C. PEMAHAMAN EPISTEMOLOGI
Epistemology berasal dari bahasa yunani, yaitu “episteme”yang berarti
pengetahuan dan “logos” yang artinya teori. Jadi epistemology dapat definisikan
sebagai dimensi filsafat yang mempelajari asal mula, simber, struktur, metode. Dan
sahihnya pengetahuan. Secara sederhana epistemology dapat disebut cara
mempelajari, mengembangkan, memanfaatkan ilmu bagi keselamatan masyarakat.
Dibidang kesehatan maka epistemologi dapat diartikan cara mempelajari,
mengembangkan dan memanfaatkan ilmu kesehatan guna mencapai derajat
kesehatan juga mencakup kerangka acuan terhadap pengembangan dan
pemanfaatan/ penerapan ilmu-ilmu kesehatan.
Terkait dengan aplikasi paradigma sehat, maka semua kebijakan
pembangunan nasional yang sedang, atau sedang diselenggarakan harus sesuai
dengan paradigma sehat. Artinya program pembangunan nasional, baik yang
dilakukan oleh pemerintah, swasta maupun perorangan harus memberi kontribusi
yang positif terhadap kesehatan setidak-tidaknya terhadap dua hal yaitu
pembentukan lingkungan dan perilaku yang sehat. Namun fakta dilapangan
menunjukan masih banyak program-program pembangunan yang justru
mengabaikan masalah kesehatan. Beberapa contoh kentimpangan yang
berdampak negative terhadap kesehatan, diantaranya:
1. Pembangunan pabrik-pabrik yang tidak mengabaikan dampak lingkungan.
Akibatnya menimbulkan pencemaran, baik pencemaran air, udara, maupun
tanah.
2. Regulasi gas emisi kendaraan yang tak kunjung di tegakkan, akibatnya
pencemaran udara (terutama di perkotaan) semakin mengkhawatirkan.
3. Penebangan hutan yang tak terkendali, berdampak terjadinya pemanasan
global, perubahan iklim maupun perubahan sirkulasi air.
4. Masih banyak sistim kerja, baik di perusahaan swasta maupun institusi
pemerintah yang tidak mengacu pada program keselamatan dan kesehatan
kerja.
5. Masih rendahnya tingkat partisipasi dan tingkat kepedulian masyarakat terhadap
kesehatan baik untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat umumnya.
6. Produksi makanan yang mengabaikan aspek keamanan pangangan, yaitu
dengan penambahan zat-zat berbahaya, semata-mata hanya untuk mengeruk
keuntungan. Hal ini akan berpengaruh pada perilaku makan yang berunjuk
pada peningkatan penyakit-penyakit degenerative, dan sebagainya.
Disamping program-program pembangunan yang tidak berwawasan
kesehatan, ternyata sikap mental maupun perilaku masyarakat sendiri masih
banyak yang sesuai dengan paradigma sehat tersebut, seperti kebiasaan merokok,
minuman keras, penyalahgunaan obat dan narkotika, seks bebas dan sebagainya.
Hal-hal tersebut baik langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada
masyarakat.
Oleh karena itu, untuk terselenggaranya paradigma sehat sebagai acuan
pembangunan kesehatan, maka diperlukan sosialasisi, advokasi, maupun edukasi
lebih lanjut, agar semua pihak yang terkait memiliki pengertian dan pemahaman
yang sama tentang paradigma sehat, sehingga mampu dan mau
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu untuk menunjang
proses sosialisasi, advokasi maupun edukasi maka diperlukan penjabaran lebih
lanjut, secara terperinci dan aplikatif tentang penerapan paradigma sehat, agar
mudah di pahami dan diterapkan.
D. PEMAHAMAN AKSIOLOGIS
E. KESIMPULAN
Perkembangan ilmu yang pesat pada dekade akhir-akhir ini, ternyata
berdampak pada munculnya egoisme keilmuan yang menghalangi relasi-relasi
multidisipliner dalam bidang kesehatan hal ini berpengaruh pada cara pandang
permasalahan kesehatan, sehingga tidak teridentifikasi secara utuh tentang esensi
permasalah kesehatan yang sesungguhnya. Cara pandang yang demikian telah
melahirkan konsep/ paradigma yang kurang tepat, intervensi yang tidak relevan
sehingga hasilnya pun tidak sesuai harapan.
Terkait dengan hal tersebut, pemerintah telah melakukan peninjauan dan
perumusan kembali tentang paradigma pembangunan kesehatan yaitu dengan
paradigma sehat yang dijabarkan dalam visi Indonesia sehat 2010. Namun dalam
prakteknya aplikasi paradigma baru tersebut masih menemui banyak kendala,
diantaranya karena pihak-pihak yang terkait (stakeholders) banyak yang belum
memahami paradigma baru tersebut. Oleh karena itu diperlukan kajian filosofis
keilmuan lebih lanjut tentang aspek ontologis, epistemologis, oksiologis kesehatan,
guna menjembatani kerja sama lintas sektoral maupun lintas ilmu agar terbentuk
pandangan yang integral dan komprehensif tentang kesehatan, sehingga
melahirkan komitmen didalam aplikasinya.