi yang terjadi.

Tim Penyusun Modul


Gambaran Umum Modul
Modul Penglihatan dilaksanakan pada semester 5, tahun ke 3, dalam waktu 5
minggu. Pencapaian hasil belajar mahasiswa dijabarkan dengan penetapan area
kompetensi, kompetensi inti, komponen kompetensi, learning outcome dan sasaran
pembelajaran sebagaimana yang diatur dalam buku standard kompetensi dokter
Indonesia.
Modul ini terdiri dari 5 unit dan masing-masing unit berisi Lembar Belajar
Mahasiswa (LBM) dengan beberapa sasaran pembelajaran dan skenario. Yang
dipelajari oleh mahasiswa meliputi pengetahuan dasar kedokteran, patofisiologi organ
penglihatan beserta proses penegakan diagnosis dan pengelolaannya. Untuk itu
diperlukan pembelajaran keterampilan tentang anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang dan keterampilan prosedural yang diperlukan. Mahasiswa
juga akan mempelajari sikap profesionalisme yang terkait dengan topik di atas.
Modul ini akan dipelajari dengan mengunakan strategi Problem Based-Learning,
dengan metode diskusi tutorial menggunakan seven jump step, kuliah, praktikum
laboratorium, dan belajar keterampilan klinik di laboratorium ketrampilan.

Hubungan dengan modul sebelumnya


1. Telah berlatih dasar-dasar fisik diagnostik dan pemeriksaan penunjang (pada
modul 1)
2. Telah berlatih dasar-dasar komunikasi (pada modul 2)
3. Telah memahami imunologi dan proses infeksi sistem tubuh (pada modul 7)
4. Telah memahami gangguan sistem kardiovaskuler pada mata (pada modul 10)

Hubungan dengan modul sesudahnya


1. Sistem Kesehatan Nasional ( akan dibahas pada modul 25 )
2. Kegawatdaruratan (akan dibahas pada modul 26)
DAFTAR ISI

Kata pengatar
Gambaran umum modul
Hubungan dengan modul sebelumnya
Hubungan dengan modul sesudahnya
Daftar Isi
Learning outcome
Pemetaan pencapaian learning objective
Topik
Topik Tree
Materi “masalah”
Kegiatan pembelajaran
Cetak Biru Assessment
Sumber Belajar
Penjabaran Pembelajaran LBM
LBM 1 : Anatomi–fisiologi organ penglihatan
LBM 2 : Mata merah visus normal
LBM 3 : Mata merah visus turun
LBM 4 : Mata tenang visus turun
LBM 5 : Trauma dan kebutaan
Learning Outcome Modul Penglihatan :

Area Komunikasi Efektif


1. Melakukan komunikasi dengan pasien serta keluarga dalam hal memberi
penjelasan dan informasi yang berkaitan dengan penyampaian berita buruk

Area Keterampilan Klinis


1. Mengidentifikasi, memilih dan menentukan prosedur klinis dan pemeriksaan
laboratorium yang sesuai dengan masalah dan kebutuhan pasien
2. Melakukan prosedur klinis dan laboratorium sesuai kebutuhan pasien dan
kewenangannya
3. Menentukan pemeriksaan penunjang untuk tujuan penapisan penyakit pada
organ penglihatan
4. Melakukan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan masalah pasien
5. Memilih dan melakukan keterampilan terapetik, serta tindakan prevensi sesuai
dengan kewenangannya

Area Landasan Ilmiah Kedokteran


1. Menjelaskan prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar terkait dengan terjadinya
masalah kesehatan
2. Menjelaskan mekanisme patogenesis, patologis dan patofisiologi suatu
masalah dalam organ penglihatan
3. Menjelaskan masalah kesehatan pada organ penglihatan dari tingkat seluler
maupun molekuler hingga tubuh manusia melalui pemahaman mekanisme
normal dalam tubuh
4. Menjelaskan mekanisme fisiologis organ penglihatan manusia dalam
mempertahankan homeostasis
5. Menjelaskan faktor-faktor yang mendasari kelainan pada tubuh manusia
terkait dengan organ penglihatan ( neoplasma, infeksi dan inflamasi,
degenerasi, trauma, herediter, dan kongenital)
6. Menjelaskan prinsip-prinsip pengambilan keputusan dalam mengelola masalah
kesehatan
7. Menjelaskan farmakodinamik dan farmakokinetik obat yang berkaitan dengan
masalah kesehatan
8. Menjelaskan berbagai pilihan yang mungkin dilakukan dalam penanganan
pasien kasus organ penglihatan
9. Menjelaskan pertimbangan pemilihan intervensi berdasarkan farmakologi,
fisiologi, gizi, ataupun perubahan tingkah laku
10. Mengembangkan strategi untuk menghentikan sumber penyakit, poin-poin
patogenesis dan patofisiologis, akibat yang ditimbulkan, serta resiko spesifik
secara efektif
11. Menjelaskan secara rasional/ ilmiah dalam menentukan penanganan penyakit
baik secara klinikal epidemiologis, farmakologis, fisiologis, diet, olah raga,
atau perubahan perilaku
12. Menjelaskan alasan hasil diagnosis dengan mengacu pada evidence- based
medicine

Area pengelolaan masalah kesehatan


1. Menjelaskan perubahan proses patofisiologi setelah pengobatan dalam kasus
penglihatan
2. Mengidentifikasi peran keluarga pasien, pekerjaan, dan lingkungan sosial
sebagai faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit serta sebagai
faktor yang mungkin berpengaruh terhadap pertimbangan terapi
3. Mengidentifikasi peran keluarga pasien, pekerjaan, dan lingkungan sosial
sebagai faktor risiko terjadinya penyakit dan sebagai faktor yang mungkin
berpengaruh terhadap pencegahan penyakit

Area pengelolaan informasi


1. Memahami pentingnya pendokumentasian informasi medik dan nonmedik

Area penerapan nilai-nilai dasar islami dan budaya akademik islami


1. Mampu menggali dan menerapkan nilai-nilai Islam dalam mencari, menguasai
mengkaji dan mengembangkan dan menerapkan ilmu kedokteran.
2. Melakukan pemeriksaan dan prosedur pelayanan sesuai dengan masalah
pasien dengan senantiasa berlandaskan pada nilai-nilai dasar Islam dan etika
kedokteran Islam.
3. Mampu menggali dan menerapkan nilai-nilai dasar Islam dalam memberikan
pelayanan kesehatan lepada pasien dan keluarga pasien baik dalam hal
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
4. Mampu membaca dan menghafal Al-Quran dan hadist terkait dengan topik
yang dipelajari.
Pemetaan Pencapaian Learning Objective
Learning Objective LBM
I II III IV V
Mampu melakukan komunikasi dengan pasien serta v v
keluarga dalam hal memberi penjelasan dan informasi
yang berkaitan dengan penyampaian berita buruk
Mampu memahami struktur eksternal dan internal normal v
organ penglihatan beserta fisiologi dan persarafannya
Mampu melakukan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan v v V v v
masalah pasien
Mampu menentukan pemeriksaan penunjang yang v v V v v
diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan
merencanakan terapi
Mampu melakukan tindakan terapeutik tertentu sesuai v V v v
dengan kewenangannya
Mampu memahami prosedur klinis dan laboratorium yang v V v v
sesuai dengan masalah dan kebutuhan pasien
Mampu mengetahui tindakan prevensi untuk mencegah v V v v
komplikasi masalah kesehatan mata
Mampu mengintegrasikan ilmu-ilmu dasar untuk v V v v
menjawab permasalahan yang berhubungan dengan organ
penglihatan
Mampu memahami proses yang mendasari terjadinya v V v v
suatu penyakit mata (infeksi dan inflamasi, trauma,
degenerasi, neoplasma, herediter dan kongenital)
Mampu memahami sistem pertahanan (spesifik dan non v v V v v
spesifik) yang terdapat pada organ penglihatan
Mampu memahami berbagai macam penyakit sistemik v V v
yang dapat memberikan manifestasi di mata
Mampu membuat diagnosis banding pada masalah v V v v
kesehatan mata
Mampu menjelaskan alasan menentukan diagnosis v V v v
banding
Mampu menjelaskan dan mengidentifikasi pilihan v V v v
pengelolaan pada pasien
Mampu menentukan diagnosis dengan alasan ilmiah v V v v
berdasarkan temuan pada pasien
Mampu memahami pentingnya pendokumentasian v
informasi medik dan nonmedik
Mampu menjelaskan aspek nilai-nilai dasar islam dalam V v v
kaitan dengan masalah kesehatan mata
Topik
1. Anatomi dan fisiologi penglihatan
2. Mata merah visus normal
3. Mata merah visus turun
4. Mata tenang visus turun
5. Trauma dan kebutaan

Materi ‘masalah”:
1. Organ penglihatan normal
2. Konjungtivitis
3. Glaukoma primer sudut tertutup akut
4. Katarak
5. Mata kena bahan kimia

Topic tree

ORGAN
PENGLIHATAN

ANATOMI DAN PATOLOGI


FISIOLOGI

INFEKSI TUMOR TRAUMA DEGENERATIF KONGENITAL


DAN BENDA
ASING
Kegiatan pembelajaran
Pada modul ini akan dilakukan kegiatan belajar sebagai berikut:

1. Tutorial
Tutorial akan dilakukan 2 kali dalam seminggu. Setiap kegiatan tutorial
berlangsung selama 100 menit. Jika waktu yang disediakan tersebut belum
mencukupi, kelompok dapat melanjutkan kegiatan diskusi tanpa tutor di open
space area yang disediakan. Keseluruhan kegiatan tutorial tersebut dilaksanakan
dengan menggunakan seven jump steps, yaitu:
1. Jelaskan terminologi yang belum Anda ketahui
2. Jelaskan masalah yang harus Anda selesaikan
3. Analisis masalah tersebut dengan brainstorming agar kelompok
memperoleh penjelasan yang beragam mengenai fenomena yang
didiskusikan.
4. Cobalah untuk menyusun penjelasan yang sistematis mengenai fenomena/
masalah yang diberikan kepada anda.
5. Susunlah persoalan-persoalan yang tidak bisa diselesaikan dalam diskusi
tersebut menjadi tujuan pembelajaran kelompok (learning issue/learning
objectives)
6. Lakukan belajar mandiri untuk mencari informasi yang anda butuhkan
guna menjawab learning issues yang telah anda tetapkan.
7. Jabarkan temuan informasi yang telah dikumpulkan oleh anggota
kelompok, sintesakan dan diskusikan temuan tersebut agar tersusun
penjelasan yang komprehensif untuk menjelaskan dan menyelesaikan
masalah.

Aturan main tutorial:


Pada tutorial 1, langkah yang dilakukan adalah 1-5. Mahasiswa diminta untuk
menjelaskan istilah yang belum dimengerti pada skenario “masalah”, mencari
masalah yang sebenarnya dari skenario, menganalisis masalah tersebut dengan
mengaktifkan prior knowledge yang telah dimiliki mahasiswa, kemudian dari
masalah yang telah dianalisis lalu dibuat peta konsep (concept mapping) yang
menggambarkan hubungan sistematis dari masalah yang dihadapi, jika terdapat
masalah yang belum terselesaikan atau jelas dalam diskusi maka susunlah masalah
tersebut menjadi tujuan pembelajaran kelompok (learning issue) dengan arahan
pertanyaan sebagai berikut: apa yang kita butuhkan?, apa yang kita sudah tahu?
Apa yang kita harapkan untuk tahu?
Langkah ke 6, mahasiswa belajar mandiri (self study) dalam mencari informasi
Pada tutorial 2, mahasiswa mendiskusikan temuan-temuan informasi yang ada
dengan mensintesakan agar tersusun penjelasan secara menyeluruh dalam
menyelesaikan masalah tersebut.

2. Kuliah
Ada beberapa aturan cara kuliah dan format pengajaran pada problem based
learning. Problem based learning menstimulasi mahasiswa untuk
mengembangkan perilaku aktif pencarian pengetahuan. Kuliah mungkin tidak
secara tiba-tiba berhubungan dengan belajar aktif ini, Namun demikian keduanya
dapat memenuhi tujuan spesifik pada PBL. Adapun tujuan kuliah pada modul ini
adalah:
a. Menjelaskan gambaran secara umum isi modul, mengenai relevansi dan
kontribusi dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda terhadap tema modul.
b. Mengklarifikasi materi yang sukar. Kuliah akan lebih maksimum efeknya
terhadap pencapaian hasil ketika pertama kali mahasiswa mencoba untuk
mengerti materi lewat diskusi atau belajar mandiri.
c. Mencegah atau mengkoreksi adanya misconception pada waktu mahasiswa
berdiskusi atau belajar mandiri.
d. Menstimulasi mahasiswa untuk belajar lebih dalam tentang materi tersebut.
Agar penggunaan media kuliah dapat lebih efektif disarankan agar mahasiswa
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab atau kurang jelas
jawabannya pada saat diskusi kelompok agar lebih interaktif.
Adapun materi kuliah yang akan dilaksanakan sebagai berikut:
a. Minggu 1
1. Anatomi-histologi: ( 50 menit )
Organ dan bangunan di sekitar mata dan hubungannya dengan organ
penglihatan
2. Fisiologi: ( 100 menit )
a. Fungsi normal masing-masing bagian pada organ penglihatan
b. Mekanisme penghantaran impuls saraf dalam proses penglihatan
(Lintasan visual)
c. Sistem refraksi pada mata
3. Biokimia: ( 100 menit )
a. Perubahan biokimiawi yang terjadi pada proses penglihatan
b. Perubahan biokimiawi yang terjadi pada lensa
c. Peran vitamin dan mikronutrient dalam kesehatan mata
4. Ilmu Kesehatan Mata: ( 150 menit )
a. Struktur ekternal dan internal normal organ penglihatan (SP)
b. Mekanisme gerak bola mata ( HP )
c. Basic eye examination (SP)

b. Minggu 2
1. Ilmu Kesehatan Mata: ( 200 menit )
a. Dasar – dasar ocular inflamation (IN )
b. Penyebab blefaritis, hordeolum, pterygium, pinguicula,
konjungtivitis, episkleritis dan skleritis. ( IN )
c. Klinis dan pemeriksaan penunjang penyakit tersebut diatas. ( IN )
d. Penatalaksanaan penyakit tersebut diatas. ( IN )
2. Farmakologi: ( 100 menit )
Macam-macam obat yang dipakai di bagian mata dan cara
pemberiannya

c. Minggu 3
1. Ilmu Kesehatan Mata: ( 200 menit ) ( SP )
a. Keratitis, Ulkus kornea
b. Iridosiklitis
c. Glaukoma
d. Infeksi mata luar yang dapat menyebabkan kebutaan

2. Mikrobiologi: ( 100 menit )


a. Flora normal yang ada di mata
b. Pemeriksaan mikroskopik untuk identifikasi mikroorganisme
3. Islam Disiplin Ilmu: ( 100 menit )
Karunia panca indera penglihatan

d. Minggu 4
1. Ilmu Kesehatan Mata: ( 200 menit )
a. Kelainan media refrakta: Katarak ( HP )
b. Refraksi anomali: Miopia, Hipermetropia, Astigmatisma ( HP )
c. Kelainan pada syaraf: Retinopati, Degenerasi makula, Ablasio retina
(HP)

2. Ilmu Penyakit Dalam: ( 100 menit )


a. Patofisiologi terjadinya Retinopati Diabetika dan Retinopati Hipertensi.
b. Beberapa penyakit infeksi yang dapat menimbulkan manifestasi pada
mata.
3. Islam Disiplin Ilmu: ( 100 menit )
Hukum donor mata dan implant (contoh: lensa intra okuler, protesa)

e. Minggu 5
1. Ilmu Kesehatan Mata: ( 200 menit )
a. Trauma mekanik, trauma kimia, trauma fisika ( BP )
b. Kebutaan ( BP )
2. Radiologi: ( 100 menit )
Pemeriksaan radiologis untuk kelainan-kelainan di mata
3. Islam Disiplin Ilmu: ( 100 menit )
Ahlak terhadap pasien anak, remaja, dewasa dan orang tua

3. Praktikum dan Skills Laboratory:


a. Minggu 1
1. Anatomi histologi: (anatomi 100 menit, histologi 100 menit)
Struktur jaringan pada organ penglihatan dan tulang – tulang orbita
2. Fisiologi: (200 menit)
Pemeriksaan visus sentral dan visus perifer, pemeriksaan buta warna,
keratoskop Placido,

b. Minggu 2
1. Ilmu Kesehatan Mata: (200 menit).
a. Melihat video pemeriksaan mata
b. Melakukan pemeriksaan segmen anterior bola mata mulai palpebra
sampai dengan lensa ( Focal Illumination )
2. Farmakologi : (200 menit)
Obat – obatan yang berpengaruh pada pupil ( miotikum, midriatikum )

c. Minggu 3
1. Ilmu Kesehatan Mata:
a. Pemeriksaan saluran lakrimalis tes fluoresein
b. Pemeriksaan tekanan intra okuler dengan palpasi

2. Fisiologi: (200 menit)


a. Pemeriksaan reflek pupil
b. Pemeriksaan gerak dan posisi bola mata

d. Minggu 4
1. Ilmu Kesehatan Mata: (poin a 200 menit, poin b 200 menit)
a. Funduskopi: mengamati papil nervus II dan pembuluh darah retina
b. Melihat video operasi katarak teknik EKEK dan phacoemulsification

e. Minggu 5 (pengulangan materi skill lab)


1. Ilmu Kesehatan Mata : (200 menit)
a. Melakukan pemeriksaan segmen anterior bola mata mulai palpebra
sampai dengan lensa ( Focal Illumination )
b. Pemeriksaan tekanan intra okuler dengan palpasi
2. Fisiologi : (200 menit)
a. Pemeriksaan visus sentral dan visus perifer, pemeriksaan buta warna
b. Pemeriksaan reflek pupil
c. Pemeriksaan gerak dan posisi bola mata

Assessment
Sistem penilaian modul terdiri dari penilaian formatif dan sumatif.
1. Penilaian Formatif
Penilaian formatif terdiri dari:
a. Nilai Pelaksanaan diskusi tutorial
Pada diskusi tutorial mahasiswa akan dinilai berdasarkan kehadiran. Maksimal
satu skenario (2 kali tutorial). Mahasiswa yang tidak mengikuti tutorial dengan
alasan dan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan, harap melapor ke tim modul
untuk mengganti dengan tugas.
b. Nilai Praktikum
Selama praktikum, mahasiswa akan dinilai pengetahuan, dan keterampilan. Nilai
pengetahuan dan keterampilan didapatkan dari ujian responsi atau identifikasi
praktikum yang dilaksanakan selama praktikum. Hasil penilaian praktikum akan
dihitung dan dimasukkan pada ujian mingguan. Bagi mahasiswa yang tidak dapat
mengikuti praktikum dengan alasan dan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan,
harap melapor ke tim modul untuk di jadwal ulang kegiatan praktikumnya.
c. Nilai Ketrampilan Medik
Selama ketrampilan medik, mahasiswa akan dinilai penguasaan tekhniknya
(sistematis dan lege artis). Hasil penilaian ketrampilan medik akan dipakai sebagai
syarat untuk mengikuti ujian OSCE yang pelaksanaannya akan diatur kemudian.
Bagi mahasiswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan ini dengan alasan dan bukti
yang dapat dipertanggungjawabkan, harap melapor ke tim modul untuk di jadwal
ulang kegiatan ketrampilan.
Semua penilaian formative ini adalah pra syarat untuk mengikuti ujian akhir
modul. Seorang boleh mengikuti ujian akhir modul jika:
 kehadiran tutorial 100%
 mengikuti kegiatan praktikum
 nilai sikap profesional sufficient

2. Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif didasarkan pada nilai penugasan, ujian mingguan, ujian akhir
modul dan ujian Keterampilan Medik. Prosentase penilaian adalah sebagai
berikut:
1. Tutorial : 10 %
2. Ujian mingguan (Praktikum + akhir LBM) : (5 + 15 %)
3. Ujian akhir modul : 50 %
4. OSCE : 20 %

Penjabaran Pembelajaran LBM

Lembar Belajar Mahasiswa 1


a. Judul: Organ penglihatan normal
b. Sasaran Belajar:
1. Memahami struktur eksternal dan internal normal serta fisiologi organ
penglihatan
2. Menjelaskan perubahan biokimiawi pada proses penglihatan
3. Menjelaskan peran vitamin dan mikronutrient dalam kesehatan mata
4. Mampu menjelaskan bagian-bagian yang terdapat pada organ
penglihatan beserta fungsi masing-masing bagian tersebut
5. Mampu menjelaskan organ dan bangunan di sekitar mata dan
hubungannya dengan organ penglihatan
6. Mampu menjelaskan mekanisme penghantaran impuls saraf dalam
proses penglihatan (Lintasan visual)
7. Mampu menjelaskan sistem refraksi pada mata
8. Mampu menjelaskan mekanisme gerak bola mata
9. Melakukan basic eye examination

Skenario
Arief, seorang mahasiswa fakultas kedokteran yang sedang berdiri di halte bus
sambil memandangi padatnya lalu lintas sempat merenung, sungguh besar anugrah
Tuhan Yang Maha Kuasa, karena-NYA dia memiliki organ penglihatan sehingga
dapat menikmati indahnya dunia melalui organ tersebut. Dalam hati dia bertanya,
bagaimana organ yang besarnya tidak lebih besar dari bola pingpong ini bisa
berfungsi vital, dan tidak terukur besarnya manfaat ketika organ tersebut dalam
keadaan sehat. Dengan gerak bola matanya, dia dapat melihat dengan jelas
setiap kendaraan yang lewat tanpa harus merubah posisi tubuh dan kepalanya.
Meskipun lama berdiri di tepi jalan, dia tidak merasakan sakit kepala, matanya
kering atau ada debu di matanya. Sempat juga terpikir olehnya apa saja bagian-
bagian yang terdapat di dan sekitar matanya sehingga dapat berfungsi seperti
tersebut diatas.
Kata kunci : bulbus okuli, eye movement, adneksa
Masalah: bagaimana mahasiswa mampu memahami segala aspek yang berhubungan
dengan organ penglihatan dalam keadaan normal.

c. Peta Konsep:
ANATOMI DAN PROSES
FISIOLOGI BIOKIMIAWI
NORMAL NORMAL

PENGLIHATAN
NORMAL
d. Materi
1. Anatomi-histologi: ( 50 menit )
Organ dan bangunan di sekitar mata dan hubungannya dengan organ
penglihatan
2. Fisiologi: ( 100 menit )
a. Fungsi normal masing-masing bagian pada organ penglihatan
b. Mekanisme penghantaran impuls saraf dalam proses penglihatan
(Lintasan visual)
c. Sistem refraksi pada mata
3. Biokimia: ( 100 menit )
a. Perubahan biokimiawi yang terjadi pada proses penglihatan
b. Perubahan biokimiawi yang terjadi pada lensa
c. Peran vitamin dan mikronutrient dalam kesehatan mata
4. Ilmu Kesehatan Mata: ( 150 menit )
a. Struktur ekternal dan internal normal organ penglihatan
b. Mekanisme gerak bola mata
c. Basic eye examination

Pertanyaan minimal dan alternatif jawaban:


1. Buatlah gambar penampang lintang dan beri keterangan tentang organ
penglihatan !

Jawab :
2. Sebutkan apa saja yang temasuk dinding bola mata beserta fungsinya!
Jawab :
Kornea : merupakan bagian dari media refrakta, normalnya bersifat
transparan dan avaskuler. Punya banyak sekali ujung saraf
sensibel cabang dari N trigeminus. Terdiri dari 5 lapisan:
epitel, membrana bowman, stroma, membran descemet,
endotel
Sklera : merupakan lanjutan kornea ke arah posterior, terdiri dari
jaringan ikat kolagen, berfungsi memberikan bentuk bola mata

Lapisan kornea

3. Buatlah gambar penampang lintang palpebra dan beri keterangan !


Jawab :

4. Sebutkan apa saja fungsi palpebra !


Jawab : a. Melindungi bola mata
b. Meratakan hasil sekresi kelenjar air mata
c. Mendorong corpus alienum keluar
d. Fiksasi bola mata

5. Sebutkan tulang-tulang pembatas rongga orbita !


Jawab : tujuh tulang pembentuk orbita adalah : os frontalis, os zygomatic,
os maksilaris, os etmoidalis, os sphenoidalis, os lakrimalis, os palatina

6. Di sisi manakah letak sinus paranasal terhadap organ penglihatan ?


Jawab : a. Superior : sinus frontalis
b. Inferior : sinus maksilaris
c. Medial : sinus ethmoid dan sinus sphenoid

7. Bagaimana urutan pemeriksaan fisik mata untuk mengisi catatan medis?


Jawab :
 Pemeriksaan visus
 Inspeksi, dengan urutan :
o Posisi bola mata
o Gerak bola mata
o Palpebra
o Silia
o Konjungtiva
o Sklera
o Kornea
o Camera Oculi Anterior (COA)
o Iris
o Pupil
o Lensa
o Korpus vitreum / badan kaca
o Retina

Peralatan yang dibutuhkan :


o Optotype
o Batere
o Lampu pijar 75 watt
o Lensa +20 dioptri
o Kaca pembesar
o Cermin cekung dengan lobang ditengahnya (skiaskop)
o Keratoskop placido
o Oftalmoskop
8. Sebutkan mekanisme penghantaran impuls saraf pd proses penglihatan
(lintasan visual) !
Mata merupakan alat optik yang mempunyai system lensa (kornea, humor
akuos, lensa dan badan kaca), diafragma (pupil), dan film untuk membentuk
bayangan (retina). Proses penglihatan dimulai dengan adanya rangsangan pada
sel fotoreseptor retina (sel batang dan kerucut), untuk selanjutnya diteruskan
ke otak melalui lintasan visual. Lintasan visual dimulai dari sel-sel ganglioner
di retina dan diakhiri pada polus posterior korteks oksipitalis. Lintasan visual
terdiri dari :
a. Sel-sel ganglioner di retina
b. Nervus optikus
c. Khiasma optikum
d. Traktus optikus
e. Korpus genikulatum laterale
f. Radiatio optik
g. Korteks oksipitalis.

9. Jelaskan mengapa perlu dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan (visus)


sentral dan bagaimana cara melakukannya ?
Jawab: Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui visus seseorang
dan memberikan penilaian menurut ukuran baku yang ada. Visus harus
diperiksa walaupun secara kasar untuk membandingkan visus kedua
mata. Kedua mata diperiksa sendiri-sendiri, karena dengan diperiksa
binokuler tidak dapat diketahui adanya kekaburan pada satu mata.

Pada bayi dan anak preverbal, pemeriksaan visus sentral dapat


dilakukan dengan melihat reflek cahaya di kornea dan kemampuannya
dalam fiksasi dan mengikuti obyek yang digunakan untuk
pemeriksaan. Bila reflek cahaya terletak di sentral kornea, yang berarti
terjadi fiksasi di fovea, dan ketika obyek digerakkan penderita mampu
mengikuti dengan baik, maka disebut “kemampuan fiksasi dan
mengikuti obyek adalah baik”, yang berarti kemungkinan anak tersebut
mempunyai visus normal.
Pada umur 2½ - 3 tahun, anak sudah mampu mengenali dan
mengerjakan uji gambar-gambar kecil (kartu Allen). Pada anak umur 3
– 4 tahun umumnya sudah dapat melakukan permainan “E” (“E”
games), yaitu dengan kartu Snellen konvensional dengan huruf E yang
kakinya mengarah ke berbagai arah, dan si anak diminta menunjukkan
arah kaki huruf E tersebut dengan jarinya. Pada anak umur 5 – 6 tahun
keatas, umumnya sudah dapat dilakukan pemeriksaan seperti pada
orang dewasa.

Metode pengukuran visus yang umum adalah menggunakan optotipe


Snellen (Snellen chart). Penderita menghadap optotipe pada jarak 6
meter (20 feet). Mata diperiksa satu persatu dimulai mata kanan lebih
dulu, mata yang tidak diperiksa ditutup tanpa menekan bola mata.
Penderita diminta membaca huruf-huruf pada optotipe mulai dari huruf
yang paling besar pada deret paling atas berturut-turut ke deretan-
deretan di bawahnya. Jika mampu membaca huruf terkecil yang
dipinggirnya ada angka kecil 20 atau 6, berarti visusnya adalah 20/20
atau 6/6. ini dicatat, dan dengan urutan kerja yang sama dilakukan pula
pemeriksaan untuk mata kiri.

Bila penderita mampu membaca huruf-huruf deretan paling atas tetapi


tidak dapat membaca sampai deret 6/6 (20/20), maka nilai yang
tercantum dipinggir deretan huruf terkecil yang masih dibaca dicatat.
Jika huruf yang paling besarpun tidak dapat dibaca, penderita disuruh
maju sampai huruf terbesar tadi dapat dibaca dan kemudian jarak
tersebut dicatat.

10. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan visus perifer ?


Jawab : visus perifer dapat diperiksa dengan :
a. test konfrontasi
b. tangent screen
c. perimeter
11. Apa saja penyebab dasar penurunan visus ?
Jawab : Penurunan visus dapat terjadi karena 3 hal, yaitu : 1. gangguan pada
media refrakta, 2. Refraksi anomali, dan 3. gangguan pada sistem saraf
12. Apa saja yang termasuk media refrakta ?
Jawab : yang termasuk media refrakta adalah kornea, humor akuos, lensa
dan korpus vitreum

13. Bagaimana cara kerja lensa untuk membuat fokus benda yang kita lihat ?
Jawab: lensa berhubungan dengan badan silier melalui ligamentum
suspensorium lentis (zonula Zinn). Mencembung dan memipihnya
lensa (proses akomodasi) tergantung pada kontraksi dan relaksasi
dari badan silier. Ketika badan silier relaksasi, zonula zinn akan
teregang sehingga lensa akan memipih, sedangkan pada saat badan
silier kontraksi, zonula zinn mengendor sehingga lensa akan
mencembung. Pada saat memandang jauh, mata normal tanpa
akomodasi akan dapat melihat benda dengan jelas karena bayangan
jatuh tepat di retina. Sedangkan pada saat melihat dekat, mata akan
melakukan akomodasi dengan membuat lensa lebih cembung
sehingga bayangan tetap dapat jatuh di retina.

14. Apa saja yang termasuk refraksi anomali dan bagaimana pengelolaannya ?
Jawab: Yang termasuk refraksi anomali adalah Miopia, Hipermetropia,
dan Astigmatisma.
A. MIOPIA : merupakan refraksi anomali dimana sinar sejajar yang masuk
ke mata tanpa akomodasi dibiaskan di depan retina.
Kausa : a. Axis bola mata lebih panjang dari normal
b. Index refraksi media refrakta yang lebih besar dari normal
c. Kurvatura Cornea terlalu cembung ( misal pada keratokonus)
d. Posisi lensa terlalu kedepan (misal subluksasi lensa)
Pengelolaan : penggunaan lensa sferis negatif terkecil yang dapat
memberi visus terbaik.

B. HIPERMETROPIA : merupakan refraksi anomali dimana sinar sejajar


yang masuk dimata tanpa akomodasi dibiaskan di belakang retina.
Kausa : a. Axis bola mata lebih pendek dari normal
b. Index refraksi media refrakta yang lebih kecil dari normal
c. Kurvatura Cornea terlalu datar
d. Posisi lensa terlalu kebelakang
Pengelolaan : penggunaan lensa sferis positif terbesar yang dapat
memberi visus terbaik.

C. ASTIGMATISMA : Merupakan refraksi anomali dimana refraksi tiap


bidang meridian adalah lain. Dalam satu bidang
meridian sinar-sinar sejajar dibiaskan pada satu
titik, tetapi pada bidang meridian lain tidak pada
titik ini.

Kausa : Biasanya terjadi akibat kelengkunan permukaan kornea tidak


sama pada semua bidang meridian, sehingga nilai kekuatan
refraksi untuk semua bidang meridian tersebut tidak sama.
Pengelolaan : penggunaan lensa silinder.

15. Mengapa pada orang tua untuk melihat dekat perlu kaca mata baca ?
Jawab: Karena pada orang tua kemampuan lensa untuk akomodasi sudah
berkurang (presbiopia) akibat elastisitas lensa yang sudah menurun,
sehingga ketika melihat dekat bayangan akan jatuh di belakang
retina. Untuk koreksinya diperlukan lensa sferis positif. Umumnya
keadaan ini terjadi mulai usia 40 tahun, dimana saat itu kaca mata
baca yang diperlukan adalah lensa sferis +1 dioptri. Setiap
penambahan umur 5 tahun diperlukan tambahan koreksi +1/2 dioptri.
Pada usia  60 tahun diperlukan lensa koreksi +3 dioptri.

16. Bagaimana bola mata dapat bergerak ?


Jawab: bola mata dapat bergerak karena adanya 6 otot penggerak bola mata
(otot ekstra okuler), yaitu: m. rektus superior, m. rektus lateral, m.
rektus inferior, m. rektus medial, m. oblikus superior, dan m. oblikus
inferior. Otot ekstra okuler masing-masing memainkan peran dalam
menentukan kedudukan bola mata karena adanya 3 (tiga) sumbu
rotasi (yaitu sumbu vertikal, transversal, dan sagital), dan
keseimbangan posisi tarikan keenam otot tersebut.

Pada arah pandang (direction of gaze) tertentu, otot agonis


berkontraksi dan menggulir mata kearah tersebut, sedangkan otot
antagonisnya mengendor. Gerak horizontal pada sumbu vertikal
meliputi gerak adduksi dan abduksi. Gerak vertikal pada sumbu
transversal meliputi gerak elevasi dan depresi, sedangkan gerak pada
sumbu sagital menyebabkan siklorotasi bola mata berupa
insikloduksi dan eksikloduksi.

Gerak bola mata berfungsi untuk menempatkan stimuli visual dari


lapang pandangan perifer (retina perifer) ke titik pusat yang
mempunyai tajam penglihatan paling baik (fovea), dan juga
mempertahankan fiksasi fovea pada obyek yang bergerak. Fungsi ini
bersama dengan fungsi mempertahankan bayangan obyek di fovea
serta stabilisasi bayangan di fovea selama gerakan kepala adalah
merupakan fungsi dasar gerakan mata pada manusia.
Gerak bola mata dikendalikan lewat pengaturan supranuklear yang
berpusat di korteks frontalis, korteks oksipitoparietalis, jalur dari
kedua korteks tadi ke batang otak, formatio retikularis paramedian
pontis (FRPP) di batang otak, dan fasikulus longitudinalis medialis
(FLM) di batang otak. FLM menghubungkan nukleus ketiga saraf
penggerak bola mata (N III, IV dan VI) baik antara nuklei
homolateral maupun kontra lateral, sehingga gerakan bola mata dapat
terkoordinasi dengan baik dan maksud gerak bola mata seperti
tersebut diatas dapat terlaksana.

17. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan gerak bola mata ?


Jawab: gerak bola diperiksa satu persatu / monokuler (duksi) dimulai mata
kanan lebih dahulu. Setelah masing-masing bola mata selesai
diperiksa, dilakukan pemeriksaan gerak dua mata / binokuler secara
bersama-sama (versi). Pemeriksaan dilakukan dengan cara penderita
duduk berhadapan dengan pemeriksa. Penderita diminta mengikuti
obyek pemeriksaan (penlight / ujung jari pemeriksa) ke beberapa arah
tanpa menggerakkan kepala.

Arah gerak obyek pada pemeriksaan adalah 9 posisi primer yaitu : atas,
kanan atas, kanan, kanan bawah, bawah, kiri bawah, kiri, kiri atas, dan
pandangan lurus ke depan. Pada pemeriksaan dua mata bersama sama,
perhatikan arah kedua mata ketika melihat jauh dan melihat dekat,
normal pada saat melihat jauh kedua mata mempunyai posisi lurus
sejajar, sedang saat melihat dekat akan terjadi konvergensi (kedua mata
saling mendekat).
18. Sebutkan apa fungsi pupil dan bagaimana cara pemeriksaan reflek pupil
terhadap sinar !
Jawab: Fungsi pupil adalah untuk :
a. Mengatur banyaknya cahaya yang masuk mata
b. Meningkatkan kedalaman fokus (untuk penglihatan 3 dimensi)
c. Mengurangi aberasi sferis dan aberasi kromatis

Dua reflek pupil yang penting diketahui adalah reflek terhadap sinar
dan reflek melihat dekat (akomodasi).
Pemeriksaan reflek pupil terhadap sinar :
a. Reflek pupil langsung : mata disinari, perhatikan reaksi pupil
pada mata tersebut, pupil akan mengecil.
b. Reflek pupil tak langsung : mata disinari, perhatikan reaksi
pupil mata yang tidak disinari, pupil juga akan mengecil.

Pemeriksaan reflek pupil terhadap sinar sebaiknya dilakukan di kamar


gelap. Pupil kecil (miosis) dapat terjadi karena cahaya yang terang atau
pengaruh obat parasimpatomimetik, sedangkan pupil lebar (midriasis)
dapat terjadi karena cahaya redup / gelap atau pengaruh obat
simpatomimetik.

Karena pemeriksaan pupil sangat penting didalam neurooftalmologi,


maka pemeriksaan ini harus telah dilakukan sebaik-baiknya sebelum
merubah sifat fisiologis pupil, misalnya melebarkannya dengan obat
untuk pemeriksaan fundus.

19. Apa saja yang harus dinilai dan bagaimana cara melakukan pemeriksaan pupil
Jawab: Pemeriksaan pupil dapat dilakukan dengan pen light, iluminasi fokal
maupun slit lamp. Yang perlu dinilai saat melakukan pemeriksaan
pupil adalah bentuk, letak, ukuran, jumlah, warna, efek akomodasi,
dan reaksi terhadap rangsangan sinar langsung dan tidak langsung.
Pupil normal berbentuk bulat, letaknya sentral, diameter normal
ditempat gelap adalah 4,5 - 7 mm sedangkan ditempat terang 2,5 – 6
mm, jumlahnya satu, warna gelap, miosis saat akomodasi, dan
bereaksi ketika diberi rangsang cahaya.

Jumlah pupil lebih dari satu disebut polikoria.


Ukuran pupil kedua mata sama besar disebut isokoria.
Ukuran pupil kedua mata tidak sama besar disebut anisokoria.
Ukuran pupil lebih kecil dari normal disebut miosis.
Ukuran pupil lebih besar dari normal disebut midriasis.
20. Sebutkan apa saja yang termasuk dalam sistem lakrimalis !
Jawab: sistem lakrimalis terdiri dari sistem sekresi dan sistem ekskresi.
Sistem sekresi terdiri dari komponen yang memproduksi air mata (tear
film), yaitu kelenjar lakrimalis utama, kelenjar lakrimalis asesorius
(kelenjar Krause dan Wolfring), kelenjar Meibom, dan sel Goblet
conjunctiva. Sedangkan sistem ekskresi akan mengalirkan hasil sekresi
kelenjar-kelenjar tersebut masuk ke rongga hidung melalui meatus nasi
inferior. Untuk mencegah aliran balik udara maupun lendir dari hidung
masuk kedalam saluran lakrimalis, maka mukosa saluran lakrimalis
membentuk lipatan yang berfungsi sebagai katup (katup Hasner).
Sistem ekskresi terdiri dari :
a. Pungtum lakrimalis (superior dan inferior)
b. Kanalikuli lakrimalis (superior dan inferior)
c. Sakus lakrimalis
d. Duktus nasolakrimalis

21. Dimana saja komponen air mata (tear film) diproduksi dan apa fungsinya?
Jawab: Tear film terdiri dari 3 komponen, yaitu :
a. Lipid, lapisan paling superficial yang dihasilkan oleh kelenjar
Meibom yang terdapat di palpebra superior dan inferior. Tebal
lapisan ini  0,1 um
b. Akuos, lapisan tengah (paling tebal) yang dihasilkan oleh
kelenjar Lakrimalis utama dan kelenjar lakrimalis asesorius
(kelenjar Krause dan Wolfring). Tebal lapisan ini  7 um. Selain
air sebagai komponen utama, juga terdiri dari elektrolit,
glukosa, oksigen, protein (termesuk imunoglobulin A), enzim
dan komponen lainnya.
c. Mucin, lapisan paling profunda yang dihasilkan oleh sel Goblet
conjunctiva. Tebal lapisan ini  0,02 – 0,05 um. Selain
dihasilkan oleh sel Goblet, mucin juga diproduksi oleh epitel
permukaan conjunctiva dan kornea yang disebut dengan N-
linked mucin. Sedangkan mucin yang dihasilkan oleh sel Goblet
disebut dengan O-linked mucin.
Tear film mempunyai fungsi utama untuk :
a. Melapisi dan melumasi permukaan kornea (sebagai sistem
optik)
b. Membersihkan debris dari permukaan bola mata
c. Suplai oksigen dan nutrisi untuk epitel kornea
d. Mengandung faktor pertumbuhan dan antibakteri

22. Jelaskan mengenai dinamika humor akuos !


Jawab: Banyak hal telah diketahui tentang dinamika Humor akuos, tetapi
mekanisme yang pasti tentang produksi dan pembatasannya belum
diketahui dengan sempurna. Humor akuos dibentuk di badan silier
melalui proses difusi, sekresi dan ultrafiltrasi, yang akan mengisi
bilik mata belakang, melalui pupil akan menuju bilik mata depan.
Dari bilik mata depan humor akuos akan melewati sistem ekskresi
yaitu jaringan trabekulum, kanalis Schlemm’s menuju vena-vena
episklera.

23. Apakah fungsi humor akuos ?


Jawab: a. Untuk mengatur tekanan bola mata (normal 10 – 20 mmHg)
b. Sebagai media refrakta
c. Penyedia nutrisi lensa dan kornea bagian dalam

24. Mengapa tekanan intraokuler dapat meningkat ?


Jawab: tekanan intra okuler dapat meningkat oleh 3 penyebab utama yang
mengganggu dinamika humor akuos, yaitu :
1. Akibat produksi yang meningkat, misalnya ada radang pada badan
silier.
2. Akibat hambatan pengaliran. Terjadi blok pupil akibat intumesensi
atau dislokasi lensa, seklusio atau oklusio
3. Akibat hambatan pengeluarannya, misalnya ada sinekia
posterior (oklusio / seklusio pupil), lekoma adheren, Perifer
Anterior
Synaechia
25. Dengan cara apa kita dapat mengukur tekanan intraokuler ?
Jawab: a. Secara palpasi (dengan ujung jari telunjuk dua tangan)
b. Dengan tonometer Schiotz
c. Dengan tonometer aplanat
d. Dengan tonometer non kontak (NCT)

e. Sumber Belajar:
1. Daniel Vaughan, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. General
Ophthalmology. Fifteenth edition, Appleton and Lange, San Fransisco,
USA. 1999
2. Nancy B. Carlson, Daniel Kurtz, Ocular Examination, Third edition, Mc
Graw-Hill Medical Publishing division, USA 2004.
3. Ronald Pitts Crick, Peng Tie Khaw. A Textbook of Clinical
Ophthalmology
4. Arthur Lim Siew Ming. Colour Atlas of Ophthalmology
5. Frank G. Benson. Basic Ophthalmology for Medical Students and
Primary Care Residents, Sixth edition, American Academic of
Ophthalmology, San Fransisco, 1993
6. Sidarta Ilyas. Dasar – Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata,
Balai Penerbit FK UI, Jakarta 1983
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, editor: Sidarta Ilyas, dkk:
Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Balai Penerbit FK UI, Jakarta
8. Gondowiarjo TD, Simanjuntak GW, “ Panduan Manajemen Klinis
Perdami “, Jakarta, 2006.
9. Hartono. Neurooftalmologi, lab. IP. Mata FK UGM, 2000
10. Kuliah.
11. Internet

Lembar Belajar Mahasiswa 2


a. Judul: mata merah dengan visus normal
b. Sasaran Belajar:
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan masalah
pasien berkaitan dengan keluhan mata merah visus normal.
2. Mahasiswa mampu menentukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis dan merencanakan terapi.
3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan terapeutik sesuai dengan jenis
penyakitnya.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan farmakodinamik dan farmakokinetik obat yang
berkaitan dengan penyakitnya.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan perubahan patofisiologi setelah pengobatan pada
penyakit dengan klinis mata merah visus normal.
6. Mahasiswa memahami proses yang mendasari terjadinya penyakit dengan gejala
klinis mata merah visus normal.
7. Mahasiswa mampu menentukan diagnosis dengan alasan ilmiah berdasarkan
temuan pada pasien.
8. Mahasiswa memahami berbagai macam penyakit sistemik yang dapat memberikan
manifestasi di mata.

Skenario
Mata merah tidak kabur
Adi seorang mahasiswa mengeluh sudah 3 hari ini kedua matanya merah dan
mengeluarkan kotoran berwarna kuning kehijauan. Pagi hari setelah bangun tidur
kelopak mata terasa lengket, namun penglihatan tidak kabur. Kemudian Adi
berobat ke dokter spesialis mata dan dilakukan pemeriksaan sekret mata. Oleh
dokter mata Adi didiagnosis sebagai konjungtivitis akut bakterial. Kemudian dia
diberi obat tetes mata serta diberi nasehat bahwa penyakit ini menular.

Kata Kunci : secret, mata merah, conjungtivitis bacterial akut


Masalah : Konjungtivitis

a. Pemetaan konsep

Mata merah
Visus tdk turun Visus turun

Blefaritis

Hordeolum
Episkleritis
Pterygium Pinguicula
Konjungtivitis Skleritis

d. Materi
1. Ilmu Kesehatan Mata: ( 200 menit )
a. Dasar – dasar ocular inflamation
b. Penyebab blefaritis, hordeolum, pterygium, pinguicula,
konjungtivitis, episkleritis dan skleritis.
c. Klinis dan pemeriksaan penunjang penyakit tersebut diatas.
d. Penatalaksanaan penyakit tersebut diatas.
2. Farmakologi: ( 100 menit )
Macam-macam obat yang dipakai di bagian mata dan cara
pemberiannya

e. Pertanyaan minimal dan alternative jawaban


1. Sebutkan jenis-jenis penyakit mata dengan klinis utama mata merah tanpa
disertai penurunan visus !
Jawab :
a. Blefaritis
b. Hordeolum
c. Pterygium
d. Pinguicula
e. Konjungtivitis
f. Episkleritis
g. Skleritis

2. Apakah yang dimaksud dengan konjungtivitis ?


Jawab: Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva

3. Bagaimanakah mekanisme peradangan pada konjungtiva ?


Jawab: Peradangan merupakan mekanisme pertahanan tubuh, suatu reaksi
yang dinamik, melibatkan stimulus radang dan host ( pejamu ) yang secara
klasik digambarkan dengan danya lima gejala utama : kemerahan akibat
vasodilatasi dan meningkatnya volume serta aliran darah pada daerah lesi,
pembengkakan karena adanya peningkatan masa jaringan akibat edma serta
transudasi jaringan, migrasi sel radang, nyeri akibat rangsangan pada serabut
saraf dan fungsiolesa. Yang terjadi pada peradangan konjungtiva adalah
vasodilatasi, permeabilitas meningkat serta eksudasi sel-sel leukosit yang
memberikan gambaran klinis secret dan merupakan tanda khas dari
konjungtivitis.

4. Sebutkan penyebab terjadinya konjungtivitis ?


Jawab :
a. Infeksi:
o a. Bakterial : Neisseria GO
o Neiseria meningitidis
o Pneumokokus
o Haemofilus influenza
o Stafilokokus
o Streptokokus
o Klamidia trakomatis
o c. Virus : Adenovirus
Varicella-Zooster
Herpes simpleks
o Riccketsial
o Fungi : Candida

o Parasit : Onchocerca volvulus


Loa-loa
Ascaris lumbricoides
Larva lalat

b. Imunologi/alergi:
o Reaksi imunologi cepat : Konjungtivitis vernal
Konjungtivitis atopik
Konjungtivitis giant papil
o Reaksi imunologi lambat: Phlygtenulosis
o Penyakit autoimmune : Keratokonjungtivitis sicca
Pemfigoid sikatriks

c. Iritatif/ kimiawi
o Iatrogenik : Miotika
Idoxuridine
Obat-obat topikal lain
Larutan lensa kontak
o Berhubungan dengan pekerjaan:Asap, asam, basa, angin sinar
UV, bulu ulat.

d. Etiologi tidak diketahui : Folikulosis


Konjungtivitis folikuler menahun
Konjungtivitis limbik superior

5. Sebutkan tanda dan gejala konjungtivitis secara umum !


Jawab : Dari anamnesis didapatkan keluhan mata merah, sensasi benda asing/
mengganjal, sensasi tergores atau panas, gatal, berair dan keluar kotoran mata/
lodok. Tidak didapatkan penurunan tajam penglihatan.
Tanda penting pada konjungtivitis adalah :
a. Hiperemi :
Kemerahan yang paling nyata pada fornix dan mengurang ke arah
limbus. Hal ini disebabkan oleh dilatasi pembuluh – pembuluh
konjungtiva posterior. Pembuluh darah konjungtiva posterior berasal
dari cabang nasal dan lakrimal yang merupakan cabang teminal arteri
oftalmika, menuju kelopak mata melalui forniks. Diantara keduanya
terdapat anastomosis. Injeksi konjungtiva menunjukkan adanya
kelainan pada konjungtiva superficial.
b. Lakrimasi :
Sekresi air mata oleh karena adanya sensasi benda asing, sensasi
terbakar/ gatal.
c. Eksudasi :
Adanya secret yang keluar saat bangun tidur dan bila berlebihan
palpebra saling melengket.

d. Kemosis :
Udem konjungtiva oleh karena transudasi cairan dari pembuluh darah
kapiler konjungtiva. Klinis tampak seperti gelembung/benjolan bening
pada konjungtiva bulbi atau fornix. Kemosis dapat terjadi secara :
- Aktif : peningkatan permeabilitas pada peradangan ( eksudat )
- Pasif : akibat stasis ( perbandingan “ tissue fluid “ didalam
jaringan/organ tergantung pada keseimbangan antara produk cairan
dari arteri, penyerapan ke vena dan drainage oleh limfatik ).
Ketidakseimbangan salah satu factor ini dapat menyebabkan kemosis.

6. Sebutkan tanda dan gejala konjungtivitis bacterial dan bagaimana


pengelolaannya ?
Jawab :
Tanda dan gejala :
- Kemerahan bilateral.
- Eksudat purulent dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur.
- Udem palpebra ( jarang ).
Untuk Konjungtivitis ok kuman GO didapatkan tanda/gejala :
- Eksudasi masif.
- Kemosis berat.
- Preaurikuler limfadenopati.
- Jika tidak tertangani dengan baik®infiltrasi kornea® kornea
luluh®perforasi.
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan swab secret mata untuk dilakukan :
- Pengecatan Gram : kuman penyebab.
- Pengecatan Giemsa : sitologi konjungtiva
Penatalaksanaan : disesuaikan dengan kuman penyebab.
Konjungtivitis GO :
Antibiotika sistemik :
a. Ceftriaxone 1 gr im bila tidak dijumpai perforasi kornea.
b. Ceftriaxine 1 gr iv/12 jam selama 3 hari berturut-turut bila dijumpai
perforasi kornea.
c. Injeksi PP/ Garamycin.
d. Tetes gentamycin tiap jam atau tetes PP 15.000 IU tiap jam.
e. Bersihkan secret tiap jam dan irigasi dengan normal saline tiap jam.
f. Isolasi ( jika sangat infeksius ).
Antibiotika topical: eritromisin EO, basitrasin EO, gentamisin EO,
siprofloksasin ED.

7. Sebutkan tanda dan gejala konjungtivitis oleh karena klamidia berikut


penatalaksanaanya !
Jawab :
Stadium klinis :
- Prefolikel

- Folikel

- Sikatriks

- Sanata
Untuk pengendalian WHO mengembangkan cara sederhana untuk memeriksa
penyakit tersebut. Ini mencakup tanda-tanda berikut :
a. TF : lima/> folikel pada konjungtiva tarsal superior.
b. TI : infiltrasi difus dan hipertrofi papiler konjungtiva tarsal superior
yang sekurang-kurangnya menutupi 50 % pembuluh darah profunda
normal.
c. TS : parut konjungtiva trakomatosa.
d. TT : trikiasis/entropion.
e. CO : kekeruhan kornea.
Komplikasi : entropion®trikiasis®erosi kornea®infeksi®sikatriks®visus¯
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium : Sitologi Giemza : inclusion bodies
Fluorescin antibody
Ensim immuno assay test
Penatalaksanaan :
- Tetrasiklin 1 – 1,5 gr/hr selama 3 – 4 minggu.
Eso : hepatotoksik
Depresi sumsum tulang
- Doksisiklin 2 x 100 mg selama 3 minggu
- Azitromisin dosis tunggal ( mahal )
- Topikal : Tetrasiklin salep
Sulfonamid
Eritromisin
Rifampin
Topikal tersebut diberikan 4 x sehari selama 6 minggu.

8. Sebutkan tanda dan gejala konjungtivitis oleh karena virus beserta


penatalaksanaannya !
Jawab :
Penyebab : Adenovirus type 3,4,7 ( Demam faringokonjungtival )
Adenovirus type 8,19,29,37 ( Keratokonjungtivitis epidemika )
Virus Herpes Simpleks
Tanda dan gejala :
- Demam ( Demam Faringokonjungtival )
- Folikel di konjungtiva palpebra
- Pembesaran kelenjar limfe pre aurikuler
- Nyeri tekan pada Keratokonjungtivitis epidemika
- Tidak nyeri tekan pada Demam faringokonjungtival
Pemeriksaan laboratorium : sitologi Giemsa® sel mononukleus
Penatalaksanaan :
a. Self limited.
b. Kompres dingin agar nyaman.
c. Topikal vasokonstriktor.
d. Topikal antibiotika bila terdapat kecurigaan sekunder infeksi.
e. Konjungtivitis Herpes Simpleks : Topikal antiviral
Asiklovir 2 gr/hr slm 7-10 hari
f. Istirahat.

9. Sebutkan tanda dan gejala konjungtivitis oleh karena alergi !


Jawab :
Konjungtivitis vernalis
a. Reaksi alergi type I dan IV
b. Laki-laki lebih banyak darpada wanita
c. Usia pra pubertas dan berlangsung selama 5 – 10 tahun.
Ada 2 type :
1. Type palpebral
Cobble stone di daerah konjungtiva palpebra superior > inferior.

( berbentuk seperti susunan batu kali )


2. Type limbal
Trantas dot pada daerah limbus.
Pemeriksaan laboratorium : eosinofil >>
Penatalaksanaan :
- Anti histamine : klorfeniramine maleat.
- Mast stabilizer : sodium kromoglikat.
- Steroid topical ( hati-hati pada penggunaan jangka panjang )
ESO : katarak
Glaucoma

10. Apakah yang dimaksud dengan episkleritis, sebutkan tanda dan gejalanya
serta penatalaksanaannya !
Jawab :

Episkleritis adalah peradangan pada jaringan episklera


- Auto immune disease
- Self limited disease
- 20 – 50 tahun
- Kemerahan/ injeksi episkleral, biasanya lebih lurus dari limbus menuju
fornik dan berwarna lebih keunguan. Pembuluh darah episklera maupun
konjungtiva dapat digerakkan serta mengalami konstriksi dengan
pemberian epinefrin 10 %. Injeksi ini terjadi pada zone yang exposure

Klasifikasi : Simple ( difused )


Noduler

Penatalaksanaan :
- Sembuh sendiri ( 1 – 2 minggu )
- Topikal / oral NSAID
Flurbiprofen 300 mg/hr setelah terkontrol dosis diturunkan 150 mg/hr.
Indometasin 3 x 25 mg.
- Topikal vasokonstriktor.
- Topikal steroid.
Dexamethason 0,1% selama 3 – 4 hari.

11. Apakah yang dimaksud dengan skleritis, sebutkan tanda dan gejalanya serta
Penanganannya !

Jawab :
Skleritis adalah peradangan pada sclera.
Merupakan auto immune disease.
Kemerahan / injeksi skleral, dimana letaknya lebih profunda, tidak dapat
digerakkan dan tidak mengalami konstriksi dengan epinefrin. Injeksi sclera
menunjukkan adanya peradangan pada sclera, berasal dari serabut profunda
arteri ciliaris.
Klasifikasi : a. Skleritis anterior
- Difuse
- Noduler
- Nekrotikans : dengan inflamasi
Tanpa inflamasi
b. Skleritis posterior
Klinis : - Nyeri.
- Bola mata warna ungu gelap.
- Injeksi sclera.
Pemeriksaan penunjang :
- Biasanya berhubungan dengan penyakit sistemik ( sifilis,
TBC, Herpes Zooster, Morbus Hansen ).
- Lab : Diff count, LED, urin rutin, asam urat, sifilis serologi,
rheumatoid factor, x foto dada.
Komplikasi : keratitis perifer, uveitis, katarak, glaucoma, penipisan sclera.
Penanganan :
- Topikal steroid.
- Oral NSAID : Indometasin 100 mg/hr
Ibuprofen 300 mg/hr
- Bila 1 – 2 mgg tidak berespon dapat diberikan steroid dosis
tinggi 80 mg/hr dan diturunkan secara bertahap selama 2
mgg kemudian dimaintenance dengan dosis 10 mg/hr.

12. Apakah yang Anda ketahui tentang hordeolum ?


Jawab :

- Hordeolum merupakan infeksi kelenjar pada palpebra.


- Ada dua jenis :
a. Hordeolum eksterna : infeksi pada kelj. Zeis / Moll
lebih kecil dan letak lebih superficial
b. Hordeolum interna : infeksi pada kelj. Meibom
lebih besar dan lebih profundal
- Klinis : nyeri, merah dan bengkak pada palpebra.
- Penyebab : infeksi Stafilokokus aureus
- Terapi :Kompres hangat 3-4 kali/hari selama 10-15 menit.
Insici dan drainage untuk keluarkan pus, cara insisi :
- Vertikal permk konjungtiva pada h. internum untuk
menghindari terpotongnya kelj. Meibom.
- Horisontal pada kulit untuk H. eksternum untuk
Mengurangi luka parut.
Salep Antibiotika

13. Apakah yang Anda ketahui tentang pterygium ?


Jawab :

- Pterygium adalah lipatan pada konjungtiva dan merupakan jaringan


fibrovaskuler yang dapat menginvasi kornea superficial.
- Bentuk segitiga, umumnya di sisi nasal, secara bilateral.
- Keadaan ini diduga merupakan fenomena iritatif akibat sinar UV, udara
kering, lingkungan dengan angin banyak, berdebu dan berpasir.
- Terapi : eksisi jaringan pterygium

14. Apakah yang dimaksud dg pinguicula ?


Jawab: Pinguicula adalah nodul kuning pada kedua sisi kornea ( lebih sering
pada sisi nasal ) di daerah aperture palpebra. Nodul terdiri atas jaringan elastis
hialin dan kuning. Jarang bertumbuh besar, namun sering meradang.

15. Bagaimana penatalaksanaannya ?


Jawab :
- Steroid topical lemah ( Prednisolone 0,1 % )
- NSAID topikal

16.Apakah yang dimaksud dengan blefaritis ?


Jawab: Blefaritis adalah peradangan pada margo palpebra.

17.Ada berapa macam blefaritis ?


Jawab :
Ada 2 tipe :
a. Blefaritis anterior :
- Blefaritis ulserosa ok Stafilokokus
Ulcus pada folikel silia
Silia mudah dicabut

- Blefaritis skuamosa ok Pytirosporum ovale


Sisik berminyak pd folikel silia
Silia mudah dicabut

b. Blefaritis posterior : oleh karena disfungsi kelenjar meibom.

18. Bagaimana penatalaksanaannya ?


Jawab :
Blefaritis Anterior : kebersihan muka
Salep antibiotika Gram (+)
Digosok dengan cotton aplikator
Blefaritis Posterior : Tetrasiklin 2 x 250 mg atau Erythromicin 3 x 250 mg
Diberikan selama 2 minggu
Topikal : steroid ringan
f. Sumber belajar :
1. Daniel Vaughan, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. General Ophthalmology.
Fifteenth edition, Appleton and Lange, San Fransisco, USA. 1999
2. Liessegang TJ, 2001 – 2002, “ External Eye Disease “, sec 8, American
Academy of Opthalmology, USA.
3. Asyari F, 1999, “ Konsep dasar dan patogenesis peradangan mata “, Perdami
Jaya, Jakarta.
4. Gondowiarjo TD, Simanjuntak GW, 2006, “ Panduan Manajemen Klinis
Perdami “, Jakarta.
5. Kuliah.
6. Internet.
Lembar Belajar Mahasiswa 3
a. Judul: Glaukoma primer sudut tertutup akut
b. Sasaran Belajar:
1. Mampu memahami dan menjelaskan penyebab visus turun
2. Mampu menjelaskan patifisiologi terjadinya mata merah (hiperemi
konjungtiva)
3. Mampu menentukan diagnosis banding mata merah dengan visus turun
beserta alasannya
4. Mampu menentukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis dan merencanakan terapi
5. Mampu menentukan diagnosis dengan alasan ilmiah berdasarkan
pemuan pada pasien
6. Mampu melakukan tindakan terapeutik tertentu sesuai dengan
kewenangannya
7. Mampu memahami prosedur klinis dan laboratorium yang sesuai
dengan masalah dan kebutuhan pasien
8. Mampu pemberikan penanganan pertama untuk mengatasi
kegawatdaruratan penderita glaukoma akut
9. Mampu memberikan edukasi tentang pilihan pengelolaan, pemeriksaan
penunjang dan prognosis penderita kasus mata merah dengan
penurunan visus
10. Mampu memahami indikasi dan kontra indikasi pemberian obat –
obatan (topikal / sistemik) kasus mata merah dengan penurunan visus
11. Mahasiswa memahami berbagai macam penyakit sistemik yang dapat
memberikan manifestasi di mata.
12. Mampu memahami sistem pertahanan (spesifik dan non spesifik) yang
terdapat pada organ penglihatan

Skenario
Ibu Aminah ( 60 tahun ) datang ke klinik 24 jam dengan keluhan mendadak
mata kirinya terasa sakit cekot – cekot, merah dan hanya dapat melihat
bayang – bayang. Kepala terasa mau pecah, disertai mual dan muntah. Dua
bulan lalu penjual buah di pasar Johar ini sudah pernah mengalami sakit yang
sama, meski tak seberat sekarang. Saat itu menjelang maghrib dan cuaca
sedang mendung, Ibu Aminah yang hendak pulang dari pasar tiba – tiba
merasakan mata kirinya kemeng dan berair. Penglihatannya terasa kabur dan
sorot lampu kendaraan di jalan dirasakan pecah menjadi warna – warna
seperti pelangi. Keluhan ini hilang setelah Ibu Aminah tidur dan minum obat
penghilang rasa sakit yang dibeli di warung. Tiga minggu lalu, keluhan yang
sama terulang lagi.
Dokter jaga di klinik 24 jam merujuk Ibu Aminah ke rumah sakit dan
memberikan edukasi bahwa penyakitnya merupakan keadaan darurat dan
harus segera ditangani oleh dokter spesialis mata, untuk mencegah
penglihatannya hilang secara permanen
Kata Kunci: Glaukoma, halo, kampus visi

Masalah: Bagaimana mahasiswa mampu menentukan diagnosis dan memberikan


tindakan untuk mengatasi kegawatdaruratan pada glaukoma primer sudut
tertutup akut

c. Peta Konsep:
MATA NORMAL

Visus
turun

Mata merah Mata tenang

Keratitis, Uveitis Glaukoma primer sudut


Ulkus kornea anterior tertutup akut ( GPST akut )

d. Materi:
1. Ilmu Kesehatan Mata: ( 200 menit )
a. Keratitis, Ulkus kornea
b. Iridosiklitis
c. Glaukoma
d. Infeksi mata luar yang dapat menyebabkan kebutaan
2. Mikrobiologi: ( 100 menit )
a. Flora normal yang ada di mata
b. Pemeriksaan mikroskopik untuk identifikasi mikroorganisme
3. Islam Disiplin Ilmu: ( 100 menit )
Karunia panca indera penglihatan
e. Pertanyaan minimal dan alternatif jawaban
1. Apa sajakah penyebab “mata merah” yang sebenarnya merupakan
hiperemi ( vasodilatasi pembuluh darah) konjungtiva ?
Jawab :
 Vasodilatasi aktif akibat proses inflamasi.
 Vasodilatasi pasif akibat kongesti
Sedangkan arteri yang mengalami vasodilatasi adalah :
 A. konjungtivalis posterior disebut conjunctival injection
 A. siliaris anterior disebut pericorneal injection

Injeksi konjungtiva Injeksi silier

2. Apa saja penyebab dasar penurunan visus ?


Jawab :
 Gangguan / kekeruhan media refrakta
 Refraksi anomali
 Kelainan saraf ( retina , N Optikus )

3. Apakah diagnosis banding yang mungkin untuk penderita yang


datang dengan keluhan utama mata merah disertai penurunan
visus ?
Jawab :
 Keratitis
 Ulkus kornea
 Iridosiklitis
 Glaukoma primer sudut tertutup stadium akut

4. Apakah definisi dan penyebab keratitis ?


Jawab : keratitis adalah peradangan kornea, disebabkan bakteri,
virus, jamur, autoimun. Pada umumnya didahului proses trauma,
penggunaan lensa kontak, pemakaian obat golongan
kortikosteroid tak terkontrol atau perluasan infeksi konjungtiva

5. Sebutkan gejala dan tanda keratitis, ulkus kornea :


Jawab :
 Gejala : mata merah, berair, nyeri, silau, sensasi benda asing,
penglihatan kabur
 Tanda : Injeksi silier (+), infiltrat kornea ( infiltrasi sel
radang ). Pada ulkus kornea terbentuk jaringan nekrotik kornea,
Bisa disertai reaksi peradangan pada COA( flare / hipopion ), baik
akibat perforasi maupun akibat toksin kuman yang masuk ke COA
melalui kornea yang masih intak

Infiltrat kornea

Ulkus kornea cum hipopion Ulkus kornea perforasi

6. Pemeriksaan tambahan untuk menunjang diagnosis dan terapi :


Jawab :
 Tes flouresin
 Tes sensibilitas kornea
 Keratoskop placido
 Scrapping epitel kornea
 Tes sensitivitas

7. Apa saja kemungkinan penyembuhan akibat keratitis / ulkus kornea


baik akibat infeksi maupun trauma ?
Jawab :
 Phtisis bulbi, atrofi bulbi
 Terbentuk sikatrik. Ada 3 jenis sikatrik kornea,yaitu:

Nebula Makula Lekoma


Nebula :
 Penyembuhan akibat keratitis superfisialis. Kerusakan kornea
pada membrana Bowman sampai 1/3 stroma
 Pada pemeriksaan terlihat seperti kabut di kornea, hanya dapat
dilihat di kamar gelap dengan focal ilumination dan bantuan
kaca pembesar

Makula :
 Penyembuhan akibat ulkus kornea. Kerusakan kornea pada 1/3
stroma sampai 2/3 ketebalan stroma
 Pada pemeriksaan terlihat putih di kornea, dapat dilihat di
kamar terang dengan focal ilumination / batere tanpa bantuan
kaca pembesar
Lekoma :
 Penyembuhan akibat ulkus kornea
 Kerusakan kornea lebih dari 2/3 ketebalan stroma.
 Kornea tampak putih, dari jauh sudah kelihatan.
 Apabila ulkus kornea sampai tembus ke endotel, akan terjadi
perforasi, dengan tanda iris prolaps, COA dangkal, TIO
menurun. Sembuh menjadi lekoma adheren (lekoma disertai
sinekhia anterior

8. Apakah sajakah penyulit keratitis ?


Jawab :
 Ulkus kornea
 Iridosiklitis
 Endoftalmitis

9. Bagaimana pengelolaan keratitis, ulkus kornea ?


Jawab : Kausatif dengan memperhatikan bentuk infiltrat, scrapping
kornea dan tes sensitivitas / kultur
Supportif : artificial tears, serum otologus, golongan
kortikosteroid ( untuk keratitis profunda )
Operatif : Flap konjungtiva / amnion

10. Apa yang disebut iridosiklitis ?


Jawab : Uveitis anterior adalah peradangan iris dan korpus siliaris

11. Jelaskan klasifikasi iridosiklitis:


Jawab :
Pembagian menurut gambaran klinik dibagi menjadi :
 iridosiklitis akut : timbul keluhan secara tiba-tiba dan berjalan
selama 6 mg atau kurang
 iridosiklitis kronik
Proses berjalan selama berbulan-bulan, kadang bertahun. Sering
dimulai ringan dan asymptomatik. Kemudian sering diikuti
radang eksaserbasi akut.
Pembagian menurut patologi:
 Granulomatous
 Non-granulomatous

Pembagian menurut penyebabnya :


 Endogen ( dari dalam tubuh pasien ), merupakan manifestasi /
berhubungan penyakit sistemik tertentu
o Spondilitis
o Infeksi bakteri, jamur, virus, protozoa (toxoplasma),
helminthiasis
o Idiopatic dgn tanda spesifik uveitis (syndroma uveitis
dari Fuchs).
o Idiopatic dgn tanda uveitis non-spesifik
 Eksogen

12. Jelaskan gejala dan tanda iridosiklitis:


Jawab :
Gejala :
 Mata merah
 Penglihatan kabur
 Kemeng
 Silau
 Nrocos
Tanda :
 Visus turun
 Cilier injectie
 Keratic praecipitates (KPs)
 Reaksi inflamasi di COA
 Humor akuos keruh (efek tyndall positif), hypopion
 Iris oedem
 Pupil miosis
 Synechia (anterior / posterior)
 Nodul di iris (Koeppe, Busacca)
 Keratopati

Injeksi silier Keratik presipitat


Sinekhia posterior Hipopion

13. Jelaskan pemeriksaan penunjang untuk mencari kausa iridosiklitis!


Jawab :
 Pemeriksaan laboratorium darah
o Darah lengkap
o VDRL, TPHA
o Petanda autoimun ( ANA, RF )
o Kalsium, kadar serum ACE ( sarkoidosis )
o Serologi TORCH
 Pemeriksaan radiologis
o Thoraks ( TB, sarkoidosis, histoplasmosis )
o Tulang belakang, sendi sakroiliaka (ankilosing
spondilitis )
o Sendi lain ( rheumatoid arthritis, juvenile rheumatoid
arthritis )
 Skin test : uji Mantoux

14. Bagaimana penatalaksanaan iridosiklitis?


Jawab :
 Observasi :
o Terhadap terjadinya komplikasi
o Perubahan / progresivitas penyakit
 Medikamentosa :
o Spesific antimicrobial (sesuai causa)
o Sikloplegik (cyclogyl, sulfas atropin)
o Kortikosteroid !!!
o Immunosuppresif
 Operatif :
o Ekstraksi karatak
o Rekonstruksi iris
o Antiglaukoma

15. Jelaskan penyulit dan gejala sisa / sekuele iridosiklitis:


Jawab :
 Glaukoma sekunder
 Katarak komplikata
 Endoftalmitis
 Phtisis bulbi
16. Jelaskan definisi glaukoma :
Jawab :
 Sindroma yang menyebabkan terjadinya neuropati optik,
dengan TIO sebagai faktor risiko utama
 Ditandai dengan :TIO tinggi, pencekungan papil N II dan
penyempitan lapang pandangan yang spesifik

17. Jelaskan patofisiologi neuropati optik glaukoma :


Jawab : Bisa terjadi akibat faktor mekanik dan atau vaskuler
 Tekanan akibat TIO yang tinggi pada segmen anterior akan
diteruskan ke seluruh bagian bola mata. Papil N II merupakan
lokus minoris yang sangat rentan terhadap kerusakan akibat
tekanan / faktor mekanik. Faktor mekanik akan menyebabkan
terjadi pencekungan papil N II dan terjadi hambatan aliran
impuls dan nutrisi serta metabolit akibat kerusakan serabut saraf
optik. Akibatnya akan terjadi apoptosis fotoreseptor pada
lapisan retina
 Kelainan / penyakit vaskuler tertentu ( hiperagregasi,
hiperviskositas, hiperkoagulasi ) menyebabkan papil N II rentan
terhadap kerusakan meskipun TIO normal

18. Jelaskan bagaimana klasifikasi glaukoma !


Jawab :
 Glaukoma primer :
Sudut tertutup
Sudut terbuka
 Glaukoma sekunder
Akibat obat – obat tertentu, trauma atau komplikasi penyakit di
bola mata / sistemik
 Glaukoma juvenil
 Glaukoma kongenital
Glaukoma yang timbul sejak lahir / anak-anak

19. Jelaskan stadium / perjalanan klinis glaukoma primer sudut tertutup


Jawab :
 Stadium Prodromal
Subjektif:
o Sakit kepala sebelah pada mata yang sakit
(timbul pada waktu sore hari karena pupil middilatasi
sehingga iris menebal dan menempel pada trabekulum
ª out flow terhambat)
o Penglihatan sedikit menurun
o Melihat pelangi di sekitar lampu (hallo)
o Mata merah
Objektif:
o Injeksi silier ringan
o Edema kornea ringan
o TIO meningkat
 Stadium Akut / inflamasi
Subjektif:
o Sakit kepala hebat sebelah pada mata yang sakit
o Kdg disertai mual, muntah
o Mata merah
o Penglihatan kabur
o Melihat hallo di sekitar sumber cahaya
Objektif:
o Injeksi silier
o Edema kornea
o COA dangkal ( Van Herrick),
o Tyndall effect (+)
o Pupil melebar / lonjong, RP (-)
o TIO sangat tinggi

 Stadium Absolut
o Penglihatan buta (visus = 0)
o Sakit kepala
o Mata merah
o TIO sangat tinggi, kesakitan

 Stadium Degeneratif
o Visus = 0
o Degenerasi kornea ( bullae, vesikel )
o TIO tinggi, tanpa rasa sakit

19. Mengapa pada umumnya serangan akut terjadi saat penerangan


/suasana gelap?
Jawab : pupil mengalami dilatasi sehingga memperberat hambatan
aliran humor akuos pada sudut iridokornealis yang secara
primer suda sempit atau tertutup

20. Mengapa keluhan hilang setelah penderita tidur?


Jawab : karena saat tidur pupil menadi miosis dan menyebabkan
sudut iridokornealis melebar

21. Sebutkan apa saja pemeriksaan penunjang untuk glaukoma!


Jawab :
 Ukur tekanan bola mata
o Cara digital
o Dengan tonometer Schiotz
o Dengan tonometer aplanasi
o Dengan tonometer non kontak
 Tonografi
o Untuk mengukur jumlah penyaluran cairan
humor (outflow
facility)
 Funduskopi perhatikan pada papil N.II, adanya excavatio
glaucomatosa
 Gonioskopi untuk menemtukan lebarnya sudut iridokornealis,
menilai struktur komponen filtrasi humor akuos pada sudut
iridokornealis dan menilai ada tidaknya PAS (Perifer Anterior
Synechiae)

22. Jelaskan penyebab penurunan visus pada penderita glaukoma primer


sudut tertutup akut !
Jawab : penurunan visus pada stadium akut disebabkan karena
edema kornea dan kekeruhan humor akuos akibat
proses inflamasi

23. Apa sajakah faktor risiko glaukoma primer sudut tertutup akut?
Jawab :
 Usia ( > 40 tahun )
 Riwayat glaukoma dalam keluarga (+)
 Hipermetropia
 Riwayat trauma pada mata (+)

24. Apa prinsip terapi glaukoma primer sudut tertutup?


Jawab :
 Medikamentosa inisial : untuk segera menghentikan
serangan akut
o Pilokarpin 2% tiap ½ - 1 jam pada mata sakit, dan 3x1
tetes pada fellow eye
o Timolol 0,5% 2x1 tetes sehari
o Kombinasi antibiotik dan kortikosteroid 6x1 tetes
sehari
o Asetazolamid 500 mg ekstra, diikuti 4x250 mg sehari
dengan suplemen KCL 3x500 mg / hari
o Agent hiperosmotik bisa diberika bila penderita
dirawat berupa manitol atau gliserin
o Obat – obatab simptomatik
 Tindakan bedah inisial
o Dilakukan 24 jam setelah medikamentosa inisial, TIO
harus < 25 mmHg
o Dilakukan iridektomi perifer
 Medikamentosa pada fellow eye
Pilokarpin 2% 1x3 tetes sehari sampai dilakukan iridektomi
profilaksis
 Glaukoma residual
Dilakukan operasi antiglaukoma bila dengan terapi di atas
tidak teratasi

f. Sumber Balajar
1. Daniel Vaughan, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. General Ophthalmology.
Fifteenth edition, Appleton and Lange, San Fransisco, USA. 1999
2. Soon-Phaik Chee, et all, Atlas of Inflamatory Eye Disease, Apublication of
Singapore National Eye Centre, Saunders Elsevier, Singapore 2007.
3. Gondowiarjo TD, Simanjuntak GW, 2006, “ Panduan Manajemen Klinis
Perdami “, Jakarta.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, editor: Sidarta Ilyas, dkk: Ilmu
Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Balai Penerbit
FK UI, Jakarta
5. Kuliah
6. Internet.

Lembar Belajar Mahasiswa 4


a. Judul: Katarak
b. Sasaran Belajar:
1. Mampu melakukan komunikasi dengan pasien serta keluarga dalam hal
memberi penjelasan dan informasi yang berkaitan dengan penyampaian
berita buruk
2. Mampu melakukan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan masalah pasien
3. Mampu menentukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis dan merencanakan terapi
4. Mampu melakukan tindakan terapeutik tertentu sesuai dengan
kewenangannya
5. Mampu memahami prosedur klinis dan laboratorium yang sesuai dengan
masalah dan kebutuhan pasien
6. Mampu mengetahui tindakan prevensi untuk mencegah komplikasi
masalah kesehatan mata
7. Mampu mengintegrasikan ilmu-ilmu dasar untuk menjawab permasalahan
yang berhubungan dengan organ penglihatan
8. Mampu memahami proses yang mendasari terjadinya suatu penyakit mata
(infeksi dan inflamasi, trauma, degenerasi, neoplasma, herediter dan
kongenital)
9. Mampu memahami berbagai macam penyakit sistemik yang dapat
memberikan manifestasi di mata
10. Mampu membuat diagnosis banding pada masalah kesehatan mata
11. Mampu menjelaskan alasan menentukan diagnosis banding
12. Mampu menjelaskan dan mengidentifikasi pilihan pengelolaan pada pasien
Seorang13. pria
Mampu65 tahun datangdiagnosis
menentukan di Semarang Eyealasan
dengan Center dengan
ilmiah membawa
berdasarkan surat
temuan
rujukan dari
padadr.pasien
Arina. Keluhan yang disampaikan adalah sejak beberapa bulan
terakhir penglihatan kedua matanya semakin kabur. Keluhan gangguan
Skenario
penglihatan tersebut mulai dirasakan sejak 5 tahun yang lalu. Keluhan lainya
adalah silau (glare) ketika berada ditempat terang atau tersorot lampu kendaraan,
dan sulit untuk membaca. Sewaktu muda pria tersebut bekerja sebagai pengawas
bangunan yang hampir setiap hari bekerja dalam paparan sinar matahari. Sejak 15
tahun yang lalu juga menderita Diabetes Mellitus (DM) dan Hipertensi tetapi
tidak berobat dengan teratur sehingga kadar gula dan tensi tidak terkontrol,
riwayat memakai kaca mata minus sejak remaja dan kaca mata baca sejak usia
40 tahun. Oleh dr. Harka disarankan untuk operasi dengan harapan setelah operasi
penglihatannya menjadi lebih baik dan pemeriksaan retina dapat dilakukan lebih
jelas apakah sudah ada komplikasi akibat DM dan Hipertensi di matanya.
Kata Kunci: glare, refraksi anomali, retinopati
Masalah : 1. Bagaimana mahasiswa memahami berbagai kemungkinan penyebab
penurunan visus pada mata tanpa adanya tanda-tanda peradangan.
2. Bagaimana mahasiswa memahami berbagai macam kelainan di mata
akibat penyakit sistemik.
c. Peta Konsep :

MATA TENANG
VISUS TURUN

KELAINAN MEDIA REFRAKSI KELAINAN


REFRAKTA ANOMALI SISTEM SYARAF

d. Materi
1. Ilmu Kesehatan Mata: ( 200 menit )
a. Kelainan media refrakta: Katarak
b. Refraksi anomali: Miopia, Hipermetropia, Astigmatisma
c. Kelainan pada syaraf: Retinopati, Degenerasi makula, Ablasio retina

2. Ilmu Penyakit Dalam: ( 100 menit )


a. Patofisiologi terjadinya Retinopati Diabetika dan Retinopati Hipertensi.
b. Beberapa penyakit infeksi yang dapat menimbulkan manifestasi pada
mata.
3. Islam Disiplin Ilmu: ( 100 menit )
Hukum donor mata dan implant (contoh: lensa intra okuler, protesa)
e. Pertanyaan minimal dan alternatif jawaban:
1. Sebutkan apa saja penyebab dasar penurunan visus!
Jawab: Penyebab dasar penurunan visus adalah:
a. Kelainan media refrakta
b. Refraksi anomali
c. Kelainan pada sistem syaraf

2. Sebutkan contoh kelainan pada media refrakta yang dapat menyebabkan


penurunan visus!
Jawab: Yang termasuk media refrakta adalah kornea, humor akuos, lensa dan
korpus vitreum.
a. Kelainan pada kornea: Edema, Infiltrat, Ulkus, sikatrik, panus
(nebula, makula, lekoma)
b. Kelainan pada Humor akuos: kekeruhan pada humor akuos
(Flare/sel radang, hifema, hipopion)
c. Kelainan pada lensa: Katarak
d. Kelainan pada korpus vitreum: Vitritis, perdarahan vitreus,
Proliferative VitreoRetinopathy/PVR)

3. Sebutkan macam-macam refraksi anomali!


Jawab: Miopia, hipermetropia, astigmatisma (telah diuraikan di LBM 1)

4. Sebutkan contoh kelainan pada sistem syaraf yang dapat menyebabkan


penurunan visus!
Jawab: Kelainan pada retina (retinitis, retinopati, ablasio retina, atrofi retina,
sikatrik retina, ARMD), kelainan pada nervus Optikus sampai pusat
penglihatan di kortek cerebri (papillitis, neuritis optik, atrofi papil
nervus optikus, tumor atau kelainan lain yang dapat merusak saraf)

5. Apa saja kemungkinan diagnosis penderita pada skenario diatas?


Jawab: a. Katarak
b. Retinopati Diabetika
c. Retinopati Hipertensi
d. ARMD (Age Related Macular Degeneration)
e. Refraksi Anomali

6. Apa yang dimaksud katarak?


Jawab: Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa mata

7. Jelaskan secara singkat tentang anatomi lensa!


Jawab: Lensa merupakan sistem optik dibentuk dari sel-sel yang berasal dari
surface ectoderm, mempunyai susunan sel-sel dengan keteraturan yang
sangat menakjubkan sehingga bersifat transparan. Lensa dibungkus oleh
kapsul dan bentuknya bikonveks, dimana kelengkungan permukaan
posterior lebih besar dengan radius kurvatura 10,0 mm (range: 8,0-14,0
mm) dibandingkan dengan permukaan anterior dengan radius kurvatura
6,0 mm (range: 5,4-7,5 mm). Pada orang dewasa diameter lensa sekitar
9,0 mm dengan ketebalan anterior-posterior 4-5 mm.Berat lensa berkisar
antara 125 mg sampai 400 mg. Pada katarak senilis rata-rata berat lensa
adalah 225 mg.

8. Sebutkan contoh klasifikasi katarak!


Jawab:
a. Developmental:
o Congenital
o Juvenil
b. Degeneratif/senilis:
o Insipiens
o Immatura
o Matura
o Hypermatura
c. Komplikata: oleh karena penyakit/kelainan di Mata atau tempat lain
o Glaucoma
o Iridocyclitis
o DM, galaktosemia, hipoparatiroid, miotonia distrofi
o Efek samping obat: steroid, amiodaron, miotika
antikolinesterase, klorpromazine, ergot, naftalein,
dinitrofenol, triparanol (MER-29)
d. Traumatika.

9. Sebutkan macam-macam penyebab katarak!


Jawab: Katarak dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor (multifactorial)
dan belum sepenuhnya diketahui. Berbagai faktor tersebut antara lain:
a. Kelainan kongenital/herediter
b. Proses degenerasi
c. Komplikasi penyakit di mata maupun penyakit sistemik
d. Efek samping obat
e. Radiasi: ultraviolet, infrared, X-ray, microwafe
f. Trauma penetrans dan perforans
10. Apa saja gejala dan tanda seseorang menderita katarak?
Jawab: Gejala yang sering dikeluhkan penderita katarak adalah penurunan
visus tanpa disertai rasa sakit, silau (glare) terutama saat melihat
cahaya, dan perubahan status refraksi. Sedangkan tanda yang dapat
kita jumpai pada mata adalah adanya kekeruhan pada lensa. Letak
kekeruhan yang terjadi dapat nuklear, kortikal, subkapsularis
posterior atau kombinasinya.

11. Apa saja komplikasi katarak yang dapat terjadi?


Jawab: Katarak dapat menyebabkan uveitis dan glaukoma sekunder.
Uveitis dapat terjadi pada katarak stadium hipermatur akibat pencairan
dan pengeluaran masa lensa ke bilik mata depan (COA). Protein lensa
dianggap sebagai benda asing oleh tubuh sehingga timbul reaksi
inflamasi di uvea (uveitis). Akibat lanjut dari uveitis ini dapat terjadi
trabekulitis, sinekia (anterior/posterior) dan glaukoma sekunder.

Glaukoma sekunder dapat terjadi pada katarak stadium immatur dan


hipermatur. Pada stadium immatur, hidrasi lensa menyebabkan lensa
lebih mencembung dan akan mendorong iris kedepan sehingga akan
mempersempit sudut iridokorneal, selanjutnya dapat menghambat
outflow humor akuos. Pada stadium hipermatur, masa lensa yang
keluar dapat menyumbat jaringan trabekulum sehingga outflow humor
akuos juga terganggu.

12. Bagaimana cara pengelolaan Katarak?


Jawab: Meskipun ada beberapa obat yang dapat menghambat progresivitas
katarak, belum ada satupun yang dapat menjernihkan lensa yang
sudah terlanjur keruh, sehingga operasi tetap diperlukan.
Secara umum dikenal dua macam teknik operasi katarak yaitu EKEK
(Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular) dan EKIK (Ekstraksi Katarak
Intra Kapsular).

EKEK merupakan teknik operasi katarak dengan cara membuka


kapsul anterior lensa untuk mengeluarkan masa lensa (kortek dan
nukleus) dan meninggalkan kapsul posterior. Pengembangan dari
teknik ini adalah PHACOEMULSIFIKASI dengan memanfaatkan
energi ultrasonik untuk menghancurkan masa lensa. Pada kantong
kapsul lensa selanjutnya dipasang lensa intra okuler (IOL)

EKIK merupakan teknik operasi katarak dimana seluruh masa lensa


dikeluarkan bersama kapsulnya. Teknik ini memerlukan irisan kornea
yang lebih besar dan jahitan lebih banyak. Saat ini hanya dipakai
pada keadaan khusus seperti luksasi lensa.

13. Apa saja yang termasuk indikasi operasi katarak?


Jawab: a. Indikasi Visus: apabila katarak sudah mengganggu aktifitas
b. Indikasi medis: apabila katarak berpotensi menimbulkan
komplikasi (misalnya: uveitis, glaukoma), atau apabila
katarak sudah mengganggu visualisasi segmen posterior
baik untuk follow up penyakit maupun intervensi terapi.
c. Indikasi kosmetik.

14. Apa yang dimaksud retinopati?


Jawab: retinopati merupakan suatu kelainan pada retina yang bukan
disebabkan oleh radang.

15. Jelaskan secara singkat tentang retina dan khoroid!


Jawab:
• Merupakan jaringan saraf yg tipis & transparan
• Melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata
• Permukaan luar berhubungan dengan khoroid, permukaan dalam
berhubungan dengan membrana hyaloidea
• Bagian depan retina ( ora serata ) :
- sisi temporal terletak ± 6,5 mm di blkng garis Schwalbe
- sisi nasal terletak ± 5,7 mm di blkng garis Schwalbe
• Kearah belakang salah satu lapisan retina melanjut sebagai nervus optikus
• Tebal retina : - di ora serata ± 0,11 mm
- di polus posterior ± 0,23 mm
- paling tipis di fovea centralis : ± 0,10 mm
• 2 sumber pasokan darah : - khoriokapiler à 1/3 bagian luar
- cabang- cabang a. retina sentral
• Retina tidak mempunyai saraf sensoris, sehingga penyakit di retina tidak
menimbulkan rasa sakit.

MAKULA :
• terletak di tengah retina diantara arcade pembuluh darah retina
temporal, ± 4,0 mm temporal dan ± 0,8 mm inferior optic disc
• diameter ± 5-6 mm
• klinis : daerah pigmentasi kekuningan yg disebabkan pigmen xantofil
• histologis : bagian retina yg lapisan ganglionnya 2 lapis atau lebih

FOVEA :
• terletak ditengah makula
• diameter ± 1,5 mm
• fotoreseptor yg ada hanyalah sel kerucut
• fungsi utama : visus sentral & penglihatan warna
• histologis : menipisnya lapisan inti luar
• diperdarahi oleh khoriokapilaris

FOVEOLA :
• terletak di tengah fovea
• bagian retina paling tipis : diameter ± 0,35 mm, tebal ± 0,10 mm
• dasarnya disebut umbo

Retina terdiri dari 10 lapis, yaitu :


1. Membrana limitans interna : tersusun atas footplates sel-sel Muller &
berhubungan dg membrana basalis retina
2. Lapisan serat saraf ( nerve fiber layer ) : tersusun dr axon sel-sel ganglion yg
umumnya tdk bermyelin
3. Lapisan sel ganglion : tersusun atas badan sel-sel ganglion
4. Lapisan pleksiform dalam : mengandung axon sel bipolar, sel amakrin, dendrit
sel ganglion dan sinapsnya
5. Lapisan Inti dalam : terdiri atas nukleus sel bipolar, sel Muller, sel amakrin, dan
sel horisontal
6. Lapisan pleksiform luar : tersusun atas interconnection antara sinapsis
fotoreseptor dg sel horisontal & bipolar. Di daerah makula lapisan ini lbh tebal
& mengandung lbh banyak serat saraf krn akson-akson fotoreseptor mjd lbh
panjang & lbh oblik à lapisan serat Henle
7. Lapisan inti luar : tersusun atas nukleus sel- sel fotoreseptor
8. Membrana limitans eksterna : terbentuk dr perlekatan sel
fotoreseptor & sel Muller
9. Lapisan fotoreseptor :
 Terdiri dr sel batang / bacilus ( 130 juta) & kerucut / conus (
7 juta)
 Segmen luar berhubungan dg RPE mll mukopolisakarida
 Berfungsi utk menangkap gelombang cahaya & mengubahnya
mjd impuls saraf ( terutama di segmen luar )
 Sel kerucut mempunyai kepekaan thd cahaya dg intensitas
tinggi & terutama berfungsi utk penglihatan sentral & warna
 Sel batang mempunyai kepekaan thd cahaya dg intensitas
rendah & terutama berfungsi utk penglihatan perifer (orientasi ruang)
dan malam hari. Tidak dpt melihat warna
 Penyebaran sel batang dan kerucut tdk merata, di fovea
centralis hanya terdapat sel kerucut
 Makin ke perifer jumlah sel kerucut semakin berkurang,
sebaliknya jumlah sel batang makin meningkat
 Bentuk sel kerucut mirip dengan sel batang, hanya lebih
bundar.
Perbedaan lainnya :
= segmen luar kerucut lebih kecil dr batang
= tidak mengandung rhodopsin
= nukleusnya mengandung nukleolus.
10. Epitel pigmen retina ( Retinal Pigmen Epithelium / RPE ) :
- Terdiri dari selapis sel heksagonal
- Di makula, bentuk sel lebih tinggi dan lebih berpigmen
- Terbentang dr diskus optikus sampai ora serata
- Di ora serata menyatu dg epitel pigmen korpus siliaris
Fungsi RPE :
a. Metabolisme vitamin A
b. outer blood retinal barrier
c. fagositosis outer segmen fotoreseptor
d. absorbsi cahaya
e. menghasilkan mukopolisakarida
f. transport aktif kebutuhan metabolik retina
Khoroid: sering disebut tunika vaskulosa karena banyak mengandung jalinan
pembuluh darah. Berfungsi sebagai penyedia nutrisi sebagian lapisan
retina. Ke arah anterior melanjut menjadi korpus siliaris dan iris.

16. Sebutkan contoh kelainan retina yang dapat menyebabkan kebutaan!


Jawab: Retinopati, retinitis pigmentosa, ablasio retina, retinitis/
retinokhoroiditis akibat infeksi TORCH, retinoblastoma, Retinopathy
of Prematurity/ROP, oklusi vena/arteri retina Sentralis, Central Serous
Chorioretinopathy/CSCR/CSR.

17. Apa yang dimaksud Retinopati Diabetika?


Jawab: Retinopati diabetika adalah suatu mikroangiopati progresif yang
ditandai oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh darah halus.

18. Bagaimana DM dapat menyebabkan Retinopati?


Jawab: Penyebab pasti retinopati diabetika belum diketahui secara pasti,
namun diduga sebagai akibat paparan hiperglikemi dalam waktu yang
lama. Akibat paparan hiperglikemi yang lama menyebabkan terjadi
berbagai proses biokimiawi dalam sel yang berperan dalam terjadinya
komplikasi DM seperti retinopati diabetika. Hal ini disebabkan karena
peningkatan aktifitas enzim aldosa reduktase (jalur poliol/sorbitol
menjadi aktif). Perubahan vaskuler retina akibat akumulasi sorbitol
adalah hilangnya perisit dan penebalan membran basal. Hilangnya
perisit akan menimbulkan mikroaneurisma akibat adanya daerah yang
lemah pada dinding pembuluh darah dan tidak adanya efek
antiproliferatif yang dimiliki perisit.

Mikroaneurisma akan menyebabkan permeabilitas pembuluh darah


meningkat sehingga menimbulkan eksudasi. Kerusakan lebih lanjut
akan menyebabkan hilangnya komponen seluler pada pembuluh darah.
Kapiler aseluler tersebut apabila berkonfluen dapat menyebabkan
obliterasi arteriol. Daerah nonperfusi tersebut merupakan patogenesis
utama terjadinya neovaskularisasi. Perdarahan retina dan dilatasi
segmental (venous beading) berhubungan dengan banyaknya daerah
iskemik.

Tjdnya kerusakan jaringan pada penderita DM melalui mekanisme:


1. Peningkatan aktifitas aldosa reduktase
2. Glikosilasi non enzimatik
3. Pembentukan senyawa dikarbonil
4. Stress oksidatif

PATOLOGI RETINOPATI DIABETIKA:


A. Gangguan vaskular
 Loss of pericytes
 Penebalan membrana basalis
 Outpouching berdinding tipis (mikroaneurisma/MA)
 Capillary network (venous>>)
 Peningkatan permeabilitas terhadap air dan makromolekul
 Kebocoran dari MA dan kapilar (difus)
B. Gangguan hemodinamik
• Abnormalitas eritrosit :
- ¯ kemampuan release oksigen
- ¯ deformabilitas
- rouleaux formation
• Hiperviskositas : protein plasma BM tinggi
• Hiperagregasi
• Hiperkoagulasi

19. Bagaimana klasifikasi Retnopati Diabetika?


Jawab: DR Clinical Grading
Level of DR:
a) None
b) NPDR: - Mild (min. 1 MA, < moderate NPDR)
- Moderate ( mild + : perdarahan , soft exudates, venous beading,
dan/atau IRMA+ tapi <severe NPDR)
- Severe (4-2-1 rule: salah satu dari: 1) perdarahan intraretina berat
(>20) dan MA di 4 kuadran; atau 2) venous beading  2 kuadran;
atau 3) IRMA pada 1 kuadran/lebih
- Very severe (sda, dengan 2 tanda atau lebih)

c) PDR: - Less than high risk


- High risk (NVD  1/4-1/3 DA, perdarahan vitreus / preretina +/-,
atau perdarahan vitreus / preretina yg disertai NVD atau NVE  ½
DA
d) Macular edema :
- Not clinically significant
- Clinically significant (CSME):
- Penebalan retina di atau pada daerah 500 mm (1/3 Disc Diameter = DD)
dari pusat makula
- Eksudat keras di atau pada daerah 500 mm dari pusat makula, disertai
penebalan retina sekitarnya
- Daerah penebalan retina seluas > 1 DA dalam1 DD dari pusat makula

NB:
NPDR= Non Proliferative Diabetic Retinopathy
PDR= Proliferative Diabetic Retinopathy
IRMA= Intra Retinal Microvascular Abnormalities

NPDR PDR CSME

20. Bagaimana pengelolaan Retinopati Diabetika?


Jawab: secara umum langkah work-up untuk retinopati diabetika adalah:
a) Lakukan pemeriksaan iris untuk mencari neovaskularisasi, sebaiknya
sebelum dilatasi dengan midriatikum. Periksa sudut bilik mata depan
dengan gonioskopi, khususnya bila terdapat peninkatan TIO.
b) Lakukan pemeriksaan fundus dengan biomikroskopi lampu celah
menggunakan lensa 90 atau 60 dioptri atau lensa kontak untuk
memperoleh gambaran stereoskopik polus posterior. Cari neovaskularisasi
dan edema makula. Gunakan oftalmoskop indirek untuk memeriksa retina
perifer.
c) Periksa gula darah puasa, glycocylated hemoglobin, dan jika perlu tes
toleransi glukosa apabila diagnosis belum tegak.
d) Periksa tekanan darah.
e) Pertimbangkan angiografi fluoresein untuk menentukan daerah dengan
abnormalitas perfusi, iskemia fovea, mikroaneurisma, dan neovaskularisasi
yang tidak secara klinis.
f) Pertimbangkan tes darah untuk hiperlipidemia jika terdapat eksudat luas.

The Diabetic Complication Control Trial (DCCT) menyatakan bahwa


pengontrolan gula darah yang intensif akan menurunkan insiden maupun
progresifitas retinopati diabetika. Pengobatan medikamentosa masih memberikan
hasil yang tidak jelas. Penggunaan aspirin dan antiplatelat lain tidak memberikan
keuntungan yang nyata.
Pada kondisi tertentu mungkin diperlukan tindakan invasif antara lain:
a) Fotokoagulasi laser
b) Injeksi intravitreal triamcinolone acetonide (IVTA)
c) Injeksi intravitreal antiangiogenik
d) Vitrektomi.

21. Apa yang dimaksud Retinopati Hipertensi?


Jawab: Retinopati hipertensi adalah suatu keadaan dimana terdapat kelainan-
kelainan vaskuler yang berhubungan dengan hipertensi sistemik.

22. Bagaimana hipertensi dapat menyebabkan Retinopati?


Jawab: Hipertensi yang lama menyebabkan penyempitan arteriol seluruh
tubuh. Pada pembuluh darah mata, kelainan ini berhubungan dengan
rusaknya inner blood retinal barrier, ekstravasasi dari plasma dan sel
darah merah. penyempitan arteriol ini menyebabkan perubahan ratio
arteri-vena. Apabila penyempitan arteriol disebabkan oleh spasme
dari arteriol, maka bersifat reversibel, tetapi apabila disebabkan oleh
edema atau adanya fibrosis pada dinding pembuluh darah, maka
bersifat irreversibel.

Akibat hipertensi yang lama juga menyebabkan terjadinya


arteriosklerosis dan aterosklerosis. Arteriosklerosis diawali dengan
meningkatnya jaringan elastin pada lapisan intima, kemudian secara
bertahap intima akan digantikan dengan jaringan hialin dan lapisan
otot akan menjadi fibrosis. Dalam keadaan akut rusaknya dinding
vaskuler akan menyebabkan masuknya komponen darah ke dinding
vaskuler. Aterosklerosis merupakan perubahan lapisan intima
pembuluh darah yang kalibernya lebih besar dari arteriol.

Dengan bertambahnya ketebalan dinding vaskuler akan


menyebabkan perubahan reflek cahaya yang ditimbulkan oleh
arteriol. Dalam keadaan normal dinding pembuluh darah tidak
tampak, yang terlihat adalah sel darah merah yang berada dalam
lumen yang akan memberikan gambaran garis merah. Bila pembuluh
darah tersebut terkena sinar, maka akan menimbulkan pantulan
berupa garis tipis pada daerah vaskuler tersebut. Apabila terjadi
penebalan dinding pembuluh darah, maka pantulan cahaya akan
berkurang, lebih lebar dan difus.ini menandakan awal dari
arteriosklerosis.

Dengan semakin bertambahnya ketebalan dari dinding pembuluh


darah maka pantulan cahaya yang diberikan oleh pembuluh darah
akan semakin berkurang dan timbul reflek cahaya reddish brown. Ini
dinamakan reflek copper wire. Apabila keadaan ini berlanjut maka
akan terjadi penebalan yang disertai pengecilan lumen vaskuler.
Apabila tidak dapat ditemukan lagi collum of blood walaupun hanya
pantulan garis tipis maka keadaan ini disebut dengan silver wire.

Selain adanya penebalan dinding vaskuler, pada arteriosklerotik


timbul pula kelainan pada arteriolovenous crossing. Arteriol dan
venula biasanya berada dalam satu pembungkus adventisial ditempat
penyilangan. Adanya sklerotik pada dinding arteriol akan dapat
menyebabkan kompresi pada venula yang menyebabkan obstruksi
pada venula dan mengakibatkan arteriolovenous nicking. Tanda ini
disebut dengan Gunn’s sign. Selain tanda tersebut dapat pula ditemui
Sallu’s sign yaitu defleksi venula ketika bersilangan dengan arteriol.
Dalam keadaan normal venula akan bersilangan dengan arteriol
dengan membentuk sudut yang tajam. Dengan adanya sklerotik maka
penyilangan tersebut membentuk sudut yang lebih lebar.

23. Sebutkan stadium retinopati hipertensi!


Jawab: - stadium ( Keith-Wagener / KW ) :
. Stadium 1 : konstriksi fokal pemb drh arteri
copper wire / silver wire pd arteri
. Stadium 2 : konstriksi fokal & difus pd arteri
crossing phenomene pd persilangan A & V
. Stadium 3 : std 2 + cotton wool exudate & perdrhan
. Stadium 4 : std 3 + edema papil, macular star figure

24. Bagaimana pengelolaan Retinopati Hipertensi?


Jawab: pengelolaan untuk retinopati hipertensi terutama adalah melakukan
kontrol terhadap tekanan darahnya. Tekanan darah yang terkontrol
dapat menurunkan kemungkinan terjadinya serangan akut yang dapat
menyebabkan penurunan visus.

25. Apa yang dimaksud ARMD (Age Related Macular Degeneration)?


Jawab: adalah suatu kelainan pada makula akibat proses degenerasi, yang
ditandai dengan penurunan penglihatan sentral yang bermakna.
ARMD merupakan penyebab utama kebutaan pada usia diatas 50 tahun
di negara-negara maju. Prevalensi ARMD secara umum sebesar 0,2 %
pada populasi berusia 55-64 tahun, dan 13 % pada populasi usia diatas
85 tahun. Di Indonesia belum ada laporan mengenai prevalensi
kelainan ini, tetapi dengan bertambahnya usia harapan hidup di
Indonesia, maka dapat diramalkan di masa yang akan datang
kejadiannya akan meningkat.

26. Mengapa ARMD dapat terjadi?


Jawab: Dalam keadaan normal, makula mengalami perubahan-perubahan yang
diakibatkan oleh proses penuaan. Perubahan ini antara lain berupa:
(1) Berkurangnya jumlah sel-sel fotoreseptor, (2) Perubahan-perubahan
ultrastruktural epitel pigmen retina (RPE) seperti pengurangan granula
melanin, terbentuknya granula lipofuchsin, serta timbunan residual
bodies,(3) Timbunan basal laminar deposit, serta (4) Perubahan pada
kapiler khoroid. Perubahan pada makula pada proses penuaan yang
bukan merupakan perubahan normal pada proses penuaan, disebut
degenerasi makula terkait usia atau Age Related Macular
Degeneration /ARMD/AMD.

Beberapa faktor risiko terjadinya ARMD antara lain adalah:


(1) Riwayat keluarga, (2) Merokok,(3) Hipertensi,(4) Wanita, (5)
Hipermetropia, serta (6) Warna iris yang muda. Ras kulit hitam,
konsumsi sayuran berdaun hijau tua yang tinggi, konsumsi ikan,
konsumsi asam lemak tak jenuh, serta kadar karotenoid serum yang
tinggi merupakan faktor pelindung terjadinya ARMD.

Patofisiologi terjadinya ARMD belum diketahui dengan jelas,


walaupun sudah diajukan berbagai macam teori. Beberapa teori yang
diajukan antara lain: (1) Teori proses penuaan,(2) Teori iskemia, serta
(3) Teori kerusakan oksidatif. Sampai saat ini masih terus dilakukan
penelitian-penelitian untuk memahami patofisiologinya, sebagai suatu
jalan untuk menemukan upaya pencegahan ataupun terapi untuk
kelainan ini.

27. Bagaimana klasifikasi ARMD?


Jawab: ada dua bentuk klinis ARMD yaitu:
a. Wet ARMD atau neovaskuler ARMD
b. Dry ARMD atau non neovaskuler ARMD.
Penurunan penglihatan sentral yang bermakna pada ARMD jenis neovaskuler
terjadi karena timbulnya neovaskularisasi pada khoroid (CNV) yang
mengakibatkan perdarahan subretina sampai perdarahan vitreus. Pada jenis
non neovaskuler, penurunan tajam penglihatan disebabkan karena atrofi
geografis retina.

28. Bagaimana pengelolaan/penanganan terhadap ARMD?


Jawab: Saat ini ada beberapa penanganan terhadap ARMD, yaitu:
a. Fotokoagulasi laser
b. Photodynamic therapy
c. Terapi bedah
d. Suplemen diet
e. Obat-obatan antiangiogenik.
Edukasi pada pasien yang mempunyai ARMD sangat perlu dilakukan agar
mereka mampu memantau penglihatan sentralnya sendiri, serta segera
mendapatkan tindakan yang tepat bila diperlukan. Kebiasaan hidup dan
suasana sekeliling sehari-hari harus disesuaikan dengan kondisi penglihatan.
Pada beberapa kasus, rehabilitasi juga perlu diberikan, misalnya dengan
penggunaan low vision aids agar kegiatan sehari-hari tidak terlalu terganggu
dan kualitas hidup dapat dipertahankan seoptimal mungkin.

f. Daftar pustaka
1. Daniel Vaughan, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. General Ophthalmology.
Fifteenth edition, Appleton and Lange, San Fransisco, USA. 1999
2. Nancy B. Carlson, Daniel Kurtz, Ocular Examination, Third edition, Mc
Graw-Hill Medical Publishing division, USA 2004.
3. Chong-Lye Ang, et all, Clinical ophthalmology An Asian Perspective,
Apublication of Singapore National Eye Centre, Saunders Elsevier, Singapore
2005.
4. Ronald Pitts Crick, Peng Tie Khaw. A Textbook of Clinical Ophthalmology
5. Frank G. Benson. Basic Ophthalmology for Medical Students and Primary
Care Residents, Sixth edition, American Academic of Ophthalmology, San
Fransisco, 1993
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, editor: Sidarta Ilyas, dkk: Ilmu
Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Balai Penerbit
FK UI, Jakarta
7. Gondowiarjo TD, Simanjuntak GW, “ Panduan Manajemen Klinis Perdami “,
Jakarta, 2006.
8. Kuliah.
9. Internet
Lembar Belajar Mahasiswa 5
a. Judul: Trauma dan kebutaan
b. Sasaran Belajar:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis trauma pada mata


2. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam penyebab trauma pada
mata
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda-tanda klinis, komplikasi dan
penyulit akibat trauma tersebut pada mata
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan tambahan untuk menunjang
diagnosis akibat trauma tersebut.
5. Mahasiswa mampu memberikan pertolongan pertama untuk mengatasi
kegawatdaruratan akibat trauma, terutama trauma kimia
6. Mahasiswa mampu memberikan penjelasan tentang kebutaan dan
permasalahannya dalam masyarakat
7. Mahasiswa mampu memberikan edukasi dan penyuluhan tentang upaya
untuk mengatasi masalah kebutaan dalam masyarakat sesuai dengan
kewenangannya
8. Mahasiswa mampu memahami pentingnya vitamin dan mikonutrient
untuk menjaga kesehatan mata dan fungsi penglihatan

Skenario
Sore hari di ruang Unit Gawat Darurat
Penderita laki-laki umur 30 tahun, datang tampak kesakitan dengan mata kanan
ditutup menggunakan tangan yang memegang saputangan. Pada anamnesis
didapatkan riwayat mata kanan terkena percikan bahan kimia ditempat kerja. Pada
pemeriksaan didapat mata merah, bengkak, banyak mengeluarkan air mata, visus
mata kanan 6/20, didapat chemosis, cornea suram, pemeriksaan flourescein (+).
Penderita segera dilakukan irigasi dengan menggunakan aquabides lalu diberi tetes
pantocain untuk mengurangi rasa sakit, kemudian diberi salep mata antibiotic dan
analgetic. Sebelum pulang penderita dipesan untuk control teratur untuk
menghindari terjadinya kebutaan.

Kata Kunci: chemosis, trauma, kebutaan


Masalah: 1. Bagaimana mahasiswa memahami berbagai jenis trauma pada mata,
akibat yang dapat ditimbulkan dari masing-masing jenis trauma dan
pengelolaannya.
2. Bagaimana mahasiswa memahami masalah kebutaan dan dampak yang
ditimbulkannya

c. Peta Konsep:
TRAUMA

TRAUMA TRAUMA TRAUMA


MEKANIK KIMIA FISIKA

TRAUMA TRAUMA SINAR ULTRA


TAJAM BASA VIOLET

TRAUMA TRAUMA SINAR


TUMPUL ASAM RONTGEN

d. Materi
1. Ilmu Kesehatan Mata: ( 200 menit )
a. Trauma mekanik, trauma kimia, trauma fisika
b. Kebutaan
2. Radiologi: ( 100 menit )
Pemeriksaan radiologis untuk kelainan-kelainan di mata
3. Islam Disiplin Ilmu: ( 100 menit )
Ahlak terhadap pasien anak, remaja, dewasa dan orang tua

e. Pertanyaan minimal dan alternatif jawaban


1.Ada berapa jenis trauma yang anda ketahui?
Jawab : Dibagi menjadi :
 Trauma mekanik :
 Trauma tumpul
 Trauma tajam
 Trauma benda asing
 Trauma non mekanik
 Trauma kimia : trauma asam, basa
 Trauma radiasi : ultra violet, sinar Rontgen
 Trauma ledakan

2. Tindakan apa yang pertama kali harus anda lakukan bila ada trauma kimia?
Jawab: Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah mengencerkan bahan
kimia dengan cara irigasi dengan aquadest

3. Apakah reaksi kimia yang terjadi pada mata yang mengalami trauma asam
dan basa?
Jawab: Trauma basa lebih berbahaya karena bahan basa akan terjadi reaksi
saponifikasi antara basa dengan lemak yang dapat menghancurkan membran
sel dan meyebabkan perforasi. Pada truma asam, akan terjadi koagulasi yang
selanjutnya menghambat penetrasi bahan asam ke intraokuler
7. Bagaimana patogenesis terjadinya kerusakan bola mata yang terjadi akibat
trauma basa?
Jawab :

5. Berikan contoh – contoh bahan kimia yang sering menyebabkan trauma basa
dipakai dalam rumah tangga / industri!
6. Apa komplikasi dari trauma kimia tersebut?
Jawab:
 Symblepharon adalah perlekatan antara konjungtiva bulbi
dan konjungtiva palpebra
 Ankyloblepharon adalah perlekatan antara tepi palpebra atas
dan bawah.
 IIridocyclitis adalah radang pada iris dan corpus ciliare akibat
merembesnya (imbibisi) dari bahan kima tersebut

7. Bagaimana pengelolaan pasien dengan trauma kimia?


8. Pada trauma mekanik kemungkinan apa saja yang dapat terjadi pada mata.
Jawab:
1. Pada trauma mekanik karena benda tumpul dapat terjadi
Orbita
 Eksofthalmos
 Gangguan gerakan
 Hematom palpebra/ conjunctiva
 Fraktur rima orbita (dpt diraba)
 Fraktur dinding orbita
 enofthalmos
 N.optikus terjepit
 N.III, N.IV, NVI terjepit
Kelopak mata
 Hematom palpebra/ konjungtiva
 Ruptur palpebra, laserasi
Konjungtiva
 Khemosis
 Perdarahan konjungtiva
 Ruptur konjungtiva
Kornea
 Erosi kornea
 Ruptur kornea (iris prolaps)
 Edema kornea
Kelopak mata
 Hematom palpebra/ konjungtiva
 Ruptur palpebra, laserasi
Konjungtiva
 Khemosis
 Perdarahan konjungtiva
 Ruptur konjungtiva
Kornea
 Erosi kornea
 Ruptur kornea (iris prolaps)
 Edema kornea
Lensa
 Subluksasi lensa/ luksasi lensa
 Ruptur lensa
 Katarak traumatika
Segmen posterior
 Edema retina
 Perdarahan retina
 Ablatio retina
 Atrofi N.II
Perubahan tekanan bola mata
 Tekanan turun akibat ruptur kornea, sklera
 Tekanan naik (glaukoma sekunder) akibat hifema /
kerusakan struktur sudut iridokornealis

Kelainan gerakan mata


 Kelopak mata
 Lagophthalmos (N.VII)
 Ptosis (N.III)
 Bola mata
 Strabismus
 Diplopia

3. Pada trauma mekanik karena benda tajam, dapat terjadi


Kelopak mata
 Luka sayat
 Luka tusuk, tembus
Konjungtiva
 Perdarahan
 Ruptur
Kornea
 Ruptur kornea
 Luka tusuk kornea
Kamera okuli anterior
 Luka tembus kornea akan sebabkan kuman masuk
 Keruh o.k iridosiklitis akibat kuman masuk
Iris : iridoreksis & iridodialisa
Lensa : katarak traumatika
Retina : perdarahan retina
CV : perdarahan CV

9. Apa saja yang bisa terjadi pada trauma fisik?


Jawab :
Radiasi
 Keratitis phototophtalmia akibat sinar UV
 Katarak traumatika
 Radiasi rontgen
 Radiasi radioaktif
Ledakan
 Sama dengan trauma tumpul

12. Jelaskan pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita dengan


trauma mekanik!
Jawab :
Anamnesis :
 Periksa tajam penglihatan (utk Visum)
 Kacamata ? (sebelum trauma?)
 Proses terjadinya trauma
 Kapan terjadinya?
 Bendanya ?
 Arah datangnya
 Kecepatannya
 Besarnya
 Jenisnya
 Sudah diobati?

Pemeriksaan objektif
 Visus ( untuk keperluan visum )
 Orbita
 Kelopak mata
 Konjungtiva
 Kornea
 Kamera okuli anterior
 Pupil dan iris
 Lensa
 Fundus
 Tekanan bola mata
 Kelainan gerakan bola mata

13. Apa yang dimaksud kebutaan?


Jawab : Kebutaan adalah hilangnya fungsi penglihatan

14. Sebutkan urutan penyakit penyebab kebutaan di Indonesia :


Jawab :
1. Katarak ( 0,78 % )
2. Glaukoma ( 0,20 % )
3. Kelainan refraksi ( 0,14 % )
4. Kelainan akibat usia lanjut ( 0,38 % )

15. Sebutkan macam-macam jenis kebutaan.


Jawab :
Buta oftalmolosis visus = 0
Buta sosial ( WHO ) visus = 3/60

16. Apa sajakah akibat yang muncul akibat kebutaan?


 Produktivtas kerja
 Untuk pengobatan
 Mengganggu pekerjaan
 Beban & biaya hidup ª
 Untuk pengobatan
 Untuk perawatan
 Beban keluarga ª
 Penderita harus dibantu untuk kegiatan sehari-hari
 Beban pemerintah ª
 Harus sediakan fasilitas :
 Pendidikan khusus
 Lapangan kerja khusus

17. Bagaimana reaksi penderita terhadap kebutaan?


Stadium shock:
o Kejiwaan labil (bisa bunuh diri)
o Stadium depresi
o Perasaan menyalahkan
o Putus asa, ragu-ragu
o Ingin bunuh diri
Stadium menerima kecacatan:
 Bantuan untuk kondisi ini :
 Rehabilitasi lingkungan dng memberi semangat
hilangkan ketergantungan agar :
 Dapat berjalan sendiri
 Dapat mengurus diri sendiri
o Ambil makan sendiri
o Kekamar mandi sendiri
 Meningkatkan kepercayaan diri
 Dapat berkomunikasi
 Dapat hiburan cukup
 Hambatan :
 Hambatan untuk ubah kepribadian
 Pandangan irrasional thd buta
 Merasa rendah diri
 Masih tergantung orang lain

18. Jelaskan tentang rehabilitasi low vision ( visus 3/60 sampai 5/60 )
Jawab :
Tujuan
o Kembalikan ke masyarakat
o Kurangi beban keluarga dan masyarakat
o Berikan kepercayaan diri
Pelaksana
o Pemerintah (Departemen Sosial)
o Yayasan Darmais
o P.P.M.T (Bank Mata)

Cara :
o Tergantung umur kecerdasan penderita
o Memelihara dan meningkatkan kegunaan indera yang tersisa
 Orientasi perasaan
 Kenal benda & lingkungan
 Belajar huruf Braille
 Orientasi pendengaran
 Orientasi pembau
o Mendidik & memberikan lapangan kerja yang sesuai
o Pengobatan :
 Tergantung pada penyebab kebutaan (ada yang
bisa dioperasi)

19. Penatalaksanaan kebutaan


Jawab :
Ada yang tak dapat diatasi mis :
o Kebutaan karena glaukoma
o Kebutaan karena kelainan retina
o Karena diabetes mellitus
o Karena hypertensi
o Karena ablatio retina

Kebutaan yang masih dapat diatasi, karena :


o Kelainan cornea dng transplantasi cornea
o Katarak dengan operasi + lensa tanam
o Refraksi anomali dng koreksi + kaca mata

20. Jelaskan apa saja upaya kesehatan mata!


Jawab :
Upaya preventif
o Melalui pendidikan gizi
o Pemberian kapsul vitamin A
Upaya promotif
o Pendidikan tenaga medis
o Mencari kasus baru
o Meningkatkan sarana
Upaya kuratif
o Melalui pengobatan penyakit
o Kurangi gejala sisa
Upaya rehabilitatif
o Pendidikan khusus penderita (SLB)
o Pelatihan ketrampilan khusus
o Memberikan lapangan kerja khusus
Dilakukan melalui :
o Puskesmas
o Posyandu
o Rumah sakit
21. Jelaskan kebutaan akibat defisiensi itamin A :
Jawab :
f. Daftar pustaka :

1. Daniel Vaughan, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. General


Ophthalmology. Fifteenth edition, Appleton and Lange, San Fransisco,
USA. 1999
2. Chong-Lye Ang, et all, Clinical ophthalmology An Asian Perspective,
Apublication of Singapore National Eye Centre, Saunders Elsevier,
Singapore 2005.
3. Catalano, Robert, 1992, “ Ocular Emergency “, W.B Saunders Company,
Philadelphia
4. Gondowiarjo TD, Simanjuntak GW, 2006, “ Panduan Manajemen Klinis
Perdami “, Jakarta.
5. Renstra Penanggulangan Gangguan Penglihatan Dan Kebutaan Untuk
Mencapai Vision 2020. Depkes RI. 2003
6. Kuliah
7. Internet.
FOCAL ILLUMINATION
( PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR BOLA MATA )

Tujuan : Untuk memeriksa 1/3 anterior bola mata, dimulai dari supersilia, silia,
palpebra, konjungtiva, kornea, COA, iris, pupil dan lensa

Dasar : Melakukan inspeksi segmen anterior bola mata dengan pembesaran


sederhana dan penyinaran yang difokuskan. Sinar yang datang dari
sumber cahaya ( biasanya lampu pijar ) dikumpulkan menggunakan
condensing lens dan difokuskan pada objek yang akan diperiksa.
Dilakukan inspeksi objek yang diperiksa dengan menggunakan kaca
pembesar. Pemeriksaan dilakukan secara sistematis dan berurutan
Alat : - Lampu pijar
- Condensing lens
- Kaca pembesar

Teknik :- Lampu pijar diletakkan di samping depan penderita dan


menghadap ke arah penderita ( berjarak ± 50 cm )
- Sinar dari lampu pijar dikumpulkan dan difokuskan pada
objek
yang diperiksa dengan condensing lens
- Objek diperiksa dengan bantuan kaca pembesar

Nilai : Akan tampak seluruh bagian 1/3 anterior bola mata dan dilihat
kelainan yang ada

Catatan : Untuk memeriksa mata kanan sebaiknya lampu pijar diletakkan di


sebelah kanan depan penderita, dan sebaliknya
TES FLUORESIN PADA FUNGSI SISTEM LAKRIMAL

Tujuan : tes untuk melihat fungsi saluran ekskresi sistem lakrimal

Dasar : Air mata masuk hidung melalui sistem ekskresi lakrimal. Air mata dengan
fluoresin akan masuk kedalam sistem lakrimal dan telihat di hidung berwarna
hijau.

Alat : Zat warna fluoresin 2 %, kapas

Teknik :- Masukkan kapas basah ke dalam salah satu lobang hidung


- Fluoresin diteteskan pada satu mata sisi yang sama
- Penderita disuruh berkedip beberapa kali
- Pada akhir menit keenam disuruh bersin
- Terlihat kapas berwarna hijau

Nilai : Bila terlihat warna hijau pada kapas basah berarti sistem ekskresi lakrimal
baik.

Catatan : Pemeriksaan ini sederhana dan hanya dapat dilakukan untuk satu sistem
ekskresi lakrimal pada satu kali pemeriksaan.
TES SENSIBILITAS KORNEA
(REFLEKS KEDIP/REFLEKS KORNEA)

Tujuan : Tes untuk pemeriksaan fungsi saraf trigeminus yang memberikan sensibilitas
kornea.

Dasar : Mata akan terkedip bila terkena sinar kuat, benda yang mendekati mata
terlalu cepat, mendengar suara keras, adanya rabaan pada kornea dan
konjunctiva, sehingga dibedakan refleks taktil, optik dan pendengaran.
Refleks taktil kornea didapatkan melalui serabut aferen saraf trigeminus dan
serabut eferen saraf facial. Terdapat hubungan dengan korteks yang berupa
rasa sakit.

Alat : Kapas

Teknik : - Penderita disuruh melihat ke sisi yang berlawanan dari bagian kornea yang
akan di tes.
- Pemeriksa menahan kelopak mata penderita yang terbuka dengan jari
telunjuk dan ibu jari.
- Dari sisi lain (untuk mencegah terlihat) pilinan kapas digeser sejajar
dengan permukaan iris menuju kornea yang akan diperiksa.
- Diusahakan datang/mendekatnya kapas tidak disadari oleh penderita.
- Kapas ditempel pada permukaan kornea.
Dilihat: 1. Terjadinya refleks mengedip
2. Perasaan tidak enek oleh penderita yang dinyatakan dengan
perasaan sakit.
3. Timbulnya lakrimasi.

Nilai : Apabila terjadi refleks kedip berarti sensibilitas kornea baik dan fungsi
trigeminus normal.
Refleks berkedip menurun pada keratitis atau ulkus herpes simplek dan
infeksi herpes zoster.

Catatan: Adalah penting diketahui (karakteristik) hilangnya atau berkurangnya refleks


kedip yang dapat berarti adanya tumor pada sudut serebelopontin. Hal ini
penting karena refleks kornea hilang sebelum gejala kelainan gangguan saraf
trigeminus terlihat.
PENGUKURAN TEKANAN BOLA MATA
SECARA PALPASI

Tujuan : Untuk memeriksa tekanan bola mata dengan cepat yaitu dengan memakai
ujung jari pemeriksa tanpa memakai alat khusus (tonometer)

Dasar : Merupakan pengukuran tekanan bola mata dengan menekan bola mata
dengan jari pemeriksa.

Teknik : - Penderita disuruh melirik kebawah dengan posisi wajah menghadap lurus
kedepan
- Kedua jari telunjuk pemeriksa diletakkan pada kulit kelopak tarsus atas
penderita.
- Jari-jari lain bersandar pada dahi penderita
- Satu jari telunjuk mengimbangi tekanan sedang jari telunjuk yang lain
menekan bola mata.

Nilai : Dengan pengalaman sebelumnya dapat dinyatakan tekanan bola mata N,


N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3, yang menyatakn tekanan lebih tinggi
atau lebih rendah dari normal.

Catatan: Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai
atau dinilai seperti pada sikatrik kornea, kornea irreguler dan infeksi kornea.
Cara pemeriksaan ini memerlikan pengalaman pemeriksa karena terdapat
faktor subyektif.
OFTALMOSKOPI

Tujuan : Tes untuk melihat dan menilai kelainan dan keadaan pada fundus okuli.

Dasar : Cahaya yang dimasukkan kedalam fundus akan memberikan refleks fundus.
Gambaran fundus mata akan terlihat bila fundus diberi sinar.

Alat : Oftalmoskop

Teknik : - Mula-mula diputar roda oftalmoskop sehingga menunjukkan angka +12


dioptri
- Oftalmoskop diletakkan 10 cm dari mata penderita. Pada saat ini fokus
terletak pada kornea atau lensa mata.
- Bila ada kekeruhan pada kornea atau lensa mata akan terlihat bayangan
hitam pada dasar yang jingga.
- Selanjutnya oftalmoskop lebih didekatkan ke mata penderita dan roda lensa
oftalmoskop diputar, sehingga roda lensa menunjukkan angka mendekati
nol.
- Sinar difokuskan pada papil saraf optik
- Diperhatikan bentuk, warna, tepi, cup disk ratio dan pembuluh darah yang
keluar dari papil saraf optik
- Dilakukan pemeriksaan pada seluruh bagian retina
- Mata penderita disuruh melihat sumber cahaya oftalmoskop yang dipegang
pemeriksa, dan pemeriksa dapat melihat keadaan makula lutea penderita.

Nilai : Dapat dilihat keadaan normal maupun patologik pada fundus mata.

Catatan: Memeriksa mata kanan penderita dengan mata kanan pemeriksa, mata kiri
diperiksa dengan mata kiri.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan melebarkan pupil kecuali bila:
- Penderita pulang mengendarai mobil sendiri karena akan
menyebabkan silau akibat pupil midriasis.
- Penderita menderita glaukoma sudut sempit, yang sangat
berbahaya karena dapat memicu serangan akut.
First edition

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

MODUL 22
PENGLIHATAN

PETUNJUK PRAKTIKUM

Anda mungkin juga menyukai