Anda di halaman 1dari 136

PENDAHULUAN Modul XX II Medikolegal diberikan pada mahasiswa semester VI.

Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dari subsistem ini disajikan pada permulaan buku modul ini agar tutor dan mahasiswa dapat mengerti secara menyeluruh tentang konsep dasar mekanisme penyakit pada pediatric dan lansia yang akan didiskusikan. Modul bisa terdiri dari 6 (enam) skenario yang menunjukkan beberapa tanda & gejala klinik serta faktor-faktor risiko yang bisa ditemukan pada beberapa penyakit. Diskusi bukan hanya difokuskan pada inti permasalahan tetapi juga akan dibicarakan semua hal yang ada hubungannya dengan hal tersebut. Mahasiswa harus mampu menjelaskan semua aspek tentang proses pengaturan diuresis normal, perubahan saluran kemih akibat penuaan, penyebab dan tipe-tipenya, serta penatalaksanaan inkontinensia urin yang sering dialami oleh pasien Geriatri/Usia Lanjut. Diskusi kelompok harus mengikuti 7 langkah pemecahan masalah yang akan diberikan pada petunjuk selanjutnya.Sebelum menggunakan buku ini, Tutor dan Mahasiswa harus membaca TIU dan TIK sehingga diharapkan diskusi tidak menyimpang dari tujuan, dan dapat dicapai kompetensi minimal yang diharapkan. Peranan Tutor dalam mengarahkan tutorial sangat penting. Bahan untuk diskusi bisa diperoleh dari bahan bacaan yang tercantum pada akhir setiap unit. Kemungkinan seorang ahli dapat memberikan kuliah dalam pertemuan konsultasi antara kelompok mahasiswa peserta diskusi dengan ahli yang bersangkutan yang bisa diatur dengan dosen yang bersangkutan.

SASARAN PEMBELAJARAN SASARAN PEMBELAJARAN UMUM

Pada akhir modul XX, mahasiswa semester VI FK UNAYA diharapkan mampu melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, menegakkan

diagnose, penatalaksanaan terapetik dan preventif secara rasional, holistic dan professional terhadap yang berhubungan dengan Medikolegal.

SASARAN PEMBELAJARAN KHUSUS Mahasiswa mampu melakukan penilaian pada kasus Medikolegal secara efektif (SL)

Mampu melakukan informed consent secara lisan dan tulisan (SL) Mahasiswa mampu menggali dan mencatat rekam medis pasien (SL) Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisa pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dalam rangka menegakkan diagnose (T & K)

Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga secara holistik, komprehensif, koordinatif, kolaboratif, dan bersinambung dalam mengelola penyakit yang berhubungan dengan Medikolegal. (T & K)

Mahasiswa mampu mengidentifkasi peraturan-peraturan yang mengatur profesi dan jabatan dokter (T&K)

Mahasiswa mampu mengidentifkasi indikasi dilakukan visum et repertum dan menjelaskan hasilnya(T,K&SL).

Mahasiswa mampu mengidntifikasi pihak-pihak yang berwewenang dalm membuat VeR (T&K)

Mahasiswa mampu mengidentifikasi peranan komite etik dalam praktek kedokteran (T&K)

Mahasiswa mampu mengidentifikasi isu-isu legal dalam praktek kedokteran (UU praktek kedokteran, Medical council, IDI, Perda yang berkaitan dengan praktek kedokteran) (T,K & SL)

Mahasiswa mampu memahami UU kesehatan RI (T&K).

AREA KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI OLEH MAHASISWA : Area 1 : Komunikasi Efektif 1. Mampu Menyimpulkan kembali masalah pasien, kekhawatiran maupun harapanya.

2. Mampu mengunakan open-ended maupun closed question dalam mengali informasi (move from opening to closed question properly) 3. Meminta penjelasan pada pasien terhadap pernyataan (statement) yang kurang dimengerti Area 2 : Keterampilan Klinis 1. Menemukan tanda-tanda fisik dan membuat rekam medis dengan jelas dan benar 2. Menetukan pemeriksaan penunjang untuk penanpisan penyakit. 3. Memilih prosedur kedaruratan Klinis sesuai kebutuhan pasien atau menetapkan rujukan. Area 3 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran 1. Menjelaskan tujuan pengobatan secara fisiologis dan molekuler 2. Menjelaskan perubahan proses patofisiologis setelah pengobatan 3. Menjelaskan bahwa kelainan dipengaruhi oleh tindakan 4. Menjelaskan parameter dan indikator keberhasilan pengobatan. 5. Menjelaskan perlunya evaluasi lanjutan pada penanganan penyakit. Area 4 : Pengelolaan Masalah Kesehatan 1. Menginterpretasi data klinis dan merumuskannya menjadi diagnosis sementara dan diagnosis banding 2. Menjelaskan penyebab, patogenesis, serta patofisiologi suatu penyakit. Area 5 : Pengelolaan Informasi Menerapkan keterampilan dasar pengelolaan informasi untuk menghimpun data relavan menjadi arsip pribadi. Area 6 Mempertimbangkan aspek etis dan moral dalam hubungan dengan petugas kesehatan lain, serta bertindak secara profesional.

DAFTAR MASALAH YANG SERING DIJUMPAI Dalam melaksanakan praktik kedokteran, dokter berangkat dari keluhan atau masalah pasien atau masalah klien. Melalui penelusuran riwayat penyakit,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan, serta karakteristik pasien, keluarga dan lingkungannya, dokter melakukan analisis terhadap masalah kesehatan tersebut untuk kemudian menentukan tindakan dalam rangka penyelesaian masalah tersebut. Daftar ini berisikan masalah, keluhan atau gejala yang banyak dijumpai pada tingkat pelayanan kesehatan primer berdasarkan alasan yang membawa pasien atau klien mendatangi dokter atau pelayanan kesehatan. Selama pendidikan dokter, mahasiswa perlu dipaparkan pada berbagai masalah, keluhan atau gejala tersebut, serta perlu dilatih bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Semakin banyak terpapar oleh berbagai jenis masalah, keluhan atau gejala yang akan dijumpai di pelayanan kesehatan primer, lulusan dokter diharapkan memiliki kemampuan penyelesaian masalah yang lebih baik. Daftar masalah ini dibagi menjadi dua, yaitu daftar masalah individu dan daftar masalah komunitas. Daftar masalah individu perlu dikuasai oleh lulusan dokter, karena merupakan masalah dan keluhan yang paling sering dijumpai pada tingkat pelayanan kesehatan primer. Daftar masalah individu berisikan keluhan, gejala maupun hal-hal yang membuat individu sebagai pasien atau klien mendatangi dokter atau institusi pelayanan kesehatan. Daftar masalah komunitas berisikan daftar masalah yang dirasakan oleh masyarakat di sekitar tempat dokter praktik dan berpotensi dapat

menimbulkan masalah kesehatan di ingkat individu, keluarga dan masyarakat. Daftar ini tidak menunjukkan urutan prioritas masalah kesehatan.

Topik Tree Penyidik Dokter

Korban

Pemeriksaan post mortem

Penuntut Hukum Tanda sekunder . Lebam mayat Sebab kematian - Pembunuhan - Bunuh diri - Penembakan, dll.

a. Kaku Mayat b. Penurunan suhu c. Pembusukan d. Adiposa e. Mumifikasi

Hasil pemeriksaan

Hakim

FORMAT AKTIVITAS BELAJAR Aktifitas belajar dirancang dalam bentuk PBL (Problem Based Learning) dengan beberapa aktivitas belajar dipersiapkan untuk mencapai kompetensi pada modul ini berupa : 1. Kuliah pakar 2. Diskusi Tutorial 3. Skill Lab 4. Belajar Mandiri 5. Konsultasi Pakar Ad. 1. Kuliah Pakar Kuliah pakar diberikan oleh seseorang yang dianggap memiliki kompetensi akademik dalam bidang yang menjadi topik masalah yang dibahas dalam diskusi dan tutorial. Kuliah pakar seminggu dapat berlangsung 2-5 kali, diruang kuliah. Kuliah pakar ini dikemas dalam bentuk komunikasi dua arah. Kuliah pakar akan sangat membantu mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan yang didapatkanya melalui proses belajar mandiri, praktikum maupun diskusi. Kuliah kuliah dalam Modul XXII ini adalah : No 1. 2. Judul Kuliah Introduksi Modul XXII Autopsi Bagian MEU Ilmu Kedokteran Kehakiman 3. Tanatologi Ilmu Kedokteran Kehakiman 4. Visum et Repertum Ilmu Kedokteran Kehakiman 5. Traumatologi Forensik Ilmu Kedokteran Kehakiman 6. Cause of Death Ilmu Kedokteran Kehakiman Pemberi Kuliah Dr. Chairul Zulfi, M.Si Dr. Reinhard J.D

Hutahaean, SH SpF Dr. Reinhard J.D

Hutahaean, SH SpF Dr. Reinhard J.D

Hutahaean, SH SpF Dr. Reinhard J.D

Hutahaean, SH SpF Dr. Reinhard J.D

Hutahaean, SH SpF

7.

Informed

Conset

dan

Ilmu Kedokteran Kehakiman

Dr. Chairul Zulfi, MSi

Rekam Medik 8. Hubungan Pasien 9. Perlindungan Hukum dalam praktek kedokteran 10. Organisasi Kesehatan Dokter dan

Ilmu Kedokteran Kehakiman Ilmu Kedokteran Kehakiman Ilmu Kedokteran Kehakiman

Dr. Chairul Zulfi, MSi

Dr. Chairul Zulfi, MSi

Dr. Chairul Zulfi, MSi

11

Sumpah Dokter

Ilmu Kedokteran Kehakiman

dr. Arif Fadillah, Sp.PDFINASIM dr. Arif Fadillah, Sp.PDFINASIM Dr. Reinhard J.D

12.

Malpraktek dan kesalahan prosedur

Ilmu Kedokteran Kehakiman Ilmu Kedokteran Kehakiman

13.

Asfiksia Mekanik

Hutahaean, SH SpF Dr. Reinhard J.D

14

Toksikologi

Ilmu Kedokteran Kehakiman

Hutahaean, SH SpF Dr. Chairul Zulfi, MSi

15.

Pleno

Penangung Jawab Modul

Ad. 2 Diskusi Tutorial Pra tutorial 1. Mempelajari dengan seksama modul ini termasuk TIU dan TIK 2. Jika ada materi yang tidak jelas mohon ditanyakan pada dosen pengampu (nama, no telfon setiap dosen pengampu terlampir) 3. Membuat rencana pembelajaran 4. Membuat tabulasi penyakit penyakit yang menyebabkan produksi kurang dan menghubungkannya dengan kata kunci 5. Mengecek kelengkapan ruang tutorial Tutorial tahap 1 1. Membantu mahasiswa menunjuk ketua dan sekertaris kelompok

2. Memfasilitasi diskusi agar berjalan sesuai urutannya yaitu : Menyusun kata kunci Membahas TIU dan TIK Membuat daftar pertanyaan sebanyak banyaknya yang diarahkan ke TIK Menjawab pertanyaan-pertanyaan Membuat tabulasi penyakit penyakit yang menyebabkan kencing kurang dan menghubungkannya dengan kata kunci Membuat tujuan pembelajaran selanjutnya Membagi tugas pencarian informasi berdasarkan jenis penyakit yang menimbulkan kencing kurang 3. Melakukan penilaian untuk mahasiswa dan menandatanganinya 4. Mengecek kehadiran mahasiswa dan menandatangani daftar hadirnya 5. Mengingatkan mahasiswa agar pertemuan selanjutnya masing masing sudah mengisi lembaran kerja Tutorial tahap 2 6. Mengecek apakah mahasiswa datang dengan membawa lembaran kerjanya 7. Memfasilitasi diskusi agar berjalan sesuai urutannya yaitu : Melaporkan informasi tambahan yang baru diperolehnya Mahasiswa mendiskusikan satu persatu penyakit yang bergejala utama produksi kencing kurang, etiologinya, patomekanismenya, cara mendiagnosis (anamnesis, inspeksi, palpasi perkusi dan auskultasi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaannya. Mahasiswa menganalisa kembali tabulasi yang dibuat berdasarkan setiap penyakit dan kata kunci. Mengurutkan penyakit mulai dengan diagnosis terdekat sampai diagnosis yang terjauh Tutor menanyakan beberapa pertannyaan mendasar yang perlu diketahui mahasiswa dan mendiskusikannya

Mahasiswa membuat tujuan pembelajaran selanjutnya dengan mencatat pertanyaan yang belum terjawab untuk dicari pada perpustakaan, ditanyakan langsung kepada dosen pengampu atau ditanyakan dalam diskusi panel.

8. Membuat penilaian terutama saat mahasiswa melaporkan informasi yang diperoleh. 9. Mengecek kehadiran mahasiswa dan menandatangani daftar hadirnya Saat Panel Diskusi 1. Wajib mengikuti diskus panel 2. Membuat penilaian pada penampilan, cara menjawab, isi jawaban dan lain-lain pada mahasiswa yang melapor atau menjawab pertanyaan. Setelah satu Seri Tutorial Selesai 1. Mengumpulkan semua absensi kelompok di Koordinator PBL 2. Membuat penilaian ahir: dari semua nilai 3. Memeriksa laporan mahasiswa bersama nara sumber Tugas dan Kewajiban Mahasiswa Tugas Untuk Mahasiswa 1. Setelah membaca dengan teliti skenario di atas, mahasiswa mendiskusikannya dalam satu kelompok diskusi yang terdiri dari 12-15 orang, dipimpin oleh seorang ketua dan sekretaris yang dipilih oleh mahasiswa sendiri. Ketua dan sekretaris ini sebaiknya berganti-ganti pada setiap kali diskusi. Diskusi kelompok ini bisa dipimpin oleh tutor atau secara mandiri 2. Melakukan aktivitas pembelajaran individual di perpustakaan dengan menggunakan buku ajar, majalah, slide, tape atau video, dan internet, untuk mencari informasi tambahan. 3. Melakukan diskusi kelompok mandiri (tanpa tutor), melakukan curah

pendapat bebas antar anggota kelompok untuk menganalisa dan atau mensintese informasi dalam menyelesaikan masalah. 4. Melakukan penilaian atas pelaksanaan tutorial pada umunya dan kinerja tutor

5. Melakukan penilaian atas kinerja mahasiswa lain dalam kelompoknya. 6. Berkonsultasi pada nara sumber yang ahli pada permasalahan dimaksud untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam (tanya pakar). 7. Mengikuti kuliah khusus (kuliah pakar) dalam kelas untuk masalah yang belum jelas atau tidak ditemukan jawabannya.. 8. Melakukan praktikum di laboratorium Anatomi dan Histologi. 9. Melakukan latihan di Laboratorium Keterampilan Klinik Dalam semua aktivitas mahasiswa diharuskan memakai Name tag dan mematuhi semua tata tertib yang ada. PROSES PEMECAHAN MASALAH Dalam diskusi kelompok, mahasiswa memecahkan problem yang terdapat dalam skenario ini, dengan melakukan 7 langkah di bawah ini : 1. Klarifikasi isitilah yang tidak jelas dalam skenario di atas dan tentukan

minimal 5 kata kunci. 2. Identifikasi problem pertanyaan mendasar. 3. Analisa problem-problem tersebut dengan brain storming menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. 4. Urutkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas. 5. Tentukan tujuan pembelajaran selanjutnya yang ingin dicapai oleh mahasiswa atas kasus di atas. Langkah 1 sd 5 dilakukan dalam diskusi pertama bersama tutor. 6. Cari informasi tambahan tentang kasus di atas di luar kelompok tatap muka. Langkah 6 dilakukan dengan belajar sendiri-sendiri atau diskusi berkelompok tidak dengan tutor. 7. Laporkan ditemukan. Langkah 7 dilakukan dalam kelompok diskusi dengan tutor. hasil diskusi dan sintesis informasi-informasi yang baru penting dalam skenario di atas, dengan membuat

10

Bila pada pelaporan masih ada pertanyaan-pertanyaan yang masih membutuhkan informasi baru maka proses 6 diulangi lagi dan seterusnya. Penjelasan : Bila dari hasil evaluasi laporan kelompok ternyata masih ada

informasi yang diperlukan untuk sampai pada kesimpulan akhir, maka proses 6 bisa diulangi, dan selanjutnya dilakukan lagi langkah 7. Kedua langkah diatas bisa diulang-ulang di luar tutorial, dan setelah informasi dirasa cukup maka pelaporan dilakukan dalam diskusi akhir, yang biasanya dilakukan dalam bentuk diskusi panel dimana semua pakar duduk bersama untuk memberikan penjelasan atas hal-hal yang belum jelas. Jadwal Kegiatan Sebelum dilakukan pertemuan antara kelompok mahasiswa dan tutor, mahasiswa dibagi menjadi kelompok-kelompok diskusi yang terdiri dari 15-17 orang tiap kelompok. 1. Pertemuan pertama dalam kelas besar dengan tatap muka satu arah untuk penjelasan dan tanya jawab. Tujuan : menjelaskan tentang modul dan cara menyelesaikan modul, dan membagi kelompok diskusi. Pada pertemuan pertama buku modul dibagikan. 2. Pertemuan kedua : diskusi tutorial 1 dipimpin oleh mahasiswa yang terpilih menjadi ketua dan penulis kelompok, serta difasilitasi oleh tutor Tujuan : * * * Memilih ketua dan sekretaris kelompok, Brain-storming untuk proses 1 5, Pembagian tugas

3. Pertemuan ketiga: diskusi tutorial 2 seperti pada tutorial 1. Tujuan: untuk melaporkan informasi baru yang diperoleh dari pembelajaran mandiri dan melakukan klassifikasi, analisa dan sintese dari semua informasi. 4. Anda belajar mandiri baik sendiri-sendiri. Tujuan: untuk mencari informasi baru yang diperlukan,

11

5. Diskusi mandiri; dengan proses sama dengan diskusi tutorial. Bila informasi telah cukup, diskusi mandiri digunakan untuk membuat laporan penyajian dan laporan tertulis. Diskusi mandiri bisa dilakukan berulang-ulang diluar jadwal. 6. Pertemuan keempat: diskusi panel dan tanya pakar. Tujuan: untuk melaporkan hasil analisa dan sintese informasi yang ditemukan untuk

menyelesaikan masalah pada skenario. Bila ada masalah yang belum jelas atau kesalahan persepsi, bisa diselesaikan oleh para pakar yang hadir pada pertemuan ini. Laporan penyajian dibuat oleh kelompok dalam bentuk sesuai urutan yang tercantum pada buku kerja. 7. Masing-masing mahasiwa kemudian diberi tugas untuk menuliskan laporan tentang salah satu penyakit yang memberikan gambaran seperti pada skenario yang didiskusikan pada kelompoknya. Laporan ditulis dalam bentuk laporan penyajian dan laporan lengkap. 8. Pertemuan terakhir: laporan kasus dilakukan dalam kelas besar oleh masingmasing mahasiswa. Ad. 3. Skill Lab Skill Lab dilakukan di ruangan skill lab yang terkait dengan modul I, dimana setiap kelompok akan di bimbing oleh 1 orang instruktur yang telah ditunjuk. Skill lab dalam modul I terdiri sebanyak 5 kali dimana sklil lab dimulai pada minggu pertama modul I dan berakhir padan minggu ke lima modul I. Minggu Materi Skill Lab Ke-II VeR Korban Meninggal Jenis Demo Belajar Mandiri Evaluasi 2x50 menit 10 Klp Waktu KLP

Ke-III

VeR Korban Luka

Demo

2x50 menit

10 Klp

12

Ke-IV Bad Delivery News Ke-V Pasien Safety

Belajar Mandiri Evaluasi Demo Belajar Mandiri Evaluasi Demo Belajar Mandiri Evaluasi 2x50 menit 10 Klp 2x50 menit 10 Klp

Ad. 4. Belajar Mandiri Pada format belajar mandari ini diharapkan mahasiswa mampu untuk mencari, memahami, mensitesa serta merekontruksi pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Belajar mandiri terdiri dari 50 dari total waktu belajar, yaitu 20-25 jam dalam seminggu (waktu belajar seminggu 45 jam). Belajar mandiri merupakan format utama dalam PBL. Topic-topik yang perlu dipelajari secara mandiri dapat dilihat pada topic tree.

Ad. 5. Konsultasi Pakar Konsultasi pakar bertujuan untuk membantu mahasiswa yang menghadapi kesulitan dalam memahami materi yang ada maupun tidak terdapat dalam materi kuliah. Konsultasi pakar dapat dilakukan dengan membuat janji dengan pakar untuk waktu konsultasi yang diketahui oleh pihak Medical Education Unit (MEU).

13

Tim Pakar dalam modul ini adalah : No 1. Dr. Nama Arief fadillah, Sp.PD Bagian ILMU PENYAKIT DALAM MEU KURIKULUM/MEU 081688889 085260044239 HP 08126914937

FINASIM 2. 3. Dr. Chairul Zulfi, M.SI Dr. Said Aandy saida

PENILAIAN Modul ini mempunyai kompentensi sedang dengan penilaian : 1. Nilai proses 40% teridir atas a. Tutorial 20 % (Pertemuan 15% dan Log Book 5%) b. Skill Lab 20 % 2. Nilai Ujian Akhir Modul 60%

14

SKENARIO 1 Korban Genk Motor Pada suatu malam di sebuah tempat yang sangat gelap, Tn. Ziyaudin, 24 tahun melewati sebuah jalan raya dan melihat perkelahian oleh sekelompok genk motor terhadap petugas Pom Bensin. 15 menit kemudiaan ternyata petugas ditemukan dalam keadaan tak bernyawa, Tn Ziyaudin binggung untuk melakukan tindakan apa, dengan saran masyarakat agar melaporkan kasus tersebut ke kantor polisi. Setelahpolisi tiba di TKP, pihak kepolisian dengan tim Forensik melakukan olah TKP dan membawa jenazah ke Rumah Sakit Negeri Zainal Abidin untuk dilakukan Autopsi dalam untuk melihat perkara yang sebenarnya terjadi dan mencari barang bukti untuk proses penengakan hukum. Tn. Ziyaudin binggung kenapa petugas pom bensin tersebut dibawa oleh pihak kepolisian dan petugas yang berpakaian putih ke rumah sakit. Padahal pasien sudah tidak bernyawa bukan untuk diantarkan ke keluarganya langsung untuk dikuburkan. Learning Objectives Mahasiswa Mampu 1. Menjelaskan tentang Ilmu Forensik dan Ilmu-ilmu yang terkait lainnya 2. Menjelaskan tentang Prinsip dasar ilmu Forensik 3. Menjelaskan tentang Definisi serta klasifikasi Autopsi 4. Menjelaskan tentang Aspek Medikolegal pada ilmu forensik 5. Menjelaskan Tentang Tanatologi dan prinsipnya 6. Menjelaskan tentang manfaat ilmu forensic dan tanatologi

15

PANDUAN TUTOR GUIDE SKENARIO 1 Langkah 1 (identifikasi Istilah) Istilah-istilah dalam skenario ini mencakup : Tanatologi Forensik PostMortem Antenatal Care

Langkah 2 (identifikasi masalah) Beragam masalah dapat dikemukanan mahasiswa. Tutor sebaiknya mengarahkan mahasiswa untuk mengemukakan masalah berdasarkan konsep yang telah dikemukakan pada langkah 1. Bila ada masalah baru yang relevan namun tidak berdasarkan konsep yang ada, mahasiswa sebaiknya diarahkan untuk

mengemukakan konsep yang relevan yang berdasarkan masalah tersebut. Adapun beberaptugas tersebut ke rumah sakit?a masalah yang mungkin dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Apa Yang menyebabkan petugas tersebut tidak bernyawa? 2. Kenapa tim forensik terjun ke TKP? 3. Apa tujuan di lakukan pemeriksaan Autopsi? 4. Apa yang dimaksud dengan Postmortem? 5. Apa Tujuan dibawa mayat ke rumah sakit? Langkah 3 (Analisa Masalah) Pada langkah ini, mahasiswa akan mendiskusikan berbagai masalah yang dikemukakan pada langkah 2. Barbagai pernyataan yang dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada pernyataan yang tidak relevan dengan jalannya diskusi, tutor dapat melakukan salah satu dari dua hal berikut : Membiarkan diskusi terus mengalir sehigga mahasiswa menyadari kekeliruan dari pernyataanya. Mengarahkan diskusi sehingga mahasiswa menyadari sendiri kekeliruan pernyataanya, tanpa menyatakan bahwa mahasiswa tersebut salah.

16

Harus diingat, bahwa langkah 3 tidak harus menghasilkan suatu jawaban yang benar. Berbagai pernyataan yang dikemukakan mahasiswa adalah berdasarkan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya, dan diskusi ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui, hal-hal apa yang telah mereka kuasai dan hal-hal apa saja yang belum dikuasai. Denga mengetahui hal-hal tersebut, mahasiswa dapat memperoleh gambaran tentang hal-hal apa saja yang masih harus dipelajari. Langkah 4 ( Strukturisasi ) Dalam langkah ini mahasiswa akan membuat sebuah struktur berdasarkan diskusi di langkah 3. Struktur harus relevan dengan konsep-konsep di langkah 1, masalahmasalah dilangkah 2 dan diskusi di langkah 3. Langkah 5 ( Identifikasi Tujuan Belajar ) Dalam langkah ini mahasiswa akan menyusun learning objective (LO), yang mencakup hal-hal yang ingin dipelajari oleh mahasiswa berdasarkan diskusi yang telah dilakukan. Adapun beberapa learning objective yang mungkin dikemukakan oleh mahasiswa adalah sbb : 1. Hal-hal yang belum tuntas ketika di langkah 3 2. Dan LO yang terdapat di bawah skenario 1 pada buku tutor Perlu diingat, bahwa yang dikemukakan diatas adalah beberapa LO dasar yang diharapkan akan dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada LO tambahan yang mencerminkan rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa, maka hal tersebut sangat dapat diterima. Langkah 6 (Belajar Mandiri) Dalam hal ini mahasiswa melakukan kegiatan akademik secara mandiri Langkah 7 ( Presentasi hasil belajar mahasiswa ) Dalam langkah ini mahasiswa akan mempresentasikan hal-hal yang telah dipelajari dalam masa belajar mandiri ( yang mencakup kehadiran di kuliah pakar, konsultasi pakar, studi literature, dsb ). Sebagai bahan pegangan untuk tutor dapat dilihat pada tulisan berikut.

17

ILMU KEDOKTERAN FORENSIK Cabang ilmu Kedokteran yang semula bernama Medicolegal Science di berbagai negara namanya disesuaikan. Dalam perkembangannya muncul istilah Forensic Medicine. Forensic berasal dari kata forum, yaitu tempat berlangsungnya siding peradilan pada zaman Romawi, dan medicine berarti kedokteran. Istilah lain yang dipakai ialah Legal medicine, Medical Jurisprudence, Gerichtliche Medizine, Gerechtelijke Geneeskunde, Medicine Forensic, Medico-Legal dan lain-lain adalah padanan kedokteran. Pasca kemerdekaan para pakar di bidang medicolegal science sepakat menggantinya penyesuaian menjadi ilmu Dokter Kehakiman, kemudian mengalami penyesuaian menjadi ilmu Kedokteran Kehakiman. Istilah ini dipakai hingga sekarang. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang berlaku sejak tanggal 31 Desember 1981 memakai istilah Kedokteran Kehakiman dalam pasal-pasalnya. Sejak awal tahun 1990 para ahli ilmu Kedokteran Kehakiman di Indonesia, mulai mempopulerkan nama ilmu Kedokteran Forensik. Ahli dalam bidang ini merasa lebih tepat memakai istilah Kedokteran Forensik ketimbang Kedokteran Kehakiman. Alasannya antara lain : tidak semua bantuan yang diberikan akan sampai ke pengadilan (kehakiman), sebagian hanya sampai di tingkat penyidikan, di samping itu pemakaian istilah kehakiman dapat menyesatkan, karena sebutan dokter kehakiman dapat menimbulkan asosiasi sebagai dokter yang bekerja di Departemen Kehakiman. Spesialisasi dalam bidang ini disebut Spesialis Kedokteran Forensik atau disingkat Spesialis Forensik (Sp.F). Cabang-cabang ilmu forensik lainnya adalah: kedokteran forensik, toksikologi forensik, odontologi forensik, psikiatri forensik, entomologi forensik, antrofologi forensik, balistik forensik, fotografi forensik, dan serologi / biologi molekuler forensik. Biologi molekuler forensik lebih dikenal dengan DNA-forensic. Ada berbagai pengertian yang dikemukan oleh ahli Kedokteran Forensik, di antaranya Sidney Smith mendefinisikan yaitu ilmu Kedokteran Forensik merupakan kumpulan ilmu pengetahuan medis yang menunjang pelaksanaan penegak hukum. Simpson K. mendefinisikan yaitu terjemahan bebasnya ialah ilmu kedokteran yang berhubungan dengan pengeluaran surat-surat keterangan untuk orang hidup maupun mati demi kepentingan hukum, mempelajari kematian tiba-tiba, karena kekerasan atau kematian yang mencurigakan sebabnya, penyidikan tindakan kriminal secara ilmiah, hal-hal yang berhubungan dengan penyidikan, kesaksian, etika kedokteran dan sebagainya. Jaising P. Modi dalam bukunya Medical Jurisprudence and Toxicology yang sudah dicetak ulang puluhan kali sesudah penerbitan pertama tahun 1920 menyatakan cabang ilmu Kedokteran yang menggunakan prinsip-prinsip dan pengetahuan kedokteran untuk membantu proses hukum, baik sipil maupun kriminal.

18

AUTOPSI
Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya sedera, melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian. Berdasarkan tujuannya autopsy terbagi atas : 1. autopsi klinik Dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga terjadi akibat suatu penyakit. Tujuannya untuk menentukan peneyebab kematian yang pasti, menganalisis kesesuaian antara diagnosis klinis dan diagnosis postmortem, patogenesis penyakit, dan sebagainya. Untuk autopsi ini mutlak diperlukan izin keluarga terdekat mayat tersebut, sebaiknya autopsi klinik dilakukan secara lengkap, namun dalam keadaan amat memaksa dapat dilakukan juga autopsy parsial atau needle necropsy terhadap organ tertentu meskipun pada kedua keadaan tersebut kesimpulannya sangat tidak akurat. 2. Autopsi forensic / medikolegal Dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar seperti pada kasus kecelakaan, pembunuhan, maupun bunhu diri. Tujuan pemeriksaan autopsy forensic adalah : 1.1 Membantu menentukan identitas mayat 1.2 Menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian, dan saat kematian. 1.3 Mengumpulkan dan memeriksa benda bukti untuk penentuan identitas benda penyebab dan pelaku kejahatan. 1.4 Membuat laporan tertulis yang obyektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum et repertum Autopsi forensik harus dilakukan sedini mungkin, lengkap, oleh dokter sendiri, dan sedini mungkin. 3. autopsy Anatomi dilakukan terhadap mayat korban meninggal akibat penyakit, oleh mahasiswa kedokteran dalam rangka belajar mengenai anatomi manusia, untuk autopsy ini diperlukan izin dari korban (sebelum meninggal) atau keluarganya. Dalam keadaan darurat, jika dalam 2 x 24 jam seorang jenazah tidak ada keluarganya maka tubuhnya dapat dimanfaatkan untuk autopsi anatomi.

19

TIPE AUTOPSI Berdasar konvensi medik dan system legal dari negara-negara, secara umum ada 2 tipe autopsi yaitu : 1) Kematian non kriminal seperti kecelakaan, bunuh diri, kematian karena bencana alam atau yang berhubungan medis dan operasi, kematian industri dan lain-lain 2) Autopsi forensik untuk suspek pembunuhan, biasanya pada investigasi polisi, kematian ini terdiri dari pembunuhan , pembunuhan orang dewasa, pembunuhan bayi dan kategari lain dari berbagai macam hukum yang berbeda. Tipe ahli patologi berbeda kategorinya dari suatu tempat dengan tempat lain dalam sistem yang berbeda. Yang terpenting adalah ahli patologi harus dilatih dan berpengalaman. Beberapa negara dibedakan praktisi forensik patologi dengan orang yang mengajar di Universitas sehingga tidak mudah untuk menjadi pengajar yang baik dan dapat dipercaya kecuali jika praktek langsung pada subjek. Medikolegal autopsi oleh dokter tidak terlatih tidak menguntungkan sangat penting untuk mendukung berjalannya hukum dan administrasi keadilan. Dasar Hukum Pasal 133, KUHAP Bila yang diperiksa adalah manusia sebagai korban atau diduga sebagai korban suatu pidana baik hidup ataupun mati. Ayat 1 : Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan mengenai seseorang korban baik luka, keracunan ataupun mati nyang diduga karena peristiwa yang merupakan tinfdakan pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Ayat 2 : Permintaan keterangan ahlisebagaiman dimadsud dalam ayat 1 dilakukan secara tertulis yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. Ayat 3 : Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat diberi cap jabatan yang dilekaktkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

20

Pasal 134, KUHAP 1. Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban 2. Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelasjelasnya tentang madsud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut. 3. Apabila dalam waktu dua hari tidak adatanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimadsud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini. Pasal 6 Bila ada keluarga korban/mayat keberatan jika diadakan bedah mayat, maka adalah kewajiban petugas polisi pemeriksa untuk secara persuasive memberikan penjelasan tentang perlunya dan pentingnya autopsy untuk kepentingan penyelidikan. Kalo perlu bahkan ditegakkannya pasal 222 KUHP. PROSEDUR AUTOPSI Banyak aspek dari autopsi pada setiap kematian, hal ini akan dibahas berdasarkan semua hal yang bermakna dari barang. Tujuan dari Sebuah Autopsi : a. Membuat identifikasi dari tubuh memperkirakan ukuran, fisik dan perawatan b. Menetapkan sebab kematian c. Menetapkan cara kematian dan waktu kematian yang penting dan mungkin d. Untuk mendemonstrasikan segala kelaian luar dan dalam, malformasi dan penyakit e. Mendeteksi, menggambarkan dan mengukur luka luar dan luka dalam f. Mendapatkan sampel untuk analisis, pemeriksaan mikrobiologi dan histologi dan infestigasi penting lainnya g. Menahan organ dan jaringan yang relevan sebagai bukti h. Mendapatkan foto dan video untuk keterangan dan pendidikan i. Menyediakan laporan tertulis yang lengkap untuk temuan otopsi j. Memberikan interpretasi ahli terhadap semua yang ditemukan k. Memperbaiki kondidi tubuh, sebelum diberikan kepada keluarga. Persiapan Sebelum melakukan Autopsi 1. Melengkapi suratsurat yang berkaitan dengan autopsy yang akan dilakukan, termasuk surat izin keluarga, surat permintaan pemeriksaan atau pembuatan Visum Et Repertum. 2. Jenis pemeriksaan mayat yang diminta

21

3. Memastikan mayat yanga akan di autopsy adalah mayat yang dimadsud dalam surat tersebut. 4. Lebel identitas pada mayat 5. Mengumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya kematian selengkap mungkin untuk membantu memberi petunjuk pemeriksaan dan jenis pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan. 6. Memastikan alatalat yang diperlukan. Bedah Mayat Ada satu hal yang perlu dikemukan untuk meluruskan salah pengertian yang sering dipakai banyak orang, yaitu menyamakan ilmu Kedokteran Forensik dengan ilmu Bedah Mayat. Perkiraan demikian mungkin berangkat dari kenyataan, bahwa bagian ilmu Kedokteran Forensik yang berada di rumah sakit umumnya melayani pemeriksaan bedah mayat, atau karena dokter yang bekerja di bagian Kedokteran Forensik tugas utamanya adalah melakukan bedah mayat. Asosiasi pikiran demikian tidak benar, sebab ruang lingkup pelayanan ilmu Kedokteran Forensik meliputi pemeriksaan orang hidup maupun pemeriksaan jenazah dan pemeriksaan bahan yang berasal dari tubuh manusia seperti rambut, kuku, cairan semen, darah dan lain-lain untuk kepentingan penyidikan dan pengadilan. Dalam kenyataan seharu-hari terlihat jumlah pemeriksaan korban hidup yang dilayani dokter jauh lebih banyak dibanding pemeriksaan jenazah. Oleh karena itu pemikiran bahwa ilmu Kedokteran Forensik sama dengan ilmu Bedah Mayat, atau bagian Kedokteran Kehakiman sama dengan bagian Bedah Mayat harus dikesampingkan. Lintas Disiplin Ilmu kedokteran forensik adalah ilmu lintas dispilin. Pada dasarnya ilmu ini hadir untuk membantu proses hukum dan keadilan. Proses hukum ini dimulai dari adanya korban. Untuk dapat membuktikan telah terjadi tindak pidana, penyidik memerlukan bukti atau kebenaran material. Karena kekerasan terjadi pada manusia, maka diperlukan bantuan ahli (dokter) untuk memeriksa korban. Hasil pemeriksaan ini yang di Indonesia disebut Visum et Repertum (VeR) diserahkan oleh dokter kepada penyidik yang akan menggunakannya sebagai petunjuk atau pedoman dalam mengusut dan menyidik perkara tersebut. Bila penyidik yakin telah terjadi tindak pidana, maka berkas perkara disampaikan kepada jaksa, di antaranya VeR yang akan berperan sebagai alat bukti yang sah oleh jaksa, pembela dan hakim. Pada keadaan lain dokter diperlukan sebagai saksi ahli di sidang pengadilan sehubungan dengan VeR yang dibuatnya atau sebagai saksi ahli karena pengetahuannya di bidang Kedokteran.

22

Lingkup Pelayanan Ternyata pelayanan di bidang medikolegal dalam beberapa kasus masih diperlukan displin lain. Di bidang kesehatan bantuan tersebut dapat mencakup Patologi Forensik, Psikiatri Forensik, Toksiklogi Forensik, Antrpologi Forensik, Odontologi Forensik dan Radiologi Forensik. Juga jurusan biologi yang dekat dengan ilmu Kedokteran yaitu Entomologi Forensik yang dalam 2 dekade terakhir menunjukkan peranan yang meningkat. Yang dimaksud dengan Patologi Forensik adalah pengetahuan tentang pemeriksaan kelainan pada jaringan tubuh oleh karena kekerasan atau mati tibatiba untuk kepentingan peradilan. Psikiatri Forensik adalah tentang pembuktian adanya kelainan jiwa pada tersangka. Toksikologi Forensik adalah peristiwa keracunan yang berhubungan dengan peristiwa pidana. Radiologi Forensik yang sudah lama berperan adalah cabang ilmu Kedokteran yang banyak membantu dalam pemeriksaan korban atau jaringan tubuh menggunakan pengetahuan dan teknologi radiologi. Odontologi Forensik adalah penggunaan pengetahuan ilmu Kedokteran Gigi untuk kepentingan hukum dan peradilan terutama dalam identifikasi. Entomologi Forensik adalah pengetahuan tentang serangga yang berguna untuk masalah forensik. Semua disiplin ilmu ini bila dihubungkan dengan ilmu Balistik, ilmu Kimia, ilmu Fisika dan lain-lain yang digunakan untuk kepentingan hukum dan peradilan, berada di bawah bendera forensic sciences. Peranan ahli (expert) termasuk dokter dalam bidang kedokteran Forensik adalah dalam rangka membuka tabir suatu peristiwa yang dapat menjawab 7 pertanyaan : 1. Apa yang terjadi (what) 2. Siapa yang terlibat (who) 3. Dimana terjadi (where) 4. Kapan terjadi (when) 5. Bagaimana terjadinya (how) 6. Dengan apa melakukannya (with what) 7. Kenapa terjadi peristiwa tersebut (why) Dalam perkembangannya bidang kedokteran forensik tidak hanya berhadapan dengan mayat (atau bedah mayat), tetapi juga berhubungan dengan orang hidup. Dalam hal ini peran kedokteran forensik meliputi: 1. Melakukan otopsi medikolegal dalam pemeriksaan menyenai sebab-sebab kematian, apakah mati wajar atau tidak wajar, penyidikan ini juga bertujuan untuk mencari peristiwa apa sebenarnya yang telah terjadi, 2. Identifikasi mayat, 3. Meneliti waktu kapan kematian itu berlansung time of death 4. Penyidikan pada tidak kekerasan seperti kekerasan seksual, kekerasan terhadap anak dibawah umur, kekerasan dalam rumah tangga, 5. Pelayanan penelusuran keturunan,

23

6. Di negara maju kedokteran forensik juga menspesialisasikan dirinya pada bidang kecelakaan lalu lintas akibat pengaruh obat-obatan driving under drugs influence. Bidang ini di Jerman dikenal dengan Verkehrsmedizin Hukum Kesehatan Ilmu Kedokteran Forensik harus dibedakan dari ilmu Hukum Kedokteran dan Hukum Kesehatan yang berkembang pesat dalam beberapa tahun belakangan ini, walaupun sama menggabungkan ilmu Kedokteran dan Kesehatan dengan ilmu Hukum, tetapi keduanya berbeda. Hukum Kedokteran atau Hukum Kesehatan adalah cabang ilmu yang mengatur tentang ketentuan-ketentuan hukum yang berhubungan dengan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan. Titik berat penerapan ilmu Kedokteran Forensik adalah untuk kepentingan penegakan hukum dan keadilan, (medicine for the law) sedangkan titik berat penerapan Hukum Kesehatan adalah untuk kepentingan kalangan kesehatan dan pemakai jasa di bidang kesehatan (pasien dan masyarakat) yaitu agar pelayanan kesehatan berlangsung dengan baik (law for medicine atau law regulating the practice of medicine). KETENTUAN HUKUM DALAM ILMU KEDOKTERAN FORENSIK Perdanakusuma (1984) mengelompokkan ilmu forensik berdasarkan peranannya dalam menyelesaikan kasus-kasus kriminal ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Ilmu-ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah hukum. Dalam kelompok ini termasuk hukum pidana dan hukum acara pidana. Kejahatan sebagai masalah hukum adalah aspek pertama dari tindak kriminal itu sendiri, karena kejahatan merupakan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum. 2. Ilmu-Ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah teknis. Kejahatan dipandang sebagai masalah teknis, karena kejahatan dari segi wujud perbuatannya maupun alat yang digunakannya memerlukan penganan secara teknis dengan menggunakan bantuan diluar ilmu hukum pidana maupun acara pidana. Dalam kelompok ini termasuk ilmu kriminalistik, kedokteran forensik, kimia forensik, fisika forensik, toksikologi forensik, serologi/biologi molekuler forensik, odontologi forensik, dan entomogoli forensik. Pada umumnya suatu laboratorium kriminalistik mencangkup bidang ilmu kedokteran forensik, kimia forensik dan ilmu fisika forensik. Bidang kimia forensik mencangkup juga analisa racun (toksikologi forensik), sedangkan ilmu fisika forensik mempunyai cabang yang amat luas termasuk: balistik forensik, ilmu sidik jari, fotografi forensik. Apabila terjadi suatu kasus kejahatan, maka pada umumnya timbul pertanyaan-pertanyaan seperti: 1. Peristiwa apa yang terjadi? 2. Di mana terjadinya? 3. Bilamana terjadinya? 4. Dengan alat apa dilakukannya? 5. Bagaimana melakukannya?

24

6. Mengapa perbuatan tersebut dilakukan? 7. Siapa yang melakukan? Pertanyaan peristiwa apa yang terjadi adalah mencari jenis kejahatan yang terjadi, misalnya pembunuhan atau bunuh diri. Dengan bantuan ilmu kedokteran forensik atau bidang ilmu lainnya, dapat disimpulkan penyebabnya adalah bunuh diri. Oleh sebab itu penyidik tidak perlu melakukan penyidikan selanjutnya guna mencari siapa pelaku dari peristiwa tersebut, karena kematian diakibatkan oleh perbuatannya sendiri. 3. Ilmu-ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah manusia. Dalam kelompok ini termasuk kriminologi, psikologi forensik, dan psikiatri/neurologi forensik. Kejahatan sebagai masalah manusia, karena pelaku dan objek penghukuman dari tindak kriminal tersebut adalah manusia. Dalam melakukan perbuatannya, manusia tidak terlepas dari unsur jasmani (raga) dan jiwa. Disamping itu, kodrat manusia sebagai mahluk sosial, yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu perbuatan yang dilakukan juga dipengaruhi oleh faktor internal (dorongan dari dalam dirinya sendiri) dan faktor eksternal (dipengaruhi oleh lingkungannya). Atas asas keadilan, dalam pemutusan sangsi dari tindak pidana, perlu ditelusuri faktor-faktor yang menjadi sebab seseorang itu melakukan kejahatan. Untuk itu perlu diteliti berbagai aspek yang menyangkut kehidupannya, seperti faktor kejiwaan, keluarga, dan faktor lingkungan masyarakatnya. Seseorang melakukan tindak kriminal mungkin didorong oleh latar belakang kejiwaannya, atau karena keadaan ekonomi keluarganya, ataupun karena pengaruh dari keadaan sosial masyarakatnya. Dalam hal ini peran serta kriminolog, psikolog forensik, dan psikiater forensik mempunyai peran penting dalam menyelesaikan kasus kejahatan. Berdasarkan klasifikasi diatas peran ilmu forensik dalam menyelesaikan masalah / kasus-kasus kriminal lebih banyak pada penanganan kejahatan dari masalah teknis dan manusia. Sehingga pada umumnya laboratorium forensik dimanfaatkan untuk kepentingan peradilan, khususnya perkara pidana. Proses Peradilan Dikenal dua macam peradilan yang sering melibatkan kalangan dokter, yaitu : 1. Perakara pidana 2. Perkara perdata

Perkara Pidana Perkara pidana adalah perkara yang menyangkut kepentingan dan ketentraman masyarakat dimana pihak yang berperkara adalah antara jaksa penuntut umum mewakili negara dengan tertuduh. Proses peradilan pidana terdiri atas 3 tahap, yaitu tahap I Penyidikan oleh penyidik, tahap II Penuntutan oleh penuntut umum dan tahap III Mengadili perkara oleh hakim.

25

Penyidikan dimulai dari penyidikan oleh penyidik yaitu seluruh pejabat kepolisian. Penyidik dapat melakukan pemeriksaan pendahuluan untuk mencari dan menentukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidak dilakukan penyidikan. Jika penyelidik yakin adanya peristiwa pidana, maka tindakan selanjutnya dalah membuat dan menyampaikan laporan kepada penyidik. Penyidikan adalah serangkaian tindakan untuk mencari dan mengumpulkan bukti-bukti sehingga perkaranya menjadi jelas dan menemukan tersangka. Keterlibatan ahli (pemeriksaan dokter dalam perkara yang berkaitan dengan kekerasan pada manusia) untuk membantu penyidik sangat penting yaitu sebagai kompas dalam mengarahkan penyidikan. Sesudah bahan penyidikannya cukup, maka penyidik akan melimpahkan berkas-berkasnya kepada penuntut umum untuk dipelajari, bila belum lengkap maka penuntut umum akan meminta penyidik untuk melakukan pemeriksaan tambahan disertai petunjuk yang diperlukan agar proses untuk penuntutan dapat dilaksanakan. Setelah penuntut umum menerima atau menerima kembali hasil penyidikan, maka segera menentukan dapat tidaknya melimpahkan berkas ke pengadilan untuk proses hukum lebih lanjut. Penuntut akan akan membuat surat dakwaan secepatnya. Hakim berdasarkan alat-alat bukti yang sah mencari kebenaran materiil atau kebenaran sesungguhnya agar peristiwa pidana tersebut menjadi terang dan meyakinkan atau sebaliknya. Kehadiran saksi ahli di sidang pengadilan mungkin diperlukan untuk memberikan penjelasan tentang pemeriksaan yang telah dilakukannya (visum et repertum) atau tentang pengetahuan di bidang yang dikuasainya yang diperlukan hakim. Perkara Perdata Perkara perdata adalah perkara antar pribadi atau badan hukum yaitu antara penggugat dengan tergugat. Inisiatif berperkara datang dari pihak yang merasa dirugikan. Penggugat dan tergugat dapat diwakili oleh pengacara. Untuk memenangkan perkara maka pihak penggugat dan tergugat dapat mengemukakan dalil-dalil dan bukti-bukti yang diusahakannya sendiri. Tugas hakim yang pertama adalah menasehati kedua belah pihak untuk menyelesaikan perkara di luar pengadilan, sebab prosesnya bisa berlangsung lama, birokratis, biaya mungkin besar, dan keputusannya dapat mengecewakan satu atau mungkin kedua belah pihak. Hakim dalam memutuskan perkara akan berpegang kepada kebenaran formal. Sistem pembuktian cara ini digolongkan dalam pembuktian positif. Peranan ahli (termasuk dokter) adalah membantu para pihak mendapatkan buktibukti atau dalil-dalil yang menguatkan gugatan atau mematahkan gugatan. Pada proses hukum pidana maupun perdata dapat dilihat bahwa keduanya memerlukan bantuan ahli baik dalam memeriksa maupun memberi keterangan dan penjelasan secara medis.

26

Sistem Pemeriksaan Medikolegal Bila ada korban yang meninggal akibat pembunuhan , bunuh diri atau mati yang mencurigakan sebabnya, maka diperlukan bantuan ahli untuk memeriksanya. Bagaimana keterlibatan dokter diperlukan untuk memeriksa korban, tergantung dari sistem yang dipakai. Terdapat 3 sistem dalam menangani korban tersebut, yaitu sistem coroner, sistem medical examiner dan sistem Continental. 1. Sistem Coroner Pada sistem coroner perlu tidaknya pemeriksaan bedah mayat ditentukan oleh seorang coroner. Bila seorang coroner datang ke tempat kejadian perkara melihat tidak ada kecurigaan sebab kematian korban, maka ia meminta dokter mengeluarkan surat keterangan kematian. Sebaliknya ia meminta dokter untuk melakukan pemeriksaan bedah mayat untuk mengetahui sebab dan cara kematian korban. Sistem ini awalnya dipakai di Inggris. Pada mulanya coroner hanyalah petugas yang mewakili kerajaan (crown) dalam membantu mengutip pajak di wilayah kekuasaannya. Seorang coroner biasanya diangkat berdasarkan pemilihan di daerahnya. Pada mulanya sebagai seorang coroner tidak diperlukan orang yang mempunyai latar belakang pengetahuan di bidang Hukum atau Kedokteran, tetapi dalam perkembangan selanjutnya seorang coroner lebih sering dipilih dari kalangan yang memahami salah satu dari kedua bidang ini. Sistem ini dipakai di Inggris dan di beberapa negara bagian Amerika atau di bekas jajahan Inggris. 2. Sistem Medical Examiner Yang menentukan perlu tidaknya bedah mayat pada korban adalah seorang medical examiner atau deputy-nya. Medical examiner adalah seorang ahli Patologi Forensik. Pada setiap peristiwa kematian, medical examiner akan datang ke tempat kejadian perkara, sementara pihak kepolisian hanya mengamankan daerah sekitar kejadian yang telah diberi tanda dengan pita kuning. Dengan sistem ini sebab dan cara kematian lebih mudah ditentukan, sebab dokter mempunyai banyak bahan yang dapat dipakai sebagai petunjuk. Biasanya pemeriksaan lebih lanjut dilakukan di Medical Examiner office atau gedug pemeriksaan. Di dalam sistem atau kantor ini terdapat semua tim yang diperlukan untuk menyelidiki peristiwa seperti pemeriksaan autopsi, Kimia Forensik, Toksikologi, Balistik dan lain-lain. 3. Sistem Continental Sistem cotinental adalah sistem yang umumnya dipakai di darata Eropa dan juga dianut di negara kita sebagai warisan penjajahan Belanda. Pada sisitem ini yang menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan bedah mayat adalah polisi (penyidik) atau dalam hukum acara pidana yang lama (RIB) adalah magistrat (pegawai penuntut umum). Pada sistem ini orang yang mati karena kekerasan atau mencurigakan sebabnya, dikirim oleh yang berwenang ke rumah sakit setempat, jadi pada sistem ini dokter menunggu di rumah sakit. Sistem ini sampai sekarang masih dipakai di Indonesia.

27

Hukum Kedokteran Forensik 1. Hukum kedokteran/Medical Law adalah Hukum mempelajari hubungan yuridis dimana seorang dokter merupakan bagian dari hokum (Health Law), antara Dokter dan pasien dan berhubungan dengan Hukum pidana. 2. Hukum Kedokteran Forensik/Hukum Kedokteran Kehakiman (Forensic Nadicine) Ialah mempelajari Hukum Kedokteran Kehakiman dalam proses peradilan. 3. Ilmu kedokteran Jiwa Kehakiman (Psychiatri Forensic) Mempelajari Tentang gangguan Jiwa Hubungannya dengan pasal 44 KUHP. 4. Hukum Kesehatan (Health Law) ialah Hukum yang mempelajari berkaitan dengan pemberian perawatan dan penerapannya pada hokum perdata, pidana dan hokum administras dan sebaginya. Hukum kesehatan meliputi: 1. Hukum kedokteran/Medical Law. 2. Hukum Kedokteran Kehakiman (Forensik Nadicine)/(Legal Medicine)/(Medical Yurisprudenc). 3. Hukum Keperawatan (Nurse Law). 4. Hukum Rumah Sakit (Hospital Law). 5. Hukum Lingkungan (Enveronmental Law). 6. Hukum Keselamatan Kerja Law (Savety Law). Istilah Kedokteran kehakiman terdapat pada pasal 133 KUHP. Negara-negara Angola saxon menafsirkan Hukum Kedokteran dan Kedokteran. Kehakiman di satukan yaitu MEDIC LEGAL. Hakekat Ilmu Kedokteran Forensik Menyelesaikan kejahatan-kejahatan dengan pembuktian setepattepatnya, Abad pertengahan dikenal yang namanya Judicia Dei atau Keputusan Tuhan. Kemudian dalam perkembangannya E. Ferry 1859-1927 ahli hokum Italia menemukan suatusystem pembuktian yang mana penentuannya guility/not guility dilakukan oleh ilmuannon Hukum.Forensik berarti berhubungan dengan bidang kehakiman/peradilan, jadi ilmu Kedokteran forensik ialah hukum yang berkaitan dengan penggunaan ilmu kedokteran gunamembantu proses pembuktian dalam hokum acara pidana. Dalam proses pem,buktian di pengadilan Hakim harus berpedoman pada alat bukti sesuai dengan pasal 184 KUHP. Tugas Ilmu Kedokteran Forensik : 1. Menurut Objek Pemeriksaan 1. Manusia yang masih hidup Mayat 2. Benda-benda Tubuh 2. Menurut bentuk Kerja 1. melakukan pemeriksaan dan mengemukakan hasil pemeriksaan 2. mengemukakan hasil pendapat saja. 3. memberi nasihat tentang penyidikan. 3. menurut tempat kerja 1. rumah sakit atau laboratorium 2. TKP

28

3. Ruang kantor/ ruang siding 4. menurut waktu pemeriksaan 1. pemeriksaan mula-mula oleh polisi 2. pemeriksaan lanjutan oleh jaksa 3. pemeriksaan di siding pengadilan Beberapa kejahatan yang memerlukan bantuan ilmu kedokteran forensic yaitu perzinahan/pemerkosaan, penganiayaan/pembunuhan, pengguguran kandungan dan keracunan. Dalam hal keadaan yang sangat mendesak di mana penyidik harus memerlukan surat izin terlebih dahulu.tampa mengurangi ketentuan ayat 1, penyidik dapat melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak dan untik itu wajib melaporkan segera kepengadilan setempat guna mendapat persetujuan. Ketentuan Hukum di Tingkat Pendidikan Ditingkat pendidikan, wewenang penyidik minta bantuan kepada dokter maupun ahli lainya dijelaskan KUHAP pasal 133. bila tidak ada penyidik maka sesuai KUHAP pasal 10, wewenang dilaksanakan oleh penyidik bantu. Penyidik dan penyidik Bantu di atur dalam KUHAP pasal 6 sampai 10. KUHAP pasal 6 1. Penyidik adalah: 1. Pejabat polisi negara Republik Indonesia. 2. Pejabat pegawai negri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. 2. Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimadsud dalam ayat (1) akan diataur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah. Pejabat polisi negara yang menjadi penyidik adalah pejabat polisi tertentu yang ditunjuk untuk itu dengan pangkat serendah rendahnya pembantu letnan dua (pelda). Penyidik umumnya adalah kepala polisi sector (Kapolsek atau Kapolsekta) atau kepala kepolisian resort (Kapolres). Yang dimadsud dengan penyidik pegawai negri sipil (polisi kusus) adalah pejabat bea dan cukai, imigrasi, kehutanan dan kereta api yang diangkat berdasarkan surat keputusan Kapolri. Penyidik pegawai negri sipil mempunyai wewenang sesuai ketentuan undang undang didaerah hukumnya masing-msing, namun dalam pelaksanaan tugasnya tetap dibawah orgaanisasi dan pengawasan penyidik kepolisian. Pejabat pegawai negeri sipil ini biasanya tidak lansung meminta pemeriksaan korban kepada dokter. KUHAP pasal 7 Penyidik POLRI karena kewajibanya mempunyai wewenang 1. Menerima laporan atau pengaduan seseorang tetntang adanya tindak pidana 2. Melakukan tindakan pertama pada saat tempat kejadian

29

3. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tada pengenal diri tersangka 4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan. 5. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. 6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang 7. Memnaggil seseorang untuk didengar dn diperiksa sebagai tersangka atau saksi 8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan perkara 9. Mengadakan penghentian penyidikan. 10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab Yang perlu diperhatikan dokter dalam ketentuan hukum ini adalah adanya wewenag penyidik memnaggil orang ahli (termasuk dokter) untuk memberi pemeriksaan dan penjelasan yang ada dalam hubungan perkara, seperti pemeriksaan di TKP. KUHAP pasal 8 Berisi ketentuan tentang kewajiban penyakit membuat berita acara (laporan) dan menyerahkan hasilpemeriksaan kepada penuntut umum dengan ketentuan: 1. Pada tahap pertama penyidik hanya menyerahkan berkas perkara. 2. Dalam penyidikan sudah dianggap selesai, penyidik menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti pada penuntut umum.

KUHAP pasal 10 Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian Negara republic Indonesia yang diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. Penyidik pembantu dengan pangkat serendah rendahnya sersan dua (serda) mempunyai wewenang sama seperti penyidik, kecuali dalam hal penahanan. Ketentuan mengenai penyidik dalam KUHAP, hamper sama dengan yang teerdapat dalam keputusan menhankam/pangab tahun 1974.keputusan hankam/pangab no Ke/B/17/IV/1974 1. Penyidik adalah tindakan selama pemeriksaan pendahuluan untuk mencari bukti-bukti tentang tindak pidana 2. Penyidik dilakukan oleh penyidik dan penyidik pembantu 3. Penyidik di jabat oleh pejabat kepolisian negara yang berpangkat sersan dua sampai dengan sersan mayor dan anggota kepolisian khusus yang atas usul komandan atau kepala jawatan instansi pemerintahan yang diangkat Kapolri.

30

KUHAP pasal 134 1. Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebihdahulu kepada keluarga korban. 2. Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelasjelasnya tentang madsud dan tujuan perlu dilakukan pembedahan tersebut. 3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atas pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimadsud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang. Pasal ini menjelaskan bahwa bedah mayat hanya dilakukan bila sangat diperlukan yaitu bila tidak mungkin dihindari. Artinya pilihan utama penyidik adalah ;pemeriksaan luar mayat saja. Ini sebetulnya bertentangan dengan prinsip ilmu kedokteran dalam menentukan sebab kematian. Dari pandangan dokter sebab kematian hanya dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar dan dakam jenazah. Ini juga bertentangan dengan intruksi Kapolri no:Ins/E/20/IX/75 tentang tatacara permohonan/ pencabutan visum et repertum, yang menyebutkan bahwa dengan visum atas mayat harus berdasarkan pemeriksaan luar dan dalam. Intruksi ini dijelaskan pada pasal 3 dan pasal 6. Pasal 3 Dengan visum et repertum atas mayat, berarti mayat harus dibedah. Sama sedekah tidak dibenarkan mengajukan permintaan visum atas mayat berdasarkan pemeriksaan luar saja. TANATOLOGI (THANATOLOGY) Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu). Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulai dan respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan teknologi ada alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi secara buatan. Oleh karena itu definisi kematian berkembang menjadi kematian batang otak. Brain death is death. Mati adalah kematian batang otak. Tanatologi ini berguna dalam : 1. Menentukan apakah korban sudah mati atau belum 2. Menentukan lama korban telah mati, dan 3. Menentukan apakah korban tersebut mati wajar atau tidak.

31

Beberapa istilah tentang mati Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah berikut: 1. Mati somatis (mati klinis) 2. Mati suri 3. Mati seluler 4. Mati serebral 5. Mati otak (batang otak) Tanatologi adalah bagian dari Ilmu kedoktran forensic yang mempelajari tentang hal-hal yang ada hubungannya denga kematian dan perubahan yang terjadi setelah seseorang mati dan factor-faktor yang mempengaruhinya. 1. Mati somatic Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan secara menetap (ireversibel).Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerakan pernapasan dan suara pernapasan tidak terdengar pada auskultasi. 2. Mati suri Mati suri (near-death experience (NDE), suspend animation, apparent death) adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang ditentukan oleh alat kedokteran sederhana.Dengan alat kedokteran yang canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi.Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam. 3. Mati seluler (mati molekuler) Adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis.Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan.Pengertian ini penting dalam transplantasi organ. Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa susunan saraf pusat mengalami mati seluler dalam empat menit, otot masih dapat dirangsang (listrik) sampai kira-kira dua jam paska mati dan mengalami mati seluler setelah empat jam, dilatasi pupil masih terjadi pada pemberian adrenalin 0,1 persen atau penyuntikan sulfas atropin 1 persen kedalam kamera okuli anterior, pemberian pilokarpin 1 persen atau fisostigmin 0,5 persen akan mengakibatkan miosis hingga 20 jam paska mati. Kulit masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam paska mati dengan cara menyuntikkan subkutan pilokarpin 2 persen atau asetil kolin 20 persen, spermatozoa masih dapat bertahan hidup beberapa hari dalam epididimis, kornea masih dapat ditransplantasikan dan darah masih dapat dipakai untuk transfusi sampai 6 jam pasca-mati. 4. Mati serebral Adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel, kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat.

32

Untuk dapat memastikan bahwa aktifitas otak telah berhenti secara tepat dan cepat, yaitu bila dikatkan dengan kepentingan transplantasi, ialah dengan melakukan pemeriksaan dengan elektro ensefalografi, dimana akan terlihat mendatar selama 5 menit 5. Mati otak (batang otak) Adalah bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum.Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otak), maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan. Tanda-tanda kematian Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian. Terdapat tanda-tanda kematian dini (primer) dan tanda-tanda kematian lanjut (sekunder), yaitu: 1. Tanda-tanda kematian dini 1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit (inspeksi, palpasi dan auskultasi). 2. Terhentinya sirkulasi pada nadi karotis tidak teraba, dinilai selama 15 menit. 3. Kulit pucat, diakibatkan aliran darah tidak ada lagi, tetapi ini bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya karena mungkin terjadi spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan ataupun pada keracunan CO maka dapat berwarna cherry red. 4. Tonus otot menghilang dan relaksasi, di mana terjadi relaksasi dari otototot wajah yang menyebabkan kulit menimbul sehingga kadang-kadang membuat orang menjadi tampak lebih muda. Selain itu, dapat terjadi relaksasi otot tonus berkurang sehingga dapat membuat rahang bawah melorot yang mengakibatkan mulut terbuka, otot polos pada pupil juga akan merelaksasi sehingga akan melebar/dilatasi (midriasis), dan mulai dari jantung ke otot leher wajah akan lunglai. Kelemasan otot sesaat setelah kematian disebut relaksasi primer, yang mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan seperti pada daerah belikat dan bokong pada mayat yang terlentang (Gambar 1). 5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian (vena retina mengalami kerusakan dalam 10 detik kematian), dan segmen-segmen tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap. 6. Terjadi pengeringan kornea sehingga menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air (Gambar 2). Selain itu, pandangan mata menjadi kosong, refleks cahaya

33

dan refleks kornea negatif, dan terjadi penurunan tekanan bola mata sehingga menjadi lembek. 2. Tanda kematian lanjut Tanda-tanda kematian lanjut atau tanda-tanda kematian selular terbagi atas penurunan suhu tubuh (algor mortis), lebam mayat (livor mortis), kaku mayat (rigor mortis), pembusukan (decomposition/putrefaction), lilin mayat (adiposera), dan mumifikasi. Penurunan suhu tubuh (algor mortis) Segera setelah kematian, suhu tubuh mulai turun mengikuti temperatur sekitar sesuai suhu sekitarnya (sesuai dengan hukum fisika), di mana penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke benda lain yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi. Berbagai rumus kecepatan penurunan suhu tubuh pascamati ditemukan sebagai hasil untuk menentukan lama kematian, tetapi karena pedoman yang ada bukan dari penelitian Indonesia maka pedoman ini tidak tepat digunakan atau paling tidak harus diperhitungkan dengan keadaan di daerah sekitar. Penelitian-penelitian penurunan suhu tubuh, antara lain (Gambar 3): 1. Menurut Sympson (Inggris) menyatakan bahwa dalam keadaan biasa tubuh yang tertutup pakaian maka akan mengalami penurunan temperatur 2,5oF setiap jam pada 6 jam pertama, dan 1,6-2oF pada 6 jam berikutnya, sehingga dalam 12 jam suhu tubuh akan sama dengan suhu sekitarnya. 2. Menurut Jasing P. Modi (India) menyatakan hubungan penurunan suhu tubuh dengan lama kematian, yaitu: 1. Di mana 2 jam pertama, suhu tubuh turun setengah dari perbedaan antara suhu tubuh dan suhu sekitarnya. 2. Lalu 2 jam berikutnya, akan terjadi penurunan suhu setengah dari nilai pertama (suhu tubuh pertama). 3. Dan 2 jam selanjutnya, suhu mayat turun setengah dari nilai terakhir atau 1/8 dari perbedaan suhu initial tadi. 3. Menurut Marshall dan Hoare (tahun 1962), yang dilakukan pada mayat telanjang dengan suhu lingkungan 15,5oC, yaitu penurunan suhu dengan kecepatan 0,55oC tiap jam pada 3 jam pertama pascamati, lalu terjadi penurunan 1,1oC tiap jam pada 6 jam berikutnya, dan terjadi penurunan 0,8oC tiap jam pada periode selanjutnya. Kecepatan penurunan suhu ini menurun hingga 60% bila mayat berpakaian. 4. Menurut penelitian di Medan, rata-rata terjadi penurunan suhu mayat 0,40,5oC setiap jamnya, suhu tubuh ternyata turun tidak sama rata setiap jam karena suhu yang diambil untuk pengukuran adalah suhu bagian dalam tubuh yang diambil secara rektal sedalam 10 cm dengan mempergunakan termometer panjang berskala 0-50oC. Penurunan suhu bagian luar tubuh yang dipengaruhi suhu udara luar tidak berlangsung sama dengan bagian dalam

34

tubuh, di mana suhu bagian dalam tubuh tetap bertahan sama untuk 2-3 jam dan sesudah tahap ini suhu turun secara bertahap sampai mendekati suhu sekitarnya. Dan biasanya dalam waktu 12 jam suhu mayat akan sama dengan suhu sekitarnya. 5. Henssege (tahun 1995) melakukan penelitian untuk menentukan saat kematian dari suhu rektal dan membuat nomogram untuk lingkungan di bawah 23oC (subtropis) dan di atas 23oC (tropis), dan penilaian saat kematian dapat ditentukan dengan hanya sekali penentuan suhu rektal. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembusukkan, yaitu: 1. Temperatur, temperatur optimum di mana bakteri-bakteri mudah berkembang adalah 26-38oC, dan di daerah tropis maka abdomen akan gembung dalam 2448 jam, bentuk muka akan berubah dalam 3 hari 3 hari dan sesudah 15 hari jaringan lunak akan menjadi hancur. 2. Kelembaban, udara lembab akan mempercepat terjadinya pembusukan. 3. Ruangan dan pakaian, mayat yang terletak di alam terbuka membusuk lebih cepat sedangkan bila menggunakan baju yang ketat, perut di bawah korset, ikat pinggang, kaus atau sepatu yang dipakai akan memperlambat pembusukan di daerah tersebut. 4. Umur, orang tua dan anak lebih lambat membusuk sebab lebih sedikit mengandung H2O dan bila pada bayi yang baru lahir akan lambat membusuk karena kuman di usus dan lain tempat masih sedikit serta hilangnya panas tubuh yang cepat pada bayi akan menghambat pertumbuhan bakteri. 5. Penyakit, penyakit infeksi seperti sepsis, peritonitis, dan lainnya akan mempercepat jalannya pembusukkan, pada anemia dan penyakit kronis akan memperlambat pembusukan karena kurangnya darah di otot-otot dan jaringan tubuh, dan kematian oleh racun arsenik dan raksa memperlambat pembusukan karena hancurnya sebagian bakteri-bakteri. 6. Keadaan tubuh, tubuh yang luka akan cepat mengalami pembusukan karena masuk bakteri melalui luka, bila anggota tubuh dipotong terutama waktu darah masih segar maka bagian yang terpotong (kaki atau tangan) akan lambat membusuk dibandingkan bagian tubuh lainnya dan disebabkan hilangnya darah pada bagian tersebut, serta pada tubuh yang gemuk akan mempercepat terjadinya pembusukan. 7. Media, di mana mayat yang terdapat di udara akan lebih cepat membusuk dibandingkan yang terdapat di dalam air atau di dalam tanah. Dan berdasarkan rumus Casper yang memperlihatkan perbedaan kecepatan pembusukkan yaitu perbandingan antara mayat yang berada di udara terbuka berbanding di air berbanding di tanah (udara : air : tanah) adalah 1:2:8 (1 minggu di udara terbuka : 2 minggu air : 8 minggu di dalam tanah). Kepala mayat dalam air akan berada dalam posisi lebih rendah karena lebih berat dibandingkan tubuh yang lain, akibatnya darah dan cairan lain akan berkumpul di daerah ini dan tanda pembusukan akan terlihat jelas pada daerah muka, kepala dan leher. Perut gembung karena pembusukkan akan menyebabkan korban yang tenggelam akan terapung kembali. Pakaian melindungi tubuh dari santapan ikan,

35

kepiting dan hewan lainnya, dan akan menghambat pembusukan dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain. Karena suhu di dalam tanah lebih tinggi maka pembusukan berlangsung lebih lama, dan perubahan-perubahan yang terjadi sama dengan pembusukan di udara terbuka. Cepat atau lambatnya perjalanan pembusukan sangat bergantung pada keadaan tanah (pasir, tanah liat, dll), banyak sedikitnya air, kadungan kapur, dan temperatur sekitarnya. Dalam beberapa bulan hanya didapati sisa jaringan lunak. Luka-luka pada jaringan lunak dapat tidak terlihat lagi, kecuali pada tulang. Sangat sulit untuk menentukan kematian dari mayat yang telah dikubur. Asfiksia mekanik juga bisa karena trauma yang mengakibatkan emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral, sumbatan pada saluran nafas dan sebagainya. Kerusakan akibat asfiksia (asphyxial injuries) dapat disebabkan oleh kegagalan sel-sel untuk menerima atau menggunakan oksigen. Kehilangan oksigen dapat terjadi parsial (hipoksia) atau total (anoksia). Asphyxial injuries dapat dibagi menjadi empat kategori umum, yaitu: 1. Suffocation (kekurangan napas). Kekurangan napas atau kegagalan oksigen untuk mencapai darah dapat terjadi akibat kurangnya kadar oksigen di lingkungan sekitar atau terhalangnya saluran napas eksternal. Contoh klasik dari tipe asfiksia ini adalah anak kecil yang terjebak di lemari es dan pada kasus pembunuhan yang dilakukan dengan menutup kepala korban dengan plastik. Pengurangan kadar oksigen sampai pada level 16% adalah keadaan yang cukup membahayakan. Suffocation juga terjadi pada choking. Diagnosis dan penatalaksanaan dalam choking asphyxiation (obstruksi pada saluran napas internal) tergantung pada lokasi dan pengeluaran benda yang menyebabkan obstruksi. Suffocation dapat juga terjadi karena kompresi pada daerah dada atau abdomen yang dapat menghalangi pergerakan respirasi normal. 2. Strangulation (pencekikan) Pencekikan menyebabkan penekanan dan penutupan pembuluh darah dan jalan napas oleh karena tekanan eksternal (luar) pada leher. Hal ini menyebabkan hipoksia atau anoksia otak sekunder menyebabkan perubahan atau terhentinya aliran darah dari dan ke otak. Dengan hambatan komplit pada arteri karotis, kehilangan kesadaran dapat terjadi dalam 10-15 detik. 3. Hanging (penggantungan) Kematian disebabkan oleh asfiksia akibat tersumbatnya saluran nafas, kongesti vena sampai menyebabkan perdarahan di otak, iskemis serebral karena sumbatan pada arteri karotis dan vertebralis, syok vagal karena tekanan pada sinus karotis yang mengakibatkan jantung berhenti berdenyut, dan fraktur atau dislokasi tulang vertebra cervicalis 2 dan 3 yang menekan medulla oblongata dan mengakibatkan terhentinya pernafasan. 4. Drowning (tenggelam) Suatu keadaan dimana terjadi asfiksia yang menyebabkan kematian akibat udara atmosfer tidak dapat masuk ke dalam saluran pernapasan, karena sebagian atau seluruh tubuh berada dalam air sehingga udara tidak mungkin bisa memasuki saluran pernapasan.

36

5. Keracunan Paralisis sistem respirasi karena adanya penekanan pada otak. Bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan misalnya barbiturat, narkotika. Patofisiologi Kondisi-kondisi yang berkaitan dengan asfiksia adalah sebagai berikut: 1. Gangguan pertukaran udara pernapasan. 2. Penurunan kadar oksigen (O2) dalam darah (hipoksia). 3. Peningkatan kadar karbondioksida (CO2) dalam darah (hiperkapnea). 4. Penurunan suplai oksigen (O2) ke jaringan tubuh. Kerusakan akibat asfiksia disebabkan oleh gagalnya sel menerima atau menggunakan oksigen. Kegagalan ini diawali dengan hipoksemia. Hipoksemia adalah penurunan kadar oksigen dalam darah. Manifestasi kliniknya terbagi dua yaitu hipoksia jaringan dan mekanisme kompensasi tubuh. Tingkat kecepatan rusaknya jaringan tubuh bervariasi. Yang paling membutuhkan oksigen adalah sistem saraf pusat dan jantung. Terhentinya aliran darah ke korteks serebri akan menyebabkan kehilangan kesadaran dalam 10-20 detik. Jika PO2 jaringan dibawah level kritis, metabolisme aerob berhenti dan metabolisme anaerob berlangsung dengan pembentukan asam laktat. Tanda dan gejala hipoksemia dibagi menjadi 2 kategori yaitu akibat ketidakseimbangan fungsi pusat vital dan dan akibat aktivasi mekanisme kompensasi. Hipoksemia ringan menyebabkan sedikit manifestasi yaitu gangguan ringan dari status mental dan ketajaman penglihatan, kadang-kadang hiperventilasi. Hal ini karena saturasi Hb masih sekitar 90% ketika PO2 hanya 60 mmHg.Hipoksemia yang lebih berat bisa menyebabkan perubahan kepribadian, agitasi, inkoordinasi otot, euphoria, delirium, bisa sampai stupor dan koma.

37

SKENARIO 2 MAHASISWA YANG MALANG....... Beberapa waktu lalu seorang mahasiswa Aceh bernama M. Fuad Ramadhan di medan yang menghebohkan akibat di hajar oleh sekelompok pria yang berprofesi sebagai tentara, Akibat kejadian tersebut seluruh tubuh Fuad mengalami memar dan kebiruan sehingga membuat Fuad tak sadarkan diri dan di bawa ke rumah sakit. Menurut pemeriksaan dokter Andi bahwa Fuad mengalami Luka Abrasi di punggung kanan, Kontusio di daerah pelipis serta beberapa Laserasi di pipi kanan dan kepala bagian belakang. Selain itu fuad mengalami perdarahaan hebat akibat luka firearm wound di dada bagian kanan yang diprediksikan sekitar 15 meter sehingga Fuad perlu dilakukan operasi emergency untuk mengeluarkan peluru mengingat keadaan umum Fuad yang semakin menurun. Setelah operasi selesai. keadaan Fuad mengalami stabil dan mulai sadarkan diri, Mengetahui hal tersebut keluarga Fuad tidak bisa menerima anaknya diperlakukan seperti itu, dan langsung meminta dokter untuk membuat Laporan terhadap kejadian tersebut. Tetapi dokter menolak untuk dilakukan Visum. Sehingga keluarga tersebut merasa bahwa dokter takut terhadap kelompok pria yang sudah memukuli anaknya tersebut. Kenapa Dokter menolak untuk dilakukan Visum? Learning Objectives Mahasiswa Mampu 1. Menjelaskan tentang Definisi dan Klasifikasi Traumatologi Forensik? 2. Menjelaskan tentang Visum et Repertum (VeR) ? 3. Menjelaskan Tentang Aspek Medikolegal VeR ? 4. Menjelaskan Tentang peran dokter dan Penyidik? 5. Menjelaskan tentang manfaat dan kedudukan VeR dalam Hukum yang berlaku?

38

PANDUAN TUTOR GUIDE SKENARIO 2 Langkah 1 (identifikasi Istilah) Istilah-istilah dalam skenario ini mencakup : Visum Abrasi Kontusio Laserasi Firearm wound

Langkah 2 (identifikasi masalah) Beragam masalah dapat dikemukanan mahasiswa. Tutor sebaiknya mengarahkan mahasiswa untuk mengemukakan masalah berdasarkan konsep yang telah dikemukakan pada langkah 1. Bila ada masalah baru yang relevan namun tidak berdasarkan konsep yang ada, mahasiswa sebaiknya diarahkan untuk

mengemukakan konsep yang relevan yang berdasarkan masalah tersebut. Adapun beberapa masalah yang mungkin dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Kenapa dokter menolak untuk dikeluarkan nya Visum? 2. Apakan tentara berlaku aturan Hukum di Indonesia? 3. Apa tujuan keluarga meminta dikeluarkan Visum ? 4. Bagaimanakah dokter bisa mengetahui luka tembak tersebut berjarak 15 Meter? Langkah 3 (Analisa Masalah) Pada langkah ini, mahasiswa akan mendiskusikan berbagai masalah yang dikemukakan pada langkah 2. Barbagai pernyataan yang dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada pernyataan yang tidak relevan dengan jalannya diskusi, tutor dapat melakukan salah satu dari dua hal berikut : Membiarkan diskusi terus mengalir sehigga mahasiswa menyadari kekeliruan dari pernyataanya. Mengarahkan diskusi sehingga mahasiswa menyadari sendiri kekeliruan pernyataanya, tanpa menyatakan bahwa mahasiswa tersebut salah.

39

Harus diingat, bahwa langkah 3 tidak harus menghasilkan suatu jawaban yang benar. Berbagai pernyataan yang dikemukakan mahasiswa adalah berdasarkan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya, dan diskusi ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui, hal-hal apa yang telah mereka kuasai dan hal-hal apa saja yang belum dikuasai. Denga mengetahui hal-hal tersebut, mahasiswa dapat memperoleh gambaran tentang hal-hal apa saja yang masih harus dipelajari. Langkah 4 ( Strukturisasi ) Dalam langkah ini mahasiswa akan membuat sebuah struktur berdasarkan diskusi di langkah 3. Struktur harus relevan dengan konsep-konsep di langkah 1, masalahmasalah dilangkah 2 dan diskusi di langkah 3. Langkah 5 ( Identifikasi Tujuan Belajar ) Dalam langkah ini mahasiswa akan menyusun learning objective (LO), yang mencakup hal-hal yang ingin dipelajari oleh mahasiswa berdasarkan diskusi yang telah dilakukan. Adapun beberapa learning objective yang mungkin dikemukakan oleh mahasiswa adalah sbb : 3. Hal-hal yang belum tuntas ketika di langkah 3 4. Dan LO yang terdapat di bawah skenario 1 pada buku tutor Perlu diingat, bahwa yang dikemukakan diatas adalah beberapa LO dasar yang diharapkan akan dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada LO tambahan yang mencerminkan rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa, maka hal tersebut sangat dapat diterima. Langkah 6 (Belajar Mandiri) Dalam hal ini mahasiswa melakukan kegiatan akademik secara mandiri Langkah 7 ( Presentasi hasil belajar mahasiswa ) Dalam langkah ini mahasiswa akan mempresentasikan hal-hal yang telah dipelajari dalam masa belajar mandiri ( yang mencakup kehadiran di kuliah pakar, konsultasi pakar, studi literature, dsb ). Sebagai bahan pegangan untuk tutor dapat dilihat pada tulisan berikut.

40

TRAUMATOLOGI FORENSIK Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Hasil dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar atau hambatan dalam fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antara lain kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya nanti seringkali terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan trauma. A.TRAUMA MEKANIK 1. Trauma Tumpul Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah: a. Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam. b. Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam. Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu.Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka. 1. Abrasi (luka lecet) 2. kontusio (luka memar) 3. laserasi (luka robek) 4. Fraktur (patah tulang, pergeseran sendi) 5. Kompresi 6. Perdarahan 1.Abrasi (luka lecet) Abrasi perdefinisi adalah pengelupasan kulit. Dapat terjadi superfisial jika hanya epidermis saja yang terkena, lebih dalam ke lapisan bawah kulit (dermis)atau lebih dalam lagi sampai ke jaringan lunak bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya. Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang mengenainya. Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa hari), beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.

41

2. Kontusio (luka memar) 2.1 kontusio superfisial Kata lazim yang digunakan adalah memar, terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat. Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Pada orang dengan kulit berwarna memar sulit dilihat sehingga lebih mudah terlihat dari nyeri tekan yang ditimbulkannya. Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standart pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik. Pada mayat waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan menentukan juga karekteristik memar yang timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan pemeriksaan luka akan semakin membuat luka memar menjadi gelap. Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana yang dapat digunakan untuk menentukan waktu terjadinya luka sebelum kematian. Namun sulit menentukan secara pasti karena hal tersebut pun bergantung pada keahlian pemeriksa. Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi tempat media berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangren. Efek lanjut lain dapat timbul pada tekanan mendadak dan luas pada jaringan subkutan. Tekanan yang mendadak menyebabkan pecahnya sel sel lemak, cairan lemak kemudian memasuki peredaran darah pada luka dan bergerak beserta aliran darah dapat menyebabkan emboli lemak pulmoner atau emboli pada organ lain termasuk otak. Pada mayat dengan kulit yang gelap sehingga memar sulit dinilai sayatan pada kulit untuk mengetahui resapan darah pada jaringan subkutan dapat dilakukan dan dilegalkan. 2.2 Kontusio pada organ dan jaringan dalam Semua organ dapat terjadi kontusio. Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan bahkan kematian. Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi peradangan bertambah hebat. Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan

42

kesadaran, koma dan kematian. Kontusio dan perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi organ lain yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang mengontrol pernapasan dan peredaran darah. Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan sempit pada daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls dapat menyebabkan gannguan pada irama jantung atau henti jantung. Kontusio luas yang mengenai kerja otot jantung dapat menghambat pengosongan jantung dan menyebabkan gagal jantung. Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan ruptur organ yang menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh. 3. Laserasi (luka robek) Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi. Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam seperti pisau. Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar juga menunjukkan arah awal kekerasan. Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan swallow tails. Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip. Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah, yang berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar atau krusta. Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain. Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan

43

lebih dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan. Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna. Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa. Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat. Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama dapat menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan selanjutnya dan lecet pada pukulan selanjutnya. Tetapi ketiga jenis luka tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu pukulan. 4. Fraktur (patah tulang) Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada bedah hanya memiliki sedikit makna pada ilmu forensik. Pada bedah, fraktur dibagi menjadi fraktur sederhana dan komplit atau terbuka. Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga dipengaruhi beberapa faktor seperti komposisi tulang tersebut. Anak-anak tulangnya masih lunak, sehingga apabila terjadi trauma khususnya pada tulang tengkorak dapat menyebabkan kerusakan otak yang hebat tanpa menyebabkan fraktur tulang tengkorak. Wanita usia tua sering kali telah mengalami osteoporosis, dimana dapat terjadi fraktur pada trauma yang ringan. Pada kasus dimana tidak terlihat adanya deformitas maka untuk mengetahui ada tidaknya fraktur dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan sinar X, mulai dari fluoroskopi, foto polos. Xero radiografi merupakan teknik lain dalam mendiagnosa adanya fraktur. Fraktur mempunyai makna pada pemeriksaan forensik. Bentuk dari fraktur dapat menggambarkan benda penyebabnya (khususnya fraktur tulang tengkorak), arah kekerasan. Fraktur yang terjadi pada tulang yang sedang mengalami penyembuhan berbeda dengan fraktur biasanya. Jangka waktu penyembuhan tulang berbeda-beda setiap orang. Dari penampang makros dapat dibedakan menjadi fraktur yang baru, sedang dalam penyembuhan, sebagian telah sembuh,

44

dan telah sembuh sempurna. Secara radiologis dapat dibedakan berdasarkan akumulasi kalsium pada kalus. Mikroskopis dapat dibedakan daerah yang fraktur dan daerah penyembuhan. Penggabungan dari metode diatas menjadikan akurasi yang cukup tinggi. Daerah fraktur yang sudah sembuh tidaklah dapat menjadi seperti tulang aslinya. Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila perdarahan sub periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan disfungsi organ tersebut. Apabila terjadi robekan pembuluh darah kecil dapat menyebabkan darah terbendung disekitar jaringan lunak yang menyebabkan pembengkakan dan aliran darah balik dapat berkurang. Apabila terjadi robekan pada arteri yang besar terjadi kehilangan darah yang banyak dan dapat menyebabkan pasien shok sampai meninggal. Shok yang terjadi pada pasien fraktur tidaklah selalu sebanding dengan fraktur yang dialaminya. Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan lain. Gejala pada emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah terjadinya fraktur dan dapat menyebabkan kematian. Gejala pada emboli lemak di paru berupa distres pernafasan dapat terjadi 14-16 jam setelah terjadinya fraktur yang juga dapat menyebabkan kematian. Emboli sumsum tulan atau lemak merupakan tanda antemortem dari sebuah fraktur. Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur depresi tidaklah begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang dapat membuat hematom ekstra dural, sehingga diperlukan depresi tulang secepatnya. Apabila ujung tulang mengenai otak dapat merusak otak tersebut, sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran, kejang, koma hingga kematian. 5. Kompresi (tekanan) Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan efek lokal maupun sistemik yaitu asfiksia traumatik sehingga dapat terjadi kematiaan akibat tidak terjadi pertukaran udara. 6. Perdarahan Perdarahan dapat muncul setelah terjadi kontusio, laserasi, fraktur, dan kompresi. Kehilangan 1/10 volume darah tidak menyebabkan gangguan yang bermakna. Kehilangan volume darah dapat menyebabkan pingsan meskipun dalam kondisi berbaring. Kehilangan volume darah dan mendadak dapat menyebabkan syok yang berakhir pada kematian. Kecepatan perdarahan yang terjadi tergantung pada ukuran dari pembuluh darah yang terpotong dan jenis perlukaan yang mengakibatkan terjadinya perdarahan. Pada arteri besar yang terpotong, akan terjadi perdarahan banyak yang sulit dikontrol oleh tubuh sendiri.Apabila luka pada arteri besar berupa sayatan, seperti luka yang disebabkan oleh pisau, perdarahan akan berlangsung lambat dan mungkin intermiten. Luka pada arteri besar yang disebabkan oleh tembakan akan mengakibatkan luka yang sulit untuk dihentikan oleh mekanisme penghentian darah dari dinding pembuluh darah

45

sendiri. Hal ini sesuai dengan prinsip yang telah diketahui, yaitu perdarahan yang berasal dari arteri lebih berisiko dibandingkan perdarahan yang berasal dari vena. Hipertensi dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat apabila terjadi perlukaan pada arteri. Adanya gangguan pembekuan darah juga dapat menyebabkan perdarahan yang lama. Kondisi ini terdapat pada orang-orang dengan penyakit hemofili dan gangguan pembekuan darah, serta orang-orang yang mendapat terapi antikoagulan. Pecandu alcohol biasanya tidak memiliki mekanisme pembekuan darah yang normal, sehingga cenderung memiliki perdarahan yang berisiko. Investigasi terhadap kematian yang diakibatkan oleh perdarahan memerlukan pemeriksaan lengkap seluruh tubuh untuk mencari penyakit atau kondisi lain yang turut berperan dalam menciptakan atau memperberat situasi perdarahan. A. Cedera Kepala A.Cedera Kepala pada Penutup Otak Jaringan otak dilindungi oleh 3 lapisan jaringan. Lapisan paling luar disebut duramater, atau sering dikenal sebagai dura. Lapisan ini tebal dan lebih dekat berhubungan dengan tengkorak kepala dibandingakan otak. Antara tengkorak dan dura terdapat ruang yang disebut ruang epidural atau ekstradural. Ruang ini penting dalam bidang forensic Lapisan yang melekat langsung ke otak disebut piamater. Lapisan ini sangat rapuh, melekat pada otak dan meluas masuk ke dalam sulkus-sulkus otak. Lapisan ini tidak terlalu penting dalam bidang forensik. Lapisan berikutnya yang terletak antara dura mater dan pia mater disebut arakhnoid. Ruang yang dibentuk antara lapisan dura mater dan arakhnoid ini disebut ruang subdural. Kedalaman ruang ini bervariasi di beberapa tempat. Perlu diingat, cairan otak terdapat pada ruang subarakhnoid, bukan di ruang subdural. Perdarahan kepala dapat terjadi pada ketiga ruang yaitu ruang epidural, subdural atau ruang subarakhnoid, atau pada otak itu sendiri. B. Perdarahan Epidural (Hematoma) Perdarahan jenis ini berhubungan erat dengan fraktur pada tulang tengkorak. Apabila fraktur mengenai jalinan pembuluh darah kecil yang dekat dengan bagian dalam tengkorak, umumnya arteri meningea media, dapat menyebabkan arteri terkoyak dan terjadi perdarahan yang cepat. Kumpulan darah akhirnya mendorong lapisan dura menjauh dari tengkorak dan ruang epidural menjadi lebih luas. yang terdorong ke dalam, otak mendapatkan kompresi atau tekanan yang akhirnya menimbulkan gejala-gejala seperti nyeri kepala, penurunan kesadaran bertahap mulai dari letargi, stupor dan akhirnya koma. Kematian akan terjadi bila tidak dilakukan terapi dekompresi segera. Waktu antara timbulnya cedera kepala

46

sampai munculnya gejala-gejala yang diakibatkan perdarahan epidural disebut sebagai lucid interval C. Perdarahan Subdural (Hematoma) Perdarahan ini timbul apabila terjadi bridging vein yang pecah dan darah berkumpul di ruang subdural. Perdarahan ini juga dapat menyebabkan kompresi pada otak yang terletak di bawahnya. Karena perdarahan yang timbul berlangsung perlahan, maka lucid interval juga lebih lama dibandingkan perdarahan epidural, berkisar dari beberapa jam sampai beberapa hari. Jumlah perdarahan pada ruang ini berkisar dibawah 120 cc, sehingga tidak menyebabkan perdarahan subdural yang fatal. Tidak semua perdarahan epidural atau subdural bersifat letal. Pada beberapa kasus, perdarahan tidak berlanjut mencapai ukuran yang dapat menyebabkan kompresi pada otak, sehingga hanya menimbulkan gejala-gejala yang ringan. Pada beberapa kasus yang lain, memerlukan tindakan operatif segera untuk dekompresi otak. Penyembuhan pada perdarahan subdural dimulai dengan terjadinya pembekuan pada perdarahan. Pembentukan skar dimulai dari sisi dura dan secara bertahap meluas ke seluruh permukaan bekuan. Pada waktu yang bersamaan, darah mengalami degradasi. Hasil akhir dari penyembuhan tersebut adalah terbentuknya jaringan skar yang lunak dan tipis yang menempel pada dura. Sering kali, pembuluh dara besar menetap pada skar, sehingga membuat skar tersebut rentan terhadap perlukaan berikutnya yang dapat menimbulkan perdarahan kembali. Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan pada perdarahan subdural ini bervariasi antar individu, tergantung pada kemampuan reparasi tubuh setiap individu sendiri. Hampir semua kasus perdarahan subdural berhubungan dengan trauma, meskipun dapat tidak berhubungan dengan trauma. Perdarahan ini dapat terjadi pada orangorang dengan gangguan mekanisme pembekuan darah atau pada pecandu alcohol kronik, meskipun tidak menyebabkan perdarahan yang besar dan berbahaya. Pada kasus-kasus perdarahan subdural akibat trauma, dapat timbul persarahan kecil yang tidak berisiko apabila terjadi pada orang normal. Akan tetapi, pada orangorang yang memiliki gangguan pada mekanisme pembekuan darah, dapat bersifat fatal. Adakalanya juga perdarahan subdural terjadi akibat perluasan dari perdarahan di tempat lain. Salah satu contohnya adalah perdarahan intraserebral yang keluar dari substansi otak melewati pia mater, kemudian masuk dan menembus lapisan arakhnoid dan mencapai ruang subdural. D. Perdarahan Subarakhnoid

47

Penyebab perdarahan subarakhnoid yang tersering ada 5, dan terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu yang disebabkan trauma dan yang tidak berhubungan dengan trauma. Penyebabnya antara lain: 1. Nontraumatik: a. Ruptur aneurisma pada arteri yang memperdarahi otak b. Perdarahan intraserebral akibat stroke yang memasuki subarakhnoid 2. Traumatik: a. Trauma langsung pada daerah fokal otak yang akhirnya menyebabkan perdarahan subarakhnoid b. Trauma pada wajah atau leher dengan fraktur pada tulang servikal yang menyebabkan robeknya arteri vertebralis c. Robeknya salah satu arteri berdinding tipis pada dasar otak yang diakibatkan gerakan hiperekstensi yang tiba-tiba dari kepala. Arteri yang lemah dan membengkak seperti pada aneurisma, sangat rapuh dindingnya dibandingkan arteri yang normal. Akibatnya, trauma yang ringan pun dapat menyebabkan ruptur pada aneurisma yang mengakibatkan banjirnya ruang subarakhnoid dengan darah dan akhirnya menimbulkan disfungsi yang serius atau bahkan kematian. Yang menjadi teka-teki pada bagian forensik adalah, apakah trauma yang menyebabkan ruptur pada aneurisma yang sudah ada, atau seseorang mengalami nyeri kepala lebih dahulu akibat mulai pecahnya aneurisma yang menyebabkan gangguan tingkah laku berupa perilaku mudah berkelahi yang berujung pada trauma. Contoh yang lain, apakah seseorang yang jatuh dari ketinggian tertentu menyebabkan ruptur aneurisma, atau seseorang tersebut mengalami ruptur aneurisma terlebih dahulu yang menyebabkan perdarahan subarakhnoid dan akhirnya kehilangan kesadaran dan terjatuh. Pada beberapa kasus, investigasi yang teliti disertai dengan otopsi yang cermat dapat memecahkan teka-teki tersebut. Perdarahan subarakhnoid ringan yang terlokalisir dihasilkan dari tekanan terhadap kepala yang disertai goncangan pada otak dan penutupnya yang ada di dalam tengkorak. Tekanan dan goncangan ini menyebabkan robeknya pembuluhpembuluh darah kecil pada lapisan subarakhnoid, dan umumnya bukan merupakan perdarahan yang berat. Apabila tidak ditemukan faktor pemberat lain seperti kemampuan pembekuan darah yang buruk, perdarahan ini dapat menceritakan atau mengungkapkan tekanan trauma yang terjadi pada kepala. Jarang sekali, tamparan pada pada sisi samping kepala dan leher dapat mengakibatkan fraktur pada prosesus lateralis salah satu tulang cervical superior. Karena arteri vertebralis melewati bagian atas prosesus lateralis dari vertebra di daerah leher, maka fraktur pada daerah tersebut dapat menyebabkan robeknya arteri yang menimbulkan perdarahan masif yang biasanya menembus sampai lapisan subarakhnoid pada bagian atas tulang belakang dan akhirnya terjadi penggenangan pada ruang subarakhnoid oleh darah. Aliran darah ke atas meningkat dan perdarahan meluas sampai ke dasar otak dan sisi lateral hemisfer

48

serebri. Pada beberapa kasus, kondisi ini sulit dibedakan dengan perdarahan nontraumatikyang mungkin disebabkan oleh ruptur aneurisma. Tipe perdarahan subarakhnoid traumatic yang akan dibicarakan kali ini merupakan tipe perdarahan yang massif. Perdarahan ini melibatkan dasar otak dan meluas hingga ke sisi lateral otak sehingga serupa dengan perdarahan yang berhubungan dengan aneurisma pada arteri besar yang terdapat di dasar otak.Akan tetapi, pada pemeriksaan yang cermat dan teliti, tidak ditemukan adanya aneurisma, sedangkan arteri vertebralis tetap intak. Penyebab terjadinya perdarahan diduga akibat pecahnya pembuluh darah berdinding tipis pada bagian bawah otak, serta tidak terdapat aneurisma. Terdapat 2 bukti, meskipun tidak selalu ada, yang bisa mendukung dugaan apakah kejadian ini murni dimulai oleh trauma terlebih dahulu. Bukti pertama yaitu adanya riwayat gerakan hiperekstensi tiba-tiba pada daerah kepala dan leher, yang nantinya dapat menyebabkan kolaps dan bahkan kematian.

B. Kontusio otak Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu. Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada bagian superfisial atau daerah abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya pembuluh darah dengan terhambatnya aliran darah menuju otak menyebabkan adanya pembengkakan dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lingkaran kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk cukup besar, edema otak dapat menghambat sirkulasi darah yang menyebabkan kematian otak, koma, dan kematian total. Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah penyembuhan kontusio tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan menyebabkan adanya fokus epilepsi. Yang harus dipertimbangan adalah lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan dalam pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada trauma sepeti pada kulit kepala, kranium, dan otak. Ketika bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti palu atau botol bir, hasilnya dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi dari kulit kepala. Kranium dapat patah atau tidak. Jika jaringan dibawahnya terkena, hal ini disebut coup. Hal ini terjadi saat kepala relatif tidak bergerak. Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala yang bergerak mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan pada kulit kepala dan pada kranium dapat serupa dengan apa yang ditemukan pada benda yang bergerak-kepala yang diam. Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada sisi yang berlawanan. Hal ini disebut kontusio contra-coup. Pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena foto dari semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat sesuai

49

dengan demontrasi yang ada., diagram dapat menjelaskan hubungan trauma yang terjadi. Kadang-kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat saja kepala yang diam dan terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau mengenai benda keras lainnya, sehingga gambaran yang ada akan tercampur, membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan mendetail. Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai daerah putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil atau besar. Perdarahan kecil dinamakan ball hemorrhages sesuai dengan bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang disebabkan hipertensi. Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya berbentuk ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke. Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya tanda trauma kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus lain yang menyebabkan perdarahan. Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan trauma biasanya melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam. Tempat predileksinya adalah ganglia basal, pons, dan serebelum. Perdahan tersebut berhubungan dengan malformasi arteri vena. Biasanya mengenai orang yang lebih muda dan tidak mempunyai riwayat hipertensi. Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma kepala. Manifestasi eksternal yang dapat ditemui adalah foam cone busa berwarna putih atau merah muda pada mulut dan hidung. Hal tersebut dapat ditemui pada kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit jantung yang didahului dekompensasio kordis. Keberadaan gelembung tidak membuktikan adanya trauma kepala. C. Pola trauma Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali, yang mengarah kepada kepentingan medikolegal. Contohnya : 1. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat terjadi kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan menjadi fragmen-fagmen kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi, kontusio, dan laserasi yang berbentuk segiempat atau sudut. 2. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan fraktur tulang panjang kaki. Hal ini disebut bumper fractures. Adanya fraktur tersebut yang disertai luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di pinggir jalan, memperlihatkan bahwa korban adalah pejalan kaki yang ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi bempernya. Karena hampir seluruh kendaraan bermotor nose dive ketika mengerem mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak kaki, dapat mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk mengerem pada saat kecelakaan terjadi. 3. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya pola luka pada dan di bawah area hat band dan biasanya terbatas pada

50

satu sisi wajah. Dengan adanya pola tersebut mengindikasikan jatuh sebagai penyebab, bukan karena dipukul. 4. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang kepalan tangan, luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari luar, namun menimbulkan edem jaringan pada bagian dalam, tepat di depan gigi geligi. 1.2. TRAUMA TAJAM Benda tajam seperti pisau, pemecah es, kapak, pemotong, dan bayonet menyebabkan luka yang dapa dikenali oleh pemeriksa. Tipe lukanya akan dibahas di bawah ini : A. Luka sayat (incised wound) Luka insisi/sayat disebabkan gerakan menyayat dengan benda tajam seperti pisau atau silet. Karena gerakan dari benda tajam tersebut, luka biasanya panjang, bukan dalam. Panjang dan kedalaman luka dipengaruhi oleh gerakan benda tajam, kekuatannya, ketajaman, dan keadaan jaringan yang terkena. Karakteristik luka ini yang membedakan dengan laserasi adalah tepinya yang rata. B. Luka tusuk, tikam (punctured wound) Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau korban yang terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata satu, maka salah satu sudut akan tajam, sedangkan sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau bermata dua, maka kedua sudutnya tajam. Penampakan luar luka tusuk tidak sepenuhnya tergantung dari bentuk senjata. Jaringan elastis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek yang sesuai dengan bentuk senjata. Harus dipahami bahwa jaringan elastis terbentuk dari garis lengkung pada seluruh area tubuh. Jika tusukan terjadi tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan lebar dan pendek. Sedangkan bila tusukan terjadi paralel dengan garis tersebut, luka yang terjadi sempit dan panjang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga akan mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat ditemukan : 1. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih dalam maupun pada organ.

51

2.

Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor. Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang digunakan. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk ireguler dan besar.

3.

4.

5.

Jika senjata digunakan dengan kekuatan tambahan, dapat ditemukan kontusio minimal pada luka tusuk tersebut. Hal ini dapat diindikasikan adanya pukulan, Panjang saluran luka dapat mengindikasikan panjang minimun dari senjata yang digunakan. Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan pada saat autopsi. Posisi membungkuk, berputar, dan mengangkat tangan dapat disebabkan oleh senjata yang lebih pendek dibandingkan apa yang didapatkan pada saat autopsi. Manipulasi tubuh untuk memperlihatkan posisi saat ditusuk sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat berat dan adanya kaku mayat. Poin lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota tubuh pada saat penusukan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya raguragu untuk menentukan jenis senjata yang digunakan. Pisau yang ditusukkan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu akan mengenai tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Karakteristik senjata paling baik dilihat melalui trauma pada tulang. Biasanya senjata yang tidak begitu kuat dapat rusak atau patah pada ujungnya yang akan tertancap pada tulang. Sehingga dapat dicocokkan, ujung pisau yang tertancap pada tulang dengan pasangannya. C. Luka Bacok (chopped wound) Luka bacok dihasilkan dari gerakkan merobek atau membacok dengan menggunakan instrument yang sedikit tajam dan relatif berat seperti kapak, kapak kecil, atau parang. Terkadang bayonet dan pisau besar juga digunakan untuk tujuan ini. Luka alami yang disebabkan oleh senjata jenis tersebut bervariasi tergantung pada ketajaman dan berat senjata. Makin tajam instrument makin tajam pula tepi luka. Sebagaimana luka lecet yang dibuat oleh instrument tajam yang lebih kecil, penipisan terjadi pada tempat dimana bacokan dibuat. Abrasi lanjutan dapat ditemukan pada jenis luka tersebut pada sisi diseberang tempat penipisan, yang disebabkan oleh hapusan bilah yang pipih. Pada instrumen pembacok yang diarahkan pada kepala, sudut besatan bilah terkadang dapat dinilai dari bentuk patahan tulang tengkorak. Sisi pipih bilah bisa meninggalkan

52

cekungan pada salah satu sisi patahan, sementara sisi yang lain dapat tajam atau menipis. Berat senjata penting untuk menilai kemampuannya memotong hingga tulang di bawah luka yang dibuatnya. Ketebalan tulang tengkorak dapat dikalahkan dengan menggunakan instrumen yang lebih berat. Pernah dilaporkan bahwa parang dapat membuat seluruh gigi lepas. Kerusakan tulang yang hebat tidak pernah disebabkan oleh pisau biasa. Juga perlu dicatat kemungkinan diakukannya pemelintiran setelah terjadi bacokan dan dalam upaya melepaskan senjata. Gerakan tersebut, jika dilakukan dengan tekanan, dapat mengakibatkan pergeseran tulang, umumnya didekat kaki-kaki luka bacok. Efek utama dari luka tusuk, luka lecet, dan luka bacok adalah perdarahan. Disfungsi karena kerusakan saraf di ekstremitas juga dapat dicatat. Luka tusuk yang dalam dapat mengenai organ-organ dalam. intrumen teramat kecil yang menyebabkan luka tipe tusuk dapat menyebabkan luka kecil yang dengan keelastisan dari jaringan normal dapat kembali tertutup setelah intrumen dicabut, dan tidak ada darah yang keluar setelahnya. Pemecah es, awls, dan hatpins diakui dapat menyebabkan luka jenis tersebut. Sebagimana telah didiskusikan pada pembahasan luka tembak, bentuk alami terpotongnya arteri besar dan jantung oleh karena luka tusuk menyebabkan perdarahan lebih lambat dibandingkan kerusakan yang sama yang disebabkan luka tembak. Pada keadaan tertentu, senjata yang tidak umum digunakan, menyebabkan luka tusuk, lecet, atau bacok. Anak panah berburu yang setajam silet yang umumnya dipakai jarak jauh, pernah juga dipakai untuk menusuk korban dengan tangan. Potongan tajam gelas, botol pecah, dan objek gelas lain yang tajam terkdang dipakai sebagai senjata untuk merobek atau menusuk. Pisau bedah, jarum jahit, dan tonggak tajam dapat digunakan sebagai senjata yang mematikan. Beberapa catatan sebaiknya dibuat mengenai kerusakan yang tertutupi oleh instrumen tajam yang dipakai sebagai sejata untuk menusuk. Jika pisau bermata dua atau sejata sejenis digunakan, tepi pemotongan yang tajam menyebabkan sudut tajam atau robekan dengan kaki-kaki bersudut akut. Senjata bermata satu seringkali menyebabkan salah satu kaki luka bersudut tajam dan yang satunya tumpul. Pemeriksaan pakaian korban penusukan dapat memeberi perkiraan ciriciri senjata yang digunakan. Pemeriksaan tersebut menjadi sangat penting nilainya apabila luka tusuk diperlebar oleh dokter bedah untuk tujuan menilai luka secara lebih akurat untuk kepentingan medikolegal. Pemeriksaan ini juga penting untuk menilai apakah senjata benar-benar menembus pakaian hingga kelapisan dibawahnya. Beberapa individu yang menggunakan senjata tajam untuk bunuh diri dapat membuka sedikit bagian pakaiannya sehingga tidak akan ditemukan robekan tembus pada pakaian. Tidak adanya kerusakan pada pakaian yang dipakai oleh korban, padahal luka terdapat pada area yang tertutupi pakaian, dapat menunjukkan bahwa kematian disebabkan masalah internal.

53

Terdapat 2 tipe luka oleh karena instrumen yang tajam dikenal dengan baik dan memiliki ciri yang dapat dikenali dari aksi korban. tanda percobaan adalah insisi dangkal, luka tusuk atau luka bacok yang dibuat sebelum luka yang fatal oleh individu yang berencana bunuh diri. Luka percobaan tersebut seringkali terletak paralel dan terletak dekat dengan luka dalam di daerah pergelangan tangan atau leher. Bentuk lainnya antara lain luka tusuk dangkal didekat luka tusuk dalam dan mematikan. Meskipun jarang sekali dilaporkan, luka bacok superfisial di kepala dapat terjadi sebelum ayunan yang keras dan menyebabkan kehilangan kesadaran dan/atau kematian. Bentuk lain dari luka oleh karena instrumen yang tajam adalah luka perlawanan. Luka jenis ini dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan bawah (jarang ditempat lain) dari korban sebagaimana ia berusaha melindungi dirinya dari ayunan senjata, contohnya dengan menggenggam bilah dari instrumen tajam. Jelas bahwa tanda percobaan merupakan ciri khas bunuh diri dan tanda perlawanan menunjukkan pembunuhan. Bagaimanapun juga, boleh saja berpikir bahwa luka lecet dapat ditemukan, umumnya pada leher atau sekitar leher, disebabkan oleh penyerang pada kasus pembunuhan. Luka lecet multipel di lengan bawah dapat pula, meskipun jarang, menjadi tanda perlawanan, namun tampil seperti luka percobaan. Interpretasi dari tanda perlawanan dan percobaan yang tampak sebaiknya disimpulkan setelah pemeriksaan yang lengkap dan seksama. Pemeriksaan untuk ketiga luka diatas: Dalam pemeriksaan, interpretasi luka harus berdasarkan penemuan dan tidak boleh dipengaruhi oleh keterangan pasien atau keluarga, sebab pada banyak kasus ada kecendrungan korban memperbesar keluhannya dengan maksud mendramatisir perlukaan untuk kepentingannya. Pemeriksaan ditunjukan untuk menentukan: 1. jumlah luka2 2. lokasi luka 3. arah luka 4. ukuran luka (panjang, lebar dan dalam) 5. jenis kekerasan 6. bentuk alat 7. kualifikasi atau derajat keparahan luka 8. medikolegal luka 9. luka ante-mortem atau post-mortem lokasi luka dijelaskan dengan menghubungkan daerah-daerah yang berdekatan dengan garis anatomi tubuh dan posisi jaringan tertentu, misalnya garis tengah tubuh, ketiak, puting susu, pusat, persendian dan lain-lain. Bentuk luka sebaiknya dibuat dalam bentuk sketsa untuk menggambarkan kerusakan permukaan kulit, jaringan dibawahnya dan bila perlu organ dalam (visera). Luka diukur secara tepat (dalam milimeter atau sentimeter), tidak boleh dalam ukuran kira-kira saja. Bila

54

ada keraguan apakah luka terjadi ante-mortem atau post-mortem maka jaringan luka diambil untuk pemeriksaan mikroskopik. Bila timbul pertanyaan dari hakim apakah suatu alat yang ditunjukan dalam sidang pengadilan yang menyebabkan luka pada korban, maka jangan sekali-kali menjawab dengan pasti., sebab mungkin saja ada alat lain yang dapat menyebabkan luka yang sama sifatnya. Walaupun memang terdapat hubungan antara bentuk alat dan luka yang terjadi. Kualifikasi luka Dalam membuat kesimpulan luka sebaiknya dokter menentukan juga derajat keparahan luka yang dialami korban atau disebut juga derajat kwalifikasi luka. Ini sebagai usaha untuk membantu yudex facti dalam menegakkan keadilan. Perlu diingat bahwa pengertian kwalifikasi luka disini semata-mata menurut pengertian medis yang dihubungkan dengan beberapa ketentuan hukum yang telah dijelaskan sebelumnya. Penganiayaan merupakan istilah hukum dan tidak dipakai dalam laporan tertulis dalam visum oleh dokter. Dengan hanya melihat keadaan luka korban, dokter tidak mungkin menentukan apakah itu karena perbuatan penganiyaan atau tidak, apalagi menentukan penganiyaan atau bukan adalah hakim dengan menghubungkan dengan alat bukti yang lain. Yang diharapkan dari dokter adalah dari sudut pandang ilmu kedokteran. Dokter dapat membantu kalangan hukum dalam menilai berat ringan luka yang dialami korban pada waktu atau selama perawatan yang dilalukannya.kualifikasi luka yang dapat dibuat dokter adalah menyatakan pasien mengalami luka ringan, sedang atau berat. Yang dimaksud dengan luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan halangan dalam menjalankan mata pencaharian.tidak menggangu kegiatan sehari-hari.sedangkan luka berat harus disesuiakan dengan ketentuan undang-undangyaiti yang diatur dalam KUHP pasal 90. luka sedang adalah keadaan luka diantara luka ringan dan luka berat. D. Luka Tembak (firearm wound) Harus selalu ada di dalam benak kita bahwa saat tembakan terjadi, dilepaskan 3 substansi berbeda dari laras senjata. Yaitu anak peluru, bubuk mesiu yang tidak terbakar, dan gas. Gas tersebut dihasilkan dari pembakaran bubuk mesiu yang memberikan tekanan pada anak peluru untuk terlontar keluar dari senjata. Proses tersebut akan menghasilkan jelaga. Ada bagian yang berbentuk keras seperti isi pensil untuk menyelimuti bubuk mesiu. Sebenarnya tidak semua bubuk mesiu akan terbakar; sejumlah kecil tetap tidak terbakar, dan sebagian besar lainnya diledakkan keluar dari lubang senjta sebagai bubuk, yang masing-masing memiliki kecepatan inisial sama dengan anak peluru atau misil lain. Massa materi yang terlontar dari laras pada saat penembakan dapat menjadi patokan jarak yang ditempuhnya. Gas, yang bersamanya juga terkandung jelaga, sangat jelas dan dapat melalui jarak yang sangat pendek yang diukur dengan satuan inch. Bubuk mesiu yang tidak terbakar, dengan massa yang lebih besar, dapat terlontar lebih jauh. Tergantung kepada tipe bubuknya, kemampuan bubuk mesiu untuk terlontar bervariasi antara 2-6 kaki (0,6-2 m). Makin berat anak peluru tentu saja

55

membuatnya terlontar lebih jauh menuju target yang ditentukan atau tidak ditentukan. a. Jarak Tembakan Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan. Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai berikut: untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut, luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan jauh. Seperti yang tertera pada tabel 1. Perlu dicatat bahwa ciri-ciri yang terdapat pada tabel tersebut disebabkan oleh senapan dan pistol, termasuk juga revolver dan pistol otomatis. b. Luka tembak tempel Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu saat tembakan terjadi menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang mendorong anak peluru keluar dari selongsongnya, dan selanjutnya menimbulkan suara yang keras. Gas tersebut sangat panas dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya, yang jelas pada malam hari atau ruangan yang gelap. Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi antara gas dan anak peluru: (1) sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu; (2) efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru; dan (3) ada tidaknya tulang dibawah jaringan yang terkena tembakan. Faktor pertama, jumlah gas yang diproduksi oleh bubuk mesiu yang terbakar memilik hubungan dengan kecepatan melontar senjata. Secara jelas dapat dikatakan dengan meningkatkan kecepatan melontar berarti juga meningkatkan kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah gas yang diproduksi merupakan suatu prinsip untuk meningkatkan dorongan terhadap anak peluru. Faktor kedua yang berpengaruh terhadap efektifitas pelindung antara kulit dan anak peluru. Makin efisien pelindung tersebut makin banyak gas yang gagal ditiupkan di sekitar moncong senjata sehingga makin banyak gas yang dapat ditemukan di jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah keberadaan lapisan tulang dalam jarak yang dekat di bawah kulit yang dapat dibuktikan menjadi pembatas terhadap penetrasi yang masif dan ekspansi gas menuju jaringan yang lebih dalam. c. Luka Tembak Jarak Dekat (near wound) dibawah 15 cm Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa inch adalah adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk anak peluru. Luasnya kelim jelaga tergantung kepada jumlah gas yang dihasilkan, luasnya bubuk mesiu yang terbakar, jumlah grafit yang dipakai untuk menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka

56

tembak jarak dekat, bubuk mesiu bebas dapat ditemukan didalam atau di sekitar tepi luka dan disepanjang saluran luka. kelim tato yang biasa tampak pada luka jarak sedang, tidak tampak pada luka jarak pendek kemungkina karena efek penapisan oleh jelaga. Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan membakar kulit secara langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat terlihat. Terbakarnya rambut pada area tersebut dapat saja terjadi, namun jarang diperhatikan karena sifat rambut terbakar yang rapuh sehingga patah dan mudah diterbangkan sehingga tidak ditemukan kembali saat dilakukan pemeriksaan. Rambut terbakar dapat ditemukan pada luka yang disebabkan senjata apapun. d. Luka Tembak Jarak Sedang Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk mesiu yang tidak terbakar yang terbang kearah kulit korban. Disekitar zona tato terdapat zona kecil berwarna magenta. Adanya tumbukan berkecepatan tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan menghasilkan perdarahan kecil. Bentuk tato memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang digunakan. Serpihan mesiu menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka ragam, tergantung bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit dengan bentuk pipih pada tepinya. Gumpalan mesiu, berbentuk bulat atau bulat telur, menyebabkan tato bentuk bintik-bintik atau titik-titik. Karena bentuk gumpalan lebih kecil dari bentuk serpihan sehingga daerah berkelim tato pada gumpalan lebih halus. Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak tersebut, makin besar area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas yang umum dipakai adalah dengan mengukur 2 koordinat, potongan longitudinal dan transversal. Untuk kemudian dibuat luka percobaan, dengan menggunakan senjata yang sama, amunisis yang sama, kondisi lingkungan yang sama dengan hasil luka terlihat yang sama persis dengan korban, dapat di ukur jarak tembak. Jarak tempuh bubuk mesiu beraneka ragam. Bubuk mesiu yang terbungkus dapat dibawa hingga 8-12 kaki. Namun kelim tato tidak akan ditemukan lagi bila jarak tembak melebihi 4-5 kaki. e. Luka tembak jarak jauh (distad wound) diatas 70 cm Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak jauh. Hanya anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki. Sehingga luka yang ada disebabkan oleh anak peluru saja. Terdapat beberapa karakteristik luka yang dapat dinilai. Umumnya luka berbentuk sirkular atau mendekati sirkular.Tepi luka compang-camping. Jika anak peluru berjalan dengan gaya non-perpendikular maka tepi compang-camping tersebut akan melebar pada salah satu sisi. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan arah anak peluru.

57

Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar terhadap pengusutan perkara. Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan kemungkinan penembakan terhadap diri sendiri, baik sengaja tau tidak. Terdapat 4 pengecualian, yaitu (1) Senjata telah di set sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan sendiri oleh korban dari jarak jauh; (2) kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka tembak tempel yang mirip luka tembak jarak jauh; (3) Kesulitan interpretasi karena adanya pakaian yang menghalangi jelaga atau bubuk mesiu mencapai kulit; dan (4) Jelaga atau bubuk mesiu telah tersingkir. Hal tersebut terjadi bila tidak ada pengetahuan pemeriksa dan dapat berakibat serius terhadap penyelidikan. f. Luka Tembak Keluar Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka tembak keluar. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak masuk. Bentuknya tidak sirkular melainkan bervariasi dari seperti celah (slitlike), seperti bintang, iregular, atau berjarak (gaping). Bentuk luka tembak keluar tidak dapat di prediksi. Tidak adanya penahan pada kulit akan menyebabkan anak peluru mengoyak kulit pada saat keluar. Dalam beberapa keadaan dimana kulit memiliki penahan, maka bentuk luka tembak sirkular atau mendekati mendekati sirkular yang disekelilingnya dibatasi oleh abrasi. Teka-teki ilmiah forensik klasik membedakan luka tembak masuk dan luka tembak keluar. Luka tembak masuk dan luka tembak keluar sulit dibedakan apabila pada luka tembak luar terdapat penahan kulit, pada luka tembak masuk terdapat pakaian yang menghalangi residu lain, senjata yang digunakan kaliber kecil (kaliber 22), dan tulang tidak langsung berada di bawah kulit. Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian pakaian, pada posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang sangat ketat, bagian ikat pinggang dari celana panjang, celana pendek, atau celana dalam, bra, kerah baju, dan dasi. Luka jenis sama juga terjadi karena bagian tangan menahan tempat keluar anak peluru kemudian posisi pasien tiduran, duduk, atau menempel pada objek yang keras. Tidak semua anak peluru dapat keluar dari tubuh. Terdapat banyak tulang dan jaringan padat yang dapat menghalangi lewatnya peluru. Peluru jarang dapat dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang tipis seperti skapula dan ileum atau bagian tipis dari tenglorak. Kebanyakan anak peluru masuk ke dalam tubuh dan menghabiskan energi kinetiknya di kulit. Kulit adalah penghalang kedua yang paling menghalangi lewatnya anak peluru. Anak peluru yang mengenai lokasi yang tidak biasa dapat menyebabkan luka dan kematian tetapi luka tembak masuk akan sangat sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung, mulut, ketiak, vagina, dan rektum.

58

g. kecepatan anak peluru Jarak tembakan harus ditentukan atau dipikirkan untuk menilai kecepatan tolakan anak peluru. Perkiraan kecepatan bisa dinilai dengan melakukan pemeriksaan cartridge manufacturers range tables atau untuk lebih tepat dapat menggunakan kronografi, menguji ulang tembakan dengan menggunakan tipe senjata yang sama dan tipe amunisi yang sama yang dicoba-coba pada beberapa jarak tertentu. h. Area yang tidak terluka pada kasus luka tembak Ada 4 situasi yang akan diterangkan pada bab ini, yaitu mengenai peluru yang berhubungan dengan efek yang terlihat pada tubuh yang berupa kelainan abnormal. Situasi tersebut adalah: 1. Percikan darah (dan kadang-kadang jaringan) pada kedua tangan. Kondisi ini sering ditemukan pada korban bunuh diri. Percikan darah atau jaringan pada tangan terjadi ketika kontak antara senjata api dengan tangan yang memegang pelatuk senjata. Selian itu juga sering ditemukan percikan jaringan otak. Pada korban penyerangan atau pembunuhan, pada tangan penyerang sering ditemukan percikan darah/jaringan korban, namun seringkali penyerang sudah membersihkan percikan tersebut. Darah mungkin bisa turun ke bagian kaki atau bagian bawah yang lain dari korban.

2. Residu (sisa) dari senjata api yang terdapat pada daerah luka bisa menggambarkan posisi dan waktu korban itu ditembak. Percikan api atau bubuk mesiu yang keluar dari lubang yang berbentuk silinder senjata bisa menggambarkan posisi tembakan dan jenis senjata yang digunakan. Percikan bubuk mesiu ini membentuk sebuah tatto pada luka korban. 3. Terdapat tanda pada telapak tangan yang memegang senjata api berupa jelaga dan bubuk mesiu korban bunuh diri. j. Residu senjata api Istilah residu sebenarnya adalah sesuatu yang tersisa. Pada bagian ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang memiliki arti yang sama dengan residu. Tiap inevestigator akan cenderung tertarik melihat residu senjata api dengan sudut pandang yang berbeda. Para petugas hukum akan mengartikan residu dengan menghubungkan yang tersisa di tangan penyerang dengan senjata api penyerang. Sedangkan ahli senjata lebih tertarik dengan residu yang dihubungkan dengan senjata api yang digunakan. Ahli patologi forensik menguraikan antara residu yang terdapat pada tubuh korban dan luka tembak yang ditemukan. Pokok persoalan mengenai residu senjata api ini cukup kompleks, meliputi identifikasi, pengumpulan,pemeliharaan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi yang baik. Namun hal ini agak kurang dilakukan.

59

Secara tradisional, residu berarti bubuk sisa tembakan (bubuk mesiu) yang terjadi akibat proses pembakaran. Ada beberapa macam bentuk residu yang terdapat setelah proses penembakan menurut investigasi medikolegal. Residu juga terdapat pada peluru tetapi jarang sekali berguna untuk kepentingan forensik. Tetapi bubuk mesiu yang terdapat pada peluru seringkali digunakan oleh pemeriksa medikolegal untuk menemukan jenis senjata api yang digunakan. Residu tersebut kadang terlihat dengan mata telanjang dan digambarkan sebagai sebuah kelim tatto pada bagian tubuh korban. Sebagai tambahan, bubuk mesiu peluru dan fragmennya bisa terlihat pada bagian atas kulit atau bagian bawah kulit dan bisa juga tidak teridentifikasi. Studi mengenai residu ini adalah baru awal, tidak pernah ada pertanyaan yang menganalisa detail mengenai keberadaan residu pada luka tembak dalam atau luka tembak luar pada bagian tubuh korban yang telah mengalami pembusukan. k. Residu Senjata Api pada Tangan Tersangka Petugas hukum biasanya menginginkan untuk mengecek tangan tersangka pada kasus pembunuhan dengan luka tembak senjata api. Sedangkan ahli patologi forensik mengecek tangan korban bunuh diri untuk mendapatkan bukti tambahan bahwa memang kematian disebabkan oleh korban sendiri. Ahli patologi forensik juga mendemonstrasikan hubungan residu yang tertinggal dengan korban melalui bahasa tubuh (gesture) korban yang bertahan atau terdapat perlawanan korban terhadap kontrol senjata api. m. Residu senjata api pada korban yang dihubungkan dengan pintu masuk luka Residu yang terlihat, seperti yang telah diterangkan diatas, dapat berupa jelaga, minyak pelumas peluru, kelim tatto, bubuk mesiu, atau terkadang berupa jelaga yang berasal dari celah silinder dari pistol. Residu yang tidak terlihat bisa berupa material primer dan partikel metal yang telah menguap yang berasal dari peluru, jaket, atau selongsong peluru. Pada umumnya, residu yang dapat dilihat akan berdekatan dengan masuknya luka (pintu masuk luka). Tepi luka yang rusak bisa tertutup oleh residu dari senjata api apabila tembakan yang dilakukan pada jarak dekat. Pada luka akibat tembakan, residu tidak terlihat secara eksternal, kecuali tepi luka yang rusak itu berwarna kehitaman, hal itu terjadi karena deposit residu peluru pada jaringan. Deteksi yang terbaik adalah dengan mengambil bagian sekeliling kulit yang rusak akibat tembakan, dan termasuk lapisan subkutan dan mungkin jaringan yang lebih dalam lagi untuk menemukan bubuk mesiu. Hal ini sangat baik dilakukan dengan mikroskop dan dilakukan pada ruang otopsi. Prosedur ini juga dilakukan untuk membedakan luka tembak dalam dan luka tembak luar pada tubuh yang sudah membusuk atau berubah karena dibakar, temabakan yang dilakukan dalam jarak dekat atau jarak jauh, dan luka oleh kaliber 22.

60

Residu yang terlihat kadang bisa terlihat dengan pemeriksaan histologis. Teknik ini digunakan untuk mencari adanya bubuk mesiu. Kemudian setelah itu bisa dilakukan pemeriksaan nitrat atau nitrit. Menurut pengalaman penulis, sejauh ini teknik ini lebih bermanfaat dibandingkan pemeriksaan dengan mikroskop saja pada jaringan yang masih baru (fresh). Pada saat pencarian residu yang tidak terlihat disekeliling tepi luka tembak, pengambilan jaringan dan pemeriksaan dengan energi dispersi dari alat-alat X-ray akan sangat menguntungkan. Dengan teknik ini komponen primer dan jumlah yang sangat kecil dari deposit metal yang tersisa dari peluru, jaket maupun selongsongnya bisa dideteksi semikuantitatif. Residu dari senjata api bisa berupa gas karbonmonoksida. Gas ini diproduksi akibat proses pembakaran bubuk mesiu. Ketika senjata kontak dengan kulit, karbonmonoksida akan dideposit dibawah lapisan kulit dan terdifusi pada jaringan. Gas karbonmonoksida akan bergabung dengan hemoglobin darah dan mioglobin otot dan membentuk karboksihemoglobin dan karboksimioglobin. n. Deskripsi luka senjata api Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih hidup, deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tenggung jawab yang utama untuk memberikan penatalaksanaan gawat darurat. Membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi, debridement dan menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat pasien bagi dokter. Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti., setelah semua kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena singkatnya waktu yang dimiliki untuk mempelajari medikolegal, seringkali dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka secara detail. Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari: lokasi luka ukuran dan bentuk defek lingkaran abrasi lipatan kulit yang utuh dan robek bubuk hitam sisa tembakan, jika ada tattoo, jika ada bagian yang ditembus/dilewati titik hitam atau tanda penyembuhan akibat bedah pengeluaran benda asing dan susunannya 9. penatalaksanaan luka, termasuk debridement, penjahitan, pengguntingan rambut, pembalutan, drainase, dan operasi perluasan luka Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat. Meskipun demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat penanganan gawat darurat atau pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan kepada 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

61

pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak tubuh mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka sebenarnya. Identifikasi senjata api Dalam kasus luka tembak sangat penting untuk mengetahui dari senjata api mana peluru tersebut ditembakkan. Selongsong juga berguna untuk identifikasi. 2. ASPEK MEDIKOLEGAL Kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan? Kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan adalah merupakan permasalahan yang harus dapat dijawab, dibuat terang dan jelas oleh dokter dan khususnya oleh penyidik. Kejelasan tersebut memang diperlukan dan harus diusahakan oleh karena baik kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan membawa implikasi yang berbeda-beda, baik ditinjau dari sudut penyidikan maupun dari sudut proses peradilan pada umunya. A. Kematian karena kecelakaan Kematian karena kecelakaan (accidental death) masih merupakan kasus yang masuk didalam rung lingkup penyidikan dalam kasus kecelakaan ini penyidik sering dihadapkan dengan kasus dimana tanda-tanda kekerasan jelas terlihat akan tetapi tidak ada satu petunjuk pun atau tanda-tanda yang mengarahkan adanya unsur-unsur criminal sebagai penyebab kecelakaan itu sendiri.Yang termasuk didalam pengertian kecelakaan disini adalah: 1. Kematian yang terjadi sewaktu seseorang penderita kelainan dalam kehidupan seksual, dan melampiaskan hasrat seksual yang tak wajar tersebut dengan cara yang tak wajar juga.Kematian yang seperti ini disebut dengan anteoritik death. Pada tubuh korban banyak terdapat lilitan diantaranya ada yang melingkaran alat kelamin dan leher, bila lilitan tersebut terlambat keras korban dapat mati lemas.Mati lemas dalam kasus ini dusebut seksual asphiixia.Keadaan di TKP teratur dan sering dijumpai bacaan atau gambar yang bersifat pornografi, juga tidak jarang ditemukan perlengkapan aneh-aneh yang dipakai untuk melampiaskan hastrat seksual yang tidak wajar, dengan kata lain korban menderita penyakit penyimpangan seksual. 2. kematian karena tergantung atau accidental hanging death,biasa terjadi pada anak-anak, dimana anak-anak tersebut tersangkut lehernya tersangkut ditempat tidur yang memepunyai jaruji, atau tersangkut lehernya pada percabangan pohon yang berbentuk V.

62

3.kematian karena tersumbatnya jalan udara pernafasan oleh sesuatu benda (choking death). Hal ini sering terjadi pada orang-orang jompo, dimana gigi palsunya tertelan atau gumpalan daging yang menyumbat jalan udara pernafasan secara tidak langsung. Chocking death juga sering dijumpai pada orang-orang yang terbelakangan mentalnya/retardasi mental. 4.kematian karena tubuh mendapat tekanan yang sangat hebat (crushing death), sehingga dinding dada tidak dapat berkembang dengan demikian berarti pernafasan akan berhenti. Kematian seperti ini dapat terjadi misalnya bila korban tergencet oleh kendaraan, terhimpit diantara orang yang berjejal-jejal ingin keluar dari pintu yang kecil atau karena tertimbun tanah longsor. 5.kematian karena arus listrik atau electrical shoc death sering terjadi pada musim hujan dan orang menutupi kebocoran kebocoran yang ada akan tetapi dengan tidak disadari terpegang kabel beraliran listrik yang isolatornya tidak baik. Atau korban memegang atap seng yang bersentuhan dengan kabel listrik tadi. Dalam kasus-kasu kematian karena kecelakaan seperti yang diuraikan, penyidik, dokter atau bahkan orang awam dengan mudah dapat melihat dan menemukan tandatanda kekerasan yang dapat diklarifikasikan sebagai luka lecet, luka memar, luka bakar karena arus listrik, tanda-tanda tergantung yang jelas dan tanda-tanda mati lemas. Akan tetapi dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik ternyata tidak ada unsure kriminalnya. Dalam kasus seperti ini tentu penyidik dihadapkan pada permasalahan papakah korban perlu dilalukan bedah mayat atau hanya pemeriksaan luar saja. Seperti telah disinggung pada bab II tentang fungsi penyidikan serta status dari penyidik bahwa tidaknya suatu tindakan atau langkah yang harus diambil tergantung sepenuhnya pada penyidik sebagai pimpinan penyidikan jika menurut penyidik memang tidak ada unsure criminal maka pemeriksaan luar saja cukup dan dapat dipertanggungjawabkan serta tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Akan tetapi bila penyidik 6. kematian karena tenggelam sering kali terjadi terutama dimusim hujan yang menyebabkan banjir.pada umumnya kematian tenggelam bersifat kecelakaan, non criminal sehingga pembedahan mayat pada kasus tenggelam sering tidak diperlukan. Kemungkinan adanya unsure criminal tetap harus difikirkan teruutama jika ada petunjuk-petunjuk kearah itu. Dokter yang melakukan pemeriksaan bedah mayat pada umumnya hanya dapat menentukan apakah korban yang diperiksanya memang benar mati karena tenggelam atau mati karena penyebab lain yang kemudian mayatnya dibuang kesungai atau sumur untuk menghilangkan kecurigaan pihak penyidik. Seperti diketahui bahwa pada tenggelam kemattian biasanya karena mati lemas. Dengan demikian air serta benda-benda asing yang terdapat dalam air seperrti pasir, ganggang atau binatang air dapat ikut masuk kedalam tubuh korban.

63

Adanya benda-benda asing tersebut dapat dibuktikan dan nilai kasus ini tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan lain dapat disimpulkn bahwa cara kematian korban adalah kecelakaan. Bila pada pemeriksaan terdapat luka-luka pada daerahdaerah yang sulit terkena benturan tanpa sengaja seperti pada daerah pelipis atau tanda-tanda perlawanan maka kemungkinan pembunuhan cukup besar.Dalam kasus tenggelam pihak penyidik yang paling berperan mengingat bahwa tidak selamanya kekerasan itu meninggalkan bekas berbentuk luka. Pemeriksaan dokter sekali lagi hanya terbatas dalam hal apakah korban mati tenggelam atau bukan dan bila matinya karena tenggelam apakah ditemukan pula tanda-tanda kekerasan yang dapat menjuruskan penyidik untuk melakukan tugasnya. B. bunuh diri atau pembunuhan Bunuh diri atau pembunuhan dapat diketahui dari pemeriksaan di TKP, pemeriksaan mayat, pemeriksaan benda-benda bukti lainnya, informasi para saksi dan lain sebagainya. 1. pemeriksaan di TKP Pada bunuh diri, tempat yang dipilih biasanya tersembunyi, pintu dikunci dari dalam, keadaan ruangan tenang dan teratut rapih, alat yang sering dipakai biasanya alat yang ada didalam ruangan itu sendiri, alat tersebut biasanya masi ada, sering didapatkan surat-surat peninggalan yang isinya berkisar pada keputusasaan atau merasa bersalah, korban berpakaian rapih dan dalam keadaan baik. pada pembunuhan, tidak ada tempat yang tertentu, keadaan ruang kacau balau dan sering ada barang yang hilan, alat yang dipakai biasanya alat yang dibawa/dipersiapkan oleh pembunuh sehingga biasanya alat tersebut tidak ditemukan pada tempat kejadian, pakaian korban tidak beraturan dan sering terdapat robekan dan mungkin pula dapat ditemukan surat yang bernada ancaman. Keadaan bercak darah, pada bunuh diri darah berkumpul pada satu tempat/tergenang, bercak yang terdapat pada pakaian distribusinya teratur mencari tempat yang terendah tergantung dari tempat luka yang mengeluarkan darah. Pada kasus pembunuhan, bercak atau genangan darah tidak beraturan menunjukan arah pergerakan dari korban sewaktu korban berusaha menghindar, dapat tampak bercak darah yang menunjukan bahwa korban diseret, bercak darah juga sering tampak mengotori dinding terutama jika korban tersudut pada dinding. 2. pemeriksaan mayat a. pada kasus yang menggunakan senjata tajam pada kasus bunuh diri daerah yang dipilih adalah daerah leher, dada, perut bagian atas atau pergelangan tangan, sering ditemukan luka-luka percobaan yang berjalan sejajar baik disekitar luka yang fatal maupun pada bagian tubuh lain. Senjata yang

64

dipakai sering dijumpai masih dalam keadaan tergenggam ditangan korban (ingat cadaveric spasm) pada pembuunuhan tidak ada tempat khusus, jumlah luka lebih dari satu, adanya luka pada bagian belakang merupakan cirri khas pembunuh, pada lengan dsan telapak sering didapatkan luka-luka tangkis, pada beberapa kasus kadang-kadang korban selain ditusuk juga dihantam dengan bagian tumpul dari senjata sehingga selain luka akibat benda tajam didapatkan luka akibat benda tumpul.luka terbuka pada daerah leher pada kasus bunuh diri umumnya berjalan seorang, dimulai dari bagian dibawah telinga kearah bawah melewati garis pertengahan leher. Lokasi luka apakah terletak disebelah kiri atau disebelah kanan tergantung dari cara menggenggam senjata tajamnya, dengan demikian pada orang yang kidal lokasi lukanya ada pada sebelah kanan sedangkan pada orang yang tidak kidal lukanya terdapat pada sebelah kiri. Pada kasus pembunuhan dengan memotong daerah leher, luka yang ada pada umunya berjlan mendatar oleh karena pada umumnya pembunuh menyerang korban dari belakang. 1. mutilasi pada beberapa kasus pembunuhan khususnya dimana motif seksual yang menjadi dasar didalam tidakan kejahatn tersebut, tidak jarang tubuh korban setelah meninggal dunia dirusak, dipotong-potong menjadi beberapa bagian, tindakan tersebut dikenal sebutan mutilasi. Bila motif seksual yang menyebabkan korban dibunuh, maka pemotongan tersebut biasanya pada daerah genitalia, buah dada dan kepala serta serta pengirisan pada bagian-bagian tubuh lainnya. Mutilasi serta perusakan tubuh korban yang telah menjadi mayat dimaksudkan pula dengan menghilangkan identitas korban, dengan demikian penyidikan akan menjadi sulit, dan tindakan tersebut memang ditunjukan untuk menghilangkan jejak si pembunuh. didalam kasus mutilasi terdapat 4 masalah pokok yang harus diperoleh kejelasan baik kepada dokter yang membuat visum et repertum dan khususnya penyidik dalam usaha untuk mendapatkkan kelengkapan barang bukti sehingga proses penyidik dan peralihan dapat berjalan dengan lancer. Masalah pokok tersebut adalah: 1. apakah bagian-bagian tubuh itu memang berasal dari tubuh manusia? 2. jika bagian-bagian tubuh tersebut memang berasal dari manusia, apakah berasal dari orang yang sama/satu individu? 3. identitasnya? 4. apa yang menyebabkan kematian? Masalah pokok yang pertama penting harus diperoleh kejelasanya, yaitu bila tubuh korban dipotong-potong menjadi bagian yang kecil-kecil, sehingga dengan pemeriksaan visual biasa sukar attau tidak mungkin untuk dapat dipastikan bahwa

65

potongan tersebut berasal dari manusia. Untuk ini perlu dilakukan pemeriksaan secara serologis, yaitu test precipitin. Masalah pokok yang kedua tidak sulit untuk diselesaikan bila tubuh korban tidak terlalu banyak dipotong-potong, yaitu antara lain dengan melakukan pemeriksaan yang teliti dari tepi/pinggir potongan tubuh dan dibandingkan dengan tepi/pinggir potongan tubuh lainnya. Apakah cocok atau tidak, bila memang berasal dari satu orang maka didalam melakukan rekontruksi tersebut akan didapat bentuk yang sesuai, misalnya bagian dada ternyata cocok dengan bagian perut atau dengan leher, pemeriksaan serologis juga dapat membantu didalam mencari kejelasan permasalahan ini. Penentuan identitas tidak sulit bila tubuh korban dalam keadaan cukup baik, didalam hal ini maka pemeriksaan sidik jari, gigi, medis serta pemeriksaan perhiasan sangat bermamfaat bila dilakukan dengan cermat, tepat dan teliti. Penentuan identitas dengan metode identifikasi melalui gigi dan medis (antrofometri). Sangat menentukan keberhasilan penyidikan pada kasus-kasus dimana hanya tulang- belulang yang diajukan sebagai barang bukti. Penyebab kematian korban dapat diketahui bila keadaan tubuh yang terpotongpotong tersebut masih lengkap dalam penentuan penyebab kematian ini pemeriksaan toksikologi serta pemeriksaan laboratorium lainnya harus dilakukan. Kemungkinan bahwa korban mati wajar karena penyakit tetap ada. Bila kekerasan yang terjadi pada tubuh korban mengenai bagian tulang misalnya tengkorak maka perkiraan sebab kematian dapat ditentukan , misalnya pada kasus penembakan atau pemukulan dengan benda tumpul, yaiti dari sifat-sifat kelainan yang terdapat pada tengkorak tersebut. D. Pada kasus menggunakan penjerat Jika kasus bunuh diri, maka alat penjerat yang terdapat pada leher berjalan dengan simpul pada sebelah atas, julah lilitanb sekali atau berulang kali,simpulnya simpul hidup ,jejes jeratan yang sebenarnya merupakan luka lecettekan yang berwarna merah kecoklatan debagn perabaan seperti perkamen dan letaknya sesuai dengan letak alat penjerat,dan disekitar jeratan terdapat gelembung-gelembung dan pelebaran pembuluh darah yang merupakan tanda intr vital. Pada pembunuhan alat jerat yang datar , biasanya satu lilitan dengan simpul mati dan letak alat penjerat umumnya lebih kebawah,menjahui rahang bawah dan kelenjar gondok,pada daerah leher mungkin terdapat tanda-tanda bekas pencekikan yang berbentuk luka lecet seperti bulan sabit atau luka memar, pada keadaan yang demikian tulang ludah korban dapat patah. Kematian pada kasus penjeratan umumnya karena mati lemas,akan tetapi mati tanda-tanda mati lemas tidak ditemukan jangan terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa korban bukan mati penjeratan,alat penjertan hanya untuk menyulitkan penyedik.Selain karena mati lemas pada kasus ini bisa juga disebabkan karena reflek vagal,yang menyebabkan hentinya denyut jantung,dan

66

otak tidak mendapt suplai oksigen yang cukup .keluar air mani, air seni, tinja bukan merupakan tanda khas dari penjeratan. Perlu diketahui bahwa semakin dekat tubuh korban jatuh dilantai pada kasus penggantungan semakin besar dugaan bunuh diri,sebaliknya semakin jauh jatuh tubuh korban dari lantai maka kemungkinan adalah kasus pembunuhan. Penjeratan dengan tangan Penjeratan dengan tangan sendiri itu hal yang tak mungkin, karena bisa mengakibatkan hilangnya kesadaran dan dengan sedirinya upaya yang dilakukan akan terhenti.kelainan yang didapat pada korban pencekikan adalah jejas kuku, yang sering disertai dengan memar.Jika pencekikan dengan menggunakan satu tangan yaitu tangan kanan maka jejas kuku dan memar akan tampak lebih jelas. Pada kasus pencekikan dimana tersangka dengan segera dapat ditangkap maka pemeriksaan kuku tersangka harus dilkukan dengan tujuan mencari jaringan kulit korban yang terbawa pada kuku si pelaku. E. Penyidikan pada kasus kematian terbenam Tenggelam adalah salah satu bentuk asfiksia yang disebabkan sebagian atau seluruh tubuh korban terbenam dalm benda cair.Penyidikan bertujuan untuk mengetahui apakah korban terbenam saat masih hidup atau sudah mati. Tanda-tanda pada pemeriksaan luar 1. tubuh korban pucat,terjadi penurunan suh kira-kira 2 kali lebih cepat dengan rata 5F per jam dan biasa suhu mayat akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu 5-6 jam. 2. lebam mayat berwarna merah terang seprtii halnya keracuna gas CO,lebam ini terdapat didaerah kepala, leher dan bagian dada. 3. dari lubang dan mulut keluar busa halus berwarna putih, ini merupakan bahwa korban mati karena terbenam.dan bus atresebut lama-lama akan merah dan bila dihilangkan busa tersebut akan kembali jika korban mengalami penekanan didada. 4. meta tampak kongestif dan terdapat bintik peerdarahan. 5. Pada tangan akan memgenggam sepeti menggenggam pasir,dahan atau rumput. Tanda-tanda pada pemeriksaan dalam/bedah mayat 1. busa halus dan benda-benda yang terdapat didalam air akan ditemukan dalam saluran nafas 2. padaterbenam di air tawar paru-paru sangat mengembang,pucat, berat dan bila ditekan akan cekung keadaan ini disebut emphysema aquasum 3. pada kasus terbenam dalam air yang asin paru-paru akan berat,penuh berisi air, perabaan memberi kesan jelly.

67

F. Pada kasus dengan menggunakan racun Pembunuhan dengna racun biasanya membutuhkan persiapan teliti danyang dibekali pengetahuanyang memmadai pula.Jika racun yang digunakan bersifat korosif pembunuhan dapat dengan mudah diketahui.Pada keracunan morfin kematian umumnya bersifat kecelakaan karena korban tidak mengetahui dosis penggunaannya Pembunuhan dengan menyuntikan morfin mungkin saja dapat terjadi Karena pengedar takut operasinya dibongkar oleh korban. G. penyidikan pada kasus kematian karena terbakar peristiwa kebakaran yang meminta korban jiwa seringkali dan penyidikan peristiwa tersebut termasuk didalam ruang lingkup kepolisian serta merupakan kasus yang diperiksa dengan sebaik-baiknya oleh dokter, karena termasuk kasus forensic dimana kematiannya merupakan yang tidak wajar. Didalam melakukan pemeriksaan korban yang terbakar, dokter harus dapat memberikan kejelasan kepada penyidik dalam hal: 1. apakah korban dalam keadaan hidup atau mati sewaktu kebakaran itu mulai terjadi? 2. penyebab kematian? 3. identitas korban? 4. perlukaan yang mengakibatkan secara langsung oleh api 5. adanya racun, obat-obatan dan alcohol didalam tubuh korban 6. cara kematian, kecelakaan atau pembunuhan Yang perlu diingat oleh dokter Dalam menghadapi kasus kematian mendadak, terutama bila dokter tidak pernah merawat korban, maka sebaiknya dokter jangan membuatkan surat keterangan kematian, kecuali jika ia yakin bahwa kematian korban menurut pengetahuannya tidak disebabkan oleh tindakan kekerasan, pada kasus kecelakaan yang berarti merupakan kematian yang tidak wajar dan mungkin ada penuntutan, dokter jangan membuat surat keterangan kematian. Sikap penyidik dalam kasus mati mendadak. Penyidik harus melakukan tindakan-tindakan sbb: 1. jangan mengajukan pertanyaan yang mendatangkan syok. 2. tentukan keadaan sekitar korban dan memperkenalkan diri dengan semua anggota keluarga. 3. berusaha untuk mendapatkan informasi baik didalam hal penyakit atau perlukaan dari korban sebelum korban meninggal dunia. 4. perhatikan tubuh korban: a. adakah tanda-tanda kekerasan atau perlawanan b. adakah tanda-tanda keracunan. c. Adakah tanda-tanda bahwa korban pernah mendapatkan perawatan atau pengobatan.

68

SKENARIO 3 SENTUHAN AVISENA Dr. Andi, merupakan dokter muda yang energik, meskipun masih berusia kurang dari 25 tahun, kewibawaan dan kecerdasan terlihat nyata diwajahnya. Ketertarikan dalam ilmu kedokteran disebabkan sejarah panjang ilmu kedokteran, sejak masa hipokrates dan avisena yang telah meletakkan pelayanan pada keselamatan pasien. Sehari-hari ia bertugas dibagian gawat darurat RSCM (Rumah Sakit Cut Mutia). Dokter Andi menghadapi seorang pasien yang di diagnosis sebagai tuberculosis paru berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang (BTA staining & Ro thorak) yang telah dilakukan. Mengingat kondisi pasien yang sangat lemah, dokter Andi menganjurkan pemasangan pipa NGT dan IVFD. Saat pemasangan NGT pasien merasa tercekik dan sulit bernafas dan terlihat gelisah. Melihat hal itu keluarga pasien langsung emosional mereka menuding dokter tidak profesional, memasang NGT saja tidak becus dan lagi mereka mempertanyakan apakah Dr. Andi telah meminta izin pada keluarga untuk memasang NGT?, dengan marahmarah mereka menyatakan akan menuntut Dr. Andi. Dokter Andi merasa dia telah memberikan Informet Consent dan prosedur rekam medik dengan baik. Apa sebenarnya yang terjadi antara dokter ini dengan pasiennya? Learning Objectives Mahasiswa Mampu 1. Menjelaskan tentang sejarah ilmu kedokteran 2. Menjelaskan tentang etika dan profesionalisme dokter 3. Menjelaskan tentang komunikasi dokter dan pasien 4. Menjelaskan tentang Informed Concent 5. Menjelaskan tentang rekam medik 6. Menjelaskan tentang konflik antara dokter dan pasien serta cara penyelesaianya

69

PANDUAN TUTOR GUIDE SKENARIO 3 Langkah 1 (identifikasi Istilah) Istilah-istilah dalam skenario ini mencakup : TBC ( tuberculosis ) Merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikrobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang semua alat tubuh yang tersering ialah paru dan tulang. Informed Consent Merupakan memberikan persetujuan, permohonan izin seorang dokter kepada pasien atau keluarga pasien untuk melakukan tindakan medis. NGT ( Nasso Gastric Tube ) Merupakan alat Bantu untuk memasukan makanan melalui hidung IVFD ( Intara Vena Fliud Drip ) Merupakan cara pengobatan dengan maemasukan larutan tertentu, misalnya larutan garam kedalam pembuluh balik Rekam medik Merupakan keterangan baik yang tertulis maupun rekaman tentang identitas, ananesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnisis, segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien. BTA Staining ( Basil Tahan Asam ) Merupakan pemeiksaan laboratorium dengan pewarnaan BTA dan dianalisa berdasarkan mikroskopis

Langkah 2 (identifikasi masalah) Beragam masalah dapat dikemukanan mahasiswa. Tutor sebaiknya mengarahkan mahasiswa untuk mengemukakan masalah berdasarkan konsep yang telah dikemukakan pada langkah 1. Bila ada masalah baru yang relevan namun tidak berdasarkan konsep yang ada, mahasiswa sebaiknya diarahkan untuk mengemukakan konsep yang relevan yang berdasarkan masalah tersebut. Adapun beberapa masalah yang mungkin dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Mengapa Dokter Andi memasang NGT tanpa minta izin dengan keluarga pasien? 2. Apa Tujuan dipasang NGT ? 3. Bagaimanakah cara meminta izin tindakan dengan keluarga Pasien ? 4. Kepada siapa Izin tindakan dimintaoleh dokter?

70

Langkah 3 (Analisa Masalah) Pada langkah ini, mahasiswa akan mendiskusikan berbagai masalah yang dikemukakan pada langkah 2. Barbagai pernyataan yang dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada pernyataan yang tidak relevan dengan jalannya diskusi, tutor dapat melakukan salah satu dari dua hal berikut : Membiarkan diskusi terus mengalir sehigga mahasiswa menyadari kekeliruan dari pernyataanya. Mengarahkan diskusi sehingga mahasiswa menyadari sendiri kekeliruan pernyataanya, tanpa menyatakan bahwa mahasiswa tersebut salah. Harus diingat, bahwa langkah 3 tidak harus menghasilkan suatu jawaban yang benar. Berbagai pernyataan yang dikemukakan mahasiswa adalah berdasarkan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya, dan diskusi ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui, hal-hal apa yang telah mereka kuasai dan hal-hal apa saja yang belum dikuasai. Denga mengetahui hal-hal tersebut, mahasiswa dapat memperoleh gambaran tentang hal-hal apa saja yang masih harus dipelajari. Langkah 4 ( Strukturisasi ) Dalam langkah ini mahasiswa akan membuat sebuah struktur berdasarkan diskusi di langkah 3. Struktur harus relevan dengan konsep-konsep di langkah 1, masalahmasalah dilangkah 2 dan diskusi di langkah 3. Langkah 5 ( Identifikasi Tujuan Belajar ) Dalam langkah ini mahasiswa akan menyusun learning objective (LO), yang mencakup hal-hal yang ingin dipelajari oleh mahasiswa berdasarkan diskusi yang telah dilakukan. Adapun beberapa learning objective yang mungkin dikemukakan oleh mahasiswa adalah sbb : 5. Hal-hal yang belum tuntas ketika di langkah 3 6. Dan LO yang terdapat di bawah skenario 1 pada buku tutor Perlu diingat, bahwa yang dikemukakan diatas adalah beberapa LO dasar yang diharapkan akan dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada LO tambahan yang mencerminkan rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa, maka hal tersebut sangat dapat diterima. Langkah 6 (Belajar Mandiri) Dalam hal ini mahasiswa melakukan kegiatan akademik secara mandiri

Langkah 7 ( Presentasi hasil belajar mahasiswa ) Dalam langkah ini mahasiswa akan mempresentasikan hal-hal yang telah dipelajari dalam masa belajar mandiri ( yang mencakup kehadiran di kuliah pakar, konsultasi pakar, studi literature, dsb ).

71

INFORMED CONSENT KOMUNIKASI DOKTER DAN PASIEN Tahun 1700 SM, Raja Hammurabi dari Babylonia mengeluarkan Legal Codeyang mengatur tentang praktek kedokteran dan hukum-hukum bila terjadi kegagalan dalam pelayanan kesehatan. Misalnya penjelasan tentang imbalan yang diterima dokter dalam suatu usaha menyembuhkan penyakit mata atau tindakan operasi, tetapi jika dokter gagal dan menyebabkan pasien buta atau meninggal maka sebagai sanksinya dokter dihukum potong tangan. Pada masa Raja Hammurabi ini para dokter berperan dalam menyelesaikan perkara-perkara sosial seperti perzinahan, abortus, penganiayaan, perkosaan, pembunuhan dan lain-lain. Di Yunani pada tahun 460-355 SM Hipocrates menganjurkan agar abortus provokatus dilakukan sebelum lewat 40 hari masa kehamilan, karena dianggap bahwa roh memasuki tubuh janin pada hari keempat puluh. Hipocrates mengangkat ilmu kedokteran sebagai ilmu yang berdiri sendiri, terlepas dari ilmu Filsafat karena itu Hipocrates dianggap sebagai Bapak Ilmu kedokter. Hipocrates juga mengemukakan etika kedokteran yang dikenal dengan Sumpah Hipocrates. Sumpah Hipocrates jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berbunyi sebagai berikut : Saya bersumpah demi Apollo dewa penyembuh, Aesculapius, Hygeia, Panacea dan semua dewa-dewa sebagai saksi, bahwa sesuai dengan kemampuan dan fikiran saya, saya akan mematuhi janji-janji berikut ini : 1. Saya akan memperlakukan guru yang telah mengajarkan ilmu ini dengan penuh kasih sayang sebagaimana terhadap orang tua saya sendiri, jika perlu akan saya bagikan harta saya untuk dinikmati bersamanya. 2. Saya akan memperlakukan anak-anaknya sebagai saudara kandung saya dan saya akan mengajarkan ilmu yang telah saya peroleh dari ayahnya, kalau mereka memang mau mempelajarinya, tanpa imbalan apapun. 3. Saya akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak-anak saya sendiri, dan kepada anak-anak guru saya dan kepada mereka yang telah mengikatkan diri dengan janji dan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu pengobatan, dan tidak kepada hal-hal lainnya. 4. Saya akan mengikuti cara pengobatan yang menurut pengetahuan dan kemampuan saya akan membawa kebaikan bagi penderita, dan tidak akan merugikan siapapun. 5. Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun meskipun diminta, atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas dasar yang sama, saya tidak akan memberikan obat untuk menggugurkan kandungan. 6. Saya ingin menempuh hidup yang saya baktikan kepada ilmu saya ini dengan tetap suci dan bersih.

72

7. Saya tidak akan melakukan pembedahan terhadap seseorang, walaupun ia menderita penyakit batu, tetapi akan menyerahkannya kepada mereka yang berpengalaman dalam pekerjaan ini. 8. Rumah siapapun yang saya masuki, kedatangan saya itu saya tujukan untuk kesembuhan yang sakit dan tanpa niat-niat buruk atau mencelakakan, dan lebih jauh lagi tanpa niat berbuat cabul terhadap wanita ataupun pria, baik merdeka maupun hamba sahaya. 9. Apapun yang saya dengar atau lihat tentang kehidupan seseorang yang tidak patut disebar luaskan, tidak akan saya ungkapkan karena saya harus merahasiakannya. 10. Selama saya tetap mematuhi sumpah saya ini, izinkanlah saya menikmati hidup dalam mempraktekkan ilmu saya ini, dihormati oleh semua orang, disepamjang waktu! Tetapi jika sampai saya menghianati sumpah ini, balikkanlah nasib saya. Dieropa perkembangan ilmu kedokteran kehakiman sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran. Pada waktu itu kota bologne merupakan pusat pengenbangan ilmu hokum, kalangan hokum memikirkan perlunya diadakan autopsi ( bedah mayat ). Gagasan ini kemudian diambil alih oleh kalangan kedokteran dan mengambil inisiatif membentuk suatu bagian yang disebut dikuasai dengan medico Legal Science. Tahun 1663 Bartholin menemukan Hydrostatis apakah pernah bernafas atau belum. test untuk menentukan bayi

Tahun 1789, Prof. Andrew Duncan memberikan penyajian ilmu kedokteran kehakiman secara sistematis untuk pertama kalinya di beberapa fakultas kedokteran di inggris. Pada tahun 1807, raja inggris dengan resmi mendirikan dan melantik staf dari bagian Forensic Medicine di Universitas Edinburg. Etika Dokter Dalam Menghadapi Pasien Etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti yang baik, yang layak.Etika dan hukum memiliki tujuan yang sama yaitu tertib dan ketentraman pergaulan hidup dalam masyarakat,ini merupakan norma-norma ,nilai-nilai atau polah tingkah laku kelompok profesi tertentu dalam memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat. Etika kedokteran adalah prinsip-prinsip moral atau asas-asas ahlak yang harus diterapkan oleh para dokter dalam hubungannya dengan paien,teman sejawat dan masyarakat umum.Seorang dokter harus memeliki etika atau tingkah laku yang baik karena tujuan etika kedokteran adalah menjaga harkat dan martabat seorang dokter dan menjaga mutu seorang dokter.Ciri dari seorang dokter yang baik sebagai berikut : a. b. c. d. e. Mengikuti pendidikan sesuai setandar nasional Pekerjaanya berlandaskan etik profesi Mengutamakan panggilan kemanusian dari pada keuntungan Pekerjaannya legal melalui perijinan Anggota-angotanya belajar sepanjang hayat

73

Selain itu seorang dokter harus memiliki sikap yang dapat membuat pasien merasa nyaman.Adapun sikap atau etika dokter yang baik dalam menghadapi pasien, misalnya : Dokter tidak menganggap remeh pasien Tidak sombong dan angkuh Memiliki rasa empati terhadap pasien Menggunakan bahasa yang baik dan tidak menyinggung pasien Harus mampu bersikap professional Landasan etik kedokteran adalah :

a. Sumpah Hippokrates b. International Code of Medical Ethic c. Lafal Sumpah Dokter Indonesia d. Kode etik Kedokteran Indonesia e. Pernyataan-pernyataan ( Deklarasi ) Ikatan Dokter Sedunia Apabila seorang dokter melakukan pelanggaran etikka akan ditangani oleh MKEK (Majelis Kehormatan EtikmKedokteran Indonesia).Fungsinya adalah menjaga kehormatan dan martabat profesi dokter.Pedomannya adalah Kode Etik Kedokteran Indonesia,namun yang termasuk pelanggaran di bidang Etika adalah urusan organisasi intern itu sendiri yaitu IDI (Ikatan Dokter Indonesia).Badan inilah yang dapat menjatuhkan sanksi yang berupa: Teguran Skorsing Rekomendasi kepala badan profesi untuk pemecatan dari keanggotaannya Profesionalisme dokter seorang dokter atau ahli bedah yang memberikan pelayanan pengobatan professional harus memenuhi syarat-syarat a. ia harus memiliki tingkat pengetahuan professional, keterampilan kemampuan seperti orang setingkat kedudukan dengannya b. ia harus bertindak hati-hati dan teliti dalam penerapan pengetahuan dan kepandaiannya terhadap pasien c. ia harus mempertimbangkan sebaik-baiknya dalam mengobati dan merawat pasien Dokter yang professional selain memiliki skill harus memiliki empati terhadap pasien dan etika. Dimana akan ada etika kedokteran yang mengatur sikap atau membatasi ruang gerak dokter dalam berbuat yang tidak baik. Ukuranya adalah seorang Reasonable Man , seorang yang wajar, yang biasa dan bertindak secara hati-hati dengan ukuran layak. Bukan seorang yang terpandai atau yang paling hati-hati. Hukum hanya meminta agar semua warga dan profesi harus dengan cara yang wajar. Seorang dokter bisa dianggap bertanggung jawab terhadap professional negligence apabila sikap tindakannya tidak berdasarkan standar

74

yang berlaku yang berlaku umum didalam profesinya sehingga pasien mengalami cidera. Komunikasi dokter-pasien Beberapa pengertian komunikasi. Komunikasi adalah: 1. Pertukaran informasi antara dua atau lebih manusia, atau dengan kata lain , pertukaran ide dan pikiran (Kozier & Erb, 1995). 2. Proses pengoperan lambang yang memiliki arti di antara individu (William Ablig). 3. Proses ketika seorang individu (komunikator) mengoper perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu yang lain (komunikan) (Carl I. Hovland). 4. Proses berbagi (sharing) informasi atau proses pembangkitan dan pengoperan arti (Taylor, Lilis, Le Mone). Model komunikasi: 1. Model komunikasi satu arah. Melibatkan tiga unsur dasar dalam komunikasi, (komunikator), pesan, dan penerima pesan (komunikan). yaitu pengirim

2. Model komunikasi dua arah. Unsur-unsur yang terlibat pada model ini meliputi unsur pengirim atau sumber, pesan, saluran, penerima, dan umpan balik (feedback). Disini fungsi sumber adalah mempersiapkan dan mengirim pesan. Pesan adalah produk aktual yang dihasilkan sumber atau komunikan. Pesan dapat berupa kata-kata, pembicaraan, percakapan telepon, grafik dan gambar, gerak tubuh (gestur), atau memo (tulisan). Saluran adalah media yang dipilih untuk menyampaikan pesan sehingga sama pada penerima. Penerima dalah individu atau kelompok yang mendapatkan pesan. Selanjutnya seorang penerima pesan data memberi umpan balik terhadap apa yang telah disampaikan kepadanya. 3. Model komunikasi heliks. Komunikasi yang dilakukan manusia dapat dilakukan secara terus-menerus dan bersifat dinamis, sehingga komunikasi yang terbentuk antara satu manusia dan manusia yang lain dapat berkembang, baik dalam tema maupun konteks yang terjadi. 4. Model komunikasi Eliis & McClintok (1990). Ada pesan tambahan yang menyertai suatu proses komunikasi. Pada proses pertukaran pesan dalam komunikasi, tidak selamanya pesan diterima secara utuh oleh penerima. Sebagian penerima hanya menangkap sebagian pesan dan bahkan beberapa pesan mungkin hanya dapat ditangkap ketika telah berada di luar interaksi.

75

Terdapat banyak factor yang mempengaruhi komunikasi. Potter dan Pery ( 1987 ) mengemukakan 7 faktor yang mempengaruhi komunikasi, yaitu : Persepsi Persepsi merupakan ekspresi perasaan seseorang terhadap stimulan yang terjadi dilingkunganya, baik yang ada dalam diri individu yang bersangkutan maupun yang diluar dirinya. Nilai Merupakan tingkat keyakinan seseorang terhadap ide atau keadaan. Perbedaan pangalaman dan harapan akan membentuk pola nilai yang berbeda. Nilai akan mempengaruhi seseorang dalam mengekspresikan ideide nya. Emosi Merupakan perasaan subjective seseorang terhadap suatu hal atau keadaan. Dalam konsep komunikasi ini dokter diharapkan mampu memfasilitasi proses komunikasi. Latar belakang social budaya Bahasa, gerak isyarat ( gesture ) dan sikap seseorang akan mencerminkan budaya yang dimiliki. Dalam konteks ini,dokter harus mampu menerima perbedaan latar budaya yang dimiliki pasien. Dokter harus mampu beradaptasi dengan karakter social budaya yang dimiliki pasien Pengetahuan Pengetahuan sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses komunikasi. Perbedaan tingkat pengetahuan akan mempersilit komunikasi. Dalam hal ini Dokter harus menjembatani perbedaan pengetahuan dengan pasien. Peran dan pola hubungan Hal ini berkaitan dengan kapan Dokter menggunakan bahasa formal dan kapan dengan bahasa informal dalam berkomunikasi dengan pasien. Kondisi lingkungan Proses komunikasi akan lebih baik jika dilakukan dalam suasana yang nyaman dan kondusif.

Hubungan dokter dan pasiennya : Hubungan dokter dan pasien secara yuridis dapat digolongkan kedalam golongan kontrak. Suatu kontrak adalah pertemuan pikiran (meeting of minds) dari dua hal mengenai satu hal (solis). Pihak poertama mengikat diri untuk memberikan pelayanan, sedangkan pihak kedua menerima pelayanan tersebut. Pasien datang meminta kepada dokter untuk di berikan pelayanan pengobatan sedangkan dokter menerima untuk memberikannya.

76

Ciri dari sifat hubungan antara dokter dan pasien : Adanya persetujuan (consensual, agreement) atas dasar saling menyetujui dari pihak dokter dan pasien tentnag pemberian pelayanan pengobatan Adanya suatu kepercayaan (fiduciary) karena hubungan kontrak tersebut berdasarkan saling percaya mempercayai satu sama lain Persyararatan yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan sifat kontrak antara dokter dan pasien : Harus adanya persetujuan (consent) dari pihak pihak yang berkontrak Harus ada suatu obyek yang merupakan subtansi dari kontrak Harus ada sebab (cause) atau pertimbangan (consideration) Bentuk hubungan kontrak dokter dan pasien : Kontrak nyata (expressed contract) Dalam bentuk ini sifat atau luas jangkauan pemberian pelayanan pengobatan sudah ditawarkan oleh sang dokter yang dilakukan secra nyata dan jelas, baik secara tertulis maupun secara lisan. Kontrak yang tersirat (implied contract) Dalam bentuk ini adanya kontrak disimpulkan oleh tindakan tindakan para pihak. Timbulnya bukan karena adanya persetujuan, tetapi di anggap ada oleh hukum berdasarkan akal sehat dan keadilan. Maka jika seorang pasien datang ke klinik dan sang dokter mengambil riwayat penyakitnya, memeriksa keadaan fisik pasien dan memberikan pengobatan yang diperlukan, maka dianggap tersirat sudah ada hubungan antara dokter dan pasien.

Menurut Sollis beberapa keputusan pengadilan telah menetapkan beberapa kasus, dimana di anggap tidak terdapat hubungan pasien dan dokter : Suatu pemeriksaan kesehatan sebelum masuk bekerja untuk menentukan apakah calon tersebut cocok atau tidak untuk lowongan pekerjaan tersebut Pemeriksaaan fisik untuk mengetahui apakah seseorang memenuhi syarat untuk asuransi tidak menimbulkan hubungan dokter dan pasien Apabila seorang dokter ditunjuk oleh pengadilan untuk memeriksa apakah tertuduh menderita penyakit jiwa atau tidak dan melaporkan kepada pengadilan, maka tidak terdapat hubungan dokter dan pasien Seorang spesialis bedah yang melakukan suatu otopsi terhadap tubuh mayat, tidak teedapat hubungan dokter dan pasien. Hal ini disebabkan karena suatu mayat bukanlah seorang pasien Suatu Tanya jawab dalam percakapan antara seseorang dengan seorang dokter tidak menciptakan hubungan dokter dan pasiennya Dimulainya hubungan dokter dan pasien : Hubungan dokter dan pasien diuawali dari pasien yang meminta seorang dokter untuk mengobatinya dan sang dokter menerimanya maka pada saat itu hubungan

77

kontrak antara dokter dan pasien dimulai dimana pada saat itu sang dokter harus memenuhi kewajiban hokum dan timbulnya tanggung jawab terhadap pasiennya.Berakhirnya hubungan dokter dan pasien : Sembuhnya pasien dari keadaan sakitnya dan sang dokter menganggap tidak diperlukan lagi pengobatan karena tidak ada manfaatnya lagi pasien meneruskan pengobatan. Dokter mengundurkan diri Pengakhiran oleh pasien Meninggalnya pasien Meninggalnya atau tidak lagi mampu menjalani lagi (incapacity) profesinya dari sang dokter Sudah selesainya kewajiban dokter seperti ditentukan di dalam kontrak Di dalam kasus gawat darurat, apabila dokter yang mengobati atau dokter pilihan pasien sudah datang atau terdapat penghentian kegawat daruratannya Lewatnya jangka waktu, apabila kontrak medik itu ditentukan untuk jangka waktu tertentu Persetujuan kedua belah pihak antara dokter dan pasiennya bahwa hubungan dokter dan pasiennya itu sudah berakhir. HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN Hak-hak pasien yang terdapat didalam literatur hukum kesehatan adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. hak untuk mendapat informasi hak untuk memberikan persetujuan hak atas rahasia kedokteran hak untuk memilih dokter hak untuk menolak pengobatan atau perawatan hak untuk menolak tindakan medis tertentu hak untuk menghentikan pengobatan atau perawatan hak atas second opinion ( pasien mempunyai hak untuk mendapatkan pebjelasan dari dokter lain mengenai penyakitnya ) 9. hak inzage rekam medik ( pasien berhak untuk mengetahui atau memeriksa rekam medis tersebut atau membuat fotocopianya dengan biaya permohonan, namun ada bagian-bagia tertentu yang bukan milik pasien. 10. hak beribadat menurut agama dan kepercayaan kewajiban pasien pasien atau keluarga mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan untuk kesembuhannya dan sebagai imbangan dari hak-hak yang diperoleh. Kewajiban tersebut bisa dikelompokkan menjadi kewajiban terhadap : A. dokter memberika informasi, berupa anamesis mengenai keluahn utama, keluhan tambahan, riwayat. Juga kerja sama pasien diperlukan pada waktu dokter melakukan pemerikasaan fisik.

78

Mengikuti petunjuk atau nasihat untuk mempercepat proses kesembuhan. Memberikan honorium B. rumah sakit mentaati peraturan R.S yang pada dasarnya dibuat dalam rangka menunjang upaya penyembuhan pasien-pasien yang dirawat, misalnya jam kunjungan keluarga-kerabat, kebersiahn dll. Melunasi biaya perawatan. HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER Kewajiban dokter: 1. kewajiban yang timbul dari sifat perawatan medis dimana dokter harus bertindak sesuai dengan standar profesi medis atau menjalankan praktek kedokterannya secara lege artis 2. kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien yang bersumber dari hakhak asasi dalam bidang kesehatan 3. kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan kesehatan. Misalnya : dokter harus mempertimbangkan dalam penulisan resep obat-obat yang harganya terjangkau dengan khasiat yang kira-kira sama. Hak dokter hak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi medis hak menolak melakukan tindakan medis yang tidak dapat dipertanggung jawabkannya secara profesional hak menolak melakukan tindakan medis yang bertentangan dengan hati nurani hak untuk memilih pasien hak untuk mengakhiri hubungan dengan pasien apabila kerja sama sudah tidak dimungkinkan lagi hak atas privancy hak atas itikad baik dari pasien dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan penyakitnya hak atas suatu fair play hak untuk membela diri hak untuk menerima honorium hak menolak memberikan kesaksian mengenai pasienya di pengadilan Prosedur tindakan medik Seorang dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan harus berdasarkan standard tertentu. Menurut Prof. Leenen suatu tindakan medik harus memenuhi syarat :

79

a. Harus ada indikasi medik b. Dilakukan berdasarkan standar c. Dilakukan dengan teliti dan hati-hati d. Harus ada Informed Consent Selain tindakan yang diambil harus seimbang dengan keadaan tingkat penyakit pasienya menurut ukuran kepandaian yang layak daari golongan dokter rata-rata yang setingkat.Tindakan medik ini juga harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti agar tidak terjadi kesalahan.Informed Consent atau surat persetujuan juga perlu dilakukan, karena dengan adanya infomed consent ini kita dapat menghindari tuntutan pasien atau keluarga pasien apabila terjadi kesalah pahaman. Informed Consent Informed consent adalah suatu bentuk persetujuan yang diberikan oleh pasien atau walinya yang berhak kepada dokter untuk melakukan suatu tindakan medis terhadap pasien sesudah memperoleh informasi dan penjelasan yang lengkap dan yang telah difahaminya mengenai tindakan itu. Dimana persetujuan (consent) ini dapat dibagi 2 yaitu : Expressed, dapat secara lisan atau secara tulisan Persetujuan yang paling sederhana ialah secara lisan,bisanya untuk tindakantindakan yang rutin. Untuk tindakan-tindakan yang lebih kompleks dan beresiko tinggi yang kadang tidak dapat diperhitungkan dari awal dan dapat menghilangkan nyawa dan cacat permanen,digunakan persetujuan yang tertulis agar suatu saat apabila diperlukan persetujuan itu dapat menjadi bukti. Namun persetujuan tertulis itu tidak dapat dipakai sebagai alat untuk melepaskan diri dari tuntutan apabila terjadi sesuatu pada pasien,apabila ada suatu kelalaian dari pihak dokter maka dokter itu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu,begitu juga dengan pihak pasien tidak bisa langsung menuntut apabila terjadi sesuatu pada pasien,karna harus ada bukti adanya kelalaian karna dalam hal ini harus dapat dibedakan antara kelalaian dan kegagalan. Implied , yang dianggap telah diberikan Implied consent merupakan peristiwa yang terjadi sehari-hari,misalnya seorang yang datang kerumah sakit dengan keluhan yang ada,dalam hal ini, ia dianggap telah memberikan persetujuan untuk dilakukan pemerikasaan sesuai prosedur.Implied consent dapat juga terjadi pada keadaan gawat darurat,dimana pasien dalam keadaan tidak sadar,kritis sementara wali tidak ada untuk diminta persetujuannya.dalam hal ini secara etik dokter wajib menolong pasien bila diyakini tidak ada lagi yang sanggup. Informed consent menurut jenis tindakannya atau tujuanya dapat dibagi 3 yaitu : a. Yang bertujuan untuk penelitian (pasien diminta untuk menjadi penelitian b. Yang bertujuan untuk mencari diagnosis subjek

80

c. Yang bertujuan untuk terapi Prosedur informed consent Informasi Bagian yang terpenting dalam pembicaran mengenai informed consent adalah mengenai informasi atau penjelasan yang perlu disampaikan kepada pasien dan keluarga. Persetujuan Persetujuan haruslah didapat sesudah pasien mendapat informasi yang adekuat. Yang perlu diperhatikan adalah yang berhak memberikan persetujuan adalah pasien yang sudah dewasa ( diatas 21 tahun atau sudah menikah ) dan dalam keadaan sehat mental. Penolakan Tidak selamanya pasien atau keluarga setuju dengan tindakan medik yang akan dilakukan dokter. Dalam hal ini, kalangan dokter maupun kalangan kesehatan lainya harus memahami bahwa pasien atau keluarga mempunyai hak untuk menolak usul tindakan yang kan dilakukan. Ini disebut sebagai informed refusal. Tidak ada hak dokter untuk memaksakan pasien untuk mengikuti anjuranya, walaupaun dokter menganggap penolakan bisa berakibat gawat atau kematian. Bila dokter gagal dalam menyakinkan pasien pada alternatif tindakan yang diperlukan, maka untuk keamanan di kemudian hari, sebaiknya dokter atau rumah sakit meminta pasien atau keluarga menandatangani surat penolakan terhadap anjuran tindakan medik yang diperlukan. Dalam infoemed consent, untuk memperoleh persetujuan dari pihak pasien dan untuk menghindari adanya salah satu pihak yang dirugikan maka dokter dapat memberikan informasi sejelas-jelasnya agar pasien dapat mempertimbangkan apa yang akan terjadi terhadap dirinya,informasi itu meliputi : Sifat dan tujuan tindakan medik Keadaan pasien sehingga memerlukan tidakan medik Resiko dari tindakan itu apabila dilakukan atau tidak.

Informed consent dianggap baik dan diperlukan karena hasilnya dapat : a. b. c. d. e. f. Meningkatkan kemandirian seseorang Melindungi pasien Menghindari penipuan dan pemerasan Memacu sikap teliti pada pihak dokter Meningakatkan pengambilan keputusan yang rasional Meningatkan keikutsertaan masyarakat

81

REKAM MEDIS Sejarah dan perkembangan rekam medik Sejarah rekam medik di awali pada zaman purba sekitar 25000 tahun yang lalu (pada zaman paleolitikum), yaitu didapatinya lukisan pada dinding gua batu tentang tata cara praktek pengobatan, antara lain tentang amputasi jari tangan. Aesculapius, Hipokrates, Gelen dan lain-lain telah membuat catatan tentang penyakit pada kasus-kasus yang ditemuinya.Di Indonesia juga dijumpai hal yang sama dengan adanya resep-resep jamu warisan nenek moyang yang diturunkan dari generasi ke generasi melalui catatan pada daun lontar dan sarana yang lain dapat digunakan sesuai dengan zamannya. Pengertian Secara sederhana dapat dikatakan bahwa rekam medik adalah kumpulan keteranagan tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu. Dalam PERMENKES No. 794a/Men Kes/XII/89 tentang RM adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentan identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada pelayanan kesehatan. Isi rekam medik Di rumah sakit didapat 2 jenis RM, yaitu : RM untuk pasien rawat jalan RM untuk pasien rawat inap Untuk pasien rawat jalan termasuk pasien gawat darurat, RM mempunyai informasi pasien antara lain :

a. Identitas dan formulir perizinan b. Anamnesa c. Laporan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan laboratorium, foto roentgen, scaning dan lain-lain d. Diagnosa atau diagnosa banding e. Instruksi diagnostic dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan yang berwenang. Untuk rawat inap, memuat informasi yang sama dengan rawat jalan, dengan tambahan : a. b. c. d. Persetujuan tindakan medik Catatan konsultasi Catatan perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Catatan hasil klinik dan hasil pengobatan

82

e. Resume akhir dan evaluasi pengobatan. Isi dari resume akhir ini harus singkat dan jelas, yaitu menjelaskan informasi penting tentang penyakit, pemeriksaan yang di lakukan dan pengobatannya. Isinya antara lain : 1. mengapa pasien masuk rumah sakit 2. hasil penting pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium, rontgen dan lainlain. 3. pengobatan dan tindakan operasi yang dilaksanakan 4. keadaan pasien saat keluar 5. anjuran pengobatan dan perawatan ( nama obat dan dosisnya, tindakan pengobatan lain, dirujuk kemana, perjanjian untuk datang lagi dan lainlain ) tujuan pembuatan resume adalah : 1. untuk menjamin konstinuitas pelayanan medik dengan kualitas yang tinggi serta bahan yang berguna bagi dokter pada waktu menerima pasien untuk dirawat kembali 2. bahan penilaian staf medik rumah sakit 3. untuk memenuhi permitaan dari bahan-bahan resmi atau perorangan tentang perawatan seorang pasien. Misalnya dari perusahaan asuransi. 4. sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas, dokter yang mengirim dan dokter konsultan. Penyimpanan rekam medik Lama penyimpanan rekam medik selalu menjadi masalah dan pertanyaan mengenai hal itu sering diajukan orang sebagai akibat dari : Kurang nya ruang penyimpanan berkas yang tersedia di RS Kurangny tenaga pengola Kurangnya rak sarana tempat panyimpanan berkas adanya rasa kekhawatiran untuk menghapus berkas ( dibuang/dibakar ) karena adanya kemungkinan kegunaan dimasa yang akan datang 5. adanya rasa was-was atas sangsi hukum bilamana berkas disimpan Berpedoman pada PERMENKES tentang rekam medik tahun 1989, pada pasal 7 dinyatakan : 1. lama penyimpanan rekam medik sekurang-kurannya lima (5) tahun terhitung tanggal terakhir pasien berobat. 2. lama penyimpanan rekam medik yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat khusus dapat ditetapkan sendiri. Masalah lama tidaknya penyimpanan berkas melahirkan istilah penghapusan ( penyusutan pemusnahan ). Usaha tersebut dimaksudkan untuk suatu berkas yang dianggap tidak mempunyai nilai pakai/guna dalam kepentingan administratif, 1. 2. 3. 4.

83

keuangan, hukum, penelitian, pendidikan,dokumentasi sehingga selanjutnya dapat digunakan. Konflik Dokter-pasien dan cara penyelesaiannya Latar Belakang Timbulnya Tuntutan atau Gugatan Malpraktek Medis (Pemicu) A. Amerika Serikat dan Australia dilaporkan bahwa sejumlah faktor yang menyebabkan meningkatnya tuntutan atau gugatan hukum terdapat kasus malpraktek dokter, antara lain : a. Adanya komunikasi yang buruk antara dokter dengan pasiennya. b. Meningkatkan harapan dan pemahaman di kalangan warga masyarakat, bahwa memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal merupakan hak asasi mereka c. Adanya harapan atau keinginan yang tidak realistis dari warga masyarakat atas hasil perawatan atau pelayanan kesehatan yang diberikan dokter d. Warga masyarakat memiliki kesadaran bahwa segala persoalan atau sengketa di dalam kehidupan mereka lebih baik diselesaikan melalui jalur hukum / pengadilan e. Tingginya dan meningkatkan biaya perawatan atau pelayanan kesehatan, semakin modern, maju atau canggihnya teknologi atau pelayanan kesehatan f. Meningkatnya jumlah penasihat hukum dan mereka yang beminat atas kasus malpraktek medis g. Meningkatnya kebebasan yang dimiliki para saksi ahli dibidang ilmu kedokteran untuk memberikan bantuan pada praktisi hukum atas kasus malpraktek medis, B. Yang sering terjadi a. Pelayanan tidak memuaskan (kelalaian) b. Pasien tidak rasional c. Diprovokasi oleh : o Dokter Lain o Pengacara d. Persaingan tidak sehat e. Dokter arogan / sombong f. Diduga ada kesalahan dokter/bidan/perawat yang dikemukakan oleh tenaga kesehatan lainnya g. Saling menyalahkan sesama tenaga kesehatan h. Komunikasi yang minim (kurang) i. Dosa-dosa dokter : o Tidak jujur o Curang / menipu Seseorang dokter yang digugat secara perdata oleh pasiennya baru dapat dipersalahkan jika penggugat dapat membuktikan adanya unsur 4 D sebagai berikut : 1. Duty : bahwa dokter tersebut punya kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu terhadap pasiennya.

84

2. Decreliction of duty (breach of duty) : kewajiban dokter tersebut telah di langgar oleh dokter. 3. Damage : ditemukan adanya kerugian pada pasiennya 4. Direct causation : adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan pelanggaran kewajiban oleh dokter tersebut. BAGAIMANA SIKAP DOKTER BILA DITIMPA MUSIBAH SENGKETA MEDIK Yang pernah dilakukan : 1. Berdamai dengan keluarga pasien a. Tanpa Pengacara b. Melalui Pengacara 2. Minta pertololongan sejawat lain untuk menyelesaikan 3. Maju tak gentar ke pengadilan Kenapa tidak kepengadilan : Sulitnya mendapat keadilan Tidak percaya diri Menyadari adanya keteledoran Kelalaian administratif Rekam medik amburadul Takut dimuat di media massa Tidak ada waktu untuk berperkara

85

SKENARIO 4 BIANG ONAR Dr. Icut, 50 tahun merupakan dokter senior di Aceh dan juga ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Aceh. Sehari-hari ia bertugas sebagai Direktur di Rumah Sakit Daerah. Beberapa hari terakhir Dr. Icut merasa tak enak hati terkait dengan laporan tentang perilaku seorang dr. Yusuf yang sering bermasalah dengan teman sejawat dokter umum, perawat dan petugas rumah sakit lainnya, baik medis maupun non medis. Bahkan baru-baru ini dia terlibat pertengkaran serius dengan dokter ahli ortopedi hanya gara-gara ditegur oleh dokter tersebut berprakterk tanpa mengunakan izin. Akhirnya dr. Icut memberikan teguran kepada dr. yusuf, setelah di coba telusuri ternyata dr. Yusuf tidak terdaftar sebagai anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Sehingga membuat dr. Icut kesal akan sikap dan perilaku dr. yusuf yang tidak pernah mau mengikuti program-program serta aturan- aturan profesi dokter yang telah ditetapkan oleh IDI cab. Aceh tetapi justru menjelekan serta menebarkan blackcampain terhadap IDI. Dengan mengatakan tidak ada keuntungan bergabung dengan organisasi profesi tersebut. Bagaimanakan menurut pengamatan Anda terhadap sikap dr. Yusuf ini?? Learning Objectives Mahasiswa Mampu 1. Menjelaskan tentang sistem ketenagaan kesehatan 2. Menjelaskan tentang hubungan dokter dengan tenaga medis dan penyelesaian 3. Menjelaskan tentang konflik antara dokter dengan tenaga non medis dan penyelesaiannya 4. Menjelaskan tentang kedudukan dan peran organisasi IDI 5. Menjelaskan tentang hukum yang mengatur praktek dokter

86

PANDUAN TUTOR GUIDE SKENARIO 4 Langkah 1 (identifikasi Istilah) Istilah-istilah dalam skenario ini mencakup : Ortopedi Merupakan cabang ilmu bedah yang khusus berhubungan dengan pemeliharaan dan perbaikan fungsi kerangka, sendi, serta struktur-struktur pembantu lainnya. IDI ( Ikatan Dokter Indonesia ) Merupakan Suatu badan yang mengatur tentang kode etik kedokteran Indonesia. Medis Merupakan ilmu menyembuhkan penyakit khususnya dengan memberi obat-obat

Langkah 2 (identifikasi masalah) Beragam masalah dapat dikemukanan mahasiswa. Tutor sebaiknya mengarahkan mahasiswa untuk mengemukakan masalah berdasarkan konsep yang telah dikemukakan pada langkah 1. Bila ada masalah baru yang relevan namun tidak berdasarkan konsep yang ada, mahasiswa sebaiknya diarahkan untuk

mengemukakan konsep yang relevan yang berdasarkan masalah tersebut. Adapun beberapa masalah yang mungkin dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Apakah setiap praktek dokter membutuhkan izin? 2. Apakah setiap dokter harus terdaftar sebagai anggota IDI? 3. Apa keuntungan menjadi anggota IDI? Langkah 3 (Analisa Masalah) Pada langkah ini, mahasiswa akan mendiskusikan berbagai masalah yang dikemukakan pada langkah 2. Barbagai pernyataan yang dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada pernyataan yang tidak relevan dengan jalannya diskusi, tutor dapat melakukan salah satu dari dua hal berikut : Membiarkan diskusi terus mengalir sehigga mahasiswa menyadari kekeliruan dari pernyataanya. Mengarahkan diskusi sehingga mahasiswa menyadari sendiri kekeliruan pernyataanya, tanpa menyatakan bahwa mahasiswa tersebut salah.

87

Harus diingat, bahwa langkah 3 tidak harus menghasilkan suatu jawaban yang benar. Berbagai pernyataan yang dikemukakan mahasiswa adalah berdasarkan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya, dan diskusi ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui, hal-hal apa yang telah mereka kuasai dan hal-hal apa saja yang belum dikuasai. Denga mengetahui hal-hal tersebut, mahasiswa dapat memperoleh gambaran tentang hal-hal apa saja yang masih harus dipelajari.

Langkah 4 ( Strukturisasi ) Dalam langkah ini mahasiswa akan membuat sebuah struktur berdasarkan diskusi di langkah 3. Struktur harus relevan dengan konsep-konsep di langkah 1, masalahmasalah dilangkah 2 dan diskusi di langkah 3.

Langkah 5 ( Identifikasi Tujuan Belajar ) Dalam langkah ini mahasiswa akan menyusun learning objective (LO), yang mencakup hal-hal yang ingin dipelajari oleh mahasiswa berdasarkan diskusi yang telah dilakukan. Adapun beberapa learning objective yang mungkin dikemukakan oleh mahasiswa adalah sbb : 7. Hal-hal yang belum tuntas ketika di langkah 3 8. Dan LO yang terdapat di bawah skenario 1 pada buku tutor Perlu diingat, bahwa yang dikemukakan diatas adalah beberapa LO dasar yang diharapkan akan dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada LO tambahan yang mencerminkan rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa, maka hal tersebut sangat dapat diterima.

Langkah 6 (Belajar Mandiri) Dalam hal ini mahasiswa melakukan kegiatan akademik secara mandiri

Langkah 7 ( Presentasi hasil belajar mahasiswa ) Dalam langkah ini mahasiswa akan mempresentasikan hal-hal yang telah dipelajari dalam masa belajar mandiri ( yang mencakup kehadiran di kuliah pakar, konsultasi pakar, studi literature, dsb ).

88

IDI ( IKATAN DOKTER INDONESIA ) Ikatan Dokter Indonesia disingkat IDI adalah organisasi profesi kedokteran di Indonesia. Organisasi ini berawal dari dibentuknya perhimpunan yang bernama Vereniging van lndische Artsen tahun 1911, dengan tokohnya adalah dr. J.A.Kayadu yang menjabat sebagai ketua dari perkumpulan ini. Selain itu, tercatat nama-nama tokoh seperti dr. Wahidin, dr, Soetomo dan dr Tjipto Mangunkusumo, yang bergerak dalam lapangan sosial dan politik. Pada tahun 1926 perkumpulan ini berubah nama menjadi Vereniging van lndonesische Geneeskundige atau disingkat VIG. Organisasi IDI mempunyai misi sebagai berikut 1. Mengupayakan, peningkatan kemampuan para dokter Indonesia agar dapat memberikan pelayanan kedokteran yang bermutu, profesional yang menjunjung tinggi etika kedokteran, serta peningkatan kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, melalui pemberdayaan para dokter dan penetapan etika profesi, kompetensi profesi dan kebebasan profesi kedokteran. 2. Menyuarakan aspirasi dokter Indonesia. Bertolak dari dasar pemikiran pembentukan organisasi IDI, perlu ditetapkan suatu Visi Organisasi IDI yang merupakan kondisi dimasa depan yang ingin dicapai oleh IDI. Visi merupakan pemandu kegiatan organisasi agar tetap berjalan pada arah yang benar. Adapun visi organisasi IDI adalah : "Menjadikan IDI sebagai satu-satunya organisasi profesi para dokter di Indonesia yang berwibawa, mempunyai peranan yang bermakna dalam pembangunan kesehatan dan pengembangan ilmu kedokteran di Indonesia". IDI didirikan dengan maksud agar dapat menggali segala potensi untuk dapat melanjutkan cita-cita perjuangan dalam rangka mengisi kemerdekaan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 19945 (Mukadimah AD/ART) IDI bertujuan untuk: a. b. c. d. Meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia. Mengembangkan jimu kesehatan dan IPTEK Kedokteran. Membina dan mengembangkan kemampuan profesi anggota. Meningkatkan kesejahteraan anggota.

89

Untuk mencapai tujuannya IDI melakukan usaha sebagai berikut: 1. Membantu pemerintah dalam kelancaran pelaksanaan program-program kesehatan. 2. Membantu masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya. 3. Memelihara dan membina terlaksananya sumpah dokter dan Kode Etik Kedokteran Indonesia. 4. Mempertinggi derajat ilmu kesehatan dan ilmu kedokteran serta ilmu-ilmu lainnya yang berhubungan dengan itu. 5. Memperjuangkan dan memelihara kepentingan serta kedudukan dokter di Indonesia sesuai dengan harkat dan martabat profesi kedokteran. 6. Mengadakan hubungan kerjasama dengan badan-badan lain yang mempunyai tujuan sama atau selaras, pemerintah maupun swasta di dalam atau di luar negeri. 7. Melaksanakan usaha-usaha untuk kesejahteraan anggota. 8. Melaksanakan upaya lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan asas dan sifat IDI. Pasal 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud : 1. Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesahatan. 2. Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter untuk menjalankan praktek kedokteran diseluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi. 3. Registrasi adalah pencacatan resmi terhadap dokter yang telah memilikisertifikat kompetensi da telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui oleh hokum untuk melakukan tindakan profesinya. 4. Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap dokter yang telah diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku. 5. Surat izin praktek adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter yang akan menkjalankan praktek kedokteran setelah memenuhi persyaratan PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 560 / Men. Kes / Per / X / 81 TENTANG IJIN MENJALANKAN PEKERJAAN DAN IJIN PRAKTEK BAGI DOKTER UMUM.

90

Pemberian surat izin praktek (SIP). Untuk menjalankan pekerjaan dokter umum selaku swasta perseorangan di suatu tempat wilayah negara Republik Indonesia dan persyaratannya.

Pasal 5

Untuk memperoleh surat izin praktek (SIP) selaku swasta perseorangan bagi dokter umum yang telah memiliki surat izin dokter (SID) sebagaimana yang dimaksud pada pasal 2 dan 3, harus mengajukan permohonan kepada kepala kantor wilayah departemen kesehatan dan provinsi setempat.
Pasal 6

Surat izin praktek (SIP) dimaksud pada pasal 5 dapat diberikan apa bila telah memenuhi syarat-syarat sebagi berikut: 1. 2. 3. 4. Warga negara Indonesia. Berijazah dokter. Memiliki surat izin dokter (SID) yang masih berlaku. Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan dari kepolisian. 5. Telah berkedudukan sebagai calon pegawai negeri sipil, pegawai negeri sipil, anggota korps kesehatan ABRI dan karyawan swasta yang dibuktikan dengan surat keputusan pengangkatan. 6. Mempunyai rekomendasi dari dokabu / dokodya / kakandep. 7. Mempunyai rekomendasi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Pasal 7

Dalam memberikan surat izin praktek(SIP) sebagaimana yang dimaksud pada pasal 5 perlu dipertimbangkan penunjukan tempat atau lokasi maupun kota dimana izin tersebut akan digunakan atau dipertimbangkan lain berdasarkan azas pemerataan. Hubungan antara dokter dengan tenaga medis dan non medis lainnya RUANG LINGKUP TENAGA KESEHATAN Hukum kesehatan memiliki arti yang lebih luas daripada hukum kedokteran yang meliputi ketentuan ketentuan hukum yang berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan, di dalamnya terdapat hukum lain seperti hukum rumah sakit, hukum keperawatan, hukum farmasi, hukum kesehatan lingkungan dan hukum keselamatan kerja. Antara masing masing bidang hukum tersebut terdapat daerah kelabu yang merupakan persinggungan antar masing masing bidang. Hukum kedokteran dianggap bagian terpenting dari hukum kesehatan karena hampir selalu bersinggungan atau daerah kelabu antara hukum kedokteran dengan bidang budang hukum lainnya, yang tidak demikian halnya antar bidang bidang hukum yang lain tersebut.

91

Dokter bisa melakukan profesinya dalam bentuk praktek pribadi atau dalam praktek swasta berkelompok atau dalam suatu RS. Terutama di RS, pelaksanaan profesi dokter akan hampir selalu berhubungan dengan profesi lain seperti perawat, petugas farmasi, bidan, penata roentgen, analis laboraturium, fisioterapis, petugas kesehatan lingkungan dan lain sebagainya. Tenaga Kesehatan : ( PP 32 Thun 1996 ) adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.Terdiri dari : a. Tenaga Medis meliputi Dokter ( Dr ) dan Dokter Gigi ( Drg )

b. Tenaga Keperawatan meliputi Perawat dan Bidan c. Tenaga Kefarmasian meliputi Apoteker,Analisa Farmasi dan Asisten Apoteker. d. Tenaga Kesehatan Masyarakat meliputi Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan, MicroBiologi Kesehatan, Penyuluh Kesehatan, Administaror Kesehatan dan Sanitarian. e. Tenaga Gizi meliputi Nutrisionis dan Dietisien f. Tenaga Keterapian Fisik meliputi Fisioterapis,Ocupasiterapis dan Terapis Wicara g. Tenaga Keteknisian Medis meliputi Radiografer,Radioterapis, Teknisi Gigi,Teknisi Elektro Medik,Analisis Kesehatan,Refraksionis,Optisien, Otorik Prostetik,Teknisi Transfusi dan Perekam Medik Tenaga Kesehatan dituntut tidak saja menambah, mengasah dan memperdalam pengetahuan dan ketrampilan di bidang Kesehatan, tetapi juga harus se lalu memperdalam dan mengikuti perkembangan HUKUM dan Aspek Me dikoLegal dari pelayanan kesehatan,artinya o tidak hanya bertanggung jawab di bidang kesehatan pasien ( Profesional Responsibility ) tapi juga bertanggung jawab di bidang Hukum ( Legal Responsibility ) terhadap pelayanan yang diberikan. o bekerja sebagai pekerja yang profesional dengan dikawal oleh Etika Profesi sesuai bidang keahliannya (Etika asal kata Ethos=yang baik/yang layak.Profesio=pengakuan) Kewajiban Dokter tersebut meliputi : ( BAB.III KODEKI ) o o o o Kewajiban UMUM pasal 1 - 9 Kewajiban terhadap Penderita....pasal 10 - 14 Kewajiban terhadap Teman Sejawat pasal 15 -16 Kewajiban terhadap Diri Sendiri ...pasal 17 -18

92

Khusus Kewajiban Terhadap Teman Sejawat : Diatur dalam KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI ) Pasal 3 : Dalam melakukan pekerjaan Kedokterannya,seorang Dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi : Setiap Dokter harus bersikap jujur dalam hubungannya dengan pasien dan Sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan dalam menangani pasien hak pasien, hak-hak lainnya, dan harus

Pasal 7b

Pasal 7c : Seseorang Dokter harus menghormati hak sejawatnya,dan TENAGA KESEHATAN menjaga kepercayaan pasien

Pasal 14 : Setiap Dokter memperlakukan Teman Sejawatnya sebagaimana Ia sendiri ingin diperlakukan Pasal 15 : Setiap Dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari Te man Sejawatnya kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis. Para Dokter seharusnya membina kesatuan dan persatuan.Bersama di bawah panji Perikemanusiaan memerangi penyakit yang menggang gu kesehatan dan kebahagiaan umat manusia. Diantara sesama TS hendak nya terjalin rasa kebersamaan,kekeluargaan dan keakraban, sehingga dalam menjalankan profesinya dapat saling membantu,saling mendu kung,dan saling belajar dengan penuh pengertian. Pengalaman dan penemuan baru dijadikan milik bersama. Iklim yang seperti ini telah mendudukkan Dokter pada tempat yang terhormat ditengah tengah ma syarakat.Mencemarkan nama baik TS berarti mencemarkan nama baik diri sendiri. Bahwa pasien ingin adakan second opinion kepada Dokter lain,itu hal biasa, namun dalam hal berbeda pendapat,agar diselesaikan secara musyawarah mufakat melalui IDI. Untuk menjalin kebersamaan,kalau ada Dokter baru kesuatu daerah, maka sebaiknya datanglah,temui dan nyatakan ingin bergabung dsbnya .

UU NO.29 T HN 2004

: tentang Praktek KEDOKTERAN pasien ke DOKTER atau Dokter Gigi lain yang

Pasal 51 butir (b) : merujuk

mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik,apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan

93

Dalam Lafal Sumpah Dokter Indonesia ( LSDI ) pada butir 10 disebutkan saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung Berbeda dengan yang tercantum dalam kode etik kedokteran indonesia sebagaimana terdapat pada pasal 14 : setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan Adapun yang mendasari perubahan ini adalah antara lain : Para Dokter merupakan kawan kawan seperjuangan dalam suatu kesatuan aksi dibawah panji perikemanusiaan dalam memerangi penyakit yang mengganggu keselamatan dan kebahagiaan ummat manusia.

Sejarah Kedokteran penuh dengan peristiwa kejujuran, ketekunan dan pengabdian yang mengharukan sehingga etika kedokteran mengharuskan setiap Dokter untuk memelihara hubungan baik dengan sesama Teman Se Jawat sebagaimana termuat dalam butir butir Lafal Sumpah Dokter Indonesia. Konflik antara dokter dengan tenaga kesehatan lainnya Walaupun dokter dapat mengalami banyak konflik dengan dokter dan profesi kesehatan lain contohnya dalam hal prosedur perkantoran atau penggajian, yang menjadi fokus di sini adalah konflik dalam perawatan pasien. Idealnya keputusan layanan kesehatan merupakan persetujuan antara pasien, dokter, dan orang lain yang terlibat dalam perawatan pasien. Namun ketidak pastian dan sudut pandang yang luas dapat memunculkan pendapat yang berbeda mengenai tujuan perawatan dan cara-cara mencapainya. Sumber-sumber layanan kesehatan dan kebijakan organisatoris yang terbatas mungkin membuat sulit mencapai konsensus. Perbedaan di antara penyedian layanan kesehatan mengenali hasil yang hendak dicapai dari perawatan dan tindakan yang diberikan kepada pasien atau cara-cara yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut harus diklarifikasi dan dipecahkan oleh anggota tim medis sehingga tidak mempengaruhi hubungan dengan pasien. Perbedaan antara penyedia layanan kesehatan dan administrator yang berhubungan dengan alokasi sumber-sumber daya, harus dipecahkan di dalam lingkup fasilitas atau agennya, bukan debat di depan pasien. Karena kedua macam konflik ini menyangkut etika, maka diperlukan saran dari komite etik klinik atau konsultan etika dimana sumber tersedia. Penyebab terjadinya konflik : Tidak saling menghargai Tidak saling menghormati Sombong Tidak mematuhi aturan-aturan yang berlaku

94

Macam-macam konflik lainnya yaitu : Dokter merujuk pasien ke rumah sakit lain, kemudian pasien tersebut tidak di serahkan ke dokter yang merujuk. - Menjelek-jelekkan pengobatan dokter lain - Dokter sombong akan jabatannya sebagai dokter dan menganggap rendah para medis dan non medis. - Perbedaan pendapat dalam mengambil tindakan yang akan dilakukan kepada pasien. - Perbedaan pendapat dalam suatu seminar - Kurangnya komunikasi antara sesama dokter, para medis maupun non medis sehingga menimbulkan konflik. Acuan yang diberikan dapat berguna dalam memecahkan konflik tersebut: Konflik harus diselesaikan seinformal mungkin seperti melalui negosiasi langsung antar orang yang tidak setuju. Penyelesaian melalui jalur yang lebih formal hanya dilakukan jika cara informal memang sudah tidak bisa lagi. Pendapat dari orang-orang yang terlibat langsung harus diperoleh dan dihargai. Pilihan pasien yang berdasarkan pemahaman, atau dari wakil pasien yang sah untuk mengambil keputusan terhadap perawatan harus menjadi pertimbangan utama. Jika memang pilihan harus ditawarkan kepada pasien maka lebih baik menawarkan pilihan dengan lingkup yang lebih luas dari pada yang sempit. Jika terapi yang dipilih tidak tersedia karena keterbatasan sumber maka pasien harus diberi tahu mengenai hal tersebut. Jika memang setelah usaha yang maksimal persetujuan atau kompromi tidak dapat dicapai melalui dialog, keputusan dari orang yang mempunyai hak atau bertanggung jawab dalam membuat keputusan harus diterima. Jika tidak jelas siapa yang bertanggung jawab membuat keputusan, maka harus dicari mediasi, arbitrasi atau ejudikasi. -

95

SKENARIO 5 TIDAK BERMORAL Pak Husen sangat terkejut setelah membaca berita sebuah harian kota yang menyebutkan seorang dokter tertangkap setelah melakukan puluhan kali upaya abortus terhadap pasiennya dan juga dokter yang melakukan operasi tanpa meminta izin pada keluarga pasien serta dokter yang melakukan operasi sampai meninggalkan kain kasa dalam perut pasien. Dia teringat akan anaknya yang juga seorang dokter dan bertugas di rumah sakit umum. Dokter tersebut jelas telah melanggar etika kedokteran, sumpah dokter, ajaran agama, sosial budaya dan secara nyata melakukan suatu tindakan malpraktek. Pak Husen sangat memperhatikan isu-isu yang terkait dunia kedokteran, kesalahan dokter seperti apakah yang dikatakan sebagai malpraktek atau hanya kesalahan prosedur. Sebab banyak kasus kedokteran jika dibawa kepengadilan nantinya dianggap kesalahan prosedur. Pak Husen binggung membedakan dokter yang melakukan malpraktek atau

dokter yang tidak memperhatikan aturan hukum, moral dan agama serta sosial budaya. Dapat dikatakan sebagai dokter yang sudah tidak bermoral dan berbudaya. Bagaimana pendapat anda tentang permasalahan diatas....?? Learning Objectives Mahasiswa Mampu 1. Menjelaskan tentang sumpah dokter 2. Menjelaskan tentang etika kedokteran 3. Menjelaskan tentang pengaruh ajaran agama dan sosial budaya dalam praktek kedokteran 4. Menjelaskan tentang malpraktek dan hukum yang mengatur nya 5. Menjelaskan tentang perbedaan antara malpraktek dengan kesalahan prosedur

96

PANDUAN TUTOR GUIDE SKENARIO 5 Langkah 1 (identifikasi Istilah) Istilah-istilah dalam skenario ini mencakup : Abortus ( keguguran ) Merupakan terhentinya kehamilan sebelum 28 minggu Etika kedokteran Merupakan norma-norma, nilai-nilai, tingkah laku yang harus diterapkan oleh para dokter dalam menjalankan tugas nya terhadap pasien, teman sejawat dan masyarakat. Malpraktek Merupakan praktek profesional yang dilakukan secara tidak tepat dan melanggar undang-undang atau kode etik. dokter yang dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan tugasnya.

Sumpah dokter Merupakan janji janji luhur yang diucapkan oleh setiap

Langkah 2 (identifikasi masalah) Beragam masalah dapat dikemukanan mahasiswa. Tutor sebaiknya mengarahkan mahasiswa untuk mengemukakan masalah berdasarkan konsep yang telah dikemukakan pada langkah 1. Bila ada masalah baru yang relevan namun tidak berdasarkan konsep yang ada, mahasiswa sebaiknya diarahkan untuk

mengemukakan konsep yang relevan yang berdasarkan masalah tersebut.

Langkah 3 (Analisa Masalah) Pada langkah ini, mahasiswa akan mendiskusikan berbagai masalah yang dikemukakan pada langkah 2. Barbagai pernyataan yang dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada pernyataan yang tidak relevan dengan jalannya diskusi, tutor dapat melakukan salah satu dari dua hal berikut : Membiarkan diskusi terus mengalir sehigga mahasiswa menyadari kekeliruan dari pernyataanya. Mengarahkan diskusi sehingga mahasiswa menyadari sendiri kekeliruan pernyataanya, tanpa menyatakan bahwa mahasiswa tersebut salah. Harus diingat, bahwa langkah 3 tidak harus menghasilkan suatu jawaban yang benar. Berbagai pernyataan yang dikemukakan mahasiswa adalah berdasarkan

97

pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya, dan diskusi ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui, hal-hal apa yang telah mereka kuasai dan hal-hal apa saja yang belum dikuasai. Denga mengetahui hal-hal tersebut, mahasiswa dapat memperoleh gambaran tentang hal-hal apa saja yang masih harus dipelajari.

Langkah 4 ( Strukturisasi ) Dalam langkah ini mahasiswa akan membuat sebuah struktur berdasarkan diskusi di langkah 3. Struktur harus relevan dengan konsep-konsep di langkah 1, masalahmasalah dilangkah 2 dan diskusi di langkah 3.

Langkah 5 ( Identifikasi Tujuan Belajar ) Dalam langkah ini mahasiswa akan menyusun learning objective (LO), yang mencakup hal-hal yang ingin dipelajari oleh mahasiswa berdasarkan diskusi yang telah dilakukan. Adapun beberapa learning objective yang mungkin dikemukakan oleh mahasiswa adalah sbb : 9. Hal-hal yang belum tuntas ketika di langkah 3 10. Dan LO yang terdapat di bawah skenario 1 pada buku tutor Perlu diingat, bahwa yang dikemukakan diatas adalah beberapa LO dasar yang diharapkan akan dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada LO tambahan yang mencerminkan rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa, maka hal tersebut sangat dapat diterima.

Langkah 6 (Belajar Mandiri) Dalam hal ini mahasiswa melakukan kegiatan akademik secara mandiri

Langkah 7 ( Presentasi hasil belajar mahasiswa ) Dalam langkah ini mahasiswa akan mempresentasikan hal-hal yang telah dipelajari dalam masa belajar mandiri ( yang mencakup kehadiran di kuliah pakar, konsultasi pakar, studi literature, dsb ).

98

MALPRAKTEK MEDIK

Akhir-akhir ini tuntutan hukum terhadap dokter dengan dakwaan melakukan malpraktek makin menimngkat dimana-mana, termasuk dinegara kita. Ini menunjukan adanya peningkatan kesadaran hukum masyarakat, dimana masyarakat lebih menyadari akan haknya. Disisi lain para dokter dituntut untuk melaksanakan kewajiban dan tugas profesinya dengan lebih hati-hati dan penuh tanggyung jawab. Seorang dokter hendaknya dapat menegakkan diagnisis dengan benar sesuaia prosedur, memberikan terapi dan melakukan tindakan medik sesuai standar pelayanan medik dan tindakan itu memang wajar dan diperlukan. Pengertian malpraktek Malpraktek medik adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang lain yan terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama. Yang dimaksud kelalaian disini adalah sikap kurang hati-hati yaitu melakukan apa yang seseoarang dengn sikap hati-hati melakukanya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengn sikap hati-hati tidak akan melakukan nya dalam situasi tersebut. Kelalaian diartikan pula dengan melakukan tindakan kedokteran dibawah standar pelayanan medik. Walaupun UU No.6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan sudah dicabut oleh UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, namun perumusan malpraktek/kelalaian medik yang tercantum pada pasal 11b masih dapat dipergunakan, yaitu : 1. dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan didalam KUHP dan pereturan perundang-undangan lain, mak terhadap tenaga kesehatan dapat dilakukan tindakan-tindakan administratif dalam hal sebagai berikut : a. melalaikan kewajiban b. melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya, maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan ` Dari 2 butir pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada butir (a) melalaikan kewajiban, yang berarti tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sedangkn pada butir (b) berarti melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya tidak dilakukan. Kelalaian bukanlauh suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada oranga lain dan orang lain itu dapat menerimanya. Ini berdasarkan prinsip hukum De minimis noncurat lex yang berarti hukum tidak mencampuri hal-hal yang dianggap sepele. Tetapi jika kelalaian itu mengakibatkan kerugaian materi, mencelakakan bahkan merenggut nyawa orang lain, maka ini di klasifikasikan sebagai kelalaian berat ( culpa lata ), serius dan kriminal.

99

Tolak ukur culpa lata adalah : 1. bertentangan dengan hukum 2. akibatnya dapat dibayangkan 3. akibatnya dapat dihindarkan 4. perbuatan dapat dipersalahkan jadi malpraktek medik merupakan kelalaian yang berat dan pelayanan kedokteran dibawah standar.Malpraktek murni ( criminal malpractice ) asebenarnya tidak banyak dijumpai. Misalnya pembedahan dengan niat membunuh pasiennya atau adanya dokter yang sengaja melakukan pembedahan pasiennya tanpa indikasi medik, yang sebenarnya tidak perlu dilakukan jadi semata-mata untuk mengeruk kuntungan pribadi. Jika dokter melakukan tindakan medik yag bertentangan dengan etik kedokteran, maka ia hanay telah melakukan malpraktek etik. Untuk dapat menuntut penggantian kerugian karena kelalaian, maka penggugat harus dapat membuktikan 4 unsur berikut : 1. adanya suatu kewajiban bagi dokter terhadap pasien 2. dokter telah melanggar standar pelayanan medik yang lazim digunakan 3. penggugat telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti ruginya 4. secara faktual kerugian itu disebabkan oleh tindakan dibawah standar. PENANGANAN MALPRAKTEK Walaupun dalam KODEKI telah tercantum tindakan-tindakan yang selayaknya tidak dilakukan oleh seorang dokter dalam menjalankan profesinya akan tetapi sanksi bila terjadi pelanggaran etik tidak dapat diterapkan dengan seksama.Dalam etik sebenarnya tidak ada batasan-batasan yang jelas antara boleh dan tidak, oleh karena itu kadang kala sulit memberikan sanksi-sanksi nya. Dinegara kita IDI telah mempunyai Mejelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK ), baik di tingkat pusat maupun dicabang. Walaupun demikian, MKEK ini belum lagi dimanfaatkan dengan baik oleh para dokter ataupun masyarakat.Masih banyak kasus yang keburu diajukan kepengadilan sebelum ditangani oleh MKEK. Oleh karena fungsi MKEK ini belum memuaskan, maka pada tahun 1982 Departemen Kesehatan membentuk Panitia Pertimbangan dan Pembinaan Etik Kedokteran ( P3EK ) yang terdapat pula ditingkat pusat dan provinsi. Tugas P3EK ialah menangani kasus-kasus malpraktek etik yang tidak dapat ditangani oleh MKEK, dan memberikan pertimbangan serta usul-usul kepada pejabat yang berwenang. Tentulah jika suatu pelanggaran merupakan malpraktek hukum pidana atau perdata, maka kasusnya diteruskan kepada pengadilan. Dalam hal ini perlu dicegah bahwa oleh karena kurangna pengetahuan pihak penegak

100

hukum tentang ilmu dan teknologi kedokteran menyebabkan dokter yang ditindak menerima hukuman yang tidak adil. UU yang mengatur tentang praktek Dokter (Malpraktek & abortus) Pasal 1365 KUH Perdata : Tiap tiap perbuatan melanggar hokum yang membawa kerugian terhadap orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya, menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Pasal 1366 KUH Perdata : Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati hatinya Pasal 1367 KUH Perdata : Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang orang yang menjadi tanggungannya,atau disebabkan oleh barang barang yang berda di bawah pengawasannya. Pasal 48 KUHP : Siapa pun tak terpidana, jika melakukan perbuatan karena terdorong oleh keadaan yang terpaksa. Pasal 338 KUHP : Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain karena pembunuhan biasa, dihukum dengan hukuman penjara selama lamanya lima belas tahun Pasal 340 KUHP : Barangsiapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain, karena bersalah melakukan pembunuhan berencana, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama lamnya dua puluh tahun Pasal 344 KUHP : Barang siapa yang menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkan dengan nyata dan dengan sungguh sungguh , dihukum penjara selama lamanya dua belas tahun Pasal 345 KUHP : Barang siapa dengan sengaja membujuk orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun, kalau orang itu jadi bunuh diri Pasal 359 KUHP : Menyebabkan matinya seseorang karena kesalahan atau kelalaian, dipidana dengan pidana penjara selama lamanya lima tahun atau pidana kurungan selama lamanya satu tahun KUHAP Pasal 184 ayat 2 : Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan lagi. KODEKI Bab I Pasal 1 : Seorang dokter hendaknya senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi KODEKI Bab I Pasal 2 : Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter janganlah dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi

101

Perbedaan malpraktek dengan kesalahan prosedur Malpraktek Definisi Malpraktek : Dalam kasus valentine di California, 1956 dirumuskan : Malpraktek adalah kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk menerapkan tingkat keterampilan dan pengetahuannya didalam memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien. Stedmans Medical Dictionary Malpraktek adalah salah cara mengobati suatu penyakit atau luka, karena disebabkan sikap yang acuh, sembarangan atau berdasarkan motivasi kriminal. Coughlins Dictionary of Law Malpraktek adalah sikap profesional yang salah dari seorang yang berprofesi, seperti dokter, ahli hukum, akuntan, dokter gigi, dokter hewan. Blacks Law Dictionary Malpraktek adalah sikap yang salah, kekurangan keterampilan dalam ukuran tingkat yang tidak wajar. The Oxford Illustrated Dictionary, 1975 Malpraktek adalah sikap yang salah, pemberian pelayanan terhadap pasien yang tidak benar oleh profesi medis.

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan , malpraktek adalah : 1. melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan. 2. tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajiban. 3. melanggar suatu ketentuan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Malpraktek adalah suatu istilah yang mempunyai konotasi buruk, bersifat menyalahkan dan merupakan praktek buruk dari seseorang yang memegang suatu profesi dalam arti umum. Malpraktek tidak sama dengan kelalaian. Kelalaian memang termasuk dalam malpraktek, tetapi didalam malpraktek tidak selalu harus terdapat unsur kelalaian. Malpraktek mempunyai pengertian yang lebih luas daripada kelalaian karena selain mencakup arti kelalaian, istilah malpraktek pun mencakup tindakantindakan yang dilakukan dengan sengaja dan melanggar UU. Sedangkan arti kelalaian lebih pada ketidaksengajaan (culpa), kurang teliti, kurang hati-hati, acuh, sembrono, sembarangan, tidak peduli terhadap kepentingan orang lain namun akibat yang ditimbulkan bukanlah menjadi tujuannya.

102

Kasus malpraktek murni itu yang berintikan ketidaksengajaan ( criminal malpractice) dan yang sampai terungkap dalam pengadilan pidana tidaklah banyak. Namun perbedaannya dengan kelalaian tetap ada, maka malpraktek dalam arti luas dapat dibedakan antara tindakan yang dilakukan : a. Dengan sengaja yang dilarang oleh Peraturan perundang-undangan. Misalnya seorang dokter melakukan aborsi dengan sengaja tanpa adanya indikasi medis, melakukan euthanasia, memberi surat keterangan medis yang isi tidak benar dan sebagainya. b. Tidak dengan sengaja atau karena kelalaian. Misalnya seorang dokter menelantarkan pengobatan pasien, karena lupa atau sembarangan sehingga penyakit pasien bertambah berat dan kemudian meninggal ( abandonment ). Perbedaan yang terlihat pada motif yang dilakukan, misalnya : a. pada malpraktek (dalam arti sempit) : - tindakannya dilakukan secara sadar - tujuan dari tindakannya sudah terarah dan tidak peduli terhadap akibat yang akan ditimbulkan. - Mengetahui tindakan yang dilakukan bertentangan dengan hukum yang berlaku. b. pada kelalaian : Abortus Perubahan-perubahan dalam penyelenggaraan abortus selama puluhan tahun yang terakhir merupakan suatu contoh yang meminta perhatian terhadap perubahan dalam definisi kesehatan dan peranan profesi kedokteran. Dapat dikatakan bahwa abotrtus dilakukan karen asecara langsung hal itu menyelamatkan jiwa si ibu. Abortus provokatus dapat dianggap euthanasia bagi sijanin untuk menyalamatkan nyawa si ibu. Di Amrika Serikat,seperti yang telah dianjurkan di Indonesia tiap rumah sakit atau lembaga kesehatan dianjurkan untuk mempunyai sebuah panitia yang diminta persetujuannya untuk melakukan tindakan terminasi kehamilan atas indikasi yang telah ditetapkan oleh panitia tersebut. Indikasi yang umum adalah untuk menyelmatkan hidup wanita hamil atau mempertahankan kehidupan wanita hamil, tetapi kemudian keadaan si janin juga dapat indikasi untuk terminasi yang dapat mengakhiri atau membahayakan kehidupannya. Abortus merupakan keluarnya hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu. Definisi ini sekarang telah berubah sehingga lama kehamilan untuk istilah abortus adalah kurang dari 20 minggu. Dari segi mediko-legal maka istilah abortus, Tidak ada motif atau tujuan untuk menimbulkan akibat yang akan terjadi. Terjadi diluar kehendak

103

keguguran, dan kelahiran prematur mempunyai arti yang sama dan menunjukan pengeluaran janin sebelum usia kehamilan yang cukup. Penyebab abortus secara umum : a. Infeksi akut virus, misalnya cacar, hepatitis infeksi infeksi bakteri parasit misalnya malaria

b. Infeksi kronis Sifilis, biasanya menyebabkan abortus trimester kedua Tuberkulosis

c. Keracunan, misalnya keracunan air raksa d. Penyakit kronis. Misalnya hipertensi, nefritis, diabetes, anemia berat, penyakit jantung. e. Gangguan fisiologis, syok, ketakutan dll f. Trauma fisik Penyebab yang bersifat lokal Fibroid Radang pelvis kronis Retroversi kronis Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus. Penyebab dari segi janin : Kematian janin akibat kelainan bawaan Ketidak seimbangan hormon Mola hidotidosa Penyakit plasenta misalnya inflamasi dan degenarasi Ada 2 macam abortus, yaitu : 1. abortus spontan merupkan suatu mekanisme alamiah untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang abnormal.abortus ini terjadi tanpa disengaja, biasanya disebabkan karena pengaruh kesehatan ibu maupun kelainan pada janin. 2. abortus buatan abortus ini sengaja dilakukan oleh manusia, dibedakan menjadi 2 : abortus terapeutik yaitu abortus yang dilakukan demi menyelamatkan jiwa ibu dan bukan dilakukan untuk mempertahankan nama baik atau kehormatan keluarga.

104

Hal yang harus diperhatikan : setiap usaha untuk mempertahankan kehamilan harus dicoba terlebih dahulu jika tidak membahayakan ibu. Melakukan konsultasi dengan dokter ahli Tanda persetujuan harus diperoleh baik dari wanita maupun dari suaminya Indikasi melakukan abortus harus dinyatakan dengan jelas.

Abortus kriminalis Merupakan suatu tindakan abortus yang dilakukan bukan untuk menyelamatkan jiwa ibu, tetapi untuk maksud-maksud lain seperti untuk mencederai ibu atau membunuh janin. Indikasi obortus kriminalis sulit diketahui karena tindakan ini dilakukan secara diam-diam oleh wanita itu sendiri atau dengan bantuan orang lain.

Hukum yang mengatur tentang abortus : Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan yang berkaitan dengan abortus yang legal. Pasal 15 1. dalam kaeadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. 2. tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat dilakukan : a. bersdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut b. oleh tenaga yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya d. pada sarana kesehatan tertentu 3. ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Secara rinci KUHP mengancam perilaku-perilaku abortus buatan ilegal sebagai berikut : 1. wanita yang sengaja menggugurkan kandungan atau menyuruh orang lain melakukannya ( KUHP pasal 346, hukuman maksimal 4 tahun ) 2. seseorang yang menggugurkan kandungan wanita tanpa seizinnya ( KUHP pasal 347, hukuman maksimal 12 tahun, dan bila wanita tersebut meninggal hukuman maksimal 15 tahun )

105

3. seorang yang menggugurkan kandungan wanita seizin wanita tersebut ( KUHP 348, hukuman maksimal 5tahun 6 bulan dan bila bila wanita tersebut meninggal, maksimal hukuman 7 tahun ) 4. dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan diatas ( KUHP pasal 349, hukuman ditambah dengan sepertiganya dan pencabutan hak pekerjaannya ) 5. barangsiapa mempertunjukan alat/cara menggugurkan kandungan kepada anakdibawah usia 17 tahun/dibawah umur ( KUHP pasal 283, hukuman maksimal 9 bulan ) 6. barangsiapa menganjurkan/merawat/membari obat kepada seoarang wanita dengan memberi harapan agar gugur kendungannya ( KUHP pasal 299, hukuman maksimal 4 tahun) Sumpah Dokter Indonesia Lafal Sumpah Dokter Indonesia Lafal sumpah dokter sesuai dengan Deklarasi Geneva ( 1948 ) telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Majelis Pertimbangan Kesehatan Indonesia dan Syara Departemen Kesehatan RI dan Panitia Dewan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Lafal sumpah ini pertama kali diucapkan oleh lulusan Fakultas Kedokteran UI pada tahun 1959. lafal sumpah ini kemudian dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 1960. lulusan pertama Fakultas Kedokteran USU Medan sebanyak 6 orang telah mengucapkan sumpah dokter sesuai dengan PP tersebut pada tanggal 25 februari 1961. Pada Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteran ke-2 yang diselenggarakan diJakarta pada tanggal 14-16 desember 1981 oleh Departemen Kesetan RI telah disepakati beberapa perubahan dan menyempurnakan lafal sumpah dokter, sehubungan dengan berkembangnya bidang kesehatan masyarakat. Lafal sumpah dokter tersebut berbunyi sebagai berikut : Demi Allah saya bersumpah/berjanji, bahwa : 1. saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan 2. saya akn memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran 3. saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat, bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai seorang dokter 4. saya akan menjalankan tugas saya dengan mengutamakan kepentingan masyarakat 5. saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai dokter 6. saya akan tidak mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusian, sekalipun diancam 7. saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita

106

8. saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan agama, kesukuan, perbedaan kelamin, politik kepartaian, atau keduduka sosial dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita. 9. saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan 10. saya akan memberikan kepada guru-guru dan bekas guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya 11. saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagaimana saya sendiri ingin diperlakukan 12. saya akan menaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia 13. saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri sendiri Sumpah Dokter Indonesia diucapkan pada suatu upacara di Fakultas Kedokteran setelah Sarjana Kedokteran ( S.Ked ) lulus ujian profesinya. Acara ini dihadiri oleh pimpinan fakultas, senat fakultas, pemuka agama, para dokter baru beserta keluarganya. Sebelum para dokter baru mengucapkan butir-butir lafal sumpah tersebut, bagi yang beragama islam mengucapkan wallahi, wabillahi, wathallahi, Demi Allah saya bersumpah ,bagi yang beragama khatolik mengucapkan juga Demi Allah saya bersumpah, bagi yang beragama kristen protestan saya berjanji, bagi yang beragama budha Om Atah Parama Wisesa Om Shanti Om dan bagi yang beragama hindu Mai Kasm Khasahan. Setelah para dokter baru mengucapkan lafal sumpahnya, mereka menandatangani berita acara sumpah dokter beserta saksi-saksi. Jika dibandingkan lafal sumpah Hippokrates dengan lafal Sumpah Dokter Indonesia, maka dapat dilihat bahwa Lafal Sumpah Dokter Indonesia ini mengandung intisari yang berakar dari lafal Sumpah Hippokrates. Lafal sumpah Hippokrates ini mengandung butir-butir yang berkaitan dangan larangan melakukan euthanasia aktif, abortus provokatus dan melakukan pelecehan seksual. Juga mengandung kewajiban melakukan rujukan jika tidak mampu dan memelihara rahasia jabatan dokter. Secara lebih terperinci Lafal Sumpah Hippokrates mengandung perlakuan yang selayaknya terhadap guru-guru beserta anak-anaknya, bahkan jika perlu membagikan harta kepada gurunya, yang tentunya disaat guru membutuhkan. Butir-butir lain dalam Sumpah Hippokrates juga terdapat dalam bentuk yang sedikit berbeda, namun prinsipnya sama. Hanya sesuai perkembangan ilmu kedokteran pada masa Hippokrates, pengobatan ditujukan pada individu, kerena belum diketahuinya tentang penyakit menular dan belumberkembangnya ilmu kesehatan masyarakat. Juga karena belum diketahuinya tentang fisiologi reproduksi manusia, maka butir khusus tentang hidup insani sejak saat pembuahan tidak tercantum.

107

Kode Etik Kedokteran Indonesia Pola pikir manusia dari tahun ketahun terus berkembang. Hal ini terwujud dalam berbagai kemajuan ilmu dan teknologi yang pada dasarnya bertujuan meningkatkan taraf dan kualitas hidup manusia itu sendiri. Kemajuan IPTEK selain menyebabkan peningkatan kualitas profesi kedokteran, juga menyebabkan timbulnya aneka ragam permasalahan, antara lain mahalnya pelayanan medik. Dengan berkembangnya IPTEK terjaid perubahan tata nilai dalam masyarakat, misalnya hal-hal yang dahulu dianggap wajar atau mungkin pula sebaliknya. Masyarakat pun semakin kritis dalam memandang masalah yang ada, termasuk pelayanan yang diberikan dalam bidang kesehatan. Masyarakat kini menuntut agar seorang dokter atau instansi kesehatan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Untuk menghindari tuntutan dari masyarakat karena pelayanan yang kurang memuaskan, jelaslah bahwa profesi membutuhkan pedoman sikap dan perilaku yang harus dimiliki seorang dokter. Ini disebut dengan Kode Etik Kedokteran. Untuk menjalankan dan mengamalkan kode etik tersebut seorng dokter juga harus dibekali dengan wawasan keagamaan yang kuat karena dalam ilmu agama sudah tercakup ulmi pengetahuan mengenai moral dan akhlak yang baik antara sesama manusia. Seorang dokter harus menghayati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran dalam menjalankan profesinya. Dengan berpedoman pada etik tersebut diharapkan seorang dokter dapat menjalankan profesinya dengan baik sehingga martabat profesi kedokteran dapat lebih terjaga. DEFINISI Kata etik atau etika berasal dari dua kata bahasa latin, yaitu kata mores dan ethos. Umumnya sebagai rangkaian mores of community ( kesopanan masyarakat ) dan ethos of the people ( akhlak manusia ). Mengenai etik kedokteran ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu : Etik jabatan kedokteran ( medical ethics ) Etik ini menyangkut masalah yang berhubungan dengan sikap para dokter terhadap sejawat, para pembantunya serta terhadap masyarakat dan pemerintah. Etik asuahan kedokteran ( ethics of the medical care ) Yang merupakan etik asuhan kedokeran dalam kehidupan sehari-hari adalah peraturan tentang sikap dan tindakan seorang dokter terhadap penderita yang menjadi tanggung jawabnya.

108

Dapat dikatakan bahwa etik jabatan termasuk mores,sedangkan etik asuhan termasuk ethos.Landasan Etika Kedokteran adalah: 1. Sumpah Hippocrates. 2. Deklarasi Geneva. 3. International code of medical ethics. 4. Lafal sumpah dokter Indonesia. 5. Kode etik kedokteran indonesia 6. Pernyataan-pernyataan (Deklarasi) Ikatan Dokter Sedunia i. (World Medical Association,WMA),antara lain: Deklarasi Geneva (1948) tentang Lafal Sumpah Dokter. Deklarasi Helsinki (1964) tentang Riset Klinik. Deklarasi Sydney (1968) tentang saat Kematian. Deklarasi Oslo (1970) tentang Pengguguran Kandungan atas indikasi medik. Deklarasi Tokyo (1975) Tentang Penyiksaan.

Kode Etik Kedokteran Indonesia Kode etik indonesia pertama kali disusun pada tahun 1969 dalam Musyawarah Kerja Susila Kedokteran yang dilaksanakan diJakarta. Bahan rujukan yang digunakan adalah Kode Etik Kedokteran Internasional yang telah disempurnahkan pada tahun 1968 melalui Muktamar ke-22 Ikatan Dokter Sedunia. Seperti halnya dengan Kode Etik Internasional yang mengalami berbagai penyempurnaan, Kode Etik Kedokteran Indonesia pun mengalami perubahanperubahan, yaitu melalui Musyawarah Kerja Etik Kedokteran ke-2 yang dilaksanakan di Jakarta, untuk kemudian pada tahun 1983 dinyatakan berlaku bagi semua dokter di Indonesia melalui surat keputusan No.434/MENKES/SK/X/1983 tanggal 28 Oktober 1983. Pada Musyawarah Kerja Nasional IDI XIII 1993 Kode Etik Kedokteran Indonesia ini telah diubah menjadi 20 pasal. Sebagai pedoman dalam berperilaku, Kode Etik Kedokteran Indonesia mengandung beberapa ketentuan yang semuanya tertuang dalam mukadimah dan kedua puluh pasalnya. Pengaruh ajaran agama dan social budaya dalam praktek kedokteran Dalam melakukan praktek kedokteran atau suatu tindakan harus sesuai standar profesi. Dokter juga harus memegang teguh Sumpah Dokter Indonesia, dalam sumpah tersebut disebutkan bahwa saya akan berikhtiar dengan sungguh-

109

sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan agama, kesukuan, perbedaan kelamin, politik kepartaian, atau kedudukan sosial dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita. Dari sumpah tersebut bahwa dokter tidak boleh terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan,kesukuan, perbedaan kelamin, politik atau sosial dalam melakukan tindakan media terhadap pasien demi keselamatan dan selama tindakan tersebut tidak bertentangan dan melanggar ajaran agama maupun melanggar norma yang berlaku dimasyarakat. Malpraktek ( aborsi ) dari pandangan Islam Dr. Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah Dalam Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya. Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan aborsi setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan. Abdullah bin Masud berkata bahwa Rasulullah Saw telah bersabda: Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, kemudian dalam bentuk alaqah selama itu pula, kemudian dalam bentuk mudghah selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh kepadanya. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi]. Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syari berikut. Firman Allah SWT: Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami akan memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu. (Qs. al-Anaam [6]: 151). Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun juga problem sosial yang muncul karena manusia mengekor pada peradaban Barat. Maka pemecahannya haruslah dilakukan secara komprehensif-fundamentalradikal, yang intinya adalah dengan mencabut sikap taqlid kepada peradaban Barat dengan menghancurkan segala nilai dan institusi peradaban Barat yang bertentangan dengan Islam, untuk kemudian digantikan dengan peradaban Islam yang manusiawi dan adil.

110

Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika umur kehamilannya sudah 4 (empat) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin. Untuk janin yang berumur di bawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat. Jadi ini memang masalah khilafiyah. Namun menurut pemahaman kami, pendapat yang rajih (kuat) adalah jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (jaiz) dan tidak apa-apa. Wallahu alam [M. Shiddiq al-Jawi] Sosial Budaya Sosiologi Kedokteran: Mengamati Sehat dan Sakit dari sudut pandang sosial, budaya, serta kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dan masih berlaku di dalam masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan atau perilaku individu untuk memelihara, meningkatkan, atau mengisi kesehatan atau menanggulangi keadaan sakit, penyakit, atau kecacatan. Kesehatan Etnis Kebudayaan (culture) artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Kebudayaan juga berarti meliputi semua hasil cipta, karsa dan karya manusia baik yang material maupun nonmaterial (baik kebendaan maupun kerohanian), segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah atau mengubah alam. Etnis: Masyarakat yang membentuk (terbentuk) dan berpegang pada presumsi bahwa kehidupan sosial yang turun-temurun merupakan suatu ciri yang nyata. Manusia cenderung untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung bertahun-tahun dianggap menjadi suatu rutinitas atau suatu hal yang biasa. Kebiasaan ini mempunyai kekuatan mengikat karena kebiasaan ini dilakukan berulang-ulang yang berarti banyak orang yang menerimanya. Kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung lama ini menjadi perilaku individu atau kelompok dan diterima sebagai aturan-aturan yang mengikat individu dalam kelompoknya. Pelanggaran atau penyimpangan dari kebiasaan ini akan mengakibatkan seseorang dianggap menyimpang dari kebiasaan umum atau masyarakat. Hubungan Kedokteran Dan Kebudayaan (Etnis) Manusia cenderung untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung bertahun-tahun dianggap menjadi suatu rutinitas atau suatu hal yang biasa Kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung lama ini menjadi perilaku individu atau kelompok

111

Perilaku berdampak pada derajat kesehatan Peran Sakit Peran sakit juga merupakan peran sosial, Ada beberapa pembebasan, segi hukum, dan tuntutan gantirugi, yang terbentuk oleh masyarakat, kelompok dan tradisi-tradisi etnis budaya dimana individu berada Perilaku sakit ( Illnes behaviour ) Lebih berhubungan dengan gejala-gejala yang dirasakan, tingkat sakit, reaksi individu, atau akibat disfungsi organ. Reaksi sangat individual atau tergantung berat ringannya gejala atau rasa sakit. Sering gejala yang muncul tidak sama reaksinya pada setiap individu, dapat saja kondisi sakit disadari setelah pemeriksaan atau ditolong oleh tenaga medis.

112

SKENARIO 6 MAFIA ASURANSI

19 Juni 2012 jaringan mafia asuransi yang melibatkan dua orang warga Aceh Besar yaitu seorang perwira Polisi dan seorang dokter ahli forensik terbongkar. Komplotan tersebut menurut Jaksa Penuntut Umum telah membunuh dua orang korban untuk mengambil santunan asuransi jiwa yang bernilai ratusan juta. Pada 4 Januari 2010 pelaku membawa korban dengan speed boat ke tengah laut lalu membunuhnya, mayatnya di drowning dengan batu pemberat di Laut. Polisi yang menangani kasus tersebut sebelum menguburkan jenazah polisi terlebih dahulu mengambil paru-paru korban untuk dikirim ke Laboratorium Kriminologi. Pada pemeriksaan di temukan wajah mengalami sianosis, adanya Ptechie haemorrage, Tangan bisa dijumpai cadaveric spasme, adanya bintik-bintik perdarahan dipermukaan paru, jantung, otak dan Tardeou's spot, menurut dugaan dr. Nandes bahwa sebelumnya pasien mengalami dispneu yang ditandai adanya gerakan klonik pada kuat pada otot tubuh korban sehingga korban Apneu, besar kemungkinan korban di smothering tetapi tidak dtertutup kemungkinan gagging dan choking. Learning Objectives Mahasiswa Mampu 1. Menjelaskan tentang definisi asfiksia mekanik. 2. Menjelaskan tentang Etiologi Asfiksia Mekanik. 3. Menjelaskan tentang patofisiologi Asfiksia Mekanik. 4. Menjelaskan tentang gejala-gejala Asfiksia Mekanik 5. Menjelaskan tentang tanda tanda post mortem pada asfiksia mekanik ?

113

PANDUAN TUTOR GUIDE SKENARIO 5 Langkah 1 (identifikasi Istilah) Istilah-istilah dalam skenario ini mencakup : Drowning Sianosis Ptechiae Hemorage Cadaveric spasme Tardeu Spot Apneu Choking

Langkah 2 (identifikasi masalah) Beragam masalah dapat dikemukanan mahasiswa. Tutor sebaiknya mengarahkan mahasiswa untuk mengemukakan masalah berdasarkan konsep yang telah dikemukakan pada langkah 1. Bila ada masalah baru yang relevan namun tidak berdasarkan konsep yang ada, mahasiswa sebaiknya diarahkan untuk

mengemukakan konsep yang relevan yang berdasarkan masalah tersebut. Langkah 3 (Analisa Masalah) Pada langkah ini, mahasiswa akan mendiskusikan berbagai masalah yang dikemukakan pada langkah 2. Barbagai pernyataan yang dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada pernyataan yang tidak relevan dengan jalannya diskusi, tutor dapat melakukan salah satu dari dua hal berikut : Membiarkan diskusi terus mengalir sehigga mahasiswa menyadari kekeliruan dari pernyataanya. Mengarahkan diskusi sehingga mahasiswa menyadari sendiri kekeliruan pernyataanya, tanpa menyatakan bahwa mahasiswa tersebut salah. Harus diingat, bahwa langkah 3 tidak harus menghasilkan suatu jawaban yang benar. Berbagai pernyataan yang dikemukakan mahasiswa adalah berdasarkan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya, dan diskusi ini bertujuan agar

114

mahasiswa mengetahui, hal-hal apa yang telah mereka kuasai dan hal-hal apa saja yang belum dikuasai. Denga mengetahui hal-hal tersebut, mahasiswa dapat memperoleh gambaran tentang hal-hal apa saja yang masih harus dipelajari.

Langkah 4 ( Strukturisasi ) Dalam langkah ini mahasiswa akan membuat sebuah struktur berdasarkan diskusi di langkah 3. Struktur harus relevan dengan konsep-konsep di langkah 1, masalahmasalah dilangkah 2 dan diskusi di langkah 3.

Langkah 5 ( Identifikasi Tujuan Belajar ) Dalam langkah ini mahasiswa akan menyusun learning objective (LO), yang mencakup hal-hal yang ingin dipelajari oleh mahasiswa berdasarkan diskusi yang telah dilakukan. Adapun beberapa learning objective yang mungkin dikemukakan oleh mahasiswa adalah sbb : 11. Hal-hal yang belum tuntas ketika di langkah 3 12. Dan LO yang terdapat di bawah skenario 1 pada buku tutor Perlu diingat, bahwa yang dikemukakan diatas adalah beberapa LO dasar yang diharapkan akan dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada LO tambahan yang mencerminkan rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa, maka hal tersebut sangat dapat diterima.

Langkah 6 (Belajar Mandiri) Dalam hal ini mahasiswa melakukan kegiatan akademik secara mandiri

Langkah 7 ( Presentasi hasil belajar mahasiswa ) Dalam langkah ini mahasiswa akan mempresentasikan hal-hal yang telah dipelajari dalam masa belajar mandiri ( yang mencakup kehadiran di kuliah pakar, konsultasi pakar, studi literature, dsb ).

115

ASFIKSIA

1. Pendahuluan Asfiksia dalam bahasa Indonesia disebut dengan mati lemas. Sebenarnya pemakaian kata asfiksia tidaklah tepat, sebab kata asfiksia ini berasal dari bahasa Yunani, menyebutkan bahwa asfiksia berarti absence of pulse ( tidak berdenyut), sedangkan pada kematian karena asfiksia, nadi sebenarnya masih dapat berdenyut untuk beberapa menit setelah pernapasan berhenti. Istilah yang tepat secara terminologi kedokteran ialah anoksia atau hipoksia. Asfiksia adalah kegagalan masuknya udara ke dalam alveoli paru atau sebabsebab lain yang mengakibatkan persediaan oksigen dalam jaringan atau darah atau keduanya berkurang sampai suatu tingkat tertentu di mana kehidupan tidak mungkin berlanjut. Biasanya asfiksia akan menyebabkan gagalnya kedua pilar kehidupan lain. Dalam pemeriksaan mayat medikolegal kematian karena asfiksia termasuk salah satu pemeriksaan yang sering dihadapi dokter seperti mati tergantung, penjeratan, tengggelam, dibekap dan lain-lain. 2. Etiologi a. Alamiah Misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernafasan seperti laringitis difteri, atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru. b. Mekanik Kejadian ini sering dijumpai pada keadaan hanging, drowning, strangulation dan sufocation. Secara fisiologi dapat dibedakan 4 bentuk anoksia yaitu : 1. Anoksia Anoksik (Anoxic anoxia) Pada tipe ini O2 tidak dapat masuk ke dalam paru- paru karena: a. Tidak ada atau tidak cukup O2. Bernafas dalam ruangan tertutup, kepala ditutupi kantong plastik, udara yang kotor atau busuk, udara lembab, bernafas dalam selokan tertutup atau di pegunungan yang tinggi. Ini dikenal sebagai asfiksia murni atau sufokasi (suffocation) . b. Hambatan mekanik dari luar maupun dari dalam jalan nafas seperti pembekapan, gantung diri, penjeratan, pencekikan, pemitingan atau korpus alienum dalam tenggorokan. Ini dikenal sebagai asfiksia mekanik (mechanical asphyxia).

116

Kedua keadaan di atas dapat diibaratkan dengan tidak atau kurang pemasokan oksigen untuk kebutuhan pabrik. 2. Anoksia Anemia (Anaemic anoxia) Di mana tidak cukup hemoglobin untuk membawa oksigen. Ini didapati pada anemi berat dan perdarahan yang tiba-tiba. Keadaan ini diibaratkan dengan sedikitnya kendaraan yang membawa bahan bakar ke pabrik. 3. Anoksia Hambatan (Stagnant anoxia) Tidak lancarnya sirkulasi darah yang membawa oksigen. Ini bisa karena gagal jantung, syok dan sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan oksigen cukup tinggi, tetapi sirkulasi darah tidak lancar. Keadaan ini diibaratkan lalu lintas macet tersendat jalannya. 4. Anoksia Jaringan (Hystotoxic Anoxia) Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau tubuh tidak dapat rnenggunakan oksigen secara efektif. T'ipe ini dibedakan atas : a. Ekstra Sekuler Anoksia yang terjadi karena gangguan di luar sel. Pada keracunan sianida terjadi perusakan pada enzim sitokhrom oksidase, yang dapat menyebabkan kematian segera. Pada keracunan barbiturat dan hipnotik lainnya, sitokhrom dihambat secara partial sehingga kematian berlangsung perlahan. b. Intra selular Di sini oksigen tidak dapat memasuki sel-sel tubuh karena penurunan permeabilitas membran sel, misalnya pada keracunan zat anastetik yang larut dalam lemak seperti kloroform, eter dan sebagainya. c. Metabolik Di sini asfiksia terjadi karena hasil metabolik yang mengganggu pemakaian O2 oleh jaringan seperti pada keadaan uremia. d. Subtrat Dalam hal ini makanan tidak mencukupi untuk metabolisme yang efisien, misalnya pada hipoglikemia. 2. Patofisiologi Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam 2 golongan: 2.1 Primer (akibat langsung dari asfiksia)

117

Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada tipe dari asfiksia. Sel- sel otak sangat sensitif tehadap kekurangan O2. bagian bagian otak tertentu membutuhkan lebih banyak O2, dengan demikian bagian tersebut lebih rentan terhadap kekurangan O2. Perubahan yang karakteristik terlihat pada sel-sel serebrum, serebellum dan basal ganglia. Di sini sel-sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial, sedangkan pada organ tubuh yang lain yakni jantung, paru-paru, hati, ginjal dan yang lainnya perubahan akibat kekurangan O2 langsung atau primer tidak jelas. 2.2 Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh). Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang rendah dengan mempertinggi outputnya, akibatnya tekanan arteri dan vena meninggi. Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup untuk kerja jantung maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung dengan cepat. Keadaan ini didapati Pada : a. Penutupan mulut dan hidung (Pembekapan). b. Obstruksi jalan napas seperti pada mati gantung, penjeratan, pencekikan dan korpus alienum dalam saluran nafas atau pada tenggelam karena cairan menghalangi udara masuk ke paru-paru. c. Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan (Traumatic asphyxia). d. Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat pernafasan, misalnya pada luka listrik dan beberapa bentuk keracunan. 3. Gejala-gejala Asfiksia Gejala-gejala asfiksia dapat dibagi atas beberapa stadium yaitu: 3.1 Stadium dispnoe. Terjadi karena kekurangan O2 disertai meningkatnya kadar CO2 akan merangsang pusat pernafasan, gerakan pernafasan (inspirasi dan ekspirasi) bertambah dalam dan cepat disertai bekerjanya otot-otot pernafasan tambahan. Wajah cemas, bibir mulai kebruan, mata menonjol, denyut nadi dan tekanan darah meningkat. Bila keadaan ini berlanjut maka masuk ke stadium kejang. 3.2 Stadium kejang. Berupa gerakan klonik yang kuat pada hampir seluruh otot tubuh, kesadaran hilang dengan cepat, spinkter mengalami relaksasi sehingga faeces dan urine dapat keluar spontan. Denyut nadi dan tekanan darah masih tinggi, sianosis makin jelas. Bila kekurangan O2 ini terus berlanjut, maka penderita akan masuk ke stadium apnoe. 3.3 Stadium apnoe. Korban kehabisan nafas karena depresi pusat pernafasan, otot-otot menjadi lemah, hilangnya reflek, dilatasi pupil, tekanan darah turun, pernafasan dangkal dan semakin memanjang, akhirnya berhenti bersamaan dengan dengan lumpuhnya

118

pusat-pusat kehidupan. Walaupun nafas telah berhenti denyut nadi hampir tidak teraba, pada stadium ini bisa dijumpai jantung masih berdenyut beberapa saat lagi. Ketiga stadium ini berakhir dalam 3-5 menit atau lebih lama sampai 5-8 menit. 4. Tanda-tanda post-mortem Wajah bengkak dan biru (sianose), bibir kebiruan dan mata menonjol lidah sering bengkak dan menjulur, dan kadang-kadang tergigit, terlihat buih di rongga mulut dan hidung, bintik perdarahan (Ptechie haemorrage) di muka, kelopak mata dan konjungtiva. Tangan bisa dijumpai mencekam/mengepal (kejang mayat, cadaveric spasme). Lebam mayat berwarna rnerah kebiruan jelas terlihat dan distribusi luas karena kadar CO2 tinggi dan darah rnenjadi lebih encer, sukar membeku akibat kerja fibrinolysin. Mukosa trakhea dan bronkhus merah karena kongesti dan sering dijumpai buih bercampur darah. Paru-paru bengkak (congested) dan berwarna gelap, adanya bintik-bintik perdarahan dipermukaan paru, jantung, otak dan selaput otak yang dikenal dengan Tardeou's spot. Bintik-bintik perdarahan ini terjadi karena permeabilitas kapiler meningkat dan kapiler rnudah pecah. Selain dipermukaan organ, sering didapati konjuntiva palpebra dan konjuntiva bulbi serta di kulit wajah. Organ-organ mengalami perbendungan, sering didapati jantung kanan masih terisi darah dan janntung kiri kosong. Tanda-tanda lain didapati sesuai dengan penyebab asfiksia, seperti di paru-paru pada tenggelam, leher pada penjeratan, pencekikan dan mati gantung, luka di mulut dan hidung pada pernbekapan dan cedera dada pada traumatic asphyxia. Pada mati gantung proses hambatan terjadi serentak pada pembuluh darah arteri dan vena, maka wajah korban tampak pucat. Dalam bidang forensik ada beberapa keadaan atau jenis asfiksia yang sering dijumpai. Biasanya berkaitan dengan hambatan saluran nafas secara mekanik atau disebut juga asfiksia mekanik. Asfiksia mekanik di bidang forensik yang sering dijumpai: 1. Pembekapan (smothering), yaitu saluran nafas bagian luar, mulut dan hidung ditutup serentak. 2. Penyumbatan saluran nafas (gagging dan choking) 3. Tekanan di daerah leher: a. Pengaruh berat badan (mati gantung, hanging) b. Tenaga dari luar - Penjeratan (strangulation) - Pencekikan (throttling, manual stragulation) - Gantung (hanging) 4. Tersumbat oleh cairan (tenggelam, drowning) 5. Gangguan gerakan pernafasan (dada ditekan, traumatic asphyxia) 1. Pembekapan Pembekapan (smoothering) adalah asfiksia yang terjadi karena ditutupnya saluran nafas bagian luar yaitu hidung dan mulut korban sekaligus. Biasanya dilalukan terhadap korban yang lemah atau tidak berdaya. Bisa dilakukan dengan telapak tangan atau benda lain seperti kain, handuk, bantal, plester lebar, menekan muka

119

korban ke kasur dan lain-lain. Pembunuhan anak atau pembunuhan pada orang tua dan orang lemah lainnya sering menggunakan cara ini. Bila daerah mulut dan hidung kecil maka pemakaian telapak tangan cukup untuk itu, tetapi bila lebih luas dan kemungkinan tidak dapat ditutup sekaligus maka dipergunakan bantal, selimut atau bahan yang lain. Dapat juga terjadi karena kecelakaan pada anak karena tertindih bantal atau tertindih buah dada karena ketiduran waktu menyusukan bayi. Walaupun jarang, dapat juga terjadi bunuh diri dengan cara rnengikatkan gulungan kain atau bantal menutup muka. 1.1 Tanda post mortem Dijumpai tanda-tanda perbendungan, muka bengkak (congested), bintik perdarahan pada bola dan kelopak mata (Tardeau's spot), mata melotot dan sianose pada bagian akral tubuh seperti kuku, bibir, hidung dan kuping, luka lecet dan hematom karena tekanan di bagian dalam bibir. Pada pembunuhan, bila digunakan tenaga lebih dari seperlunya, didapati luka lecet di sekitar mulut dan hidung.Tetapi bila dipakai bahan yang halus atau muka korban dibalikkan ke kasur tanda-tanda kekerasan seperti lecet mungkin sedikit atau tidak didapati sama sekali. Sebab kematian, murni karena kekurangan oksigen. 2. Penyumbatan saluran nafas (gagging dan choking) Sumbatan saluran nafas bagian atas oleh benda asing. Pada gagging sumbatan pada orofaring, mulut disumpal dengan kain, sedangkan pada choking sumbatan pada laringofaring. Ini sering pada anak-anak karena tertelan bonbon, kacang dan lain-lain. Jenis asfiksia ini jarang ditemukan, kecuali pada pembungkaman korban dengan penyumpalan mulut dengan kain, begitu juga pada pembunuhan anak. 2.1 Tanda post mortem Tanda post mortem yang penting adalah tanda-tanda asfiksia dan adanya benda asing di dalam mulut. Benda asing bisa berupa potongan kain, kertas koran, tisu, sapu-tangan, gigi palsu dan sebagainya. 3. Mati gantung(hanging) Mati gantung sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan bunuh diri dengan cara ini sering dilakukan karena dapat dilakukan di mana dan kapan saja dengan seutas tali, kain, dasi atau bahan apa saja yang dapat melilit leher. Demikiaa pula pada pembunuhan atau hukuman mati dengan cara penggantungan yang sudah digunakan sejak zaman dahulu. 3.1 Jenis mati gantung Dari letak tubuh ke lantai dapat dibedakan 2 tipe : 1. Tergantung total (complete), tubuh tergantung di atas lantai. 2. Setengah tergantung (partial), bagian dari tubuh masih menyentuh lantai. Sisa berat badan 10-15 kg pada orang dewasa sudah dapat menyebabkan tersumbat saluran nafas dan hanya diperlukan sisa berat badan 5 kg untuk rnenyumbat arteri karotis. Partial hanging hampir selamanya karena bunuh diri.

120

Dari letak jeratan dibedakan: 1. Tipikal (Typical hanging) di mana letak simpul di belakang leher, jeratan berjalan simetris di samping leher dan di bagian depan leher di atas jakun. Tekanan pada saluran nafas dan arteri karotis paling besar pada tipe ini. 2. Atipikal, letak simpul bisa di mana saja selain tipikal. 3.2 Simpul Ada 2 jenis simpul yaitu simpul hidup (running noose) dan simpul mati (satu atau lebih). Pemeriksaan jenis dan panjang bahan yang dipakai, serta jenis simpul dapat membantu menentukan cara kematian. Pada waktu rnembebas liiitan dari leher korban, tidak boleh membuka simpul, tetapi lilitan dipotong di luar simpul, karena bentuk simpul bisa membantu penentuan kematian secara medikolegal. 3.3 Sebab kematian Walaupun sebab kematian mati gantung adalah karena asfiksia, tetapi sering disertai sebab yang lain yaitu tekanan pada pembuluh darah (arteri maupun vena) di leher dan reflek inhibisi vagal. Yang paling sering adalah campuran asfiksia dengan sumbatan pada pembuluh darah. Dengan demikian sebab kematian bisa terjadi karena: 1. Asfiksia karena tersumbatnya saluran pernafasan 2. Kongesti vena sampai menyebabkan perdarahan di otak 3. Iskerni serebral karena sumbatan pada arteri carotis dan arteri vertebralis 4. Syok vagal, karena tekanan pada sinus carotis menyebabkan jantung berhenti berdenyut 5. Fraktur atau dislokasi tulang vertebral cervicalis 2 dan 3. Ini didapati pada hukuman gantung (judicial hanging), karena korban dijatuhkan terhentak. 3.4 Periode fatal Pada judicial hanging kematian berlangsung sangat cepat karena fraktur di vertebra cervicalis yang mengakibatkan perdarahan di medula oblongata. Sering didapati jantung masih berdenyut untuk beberapa saat kemudian. Bila kernatian karena penutupan arteri juga berlangsung cepat karena iskerni otak, sedangkan kematian berlangsung lebih lambat pada peryumbatan vena. Bila yang tersumbat adalah saluran pernafasan, maka kematian bisa berlangsung di bawah 5 menit. 3.5 Tanda post mortem Tanda post mortem sangat berhubungan dengan penyebab kematian atau tekanan di leher. Kalau kematian terutama akibat sumbatan pada saluran pernafasan rnaka dijumpai tanda-tanda asfiksia, respiratory distress, sianose dan fase akhir konvulsi lebih menonjol. Bila kematian karena tekanan pembuluh darah vena, maka sering didapati tanda-tanda perbendungan dan perdarahan (Ptechial) di konjuntiva bulbi, okuli dan di otak bahkan sampai ke kulit muka. Bila tekanan lebih besar sehingga dapat menutup arteri, rnaka tanda-tanda kekurangan darah di otak lebih menonjol (iskemi otak), yang nnenyebabken gangguan pada sentral respirasi, dan berakibat gagal nafas. Tekanan pada sinus karotis menyebabkan jantung tiba-tiba berhenti dengan tanda-tanda post-mortern yang rninimal. Tanda-tanda di atas jarang berdiri sendiri, tetapi umumnya akan didapati tanda-tanda gabungan.

121

3.5.1 Pemeriksaan luar Pada pemeriksaan luar penting diperiksa bekas jeratan di leher yaitu: 1. Bekas jeratan (ligarature mark) berparit, bentuk oblik seperti V terbalik, tidak bersambung, terletak di bagian atas leher, berwarna kecoklatan, kering seperti kertas perkamen, kadang - kadang disertai luka lecet dan vesikel kecit di pinggir jeratan. Bila lama tergantung, di bagian atas jeratan warna kulit lebih gelap karena adanya lebam mayat. 2. Kita dapat memastikan letak simpul dengan menelusuri bekas jeratan. Simpul terletak di bagian yang tidak ada berkas jeratan kadang-kadang didapati juga bekas tekanan simpul di kulit. Bila bahan penggantung kecil dan keras (seperti kawat) maka, bekas jeratan tampak dalam sebaliknya bila bahan lembut dan lebar seperti selendang, maka bekas jeratan tidak begitu jelas. Bekas jeratan juga dipengaruhi oleh lamanya korban tergantung, berat badan korban (komplit atau inkomplit) dan ketatnya jeratan. Pada keadaan lain bisa didapati leher dibeliti beberapa kali secara horizontal baru kemudian digantung, dalam keadaan ini didapati beberapa bekas jeratan yang lengkap, tetapi pada satu bagian tetap ada bagian yang tidak tersambung yang menunjukkan letak simpul. 3. Leher bisa didapati sedikit memanjang karena lama tergantung, bila segera diturunkan tanda memanjang ini tidak ada. Muka pucat atau bisa bengkak, bintik perdarahan Tardeou's spot tidak begitu jelas, konjuntiva bulbi dan palpebra, lidah terjulur dan kadang tergigit, tetesan saliva di pinggir salah satu sudut sianose, kadang-kadang ada tetesan urine, faeses dan sperma. 4. Bila korban lama diturunkan dari gantungan, lebam mayat didapati di kaki dan tangan bagian bawah. Bila segera diturunkan lebam mayat bisa didapati di bagian depan atau belakang tubuh sesuai dengan letak tubuh sesudah diturunkan. Kadang penis tampak ereksi akibat terkumpulnya darah. 3.5.2 Pemeriksaan dalam Pada pemeriksaan dalam perlu diperhatikan: 1. Jaringan otot setentang jeratan didapati hematorn, pernafasan kongested, demikian juga paru-paru dan orgain dalam lainnya. Terdapat Tardeou's spot di permukaan paru-paru, jantung dan otak. Darah berwarna gelap dan encer. 2. Patah tulang lidah (os hyoid) sering didapati. Sedangkan tulang rawan yang lain jarang. 3. Didapati adanya robekan melintang berupa garis berwana merah (red line) pada tunica intima dari arteri carotis interna. Medikolegal Biasanya perbuatan bunuh diri dilakukan sama banyaknya oleh kedua jenis kelarnin dan sepertinya tidak tergantung umur, artinya dilakukan dari remaja sampai orang tua. Pemeriksaan di TKP penting untuk menjelaskan bila ada luka di tubuh korban. Bila tergantung dekat dinding mungkin ada tonjolan yang dapat melukai korban menjelang kematian.

122

Pembunuhan dengan cara hanging jarang terjadi kecuali orang tidak berdaya atau dilemahkan terlebih dahulu dengan kekerasan atau racun. Tidak jarang korban yang telah mati, kemudian digantung untuk menghilangkan jejak pembunuhan. Bila demikian dokter perlu mencari dan memastikan sebab kematian korban. Ini merupakan bagian penting dari pemeriksaan dokter untuk rnengarahkan adanya unsur pembunuhan. Kecelakaan karena mati gantung sangat jarang, biasanya berhubungan dengan pekerjaan yang sering menggunakan tali atau pada anak-anak. Bisa terjadi accidental hanging yang berhubungan dengan sexual asphyxia, di mana korban secara masochistik sengaja membuat partial asfiksia untuk mencapai derajat orgasme lebih tinggi. Dengan menyetel tali yang dapat menjerat leher lebih kencang maka ia dapat mencapai orgasme dan setelah itu tali dilonggarkan kembali tetapi perbuatan melonggarkan ikatan ini kadang-kadang tidak sempat dilakukan karena korban kehilangan kesadaran akibat asfiksia dan akhirnya mati. Dalam hal ini, di dekat korban sering didapati gambar-gambar porno, korban telanjang atau pakai baju wanita dan ada eyakulat. 4. Penjeratan (strangulation) Penjeratan adalah terhalangnya udara pernafasan akibat adanya tenaga dari luar. Terdapat beberapa tipe: 1. Penjeratan dengan tali 2. Dicekik (manual strangulation) 3. Ditekan leher dengan bahan selain tali (misalnya potongan kayu,lengan) 4. Mugging, leher ditekan dengan lutut atau siku. Dua jenis pertama sering didapati, sementara yang lain jarang. 4.1 Penjeratan dengan tali Sama dengan mati gantung, bahan apa saja dapat dipakai untuk maksud ini. Biasanya penjeratan dilakukan dalam pembunuhan, apalagi korban perkosaan. Walaupun sama-sama ada bekas jeratan di leher seperti hanging, tetapi strangulasi mempunyai ciri khusus pula. Karena dokter tidak datang ke TKP, maka pemeriksaan pada mayat harus hati-hati, karena yang didapati dokter di meja autopsi hanya bekas jeratan di leher. Bentuk, jenis tali dan simpul sering tidak disertakan pada mayat (telah dilepas), bila masih ada, tali diputuskan di luar simpul supaya bisa di rekonstruksi kembali. 4.2 Sebab kematian. Kematian sering terjadi karena kombinasi beberapa sebab berikut: 1. Asfiksia, karena saluran nafas tertutup. 2. Venous congestion, aliran arteri masih masuk ke otak, sementara aliran vena tertutup. 3. Iskerni otak, darah arteri tidak rnengalir lagi ke otak. 4. Refleks vagal (Vagal reflex).

123

4.3 Pemeriksaan post-mortem 4.3.1 Pemeriksaan luar Bekas jeratan di leher berwarna merah kecoklatan, bersambung (continous) di bawah atau setentang cartilago thyroid, lecet di sekitar jeratan karena perlawanan korban, kadang-kadang ada vesikel halus. lni menunjukkan korban masih hidup waktu dijerat. Warna bekas jeratan terlihat kemerahan karena tali segera dilepas atau longgar setelah korban dijerat. Bila tetap terjerat dalam waktu lama, bisa didapati warna bekas jeratan kecoklatan seperti kertas perkamen. Kematian biasanya berlangsung lebih lama dari hanging, karena korban memberi perlawanan dengan menegangkan leher, sehingga proses kematian berlangsung lama. Itu sebabnya tanda-tanda asfiksia pada penjeratan lebih jelas terlihat. Muka terlihat bengkak dan membiru, mata melotot, begitu juga lidah menjulur. Bintik perdarahan pada kening, temporal, kelopak dan bola mata lebih jelas. Bisa didapati keluar faeces dan urine. Karena strangulasi umumnya karena pembunuhan maka sering didapati tanda-tanda perlawanan. Bila terdapat kejang mayat, maka perhatikan apakah ada benda yang digenggam seperti rambut, kancing atau robekan baju pelaku, hal ini penting untuk mengetahui siapa pelaku kejahatan. 4.3.2 Pemeriksaan dalam Paling penting pemeriksaan daerah leher di mana terdapat lebam di setentang dan sekitar penjeratan. Dijumpai fraktur tulang krikoid dan tulang rawan trachea lainnya. Mucosa laring dan trachea menebal dan berwarna merah, kadang disertai perdarahan kecil. Paru-paru congested dengan tanda-tanda perbendungan, Tardieu's spot, begitu juga tanda perbendungan pada organ lain. 4.4 Medikolegal Umumnya karena pembunuhan. Dapat juga terjadi karena bunuh diri dengan rnelilitkan tali beberapa kali sampai ia kehilangan kesadaran dan akhirnya mati karena ia tidak bisa lagi melepaskan ikatan. Atau pakai kawat waja yang tetap terbentuk seperti waktu dililitkan atau setelah dililit dengan tali beberapa kali kemudian diperketat dengan mengunci dengan sepotong kayu. Kecelakaan sering pula terjadi karena leher terbelit oleh dasi yang terjerat oleh mesin yang berputar. Bayi terbelit leher oleh tali pusat waktu dilahirkan bukanlah hal yang jarang. Demikian juga usaha mencapai kepuasan seks dengan membuat partial asfiksia. Tabel Perbedaan Mati Gantung dan Penjeratan OBSERVASI Motif Tanda asfiksia Tanda jeratan dileher Letak jeratan Bekas tali MATI GANTUNG Bunuh diri Kurang jelas Miring, tidak kontinu Antar dagu dan laring Keras, kering, coklat tua seperti kulit disamak PENJERATAN Pembunuhan Jelas Horizontal dan kontinu Dibawah tyroid Lunak dan kemerahan

124

Lecet setentang tali Tanda perlawanan Fraktur laring dan trachea Fraktur os hyoid Dislokasi vertebra Perdarah pada pernafasan Air ludah Tardieus spot Muka

Jarang dijumpai Tidak ada Jarang Sering Ada pada juridicial hanging saluran Sangat jarang

Umumnya ada Sering ada Sering Jarang Jarang

Ada, bersama buih dari mulut dan hidung Mengalir dari salah satu Tidak ada sudut mulut Jarang Sering Pucat Sianose dan kongesti

5. Pencekikan Pencekikan sering terjadi pada perkelahian, sebab leher merupakan salah satu sasaran yang dapat melumpuhkan dan mematikan. Sebab kematian dan mekanisme kematian sedikit berbeda pada strangulasi dengan tali, karena di sini penyebab kematian lebih sering karena asfiksia. Kongesti otak atau iskemi otak jarang terjadi karena aliran darah tidak tertutup total. Tanda post mortem yang khas adalah didapati adanya bekas kuku jari tangan pada banyak tempat di leher korban. Dari letak cengkrarnan jari-jari, bisa diperkirakan penyerang memakai satu atau kedua tangan, pakai tangan kanan atau kiri, menyerang dari depan atau belakang. Yang sering juga sebagai penyebab kematian adalah reflex vagal, di mana tekanan pada sinus karotis dapat menyebabkan jantung tiba-tiba berhenti berdenyut. Pernah dilaporkan sebuah kasus di mana pelaku menyatakan dalam sidang pengadilan bahwa ia mencekik korban tidak dengan niat mernbunuh, tetapi hanya untuk menakuti dengan rnemegang leher korban, tetapi akibatnya korban rneninggal juga. Ini bisa terjadi karena vagal refieks. 6. Sufokasi (suffocation) Sufokasi terjadi karena kekurangan atau ketiadaan O2. Bisa terjadi karena korban berada dalam ruangan kecil tertutup atau kepala dimasukkan dalam kantong plastik tertutup yang diikat dibagian leher. Kasus sufokasi sering terjadi pada anak anak yang tidak sengaja bersembunyi dalam lemari es atau korban masuk kedalam selokan yang pengat atau sumur yang kering. Bisa juga terjadi bila berada dipegunungan dimana tekanan O2 sangat rendah. Sufokasi adalah bentuk asfiksia murni. 7. Tenggelam (drowning) Korban mati tenggelam hamper selalu didapati dari waktu kewaktu. Ini tidak mengherankan karena sekeliling kita ada selokan, sumur, kolam, sungai, danau atau laut, bahkan ember berisi air atau bak kamar mandi. Banjir bukan hal yang jarang terjadi.baru saja kita menghadapi korban mati tenggelam dalam jumlah ratusan ribu orang akibat gelombang tsunami. Bila itu yang berkaitan dengan

125

kecelakaan tidaklah merupakan peristiwa kriminal yang memerlukan bantuan dokter untuk menentukan sebab dan cara kematian. Pemeriksaan korban yang diangkat dari air diluar musim banjir atau bencana, adalah kematian yang diragukan sebagi peristiwa pembunuhan. Penting sekali penentuan apakah korban masih hidup waktu masuk keair atau sudah mati baru ditenggelamkan. Tenggelam adalah bentuk kematian akibat asfiksia karena terhalangnya udara masuk ke dalam saluran pernafasan disebabkan tersumbat oleh cairan. Terhalangnya udara masuk ke paru-paru tidak perlu orang harus terbenam ke air, tetapi tertutup saluran nafas atas oleh cairan cukup untuk membuatnya mati tenggelam. 1.1 Proses tenggelam Tenggelam dapat terjadi pada orang yang tidak bisa berenang maupun pandai berenang (bila ia sampai ke tingkat kehabisan tenaga atau keadaan lain). Proses tenggelam dimulai pada waktu orang masuk ke air karena panik atau kelelahan, maka sebagian air masuk ke mulut dan saluran pernafasan. Ini akan menimbulkan reflek batuk yang menyebabkan korban perlu menghirup udara lagi dengan berusaha menggapai ke permukaan, namun akibatnya lebih banyak lagi air yang masuk menggantikan udara, ini terjadi berulang kali, akhirnya korban tenggelam. Setelah terjadi proses pembusukan, beberapa hari korban terapung kembali karena gas pembusukan yang berkumpul dalam rongga perut dan dada maka korban akan muncul permukaan air, kecuali korban tersangkut di dalam air atau di makan binatang. Bila gas pembusukan ini akhirnya keluar dari tubuh, korban kembali tenggelam. Proses ini perlu diketahui dalam pencarian korban tenggelam. Kematian karena tenggelam bisa melalui berbagai proses maka tenggelam dibedakan atas berbagai tipe: 1. Dry drowning, mati tenggelam tanpa ada air di saluran pernafasan. Mungkin karena spasme laring atau inhibisi vagal yang mengakibatkan jantung berhenti berdenyut sebelum korban tenggelam. Ini dikenal sebagai Drowning type l. 2. Wet drowning, tenggelam dalam pengertian sehari-hari baik di air tawar (Drowing type 2a) maupun air asin (Drowing type 2b). 3. Immersion syndrome, mati tenggelam karena masuk ke air dingin yang menyebabkan inhibisi vagal. 4. Secondary drowning, tidak sesungguhnya mati tenggelam, tetapi mati sesudah dirawat akibat tenggelam. Tetap ada hubungannya dengan kelainan paru akibat tenggelam (infeksi atau oedem). 1.1.1 Tenggelam basah (Wet drowning) Perlu dikenal proses kematian karena tenggelam basah dalam pengertian seharihari :

126

1.1.1.1 Air tawar. Air masuk ke panr-paru sarnpai ke alveoli. Karena konsentrasi darah lebih tinggi dari air, maka cairan di paru-paru rnasuk ke dalam sirkulasi darah, terjadi hemodilusi yang diikuti dengan hemolisis, akibatnya kadar ion K dalam serum darah meningkat dan kadar ion Na turun dan disertai peningkatan volume darah, beban jantung bertambah berat, terjadi keadaan hipoksia dan fibrilasi ventrikel, berakhir terjadi kematian akibat anoksia otak. Dalam penelitian didapati penambahan volume darah bisa sampai 72%. kadar ion Chlor di jantung kiri turun sampai 50%. 1.1.1.2 Air laut. Air laut yang masuk ke dalam paru lebih hipertonik sehingga dapat menarik air dari pembuluh darah. Akibatnya terjadi oedem paru, darah menjadi hemokonsentrasi. Kadar ion Chlor jantung kiri meningkat 30-40%, kadar ion Mg dalam darah meningkat, RBC meningkat dan di bawah mikroskop butir darah tampak mengkerut. Terjadi hipoksia. Kematian terjadi karena oedem paru. 1.2 Sebab kematian Seperti dijelaskan ada berbagai tipe tenggelam, maka sebab kematian tenggelam juga terjadi karena berbagai bentuk: 1. Asfiksia, karena spasme laring. 2. Fibrilasi, ventikuler karena tenggelam di air tawar. 3. Oedem paru, karena tenggelam di air asin. 4. Inhibisi vagal, karena reflex. 1.3 Tanda post-mortem 1.3.1 Pemeriksaan luar Tanda-tanda asfiksia seperti sianose pada kuku, bibir. Mata merah karena perdarahan sub conjuctiva, dari mulut dan hidung terdapat buih halus yang sukar pecah, kadang menjulur sepeti lidah. Lebam mayat lebih banyak di bagian kepaia, muka, dan leher (karena posisi kepala di air lebih rendah). Bila didapati kejang mayat (cadaveric spasme) tangan menggenggam rumput atau kayu merupakan bukti kuat korban masih hidup waktu masuk ke air. Bila korban lama di dalam air bisa didapati telapak tangan dan kaki putih mengkerut seperti tukang cuci (washer woman's hand). Kadang didapati kulit kasar seperti kulit bebek (cutis anserine), tapi tidak patognomonis karena itu terbentuk akibat kontraksi m. erector pilli karena dingin atau proses kaku mayat. Adanya lumpur di badan, tangan korban, di bawah kuku atau pakaian penting diperhatikan. Pastikan juga adanya luka-luka post mortem apalagi bila korban terseret arus di sungai atau gigitan ikan dan binatang lainnya. Luka post mortem oleh batu-batuan di sungai didapati di tubuh bagian luar.

127

1.3.2 Periksa dalam Penting memeriksa adanya lumpur, pasir halus dan benda asing lainnya dalam mulut dan saluran nafas, lumen laring, trachea dan bronchus sampai ke cabangcabangnva. Pada rongga mulut dan saluran pernafasan berisi buih halus yang mungkin bercampur dengan lumpur. Paru-paru tampak lebih besar voluminous dan oedematous apalagi tenggelam di air laut, dengan cetakan iga di permukaan paru. Pada perabaan kenyal ada pitting oedem, bila dipotong dan diperas tampak banyak buih. Darah lebih gelap dan encer. Jantung kanan berisi darah dan di bagian kiri kosong. Oesofagus dan lambung bias terisi cairan sesuai dengan tempat di mana korban tenggelam, mungkin mengandung lumpur, pasir dan lainlain. Ini petunjuk penting karena korban menelan air waktu kelelap dalam air, apa lagi bila didapati di duodenum yang menunjukkan ada passage melewati pylorus. Harus di ingat bahwa pada dry drowning tidak didapati air atau kelainan di paru maupun di lambung. Pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan adanya diatome dapat dilakukaa dengan tes destruksi. Begitu juga bilas paru untuk rnendapatkan adanya pasir atau telur cacing bila air kontaminasi dengan faeses, ini dilakukan bila pembuktian secara makroskopis meragukan. Pemeriksaan kimia darah dapat dilakukan tetapi memerlukan fasilitas dan biaya. 2. Medikolegal Secara medikolegal kematian karena tenggelam umumnya karena kecelakaan apalagi di musim hujan dan banjir. Bunuh diri dengan tenggelam bukan hal yang jarang terjadi. Biasanya korban memilih tempat yang tinggi untuk meloncat dan biasanya di tempat yang sering dilewati orang. Penting sekali menentukan apakah korban mati karena tenggelam atau sudah mati baru ditenggelamkan. Pemeriksaan menjadi sulit bila korban telah mengalami pembusukan atau pembusukan lanjut. Perlu diperhatikan bahwa korban yang diangkat dari air, mengalami pembusukan lebih cepat dari biasa. Oleh karena itu penundaan pemeriksaan akan mempersulit pemeriksaan, selain bau yang akan dihadapi pemeriksa.

128

DAFTAR PUSTAKA

Amir, amri, Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik , Medan : USU, 2008. A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp. Kebutuhan Dasar Manusia. EGC Dr. Hendra T. Laksman.2005. Kamus Kedokteran. PT. Penerbit Djambatan Depkes RI. Undang-undang no. 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran. J. Suwandi, S.H. 2006. Dugaan Malpraktek Medik & Draft RPP Perjanjian Terapeutik antara Dokter dan Pasien . FKUI. J.Guwandi S.H.2005. Hukum Medik ( Medical Law ). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Leonardo. Asfiksia Forensik. Bagian Ilmu Forensik RSU Dr. Pirngadi Medan. M. Jusuf Hanafiah & Amri Amir. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan Edisi 3. EGC Prof. dr. Ratna Suprapti Samil.2001. Etika Kedokteran Indonesia. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

129

SEVEN JUMP

No 1

Langkah Identifikasi istilah / konsep

Uraian Agar dapat memahami, mahasiswa perlu berusaha mencari istilah dan konsep yang belum jelas atau asing, dari scenario kemudian menjelaskannya untuk menyamakan persepsi.

Identifikasi masalah

Mahasiswa berusaha mencari masalah inti dan masalah tambahan dalam scenario.

Analisa masalah

Brainstorming/curah pendapat dengan menggali masalah dan berusaha menjelaskan konsep dengan menjelaskan pengetahuan yang mereka kuasai sebelumnya (walaupun konsep dan penjelasannya masih salah, tutor tidak perlu segera berkomentar).

Strukturisasi

Berdasarkan

langkah

dan dan

3,

mahasiswa lalu

mengelompokkan

masalah

konsep

membentuk pola / skema yang sistematis dan terangkai secara logis. 5 Identifikasi tujuan belajar Merumuskan hal-hal yang perlu dipelajari lebih lanjut secara mandiri. 6 Belajar Mandiri perpustakaan, diskusi kelompok kecil kuliah,

internet, konsultasi pakar, dll. 7 Presentasi mandiri hasil belajar Melaporkan hasil belajar mandiri / temuan informasi terkait dengan tujuan belajar yang dirumuskan bersama langkah ke-5. Menyimpulkan pengetahuan yang telah diperoleh.

130

MINGGU I (11 16 Juni 2012) KEGIATAN JAM SENIN/11 Juni SELASA/12 Juni Kuliah Pakar 2 Ruang Kuliah Umum A Lantai 1 RABU/13 Juni Kuliah Pakar 4 Ruang Kuliah Umum A Lantai 1 KAMIS/14 Juni

Modul XXII : Medikolegal

JUMAT/15 Juni

SABTU/16 Juni

08.00 - 10.00

Diskusi Tutorial 1 Skenario 1 Lantai 2

Diskusi Tutorial II Skenario 1 Lantai 2

10.00 12.00

Belajar Mandiri

Kuliah Pakar 3 Ruang Kuliah Umum A Lantai 1 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri

12.00 14.00

Kuliah Pakar 1 Ruang Kuliah Umum A Lantai 1

14.00 16.00 Belajar Mandiri 16.00 18.00

131

MINGGU II (18 - 23 Juni 2012) KEGIATAN JAM SENIN/18 Juni SELASA/19 Juni Kuliah Pakar 6 Ruang Kuliah Umum A Lantai 1 RABU/20 Juni Kuliah Pakar 7 Ruang Kuliah Umum A Lantai 1 KAMIS/21 Juni

Modul XXII : Medikolegal

JUMAT/22 Juni

SABTU/23 Juni

08.00 - 10.00

Diskusi Tutorial I Skenario 2 Lantai 2

Diskusi Tutorial II Skenario 2 Lantai 2

Skill Lab I/Demo 10.00 12.00 Kelompok I-V Ruang Skill lab Lt.1 Belajar Mandiri

Skill Lab I/E Kelompok I-V Ruang Skill lab Lt.1 Skill Lab I/E

Skill Lab I/Demo 12.00 14.00 Kelompok VI-X Ruang Skill lab Lt.1

Skill Lab I/BM Kelompok I-V Ruang Skill lab Lt.1 Belajar Mandiri Skill Lab I/BM

Kelompok VI-X Ruang Skill lab Lt.1

Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

14.00 16.00

Kuliah Pakar 5 Ruang Kuliah Umum A Lantai 1

Kelompok VI-X Ruang Skill lab Lt.1 Belajar Mandiri

16.00 18.00

Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

132

MINGGU III (25 - 30 Juni 2012) KEGIATAN JAM SENIN/25 Juni SELASA/26 Juni Kuliah Pakar 8 Ruang Kuliah Umum A Lantai 1 RABU/27 Juni Kuliah Pakar 9 Ruang Kuliah Umum A Lantai 1 KAMIS/28 Juni

Modul XXII : Medikolegal

JUMAT/29 Juni

SABTU/30 Juni

08.00 - 10.00

Diskusi Tutorial I Skenario 3 Lantai 2

Diskusi Tutorial II Skenario 3 Lantai 2

Skill Lab II/Demo 10.00 12.00 Kelompok I-V Ruang Skill lab Lt.1 Belajar Mandiri

Skill Lab II/E Kelompok I-V Ruang Skill lab Lt.1 Skill Lab II/E

Skill Lab II/Demo 12.00 14.00 Kelompok VI-X Ruang Skill lab Lt.1

Skill Lab II/BM Kelompok I-V Ruang Skill lab Lt.1 Belajar Mandiri Skill Lab II/BM

Kelompok VI-X Ruang Skill lab Lt.1

Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

14.00 16.00 Belajar Mandiri

Kelompok VI-X Ruang Skill lab Lt.1 Belajar Mandiri

16.00 18.00

Belajar Mandiri

133

MINGGU IV (02 - 07 Juli 2012) KEGIATAN JAM SENIN/02 Juli SELASA/03 Juli RABU/04 Juli KAMIS/05 Juli

Modul XXII : Medikolegal

JUMAT/06 Juli

SABTU/07 Juli

08.00 - 10.00

Diskusi Tutorial I Skenario 4 Lantai 2

Kuliah Pakar 10 Ruang Kuliah Umum A Lantai 1

Kuliah Pakar 11 Ruang Kuliah Umum A Lantai 1

Diskusi Tutorial II Skenario 4 Lantai 2

Skill Lab III/Demo 10.00 12.00 Kelompok I-V Ruang Skill lab Lt.1 Belajar Mandiri

Skill Lab III/E Kelompok I-V Ruang Skill lab Lt.1 Skill Lab III/E

Skill Lab III/Demo 12.00 14.00 Kelompok VI-X Ruang Skill lab Lt.1

Skill Lab III/BM Kelompok I-V Ruang Skill lab Lt.1 Skill Lab III/BM Belajar Mandiri

Kelompok VI-X Ruang Skill lab Lt.1

Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

14.00 16.00 Belajar Mandiri

Kelompok VI-X Ruang Skill lab Lt.1 Belajar Mandiri

16.00 18.00

Belajar Mandiri

134

MINGGU V (09 - 14 Juli 2012) KEGIATAN JAM SENIN/09 Juli SELASA/10 Juli RABU/11 Juli KAMIS/12 Juli

Modul XXII : Medikolegal

JUMAT/13 Juli

SABTU/14 Juli

08.00 - 10.00

Diskusi Tutorial I Skenario 5 Lantai 2

Kuliah Pakar 12 Ruang Kuliah Umum A Lantai 1

Kuliah Pakar 13 Ruang Kuliah Umum A Lantai 1

Diskusi Tutorial II Skenario 5 Lantai 2

Skill Lab IV/Demo 10.00 12.00 Kelompok I-V Ruang Skill lab Lt.1 Belajar Mandiri

Skill Lab IV/E Kelompok I-V Ruang Skill lab Lt.1 Skill Lab IV/E

Skill Lab IV/Demo 12.00 14.00 Kelompok VI-X Ruang Skill lab Lt.1

Skill Lab IV/BM Kelompok I-V Ruang Skill lab Lt.1 Belajar Mandiri

Kelompok VI-X Ruang Skill lab Lt.1

Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

14.00 16.00 Belajar Mandiri 16.00 18.00

Skill Lab IV/BM Kelompok VI-X Ruang Skill lab Lt.1 Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

135

MINGGU VI (23 - 28 Juli 2012)


KEGIATAN JAM SENIN/23 Juli SELASA/24 Juli RABU/25 Juli KAMIS/26 Juli

Modul XXII : Medikolegal

JUMAT/27 Juli Kuliah Pakar 15 PLENO Ruang Kuliah Umum A Lantai 1

SABTU/28 Juli

08.00 - 10.00

Diskusi Tutorial I Skenario 6 Lantai 2

Kuliah Pakar 14 Ruang Kuliah Umum A Lantai 1

Diskusi Tutorial II Skenario 6 Lantai 2

10.00 12.00 12.00 14.00 Belajar Mandiri 14.00 16.00 16.00 18.00 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri

UJIAN MODUL XX

Lampoh Keudee, 01 Juni 2012 Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh-

Dr. H. Arif Fadillah, SpPD FINASIM

136

Anda mungkin juga menyukai