Anda di halaman 1dari 21

Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

MODUL I

“DILEMA ETIK”

DIBERIKAN PADA MAHASISWA SEMESTER I


FK UMI

DISUSUN OLEH :

Dr. dr. H. Nasrudin. A.M, SpOG

BLOK BIOETIKA, HUMANIORA DAN


PROFESIONALISME KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
PENGANTAR
Etika kedokteran merupakan bagian penting dari profesionalisme yang perlu
dikuasai oleh dokter. Pendidikan etika kedokteran seharusnya sudah didapatkan pada
FK UMI 1
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

masa pendidikan di fakultas kedokteran. Pada kenyataannya, etika kedokteran baru


mendapatkan porsi pendidikan kedokteran setelah keluarnya Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang mendasarkan pendidikan kedokteran pada standar
kompetensi yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun
2005. Dalam standar kompetensi tersebut, Etika Kedokteran menjadi satu dari tujuh
area kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang dokter. sehingga materi Bioetika,
Humaniora, dan Profesionalisme Kedokteran diharapkan mampu menjawab tantangan
untuk meningkatkan profesionalisme lulusan pendidikan dokter di Indonesia.
Ketiadaan pendidikan etika kedokteran yang memadai di masa lalu tidak berarti
bahwa dokter Indonesia tidak beretika. Pun tidak adanya tuntutan terhadap seorang
dokter memastikan bahwa ia adalah dokter yang beretika.
Pembelajaran tentang Etika, Humaniora, dan Profesionalisme Kedokteran
untuk mahasiswa kedokteran dalam masalah yang prularistik seperti di Indonesia
merupakan tugas yang mendesak. Pembelajaran tentang etika kedokteran, humaniora,
dan Profesionalsme dapat membantu siswa mencapai kematangan secara individual,
meningkatkan kewaspadaan etika, mampu bersikap dalam wilayah moral, yang
nantinya akan menghasilkan dokter yang humanis dan profesional dalam pelayanan
kesehatan.
Dalam modul ini, dititikberatkan pada skenario yang mengandung dilema etik dan
moral dalam praktek pelayanan kesehatan sehari-hari. Diberikan beberapa skenario
dan selanjutnya akan dibahas oleh para mahasiswa berdasarkan tujuh langkah
penyelesaian masalah dan analisa berdasarkan Kaidah Dasar Bioetik, prinsip Etika
Klinik menurut Jonsen AR-Siegler, dan prinsip dasar Etika Islam. Pembahasan
berhubungan dengan aktivitas tutorial yang dilakukan oleh para mahasiswa.
Disamping diskusi, para mahasiswa juga mengasah keterampilan sesuai dengan tujuan
yaitu melatih keterampilan kedokteran dan sebagai perkenalan terhadap berbagai
permasalahan yang akan ditemukan para siswa nantinya, khususnya dalam menjalin
kepercayaan, komunikasi, dan hubungan yang baik antara pasien dan dokter serta
terampil dalam melakukan dan menerapkan Prinsip / Kaidah Dasar Bioetik terhadap
masalah dan keputusan etik klinik serta masalah humaniora kesehatan, sebagai
persiapan untuk terjun ke masyarakat dan bertanggung jawab sebagai seorang dokter
yang profesional.
Blok Bioetik, Humaniora, dan Profesionalisme Kedokteran ini disajikan pada
mahasiswa semester I Fakultas kedokteran Universitas Muslim Indonesia dengan
jumlah beban 5 SKS dan jadwal kegiatan perkuliahan selama 4 minggu.
Kami berterimakasih pada semua orang, bagian terkait dan segala pihak yang telah
membantu menyelesaikan modul ini. Saran dan kritik yang membangun untuk
meningkatkan isi modul ini sangat kami harapkan.

Makassar, Oktober 2016


Penyusun

PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL


FK UMI 2
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

Pada modul Dilema Etik, terdapat 2 skenario yang akan dibahas oleh para
mahasiswa dalam waktu 1 minggu. Setiap wacana akan diselesaikan dalam 2 kali
pertemuan setiap minggunya.

Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok terdiri dari
10-15 siswa yang dipandu oleh seorang tutor sebagai fasilitator. Pada diskusi tutorial
dipilih seorang ketua dan sekretaris secara bergantian untuk memberikan kesempatan
kepada setiap siswa untuk memimpin diskusi. Oleh Karena itu, semua aturan dan tugas
harus dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujan pembelajaran. Sebelum diskusi
dimulai, seorang tutor akan membuka diskusi dengan memperkenalkan dirinya kepada
para anggota kelompok dan perkenalan antara satu mahasiswa dengan mahasiswa
lainnya, dilanjutkan dengan memimpin doa bersama sebelum diskusi dimulai. Setelah
itu tutor menjelaskan aturan dan tujuan pembelajaran. Ketua dengan dibantu sekertaris
akan memulai diskusi menggunakan tujuh lompatan untuk membahas masalah yang
ada dalam skenario. Ketujuh lompatan itu adalah:

1. Klarifikasi istilah dan konsep yang tidak jelas


2. Menentukan permasalahan
3. Analisa masalah
4. Kesimpulan dari lompatan ketiga
5. Menentukan tujuan pembelajaran
6. Mengumpulkan informasi yang mendukung (belajar mandiri)
7. Sintesis/evaluasi informasi yang baru.

Penjelasan tentang ketujuh lompatan tersebut adalah sebagai berikut:

Klarifikasi istilah dan konsep

Istilah atau konsep yang tidak jelas atau yang dapat menyebabkan berbagai interpretasi
perlu untuk ditulis dan diklarifikasi pertama-tama dengan menggunakan kamus umum,
kamus kedokteran dan menanyakan ke tutor.

Menentukan masalah

Masalah dalam wacana diidentifikasi dan diformulasikan dengan jelas.

Menganalisa masalah

Memecahkan masalah melalui analisa dengan cara brain storming. Pada lompatan ini
setiap anggota dapat memberikan penjelasan secara tentatif, mekanismenya, penyebab
yang berhubungan dan kasus lainnya.

Menyimpulkan lompatan ketiga

Analisa masalah pada lompatan ketiga dirangkumkan

Menentukan tujuan pembelajaran

Pengetahuan dan informasi lain yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah ini
diformulasikan dan dibuat secara sistematis sebagai tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional khusus.

Mengumpulkan informasi yang mendukung (belajar mandiri)


FK UMI 3
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

Pengetahuan yang dibutuhkan sebagai tujuan pembelajaran untuk pemecahan masalah


didapatkan lewat belajar mandiri menggunakan informasi yang diperoleh dari internet,
jurnal, perpustakaan, kuliah, dan konsultasi dengan dokter ahli.

Sintesis/evaluasi informasi yang baru

Sintesis dan eveluasi informasi yang terbaru adalah hasil yang diperoleh setelah siswa
melakukan belajar mandiri.

Setiap skenario dibicarakan setiap minggu dalam dua kali pertemuan.


Lompatan satu sampai lima dibahas pada pertemuan pertama, lompatan enam dibahas
di antara pertemuan pertama dan kedua. Lompatan tujuh dibahas pada pertemuan
kedua. Dua orang tutor bertanggung jawab sebagai fasilitator diskusi dan membantu
siswa memecahkan masalah tanpa memberikan penjelasan ataupun kuliah singkat.

Pimpinan diskusi, memimpin diskusi dengan memberi kesempatan pada setiap


anggota untuk mengutarakan ide, pertanyaan, mengingatkan bila ada seorang anggota
yang mendominasi diskusi dan memperingatkan anggota yang pasif selama diskusi.
Pimpinan dapat mengakhiri brain storming apabila dirasa telah cukup dan memastikan
bahwa sekertaris telah menulis pokok-pokok bahasan yang penting dari hasil diskusi.
Pimpinan diskusi akan dibantu oleh sekertaris untuk menuliskan hasil diskusi pada
papan tulis atau flip chart.

Selama berlangsungnya diskusi tutorial, keterbukaan dan kebersamaan harus


dimunculkan siswa bebas untuk mengemukakan ide tanpa merasa khawatir bahwa ide
yang akan disampaikannya itu salah atau dianggap tidak penting oleh siswa yang lain.
Karena yang terpenting dalam diskusi tutorial adalah proses dimana siswa belajar
untuk memecahkan masalah dan tidak terfokus pada ketepatan pemecahan masalah.

Proses tutorial membutuhkan keaktifan siswa dalam mencari informasi atau belajar
mandiri untuk memecahkan masalah. Belajar mandiri dapat didapatan lewat informasi
yang duperoleh dari internet (jurnal-jurnal terbaru), perpustakaan (text book dan
laporan penelitian), kuliah dan konsultasi dengan dokter ahli. Setiap akhir kegiatan
ketua kelompok menyimpulkan hasil diskusi dan memimpin doa sebagai penutup
kegiatan tutorial.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Tujuan Instruksional Umum :

FK UMI 4
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu menganalisis


berbagai kasus dilema etik dalam situasi yang “conflicting”, sesuai dengan tuntutan
masyarakat dalam negara berkembang dan bertanggung jawab sebagai seorang dokter
yang profesional.

Tujuan Instruksional Khusus :

Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu :

➢ Menganalisis kasus dilema etik berdasarkan prinsip / Kaidah Dasar Bioetika


dalam keputusan etik kedokteran.
➢ Menganalisis kasus dilema etik berdasarkan prinsip Etika Klinik menurut
Jonsen AR, Siegler, Winslade dalam keputusan etik kedokteran.
➢ Menganalisis kasus dilema etik berdasarkan prinsip etika dasar Islam dalam
keputusan etik kedokteran
➢ Memahami dan menerapkan Prinsip / Kaidah Dasar Bioetika, Etika Klinik
menurut Jonsen AR, Siegler, dan prinsip Etika Dasar Islam terhadap dilema
etik dan dalam mengambil keputusan etik kedokteran.
C. TOPIC TREE

SCENARIO

I. Conjoined Twins

FK UMI 5
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

Twin girls born in Manchester on August 8, 2008. The name was not
announced, but by a British court for the sake of convenience named Mary and Jodie.
By medical terms, they are very heavy. Their hip bones and spine stick with the whole
lower part of the body connect. The legs are in place in a cross position crosswise. The
situation was seen in figures released by Hospital St. Mary's. Heart and lungs Mary
does not work, anyway brain is not fully developed. Jodie looked in a normal physical
state, but the heart and lungs get heavy loads, because it must also provide oxygenated
blood to his brother. According to the doctors this situation can only last three to six
months. If this situation is left longer, are both going to die.
Thus the case of conjoined twins, this presents a dilemma that is very sad.
Parents, medical staff, and all those involved in this case face a very difficult choice. If
Mary and Jodie are not separated, they are both going to die. If they are separated
through surgery, Mary would have died, because he could not breathe alone, while
Jodie has a good chance to live with a rather normal, even in a state disability and had
to undergo many more operations to gradually correct the physical condition.
The second baby girl parents are devout followers of the religion. They argue,
Mary and Jodie should not be separated, because of their love for these two children the
same size. They can not accept that the weakest must be sacrificed to the most
powerful. Therefore they choose to hand the whole matter to God's will. If both of these
infants died later they were willing to accept it as God's plan. The medical staff at the
hospital Mary's did not agree. In accordance with the general medical instincts, they
assume that life may be saved, must be helped as well.

Questions:

- Formulate the central ethical dilemma in the case above

- From the case above, analyze:

a) Bioethics Basic Rule and Prima Facia (use KDB criteria table)

b) Clinical Ethics Jonsen Siegler Winslad (use clinical ethics questions Jonsen Siegler
Winslad "Four Box")

- How do you see the case in the perspective of Islam (Islamic Ethics).

II. Cost Limitation

FK UMI 6
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

The frail old man sleeping in his shabby mats in his room. He was skinny,
gasping for breath, as there is a something hold on his throat. He didn’t say a word at
all when we visited her home, in UMI hamlet districts Patronage.

The grandfather had a tumor on the left cheek (not the neck). Everyday the
tumor was growing until prop his throat. "He can’t talk." said his son.

His son said the tumor occurred since seven months ago. Various efforts have
been made by his family. Including bring him to the hospital. At that time, his son
claimed that he brought him to the Provincial Central Hospital. But, because they do
not have a cost, doctors advised him for outpatient treatment only. The more days pass,
the tumors is getting bigger, inversely proportional to his body that getting thinner
because he can’t eat . He just rely on the water that he drink from a person who was
at his side. In addition, occasionally saliva mixed with blood out of his mouth.

His son didn’t have the money to pay for his grandfather’s treatment. He was
just a vegetable vendor in the market village, while the market village is only open 3
times a week, with a wage of Rp 20. 000, -/ day, with the minimum money like that
even for eat is difficult to fulfilled. See these conditions, the neighbors took the
initiative to bring him to the District Central Hospital. There, he was treated one day.
Afterwards, referred again to the Provincial Central Hospital. District Central Hospital
staff, when confirmed, said that the grandfather should be referred to the Provincial
Central Hospital for further treatment. According to him, the tumor must be taken
seriously and examined by surgeons with more complete equipment. Central Hospital
District party also will try to help these patients through the health insurance program.

Questions:

- Formulate the central ethical dilemma in the case above

- From the case above, analyze:

a) Bioethics Basic Rule and Prima Facia (use KDB criteria table)

b) Clinical Ethics Jonsen Siegler Winslad (use clinical ethics questions Jonsen Siegler
Winslad "Four Box")

- How do you see the case in the perspective of Islam (Islamic Ethics) ?

D. JADWAL KEGIATAN

FK UMI 7
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

Kegiatan pembelajaran pada Problem Based Learning (PBL) sangat menentukan


keaktifan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran dari modul yang telah
disiapkan pada Blok Bioetika, Humaniora Kesehatan, dan Hak Asasi Manusia. Proses
pembelajaran dalam hal ini meliputi :

Pertemuan pertama : dalam kelas besar dengan tatap muka satu arah untuk
penjelasan dan tanya jawab. Tujuannya adalah menjelaskan tentang modul dan cara
menyelesaikan modul, serta membagi kelompok diskusi. Pada pertemuan pertama
buku modul dibagikan.

Pertemuan kedua : Diskusi tutorial I dipimpin oleh mahasiswa yang terpilih menjadi
ketua dan sekretaris serta difasilitasi oleh tutor. Tujuannya adalah memilih ketua dan
sekretaris kelompok, Brain-storming untuk proses 1-3, dan membagi tugas

Belajar mandiri, Tujuannya adalah untuk mencari informasi baru yang diperlukan.

Pertemuan ketiga : Diskusi tutorial II seperti pada tutorial I. Tujuannya adalah


melaporkan hasil diskusi yang diperoleh dari pembelajaran mandiri dan melakukan
klasifikasi, analisis, dan sintesisari semua informasi

Diskusi mandiri : dengan proses yang sama dengan diskusi tutorial, bila informasi
telah cukup, diskusi mandiri digunakan untuk membuat laporan penyajian dan laporan
tertulis. Diskusi mandiribisa dilakukan berulang-ulang di luar jadwal.

Pertemuan terakhir : Diskusi panel dan tanya pakar. Tujuannya untuk melaporkan
hasil analisa dan sintesa informasi yang ditemukan untuk menyelesaikan masalah pada
skenario. Bila ada masalah yang belum jelas atau terdapat kesalahan persepsi, bisa
diselesaikan oleh para pakar yang hadir pada pertemuanitu. Laporan penyajian dibuat
oleh kelompok dalam bentuk sesuai urutan yang yercantum pada buku kerja.

Masing-masing mahasiswa membuat laporan tentang hasil diskusi kasus dalam


kelompoknya dan laporan penyajian kelompok dikumpulkan pada koordinator PBL
MEU melalui ketua kelompok.

TIME TABLE
FK UMI 8
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

I II III IV V VI VII

Pertemuan I Tutorial I Belajar Tutorial II Diskusi Diskusi Laporan


(penjelasan) mandiri mandiri, panel / Tugas
(Brain-stor (mencari (laporan kuliah, & &
ming, informasi informasi konsultasi tanya
klasifikasi, tambahan) baru, pakar
analisis, & klasifikasi,
sintesis analisis
&sintesa

E. STRATEGI PEMBELAJARAN

● Diskusi kelompok yang difasilitasi oleh tutor


● Diskusi kelompok mandiri tanpa tutor
● Konsultasi pada narasumber yang ahli (pakar) pada permasalahan yang
dimaksud untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam.
● Kuliah khusus dalam kelas
● Aktivitas pembelajaran individual diperpustakaan dengan menggunakan buku
ajar, majalah, slide, tape atau video dan internet

F. SUMBER INFORMASI

1. Bertens. K. Etika. Seri filsafat Atma Jaya : 15. Cetakan kesembilan. Gramedia
pustaka utama. Jakarta. Desember 2005.
2. Guwandi J. Hukum Medik (Medical Law). Balai penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2005.
3. Guwandi J. Informed Consent. Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2004.
4. Jonsen AR, Siegler M, WinsladeWJ. Clinical Ethics : A Practical Approach to
ethical decisions in clinical medicine. 5th ed. New York, NY:McGraw-Hill.
2002
5. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK) & Ikatan Dokter
Indonesia(IDI). Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman pelaksanaan
KODEKI. Jakarta. 2002
6. Nasrudin AM, Purwadianto A...Pengantar Dasar – Dasar Bioetika, Hukum
Kedokteran dan HAM. UMI Toha. 2013.
7. Nazif Amru H. Bioetika dan Hak-hak Asasi Manusia menuju standar
pengaturan Nasional. Komisi Bioetika Nasional. Jakarta. 2007.
8. Purwadianto A. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai
tanggungjawab profesi kedokteran. Makalah penyegaran etika kedokteran,
FKUI dalam rangka modul EPC II, Jakarta 18 Februari 2003.
9. Robert MC Veacth. Basic of Bioethics. BabIV hal 65-74
10. Samil RS. Etika Kedokteran Indonesia, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Ul,
Jakarta, 1994
11. Samil RS. Etika Kedokteran Penerapan Masa Kini. Kuliah umum pada
Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia ketigabelas, Manado, 7-12 Juli
2006
12. Samil RS. Etika Kedokteran Indonesia, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2001

FK UMI 9
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

13. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran ;


Pengantar bagi mahasiswa kedokteran dan hukum. Cetakan pertama. Pustaka
Dwipar. Jakarta. 2005
14. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Persetujuan
tindakan medik (Informed consent). Buku acuan nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Cetakan kedua. Yayasan bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta. 2001.
15. Diktat Kuliah dan Hand out Para Nara sumber /Dosen Pengampu
16. Sumber Lain : VCD, Film, tape, Internet, dan koran

FK UMI 10
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

DAFTAR NAMA NARA SUMBER

NO NAMA DOSEN BAGIAN TELEPON/EMAIL

1 Prof. dr. H. Syarifuddin Wahid, SpPA, SpF, Patologi 0811417346


DFM, Ph.D Anataomi/Forensik

2 dr. Hj. Suliati Amir, Sp.M Mata 082189186222

3 dr. Hj. Shulhana Mokhtar, M.Med.Ed 08114614848

4 dr. Dhumadi Achmad, Sp.F, Sp.PA 0811444566

5 dr. Hj. Herimiaty Nasrudin, M.Kes 081355519090

6 dr. Ida Royani, M.Kes 081355320230

7 Dr.dr. H. Nasrudin. A.M, SpOG Obgin 08124257274

ernase@yahoo.co.id

8 dr.Yusrani M, M.Kes 085399067512

9 Dr. Dr. Srivitayani,Sp.KK 0811410191

* Koordinator Blok Bioetika, Humaniora Kesehatan dan HAM

FK UMI 11
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

LAMPIRAN

BAHAN DISKUSI 1 :

KAIDAH DASAR BIOETIK I ( ALTRUISME DALAM BERPRAKTEK )

BENEFICENCE

Kriteria Ada Tidak


ada

1) Mengutamakan altruisme yaitu menolong tanpa pamrih, rela √


berkorban untuk kepentingan orang lain.

2) Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia. √


3) Memandang pasien / keluarga/ sesuatu tak hanya sejauh √
Menguntungkan dokter.

4) Mengusahakan agar kebaikan /manfaatnya lebih banyak √


dibandingkan dengan keburukannya.

5) Paternalisme bertanggung jawab/berkasih saying √


6) Manjamin kehidupan- baik- minimal manusia √
7) Pembatasan goal-based. √
8) Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien. √
9) Minimalisasi akibat buruk. √
10) Kewajiban menolong pasien gawat – darurat. √
11) Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan. √
12) Tidak menarik honorarium diluar kepantasan. √
13) Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan. √
14) Mengembangkan profesi secara terus-menerus. √
15) Memberikan obat berkhasiat namun murah. √
16) Menerapkan Golden Rule Principle. √

FK UMI 12
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

BAHAN DISKUSI 2 :

KAIDAH DASAR BIOETIK 2 ( DO NO HARM DALAM SITUASI


EMERGENSI DAN PRAKTEK KLINIK )

NONMALEFICENCE

Kriteria Ada Tidak


ada

1) Menolong pasien emergensi. √


2) Kondisi untuk menggambarkan criteria ini adalah : pasien √
dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu
yang penting (gawat), dokter sanggup mencegah bahaya atau
kehilangan tersebut, tindakan kedokteran teresebut terbukti
efektif, manfaat bagi pasien > kerugian dokter atau hanya
mengalami risiko minimal.

3) Mengobati pasien yang luka. √


4) Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia). √
5) Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien. √
6) Tidak memandang pasien hanya sebagai objek. √
7) Mengobati secara tidak proporsional. √
8) Tidak mencegah pasien dari bahaya. √
9) Menghindari misrepresentasi dari pasien. √
10) Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian. √
11) Tidak memberikan semangat hidup. √
12) Tidak melindungi pasien dari serangan. √
13) Tidak melakukan white collar crime dalam bidang √
kesehatan/kerumah sakitan yang merugikan pihak pasien dan
Keluarganya.

FK UMI 13
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

BAHAN DISKUSI 3 :

KAIDAH DASAR BIOETIK 3 ( OTONOMI PASIEN DALAM BERBAGAI


SITUASI )

AUTONOMI

Kriteria Ada Tidak


ada

1) Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai √


martabat pasien.

2) Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada √


kondisi elektif).

3) Berterus terang. √
4) Menghargai privasi. √
5) Menjaga rahasia pesien. √
6) Menghargai rasionalitas pasien. √
7) Melaksanakan Informed consent. √
8) Membiarkan pasien dewasa dan kompeten megambil √
keputusan sendiri.

9) Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien. √


10) Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat √
keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri.

11) Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada √


kasus non emergensi

12) Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien √


13) Menjaga hubungan (kontrak). √

FK UMI 14
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

BAHAN DISKUSI 4 :

KAIDAH DASAR BIOETIK 4 ( PRINSIP KEADILAN DALAM KONTEKS


HUBUNGAN DOKTER – PASIEN )

JUSTICE

Kriteria Ada Tidak


ada

1) Memberlakukan segala sesuatu secara universal. √


2) Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia √
lakukan.

3) Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi √


yang sama.

4) Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, √


accessibility, availability, and quality).

5) Menghargai hak hukum pasien. √


6) Manghargai hak orang lain. √
7) Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan). √
8) Tidak melakukan penyalahgunaan. √
9) Bijak dalam makro alokasi. √
10) Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan √
pasien.

11) Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya. √


12) Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian √
(biaya, beban, dan sanksi) secara adil.

13) Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat √


dan kompeten.

14) Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas an √
sah/tepat.

15) Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan √


penyakit/gangguan kesehatan.

16) Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, √


status sosial, dan lain-lain.

FK UMI 15
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

BAHAN DISKUSI 5 :

DINAMIKA KEPUTUSAN KLINIS YANG ETIS ( KONSEP PRIMA FACIE )

General benefit result, most of people Elective, educated, bread-winner,


mature person

AUTONOMY
BENEFICENCE

Vulnerables, emergency, life saving, > 1 person, others similarity, community


minor / social’s rights

NON MALEFICENCE JUSTICE

DAFTAR TILIK PERTANYAAN ETIKA KLINIK JONSEN, SIEGLER DAN


WINSLADE “FOUR BOX”

MEDICAL INDICATION PATIENT PREFERRENCES


Diagnosis Advance directive
Nature of disease Previous spoken
Condition of patient Previous choices
Prognosis
Treatment options

QUALITY OF LIFE CONTEXTUAL FEATURES


Who decides ? Social
What standar ? Culture
Suffering Legal
Relation ships Financial
Institutional

FK UMI 16
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

MEDICAL INDICATION

NO PERTANYAAN ETIK ANALISA

1 Apakah masalah medis pasien ? Riwayat ? Diagnosis ? The patient medical


Prognosis ? problems’ is the tumor on
the left cheek (not the neck).
The diagnosis of the patient.

The diagnosis is (ija)

The prognosis of the case is


the tumor getting worsen
since the patient just
outpatient treatment only.

2 Apakah masalah tersebut akut ? kronik ? kritis ? gawat The patients medical
darurat ? masih dapat disembuhkan ? problems’ is categorized in
chronic case because the
patients’ can’t talk and the
tumor was growing until prop
his throat. This case can be
heal by surgery.

3 Apakah tujuan akhir pengobatannya ? The last purpose of this case


is the patients’ could get an
insurance health program
and do the surgery and also
can live well (?)

4 Berapa besar kemungkinan keberhasilnanya ? The probability of the case to


be success is 75 percent after
the patients’ got surgery and
medical care from the
doctor, but it might be a
malfunction on the infected
area (around the cheek)

5 Adakah rencana lain bila terapi gagal ? Yes, there is another plan if
the therapy is failed. Another
plan besides the therapy is
surgery and after surgery
treatment by the doctor

6 Sebagai tambahan, bagaimana pasien ini diuntungkan The advantaged that the
dengan perawatan medis, dan bagaimana kerugian dari patient got with the edical
pengobatan dapat dihindari ? care is the patient get
treatment although he don’t
have enough cost. Besides,
the disadvantaged of the
treatment is the patient
didn’t get the optimal

FK UMI 17
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

treatment, and it makes the


patients condition getting
worse.

QUALITY OF LIFE

NO PERTANYAAN ETIK ANALISA

1 Bagaimana prospek, dengan atau tanpa pengobatan The patients’ prospect with
untuk kembali ke kehidupan normal ? treatment is if he got the
surgery, there might be a
malfunction on the infected
area. Besides, if he didn’t
get a treatment, the
patients’ condition will
getting worse because he
can’t eat and talk like
normal people. If he can’t
eat, the system function of
the patients’ body will not
work as well.

2 Apakah gangguan fisik, mental, dan social yang pasien Physically, there is a
alami bila pengobatannya berhasil? malfunction on the infected
area.

In the scenario, there is


nothing mental and social
disturbance

3 Apakah ada prasangka yang mungkin menimbulkan There is no prejudice that it


kecurigaan terhadap evaluasi pemberi pelayanan might cause mistrust
terhadap kualitas hidup pasien ? towards “pemberi
pelayanan”

4 Bagaimana kondisi pasien sekarang atau masa depan, The condition of the
apakah kehidupan pasien selanjutnya dapat dinilai patients’ is depend on the
seperti yang diharapkan? insurance program. If the
patients’ get insurance
program and do the surgery,
the patient condition might
improve. But, if the
patients’ doesn’t get the
surgery, the patients’ life
can’t expected to improve

5 Apakah ada rencana alasan rasional untuk pengobatan Yes, there is rational reason
selanjutnya ? to the next therapy. The
patients’ case is the tumor
on the neck and the next
therapy that he have to be
done is surgery and
intermediate therapy from
the doctor

FK UMI 18
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

6 Apakah ada rencana untuk kenyamanan dan perawatan Yes, there is a plan for
paliatif ? patients’ comfortable
because the doctor try to
give outpatient treatment
eventhough the costs
limitation. While, there is no
palliative treatment because
the case is curable.

PATIENT PREFERRENCES

NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS

1 Apakah pasien secara mental mampu dan kompeten No, the patient is not
secara legal ? apakah ada keadaan yang menimbulkan capable and not
ketidakmampuan ? competent because
costs limitation

2 Bila berkompeten, apa yang pasien katakan mengenai


pilihan pengobatannya ?

3 Apakah pasien telah diinformasikan mengenai Yes, the patient have


keuntungan dan risikonya, mengerti atau tidak informed about the
terhadap informasi yang diberikan dan memberikan profit and the risk of
persetujuan ? his case and also
understand well
about his condition
because he choose to
outpatient treatment
so logically the doctor
had informed the
patient about it.

4 Bila tidak berkompeten, siapa yang pantas


menggantikannya ? apakah orang yangberkompoten
tersebut menggunakan standar yang sesuai dalam
pengambilan keputusan ?

5 Apakah pasien tersebut telah menunjukkan sesuatu


yang lebih disukainya?

6 Apakah pasien tidak berkeinginan / tidak mampu


untuk bekerja sama dengan pengobatan yang diberikan
? kalau iya, kenapa?

7 Sebagai tambahan, apakah hak pasien untuk memilih


untuk dihormati tanpa memandang etnis dan agama ?

CONTEXTUAL FEATURES

FK UMI 19
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS

1 Apakah ada masalah keluarga yang mungkin mempengaruhi


pengambilan keputusan pengobatan ?

2 Apakah ada masalah sumber data (klinisi dan perawat) yang


mungkin mempengaruhi pengambilan keputusan
pengobatan ?

3 Apakah ada masalah factor keuangan dan ekonomi ?

4 Apakah ada factor relegius dan budaya ?

5 Apakah ada batasan kepercayaan ?

6 Apakah ada masalah alokasi sumber daya ?

7 Bagaimana hukum mempengaruhi pengambilan keputusan


pengobatan ?

8 Apakah penelitian klinik atau pembelajaran terlibat ?

9 Apakah ada konflik kepentingan didalam bagian


pengambilan keputusan didalam suatu institusi ?

DAFTAR TILIK PRINSIP ETIKA DASAR ISLAM

NO PRINSIP ETIKA ANALISIS

1 Prinsip niat / Intention (qa'idat al qasd)

2 Prinsip kepastian / Certainty (qa'idat al yaqeen)

3 Prinsip kerugian / Harm (qa'idat al dharar)

4 Prinsip kesukaran / Difficulty (qa'idat al mashaqqat)

5 Prinsip kebiasaan / Custom (qa'idat al 'aadat)

FK UMI 20
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran

FK UMI 21

Anda mungkin juga menyukai