BAB 1
PENDAHULUAN
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. Bayi dengan berat lahir rendah akan mempengaruhi
tingginya angka kesakitan dan kematian pada bayi serta berisiko mengalami
hambatan dalam tumbuh kembang. Bayi berat lahir rendah disebabkan karena
kurangnya asupan gizi pada janin. Bayi lahir dengan berat badan rendah perlu
(Depkes, 2015).
Penyebab lain adalah dari faktor ibu, yaitu umur, paritas, dan lain-lain. Faktor
penting yang harus diwaspadai. Ada dua hal yang harus diperhatikan pada
hipertermi. Hipotermi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh bayi kurang
dari 36,5 0C dari suhu optimal. Menurut Sarwono (2002), gejala awal
hipotermia apabila suhu kurang dari 36 0C atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin. Hipotermi dapat disebabkan oleh air ketuban bayi yang baru lahir
tidak cepat dikeringkan, pakaian bayi yang basah dan tidak cepat diganti atau
angin disekitar tubuh bayi baru lahir. Hipertermi adalah peningkatan suhu
2
berhubungan dengan trauma lahir pada otak atau malformasi dan obat-obatan.
Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya pada bayi. Keadaan ini terjadi
apabila bayi diletakkan pada ruangan yang bersuhu panas misalnya diletakkan
serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi (Maternity, dkk, 2018).
prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan sebesar 15% dari
semua kelahiran di seluruh dunia, mewakili lebih dari 20 juta kelahiran per
Angka kejadian bayi berat lahir rendah di Indonesia pada tahun 2018
didapatkan persentase sebanyak 9,8 % dan Provinsi Jawa Timur tahun 2018
ada sebanyak 295 dari 35.071 bayi yang ditimbang dan dilaporkan bahawa
mengalami BBLR sebanyak 0,8 % (Dinkes, 2018). Dari jumlah yang sudah
3
didapatkan pada bayi berat lahir rendah di Sidoarjo terdapat 128 bayi
berjenis kelamin laki-laki dan 167 bayi berjenis kelamin perempuan (Dinkes,
2018).
Daerah Sidoarjo.
RSUD Sidoarjo.
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat membantu pihak RSUD
BBLR di RSUD Sidoarjo agar tidak terjadi peningkatan pada angka kematian
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat menjadi masukan yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir
kurang atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan
a) Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan: bayi dengan masa
b) Term infant atau bayi cukup bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 37
c) Post term atau Bayi lebih bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 42
Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur.
Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan.
Sehingga lambat laun diketahui bahwa tingkat morbiditas dan mortalitas pada
neonatus tidak hanya bergantung pada berat badan saja, tetapi juga pada tingkat
semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram
disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah/BBLR), karena
morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya
tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. Definisi WHO
tersebut dapat disimpulkan secara ringkas bahwa bayi berat badan lahir rendah
adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram
(Pantiawati, 2010).
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 100-1500 gram
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000
gram
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau
b. Dismaturitas: bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
2.1.3 Etiologi
muda usia kehamilan semakin besar yang dapat terjadi. Beriku adalah faktor-
faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut.
1. Faktor ibu:
A. Penyakit:
malaria.
B. Ibu:
2. Faktor janin
9
Adapun faktor janin yaitu sebagai berikut, kelainan kromosom, radiasi dan
3. Faktor plasenta
Adapun faktor plasenta yaitu sebagai berikut, berat plasenta berkurang, luas
lepas.
4. Faktor Lingkungan
2.1.4 Patofisiologi
Menurut Maryanti (2012) penyebab BBLR dapat dipengaruhi dari faktor janin
dari 2 liter. Produksi air ketuban berlebih dapat merangsang persalinan sebelum
meningkatkan kejadian BBLR. Pada kehamilan ganda berat badan kedua janin
pada kehamilan tidak sama, dapat berbeda 50-1000 gram, hal ini terjadi karena
pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan
dan sering terjadi persalinan prematur. Menurut Saifuddin dalam Amirudin &
Hasmi (2013) kelainan kongenital atau cacat bawaan merupakan kelaianan dalam
pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
Bayi yang lahir dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai
10
BBLR atau bayi kecil. Pada BBLR ditemukan tanda dan gejala berupa disproporsi
berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala, kulit kering pecah-
pecah dan terkelupas serta tidak adanya jaringan subkutan. Karena suplai lemak
subkutan terbatas dan area permukaan kulit yang besar dengan berat badan
dengan BBLR dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia
(Maryanti, 2012). Selain itu tipisnya lemak subkutan menyebabkan struktur kulit
belum matang dan rapuh. Sensitivitas kulit yang akan memudahkan terjadinya
kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu
yang lama (Pantiawati, 2010). Pada bayi prematuritas juga mudah sekali terkena
infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih
pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang
alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernafasan
berikutnya dibutuhkan tekanan negative intratoraks yang lebih besar yang disertai
usaha inspirasi yang kuat. Hal tersebut menyebakan ketidakefektifan pola nafas
(Pantiawati, 2010). Alat pencernaan bayi BBLR masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang (Maryanti, 2012). Selain itu jaringan
yang menyebabkan reflek menelan belum sempurna dan reflek menghisap lemah.
Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR menurut (Proverawati &
punggung
d) Pada bayi laki-iaki, skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum
turun.
a) Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya kurang
d) Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, putting kecil. Bila cukup
e) Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
A. Hipotermia
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan stabil
yaitu 360 sampai dengan 370 C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu
lingkungan yang umunya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh
pada kehilangan panas tubuh bayi. Selain itu, hipotermi dapat terjadi karena
13
panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai,
lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh,
luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan sehingga
mudah kehilangan panas. Tanda klinis hipotermia, suhu tubuh di bawah normal,
zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli paru. Pertumbuhan surfaktan
alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernapasan
berikutnya dibutuhkan tekanan negative intratoraks yang lebih besar yang disertai
l) Pernapasan cepat
C. Hipoglikemia
hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa merupakan
sumber utama energi selama masa janin. Kecepatan glukosa yang diambil janin
14
tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan
mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selam 72 jam pertama, sedangkan
bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan
glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama
dengan atau kurang dari 20 mg/dL. Adapun tanda klinis hipoglikemia yaitu,
atau letargi, kesulitan minum, terdapat gerakan putar mata, keringat dingin,
Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir
humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi.Selain itu,
karena kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi
E. Hiperbilirubinemia
Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar. Kurangnya enzim
belum sempurna, dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi
bilirubin dari jaringan ke hepar kurang. Kadar bilirubin normal pada bayi
prematur 10 mg/Dl.
15
Hiperbilirubinemia pada prematur bila tidak segera diatasi dapat menjadi kern
ikterus yang akan menimbulkan gejala sisa yang permanen. Adapun tanda klinis
berwarna kuning
b) Letargi
d) Kejang
Lemak subkutan kurang atau sedikit. Struktur kulit yang belum matang dan
kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu lama. Pemakain
plester dapat mengakibatkan kulit bayi lecet atau bahkan lapisan atas ikut
c) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
d) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
Sistem Ballard
(Pantiawati, 2010).
(Diambil dari Markam AH, Ilmu Kesehatan Anak, hlm. 227, Balai Penerbit FKUI.
1991)
2.1.8 Penatalaksanaan
19
keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari botol yang diisi air
sebelah atas agar tidak tumpah dan tidak mengakibatkan luka bakar
menggunakan handuk atau kain yang tebal. Bila air panasnya sudah
konveksi
bayi lekat yang ditemukan sejak tahun 1983. PMK adalah perawatan
bayi baru lahir dengan melekatkan bayi di dada ibu ( kontak kulit bayi
dan kulit ibu) sehingga suhu tubuh bayi tetap hangat. Perawatan
Syarat PMK adalah bayi berat Iahir rendah yang stabil (sudah
d) Bayi kejang.
f) Kulit tampak kuning atau biru terutama pada mulut / bibir bayi.
Ismawati, 2010).
ibu dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu.
Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada
f. Dapat pula ibu memakai baju dengan ukuran besar, dan bayi
ibu memakat selendang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak
jatuh.
inkubator terdapat dua cara, yaitu dengan cara tertutup dan terbuka
1. Inkubator tertutup
memudahkan observasi.
tubuh
2. Inkubator terbuka
melalui kepala.
24
memungkinkan bidan untuk merawat bayi dengan tepat dan juga mampu memberi
1. Hipotermi
Hipotermi adalah suatu keadaan di mana suhu tubuh bayi kurang dari 36,5 oC
dari suhu optimal. Menurut Sarwono (2002), gejalah awal hipotermia apabila suhu
kurang dari 36 oC atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh
bayi teraba dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32 oC –
25
36 oC). Disebut hipotermia kuat bila suhu tubuh kurang dari 32 oC (Maternity,
dkk, 2018).
lingkungan, dan dengan perubahan udara menjadi uap air, maka akan
permukaan lingkungan.
26
permukaan kulit.
Pencegahan yakni tutuplah jendela dan pintu, matikan kipas angin sebelum
(Teachers, 2012).
2. Hipertemi
Suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5 oC – 37,5 oC (suhu ketiak). Gejalah
hipertermi bayi baru lahir: suhu tubuh bayi > 37,5 oC. Frekuensi pernapasan bayi
> 60/ menit. Tanda-tanda dehidrasi, yaitu berat badan menurun, turgor kulit
kurang, banyaknya air kemih berkurang (Rukiyah & Yulianti, 2012). Biasanya
pentilasi, cuaca di luar sedang terik, ruangan sempit atau cahaya yang masuk ke
ruangan berlebihan tetapi itu juga dapat menjadi tanda-tanda klinis pada demam
yang terjadi karena bakteri, luka pada otak, atau terapi obat hipermatremia, ikterus
2.2.2 Patofisiologi
suhunya sendiri saat lahir. Kehilangan panas berlangsung cepat karena luas
permukaan bayi yang besar dan dapat melebihi produksi panas jika bayi dibiarkan
berada di suhu ruang yang terlalu dingin dan kering. Bayi yang lahir cukup bulan
dan kurang bulan mempunyai rasio luas permukaan terhadap berat yang besar,
mereka kekurangan lemak subkutan dan kulitnya bersifat permeabel terhadap air,
cukup baik, namun kisaran sempit normalitaslah yang membuat bayi-bayi rentan
Meskipun vasokonstriksi kulit sebagai respons terhadap dingin pada bayi sama
dengan orang dewasa, namun pada bayi yang lahir cukup bulan isolasi yang
diberikan oleh jaringan subkutan adalah kurang dari setengah isolasi orang
dewasa (Rennie dan Roberton, 2002). Saat lahir, bayi berpindah dari lingkungan
intrauterin yan hangat ke lingkungan ekstrauterin yang lebih dingin. Bayi yang
panas, tetapi mereka kekurangan lemak subkutan dan akhir dalam keadaan basah
saraf simpatetik distimulasi oleh reseptor dingin cuta neous. Sistem ini
adipose tissue (BAT). Thyroid stimulating hormone (TSH) juga dilepaskan dari
bentuk glukosa. Sebagai contoh jika kadar glukosa rendah terjadi pada bayi yang
resusitasi, maka bayi perlu mengubah protein dan lipida menjadi glukosa. Proses
lahir tidak cukup bulan atau berukuran kecil untuk usia gestasinya (Teachers,
2012).
Adapun gejalah dari hipotermi adalah bayi tidak mau minum, bayi tampak
lesu atau mengantuk saja, tubuh bayi terasa dingin, dalam keadaan berat,
denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras (seklerema)
(Teachers, 2012).
Adapun tanda dan gejalah dari Hipertermi adalah pada suhu aksiler
didapatkan suhu lebih dari 37,5 oC, terdapat tanda dehidrasi (elastisitas
kulit turun, mata dan ubun-ubun besar cekung, lidah dan membran mukosa
kering), malas minum / menyusui, frekuensi napas lebih dari 60 kali per
menit, denyut jantung lebih dari 160 kali per menit, suhu lingkungan yang
terlalu panas dapat disebabkan oleh suhu inkubator yang terlalu tinggi,
radiasi sinar matahari pada waktu bayi berada didalam inkubator terlalu
banyak, atau tempat tidur bayi berada di dekat radiator panas, dan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
1. Data Subyektif
a. Biodata/identitas pasien
Bayi BBLR bisa terjadi dengan umur kehamilan preterm maupun aterm.
30
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji yaitu: keadaan ibu saat hamil,
c. Riwayat Natal
previa
Pada tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit kelahiran
dan dapat diulang jika skor masih rendah, AS (0-3) disebut asfiksia berat,
e. Pola Nutrisi
Pada bayi BBLR masih mengelami kelemahan dalam penghisapan untuk itu
diperlukan cairan parenteral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
f. Pola Eliminasi
h. Hubungan psikologis
Setelah bayi baru lahir sebaiknya dilakukan rawat gabung dengan ibu
dan bayi.
2. Data Obyektif
a. Keadaan Umum
Pada bayi BBLR , keadaanya lemah dan hanya merintih. Kedaan bayi akan
stabil apabila bayi sudah menangis keras dan juga bayi sudah bergerak
dengan aktif.
b. Tanda-tanda vital
Bayi preterm beresiko terjadinya hipotermi bila suhu tubuh < 36,5 0C, dan
beresiko terjadinya hipertermi jika suhu tubuh > 37,50C, sedangkan suhu
c. Pemeriksaan fisik
32
1. Kulit : keadaan kulit (warna kulit kemerahan atau tidak), akral hangat
atau dingin, turgor kulit (kering, halus, atau terkelupas), ada edema atau
adanya lesi atau tidak, pengukuran kepala bergantung pada usia gestasi dan
anemik, ikterik), pupil normal atau menyempit, gerak bola mata normal atau
menyempit.
penciuman atau tidak, adakah lendir atau tidak, frekuensi dan keteraturan
5. Telinga : simetris atau tidak, adanya kelainan atau tidak, tulang rawan
6. Mulut dan leher : bibir normal atau tidak, gigi lengkap atau tidak, gigi
bersih atau tidak, selaput lendir mulut lembab atau kering, lidah bersih atau
tidak, ada kesulitan untuk menelan atau tidak, kelenjar thyroid teraba atau
tidak.
7. Jantung : ada atau tidak bunyi lup-dup periksa pengisian isi kapiler
dengan menaruh satu jari di tengah dada, tekan dan lepaskan, warna kulit
33
harus kembali normal dalam 2 detik, mur-mur ada atau tidak, ada atau
tidaknya takikardi/bradikardi.
8. Paru-paru : bentuk dada simetris atau tidak, ada atau tidak retraksi dada
9. Abdomen : bentuk abdomen datar atau tidak, tepi perut dan umbilicus
menonjol atau tidak, bendungan pembuluh darah dikulit abdomen ada atau
tidak, peristaltic usus 5-35/menit, adanya nyeri tekan atau tidak, adakah
10. Genetalia : pada bayi laki-laki, testis sduah turun atau belum, karena
untuk bayi laki-laki aterm testis harus turun, lihat adanya kelainan letak
muara uretra pada bayi laki-laki, pada bayi perempuan lihat labia mayora,
karena pada bayi aterm labia minora dan klitoris sudah ditutupi oleh labia
pendarahan.
12. Ekstermitas : perhatikan apakah ada krepitasi atau tidak, apakah ada
tremor atau tidak, apakah ada kejang atau tidak, akral dingin atau hangat,
13. Refleks : pada bayi pretrm post asfiksia berat refles moro dan suckling
( menghisap) lemah.
34
suhu tubuh, keterbatasan lemak subkutan ditandai dengan suhu tubuh kurang dari
dengan membran mukosa pucat, tonus otot menurun, penurunan berat badan
meningkat.
suhu tubuh, keterbatasan lemak subkutan ditandai dengan suhu tubuh kurang dari
kriteria hasil :
2. hidrasi adekuat
Intervensi keperawatan :
1. Monitor suhu tubuh minimal dua jam. Pertama periksa suhu pada rektal
2. Letakkan bayi di inkubator atau memakaikan pakaian yang cukup hangat serta
3. Gunakan matras panas dan selimut hangat yang disesuaikan dengan kebutuhan
dingin
Rasional : KMC (Kangaroo Mother Care) sangat efektif untuk menaikkan suhu
tubuh bayi.
2.3.5 Evaluasi
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
kesehatan lainya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan Kriteria hasil pada tahap perencanaan
(Setiadi, 2012).
37
BAB 3
umum klien, batasan kasus, lokasi, waktu penulisan, dan pelaksanaan penanganan
asuhan keperawatan, prosedur kerja, teknik dan instrumen pengumpulan data, dan
analisis data.
Pendekatan atau desain Studi Kasus yang digunakan dalam penulisan ini
Neonatus RSUD Sidoarjo, dengan metode studi kasus dengan pendekatan proses
3.2.1 Populasi
2015.
studi kasus beserta pengertiannya. Apakah kasus yang digunakan adalah bayi
menggunakan metode studi kasus. Pemilihan kasus atau masalah yang akan
dijadikan judul penulisan sesuai dengan kriteria penentuan kasus atau masalah
yang telah diuraikan pada sub bab latar belakan masalah. Penulis meminta izin
untuk melakukan studi kasus dalam informasi data ke instansi pendidikan yang
ditujukan yaitu RSUD Sidoarjo untuk melakukan studi dan mendapatkan data
jumlah BBLR tahun 2017 hingga tahun 2019 untuk melengkapi sub latar belakang
tinjauan pustaka terhadap kasus atau masalah kesehatan yang akan diteliti dan
metode studi kasus yang akan digunakan, setelah itu akan diadakan ujian proposal
untuk menentukan apakah usulan studi kasus disetujui agar dapat dilanjutkan
dengan kegiatan pengumpulan data studi kasus. Data studi kasus didapatkan dari
dari subjek penelitian. Tahap selanjutnya adalah penulisan laporan studi kasus
a. Wawancara
dari nara sumber. Dengan teknik wawancara yang baik dan benar
b. Observasi
c. Pemeriksaan Fisik
ialah antara 24-48 jam, namun standar yang ditetapkan oleh the National
teknik yaitu :
42
penlight, dan alat tulis untuk mendokumentasikan, serta melihat hasil pemeriksaan
Analisa data dapat dilakukan dengan mengunakan berbagai tahap, tahap yang
pengkajian diperoleh melalui wawancara mulai dari orang tua si bayi maupun
anggota keluarga yang lain untuk mendapatkan informasi tentang biodata bayi
tersebut. Dari biodata bayi tersebut dapat diketahui pemicu terjadinya BBLR.
Selanjutnya keluhan yang terjadi pada BBLR mengenai hipotermia yaitu suhu
tubuh yang turun sampai dibawah 350C, bayi tidak mau minum, tubuh bayi teraba
dingin, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras. Riwayat
kehamilan ibu juga diperlukan untuk mengetahui pemicu terjadinya BBLR, dan
juga riwayat gizi ibu. Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan
fisik klien dengan BBLR. Observasi data-data penunjang untuk mendukung dalam
Tahap kedua yaitu perumusan masalah (diagnosa keperawatan), pada tahap ini
diawali dengan analisis data dengan membaca keseluruhan data yang ada dan juga
pola nafas, resti infeksi, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resti
untuk mengetahui respon klien terhadap tindakan yang sudah dilakukan pada
asuhan keperawatan.
44
DAFTAR PUSTAKA
Hartiningrum, Indri, dan Nurul Fitriyah. 2018. Bayi berat lahir rendah (BBLR) di
provinsi jawa timur tahun 2012-2016. Https: //www. Researchgate.
Net/publication/331553533.Bayi_Berat_lahir_Rendah_BBLR_di_Provinsi
_Jawa_Timur_Tahun_2012_2016 (diakses tanggal 19 desember 2019).
Marmi, dan Kukuh Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Maternity, Dainty, Arum Dwi Anjani, dan Nita Evrianasari. 2018. Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Prasekolah. Yogyakarta:
ANDI.
Proverawati, Atikah, Dan Cahyo Ismawati. 2010. BBLR Berat Badan Lahir
Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Putri, Apriliya Wibowo, dkk. 2019. Faktor ibu terhadap kejadian Bayi Berat
Lahir Rendah. HIGEIA. 3(1), 1-8.
Rukiyah, Ai Yeyeh, dan Lia Yulianti. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. DKI Jakarta: CV. Trans infomedia.
Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori &
Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Susilo, Wihelmus Hary. 2012. Statiska dan Aplikasi Untuk Penelitian Ilmu
Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.
Teachers, Ten. 2012. Asuhan kebidanan Pada Bayi Yang Baru Lahir. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.