Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

Program Studi : Magister Keperawatan


Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Nama : Lia Yuliana
NPM : 2250311007
Semester : I (Satu )Kelas B
Dosen Pengampu : Dr. Blacius Dedi, M..Kep
Dr. Yayat Suryati, SKp.,M.Kep., Ph.D
Prof.Achiryani, S.Hamid.,MN.,DNSc

Soal
1. Coba deskripsikan pendekatan Aksiologi dalam keperawatan ?
Aksiologi adalah Investigasi atau pertimbangan moralitas dari tindakan
kita dan pengetahuan atau cara berpikir yang mendasari adanya istilah
benar versus salah, baik versus buruk, kebaikan versus keburukan, atau
dapat juga diartikan dengan “untuk apa pengetahuan tersebut
dipergunakan,dan kaitannya dengan penggunaanya dengan kaidah-kaidah
moral.
dapat dijelaskan bahwa ilmu keperawatan digunakan sebagai ilmu,
pedoman, dan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien dengan berbagai tingkatan dari individu, keluarga, kelompok
bahkan sampai masyarakat luas guna meningkatkan derajat kesehatan
pasien tersebut. Sehingga bisa merubah kondisi seseorang atau
sekelompok orang dari kondisi sakit menjadi sembuh dan yang sudah
sehat dapat mempertahankan atau mengoptimalkan derajat kesehatannya.
Hakekat manusia sebagai makhluk biopsikososio dan spritual, pada
hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang
berorientasi pada pelayanan, memiliki tingkat klien (individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat) serta pelayanan yang mencakup seluruh
rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pelayanan dengan
menerapkan kebutuhan pasien sebagai makhluk biopsikososio dan
spiritual merupakan implikasi dari perawat menjalankan tugas sebagai
perawat yang professional berdasarkan pancasila. Penerapan ini tentunya
tidak lepas dari kode etik keperawatan. Kode etik keperawatan merupakan
bagian dari etika kesehatan. Inti dari hal tersebut, yaitu menerapkan nilai
etika terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat
berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Kode etik keperawatan Indonesia
telah disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, melalui Munas PPNI di Jakarta pada tanggal 29 November
1989. Seorang perawat harus mempunyai prinsip-prinsip moral, tetapi
prinsip moral itu bukan sebagai suatu peraturan konkret untuk bertindak,
namun sebagai suatu pedoman umum untuk memilih apakah tindakan-
tindakan yang dilakukan perawat itu benar atau salah.
Beberapa kategori prinsip moral diantaranya :
-Kebijakan ( dan realisasi diri )
-Kesejahteraan orang lain
-Penghormatan terhadap otoritas
-Kemasyarakatan / pribadi-pribadi
-Dan keadilan
Seorang perawat harus mempunyai rasa kemanusiaan dan moralitas yang
tinggi terhadap sesama. Karena dengan begitu, antara perawat dan pasien
akan terjalin hubungan yang baik. Perawat akan merasakan kepuasan
batin, bila ia mampu membantu penyembuhan pasien dan si pasien sendiri
merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan kata lain
terjadi interaksi antara perawat dan pasien.
2. Kemukakan pandangan saudara mengenai pentingnya Filsafat Ilmu bagi
seorang Magister Keperawatan ?
Seorang magister membangun keilmuan berdasarkan filsafat ilmu
dimana filsafat Ilmu sangat penting peranannya terhadap penalaran
manusia yang dimana ilmu dan pengetahuan merupakan unsur yang saling
berhubungan demi mencapai suatu maksud tertentu.Seorang magister
berdasarkan filsafat ilmu akan menyelidiki, menggali, dan menelusuri
sedalam, sejauh, dan seluas mungkin semua tentang hakikat Ilmu. Dalam
hal ini, kita bisa mendapatkan gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan
akar dari semua ilmu dan pengetahuan.
Beberapa pandangan mengenai Filsafat Ilmu diantaranya Filsafat Ilmu
merupakan suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah. Filsafat
ilmu adalah pembandingan atau pengembangan pendapat-pendapat masa
lampau terhadap pendapat-pendapat masa sekarang yang didukung dengan
bukti-bukti ilmiah. Filsafat ilmu merupakan paparan dugaan dan
kecenderungan yang tidak terlepas dari pemikiran para ilmuwan yang
menelitinya. Pemikiran tersebut berdasarkan pada pengetahuan yang
diperoleh lewat penggunaan metode-metode ilmiah yang lebih menjamin
kepastian kebenarannya . Dengan demikian, filsafat ilmu dapat dimaknai
sebagai suatu disiplin, konsep, dan teori tentang ilmu yang sudah dianalisis
serta diklasifikasikan berdasarkan batas-batas pengetahuan dan asal-usul
pengetahuan serta di kriteria kebenaran yang kemudian diterapkan oleh
seorang magister. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mereka
para mahasiswa memiliki pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan
mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan atau acuan
dalam proses pembelajaran dan penelitian ilmiah
1. Menjadi seorang yang kritis
Dengan belajar filsafat, peserta didik bisa memiliki pemikiran yang kritis.
Filsafat akan membentuk pemikiran diplomatis, yang bisa menjadikan
kamu peka terhadap lingkungan sekitar, dan juga bertindak anti-apatis.
2. Mampu berpikir secara rasional dan logis
Disamping itu, filsafat juga bisa membentuk peserta didik menjadi seorang
pemikir yang logis dan rasional. Dengan metode berpikir seperti ini, kamu
bisa mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan dengan baik.
3. Berpikir independen
Pemikiran independen adalah hasil berpikir secara pragmatis dan terbuka.
peserta didik juga berusaha mengambil jalan tengah agar tidak ada pihak-
pihak yang dirugikan. Memang, berpikir secara konvensional akan
membuat hidup menjadi sistematis, tapi berpikir secara independen
membuat peserta didik bisa melangkah lebih jauh. Selain itu, berpikir
independen berarti tidak 'hidup' berdasar pemikiran orang lain.
4. Berpikir secara fleksibel
Filsafat itu sifatnya dinamis, tidak terbelenggu dalam satu aturan-aturan
dan kaidah. Ini akan membuat peserta didik memiliki fleksibilitas berpikir,
memiliki kemauan untuk mencoba hal baru. Tidak harus 'terikat' dengan
ide-ide lama, karena kamu bisa menggantinya dengan ide-ide baru yang
lebih efektif.
5. Memperluas wawasan
Memiliki wawasan yang luas akan membuat peserta didik lebih terampil di
berbagai bidang. Ingat, peradaban dunia dibangun berdasar dari berbagai
macam pemikiran. Di samping itu, peserta didik akan memahami berbagai
macam teori-teori dalam kehidupan, sehingga menjadi menjadi sadar,
betapa berharganya kehidupan.
6. Mampu menganilis setiap permasalahan
Filsafat mengajarkan kita untuk bisa mempertahankan pendapat, serta bisa
mengembangkannya secara sehat, menggunakan nalar yang tepat, tidak
menggunakan otot dan tidak menggunakan ototritas intervensi.
7. Menjadi seorang yang skeptis
Bukan berarti peserta didik harus menjadi agnostik atau atheist, namun ini
lebih ke arah bagaimana mereka mengamati lingkungan dan situasi sekitar.
Menjadi seorang yang skeptis berarti tidak langsung percaya pada suatu
peristiwa atau berita, tapi kamu harus bisa menemukan bukti yang kredibel
serta valid, agar tidak termakan berita hoax.
8. Memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi berdasar sebab-akibat
Prinsip ini disebut juga kausalitas, bahwa segala sesuatu yang terjadi pasti
ada sebab yang mengawalinya. Ketika mereka ditanya tentang bagaimana
sesuatu bisa terjadi, mereka tidak lagi menjawab "Tidak tahu", karena
mereka sudah memiliki jawabannya.
9. Menjawab segala pertanyaan tentang kehidupan
Pada dasarnya, Filsafat adalah jawaban dari setiap pertanyaan. Mungkin di
benak kita sering terlintas pertanyaan seperti, "Siapa kita?", "Untuk apa
kita hidup?", "Apa itu kehidupan?". Kita bisa menemukan metode dan cara
yang tepat, untuk bisa memahami dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
itu.
3. Jelaskan pendapat Saudara tentang implementasi konsep Ontologi dalam
keperawatan ?
Ontologi adalah Suatu pengetahuan tentang eksistensi dan sifat dari objek
atau ide yang disebut juga sebagai metafisika. Bisa pula diartikan dengan
‘apa yang dikaji oleh pengetahuan itu?’. Filosofi ontologi berkaitan
dengan manusia, sedangkan dalam keperawatan, ilmu ontologi juga turut
menyusun ilmu keperawatan. Oleh karena itu menurut sudut pandang ini,
maka keperawatan dapat menjadi objek penyelidikan filosofi.
Implementasi dari ontologi ialah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang
bersifat humanistic dan expert, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, serta
standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang
melandasi perawat expert secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.
Kode etik disini tentunya sesuai dengan pancasila dan tidak menyimpang
dari pancasila.
Objek yang menjadi kajian keperawatan adalah manusia, dalam hal ini
adalah pasien. Pasien atau pesakit adalah seseorang yang menerima
perawatan medis. Sering kali, pasien menderita penyakit atau cedera dan
memerlukan bantuan dokter untuk memulihkannya. Keperawatan
memiliki cara pandang pada respon manusia terhadap masalah kesehatan
dalam memenuhi kebutuhasn dasarnya. Bantuan perawat diberikan kepada
keadaan individu, kelompok, atau masyarakat yang tidak mampu berfungsi
secara sempurna dalam masalah kesehatan dan proses penyembuhannya.
Jadi pasien, penyakit dan proses perawatan merupakan objek kajian
keperawatan sedangkan subjeknya adalah perawat.
4. Bagaimana pandangan saudara mengenai peranan Epistomologi dalam
risettesis dan perannya membangun profile Lulusan Magister Keperawatan
sebagai seorang Reseacher ?
Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan
pengetahuan dan mengembangkannya. Aktivitas ini ditempuh melalui
perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis. Epistemologi atau
teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan
dunia. Ia merupakan parameter yang bisa memetakan, apa yang mungkin
dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya; apa yang
mungkin diketahui dan harus diketahui; apa yang mungkin diketahui tetapi
lebih baik tidak usah diketahui; dan apa yang sama sekali tidak mungkin
diketahui. Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring
atau filter terhadap objek-objek pengetahuan. Epistemologi ini juga bisa
menentukan cara dan arah berpikir manusia. Seseorang yang senantiasa
condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat
umum menuju detail-detailnya, berarti dia menggunakan pendekatan
deduktif. Sebaliknya, ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang
sama, baru ditarik kesimpulan secara umum, berarti dia menggunakan
pendekatan induktif. Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk
selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang
baru. Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-
pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran dan perenungan yang
berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-
perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan
sebagainya.
Sekurang-kurangnya ada tiga alasan yang dapat dikemukakan mengapa
epistemologi perlu dipelajari.180 Alasan pertama berangkat dari
pertimbangan strategis, kajian epistemologi perlu karena pengetahuan
sendiri merupakan hal yang secara strategis penting bagi kehidupan
manusia. Strategi berkenaan dengan bagaimana mengelola kekuasaan atau
daya kekuatan yang ada sehingga tujuan dapat tercapai. Alasan kedua dari
pertimbangan kebudayaan, penjelasan yang pokok adalah kenyataan
bahwa pengetahuan merupakan salah satu unsur dasar kebudayaan. Berkat
pengetahuan, manusia dapat mengolah dan mendayagunakan alam
lingkungannya. Selain itu, manusia mampu membudayakan alam,
membudayakan masyarakat, dan demikian membudayakan dirinya sendiri.
Alasan ketiga berangkat dari pertimbangan pendidikan, epistemologi perlu
dipelajari karena manfaatnya untuk bidang pendidikan. Pendidikan sebagai
usaha dasar untuk membantu peserta didik mengembangkan pandangan
hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup, tidak lepas dari penguasaan
pengetahuan.
5. Uraikan menurut saudara tentang Rasionalisme dalam logika deduktif dan
logika berfikirin duktif dalam filsafat ilmu keperawatan?
1) Logika Deduktif (Rasionalisme )
Deduktif adalah suatu kerangka atau cara berfikir yang bertolak
dari sebuah asumsi atau pernyataan yang bersifat umum untuk
mencapai sebuah kesimpulan yang bermakna lebih khusus. Ia sering
pula diartikan dengan istilah logika minor, dikarenakan memperdalami
dasardasar pensesuaian dalam pemikiran dengan hukum, rumus dan
patokanpatokan tertentu. Pola penarikan kesimpulan dalam metode
deduktif merujuk pada pola berfikir yang disebut silogisme. Yaitu
bermula dari dua pernyataan atau lebih dengan sebuah kesimpulan.
Yang mana kedua pernyataan tersebut sering disebut sebagai premis
minor dan premis mayor. Serta selalu diikuti oleh penyimpulan yang
diperoleh melalui penalaran dari kedua premis tersebut. Namun
kesimpulan di sini hanya bernilai benar jika kedua premis dan cara
yang digunakan juga benar, serta hasilnya juga menunjukkan
koherensi data tersebut.
2) Logika Induktif (Empirisme)
induktif adalah cara berfikir untuk menarik kesimpulan dari
pengamatan terhadap hal yang bersifat partikular kedalam gejala-gejala
yang bersifat umum atau universal. Sehingga dapat dikatakan bahwa
penalaran ini bertolak dari kenyataan yang bersifat terbatas dan khusus
lalu diakhiri dengan statemen yang bersifat komplek dan umum.
Generalisasi adalah salah satu ciri yang paling khas dalam metode
induksi. Hanya saja, generalisasi di sini tidak berarti dengan mudahnya
suatu proposisi yang diangkat dari suatu individu dibawa untuk
digeneralisasikan terhadap suatu komunitas yang lebih luas. Justru,
melalui metode ini, diberikan suatu kemungkinan untuk disimpulkan.
Dalam artian, bahwa ada kemungkinan kesimpulan itu benar tapi tidak
berarti bahwa itu pasti benar, sehingga akhirnya disinilah lahir
probabilitas

Anda mungkin juga menyukai