Anda di halaman 1dari 41

TUGAS INDIVIDU

PERNGARUH SWADDLING DAN KANGAROO MOTHER CARE TERHADAP


SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD DR
SOEKARDJO TASIKMALAYA

Diajukan untuk memenuhi salah Satu Tugas Individu Mata Kuliah Filsafat Semester I

Disusun Oleh :

LIA YULIANA
2250311007

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2022-2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. (WHO, 2015). Prevalansi BBLR diperkirakan 15,5%
yang berarti sekitar 20,6 juta bayi tersebut lahir setiap tahun dan 96,5% di antaranya
terjadi di negara-negara berkembang. BBLR merupakan salah satu masalah utama
dinegara berkembang. Asia selatan memiliki kejadian tertinggi dengan 28% bati
dengan BBLR, dan Asia Timur memiliki tingkat terendah, yaitu 6% (WHO, 2015). Di
indonesia angkat kejadian BBLR diketahui sebesar 10,2% dengan prevalensi tertinggi
terjadi di Propinsi Nusa Tenggara Timur dan terendah di provinsi Sumatra Utara
7,2%. Angka kejadian BBLR di indonesia ini terbilang cukup tinggi bila dibandingkan
dengan negara tetangga, seperti Vietnam 5,3% dan Thailand 6,6% (Kemenkes RI,
2016).
BBLR merupakan salah satu faktor utama peningkatan mortalitas dan morbilitas
bayi khususnya pada masa perinatal, Semakin rendah berat badan bayi saat lahir maka
probabilitas kelangsungan hidup neonatal semakin rendah pula (maternal et al., 2021).
BBLR ini merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian khusus, karena BBLR
dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, perkembangan dan gangguan mental
pada masa mendatang (Wibiyani & Gustina, 2021), tingkat kematangan sistem organ
yang belum sempurna juga mengakibatkan BBLR memiliki resiko tinggi mengalami
masalah kesehatan sehingga kematian (Rendah et al., 2021). BBLR menjadi salah satu
penyebab terbanyak kematian neonatus, yaitu sebesar 32%. Penyebab utama kesakitan
dan kematian BBLR tersebut diantaranya asfiksia, infeksi dan hipotermia (Kebidanan
& Sumbar, 2021).
Hipotermia merupakan suhu tubuh dibawah 36,5 oC. Hipotermi terjadi akibat
ketidakseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas (Arhamnah &
Fadilah, 2022). BBLR sangat rentan mengalami hipotermia karena tipisnya cadangan
lemak di bawah kulit dan belum matangnya pusat pengatur panas di otak sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya metabolis anaerobik, meningkatkan kebutuhan
oksigen, meningkatkan hiposekmia dan berlanjut dengan kematian (Arhamnah &
Fadilah, 2022). Perawatan BBLR dengan kualitas baik dapat menurunkan angka
kejadian kematian neonatal, seperti inkubator dan perlengkapan pada Neonatal
Intensive Care Unit. Namun, perawatan tersebut relatif lebih mahal bila terjadi pada
keluarga yang tidak mampu merupakan suaru keadaan yang sangat memberatkan. Di
negara berkembang, termasuk indonesia dihadapkan pada maslaah kekurangan tenaga
terampil, tingginya biaya pemeliharaan alat, menghambat kontak ibu-bayi dan
pemberian Air Susu ibu sehingga berakibat ibu kurang percaya diri dan tidak terampil
merawat bayi BBLR (Ria Setia Sari, Eni Prihati, 2022).
Peran perawat dalam perawatan BBLR adalah memberikan asuhan keperawatan
guna suhu tubuh BBLR dan mencegah terjadinya kehilangan panas pada BBLR
(Melani Astari et al., 2021). Beberapa metode perawatan alternatif yang lebih muda,
murah dan efektif dalam menstabilkan suhu tubuh BBLR, yaitu dengan cara swadding
dan metode kangaroo mother care (KMC) (Tauriana, 2021).
Swaddling atau yang sering dikenal dengan istilah bedong adalah pembungkus
kain yang diberikan pada bayi baru lahir. Membendong dapat membuat bayi lebih
tenang, hangat dan membatasi ruang gerak bayi. Membendong bayi ini bertujuan
untuk menghindari bayi kehilangan panas dan dapat menstabilkan suhu tubuhnya
(Dewi, 2012). Sebelum abad ke-18 swaddling masih menjadi tradisi di beberapa
bagian Negara Timur Tengah, Inggris, Amerika Serikat dan Belanda untuk
mengurangi kebiasaan menangis, mempertahankan kestabilan suhu tubuh dan
mencegah terjadinya kehilangan panas. Tindakan pembendongan ini merupakan salah
satu upaya yang dapat dilakukan agar tidak kehilangan panas pada bayi sehingga suhu
tubuh bayi tetap stabil dan memberikan rasa nyaman pada bayi (Andrianary &
Antoine, 2019).
Penggunaan bedong sebaiknya tidak terlalu lama dan harus sesuai dengan prosedur
yang tepat. Jika bedong dilakukan terlalu lama dengan cara yang tidak tepat akan
mempengaruhi perkembangan motorik bayi. Hal ini juga akan mengakibatkan
perkembangan motorik tidak dicapai pada waktunya atau bayi akan mengalami
keterlambatan perkembangan motorik (Wibiyani & Gustina, 2021). Upaya lain dalam
penanganan hipotermi pada bayi dengan BBLR, yaitu perawatan metode KMC
(Tauriana, 2021).
Perawatan metode kanguru adalah cara yang sederhana untuk merawat bayi baru
lahir dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayinya (elisa,
2020). Perawatan metode kanguru merupakan salah satu cara efektif untuk memenuhi
kebutuhan dasar bayi yaitu kehangatan, ASI, pencegahan infeksi, keselamatan dan
juga kasih sayang (chowdhury, 2019). Perawatan metode kanguru pengganti inkubator
ini memiliki manfaat yang banyak yaitu dapat menurunkan jumlah angka kematian
bayi dikarenakan dapat mengurangi maslaah-masalah yang terjadi pada bayi prematur
(Conde-Agudelo, A. and Díaz-Rossello, 2017). Metode ini bermanfaat untuk
mengurangi angkat infeksi pertumbuhan dan perkembangan bayi, menstabilkan suhu
tubuh, meningkatkan pemeriksaan yang baik, meningkatkan ikatan (Bounding) antara
ubu dan bayi (elisa, 2020).
Berdasarkan beberapa intervensi guna menstabilkan suhu tubuh BBLR yang
sudah dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik untuk melihat adakah pengaruh
swaddling atau metode KMC terhadap suhu tubuh pada BBLR di rsud dr soekardjo
tasikmalaya.
B. Rumusan Masalah
Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. (WHO, 2015). Menurut (WHO, 2016) setiap tahun 15
juta bayi lahir prematur (sebelum usia kehamilan 37 minggu) dan jumlah ini terus
meningkat dan merupakan penyebab utama kematian pada anak dibawah usia 5 tahun
yang angka kerjadiannya hampir 1 juta kematian pada tahun 2013. Indonesia termasuk
dalam 10 negara dengan jumlah kelahiran prematur terbesar yaitu berada pada urutan
ke lima dengan angka kejadian 675.700 kasus. Riwayat kelahiran prematur akan
menyebabkan bayi mengalami hipotermi, hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan
bayi dalam mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas
sangat terbatas karena lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf
pengatur suhu tubuh, permukaan tubuh relatif lebih luas dibandingkan berat dengan
berat badan sehingga mudah terjadinya masalah kehilangan panas (IDAI, 2915).
Berdasarkan permasalahan diatas penulis akan mencoba membahas apakah ada
pengaruh swaddling dan KMC terhadap suhu tubuh bayi BBLR di rsud dr. Soekardjo
tasikmalaya.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah diketahui pengaruh swaddling, KMC
terhadap suhu tubuh bayi BBLR di rsud dr. Soekardjo tasikmalaya.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Terindetifikasi karakteristik responden: usia bayi, usia gestasi, BB bayi,
BBLR di rsud dr. Soekardjo tasikmalaya.
b. Teridentifikasi perbedaan rata-rata suhu tubuh BBLR sebelum dan sesudah
diberikan intervensi swaddling di rsud dr. Soekardjo tasikmalaya.
c. Teridentifikasi perbedaan rata-rata suhu tubuh BBLR sebelum dan sesudah
diberikan intervensi KMC di rsud dr. Soekardjo tasikmalaya.
d. Teridentifikasi intervensi yang lebih efektif dalam mempertahankan suhu
tubuh BBLR di rsud dr, soekardjo tasikmalaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perawat khususnya perawat anak dalam
memberikan asuhan keperawatan khususnya pada bayi dengan BBLR tentang
pengaruh swaddling, KMC terhadap suhu tubuh bayi BBLR.
2. Bagi Ibu dan Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
menstabilkan suhu tubuh bayi BBLR dengan menggunakan swaddling, dan KMC.
Metode ini juga diharapkan dapat memberikan rasa percaya diri bagi ibu dalam
merawat bayi, dan memberikan rasa nyaman dalam melakukan perawatan di
rumah pasca perawatan di RS dengan etis dan efektif.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau rujukan
untuk penelitian selanjutnya yang sejenis dengan design dan metode yang berbeda
guna menambahkan khasanah keilmuan di bidang kesehatan khususnya bidang
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. BBLR
a. Pengetian
Bayi berat lahir rendah adalah keadaan ketika bayi dilahirkan
memiliki berat badannya kurang dari 2500 gram. Keadaan BBLR ini
akan berdampak buruk untuk tumbuh kembang bayi ke depannya
(Kementerian Kesehatan RI, 2015). Ada 2 keadaan BBLR yaitu :

a) Prematuritas atau Bayi Kurang Bulan Murni :


BBLR karena prematuritas atau Bayi Kurang Bulan Murni
adalah bayi yang dilahirkan kurang bulang (preterm) mempunyai
organ yang belum berfungsi seperti bayi aterm sehingga bayi
tersebut mengalami kesulitan untuk hidup di luar rahim. Makin
pendek masa kehamilan makin kurang sempurna fungsi alat-alat
tubuhnya, akibatnya makin mudah terjadi komplikasi, seperti :
sindroma gangguan pernafasan, hipotermia, aspirasi, infeksi, dan
pendarahan intrakanial.

b) BBLR (KMK) :
Bayi Berat Badan Lahir Rendah karena Bayi Kecil untuk
Masa Kehamilan (KMK) adalah bayi kecil untuk masa kehamilan
(KMK) pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya lebih baik
dibandingkan dengan bayi preterm dengan berat badan yang sama

b. Klasifikasi BBLR
Menurut Cutland, Lackritz, Mallett-Moore, Bardají,
Chandrasekaran, Lahariya, Nisar, Tapia, Pathirana, Kochhar & Muñoz
(2017) dalam mengelompokkan bayi BBLR ada beberapa cara yaitu:
a) Berdasarkan harapan hidupnya:
1. Bayi dengan berat lahir 2500 – 1500 gram adalah bayi berat
lahir rendah (BBLR).
2. Bayi dengan berat lahir 1500 – 1000 gram adalah bayi berat
3. lahir sangat rendah (BBLSR). 3) Bayi dengan berat lahir < 1000
gram adalah bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLR).
b) Berdasarkan masa gestasinya:
1. Prematuritas Murni Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37
minggu atau biasa disebut neonatus dengan berat normal ketika
lahir. Dapat disebut BBLR jika berat lahirnya antara 1500 –
2500 gram.
2. Dismaturitas Bayi dengan berat badan lahir tidak normal atau
kecil ketika dalam masa kehamilan.
c. Etiologi BBLR
Menurut Nur, Arifuddin & Vovilia (2016), Susilowati, Wilar & Salendu
(2016) serta Gebregzabiherher, Haftu, Weldemariam & Gebrehiwet
(2017) ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan masalah
BBLR yaitu :
a) Faktor ibu
1. Usia
Berdasarkan penelitian menunjukkan persentase kejadian BBLR lebih
tinggi terjadi pada ibu yang berumur 35 tahun (30,0%) dibandingkan
dengan yang tidak BBLR (14,2%). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
WHO yaitu usia yang paling aman adalah 20 – 35 tahun pada saat usia
reproduksi, hamil dan melahirkan.
2. Parietas
Berdasarkan penelitian ibu grandemultipara (melahirkan anak empat atau
lebih) 2,4 kali lebih berisiko untuk melahirkan anak 9 BBLR, itu
dikarenakan setiap proses kehamilan dan persalinan meyebabkan trauma
fisik dan psikis, semakin banyak trauma yang ditinggalkan akan
menyebabkan penyulit untuk kehamilan dan persalinan berikutnya.
3. Gizi
Kurang saat hamil Ibu yang mengalami gizi kurang saat hamil
menyebabkan persalinan sulit/lama, persalinan sebelum waktunya
(prematur), serta perdarahan setelah persalinan. Ibu yang memiliki gizi
kurang saat hamil juga lebih berisiko mengalami keguguran, bayi lahir
cacat dan bayi lahir dengan berat badan yang kurang
4. Jarak kehamilan
Berdasarkan penelitian ibu yang memiliki jarak kelahiran < 2 tahun
berisiko 3,231 kali lebih besar melahirkan anak BBLR di bandingkan
dengan ibu yang memiliki jarak kelahiran > 2 tahun, itu dikarenakan pola
hidup, belum menggunakan alat kontrasepsi dan ibu tidak melakukan
pemeriksaan dengan rutin.
5. Pola hidup
Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan sering mengkonsumsi
alkohol dapat menyebabkan hipoksia pada janin dan menurunkan aliran
darah umbilikal sehingga pertumbuhan janin akan mengalami gangguan
dan menyebabkan anak lahir dengan BBLR.
b) Faktor kehamilan
1. Eklampsia / Pre-eklampsia.
2. Ketuban pecah dini.
3. Perdarahan Antepartum.
4. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
5. Faktor janin
6. Cacat bawaan (kelainan kongenital).
7. Infeksi dalam rahim.
d. Manifestasi Klinis BBLR
Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm
3. Lingkar dada kurang atau sama dengan 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Jaringan lemak bawah kulit sedikit
6. Tulang tengkorak lunak atau mudah bergerak, menangis lemah
7. Kepala bayi lebih besar dari badan , kepala tidak mampu tegak,
8. rambut kepala tipis dan halus, elastisitas daun telinga
9. Integumen : kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, jaringan
subkutan sedikit.
10. Otot hipotonik lemah
11. Dada : dinding thorak elastis, putting susu belum terbentuk,
pernafasan tidak teratur, dapat terjadi apnea, pernafasan 40-50
kali/menit
12. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus, kadang
terjadi oedem, garis telapak kaki sedikit, telapak kaki halus, tumit
mengkilat
13. Genetalia : pada bayi laki-laki skrotum kecil dan testis tidak teraba
(belum turun), dan pada bayi perempuan klitoris menonjol serta
labia mayora belum menutupi labia minora atau labia mayora hampir
tidak ada (Nuratif, 2015)
e. Komplikasi BBLR
1. Hipotermi
Terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan sistem pengaturan
suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang.adapun ciri-ciri
mengalami hipotermi adalah suhu tubuh < 32 0 C, mengantuk dan
sukar dibangunkan, menangis sangat lemah, seluruh tubuh dingin,
pernafasan tidak teratur.
2. Hipoglikemia
Gula darah berfungsi sebagai makaan otak dan membawa oksigen ke
otak. Jika asupan glukosa ini kurang mempenagruhi kecerdasan otak
3. Gangguan Imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya
kadar Ig G, maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif belum
sangup membentuk anti bodi dan daya fagositisis serta reaksi
terhadap infeksi belum baik, karena sistem kekebalan bayi belum
matang
4. Sindroma Gangguan Pernafasan
Sindroma Gangguan Pernafasan pada BBLR adalah perkembangan
imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuat jumlah surfaktan
pada paru-paru Gangguan nafas yang sering terjadi pada BBLR
(masa gestasi pendek) adalah penyakit membran hialin,
dimanaangka kematian ini menurun dengan meningkatnya umur
kehamilan.
5. Masalah Eliminasi
Kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan mengatur
pembuangan sisa metabolisme dan air belum sempurna. Ginjal yang
imatur baik secara anatomis dan fungsinya.
6. Gangguan Pencernaan
Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi sempurna sehingga
penyerapan makanan dengan lemah atau kurang baik. Aktifitas otot
pencernaan masih belum sempurna sehingga waktu pengosongan
lambung bertambah.
f. Penatalaksanaan BBLR
1. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Bayi premature akan cepatmengalami kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan
relative luas. Oleh karena itu bayi premature harus dirawat di dalam
incubator, sehingga panas badannya mendekati rahim. Bila belum
memiliki incubator, bayi premature dapat dibungkus dengan kain dan di
sampingnya di taruh botol yang berisi air panas atau menggunakan
metode kanguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru
dalam kantung ibunya (Proverawati, 2010)
2. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah
menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang
sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu ) merupakan
pilihan pertama jika bayi mampu menghisap. Permulaan pemberian
cairan yang diberikan sekitar 200 cc/kg/BB/hari. Cara pemberian
makanan BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk
mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus
(Proverawati.dkk, 2010).
3. Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuk bibit penyakit atau kuman dalam keadaan tubuh
khususnya mikroba. BBLR sangat mudah mendapatkan infeksi. Rentan
terhadap infeksi dikarenakan oleh kadar immunoglobulin serum pada
BBLR masih rendah. BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi
dalam bentuk apapun. Fungsi perawatan disini adalah memberikan
perlindungan terhadap bayi BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu
bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk
apapun. Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi,
perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan
aseptis dan antiseptic alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah
pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur kunjungan,
menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegahtimbulnya asfiksia
dan pemberian antibiotik yang tepat (Sudarti, 2012).
4. Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi oleh
sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
5. Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi diberikan sekitar
30%-35% dengan mengunakan head box. Konsentrasi O2 yang tinggi
dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan
retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
6. Kenaikan berat badan pada bayi
Bayi BBLR dengan berat badan <1500 gram akan mengalami
kehilangan berat badan 15% selama 7-10 hari pertama. Berat lahir
biasanya tercapai kembali, kenaikan berat badan selama 3 bulan.
Kenaikan berat badan bayi BBLR dengan berat badan <1500 gram
adalah 150-200 gram seminggu (misalnya 20-30 gram/hari) (Sudarti,
2012).
7. Pengawasan jalan nafas
Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, faring, trakea,
bronkeolus, bronchioles respiratorius, dan duktus alveoleris ke alveoli.
Terhambatnya jalan nafas dapat menimbulkan asfiksia,hipoksia dan
akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan
asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir
dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR beresiko mengalami serangan
apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh
oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah
lahir ( aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang
pernafasan dengan menepuk atau menjetik tumit. Bila tindakan ini
gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan
pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya
aspirasi. Dengan tindakan ini dicegah sekaligusmengatasi asfiksia
sehingga memperkecil kematian bayi BBLR ( Verawati, 2010).
2. Metode Swaddling
a. Pengertian Swaddling
Sunarsih (2012) mendefinisikan bedong adalah pembungkus kain
yang diberikan pada bayi, sedangkan membedong (Swaddling) adalah
praktek membungkus bayi dengan kain. Membedong dapat membuat
bayi lebih tenang, hangat dan sedikit gerak. Biasanya bayi dibedong
dengan lama 6 minggu, setelah itu bedong tidak perlu supaya bayi dapat
bebas memainkan tangannya. Manfaat bedong sampai saat ini belum
terbukti bermanfaat secara ilmiah, justru dengan pemberian bedong akan
membatasi gerakan bayi, tangan dan kakinya tidak mendapatkan banyak
kesempatan untuk bergerak bebas sehingga akan dapat menghambat
perkembangan motoriknya (Novita, 2009).
Bayi sulit untuk menggerakkan kaki dan tangannya karena terikat
bedong, dengan dibedong bayi juga akan kurang mendapat stimulant
gerak dari lingkungan, sehingga perkembangan otak lambat. Tumbuh
kembang menurut Fitri (2014) mencakup dua hal yang sifatnya berbeda
namun saling berkaitan. Pertumbuhan adalah perubahan dalam hal
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang
dapat diukur dengan ukuran berat. Sedangkan perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih komplek dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses
pematangan (Indramukti, 2013).
b. Manfaat Swaddling
1) Membuat bayi merasa aman dan nyaman
Swaddling atau membedong membuat bayi seperti selalu dipeluk. Ini
mengingatkanya pada suasana dalam rahim ibu. Ia akan merasa nyaman
dan aman. Itulah alasan rasional dibalik kebiasaan membedong. Tujuan
membedong sama sekali bukan untuk meluruskan kaki bayi. Semua bayi
baru lahir, kakinya memang tampak sedikit bengkok atau memeluk
kedalam. Tapi itu masih dikatakan normal. Dalam kelelapan tidurnya
(deep sleep/ non-dream sleep), bayi sesekali bergerak seperti orang
terkejut. Gerakan ini yang disebut sebagai hynogogic startles, adalah
normal. Anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa pun kadang
mengalaminya. Hanya saja pada bayi baru lahir, reflex kejut ini sering
terjadi sehingga mengganggu kelelapan tidurnya. Ada bayi yang dapat
langsung tertidur kembali, tapi tak sedikit pula yang kesulitan dan lalu
menjadi rewel. Membedong dapat membantu bayi untuk mengatasi
reflex kejut ini dan membuatnya segera tidur kembali karena ia merasa
seperti dipeluk.
2) Manfaat keperaktisan pada orang tua, seperti memudahkan untuk
menyusui dan menggendong. Beberapa ibu ada yang merasakan
kemudahan untuk menyusui bila bayinya dibedong. Bagi ibu dan sang
bayi, saat-saat pertama kali menyusui adalah masa yang penuh
perjuangan. Ibu belajar mencari posisi dan tehnik menyusui yang benar.
Dengan membedong bayi akan relative lebih anteng dan membuat
proses belajar menyusui ini lebih lancar. Bayi baru lahir juga sering
mengalami kolik, salah satu hal yang membuat orangtua baru
kebingungan karena bayi yang tengah kolik akan gelisah dan menangis
tak henti-hentinya.
3) Tidur bayi lebih lama jika dibedong
Secara umum, bayi yang diberikan bedong sangat bagus dan dapat
membuat bayi tidur lebih lama. Bayi prematur telah menunjukkan
peningkatan perkembangan neuromuskuler, berkurangnya tekanan
fisiologis, perkembangan motorik yang lebih baik pada bayi dengan
gangguan neonatal, dan kemampuan self-regulatory ketika bayi di
bedong. Bila dibandingkan dengan pijat, kebiasaan menangis pada bayi,
menangis dapat berkurang jika dibedong, dan bedong dapat
meringankan rasa sakit pada bayi. Bedong juga dapat menyebabkan
resiko pada bayi seperti peningkatan risiko perkembangan HipDysplasia
ketika dibedong atau dibungkus dalam ekstensi dan dan abduksi
kekurangan vitamin D, dan resiko peningkatan infeksi saluran
pernapasan. Efek dari bedong dapat menumbuhkan sikap nyaman pada
bayi terhadap gangguan suatu hal, dapat menciptakan suatu kehangatan,
menenangkan bayi, bedong juga dapat membantu kesempurnaan fisik.
Bedong tersebut akan membantu tulang-tulang bayi tetap lurus dan
menghindari cacat tulang akibat banyaknya tingkah bayi (Yosi, 2012).
c. Teknik Swaddling
Tehnik membedong bayi sangatlah variatif, tergantung dari tujuan dan
tradisi masing-masing. Namun hendaknya dalam membedong bayi
memperhatikan hal-hal berikut:
a) Selalu meletakkan bayi terlentang (sleep on baby back)
b) Jangan membedong bayi terlalu ketat. Bedong bayi dengan longgar
saja
c) Tidak membedong dengan kain berlapis (apalagi ketat) yang
membuat bayi kepanasan (over heated) dan dapat meningkatkan
resiko pneumonia serta infeksi saluran pernafasan akut lainnya
akibat paru- paru bayi tidak dapat mengembang sempurna ketika
bernafas
d) Gunakan kain bedong tipis tapi cukup hangat, seperti kain flanel,
dan cukup gunakan satu lembar kain saja.
e) Kenakan pakaian dari bahan yang tipis saja pada sikecil karena bila
anda memakaikan baju yang tebal atau berlapis-lapis dan kemudian
membedongnya pula, bayi anda bisa overheated.
f) Jangan lupa membedong sampai menutupi kepala atau hanya sampai
menutupi bahu dan dibawah telinga sehingga tidak mengganggu
pernafasan bayi.
g) Sebaiknya jangan membedong disaat bayi terbangun agar tidak
menghambat perkembangan motoriknya.
h) Jangan membedong bayi ketika sedang lapar, masih basah setelah
mandi dan atau ketika sedang lelah.
3. Metode Kangguru Mother Care
A. Pengertian
Perawatan metode kangguru merupakan alternatif metode perawatan bayi
baru lahir. Metode ini adalah salah satu teknik yang tepat dan sederhana,
serta murah dan sangat dianjurkan untuk perawatan pada bayi BBLR.
Metode ini tidak hanya menggantikan inkubator, tetapi juga dapat
memberikan manfaat lebih yang tidak didapat dari pemberian inkubator.
Pemberian metode kangguru ini dirasa sangat efektif untuk memenuhi
kebutuhan bayi yang sangat mendasar seperti kehangatan, air susu ibu,
perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang
(Maryunani, 2013).
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui manfaat dari
pemberian metode kangguru, sejak tahun 1996 Indonesia telah melakukan
penerapan metode ini dibeberapa provinsi, diantaranya (Maryunani, 2013):
1) Penelitian telah dilakukan di Jawa Barat dengan membandingkan hasil
dari
pemberian metode kangaroo pada bayi BBLR kurang dari 2500 gram
dengan pemberian buli-buli atau botol air panas, dibendong di bawah
lampu panas ataupun boks bayi yang dihangatkan. Hasil yang diperoleh
dari pemberian metode kangguru menunjukkan hasil yang lebih baik.
Metode kangguru nyatanya lebih baik dalam usaha meningkatkan suhu
tubuh serta pempertahankan suhu tubuh optimal bayi
2) Studi mengenai penerimaan wanita terhadap pelaksanaan metode
kangguru telah dilakukan di Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara.
Hasilnya, secara budaya pelaksanaan metode kangguru ini dapat diterima,
pemberian metode ini juga memberi hasil yang cukup baik bagi bayi
BBLR karena sangat berpengaruh pada perkembangan suhu tubuh dan
kenaikan bera badan bayi.
B. Jenis Perawatan Metode Kangguru
Pemberian metode kangguru terdapat dua jenis, perawatan metode
kangguru
intermitten dan kontinyu:
1) Perawatan Metode Kangguru Intermitten
Metode ini biasanya dilakukan pada fasilitas unit perawatan khusus dan
intensif. Metode ini tidak diberikan secara terus menerus sepanjang waktu,
hanya diberikan ketika ibu mengunjungi bayi yang masih berada dalam
inkubator dengan durasi minimal satu jam secara terus menerus dalam satu
hari.
Metode ini dapat dimulai pada bayi yang yang sakit, yang berada dalam
proses penyembuhan tetapi masih memerlukan pengobatan medis (seperti
infus, tambahan oksigen dengan konsentrasi rendah) (Maryunani, 2013)
2) Perawatan Metode Kangguru Kontinyu
Metode kontinyu ini bisa dilakukan di unit rawat gabung atau ruangan
yang diperuntukan untuk perawatan kangguru ataupun dilakukan di
rumah. Pada metode kontinyu ini dapat dilakukan sepanjang waktu.
Perawatan kontinyu dapat diterapkan apabila kondisi bayi dalam kondisi
stabil yaknibayi dapat bernafas secara alami atau spontan tanpa oksigen
bantuan
(Maryunani, 2013).
c. Lama dan jangka waktu penerapan PMK
1) Secara bertahap lama waktu penerapan metode kangguru ditingkatkan
dari:
a) Mulai dari perawatan belum menggunakan perawatan metode kangguru
b) Dilanjutkan dengan pemberian perawatan metode kangguru intermitten
c) Kemudian diikuti dengan perawatan metode kangguru kontinyu
(Maryunani, 2013)
2) Pelaksanaan metode kangguru yang singkat kurang dari 60 menit dapat
membuat bayi stress. Strategi yang dapat dilakukan untuk menghindari hal
tersebut antara lain:
a) Jika bayi masih berada di fasilitas pelayanan kesehatan, maka lebih baik
bayi diletakkan di inkubator.
b) Apabila bayi telah dilakukan pemulangan, anggota keluarga lain dapat
menggantikan ibu dalam melaksanakan perawatan metode kangguru
(Maryunani, 2013)
3) Pemberian metode kangguru dapat dihentikan, apabila :
a) Berat badan bayi minimal >2500 gram
b) Bayi mampu menetek dengan kuat seperti bayi besar dan sehat
c) Suhu tubuh bayi stabil 37̊C (Maryunani, 2013)
C. Tujuan Perawatan Metode Kangguru
Tujuan dari pemberian metode kangaroo mother care adalah untuk
menjaga agar bayi tetap hangat. Metode ini dapat dimulai segera setelah
bayi lahir atau setelahbayi stabil. Metode ini dapat dilakukan di rumah
sakit maupun di rumah. Pemberian metode ini dapat terus dilakukan
meskipun bayi belum bisa menyusui (Sudarti, Endang Khoirunnisa.,
2010).
D. Pelaksanaan Perawatan Metode Kangguru
Pelaksanaan metode kangguru adalah skin to skin atau kulit dengan kulit
antara bagian depan tubuh bayi dengan dada dan perut ibu dalam baju
kangguru. adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Semua pakaian bayi dilepas
2) Ibu atau keluarga yang akan menggendong diminta melepas BH atau
baju dalam (hanya memakai baju/atau kaos yang longgar)
3) Gendong bayi, letakkan bayi didalam baju sehingga terjadi sentuhan
kulit ibu dan kulit bayi tanpa perantara
4) Bebat/ikat pinggang ibu dibawah badan bayi sehingga badan badan bayi
terhatan tidak turun ( ikatan di luar baju)
5) Gendong bayi seperti biasa menggunakan kain, ikatan kain
penggendong diluar baju ibu
6) Pakaikan topi penutup kepala bayi (Ari Sulistyawati, 2009)
E. Suhu Tubuh
A. Pengertian
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan
dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar (Potter & Perry,
2009).
B. Mekanisme Suhu Tubuh
Mekanisme kontrol suhu pada manusia menjaga suhu inti (suhu jaringan
dalam) tetap konstan pada kondisi lingkungan dan aktivitas fisik yang
ekstrem. Namun, suhu permukaan berubah sesuai aliran darah ke kulit
dan jumlah panas yang hilang ke aliran luar.
Nilai suhu tubuh juga dipengaruhi oleh letak pengukuran (oral,
rektal, aksila, membran timpani, arteri temporalis, arteri pulmonal, atau
kandung kemih). Mekanisme fisiologis dan perilaku mengatur
keseimbangan antara panas yang hilang dan dihasilkan atau lebih sering
disebut termoregulasi. Mekanisme tubuh harus mempertahankan
hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas agar suhu tubuh
tetap konstan dan normal. Hubungan ini diatur oleh mekanisme
neurologis dan kardiovaskular. uhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang
terletak di antara dua hemisfer otak. Fungsi hipotalamus adalah
thermostat. Hipotalamus mendeteksi perubahan kecil pada suhu tubuh.
Hipotalamus anterior mengatur kehilangan panas, sedangkan
hipotalamus posterior mengatur produksi panas. Jika sel saraf di
hipotalamus anterior menjadi panas di luar batas titik pengaturan (set
point), maka impuls dikirimkan untuk menurunkan suhu tubuh.
Mekanisme kehilangan panas adalah keringat, vasodilatasi (pelebaran)
pembuluh darah, dan hambatan produksi panas. Tubuh akan
mendistribusikan darah ke permukaan untuk menghilangkan panas. Jika
hipotalamus posterior mendeteksi penurunan panas tubuh di bawah titik
pengaturan, tubuh akan memulai mekanisme konservasi panas.
Vasokostriksi (penyempitan) pembuluh darah mengurangi aliran darah
ke ekstremitas. Produksi panas distimulasi memulai kontraksi otot
volunteer dan otot yang menggigil.
Termoregulasi bergantung pada fungsi normal produksi panas. Panas
yang dihasilkan tubuh adalah hasil sampingan metabolisme. Aktivitas
yang membutuhkan reaksi kimia tambahan akan meningkatkan laju
metabolik, yang juga akan menambah produksi panas. Saat metabolisme
menurun, panas yang dihasilkan juga lebih sedikit (Potter & Perry,
2009).

C. Faktor Yang Mempengaruhi Suhu


1. Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme
pengaturan suhu sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang
drastis terhadap lingkungan. Bayi baru lahir dapat kehilangan 30%
panas tubuh melalui kepala sehinga ia harus memakai tutup kepala
untuk mencegah kehilangan panas. Suhu tubuh bayi baru lahir berkisar
antara 35,5-37,5C. Pada dewasa suhu tubuh berkisar sekitar 36C (Potter
& Perry, 2009).

2. Olahraga
Berbagai bentuk olahraga dapat meningkatkan produksi panas
sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh (Potter & Perry, 2009).
3. Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh diluar kisaran normal akan memengaruhi
titik pengaturan hipotalamus. Perubahan ini berhubungan dengan
produksi panas berlebihan, kehilangan panas berlebihan, produksi
panas minimal, kehilangan panas minimal, atau kombinasi hal diatas
(Potter & Perry, 2009).
4. Kehilangan Panas
Kehilangan panas pada BBLR terjadi karena jaringan lemak
subkutan relatif tipis, luas permukaan tubuh relatif lebih luas
bandingkan dengan berat badan pasien, serta sistem pengaturan suhu
belum berfungsi secara sempurna. Bayi baru lahir dapat kehilangan
panas empat kali lebih besar dari pada orang dewasa, sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan suhu (Farida & Yuliana, 2017).
Adapaun mekanisme kehilangan panas pada BBLR adalah sebagai
berikut:

1) Radiasi
Radiasi adalah aliran panas dari suhu yang lebih tinggi (tubuh)
ke suhu yang lebih rendah (lingkungan di sekitar tubuh) (Potter
& Perry, 2009).
2) Konduksi
Konduksi adalah pemindahan panas akibat kontak langsung
dengan permukaan yang lebih dingin. Meja, tempat tidur, dan
timbangan yang temperaturnya lebih rendah akan menyerap
panas tubuh bayi melalui konduksi apabila bayi diletakkan diatas
benda-benda tersebut (Potter & Perry, 2009).
3) Konveksi
Konveksi adalah pemindahan panas melalui aliran atau
pergerakan udara. Kehilangan panas bisa terjadi karena aliran
udara kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan (Potter & Perry, 2009).
4) Evaporasi
Evaporasi yaitu perspirasi, respirasi, dan rusaknya integritas kulit
misalnya tubuh bayi yang tidak segera diselimuti dengan segera
setelah dimandikan (Potter & Perry, 2009).
5) Hipotermi
Hipotermi yaitu keadaan ketika suhu tubuh dibawah 36,5-
37,5oC. Hipotermi adalah panas yang hilang saat pajanan lama
terhadap lingkungan dingin atau melebihi kemampuan tubuh
untuk menghasilkan panas. Hipotermia dikelompokkan menjadi
3 yaitu: hipotermia ringan (34-35oC), hipotermia sedang (30-
34oC), dan hipotermia berat (<30oC) (Potter & Perry, 2009).
BAB III

METODOLOGI

A. Pencarian Literature
1. Kata Kunci (Keywords)
Artikel secara menyeluruh dalam bentuk literatur review mengenai
pengaruh swaddling dan metode kanguru terhadap peningkatan suhu
tubuh pada BBLR. Di cari dengan menggunakan kata kunci tersebut
2. Data Base Pencarian (Journal Database)
1) Garuda
Metode kangguru dan BBLR.
2) Scholar
Swaddling,BBLR, Metode Kangguru dan swaddling.
3. Strategi Pencarian (Boolean System)
Literatur review merupakan rangkuman menyeluruh terkait beberapa
studi penelitian yang ditentukan berdasarkan tema tertentu. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
terdahulu. Sumber data skunder yang didapat berupa artikel jurnal
bereputasi baik nasional maupun internasional dengan tema yang sudah
ditentukan. Pencarian artikel dalam literatur review ini menggunakan
beberapa databese dengan kriteria kualitas tinggi hingga rendah yaitu,
proQuest, ScienceDirect dan Google Scholar.
4. Strategi Pencarian
Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan boolean
operator (AND or NOT) yang digunakan untuk menspesifikkan
pencarian, sehingga mempermudah dalam penentuan artikel atau jurnal
yang ingin digunakan. Adapun kata kunci yang digunakan dalam
penyusunan literature review ini terdiri sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kata Kunci Literature Review

Databese Strategi pencarian

Garuda Metode kanguru AND BBLR

Google Scholar Metode kanguru OR peningkatan suhu tubuh


pada BBLR, Swaddling OR peningkatan
suhu tubuh pada BBLR,

B. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOS
framework (Schardt et al., 2007) yang terdiri dari:
1. Population/problem yaitu populasi atau masalah yang akan di analisis
sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.
2. Intervention yaitu suatu tindakan penatalaksanan terhadap kasus
perorangan atau masyarakat serta pemaparan tentang penatalaksanaan
studi sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature
review.
3. Comparation yaitu intervensi atau penatalaksanaan lain yang digunakan
sebagai pembanding, jika tidak ada bisa menggunakan kelompok kontrol
dalam studi yang terpilih.
4. Outcome yaitu hasil atau luaran yang diperolah pada studi terdahulu yang
sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.
5. Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam penyusunan
literature review.
Format PICOS dalam Literatur Review

Kriteria Inklusi Ekslusi

Population BBLR (Bayi berat lahir rendah) Selain BBLR (bayi berat lahir
yang cukup usia danbayi rendah)
/Problem prematur.

Intervention Intervensi pengaruh Tidak terkait dengan


swaddling dan metode pengaruh swaddling dan
kanguru terhadap metode kanguruterhadap
peningkatan suhu tubuh peningkatan suhu
tubuh

Comparator Tidak ada pembanding -

Outcome Analisa pengaruh swaddling dan Tidak ada pengaruh antara


metode kanguru terhadap Pengaruh swaddling dan metode
peningkatan suhu tubuh kanguru terhadap peningkatan
suhu tubuh.
Study desain and type Descriptive desain, cross
publication sectional studi, deskriptif
korelasi, deskritif kuantitatif
-
Publication years Tahun 2018 sampai 2022 Sebelum tahun 2018

Language Bahasa Indonesia dan Bahasa selain bahasa Inggris

Inggris dan Indonesia


C. Proses Seleksi Literature
1. Hasil Pencarian Literature
Hasil pencarian literature melalui publikasi pada dua database dengan
menggunakan kata kunci yang sudah di sesuaikan, kemudian peneliti
mendapatkan 181 artikel yang sesuai dengan kata kunci tersebut. Hasil
pencarian yang sudah didapatkan kemudian diperiksa duplikasi,
ditemukan terdapat 25 artikel yang sama sehingga dikeluarkan dan tersisa
156 artikel. Peneliti kemudian melakukan skrining berdasarkan judul dan
abstrak (n=147) serta full text (n=10) yang disesuaikan dengan tema
literature review. Assessment yang dilakukan berdasarkan kelayakan
terhadap kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan sebanyak 10 artikel yang
bisa dipergunakan dalam literature review.
2. Daftar artikel yang memenuhi kriteria
BAB III

HASIL DAN ANALISIS

A. Hasil

Berdasarkan hasil pencarian literature, penulis menemukan Sepuluh jurnal yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian
tersebut berkaitan dengan pengaruh swaddling dan metode kanguru terhadap peningkatan suhu tubuh pada BBLR di rumah sakit.
Adapun hasil literature yang penulis dapatkan disajikan dalam tabel karakteristik hasil data literature.
Peulis, Vol Judul Metode (Design,Populasi,Variabel) Sumber
Tahun databese
No
(Andrianary 1 Swaddling dan kangaroo Desain yang digunakan peneliti adalah penelitian eksperimen dengan rancangan Google
& Antoine, mother care dapat pre-test and post test without control untuk mengetahui pengaruh metode scholar

2019) 2 mempertahankan suhu swaddling dan KMC terhadap suhu tubuh pada bayi BBLR.
tubuh bayi berat lahir
Pemilihan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan cara
rendah (bblr).
purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih
sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga 30
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal
sebelumnya. Instrumen yang dipakai berupa lembar observasi pengukuran
temperatur sedangkan peralatan yang digunakan berupa thermometer digital.
(Mutiara et 8 Pengaruh perawatan metode Metode penelitian menggunakan jenis Pre Eksperimen dengan desain One Group Google

al., 2022) kangguru (pmk) terhadap Pretest-Posttest Desain. Populasi penelitian adalah seluruh bayi BBLR yang Scholar

2 kenaikan suhu tubuh berjumlah 122 orang, sampel berjumlah 20 bayi yang diambil dengan tehnik
Pada bayi berat lahir rendah accidental sampling. Analisa data menggunakan uji Paired T-test.
(bblr) di rs mitra medika
medan tahun 2019

(Nasrullah, 1 Pembinaan kemandirian ibu penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian pra eksperimen tanpa kelompok Portal
2019) dalam perawatan metode pembanding. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Quasi Ekperimen Garuda

1 kangguru (pmk) terhadap dengan “One Group Pre test-Post test Design”, peneliti menguji perubahan-
peningkatan suhu tubuh perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen atau intervensi
pada bblr di ruang nicu

Rsud bima

(Hendayani, 4 The influence of thePenelitian ini merupakan penelitian PraExperimental. Rancangan penelitian One Researsch gate
2019) Kangaroo Care Method On Group Pretest-Postest.Populasi dalam penelitian ini adalah Bayi BBLR yang di

1 the Stability of therawat di ruang Perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi yang
Temperature of the Body berjumlah 196 bayi.Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 15 bayi dengan
BBLR in the Space of metode pengambilan sampel Accidental Sampling.
Perinatology RSUD Dr.
Achmad Mochtar
(Abdeyazdan 21 Effects of nesting and In a crossover clinical trial, 42 preterm infants who met the inclusion criteria were Researsch gate
et al., 2016) swaddling on the sleep enrolled. They were randomly assigned to two groups of nest–swaddle and

5 duration of prematureswaddle–nest. Sleep status was evaluated by observation and use of Prechtl’s
infants hospitalized in criteria. Then, durations of total sleep time (TST) and quiet sleep time (QST)
neonatal intensive care units were recorded. Data were analyzed using repeated measure analysis of variance
(ANOVA)

(Sapurtri et al., 1 Pengaruh perawatan metode Desain dengan rancangan pre eksperiment dengan one group pretest-postest Google scholar
2019) kanguru terhadapdesign. populasi sebanyak 40 orang yaitu seluruh BBLR yang dirawat di ruang
2 peningkatan suhu tuhub bayi NICU. Sampel sejumlah 22 orang dan variabel independen yaitu perawat metode
berat lahir rendah di NICU kanguru sedangkan variabel dependen yaitu suhu tubuh BBLR.
RS Grandmed Lubuk
PakaM.
(Farida & 4 Pemberian metode kangaroo Metode penelitian evaluative dengan desain penelitian dalam bentuk studi kasus Google Scholar
Yuliana, 2017) mather care (KMC) terhadap dan untuk analisis data menggunakan deskriptif analitik pada By.R dengan BBLR
2 kestabilan suhu tubuh dan dirawat di ruang Anyelir RSU RA kartini Jepara.
berat badan bayi BBLR di
ruang Anyelir RS Umum
RA Kartini Jepara

(Heriyeni, 12 Pengaruh metode kanguru Hasil setelah dilakukan penelitian : Rata-rata suhu tubuh bayi sebelum dilakukan Google Scholar
2018) terhadap stabilitas suhu perawatan metode kanguru diruang Perinatologi RSUD Bengkalis sebesar 35,490
10 tubuh bayi berat lahir rendah C dan rata-rata setelah dilakukan metode kanguru menjadi 37,100 C. Maka dapat
di ruang Perinatologi RSUD disimpulkan bahwa ada pengaruh metode kanguru terhadap stabilitas suhu tubuh
Bengkalis bayi dengan nilai p 0,000 < 0,05.
(Kusuma et 4 Pengaruh pelaksanaan Jenis penelitian ini adalah quasy eksperimen dengan rancangan one Google Scholar
al., 2019) kangaroo mother care (kmc) group pre and post test design. Sampel sebanyak 22 bayi dengan
1 selama satu jam terhadap
teknik accidental sampling dengan kriteria inklusi: bayi Berat Lahir
suhu tubuh bayi berat badan
Rendah (BBLR) yang dirawat di Perinatologi RSUD Pandan Arang
lahir rendah (bblr) di ruang
perinatologi Rsud pandan
Boyolali
arang boyolali

(Ismaya, 2022) 11 Pengaruh perawatan metode Jenis penelitian menggunakan jenis quasi experiment dengan one group pre-test Google Scholar
kanguru terhadap and post-test design. Populasi dalam penelitian ini adalah BBLR dalam perawatan
2 peningkatan berat badan dan di Ruang Perinatologi RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi dari bulan
stabilitas suhu tubuh pada Januari sampai dengan Mei 2022 yaitu sebanyak 202 bayi dengan rata-rata 40
bblr di ruang perinatologi bayi perbulannya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 17 orang
rsud sekarwangi kabupaten menggunakan consecutive sampling.
sukabumi

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Peulis, Vol Judul Metode (Design,Populasi,Variabel) Hasil Peneliti
Tahun
No

(Andrianary 1 Swaddling dan kangaroo Desain yang digunakan peneliti adalah Hasil penelitian ini didapatkan nilai rata-rata suhu tubuh bayi

& Antoine, mother care dapat penelitian eksperimen dengan rancangan pre- sebelum dan sesudah dilakukan intervensi swaddling (p value

2019) 2 mempertahankan suhu test and post test without control untuk =0,168, Δ=0,02) dan untuk hasil intervensi sebelum dan
tubuh bayi berat lahir mengetahui pengaruh metode swaddling dan setelah KMC didapatkan nilai (p value = 0,000, Δ=0,47) dan
rendah (bblr). KMC terhadap suhu tubuh pada bayi BBLR. untuk hasil intervensi sebelum dan setelah swaddling + KMC
didapatkan nilai (p value=0,000 , Δ=0,58). Simpulan,
Pemilihan sampel yang digunakan pada
intervensi kombinasi antara swaddling dan KMC lebih
penelitian ini adalah dengan cara purposive
signifikan dibanding dengan intervensi swaddling saja dan
sampling, yaitu suatu teknik penetapan
sampel dengan cara memilih sampel diantara intervensi KMC saja.
populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti, sehingga 30 sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah
dikenal sebelumnya. Instrumen yang dipakai
berupa lembar observasi pengukuran
temperatur sedangkan peralatan yang
digunakan berupa thermometer digital.
(Mutiara et 8 Pengaruh perawatan metode Metode penelitian menggunakan jenis Pre Hasil penelitian sebelum dilakukan PMK menunjukkan bahwa

al., 2022) kangguru (pmk) terhadap Eksperimen dengan desain One Group mayoritas suhu tubuh hipotermi sedang pada hari I sebesar 17

2 kenaikan suhu tubuh Pretest-Posttest Desain. Populasi penelitian bayi (85%), hari II dan III sebesar 16 bayi (80%) dan setelah
Pada bayi berat lahir rendah adalah seluruh bayi BBLR yang berjumlah dilakukan PMK terjadi kenaikan dengan suhu tubuh normal
(bblr) di rs mitra medika 122 orang, sampel berjumlah 20 bayi yang pada hari I sebesar 19 bayi (95%), hari II dan III sebesar 20
medan tahun 2019 diambil dengan tehnik accidental sampling. bayi (100%). Hasil analisis data diperoleh t hitung sebesar -

Analisa data menggunakan uji Paired T-test. 8,028 yang lebih kecil dari tabel 2,093, dimana jika nilai -t
hitung ≤ t tabel maka Ha diterima Ho ditolak.
(Nasrullah, 1 Pembinaan kemandirian ibu penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian hasil pengukuran pre dan post intervensi dilakukan uji statistik

2019) dalam perawatan metode pra eksperimen tanpa kelompok pembanding. wilcoxon test yang merupakan uji statistik untuk mengetahui

1 kangguru (pmk) terhadap Rancangan penelitian yang digunakan adalah dua data berpasanagn atau satu data diteliti dua kali.dengan
peningkatan suhu tubuh Quasi Ekperimen dengan “One Group Pre jumlah responden 42 orang. Hasil uji statistik T Wilcoxon Test
pada bblr di ruang nicu test-Post test Design”, peneliti menguji juga mendukung data pada tabel diatas, dimana dari hasil uji
perubahan-perubahan yang terjadi setelah diperoleh P value = 0.000 < 0.05 dengan tingkat kepercayaan
Rsud bima
adanya eksperimen atau intervensi 95 %. Artinya ada Pengaruh Perawatan Metode Kangguru
(PMK) Terhadap peningkatan suhu tubuh pada BBLR di Ruang
Nicu RSUD Bima
(Hendayani, 4 The influence of thePenelitian ini merupakan penelitian Hasil uji Statistik menunjukkan adanya pengaruh yang

2019) Kangaroo Care Method On PraExperimental. Rancangan penelitian One signifikan antara suhu tubuh sebelum dan sesudah perawatan

1 the Stability of theGroup Pretest-Postest.Populasi dalam metode kangguru dengan nilai p=0,000 (α ≤ 0.05). Sehingga
Temperature of the Body penelitian ini adalah Bayi BBLR yang di dapat disimpulkan ada pengaruh Perawatan Metode Kangguru
BBLR in the Space of rawat di ruang Perinatologi RSUD Dr. Terhadap Kestabilan Suhu Tubuh Bayi Berat Badan Lahir
Perinatology RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi yang berjumlah Rendah (BBLR). Diharapkan untuk
Achmad Mochtar 196 bayi.Jumlah sampel dalam penelitian ini rumah sakit dapat menerapkan metode perawatan kanguru
berjumlah 15 bayi dengan metode karena metode ini cara yang efektif, mudah dan murah untuk
pengambilan sampel Accidental Sampling. merawat bayi dengan BBLR
(Abdeyazdan 21 Effects of nesting and In a crossover clinical trial, 42 preterm infants Mean values of TST and QST during nesting and also
et al., 2016) swaddling on the sleep who met the inclusion criteria were enrolled. swaddling periods were significantly higher than in the control

5 duration of prematureThey were randomly assigned to two groups period in both groups (P < 0.001). Mean values of TST and
infants hospitalized in of nest–swaddle and swaddle–nest. Sleep QST in the swaddling period were higher than in the nesting
neonatal intensive care units status was evaluated by observation and use period in both groups, However, these differences were not
of Prechtl’s criteria. Then, durations of total significant (P = 0.245)
sleep time (TST) and quiet sleep time (QST)
were recorded. Data were analyzed using
repeated measure analysis of variance
(ANOVA)
(Sapurtri et al., 1 Pengaruh perawatan metode Desain dengan rancangan pre eksperiment Rata-rata suhu tubuh bayi sebelum dilakukan perawatan metode
2019) kanguru terhadapdengan one group pretest-postest design. kanguru 34,7 dengan standar deviasi 1,211. sesudah dilakukan
2 peningkatan suhu tuhub bayi populasi sebanyak 40 orang yaitu seluruh perawatan metode kanguru rata-rata memiliki suhu 36,9 dengan
berat lahir rendah di NICU BBLR yang dirawat di ruang NICU. Sampel standar deviasi 0,349. Ada perbedaan suhu tubuh sebelum dan
RS Grandmed Lubuk sejumlah 22 orang dan variabel independen sesudah perawatan metode kanguru pada bayi berat lahir rendah
PakaM. yaitu perawat metode kanguru sedangkan (BBLR) dengan p-Value yaitu 0.004 yang berarti nilai p (0,004)
variabel dependen yaitu suhu tubuh BBLR. < (α=0,05).

(Farida & 4 Pemberian metode kangaroo Metode penelitian evaluative dengan desain Hasil evaluasi setelah dilakukan metode kanguru selama 3 hari
Yuliana, 2017) mather care (KMC) terhadappenelitian dalam bentuk studi kasus dan untuk dengan frekwensi 3 kali sehari dan intensitas waktu 2 jam
2 kestabilan suhu tubuh dan analisis data menggunakan deskriptif analitik diperoleh peningkatan suhu tubuh sebanyak 10C dari yang
berat badan bayi BBLR di pada By.R dengan BBLR dirawat di ruang sebelumnya suhu tubuh 35,60C menjadi 36,60C, Dan
ruang Anyelir RS Umum Anyelir RSU RA kartini Jepara. didapatkan juga peningkatan berat badan sebanyak 110 gram,
RA Kartini Jepara dari yang semula berat badan hanya 1500 gram menjadi 1610
gram.
(Heriyeni, 12 Pengaruh metode kanguru JenisPenelitian yang digunakan adalah Rata- rata suhu tubuh bayi sebelum dilakukan perawatan
2018) terhadap stabilitas suhu analitik kuantitatif dengan Quasy metode kangguru di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum
10 tubuh bayi berat lahir rendah Eksperimental Daerah Bengkalis sebesar 35,49C. Rata- rata suhu tubuh bayi
di ruang Perinatologi RSUD sesudah dilakukan perawatan metode kangguru di Ruang
Bengkalis Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Bengkalis sebesar
37,10C. Ada pengaruh metode kangguru terhadap stabiltas suhu
tubuh bayi di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Daerah
Bengkalis dengan nilai p0,000 < α 0,05.
(Kusuma et 4 Pengaruh pelaksanaan Jenis penelitian ini adalah quasy setelah pelaksanaan KMC selama satu jam hari pertama, kedua,
al., 2019) kangaroo mother care (kmc) eksperimen dengan rancangan one ketiga adalah 36,660c dan 37,070c. Terdapat pengaruh
1 selama satu jam terhadap pelaksanaan Kangaroo Mother Care (KMC) selama satu jam
group pre and post test design. Sampel
suhu tubuh bayi berat badan terhadap suhu tubuh Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
sebanyak 22 bayi dengan teknik
lahir rendah (bblr) di ruang di ruang Perinatologi RSUD Pandan Arang Boyolali (p < 0,05).
perinatologi Rsud pandan
accidental sampling dengan kriteria
arang boyolali inklusi: bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) yang dirawat di Perinatologi
RSUD Pandan Arang Boyolali
(Ismaya, 2022) 11 Pengaruh perawatan metode Jenis penelitian menggunakan jenis quasi Hasil uji bivariat didapatkan p-value sebesar 0,000 untuk berat
kanguru terhadap experiment dengan one group pre-test and badan dan suhu tubuh berarti terdapat pengaruh
2 peningkatan berat badan dan post-test design. Populasi dalam penelitian ini
stabilitas suhu tubuh pada adalah BBLR dalam perawatan di Ruang
bblr di ruang perinatologi Perinatologi RSUD Sekarwangi Kabupaten
rsud sekarwangi kabupaten Sukabumi dari bulan Januari sampai dengan
sukabumi Mei 2022 yaitu sebanyak 202 bayi dengan
rata-rata 40 bayi perbulannya. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 17
orang menggunakan consecutive sampling.
Dari 10 jurnal penelitian, 10 jurnal diantaranya berasal dari Negara
Indonesia serta ada 2 jurnal yang berbahasa inggris yang lainnya berbahasa
indonesia. Lalu, 10 jurnal memiliki tujuan yang sama yaitu mengetahui
pengaruh dari metode swaddling dan metode kangguru mother care terhadap
BBLR, 10 jurnal menggunakan jenis penelitian pre test and post test, 10
jurnal menggunakan cara observasi untuk melakukan tindakan tersebut.
Sementara itu, dari 10 jurnal memiliki hasil yang sama yaitu ada pengaruh
pelaksanaan swaddling dan metode kangguru mother care terhadap kenaikan
suhu bblr dengan hasil p value 0,000.

B. Pembahasan
1. Persamaan (Compare) dari peneliti-peneliti sebelumnya
Penulis mendapatkan tigas persamaan dari 10 jurnal yang
digunakan. Persamaan pertama yang didapatkan dari 10 jurnal yang
digunakan yaitu dari tujuannya. Karena, masing-masing peneliti
memiliki tujuan penelitian yang sama yaitu untuk mengetahui
pengaruh swaddling dan metode kangguru mother care terhadap
kenaikan suhu bblr. Dalam membuat penelitian, penelitian harus
mempunyai tujuan yang jelas agar memiliki arah mana penelitian itu
dilakukan atau informasi apa yang ingin dicapai dari penelitiannya.
Kemudian persamaan kedua yang didapatkan pada 10 jurnal yang
digunakan yaitu hasilnya. Hasilnya yang didapatkan dari masing-
masing jurnal yaitu terdapat pengaruh teknik swaddling dan metode
kangguru mother care .
2. Perbedaan (Contrast) Dari peneliti-Peneliti Sebelumnya
Penulis mendapatkan sat perbedaan dari 10 jurnal tersebut yang
digunakan. Perbedaannya yang didapatkan pada 10 jurnal yaitu dari
10 jurnal, 2 diantaranya menggunakan jenis penelitian kuantitatif,
sedangkan 8 diantaranya menggunakan jenis penelitian eksperimen.
BAB V
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Persamaan
Hasil seluruh dari 10 jurnal terdapat pengaruh terhadap kenaikan suhu
bblr dengan menggunakan metode swaddling dan metode kangguru
mother care, dengan memiliki tujuan penelitian yang sama, dan hasil
penelitian yang sama.
2. Perbedaan
Hasil penelitian dari 10 jurnal terdapat perbedaan diamana ada 2 jurnal
yang menggunakan jenis penelitian kuantitatif sedangkan 8 jurnal
lainnya menggunakan metode eksperimen.
B. Saran
Diharapkan dapat menjadi bahan informasi dalam pengembangan ilmu
kesehatan tertentu yang berkaitan dengan BBLR.
DAFTAR PUSTAKA

Abdeyazdan, Z., Mohammadian-Ghahfarokhi, M., Ghazavi, Z., &


Mohammadizadeh, M. (2016). Effects of nesting and swaddling on the sleep
duration of premature infants hospitalized in neonatal intensive care units.
Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research, 21(5), 552–556.
https://doi.org/10.4103/1735-9066.193422
Andrianary, M., & Antoine, P. (2019). SWADDLING DAN KANGAROO
MOTHER CARE DAPAT MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH BAYI
BERAT LAHIR RENDAH (BBLR). 2, 89.
Arhamnah, S., & Fadilah, L. N. (2022). Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini
Terhadap Pencegahan Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir : the effect of early
initiation of breastfeeding to prevent hypothermia in newborn. Jurnal
Kesehatan Siliwangi, 2(3), 779–788.
chowdhury. (2019). Comparison between Kangaroo Mother Care with Standard
Care in Preterm Neonate Management. Bangladesh Medical Journal,
47(3)(doi:10.3329/bmj.v47i3.43491), 1–8.

Conde-Agudelo, A. and Díaz-Rossello, J. . (2017). Kangaroo mother care to


reduce morbidity and mortality in low birthweight infants. Cochrane
Database of Systematic Reviews, 4(doi:10.1002/14651858.CD002771).
Dewi, V. N. L. dan T. S. (2012). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
elisa. (2020). Perawatan Metode Kanguru (PMK) Sebagai Pengganti Inkubator
Untuk Bayi Prematur. Jurnal Soshum Insentif, 10.36787/j, 92–98.
Farida, D., & Yuliana, A. . (2017). Pemberian Metode Kanguru Mother Care
(KMC) Terhadap Kestabilan Suhu Tubuh dan Berat Badan Bayi BBLR di
Ruang Anyelir Rumah Sakit Umum RA Kartini Jepara. Jurnal Profesi
Keperawatan (JPK), 4(2), 99–111.
http://jurnal.akperkridahusada.ac.id/index.php/jpk/article/download/40/31
Hendayani, W. L. (2019). Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Terhadap
Kestabilan Suhu Tubuh BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Dr. Achmad
Mochtar. Jurnal Human Care, 4(1), 26–33.
https://ojs.fdk.ac.id/index.php/humancare/article/download/243/pdf
Heriyeni, H. (2018). PENGARUH METODE KANGURU TERHADAP
STABILITIS SUHU TUBUH BAYI DI RUANG PERINATOLOGI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH BENGKALIS. XII(10), 86–93.
Ismaya, S. (2022). PENGARUH PERAWATAN METODE KANGURU
TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DAN STABILITAS SUHU
TUBUH PADA BBLR DI RUANG PERINATOLOGI RSUD SEKARWANGI
KABUPATEN SUKABUMI. 11(2), 1–8.
Kebidanan, P. D., & Sumbar, S. Y. (2021). Di Rsud Sijunjung. 6(2), 373–384.
Kusuma, S., Surakarta, H., Sarjana, P., Pandan, R., Boyolali, A., Kusuma, S., &
Surakarta, H. (2019). PENGARUH PELAKSANAAN KANGAROO MOTHER
CARE (KMC) SELAMA SATU JAM TERHADAP SUHU TUBUH BAYI
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI. 4(1), 35–44.
maternal, F., Artikel, I., Puspita Sari, A., Anita, T., DIII Kebidanan, P., & Katolik
Musi Charitas Palembang, U. (2021). CITRA DELIMA : Jurnal Ilmiah
STIKES Citra Delima Bangka Belitung Kata kunci : Faktor Maternal
Terhadap Kejadian BBLR. Ji, 5(1), 3–7.
http://jurnalilmiah.stikescitradelima.ac.id/index.php/
Melani Astari, A., Choiriyah, M., Evi, N., Merdikawati, A., Yuliatun, L., Amaliya,
S., Setyo Rini, I., Adila Fitri, A., & Ummu Raehana, N. (2021).
Pendampingan Perawat Dalam Optimalisasi Keberlanjutan Perawatan Ibu
Nifas Dan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (Bblr) Di Rumah. Journal of
Innovation and Applied Technology, 7(2), 1256–1262.
https://doi.org/10.21776/ub.jiat.2021.006.02.6
Mutiara, N. P. K., Pertumbuhan, T., Hasil, D. A. N., Tanaman, P., & Cucumis, M.
(2022). Pengaruh Perawatan Metode Kangguru (PMK) Terhadap Kenaikan
Suhu Tubuh Pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RS Mitra Medika
Medan Tahun 2019. X, 14–24.
Nasrullah. (2019). Pembinaan Kemandirian Ibu Dalam Perawatan Metode
Kangguru ( PMK ) Terhadap Peningkatan Suhu Tubuh Pada BBLR Di Ruang
NICU RSUD Bima. 1(1), 50–55.
Rendah, L., Di, B., & Yunus, R. M. (2021). Hubungan Preeklamsi Dengan
Kejadian Berat Badan. 5(April), 139–145.
Ria Setia Sari, Eni Prihati, A. F. (2022). Peningkatan pengetahuan perawatan bayi
dan pelaksanaan metode kangguru pada orang tua bayi bblr melalui
pendidikan kesehatan. Jurnal Masyarakat Mandiri (JMM), 6(3), 2233–2242.
Sapurtri, I. N., Handayani, D., & Nasution, M. N. (2019). Pengaruh Perawatan
Metode Kanguru Terhadap Peningkatan Suhu Tubuh Bayi Berat Lahir
Rendah Di Nicu Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam Tahun 2018. Jurnal
Penelitian Kebidanan & Kespro, 1(2), 6–9.
https://doi.org/10.36656/jpk2r.v1i2.86
Tauriana, S. (2021). Strategi Perawatan Mandiri pada Bayi Baru Lahir pada
Tatanan Komunitas. 12(April), 210–214.
Wibiyani, A. A., & Gustina, E. (2021). Analisis Riwayat Berat Badan Lahir
Rendah (Bblr) Dengan Perkembangan Anak Usia Balita: Sistematic
Literature Review. Jurnal Kesehatan Dan Pengelolaan Lingkungan, 2(2),
136–145. https://doi.org/10.12928/jkpl.v2i2.6348

Anda mungkin juga menyukai