Anda di halaman 1dari 45

Bioetika dan

Humaniora
Filsafat
• Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir kembali di tengah-
tengah perkembangan IPTEK yang telah begitu plural. Adapun
kepentingan yang begitu mendesak ini adalah meluruskan arah proses
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya arah
pemanfaatannya.
• Filsafat ilmu pengetahuan adalah suatu bidang studi mengenai ilmu
pengetahuan. Hal ini, karena filsafat itu adalah ilmu pengetahuan
yang selalu mencari hakekat, berarti filsafat ilmu pengetahuan
berusaha mencari “keseragaman” daripada “keanekaragaman” ilmu
pengetahuan.
Bioetika
Pengertian Bioetik

 Banyak definisi yang diutarakan oleh beberapa ahli


berkaitan dengan Bioetik.
 Berasal dari kata:
 bios yang memiliki arti kehidupan dan
 ethos yang berarti norma-norma atau nilai-nilai
moral.
 Bioetik merupakan studi interdisipliner tentang
masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di
bidang biologi dan juga ilmu kedokteran
• Bioetika adalah adalah suatu istilah yang pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1970 oleh Potter, seorang ilmuwan biologi.
• Dalam The Encyclopedia of Bioethics , bioetika diartikan sebagai studi
tentang dimensi etika dari ilmu biologis dan ilmu pengobatan. Hingga pada
tahun 1974 bioetika berkembang menjadi suatu disiplin ilmu sendiri
• Istilah tersebut dipakai untuk menggambarkan persoalan etika yang
berhubungan dengan kehidupan. Masalah etika yang  berkaitan dengan
hidup dan kehidupan manusia sendiri sudah dapat ditemukan dalam Code
of  Hammurabi
• Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa bioetika adalah suatu istilah
yang menujuk pada etika yang berhubungan dengan kehidupan manusia.
Yang dinamakan kehidupan manusia ini, dimulai sejak manusia berada
dalam kandungan ( the beginning of life )  hingga pengakhiran kehidupan
manusia (defining death)
• Dalam konteks bioetika sebagai etika medis, bioetika selalu dikaitkan
dengan pelayanan medis yang dilakukan oleh dokter terhadap
pasiennya.
• Dalam melakukan pelayanan medis dokter selalu berhubungan
langsung dengan pasiennya. Dalam berhubungan langsung dengan
 pasien itulah maka timbul masalah etika
• Sebagai etika yang berhubungan dengan kehidupan manusia, dikenal 4
pilar pokok dalam bioetika atau etika medis. Ke 4 pilar tersebut adalah
otonomi, beneficence, non-maleficense  dan  justice
• Pemahaman mengenai ke -4 pilar  bioetika tersebut akan menjelaskan
berbagai hal yang berhubungan dengan informed consent, end of life
issues, abortion, euthanasia , kerahasiaan, akses ke pelayanan
kesehatan
otonomi, beneficence, non-maleficense  dan  justice
• Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos
berarti sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga
dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau
kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri.
• Beneficence dalam makna yang lebih luas berarti tindakan yang dilakukan
untuk kebaikan orang lain. Prinsip moral beneficence adalah kewajiban
moral untuk melakukan suatu tindakan demi kebaikan atau kemanfaatan
orang lain (pasien).
• Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak
melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan
yang paling kecil resikonya bagi pasien yang dirawat atau diobati olehnya.
• Justice…. Adil…keadilan
• Pelayanan medis oleh dokter tersebut juga dapat disamakan dengan kegiatan
pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh farmasis kepada pasiennya.
• Dalam pelayanan kefarmasian, baik  pelayanan di rumah sakit, klinik,
puskesmas maupun apotek, farmasis berhubungan langsung dengan pasien,
dan memberikan semua pelayanan kefarmasian yang dapat diberikan
olehnya.
• Dalam pekerjaan kefarmasian, farmasis tidak hanya melakukan pelayanan
kefarmasian, melainkan juga melakukan berbagai kegiatan lain yang tidak
secara langsung berhubungan dengan pasien yang memerlukan obat, seperti
misalnya farmasis yang bekerja pada industri obat, yang memproduksi obat.
• Apakah farmasis-farmasis tersebut juga menerapkan bioetika dalam kegiatan
produksi obat yang dilakukan oleh mereka?
• Dalam sumber referensi yang disebutkan di atas , praktik
bioetika juga selalu dikaitkan dengan intervensi medis yang
berhubungan dengan hidup dan kehidupan manusia.
• Dokter wajib memberikan informasi atas setiap intervensi
medis yang akan dilakukan agar pasien dapat menentukan
sikapnya untuk menyetujui atau tidak intervensi yang
disarankan tersebut, dan  bahwa setiap intervensi medis
yang dilakukan harus memberikan manfaat dan tidak boleh
menimbulkan kerugian bagi pasien.
• Pemberian intervensi tersebut tidak boleh pilih kasih dan
wajib diberikan secara setara bagi semua pasien.
• farmasis yang bekerja dalam pelayanan kefarmasian, yang identik dengan kegiatan
farmasi klinik  wajib untuk melaksanakan prinsip pemberian obat yang rasional, yang
diantaranya memuat prinsip Tepat (obat, Dosis, Px, Waktu)
• Dalam dispensing dan pemberian obat berdasarkan pada resep dokter, maka
farmasis wajib melakukan pengkajian terhadap resep dengan menanyakan,
memperoleh dan memberikan informasi secara langsung tentang segala hal yang
perlu diketahui dan/ atau disampaikan olehnya terkait dengan dispensing yang
dilakukan.
• Hal yang sama juga berlaku untuk pelayanan obat-obat yang tidak memerlukan resep
dari dokter. Dalam pelayanan ini, tugas dan peran farmasis dalam berkomunikasi
untuk memperoleh dan memberikan informasi yang cukup tidaklah  berbeda dengan
peran dokter dalam pelayanan medis.
• Dalam semua komunikasi yang dilakukan dengan pasien tersebut, maka ke-4 pilar
bioetika dapat dilaksanakan langsung oleh farmasis. Melalui komunikasi pasien dapat
memutuskan untuk membeli dan selanjutnya mengkonsumsi obat tersebut dengan
segala akibat dan efeknya.
Peran farmasis pada Industri Farmasi.
• farmasis yang bekerja pada industri farmasi yang melaksanakan
pekerjaan produksi obat di  pabrik, farmasis berkewajiban untuk
melaksanakan tugasnya sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan
secara baku dalam bentuk Good Manufacturing Practices  (GMP).
• Semua kegiatan yang dilakukan dalam proses GMP tersebut adalah
untuk memastikan mutu obat yang baik.
• Kegiatan GMP yang dimulai dari proses pengadaan bahan baku,
pemilihan formulasi, proses  pembuatan hingga pengemasan,
pelabelan dan penyimpanan obat jadi adalah kegiatan yang
dilaksanakan agar obat yang dibuat memberikan hasil yang diharapkan.
Peran farmasis pada Industri Farmasi.
• Selanjutnya informasi yang ada pada label atau kemasan memungkinkan
pasein untuk memperoleh pemahaman yang cukup dan relevan untuk
memutuskan membeli dan mengkonsumsi obat tersebut.
• Selain itu  pasien juga memperoleh informasi tentang manfaat dan
kerugian dan risiko yang dapat terjadi apabila ia mengkonsumsi obat
tersebut.
• Dengan demikian pada dasarnya kegiatan pemberian informasi obat dan
konseling yang dilakukan secara lisan oleh farmasis yang memberikan
 pelayanan kefarmasian yang bekerja pada fasilitas kesehatan juga
dilaksanakan oleh farmasis yang bekerja pada pabrik yang membuat obat
dalam industri farmasi. Hanya saja pemberian informasinya diberikan
secara tertulis.
Kloning Manusia
Humaniora
• Humaniora adalah ilmu yang mempelajari tentang cara
membuat atau mengangkat manusia menjadi lebih
manusiawi dan berbudaya. ...
• Pada hakikatnya humaniora adalah ilmu-ilmu yang
bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup
studi agama, filsafat, seni, sejarah dan ilmu-ilmu bahasa.

• humaniora/hu·ma·ni·o·ra/ n
• 1 ilmu pengetahuan yang meliputi filsafat, hukum, sejarah, bahasa,
sastra, seni, dan sebagainya;
• 2 makna intrinsik nilai-nilai humanisme (KBBI)
Pengertian Humaniora
• Humaniora adalah Ilmu pengetahuan yang meliputi filsafat, hukum,
sejarah, bahasa, sastra, seni, dan lain sebagainya. Bisa juga diartikan
sebagai makna intrinsik nilai-nilai humanisme (KBBI, 2004).
• Menurut bahasa latin, humaniora disebut artes liberales yaitu studi
tentang kemanusiaan.
• Sedangkan menurut pendidikan Yunani Kuno, humaniora disebut dengan
trivium, yaitu logika, retorika dan gramatika.
• Pada hakikatnya humaniora adalah ilmu-ilmu yang bersentuhan dengan
nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup etika, logika, estetika, pendidikan
pancasila, pendidikan kewarganegaraan, agama dan fenomenologi. Yang
sering disebut sebagai Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU).
• Humaniora adalah suatu pelajaran yang sangat
penting untuk dipelajari terutama untuk orang orang
yang berprofesi, sebagai contoh profesi Farmasi, ilmu
dimana membuat manusia lebih manusiawi agar tidak
terjadinya tindakan yang tidak berperikemanusiaan.
• Humaniora merupakan studi yang memusatkan
perhartiannya pada kehidupan manusia, menekankan
unsur kreativitas, kebaharuan, orisinalitas,keunikan.
Berusaha mencari makna dan nilai, sehingga bersifat
normatif.
• Alasan penerapan ilmu Humaniora dalam ilmu kefarmasian yaitu
Farmasis adalah seseorang pada barisan pertama untuk menangani
masalah pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kefarmasian pada
masyarakat.
• Hal ini membutuhkan aturan humaniora dalam menjalankan profesi di
kehidupannya.
• Seorang Farmasis akan menangani pembuatan obat (sediaan
farmasis), pelayanan obat kepada pasien , komunikasi dan konsultasi
dengan pasien tentang obat. Farmasis juga memiliki peluang untuk
melakukan peracikan obat illegal yang dapat membahayakan nyawa
pasien , maka dari itu sungguh penting ilmu humaniora diterapkan di
ilmu kefarmasian
Humaniora sebagai ilmu,
teknologi dan nilai
1. Humaniora sebagai ilmu : lebih khusus dalam kaitan dengan
pengembangan ilmu dan teknologi, ialah iptek kedokteran. Kedokteran
adalah ilmu yang paling manusiawi, seni yang paling indah, dan
humaniora yang paling ilmiah (pellegrino, 1970).
2. Humaniora sebagai teknologi ; abad ke-21 ini dunia dikuasai 3 bidang
teknologi, yaitu
a. Teknologi informasi : Teknologi informasi terkait dengan kemajuan di bidang
pertelevisian, internet, handphone yang memudahkan penyampaian dan
penerimaan informasi dalam akselerasi yang luar biasa
b. Bio-teknologi : Bioteknologi terkait dengan pemanfaatan di bidang peternakan,
pertanian, kedokteran dan teknologi kloning yang memanipulasi gen. 
c. Teknologi nano. : Teknologi nano ialah memanipulasi struktur molekul dengan
memanipulasi atom-atom menjadi molekul-molekul. 
Humaniora sebagai ilmu,
teknologi dan nilai
3. Humaniora sebagai nilai :
a. Unsur kemanusiaan (humaniora) mencakup manusia sebagai makhluk
budaya dan nilai kemanusiaan : Humaniora dan nilai kemanusiaan : Hakikat
manusia sama (universal),   Kebutuhan hidup manusia,   Sikap dan perilaku
manusia,   Kehidupan manusiawi dan tidak manusiawi, dan  Upaya-upaya
memanusiakan manusia.
b. Humaniora dan agama : semula humaniora mencakup didalamnya juga
agama/kepercayaan, tetapi kemudian, sejak william caxton (1422-1491)
(encycl britt, 1973) agama dipisahkan dari humaniora mempercayai adanya
kekuatan supranatural merupakan naluri manusia. Nilai-nilai agama
diturunkan kepada manusia melalui wahyu, yang dibawakan oleh
utusannya. 
Ilmu Farmasi
• Farmasi sebagai seni dan ilmu dalam penyediaan obat dari bahan
alam, dan bahan sintetis yang sesuai untuk didistribusikan, dan
digunakan dalam pengobatan dan pencegahan penyakit, hadir di
tengah-tengah pluralitas ilmu pengetahuan.
• Kehadirannya sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang teoritis
sampai pada yang praktis teknologis diharapkan senantiasa
mengalami pencerahan sesuai tujuan awal dari keberadaannya.
• Melihat adanya fenomena yang di dalam proses
perkembangannya, farmasi mengalami pergeseran nilai, sehingga
diperlukan sebuah rekonstruksi dalam perspektif filsafat ilmu
pengetahuan.
Farmasi dalam paradigma ontologis
• Sudah menjadi pendapat umum bahwa filsafat adalah induk/ibu dari segala
macam ilmu pengetahuan.
• Dengan demikian dapat dipahami bahwa ilmu pengetahuan pada mulanya hanya
ada satu yaitu filsafat. Akan tetapi karena filsafat yang memang hanya
mempersoalkan hal-hal yang umum, abstrak dan universal, maka ia semakin
tidak mampu menjawab persoalan-persoalan hidup yang konkret, positif praktis
dan pragmatis.
• Melihat kenyataan di atas, berkembang berbagai jenis ilmu pengetahuan khusus
menurut objek studinya masing-masing, seperti ilmu pengetahuan humaniora,
ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan agama, dan ilmu pengetahuan alam.
• Sedangkan secara kualitatif jenis-jenis ilmu pengetahuan itu berkembang sifatnya
mulai dari yang teoritis sampai pada yang praktis teknologis.
• Farmasi ditinjau dari kelahirannya hingga perkembangannya tidak
dapat dilepaskan dari kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan
secara universal yang pondasinya dibangun oleh dua entitas, yakni
filsafat moral dan filsafat alam.
• Filsafat moral melahirkan Behavior Sciences atau ilmu-ilmu tentang
prilaku manusia. Oleh karena manusia itu memang merupakan objek
istimewa bagi penyelidikannya sendiri, maka mungkin juga diselidiki
dari sudut tingkah lakunya, bukanlah tindakan yang sesuai dengan
tingkah yang lain-lain yang bukan manusia, melainkan yang khusus
bagi manusia, yaitu tindakan-tindakan yang terdorong oleh
kehendaknya diterangi oleh budinya (moralnya).
• Farmasi ditinjau dari objek materinya, memiliki
kerangka dasar dari ilmu-ilmu alam; Kimia, Biologi,
Fisika dan Matematika.
• Sedangkan ilmu farmasi ditinjau dari objek formalnya
merupakan ruang lingkup dari ilmu-ilmu kesehatan.
• Secara historis ilmu farmasi dikembangkan dari
medical sciences, yang berdasarkan kebutuhan yang
mendesak perlunya pemisahan ilmu farmasi sebagai
ilmu pengobatan dari ilmu kedokteran sebagai ilmu
tentang diagnosis.
• Adalah Hipocrates (460-357 SM) yang merupakan peletak dasar
ilmu kedokteran mencetuskan ide pemilahan farmasi dari
kedokteran dengan mencetukan simbol farmasi dan kedokteran
secara terpisah.
• Namun yang sangat mengesankan, dan telah dijadikan tonggak
kelahiran farmasi adalah ketika Kaisar Frederik II pada tahun 1240
mengeluarkan undang-undang negara tentang pemisahan farmasi
dari kedokteran yang diajarkan dan dipraktekkan secara terpisah
• Ilmu farmasi pada perkembangan selanjutnya mengadopsi tidak
hanya ilmu kimia, biologi, fisika, dan matematika, melainkan
termasuk pula dari ilmu-ilmu terapan seperti pertanian, teknik,
ilmu kesehatan, bahkan dari behavior science.
Farmasi dalam paradigma
epistemologi
• Secara umum farmasi terdiri dari farmasi teoritis dan
farmasi praktis.
• Farmasi secara teoritis dibangun oleh beberapa
cabang ilmu pengetahuan, yang secara garis besarnya
terdiri dari farmasi fisika, kimia farmasi,
biofarmasetika, dan farmasi sosial.
• Selanjutnya farmasi praktis terdiri dari dua bagian
besar yakni farmasi industri, dan farmasi pelayanan.
• Pertama, Farmasi Industri adalah ruang lingkup penerapan ilmu-ilmu
farmasi teoritis, dan tempat pengabdian bagi ahli-ahli farmasi
(farmasis) yang berorientasi pada produksi bahan baku obat, dan obat
jadi, dan perkembangan selanjutnya juga meliputi kosmetika dan
makanan-minuman.
• Dalam farmasi dikenal adanya :
• industri farmasi yang menghasilkan produk farmasi moderen yang bahan
bakunya merupakan bahan baku sintetis, dan
• industri obat tradisional yang memproduksi obat-obatan dengan
menggunakan bahan alam sebagai bahan baku yang menghasilkan obat
Fitofarmaka, baik industri farmasi maupun industri obat tradisional
• kesemuanya berorientasi pada produk farmasi berkualitas, yakni aman,
manjur, harga terjangkau dan tidak merusak ekosistem lingkungan ekologis.
• Kedua, Farmasi Pelayanan yakni pengabdian disiplin ilmu farmasi
(farmasis/farmasis) pada unit-unit pelayanan kesehatan (apotek, rumah sakit,
badan pengawasan, dan unit-unit kesehatan lainnya).
• Pengabdian farmasis/farmasis pada farmasi pelayanan meliputi distribusi obat-
obatan dari industri farmasi hingga ke unit-unit pelayanan kesehatan, pelayanan
informasi obat terhadap masyarakat dan tenaga-tenaga paramedis, dan
monitoring penggunaan obat oleh masyarakat dan terhadap penderita (pasien).
• Peranan farmasis/farmasis di unit-unit pelayanan kesehatan menjadi sangat
penting, dan berorientasi pada pemberian obat rasional empirik, yakni pemberian
obat yang tepat dosis, tepat pasien, tepat indikasi, dan harga terjangkau.
• Farmasi industri dan farmasi pelayanan saling terkait, dan berinteraksi antara satu
sama lain dalam satu orientasi, yakni health orientation, untuk seluruh lapisan
masyarakat tanpa kecuali.
• Farmasis/farmasis di dalam menjalankan pengabdiannya di bidang kefarmasian
diikat oleh sebuah etika yang disebut kode etik farmasis (etika farmasi).
• Pelayanan kefarmasian saat ini telah semakin
berkembang selain berorientasi kepada produk
(product oriented) juga berorientasi kepada pasien
(patient oriented)
• seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan dan pergeseran budaya
rural (pedesaan) menuju urban yang menyebabkan
peningkatan dalam konsumsi obat terutama obat
bebas, kosmetik, kosmeseutikal, health food,
nutraseutikal dan obat herbal.
Farmasi dalam paradigma etika
• Pemberdayaan farmasi dalam bidang pengabdian kesehatan tidak hanya
terbatas pada bagaimana meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
tetapi harus bernuansa lebih luas, yaitu bagaimana meningkatkan kualitas
SDM dan kualits kehidupan,
• peranan farmasi hendaknya bukan hanya terbatas pada bagaimana
menemukan obat,
• tetapi jauh lebih kedepan bagaimana mengembangkannya dan membantu
masyarakat agar mereka mau dan mampu menjaga kesehatannya dengan
baik
• serta menjadikan industri farmasi dan unit-unit pelayanan kefarmasian
sebagai sarana untuk meningkatkan derajat kehidupan dan penghidupan
yang layak bagi sebagian besar masyarakat dan ummat manusia seluruhnya
Tren perkembangan pelayanan asuhan
kefarmasian (pharmaceutical care)
• Pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan
obat sebagai komoditi telah berkembang orientasinya menuju
pelayanan yang mengacu kepada pharmaceutical care / asuhan
kefarmasian, yaitu pelayanan yang konferhensif yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
• Pelayanan obat kepada penderita melalui berbagai tahapan pekerjaan
meliputi diagnosis penyakit, pemilihan, penyiapan dan penyerahan
obat kepada penderita yang menunjukkan suatu interaksi antara
dokter, farmasis, penderita sendiri dan khusus di rumah sakit
melibatkan perawat.
• Dalam pelayanan kesehatan yang baik, informasi obat menjadi sangat
penting terutama informasi dari farmasis, baik untuk dokter, perawat
dan penderita.
Tren perkembangan pelayanan asuhan kefarmasian
(pharmaceutical care)
• Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, farmasis dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan prilaku agar dapat melaksanakan
interaksi langsung dengan pasien.
• Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi,
monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan
dan terdokumentasi dengan baik.
• Farmasis harus menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan
(medication eror) dalam proses pelayanan.
• Oleh sebab itu farmasis dalam menjalankan pengabdian profesinya dalam
asuhan kefarmasian, harus selalu :
• meningkatkan standardnya,
• mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapakan
terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional.
Bidang pekerjaan farmasis di
Indonesia
1. lembaga pemerintahan,
2. lembaga penelitian,
3. lembaga pendidikan (pendidikan tinggi dan
kejuruaan),
4. sarana produksi sediaan farmasi,
5. sarana penyaluran sediaan farmasi,
6. sarana pelayanan sediaan farmasi, dan bidang
lainnya..
Pekerjaan farmasis di lembaga pemerintahan

1. di lembaga kesehatan, seperti:


1. Dinas Kesehatan,
2. Gudang Farmasi,
3. Balai Pengawasan Obat dan Makanan, dll.
2. Mereka bekerja pada aspek regulasi, pengawasan
baik distribusi maupun pengawasan mutu sediaan
farmasi.
pelayanan kefarmasian, di Indonesia
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien
maupun fasilitas yang tersedia.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
3. Melaksanakan KIE (komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.
4. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
5. Mekalukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan.
6. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evalusai pelayanan.
7. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode
Ruang Lingkup Farmasi :
Farmasi Komunitas
• Apotek menjadi tempat yang paling banyak digunakan farmasis profesional untuk
menerapkan ilmunya. Namun sekarang sebagian farmasis mulai beralih ke perusahaan-
perusahaan keperluan rumah tangga seperti kosmetik, sampo, makanan, dll.
Hospital Phrmacy
• Berbeda dengan farmasi komunitas yang lebih mengarah kepada bisnis dan hubungan
dengan pasien, farmasis yang nekerja dirumah sakit bertanggung jawab atas medikasi
klinik terhadap pasien. Karena pengobatan yang dilakukan di rumah sakit cenderung
kompleks, sebelum mulai bekerja, farmasis biasanya diwajibkan untuk mengikuti
pelajaran tambahan dan program training setelah lulus.
Farmasi Klinik
• Farmasi klinik melayani perawatan pasien secara langsung untuk mengoptimalkan
medikasi dan mengajarkan atau memberikan pengetahuan tentang kesehatan dan
pencegahan penyakit terhadap masyatakat.
Ruang Lingkup Farmasi :

Pembentukan Sediaan Farmasi


• Pembentukan ulang sediaan merupakan praktek dari penyiapan sediaan
dalam wujud baru. seperti, pabrik obat yang menyediakan sediaan
dalam bentuk tablet akan diubah oleh farmasis menjadi lolipop yang
mengandung obat tersebut. sehingga ketika seseorang memakan lolipop
tesebut, kandungan obat juga masuk ke dalam tubuhnya.
Konsultan Farmasi
• konsultan farmasi, pada prakteknya, lebih fokus dalam pemerikasaan
sediaan obat. mereka biasanya bekerja di rumah rawat, namun sekarang
juga banyak ditemukan di berbagai institusi. biasanya mereka juga
bekerja secara independen.
Ruang Lingkup Farmasi :
Veterinary Pharmacy
• Veterinary pharmacies terkadang disebut animal pharmacies / farmasis
hewan. sediaan veterinary pharmacies memiliki variasi dan kekuatan obat
yang berbeda dengan obat pada umumnya, yaitu sebagai sediaan
farmaseutika hewan. veterinary pharmacy seringkali dibedakan dari
farmasi pda umumnya.
Farmasi Nuklir
• Nuclear pharmacy memfokuskan pada persiapan bahan radioaktif untuk
keperluan diagnosis dan untuk pengobatan jenis penyakit tertentu.
Farmasis nuklir harus mengikuti training tambahan sebelum elakukan
praktek dan farmasis nuklir juga tidak boleh berinteraksi dengan pasien
secara langsung.
Spesialisasi dari Farmasis dalam pelayanan
asuhan kefarmasian di Amerika :
1. spesialis radio-farmasi, (dikenal sejak tahun 1978), spesialis farmsis bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui keamanan dan efektivitas dari
penggunaan obat-obat radioaktif dalam diagnosis dan terapi,
2. nutrition support pharmacy, (dikenal sejak tahun 1988), spesialis ini meningkatakan
perawatan atau pemulihan dari statu nutrisi yang optimal, medisain dan memodifikasi
perawatan gizi sesuai dengan kebutuhan pasien,
3. farmasi onkologi (dikenal sejak 1996), spesialis ini ditujukan untuk meningkatkan
pelayanan asuhan kefarmasian pada pasien penyakit kangker,
4. farmakoterapi (dikenal sejak 1988), spesialis ini bertanggung jawab pada jaminan:
kemaamanan, ketepatan, dan faktor ekonomis dari penggunaan obat pada perawatan
pasien, spesialis ini juga memberi pelayanan informasi obat kepada profesi kesehatan
lainnya,
5. farmasi psikiatri (dikenal sejak 1992) spesialis ini ditujukan pada pelayanan asuhan
kefarmasian kepada pasien dengan kelainan kejiwaan.
Dalam menjalankan profesinya secara umum
Farmasis memiliki kompetensi sebagai berikut:

1. Menguasai ilmu kefarmasian


2. Menguasai asuhan kefarmasian
3. Menguasai regulasi kefarmasian
4. Menguasai manajemen praktek kefarmasian
5. Menguasai akuntabilitas praktek kefarmasian
6. Menguasai komunikasi kefarmasian
7. Mengikuti pendidikan dan pelatihan kefarmasian berkesinambung
8. Mampu melakukan penelitian dan pengembangan kefarmasian.
kompetensi yang dituntut bagi farmasis
yang bekerja di lembaga pemerintahan, :
1. Mampu melakukan kontribusi dan koordinasi dalam penyusunan kebijakan dalam
bidang kesehatan khususnya obat.
2. Mampu merencanakan dan mengelola obat dan alkes secara regional , nasional
maupun internasional.
3. Mampu melaksanakan fungsi administrasi pemerintahan dari obat dan alat kesehatan

4. Mampu melaksanakan fungsi pengawasan obat dan makanan.


5. Mampu berkontribusi dalam penetapan kebijakan pendidikan kefarmasian nasional.
6. Mampu melaksanakan fungsi perizinan.
7. Mampu melaksanakan fungsi perwakilan bangsa dan negara diluar negeri.
8. Bidang pekerjaan farmasis di lembaga pendidikan dan penelitian
• Dengan perspektif filsafat ilmu pengetahuan maka telaah farmasi sebagai
sebuah cabang ilmu pengetahuan dapat memberikan pencerahan bagi
arah perkembangan farmasi kini dan masa datang.
• Penyelenggara pendidikan farmasi memiliki peran yang eksklusif dalam
menentukan visi pengabdian farmasis/farmasis bagi kemaslahatan ummat
manusia.
• Kurikulum pendidikan farmasi harus segera direvisi yang tidak hanya
melahirkan tenaga ahli dibidang kefarmasian yang berdaya intelektual, tapi
juga berdaya moral.
• Farmasis/farmasis yang berdaya intelektual dan berdaya moral haruslah
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan nilai kejujuran dalam
menjalankan profesinya.
• Setiap keputusan yang diambil, pilihan yang ditentukan, penilaian yang
dibuat hendaknya selalu mengandung dimensi etika.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai