Humaniora
Filsafat
• Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir kembali di tengah-
tengah perkembangan IPTEK yang telah begitu plural. Adapun
kepentingan yang begitu mendesak ini adalah meluruskan arah proses
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya arah
pemanfaatannya.
• Filsafat ilmu pengetahuan adalah suatu bidang studi mengenai ilmu
pengetahuan. Hal ini, karena filsafat itu adalah ilmu pengetahuan
yang selalu mencari hakekat, berarti filsafat ilmu pengetahuan
berusaha mencari “keseragaman” daripada “keanekaragaman” ilmu
pengetahuan.
Bioetika
Pengertian Bioetik
• humaniora/hu·ma·ni·o·ra/ n
• 1 ilmu pengetahuan yang meliputi filsafat, hukum, sejarah, bahasa,
sastra, seni, dan sebagainya;
• 2 makna intrinsik nilai-nilai humanisme (KBBI)
Pengertian Humaniora
• Humaniora adalah Ilmu pengetahuan yang meliputi filsafat, hukum,
sejarah, bahasa, sastra, seni, dan lain sebagainya. Bisa juga diartikan
sebagai makna intrinsik nilai-nilai humanisme (KBBI, 2004).
• Menurut bahasa latin, humaniora disebut artes liberales yaitu studi
tentang kemanusiaan.
• Sedangkan menurut pendidikan Yunani Kuno, humaniora disebut dengan
trivium, yaitu logika, retorika dan gramatika.
• Pada hakikatnya humaniora adalah ilmu-ilmu yang bersentuhan dengan
nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup etika, logika, estetika, pendidikan
pancasila, pendidikan kewarganegaraan, agama dan fenomenologi. Yang
sering disebut sebagai Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU).
• Humaniora adalah suatu pelajaran yang sangat
penting untuk dipelajari terutama untuk orang orang
yang berprofesi, sebagai contoh profesi Farmasi, ilmu
dimana membuat manusia lebih manusiawi agar tidak
terjadinya tindakan yang tidak berperikemanusiaan.
• Humaniora merupakan studi yang memusatkan
perhartiannya pada kehidupan manusia, menekankan
unsur kreativitas, kebaharuan, orisinalitas,keunikan.
Berusaha mencari makna dan nilai, sehingga bersifat
normatif.
• Alasan penerapan ilmu Humaniora dalam ilmu kefarmasian yaitu
Farmasis adalah seseorang pada barisan pertama untuk menangani
masalah pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kefarmasian pada
masyarakat.
• Hal ini membutuhkan aturan humaniora dalam menjalankan profesi di
kehidupannya.
• Seorang Farmasis akan menangani pembuatan obat (sediaan
farmasis), pelayanan obat kepada pasien , komunikasi dan konsultasi
dengan pasien tentang obat. Farmasis juga memiliki peluang untuk
melakukan peracikan obat illegal yang dapat membahayakan nyawa
pasien , maka dari itu sungguh penting ilmu humaniora diterapkan di
ilmu kefarmasian
Humaniora sebagai ilmu,
teknologi dan nilai
1. Humaniora sebagai ilmu : lebih khusus dalam kaitan dengan
pengembangan ilmu dan teknologi, ialah iptek kedokteran. Kedokteran
adalah ilmu yang paling manusiawi, seni yang paling indah, dan
humaniora yang paling ilmiah (pellegrino, 1970).
2. Humaniora sebagai teknologi ; abad ke-21 ini dunia dikuasai 3 bidang
teknologi, yaitu
a. Teknologi informasi : Teknologi informasi terkait dengan kemajuan di bidang
pertelevisian, internet, handphone yang memudahkan penyampaian dan
penerimaan informasi dalam akselerasi yang luar biasa
b. Bio-teknologi : Bioteknologi terkait dengan pemanfaatan di bidang peternakan,
pertanian, kedokteran dan teknologi kloning yang memanipulasi gen.
c. Teknologi nano. : Teknologi nano ialah memanipulasi struktur molekul dengan
memanipulasi atom-atom menjadi molekul-molekul.
Humaniora sebagai ilmu,
teknologi dan nilai
3. Humaniora sebagai nilai :
a. Unsur kemanusiaan (humaniora) mencakup manusia sebagai makhluk
budaya dan nilai kemanusiaan : Humaniora dan nilai kemanusiaan : Hakikat
manusia sama (universal), Kebutuhan hidup manusia, Sikap dan perilaku
manusia, Kehidupan manusiawi dan tidak manusiawi, dan Upaya-upaya
memanusiakan manusia.
b. Humaniora dan agama : semula humaniora mencakup didalamnya juga
agama/kepercayaan, tetapi kemudian, sejak william caxton (1422-1491)
(encycl britt, 1973) agama dipisahkan dari humaniora mempercayai adanya
kekuatan supranatural merupakan naluri manusia. Nilai-nilai agama
diturunkan kepada manusia melalui wahyu, yang dibawakan oleh
utusannya.
Ilmu Farmasi
• Farmasi sebagai seni dan ilmu dalam penyediaan obat dari bahan
alam, dan bahan sintetis yang sesuai untuk didistribusikan, dan
digunakan dalam pengobatan dan pencegahan penyakit, hadir di
tengah-tengah pluralitas ilmu pengetahuan.
• Kehadirannya sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang teoritis
sampai pada yang praktis teknologis diharapkan senantiasa
mengalami pencerahan sesuai tujuan awal dari keberadaannya.
• Melihat adanya fenomena yang di dalam proses
perkembangannya, farmasi mengalami pergeseran nilai, sehingga
diperlukan sebuah rekonstruksi dalam perspektif filsafat ilmu
pengetahuan.
Farmasi dalam paradigma ontologis
• Sudah menjadi pendapat umum bahwa filsafat adalah induk/ibu dari segala
macam ilmu pengetahuan.
• Dengan demikian dapat dipahami bahwa ilmu pengetahuan pada mulanya hanya
ada satu yaitu filsafat. Akan tetapi karena filsafat yang memang hanya
mempersoalkan hal-hal yang umum, abstrak dan universal, maka ia semakin
tidak mampu menjawab persoalan-persoalan hidup yang konkret, positif praktis
dan pragmatis.
• Melihat kenyataan di atas, berkembang berbagai jenis ilmu pengetahuan khusus
menurut objek studinya masing-masing, seperti ilmu pengetahuan humaniora,
ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan agama, dan ilmu pengetahuan alam.
• Sedangkan secara kualitatif jenis-jenis ilmu pengetahuan itu berkembang sifatnya
mulai dari yang teoritis sampai pada yang praktis teknologis.
• Farmasi ditinjau dari kelahirannya hingga perkembangannya tidak
dapat dilepaskan dari kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan
secara universal yang pondasinya dibangun oleh dua entitas, yakni
filsafat moral dan filsafat alam.
• Filsafat moral melahirkan Behavior Sciences atau ilmu-ilmu tentang
prilaku manusia. Oleh karena manusia itu memang merupakan objek
istimewa bagi penyelidikannya sendiri, maka mungkin juga diselidiki
dari sudut tingkah lakunya, bukanlah tindakan yang sesuai dengan
tingkah yang lain-lain yang bukan manusia, melainkan yang khusus
bagi manusia, yaitu tindakan-tindakan yang terdorong oleh
kehendaknya diterangi oleh budinya (moralnya).
• Farmasi ditinjau dari objek materinya, memiliki
kerangka dasar dari ilmu-ilmu alam; Kimia, Biologi,
Fisika dan Matematika.
• Sedangkan ilmu farmasi ditinjau dari objek formalnya
merupakan ruang lingkup dari ilmu-ilmu kesehatan.
• Secara historis ilmu farmasi dikembangkan dari
medical sciences, yang berdasarkan kebutuhan yang
mendesak perlunya pemisahan ilmu farmasi sebagai
ilmu pengobatan dari ilmu kedokteran sebagai ilmu
tentang diagnosis.
• Adalah Hipocrates (460-357 SM) yang merupakan peletak dasar
ilmu kedokteran mencetuskan ide pemilahan farmasi dari
kedokteran dengan mencetukan simbol farmasi dan kedokteran
secara terpisah.
• Namun yang sangat mengesankan, dan telah dijadikan tonggak
kelahiran farmasi adalah ketika Kaisar Frederik II pada tahun 1240
mengeluarkan undang-undang negara tentang pemisahan farmasi
dari kedokteran yang diajarkan dan dipraktekkan secara terpisah
• Ilmu farmasi pada perkembangan selanjutnya mengadopsi tidak
hanya ilmu kimia, biologi, fisika, dan matematika, melainkan
termasuk pula dari ilmu-ilmu terapan seperti pertanian, teknik,
ilmu kesehatan, bahkan dari behavior science.
Farmasi dalam paradigma
epistemologi
• Secara umum farmasi terdiri dari farmasi teoritis dan
farmasi praktis.
• Farmasi secara teoritis dibangun oleh beberapa
cabang ilmu pengetahuan, yang secara garis besarnya
terdiri dari farmasi fisika, kimia farmasi,
biofarmasetika, dan farmasi sosial.
• Selanjutnya farmasi praktis terdiri dari dua bagian
besar yakni farmasi industri, dan farmasi pelayanan.
• Pertama, Farmasi Industri adalah ruang lingkup penerapan ilmu-ilmu
farmasi teoritis, dan tempat pengabdian bagi ahli-ahli farmasi
(farmasis) yang berorientasi pada produksi bahan baku obat, dan obat
jadi, dan perkembangan selanjutnya juga meliputi kosmetika dan
makanan-minuman.
• Dalam farmasi dikenal adanya :
• industri farmasi yang menghasilkan produk farmasi moderen yang bahan
bakunya merupakan bahan baku sintetis, dan
• industri obat tradisional yang memproduksi obat-obatan dengan
menggunakan bahan alam sebagai bahan baku yang menghasilkan obat
Fitofarmaka, baik industri farmasi maupun industri obat tradisional
• kesemuanya berorientasi pada produk farmasi berkualitas, yakni aman,
manjur, harga terjangkau dan tidak merusak ekosistem lingkungan ekologis.
• Kedua, Farmasi Pelayanan yakni pengabdian disiplin ilmu farmasi
(farmasis/farmasis) pada unit-unit pelayanan kesehatan (apotek, rumah sakit,
badan pengawasan, dan unit-unit kesehatan lainnya).
• Pengabdian farmasis/farmasis pada farmasi pelayanan meliputi distribusi obat-
obatan dari industri farmasi hingga ke unit-unit pelayanan kesehatan, pelayanan
informasi obat terhadap masyarakat dan tenaga-tenaga paramedis, dan
monitoring penggunaan obat oleh masyarakat dan terhadap penderita (pasien).
• Peranan farmasis/farmasis di unit-unit pelayanan kesehatan menjadi sangat
penting, dan berorientasi pada pemberian obat rasional empirik, yakni pemberian
obat yang tepat dosis, tepat pasien, tepat indikasi, dan harga terjangkau.
• Farmasi industri dan farmasi pelayanan saling terkait, dan berinteraksi antara satu
sama lain dalam satu orientasi, yakni health orientation, untuk seluruh lapisan
masyarakat tanpa kecuali.
• Farmasis/farmasis di dalam menjalankan pengabdiannya di bidang kefarmasian
diikat oleh sebuah etika yang disebut kode etik farmasis (etika farmasi).
• Pelayanan kefarmasian saat ini telah semakin
berkembang selain berorientasi kepada produk
(product oriented) juga berorientasi kepada pasien
(patient oriented)
• seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan dan pergeseran budaya
rural (pedesaan) menuju urban yang menyebabkan
peningkatan dalam konsumsi obat terutama obat
bebas, kosmetik, kosmeseutikal, health food,
nutraseutikal dan obat herbal.
Farmasi dalam paradigma etika
• Pemberdayaan farmasi dalam bidang pengabdian kesehatan tidak hanya
terbatas pada bagaimana meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
tetapi harus bernuansa lebih luas, yaitu bagaimana meningkatkan kualitas
SDM dan kualits kehidupan,
• peranan farmasi hendaknya bukan hanya terbatas pada bagaimana
menemukan obat,
• tetapi jauh lebih kedepan bagaimana mengembangkannya dan membantu
masyarakat agar mereka mau dan mampu menjaga kesehatannya dengan
baik
• serta menjadikan industri farmasi dan unit-unit pelayanan kefarmasian
sebagai sarana untuk meningkatkan derajat kehidupan dan penghidupan
yang layak bagi sebagian besar masyarakat dan ummat manusia seluruhnya
Tren perkembangan pelayanan asuhan
kefarmasian (pharmaceutical care)
• Pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan
obat sebagai komoditi telah berkembang orientasinya menuju
pelayanan yang mengacu kepada pharmaceutical care / asuhan
kefarmasian, yaitu pelayanan yang konferhensif yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
• Pelayanan obat kepada penderita melalui berbagai tahapan pekerjaan
meliputi diagnosis penyakit, pemilihan, penyiapan dan penyerahan
obat kepada penderita yang menunjukkan suatu interaksi antara
dokter, farmasis, penderita sendiri dan khusus di rumah sakit
melibatkan perawat.
• Dalam pelayanan kesehatan yang baik, informasi obat menjadi sangat
penting terutama informasi dari farmasis, baik untuk dokter, perawat
dan penderita.
Tren perkembangan pelayanan asuhan kefarmasian
(pharmaceutical care)
• Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, farmasis dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan prilaku agar dapat melaksanakan
interaksi langsung dengan pasien.
• Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi,
monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan
dan terdokumentasi dengan baik.
• Farmasis harus menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan
(medication eror) dalam proses pelayanan.
• Oleh sebab itu farmasis dalam menjalankan pengabdian profesinya dalam
asuhan kefarmasian, harus selalu :
• meningkatkan standardnya,
• mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapakan
terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional.
Bidang pekerjaan farmasis di
Indonesia
1. lembaga pemerintahan,
2. lembaga penelitian,
3. lembaga pendidikan (pendidikan tinggi dan
kejuruaan),
4. sarana produksi sediaan farmasi,
5. sarana penyaluran sediaan farmasi,
6. sarana pelayanan sediaan farmasi, dan bidang
lainnya..
Pekerjaan farmasis di lembaga pemerintahan