Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Neonatus dapat diartikan dengan bayi baru lahir, 28 hari setelah dilahirkan
(Rudoplph,2015). Bayi baru lahir mengacu pada umur neonatus sejak dilahirkan hingga satu
bulan pertama. Neonatus mempunyai berat badan normal antara 2.500-4 000 gram dengan
ukuran lingkar kepala 48-53cm (Potter & Perry, 2009). Dari data diatas dapat disimpilkan
bahwa neonatus adalah bayi baru lahir hingga usia 28 hari setelah kelahiran. Bayi baru lahir
jika dibagi menurut masa gestasinya antara lain: kurang bulan (preterm infant) yaitu kurang
dari 259 hari atau 37 minggu, cukup bulan (term infant) yaitu 259-294 hari atau 37-42 minggu,
dan yang terakhir lebih bulan (post term infant) yaitu lebih dari 294 hari atau 42 minggu dan
neonatus dibagi menurut berat lahir antara lain: berat lahir rendah yaitu kurang dari 2.500
gram, berat lahir cukup yaitu 2.500-4.000 gram, dan berat lahir lebih yaitu lebih dari 4.000
gram (Raras, 2015).
Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal dalam 4 minggu pertama dengan 85%
kematian terjadi dalam 7 hari pertama kehidupan (Kementrian Kesehatan RI, 2019). WHO
melaporkan komplikasi intrapartum sebagai penyebab tertinggi kematian neonatus di seluruh
dunia adalah prematuritas yaitu 36%. Di Asia Tenggara, prematuritas /bayi berat lahir rendah
(BBLR) menyumbang angka 27% sebagai penyebab kematian neonatus tertinggi kedua setelah
infeksi neonatal (36%) (Kementrian Kesehatan RI, 2019).
Bayi dengan BBLR mempunyai organ yang belum matur maka dari itu mengalami
kesulitan untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar. Berat bayi lahir rendah sebagai
faktor utama kenaikan mortalitas, morbiditas serta disabilitas bayi dan juga memberikan akibat
masa panjang terhadap kehidupannya di masa depan (Alya, 2015), Bayi BBLR mempunyai
resiko tinggi akan mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan
sepanjang masa kanak-kanak dibandingkan bayi yang lahir dengan berat badan normal atau
wajar. (Rajashree, 2015).
Komplikasi yang di alami bayi dengan berat lahir rendah meliputi asfiksia, aspirasi atau
gagal bernafas secara spontan dan teratur sesaat atau beberapa menit setelah lahir, hipotermia
atau gangguan termoregulasi, gangguan nutrisi dan resiko infeksi. Masalah pada bayi dengan
berat badan lahir rendah juga meliputi permasalahan pada system pernafasan, susunan syaraf
pusat, kardiovaskuler, hematologi, gastrointestinal, ginjal dan termoregulasi (Atikah dan
Cahyo, 2018).

56
Upaya untuk menurunkan angka BBLR dan mengantisipasi angka BBLR yang turun
untuk tidak meningkat kembali.Salah satu dapat dilakukan guna mencegah terjadinya BBLR
adalah Mengusahakan semua ibu hamil mendapatkan perawatan antenatal yang
komprehensif.Memperbaiki status gizi ibu hamil, dengan mengkonsumsi makanan yang lebih
sering atau lebih banyak, dan lebih diutamakan makanan yang mengandung nutrient yang
memadai. Menghentikan kebiasaan merokok, menggunakan obat-obatan terlarang dan alcohol
pada ibu hamil. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan di mulai sejak umur kehamilan muda.Apabila kenaikan berat badannya
kurang dari 1 kg per bulan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan ahli gizi (Atikah dan Cahyo,
2019).
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang
sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil
kemungkinan besar akan melahirkan bayi sehat, cukup bulan dengan berat badan normal.
Untuk mengetahui status gizi ibu hamil dapat diketahui dengan parameter Berat Badan,
Hemoglobin (Hb), dan Lingkar Lengan Atas (LILA). Salah satu cara untuk mengetahui apakah
ibu hamil menderita KEK atau tidak bila ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5
cm maka ibu hamil tersebut dikatakan KEK atau kurang gizi dan berisiko melahirkan bayi
dengan BBLR (Mayanda, 2018).
Merawat dan memenuhi kebutuhan bayi BBLR membutuhkan perhatian yang lebih
dibanding dengan merawat bayi dengan berat lahir normal karena Berat bayi lahir rendah
memiliki kerentanan resiko lebih tinggi terinfeksi penyakit, gagal tumbuh organ dan resiko
kematian dibanding bayi lahir dengan berat normal.(Rita Setyani Hadi Sukirno, 2019).
Peran perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan ibu post partum dengan berat
bayi lahir rendah adalah pemenuhan kebutuhan nutirisi pada bayi yaitu pembrian ASI ,
memonitor suhu tubuh , melakukan metode kangguru, memberikan terapi pijat untuk
menaikkan berat badan bayi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas diperoleh rumusan masalah “Bagaimanakah Asuhan
Keperawatan Anak pada Klien Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dengan Masalah
Keperawatan Defisit Nutrisi di Ruang NICU?”

57
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Anak pada Klien Dengan
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dengan Masalah Keperawatan Defisit Nutrisi di
Ruang NICU.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi pengkajian keperawatan pada klien dengan BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah) dengan Masalah Keperawatan Defisit Nutrisi di Ruang
NICU.
1.3.2.2 Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada klien dengan BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah) dengan Masalah Keperawatan Defisit Nutrisi di Ruang NICU.
1.3.2.3 Mengidentifikasi perencanaan keperawatan pada klien dengan BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah) dengan Masalah Keperawatan Defisit Nutrisi di Ruang
NICU.
1.3.2.4 Mengidentifikasi tindakan keperawatan pada klien dengan BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah) dengan Masalah Keperawatan Defisit Nutrisi di Ruang NICU.
1.3.2.5 Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada klien dengan BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah) dengan Masalah Keperawatan Defisit Nutrisi di Ruang NICU.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Penelitian
1.4.1.1 Manfaat Teoritis
Laporan ini diharapkan mampu menjadi salah satu pengetahuan baru
mengenai keperawatan anak, khususnya perawatan pada klien dengan BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah) bagi pembaca baik bagi kalangan mahasiswa
keperawatan maupun umum.
1.4.1.2 Bagi Perawat
Perawat dapat mengaplikasikan rencana dan tindakan keperawatan anak
pada klien yang mengalami BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), terutama rencana
dan tindakan yang berprinsip pada pencegahan/tindakan preventif.
1.4.1.3 Manfaat Bagi Instirusi Pendidikan
Institusi pendidikan dapat menggunakan hasil karya tulis ini sebagai salah
satu referensi dalam mengajarkan keperawatan anak khususnya bagi klien dengan
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).

58
1.4.1.4 Manfaat Bagi Keluarga
Dapat meningkatkan pengetahuan dan peran serta orang tua dalam
merawat anak dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).

59
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 KONSEP PENYAKIT


2.1.1 Definisi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
Berat badan lahir rendah (BBLR) didefinisikan sebagai anak dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. Dahulu “berat badan lahir rendah” diartikan sebagai bayi
prematur. Namun, WHO mengubah pernyataan tersebut karena tidak semua bayi yang
lahir dibawah 2.500 gram. Definisi BBLR di Indonesia hampir sama dengani definisi
WHO, artinya jika berat badan bayi kurang dari 2500 gram aspek usia kehamilan tidak
diperhitungkan dan berat badan anak ditimbang 24 jam pertama setelah lahir (Kemenkes
RI, 2016 ; (Kognisi et al., 2021).
Menurut Sembiring (2017) Berat badan lahir rendah yaitu keadaan bayi lahir
dengan berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. berat lahir adalah
berat badan bayi lahir yang ditimbang dalam 1 jam setelah dilahirkan. Bayi yang
mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah jika berat bayi tersebut kurang
dari angka 2500 gram atau 2.5 kg tanpa melihat periode waktu bayi berada dalam rahim.
BBLR dapat terjadi dikarenakan usia kehamilan yang kurang dari usia normal yaitu 37
minggu dan berat bayi pun lebih rendah dari bayi pada umumnya (Kemenkes, 2018,
dalam Rizka, 2021).
2.1.2 Etiologi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
Menurut (Rizka, 2021) Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat,
multifaktor sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan
pencegahan namun, penyebab terbanyak terjadi bayi BBLR adalah prematur. semakin
muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat
terjadi. Menurut Sudarti (2016). Penyebab terbanyak terjadi BBLR adalah kelahiran
premature, faktor ibu umur, paritas dan lain lain. faktor-faktor yang berhubungan
dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut:
a. Faktor ibu
1) Penyakit Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya:
pendarahan antepartum, trauma fisik, psikologis dan DM.
2) Usia ibu Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia <20 tahun, dan
multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. kejadian terendah bayi BBLR
ialah pada usia antara 20-35 tahun.
3) Keadaan sosial ekonomi Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi
rendah. Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat. Keadaan gizi

60
yang kurang baik. pengawasan antenatal yang kurang. Kejadian prematuritas pada
bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, yang terjadi lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawaninan yang sah.
4) Ibu perokok, ibu peminum alkohol, ibu pecandu obat narkotika penggunaan obat
antimetabolik.
b. Faktor janin
1) Kelainan kromosom
2) Infeksi janin kronik
3) Radiasi
4) kehamilan ganda/kembar
5) Ketuban pecah dini
c. Faktor plasenta
Berat plasenta kurang atau berongga bisa juga keduanya (hidramion). Alas
permukaan berkurang, plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasit), infark. tumor,
plasenta yang lepas, sindrom plaseta yang lepas, sindrom transfuse bayi kembar
(sindrom parabiotik).
d. Faktor lingkungan
1) Polusi udara atau asap rokok
2) Bertempat tinggal di daratan tinggi
3) Terkena radiasi
4) Terpapar zat beracun.
Faktor-faktor yang dapat meyebabkan terjadinya BBLR menurut Hardhi (2016),
adalah :
a. Faktor ibu
1) Umur bumil kurang dari 20 tahun atau di atas 35 tahun
2) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
3) Gizi saat hamil yang kurang
4) Faktor pekerja yang terlalu berat
5) Penyakit menahun ibu seperti hipertensi,jantung dan lain lain
b. Faktor kehamilan
1) Hamil ganda (gemeli)
2) Hamil dengan hidramnion
3) Perdarahan antepartum
c) Komplikasi kehamilan
(1). kejang sebelum atau sesudah melahirkan
(2). ketuban pecah dini

61
d) Faktor janin
(1). Cacat bawaan
(2). Infeksi dalam rahim
e) Faktor pendukung lainnya (nutrisi, perokok, peminum alkohol,
budaya, sosial ekonomi, dan lain-lain) (Rizka, 2021).
2.1.3 Anatomi Fisiologi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
a. Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan pada bayi dengan berat 900 gram alveoli cenderung kecil
dengan adanya sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stoma seluler. Semakin
matur dan bayi lebih besar berat badannya, maka akan semakin besar alveoli, pada
hakekatnya dindingnya dibentuk oleh kapiler. Pusat pernafasan kurang berkembang
dan otot pernafasan bayi ini lemah. Terdapat kekurangan lipoprotein paruparu,yaitu
suatu surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada paru-paru. Pada
bayi tidak ada preterm yang terkecil relaks batuk (Sugihantono, 2017). Dibawah ini
gambar anatomi bayi BBLR :

Hal ini dapat mengarah yang akan timbulnya inhalasi cairan yang
dimuntahkan dengan timbulnya akibat yang serius. Saluran hidung sangat sempit dan
cidera terhadap mukosa nasal mudah terjadi. Hal ini penting untuk diingat ketika
dimasukkan tabung endotrakeal atau tabung nasogastrik melalui hidung. Percepatan
pernafasan dapat bervariasi pada semua bayi yang baru lahir dan bayi preterm. Pada
bayi baru lahir sewaktu istirahat, maka kecepatan pernafasan dapat mencapai 60
sampai 80 per menit, dan akan menurun dendekati kecepatan yang biasa yaitu 34
sampai 36 per menit (Rahayu, 2018).
b. Sistem Sirkulasi

62
Sistem sirkulasi Jantung saat lahir secara relatif kecil, pada beberapa bayi pre-
term akan bekerja lemah dan lambat. Dinding pembuluh darah juga lemah dan
sirkulasi perifer seringkali buruk. Hal ini disebabkan akibat timbulnya
kecenderungan perdarahan intrakanial yang terlihat pada bayi prematur. Tekanan
darah lebih rendah dibandingkan dengan bayi aterm, terjadinya penurunan berat dan
juga tingginya menurun. Tekanan sistolik pada bayi aterm sekitar 80 mmhg dan pada
bayi pre-term 45 sampai 60 mmhg. Semakin lemah reflek menelan dan menghisap,
bayi yang paling kecil cenderung tidak mampu untuk minum secara efektif.
Regurgitasi adalah hal yang mungkin sering terjadi. Hal ini disebabkan karena
spingter pilorus yang secara relatif kuat dan mekanisme penutupan spingter jantung
yang kurang berkembang (Sinta et al., 2019).
c. Sistem Pencernaan
Pencernaan bergantung pada perkembangan dari alat pencernaan itu sendiri.
Lambung dari bayi dengan berat 900 gram akan memperlihatkan adanya sedikit
lipatan mukosa, glandula sekretoris, demikian otot kurang berkembang. d. Sistem
urinarius Pada saat lahir perubahan lingkungan harus disesuaikan oleh fungsi ginjal,
dengan adanya angka filtrasi glumerolus yang menurun maka fungsi ginjal akan
kurang efisien, dan bahan terlarut yang juga rendah. Hal ini akan terjadinya
penurunan kemampuan untuk mengkonsentrasi urin sehingga menyebabkan urin
akan sedikit. Gangguan elektrolit dan keseimbangan air mudah terjadi (Sugihantono,
2017).
d. Sistem persarafan
Perkembangan saraf sebagian besar tergantung pada derajat maturitas. Hal ini
akan menyebabkan kurang berkembangnya pusat pengendali fungsi vital, suhu
tubuh, pernafasan, dan pusat reflek. Pada bayi prematur yang ditemukan reflek leher
tonik dan reflek moro di, tetapi reflek tandon bervariasi. Bayi kecil lebih lemah
dibangunkan dan mempunyai tangisan yang lemah yang disebabkan karena buruknya
perkembangan saraf (Syaifudin, 2016).
2.1.4 Patofisiologi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
Secara teoritis pada BBLR terdapat hipotermia karena sistem organ belum
berfungsi secara sempurna, paru yang belum matur dapat menyebabkan peningkatan
kerja nafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. BBLR termasuk faktor utama dalam
peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, dampak jangka panjang
terhadap bayi BBLR ialah bayi mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan,
gangguan berbicara atau komunikasi, gangguan neurologi dan gangguan hiperaktif
terhadap kehidupannya di masa depan (Kusparlina,2016).

63
BBLR dapat mengalami hipotermia melalui beberapa mekanisme yang berkaitan
dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas. Adanya Hipotermia terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan
sekitar dan terjadi mekanisme tubuh kehilangan panas secara konduksi, konveksi,
radiasi, dan evaporasi pada tubuh. Masalah pernafasan juga akan muncul sehingga akan
mengganggu dalam pemenuhan nutrisi secara oral dan potensial juga, untuk kehilangan
panas bayi dengan masalah BBLR seperti suhu tubuhnya tidak stabil, lemak subcutan
yang sedikit, belum matangnya sistem saraf, dan pengatur suhu tubuh, sehingga
menyebabkan hipotermia (Yuliana, 2017).

64
2.1.5 Pathway BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

Faktor Janin Faktor Lingkungan


Faktor Ibu
1. Hidroamnion 1. Tempat tinggal di dataran
Faktor Penyakit (Tassemia tinggi
2. Kehamilan Ganda
Gravidaum), Trauma Fisik 2. Radiasi
3. Kelainan Kromosom
3. Zat-zat beracun

BBLR

Kulit Tipis dan Lemak Subkutan Imaturitas Sistem Pernafasan Refleks Menelan dan
Menghisap Belum Baik
O2 Dalam Darah Menurun
Tidak Dapat Menyimpan Panas
Intake nutrisi tidak adekuat
CO2 tinggi
Mudah Kehilangan Panas Asupan gizi kurang
Asidosis
Kedinginan Sel-sel kekurangan nutrisi

Kerusakan sel
MK : Hipotermia MK : Gangguan
Pertukaran Gas
Penurunan BB
MK : Resiko Infeksi
MK : Defisit Nutrisi

Sumber : Vivian, 2016

2.1.6 Manifestasi Klinis


Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah mempunyai ciri-ciri :
a. Berat badan < 2500 gram
b. Panjang badan < 45 cm, lingkar kepala < 33, lingkar dada
c. Kepala bayi lebih besar dari badan, rambut kepala tipis dan halus, elastisitas daun
telinga
d. Dada : dinding thorak elastis, puting susu belum terbentuk.
e. Abdomen : distensi abdomen, kulit perut tipis pemuluh darah kelihatan
f. Kulit : tipis, transfaran, pembuluh darah, kelihatan
g. Jaringan lemak subkutan sedikit, lanugo banyak.
h. Genatalia : Laki-Laki skrotum kecil, testis tidak teraba, Perempuan labio mayora
hampir tidak ada,klitoris menonjol
i. Eksterimitas : kadang eodema, garis telapak kaki sedikit.

65
j. Motorik : pergerakan masih lemah. (Vivian, 2016).
2.1.7 Komplikasi BBLR
Komplikasi yang terjadi pada bayi BBLR menurut (vivian, 2016) antara adalah:
a. Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempuma
b. Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belum sempurna
c. Perdarahan intraventrikuler: perdarahan spontan di ventrikel otak lateral disebabkan
anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan terjadinya kegagalan
peredaran darah sistemik.
d. Hipotermia,karena sumber panas bayi prematur baik lemak subkutan yang masih
sedikit maupun jaringan lemak yang mudah terbakar belum terbentuk.
Beberapa ciri bayi hipotermia antara lain:
1) Bayi mengigil (walaupun biasanya ciri ini tidak mudah terlihat pada bayi kecil).
2) Kulit bayi terlihat belang-belang merah bercampur putih ataupun timbul bercak-
bercak.
3) Gerakan bayi kurang dari normal.
4) Tubuh bayi menjadi biru ,dilihat dari bibir dan ujung-ujung kukunya (Walyani,2015).
5) Terjadi penurunan suhu dibawah rentan normal, suhu dibawah rentan normal yaitu
36,5ºC-37,5ºC.
Mekanisme bayi kehilangan panas menurut (Thewidya et al., 2018) :
a) Konduksi
Proses transfer panas antara dua permukaan melalui kontak langsung. Jumlah panas
yang ditransfer tergantung dari perbedaan suhu antara dua objek yang mengalami
kontak. Konduksi di dalam proses anestesi dapat dicegah dengan memanaskan
cairan intravena dan larutan irigasi yang berpotensi untuk menurunkan suhu tubuh
dengan cepat. Pasien juga harus diperhatikan tidak boleh kontak langsung dengan
permukaan metalik, karena metal mempunyai konduktifitas yang tinggi terhadap
termal dan dapat memfasilitasi transfer panas.
b) Radiasi
Perpindahan panas secara radiasi terjadi antara dua objek yang berbeda temperatur
yang tidak mengalami kontak satu sama lain (contoh panas matahari memanasi bumi
dengan radiasi). Kehilangan panas melalui radiasi terjadi karena adanya perbedaan
suhu antara suhu ruangan dengan tubuh pasien. Menghangatkan ruangan operasi
akan mengurangi kehilangan panas secara radiasi. Menutupi tubuh akan mengurangi
kehilangan panas melalui konveksi dan radiasi.
c) Konveksi

66
Kehilangan panas tubuh melalui konveksi terjadi karena perpindahan molekul yang
bergerak, seperti udara atau cairan.
d) Evaporasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah kelembapan udara, kecepatan
aliran udara, dan ventilasi paru semenit. Kehilangan melalui evaporasi terjadi
melalui tiga komponen: sensible water loss melalui keringat; insensible water loss
melalui kulit, traktus respirasi, luka operasi yang terbuka; dan evaporasi dari cairan
yang dituangkan ke kulit seperti larutan antibakteri.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Natalina, 2020) pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intyrauterin serta menemukan
gangguan perttumbuhan, misalnya pemeriksaan USG.
b. Memeriksa kadar gula darah dengan destrostix atau di laboratorium.
c. Pemeriksaan hematokrit.
d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK
e. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi
mekonium.
2.1.9 Penatalaksanaan
Menurut (Natalina, 2020) penatalaksanaannya sebagai berikut:
a. Pengaturan Suhu Tubuh
Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di lingkungan
yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relatif
lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak dibawah
kulit dan kekurangan lemak coklat ( brown fat). Untuk mencegah hipotermia, perlu
diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat
komsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi
dirawat dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari
2000 gr adalah 35C dan untuk bayi dengan BB 2000 gr sampai 2500 gr 34C, agar
ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37C. Kelembaban inkubator berkisar
antara 50-60 persen . Kelembaban yang lebih tinggi di perlukan pada bayi dengan
sindroma gangguan pernapasan. Suhu inkubator dapat di turunkan 1 C per minggu
untuk bayi dengan berat badan 2000 gr dan secara berangsur angsur ia dapat
diletakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27 C-29C.Bila
inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol-botol hangat di sekitarnya atau dengan memasang lampu
petromaks di dekat tempat tidur bayi atau dengan menggunakan metode kanguru.

67
Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekiter 36C-37C adalah dengan
memakai alat perspexheat shield yang diselimuti pada bayi di dalam inkubator. Alat
ini berguna untuk mengurangi kehilangan panas karena radiasi. Akhir-akhir ini telah
mulai digunakan inkubator yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor
(thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu inkubator di kontrol oleh
alat servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada
derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi
dengan berat lahir yang sangat rendah.Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan
popok. Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan
umum,perubahan tingkah laku, warna kulit, pernapasan, kejang dan sebagainya
sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini mungkin dan tindakan serta
pengobatan dapat dilaksanakan secepat – cepatnya.
b. Pencegahan Infeksi.
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh, khususnya
mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan
oleh infeksi nosokomial. Kerentanan terhadap infeksi disebabkan oleh kadar
imunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktifitas baktersidal neotrofil,
efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman.
Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi diagnosa dini dapat
ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan (kelainan) tingkah laku bayi
sering menandakan infeksi umum. Perubahan tersebut antara lain : malas menetek,
gelisah, letargi, suhu tubuh meningkat, frekwensi pernafasan meningkat, muntah,
diare, berat badan mendadak turun.Fungsi perawatan disini adalah memberi
perlindungan terhadap bayi BBLR dari infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak
boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan
abjun khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata,
hidung, kulit, tindakan aseptik dan antiseptik alat – alat yang digunakan, isolasi
pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien yang idea, mengatur kunjungan,
menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan
pemberian antibiotik yang tepat.
c. Pengaturan Intake
Pengaturan intake adalah menetukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal
pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu)
merupakan pilihan pertama jika bayi mampu mengisap. ASI juga dapat dikeluarkan
dan diberikan pada bayi jika bayi tidak cukup mengisap. Jika ASI tidak ada atau
tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan susu formula yang

68
komposisinya mirip mirip ASI atau susu formula khusus bayi BBLR. Cara
pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk
mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam
inkubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur inkubator harus
diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat
diberi makan dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat
mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya,
makanan diberikan melalui NGT. Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan
kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam
dilakukan pada bayi dengan Berat Badan lebih rendah.
d. Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea, bronchiolus,
bronchiolus respiratorius, dan duktus alveeolaris ke alveoli. Terhambatnya jalan
nafas akan menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi
BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran
sehingga dapat lahir dengan asfiska perinatal. Bayi BBLR juga berisiko mengalami
kurangnya suplai oksigen, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup
yang sebelumnya di peroleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan
pembersihan jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada
posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila
tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan
pemberian natrium bikarbonat dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake
dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat mencegah sekaligus
mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR.
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Proses keperawatan merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama
pasien dalam menentukan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, penentuan
diagnosis, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, serta pengevaluasian hasil asuhan
yang telah diberikan dengan berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan. Setiap tahap
saling bergantung dan berhubungan (Abarca, 2021).
2.2.1 Anamnesis/ Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pertama dalam proses keperawatan. Tahap pengkajian
adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk menentukan status kesehatan
dan fungsi kerja serta respon klien pada saat
ini dan sebelumnya. (Hendarsih, 2016).
a. Identitas klien

69
Pada bayi BBLR identitas klien berupa berat badan bayi <1.500 gram,
jenis kelamin, usia gentasi <37 minggu (Yulistini, 2015).
b. Keluhan utama
Menurut Sartika (2015) keluhan utama yang dialami oleh bayi dengan
berat badan lahir rendah dengan hipotermia karena sumber panas bagi
bayi prematur baik lemak subkutan yang masih sedikit maupun brown
fat belum terbentuk.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi dengan riwayat dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Sulistyorini, 2015).

d. Riwayat kesehatan dahulu


Ibu dengan riwayat kelahiran prematur, umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari
35 tahun, jarak kedua kehamilan yang terlalu dekat (Lestari, 2016).
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti
kelainan kardiovaskuler.
f. Riwayat kehamilan atau persalinan
1) Riwayat kehamilan
Keadaan ibu yang beresiko tinggi yang menyebabkan BBLR adalah mempunyai
penyakit hipertensi, toksemia, plasenta pravia, abrupsio plasenta, inkopenten
servikal, kehamilan kembar, malnutrisi dan diabetes meilitus, status sosial
ekonomi yang rendah dan tiadanya perawat sebelum kelahiran (prenatal care),
riwayat kelahiran premature atau aborsi, penggunaan obat-obatan, alkohol, rokok,
kafein.
2) Riwayat ibu
Umur dibawah 16 tahun atau diatas usia 35 tahun dan latar pendidikan yang
kurang, rendahnya gizi, kehamilan yang berdekatan dan penyakit hubungan
seksual lain. (Pratiwi, 2015).
3) Riwayat persalinan
4) Riwayat post natal
g. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Riwayat nutrisi
Masalah pemberian asi pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh bayi dengan
BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap.
Bayi dengan BBLR sering- sering mendapatkan pemberian ASI dalam jumplah

70
yang lebih sedikit tetapi sering. Bayi BBLR dengan kehamilan > 35 minggu dan
berat lahir 2000 gram umumnya bisa langsung menetek (Proverawati, 2016)
2) Pola makan dan minum
Air susu ibu (ASI) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu menghisap. ASI
merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI adalah pilihan yang harus
didahulukan untuk diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau memasang sonde ke
lambung. Permukaan cairan yang diberika sekitar 200cc/kg BB/hari. Pemberian
makanan interval tiap jam dilakukan pada BBLR. Reflek hisap yang lemah,
sehingga pemberian minum sebaiknya sediki demi sedikit, tetapi dengan frekuensi
yang lebih sering (Sulistyorini, 2017).
3) Pola eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ tubuh terutama
pencernaan belum sempurna.
4) Pola kebersihan diri (personal hygiene).
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat BAB
dan BAK, saat BAB dan BAK harus diganti popok khusus bayi BBLR yang kering
dan halus.
5) Pola tidur
Terlihat gerak bayi masih pasif, tangisannya masih merintih, meskipun keadaan
lapar bayi tetap tidak menangis, bayi cenderung lebih banyak tidur dan pemalas.
Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
(Proverawati, 2010).
6) Pemeriksaan Fisik
a) Antropometri
Berat badan normal bayi 2500-4000 gram, panjang aterm kepala ke tumit rata-
rata 45-53 cm, lingkar kepala normalnya 34-39 cm, lingkar dada ukuran normal
31-33cm, lingkar lengan atas normal saat lahir 11 cm.
b) Kepala
Inspeksi : Simetris/tidak, persebaran rambut merata/tidak.
Palpasi : Fontanela menutup/tidak cekung/tidak, ubun- ubun
cekung/cembung/datar, lingkar kepala, nyeri tekan/tidak, maulding/moulase
tulang kepala tumpang tindih/tidak.
c) Wajah
Inspeksi Simetris/tidak, warna kulit sama/tidak, pucat/tidak. Palpasi : Nyeri
tekan/tidak.

71
d) Mata
Inspeksi : Simetris/tidak, konjungtivanormal/anemis, sklera
(putih,bersih,ikterus), pupil miosis/midriasis, bersih/tidak, mata cowong/tidak,
bentuk bola mata menonjol/cekung/normal.
Palpasi : Nyeri tekan/tidak
e) Hidung
Inspeksi : Simetris/tidak, pernafasan cuping hidung iya/tidak, adanya
pembengkakan sputum hidung/tidak, ada polip/tidak, ada sekret/tidak.
Palpasi : Nyeri tekan/tidak.
f) Telinga
Inspeksi : Simetris/tidak, ada serumen/tidak, tulang rawan sudah
matang/belum, ketiak ditekuk kembali/tidak
Palpasi : Daun telinga keras/lunak, ada nyeri tekan /tidak.
g) Dada dan Punggung
Inspeksi :Simetris/tidak, ada pergerakan dada/tidak, adanya penonjolan/tidak
Palpasi : Nyeri tekan/tidak
h) Abdomen
Inspeksi : Perut tampak buncit/kembung, pembuluh darah tampak/tidak
Palpasi : Nyeri tekan/tidak pada area abdomen
Auskultasi : Peristaltik usus dapat terdengar antara 9-30x/menit,
timpani/hipertimpani.

i) Genetalia dan Anus


Pada bayi perempuan labia minora belum tertutup dengan labia
mayora, pada bayi laki-laki didapatkan testis yang belum turun
j) Ekstremitas
Otot-otot masih hipotonik, kepala mengarah kesatu sisi, pergelangan kaki dan
sendi lutut dalam fleksi/lurus.
k) Refleks
1) Refleks Rooting
Reflek in karena stimulasi taktil pada pipi dan daerah mulut, bayi akan
merutar kepala seakan-akan mencari puting susu. Pola perkembangan
menghilang di usia 3- 7 bulan bila tak ada respons: Bayi kurang bulan
(prematur) atau kerungkinan adanya kelainansensorik.
2) Reflek Sucking

72
Reflek menghisap bila ada objek disentuhkan / dimasukkan ke mulut pola
perkembangan menghilang di usia 3-7 bulan bila tdk ada respon, reflek
menghisap dan menelan akan terjadi pada kehamilan 34 minggu, kelainan
saluran pernapasan dan kelainan pada mulut termasuk langit-langit mulut.
3) Refleks Moro/Startl
Reflek di mana bayi akan mengembangkan tangan dan jari lebar-lebar, lalu
mengembalikan dengan yg cepat seakan - akan memeluk jika tiba-liba
dikejutkan oleh suara atau gerakan pola perkembangan hilang di usia 3-4
bulan bila tak ada respons, menunjukkan fraktur atau cedera pada bagian
tubuh tertentu.
4) Refleks menggenggam (Grasp)
Reflek yang timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi, maka
bayi akan menutup telapak tangannya, menghilang di usia 3-4 bulan bila tak
ada respons menunjukkan kelainan pada saraf otak.
5) Reflek Plantar
Reflek yang timbul bila telapak kaki disentuh, maka bayi akan menutup
telapak kakinya, menghilang di usia 8 bulan.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untuk membuat
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan merupakan proses perfikir kompleks
tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi
pelayanan kesehatan. Proses diagnosa keperawatan dibagi menjadi kelompok
interpretasi dan menjamin keakuratan diagnosa dari proses keperawatan itu sendiri.
Perumusan pernyataan diagnosa keperawatan memiliki beberapa syarat yaitu
mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan antara sesuatu yang aktual, resiko,
dan potensial dalam diagnosa keperawatan (Sulistyorini 2015). Berdasarkan manifestasi
klinis dengan BBLR, maka
diagnose yang muncul sesuai dengan SDKI, SIKI, SLKI 2018 sebagai berikut :
a. Hipotermia berhubungan dengan berat badan ekstrem
1) Data Mayor:
Subjektif: -
Objektif
a) Kulit teraba dingin
b) Menggigil
c) Suhu tubuh di bawah nilai normal
2) Data Minor:

73
Subjektif: -
Objektif:
a) Akrosianosis
b) Bradikardi
c) Dasar kuku sianosis
d) Hipoglikemia
e) Hipoksia
f) Pengisiaan kapiler >3 detik
g) Konsumsi oksigen meningkat
h) Ventilasi menurun
i) Piloereksi
j) Takikardi
k) Vasokonstriksi perifer
l) Kutis memorata (pada neonates)
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
1) Data mayor
a) Subjektif : tidak tersedia
b) Objektif : berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal.
2) Data minor
a) Subjektif : cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsumakan
menurun.
b) Objektif : bising usus hiperaktif, otot menelan lemah, membrane mukosa pucat,
diare, serum albumin menurun
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinding dada
1) Data mayor
a) Subjektif : dispnea
b) Objektif : penggunaan otot bantu pernapasan, pola pernapasan abnormal
(takipnea, bradypnea).
2) Data Minor
a) Subjektif : ortopnea
b) Objektif : Pernapasan cuping hidung, diameter thoraks anterior-posterior
meningkat,ventilasi semenit menurun, tekanan inspitasi, eksurasi dada
berubah.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme pantogen
lingkungan.
Faktor Risiko

74
1. Penyakit kronis (mis, diabetes melitus)
2. Efek prosedur invasive
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
1) Gangguan peristaltic
2) Kerusakan integritas kulit
3) Perubahan sekresi pH
4) Penurunan kerja siliaris
5) Ketuban pecah lama
6) Ketuban pecah sebelum waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan tubuh
Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
1) Penurunan hemoglobin
2) Mununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan kepada klien sesuai
dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi. Dalam
teori perencanaan keperawatan dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil
berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI). Perencanaan keperawatan dan disesuaikan dengan
kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat diselesaikan
dengan Spesifik, Measure, Arhieverble, Rasional, Time (SMART) selanjutnya akan
diuraikan rencana asuhan keperawatan dari diagnosa yang ditegakkan (SDKI, 2016).
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
1. Hipotermia Setelah dilakukan Manajemen hipotermia
berhubungan Intervensi keperawatan Observasi
dengan selama 3 x 24 jam, 1. Monitor suhu tubuh.
berat badan maka Termoregulasi 2. Manajemen hipotermia
ekstrem. Neonatus membaik Observasi
dengan kriteria hasil: 1. Monitor suhu tubuh bayi

75
1. Suhu tubu membaik. 2. Identifikasi penyebab
2. Suhu kulit membaik. hipotermia
3.Pengisian kapiler 3. Monitor tanda gejala akibat
membaik. hipotermia
4. Ventilasi membaik Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
hangat (incubator)
2. Ganti pakaian dan atau linen
yang basah
3. Lakukan penghangatan pasif
(selimut, penutupkepala,
pakaian tebal)
4. Lakukan penghangatan aktif
eksternal (perawatan metode
kanguru)
5. Lakukan penghangatan aktif
internal (misalnya. Infus
cairan hangat, oksigen
hangat, lavase peritoneal
dengan cairan hangat).

Edukasi
1. Anjurkan makan/minum
hangat.
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
berhubungan intervensi keperawatan Observasi
dengan selama 5x24 jam, maka 1. Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan status nutrisi bayi 2. Identifikasi alergi dan
menelan membaik, dengan intoleransi makanan
makanan. kriteria hasil : 3. Identifikasi perlunya
1. Berat badan penggunaan selang
meningkat nasogastric
2. Panjang badan 4. Monitor berat badan
meningkat Terapeutik
3. Bayi cengeng 1. Lakukan oral hygiene
menurun sebelum makan, jika perlu

76
4. Pucat menurun 2. Melakukan pijat bayi dan
5. Kesulitan makan perawatan metode kanguru
menurun (Renato dkk, 2010).
Pijat Bayi (Rachmiati,2015)
a. Bayi dalam posisi
ditengkurapkan.
b. Kepala : usap kepala dari
puncak kepala sampai leher,
kemudian kembali lagi ke
puncak kepala dilakukan
sebanyak 6 kali dalam 5 detik
c. Bahu : dengan dua jari kedua
tangan kanan dan kiri usap
kedua belah bahu bayi dari
pertengahan punggung ke
pangkal lengan, kemudian
kembali ke pertengahan
selama 5 detik diulangi
sebanyak 6 kali
d. Punggung : dengan dua jari
kedua tangan usaplah leher ke
pantat, lalu kembali ke leher
ulangi gerakan sebanyak 6
kali
e. Kaki : dengan dua jari kedua
tangan usaplah kedua kaki
secara bersamaan. Dari
pangkal paha ke pergelangan
kaki, kemudian kembali lagi
ke pangkal paha, ulangi
gerakan sebanyak 6 kali
f. Lengan : dengan dua jari
kedua tangan usaplah kedua
lengan secara bersamaan.
Dari pangkal bahu ke
pergelangan tangan,

77
kemudian kembali ke pangkal
bahu, ulangi gerakan
sebanyak 6 kali
Perawatan Metode kanguru
(PMK)
a. Persiapkan bayi sebelum
masuk gendongan kangguru
seperti bayi diukur suhu,
dilepaskan semua pakaian
bayi, pakaikan topi dan popok
(Rahayu, 2018).
b. Masukkan bayi dalam
gendongan kangguru.
c. Bayi diletakkan tegak lurus
didada ibu.
d. Kulit bayi menempel pada
kulit ibu.
e. Letakkan antara kulit dada ibu
dan bayi seluas-luasnya
f. Kepala bayi sedikit tengadah
supaya bayi dapat bernafas
g. Ikat gendongan harus kuat
untuk menghindari bayi tidak
jatuh ketiga ibu selesai duduk
kemudian berdiri
h. Hentikan prosedur apabila
bayi rewel, gelisah,
menangis, BAB, BAK.
i. Durasi PMK diberikan
minimal selama 1 jam
(Setiyawan et al, 2019)
Kolaborasi
1. Kolaborasi ahli gizi, jika perlu
3. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
efektif intervensi keperawatan Observasi
berhubungan selama 5x24 jam, maka 1. Monitor pola napas bayi

78
dengan pola napas membaik 2. Monitor bunyi napas bayi
deformitas dengan kriteria hasil : 3. Monitor sputum
dinding dada 1. Dispnea menurun (jumlah,warna,aroma)
2. Penggunaan otot Terapeutik
bantu napas menurun 1. Lakukan penghisapan lender
3. Pemanjangan fase kurang dari 15 detik
ekspirasi menurun 2. Berikan oksigen pada bayi
4. Frekuensi napas 3. Lakukan fisioterapi dada (jika
membaik perlu)
5. Kedalaman napas Kolaborasi
membaik 1. Kolaborasi pemberian
6. Ekskursi dada bronkodilator,
membaik ekspektoran,mukolitik, jika
perlu
4. Risiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
berhubungan intervensi keperawatan Observasi
dengan selama 3 x 24 jam, 1. Monitor tanda dan gejala
Peningkatan maka Kontrol Risiko infeksi lokal dan sistemik
paparan meningkat dengan Terapeutik
organisme kriteria hasil: 1. Batasi jumlah pengunjung
patogen 1.Kemampuan mencari 2. Cuci tangan sebelum dan
lingkungan. informasi tentang sesudah kontak pasien dan
faktor resiko lingkungan luar
2. Kemampuan dalam 3. Pertahankan teknik aseptic
mengidentifikasi pada pasien berisiko tinggi
faktor resiko Edukasi
3. Kemampuan dalam 1. Jelaskan tanda dan gejala
melakukan strategi 2. Ajarkan keluarga mencuci
kontrol faktor resiko tangan dengan benar dan
4. Kemampuan dalam ajarkan etika batuk
memodifikasi 3. Anjurkan meningkatkan
lingkungan asupan nutrisi
5. Kemampuan untuk Kolaborasi
menghindari faktor 1.Kolaborasi dalam pemberian
resiko imunisasi, jika perlu

79
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain
Desain yang digunakan adalah studi kasus dengan metode kualitatif dimana
Mahasiswa/i Profesi Ners melakukan proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian
hingga evaluasi kemudian menganalisis terkait masalah-masalah yang ditemukan dari konsep
teori yang ada dengan kriteria inklusi pasien meliputi diagnosa medis dan dokumentasi asuhan
keperawatan bayi BBLR dengan defisit nutrisi, hipotermia, resiko infeksi.
1. Tempat : Ruang NICU RSHB Batam
2. Waktu : waktu pengambilan data pada hari Selasa 09-01-2024 dan waktu pemberian
intervensi pada hari Rabu 10-01-2024
3.2 Prosedur Pelaksanaan
3.2.1 Pelaksanaan / pengajuan judul studi kasus
3.2.2 Pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara
3.2.3 Pelaksanaan intervensi dan implementasi kepada klien serta penyusunan laporan asuhan
keperawatan
3.2.4 Melakukan seminar hasil dari kasus yang dikelola
3.3 Evidance Based terkait Kasus yang Diambil
Pada asuhan keperawatan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) pada By. Ny. F telah dilakukan
intervensi keperawatan sesuai evidence based menurut penelitian Lily, dkk (2020) dengan
judul improvement of body weight on lbw baby with care of kanguru (PMK) method in rsud
wates kulonprogo dengan desain penelitian analisa deskriptif dengan rancangan n One-Group
Pretest-Postest (Satu kelompok Pretest-Postest).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lily (2020) ini terdapat data rumah sakit umum daerah
berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo tahun 2017 kejadian bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di daerah Kulon Progo sebanyak 377 bayi, jumlah ini
meningkat dibandingkan dengan tahun 2018 yaitu sebesar 322 bayi. Salah saturumah sakit
dengan kejadian BBLR tertinggi di Kabupaten Kulon Progo terjadi di RSUD Wates (Dinkes
Kulon Progo, 2018). Selama tahun 2017 terdapat 326 bayi BBLR di RSUD Wates Kulon
Progo. Penelitian Lily,dkk ini dalam upaya untuk meningkatkan berat badan bayi berat lahir
rendah atau lahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan
kulit ibu atau skin-to-skin contact, di mana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk
menghangatkan bayi. Metode perawatan ini juga terbukti mempermudah pemberian ASI
sehingga meningkatkan lama dan pemberian ASI. Dari penelitian ini, KMC dilakukan selama
2 jam per hari, didapatkan hasil bahwa nilai rata-rata sebelum PMK adalah 2098.33, dan
80
setelah dilakukan PMK dengan nilai rata-rata 2176.67. Selama 10 hari meningkat 78.33,
dengan nilai t 1.953. Rata-rata sebelum dilakukan PMK adalah 2098.33 dan sesudah
dilakukan PMK adalah 263.486 dengan perbedaan mean 78.33. Korelasi antara sebelum dan
sesudah dilakukan PMK dengan tingkat signifikan 0.001. Nilai uji t adalah -1.953. Hasil uji
statistik menunjukkan nilai p= 0,001 sedangkan taraf nilai signifikansi yaitu α = 0,05 maka
p< α yang artinya ada perbedaan yang signifikan peningkatan berat badan setelah dilakukan
terapi PMK.
Tabel Evidence Based dari Hasil Penelitian untuk BBLR
Penulis Desain Intervensi Komparasi Outcome Hasil Rekomendasi
Pertama Penelitian
(Tahun) & Sampel
Lily, dkk Eksperimen Perawatan PMK Peningkatan Berdasarkan Terdapat
(2020) kuantitatif Metode merupakan Berat Badan hasil pengaruh
Kangguru alternatif dan penelitian perawatan
pengganti Penghangatan tersebut dapat metode kanguru
inkubator dalam Tubuh Klien terlihat terhadap
perawatan bahwa mean peningkatan
BBLR, dengan sebelum berat badan
beberapa dilakukan pada
kelebihan antara PMK adalah neonatus yang
lain merupakan 2098.33 dan mengalami
cara yang efektif sesudah BBLR
untuk dilakukan
memenuhi PMK adalah
kebutuhan bayi 263.486
yang paling dengan
mendasar yaitu perbedaan
adanya kontak mean 78.33.
kulit bayi ke Korelasi
kulit ibu, di antara
mana tubuh ibu sebelum dan
akan menjadi sesudah
termoregulator dilakukan
bagi bayinya, PMK dengan
sehingga tingkat

81
bayi signifikan
mendapatkan 0.001. Nilai
kehangatan uji t adalah -
(menghindari 1.953.
bayi dari
hipotermia),
PMK
memudahkan
pemberian ASI,
perlindungan
dari infeksi,
stimulasi,
keselamatan,
dan kasih
sayang.
Marni, Quasi Terapi Pijat bayi atau Peningkatan Peningkatan Pada penelitian
2019 eksperiment Pijat sering disebut Berat Badan Berat Badan ini
design stimulus touch, Bayi sebelum menunjukkan
dengan merupakan dan setelah nilai P Value=
rancangan sentuhan pijat. 0,000 (< 0,05)
Pretest – komunikasi ditemukan yang
Postest yang nyaman mean berat artinya ada
design antara ibu dan badan perbedaan berat
bayi. Pijat bayi sebelum badan sebelum
sangat dilakukan dan setelah
bermanfaat pemijatan dilakukan
dalam adalah intervensi pijat,
mengoptimalkan 6728,33 sehingga bisa
pertumbuhan sedangkan disimpulkan
dan mean bahwa ada
perkembangan berat badan pengaruh pijat
anak, setelah bayi terhadap
diantaranya dilakukan peningkatan
adalah pemijatan berat badan
meningkatkan adalah 7605. pada bayi.
Hasil ini

82
penyerapan Hasil ini sejalan dengan
makanan menunjukkan penelitian yang
sehingga bayi terjadinya telah dilakukan
lebih cepat lapar peningkatan oleh Irva et al
dan bayi akan mean berat yang
lebih sering badan pada menyatakan
menyusu kepada responden, hal bahwa terjadi
ibunya, ini sesuai peningkatan
sehingga bisa dengan 700 gram
meningkatkan penelitian setelah
berat badan yang Jurnal
pada bayi. dilakukan Kebidanan
Selain itu bayi oleh Virgia Indonesia. Vol
yang yang 10 No 1.
rutin dilakukan menyatakan Januari 2019
pemijatan juga bahwa (12 – 18)
akan terjadi berdasarkan Pengaruh Pijat
peningkatan hasil Bayi Terhadap
kualitas tidurnya penelitian Peningkatan
yang diolah Berat Badan
melalui uji pada Bayi
Mann dilakukan
Whitney pemijatan
didapatkan P selama dua
Value sebesar minggu dengan
0,000 lebih p Value sebesar
kecil dari nilai 0,000 (p <
α (0,05) yang 0,05)
berarti ada ( Irva, et. al.,
pengaruh 2014).
yang
signifikan
pijat bayi
terhadap
perkembangan
neonatus.

83
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Pengkajian

Nama Mahasiswa : Fauziah


Tempat Praktek : Rumah Sakit Harapan Bunda
Tanggal Praktek :

A. Identitas Anak
Nama : By. Ny. F Alamat : Bengkong Indah Swadebi
TTL : Batam, 10-01-2024 Agama : Islam
Usia : 6 hari Suku Bangsa : Batak
Nama Ayah : Tn. S Nama Ibu : Ny. F
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta Pekerjaan Ibu : IRT
Pendidikan Ayah : SMA Pendidikan Ibu : SMA
Diagnosa Medik : BBLR
No RM :41-43-51

B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Riwayat Masuk Rumah Sakit :
By. Ny. F lahir usia kehamilan 36 minggu, berat badan 2360 gram, lahir pada
tanggal 10 Januari 2024 dengan jenis persalinan induksi dengan keadaan
bayi gerak tidak aktif dan kulit agak kebiruan,dan kulit terasa dingin, saat
ini bayi dimasukan ke dalam incubator.
b. Keadaan pasien saat pengkajian :
Keadaan umum bayi lemah, refleks menghisap kurang, dengan BB : 2360
gr, PB : 43 cm, LK : 30 CM, LD : 29 cm, S : 35,9 C, N : 146x/ menit, RR :
30x/ menit, Suhu Inkubator 31,7 C.

2. Riwayat Kesehatan masa lalu


a. Riwayat penyakit yang sama, riwayat faktor resiko terjadinya penyakit saat
ini = ibu klien mengatakan anaknya tidak ada memiliki riwayat penyakit
apapun.

84
b. Riwayat alergi
Ibu klien mengatakan anaknya tidak memiliki Riwayat alergi

c. Riwayat kecelakaan
Ibu klien mengatakan anaknya tidak ada riwayat kecelakaan

d. Riwayat dirawat
Ibu klien mengatakan tidak ada Riwayat di rawat sebelumnya, ini pertama kalinya
anaknya di rawat

e. Riwayat operasi
Ibu klien mengatakan anaknya atidak memiliki riwayat operasi sebelumnya

f. Riwayat pemakaian obat (Obat disini adalah obat-obat yang pernah


pasien konsumsi sebelumnya, baik obat dari dokter maupun obat warung)

g. Riwayat Kehamilan
1) Prenatal
Keluhan selama hamil : (√) Mual, (√) Muntah, (-) Hipertensi
(-) Lain-lain…………….
Pemakaian obat selama hamil: Asam folat dan tablet Ze
2) Intranatal
Penolong persalinan : Dokter
Tempat persalinan : Di Rumah Sakit
Lain-lain : ……………………………………………
3) Postnatal
BB lahir = 2360 gram
Panjang badan = 43cm
Kondisi saat lahir : baik

85
h. Riwayat Imunisasi
Ibu klien mengatakan imunisasi anaknya lengkap

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
seperti yang di alami anaknya

Genogram Keluarga (Minimal Tiga generasi)

Ket :

: Laki-laki

: Perempuan

: Ada Hubungan

: Pasien

: Tinggal Satu Rumah

X : Meninggal

86
C. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh : Ibu Kandung
2. Hubungan dengan anggota keluarga: Ibu Pasien
3. Hubungan dengan teman sebaya :-
4. Pembawaan secara umum :-

D. Kebutuhan Dasar

No Pola Kebiasaan Keterangan


1. Pola makan (frekuensi, jumlah, Reflek hisap dan menelan lemah. Diberikan
ASI sebanyak 30cc/3 jam, jenis nutrisi yang
komposisi)
diberikan berupa ASI.
2. Pola Eliminasi (frekuensi, jumlah,
Bayi Ny. F BAK dalam sehari sebanyak ± 50
warna, konsistensi)
cc, warna kuning pekat, BAK diserap popok
- BAK disposable dan tidak menggunakan alat bantu.
BAB (mekonium) sudah keluar 8 jam setelah
- BAB
lahir, berwarna coklat dan jumlah frekuensi
BAB sekarang ± 3x/hari
3. Pola Istirahat dan Tidur By. Ny. F tampak rewel, gerak tubuh kurang
aktif, Jumlah jam tidur By. Ny. F adalah 15-17
jam/hari.
4. Personal Hygiene Bayi Ny. F setiap pagi di lap dengan air hangat
menggunakan waslap dan tidak menggunakan
sabun atau shampoo, rambut By. Ny. F tidak di
basahi dengan air, dan sesudah dilap di seluruh
badan.

E. Skrining Gizi (berdasarkan adaptasi STRONG kids)


(√ ) Skor 0 : Risiko rendah (Tidak perlu konsultasi
gizi)
( ) Skor 1-3 : Risiko sedang (Bila perlu konsultasi gizi)
( ) Skor 4-5 : Risiko berat (Konsultasi gizi)

87
No Parameter Skor
1 Apakah pasien tampak kurus?
(√) Tidak 0
(-) Ya 1
2 Apakah terdapat penurunan BB selama satu bulan terakhir?
(Berdasarkan penilaian objektif data BB bila ada atau penilaian subjektif
orangtua pasien atau untuk bayi kurang dari 1 tahun: BB tidak naik
selama 3 bulan terakhir)
(√) Tidak 0
(-) Ya 1
3 Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut?
- Diare ≥ 5 kali per hari dan atau muntah lebih dari 3 kali per hari
dalam seminggu terakhir
- Asupan makanan berkurang selama 1 minggu terakhir
(-) Tidak 0
(√) Ya 1
4 Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakbitakan pasien
berisiko mengalami malnutrisi? (lihat Tabel 1)
(√) Tidak 0
(-) Ya 1
Total skor
Tabel 1. Daftar penyakit atau keadaan yang berisiko mengakibatkan malnutrisi
- Diare kronik (> 2 minggu) - Kelainan anatomi daerah mulut yang
- (Tersangka) penyakit jantung bawaan menyebabkan kesulitan makan (misal:
- (Tersangka) infeksi Human Immunodeficiency bibir sumbing)
Virus (HIV) - Trauma
- (Tersangka) kanker - Kelainan metabolik bawaan (inborn
- Penyakit hati kronik error metabolism)
- TBC paru - Retardasi mental
- Luka bakar luas - Keterlambatan perkembangan
- Lain-lain (berdasarkan pertimbangan - Rencana atau paska operasi mayor
dokter):………………………………………… (misal: laparotomi, torakotomi)
- Terpasang stoma

F. Skrining Risiko Luka Tekan

4 3

2
2

4 2

19

88
√ √

G. Risiko Jatuh
( ) Anak usia 12-18 tahun:
Skala Humpty Dumpty : Skor 7-11 : Risiko rendah

Skor >12 : Risiko tinggi

Parameter Kriteria Nilai


< 3 tahun 4
3-7 tahun 3
Usia
7-13 tahun 2
> 13 tahun 1
Jenis Laki-laki 2
Kel min Perempuan 1
Diagnosis eurologi 4
Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratori, dehidrasi, anemia,
3
Diagnosis anoreksia, sinkop, pusing, dsb)
Gangguan perilaku / psikiatri 2
Diagnosis lainnya 1
Tidak menyadari keterbatasan dirinya (gangguan kesadaran retardasi
3
Gangguan mental)
Kognitif Lupa akan adanya keterbatasan (anak-anak yang hipereaktif) 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri (mengetahui kemampuan diri) 1
Riwayat jatuh dari tempat tidur/bayi diletakkan di tempat tidur
4
dewasa
Faktor Pasien menggunakan alat bantu/ bayi diletakkan dalam box/ perabot
3
Lingkungan rumah
Pasien berada di tempat tidur 2
Area diluar Rumah Sakit 1
Pembedahan/ Dalam 24 jam 3
Sedasi/ Dalam 48 jam 2
Anastesi >48 jam atau tidak menjalani pembedahan/sedasi/anastesi 1
Penggunaan multipel: sedative (kecuali pasien ICU yang
menggunakan sedasi dan paralisis), obat hipnotik, barbiturat, 3
Penggunaan fenotiazin, antidepresan, pencahar, diuretik
Medikasi
Penggunaan salah satu obat diatas 2
Penggunaan medikasi lainnya/tidak ada medikasi 1
Jumlah Skor Humpty Dumpty

( ) Anak usia kurang dari 12 tahun: dianggap berisiko tinggi, klip risiko jatuh (di pasien) dan
segitiga (di tempat tidur atau brankar atau kursi roda) warna kuning terpasang:

( ) Ya ( ) Tidak

H. Skrining Nyeri
Apakah pasien mengalami nyeri: ( ) Ya (√) Tidak
Karakteristik Nyeri:
Pencetus nyeri : Lokasi nyeri :
Qualitas nyeri : Waktu/frekuensi nyeri :

89
Skala Nyeri:

 Nyeri Bayi (Skala Peringkat Nyeri Wajah)

0 1 2 3 4 5
Keterangan:
 Wajah 0 sangat senang karena tidak ada nyeri (gembira)
 Wajah 1 nyeri yang sangat sedikit (sedikit tersenyum)
 Wajah 2 nyeri yang sedikit lebih banyak (netral)
 Wajah 3 nyeri lebih banyak (sedikit cemberut)
 Wajah 4 sangat nyeri (cemberut)
 Wajah 5 nyeri sebanyak yang bisa ditoleransi (menangis)
Interpretasi skala nyeri bayi: Nyeri berat

 FLACC Scale (Bila pasien tidak sadar dan tidak menggunakan ventilator)
Kategori Skor
Wajah a. Tidak ada ekspresi khusus seperti senyum 0
b. Kadang meringis atau mengerutkan dahi, menarik diri 1
c. Sering atau terus menerus mengerutkan dahi, rahang mengatup, 2
dan dagu bergetar
Ekstremitas a. Posisi normal atau rileks 0
b. Tidak tenang, gelisah, tenang 1
c. Menendang atau menarik diri 2
Gerakan a. Berbaring tenang posisi normal, bergerak mudah 0
b. Menggeliat-geliat, bolak-balik, berpindah, tegang 1
c. Posisi tubuh, kaku, atau spasme, atau menyentak 2
Menangis a. Tidak menangis 0
b. Merintih, merengek, kadang mengeluh 1
c. Menangis tersedu-sedu, terisak-isak, menjerit 2
Kemampuan a. Senang, rileks 0
ditenangkan b. Dapat ditenangkan dengan sentuhan, pelukan atau bicara, dapat 1
dialihkan
c. Sulit atau tidak dapat ditenangkan dengan pelukan, sentuhan atau 2
distraksi
Total Skor

 Numerical Rating Scale


Berapakah skla nyeri anda?
Nyeri Ringan Nyeri
Sedang Nyeri Berat

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Interpretasi skala nyeri anak:
Nilai Derajat Nyeri:
( ) Nyeri Ringan ( ) Nyeri Sedang ( ) Nyeri Berat
Pengkajian nyeri wajib diisi pada pasien yang mengalamai
nyeri ( ) Nyeri Kronis ( ) Nyeri Akut
Skala nyeri :
90
Lokasi :
Durasi :
Frekuensi :
Karakteristik :
Nyeri hilang, bila :
( ) Minum Obat ( ) Istirahat ( ) Mendengar Musik
( ) Berubah posisi atau tidur ( ) Lain-lain, sebutkan:

91
I. Pemeriksaa Fisik
1. Keadaan Umum : Sakit sedang
2. TB/BB : 43cm/ 2360 gr
3. L. Kepala / L. Dada : 30cm/ 29cm
4. Tanda-tanda Vital
TD : - mmHg Nadi : 150x/menit
RR : 35x/menit Suhu : 38,0C

5. Kepala : (√) Normocephali / ( ) Mikrocephali / ( ) Makrocephali


6. Muka : simetris, tidak ada kelainan dan nyeri tekan
7. Rambut : warna hitam, tampak bersih, rambut lebat
8. Mata : tampak simetris, tidak terdapat kelainan, tampak bersih,
sklera ikterik, konjungtiva ananemis, refleks pupil kanan
dan kiri +/+
9. Hidung : Nasal flaring : tampak bersih, simetris, tidak tersapat nyeri
tekan, dan tidak terdapat kelainan
Secret : tampak bersih
Polip : tidak terdapat polip
Nyeri sinus : tidak terdapat nyeri tekan/ nyeri sinus
Perdarahan : tidak terdapat perdarahan
10. Tenggorok : tampak simetris, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat
pembesaran tonsil, dan tidak ada peradangan pada
tenggorokan
11. Mulut : mukosa bibir tampak lembab, palatum baik, tidak terdapat
stomatitis, tidak terdapat kelainan.
Gigi : -
12. Telinga : tampak simetris, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat
nyeri tekan, tampak bersih.

92
13. Dada dan Paru – Paru
a. Inspeksi
Massa : tidak terdapat pembengkakan massa
Bentuk dada : normal
Simetris : tampak simetris
Pernafasan : 35x/menit
Retraksi : normal, tidak adanya retraksi dinding dada
b. Palpasi
Pengembangan dada : pengembangan dada baik
Fremitus raba (Ka/Ki) : -
c. Perkusi
Batas paru – jantung : normal
Batas paru – hati : normal
Batas diafragma : normal
d. Auskultasi
Suara nafas dasar : (- ) Vesikuler / (-) Bronkial / ( ) dll ................
Suara nafas tambahan : (- ) Ronki / (- ) Krepitasi / () Wheezing
14. Jantung
a. Inspeksi : tampak tidak terdapat kelainan.........................
b. Palpasi : tidak terdapat kelainan.....................................
c. Perkusi : tidak terdapat kelainan.....................................
d. Auskultasi - Bunyi jantung: (√ ) S1 / (√ ) S2 / (- ) Bising / (- ) Gallop
15. Abdomen
a. Inspeksi : abdomen tampak simetris, tidak terdapat kelainan
b. Palpasi : Turgor < 2 detik
Nyeri tekan : tidak ada
Massa : tidak ada
Hati : tidak teraba
Limpa : tidak teraba
Ginjal : tidak ada kelainan
c. Perkusi : tidak terdapat kelainan
d. Auskultasi : Suara peristaltik usus 15 kali/menit

93
16. Punggung : tampak simetris dan tidak terdapat kelainan
17. Genitalia
a. Perempuan
Sekret dari uretra dan vagina : vagina tampak bersih
Labia mayor : tampak adanya labia mayor
Klitoris : tampak terdapat klitoris dan tidak ada kelainan
b. Laki-laki
Orifisium uretra : ..................................................................
Penis : …………………………………………..
Skrotum : ..................................................................
Testis : …………………………………………..
18. Anus dan Rektum
a. Anus : normal dan tidak terdapat kelainan
b. Rektum : normal dan tidak terdapat kelainan
19. Ekstremitas : CRT < 2 detik, tidak adanya clubbing finger, kekuatan otot
skala 5 esktremitas atas bawah kanan dan kiri klien, tidak
terdapat deformitas atau kelainan ektremitas lainnya
20. Kulit : Suhu : 35,9 C
Kulit : akral teraba dingin
Warna kulit : kebiruan
Lecet :-
Ekimosis :-

J. Pemeriksaan Status Nutrisi


1. Keadaan klinik : baik, normal
2. BB/U : berat badan normal
3. TB/U : TB normal
4. BB/TB : gizi baik/ normal

94
K. Pemeriksaan Perkembangan Anak
Alat Ukur: -

Interpretasi :-
Catatan yang perlu diperhatikan:
1. Motorik Kasar :-
2. Motorik Halus :-
3. Bahasa :-
4. Personal sosial :-

L. Pemeriksaan Penunjang
NAMA TEST HASIL SATUAN NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin (HGB) 25.4 g/dl 17.0 – 20.0
Hemaktokrit 75.0 % 43.0-54.0
(RBC) Eritrosit 6.85 10 ^6µL 6.00-7.00
(WBC) Leukosit 15.2 10 ^3µL 15.000-20.000
Trombosit (PLT) 336 10 ^3µL 100.000-300.000
MCV 109.6 fl 96.0-108.0
MCH 37.0 pg 32.0-34.0
MCHC 33.8 g/dl 32.0-33.0
Lymph % 20.1 % -
Mid % 9.0 % -
Gran % 70.9 % -

KIMIA
Gula Darah Sewaktu 20.8 mg/dl 50 – 80

M. Terapi
- Inj. Hepatitis B
- Inj. Vitadion

95
N. WOC (Web of Caution)

Faktor Lingkungan
Faktor Janin
Faktor Ibu 1. Tempat tinggal di dataran
1. Hidroamnion
Faktor Penyakit (Tassemia tinggi
2. Kehamilan Ganda
Gravidaum), Trauma Fisik 2. Radiasi
3. Kelainan Kromosom
3. Zat-zat beracun

BBLR

Kulit Tipis dan Lemak Subkutan


Imaturitas Sistem Pernafasan Refleks Menelan dan
Menghisap Belum Baik
Tidak Dapat Menyimpan Panas
O2 Dalam Darah Menurun
Mudah Kehilangan Panas Intake nutrisi tidak adekuat
CO2 tinggi
Kedinginan Asupan gizi kurang
Asidosis
Sel-sel kekurangan nutrisi
MK : Hipotermia
MK : Gangguan
Kerusakan sel
Pertukaran Gas
MK : Resiko Infeksi
Penurunan BB

MK : Defisit Nutrisi

Sumber : Vivian, 2016

96
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan

1. DS : -
DO : -
- Suhu tubuh klien : 35,9°C Kekurangan Lemak Hipotermi
Subkutan
- Akral teraba dingin
- Incubator suhu 31,7°C
- Klien tampak menggigil
- Klien takikardia (N: 146 kali/menit)
- Usia gestasi : 36 minggu
2. DS : -
DO : -
- BB saat lahir : 2360 gram Ketidakmampuan Resiko Defisit
Menelan Makanan Nutrisi
- Daya hisap lemah
- BBL Lahir di usia gestasi 36 minggu 2360 gram
- Membrane mukosa bibir bayi tampak kering
3. DS : -
DO :
- Klien mengalami malnutrisi Prosedur Invasif Resiko Infeksi
- imaturitas system imunologi
- BB klien 2360 gram (BBLR)
- Klien terpasang Plester pada kaki dan tangan
- BBL Lahir di usia gestasi 36 minggu

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


1. Hipotermi b.d Kekurangan Lemak Subkutan
2. Resiko Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan Menelan Makanan
3. Resiko Infeksi b.d Prosedur Invasif

97
Nama Pasien : By. Ny. F Nama Mahasiswa : Fauziah
NO. RM : 41-43-51 NIM : 736080723014
Ruang rawat : NICU

RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan/
No Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Setelah dilakukan Manajemen Hipotermia (I.14507)
Hipotermi b.d tindakan keperawatan
Kekurangan diharapkan termoregulasi
Lemak Subkutan Observasi
membaik dengan kriteria
hasil : - Monitor suhu tubuh bayi
- Mengigil menurun - Identifikasi penyebab hipotermia
- Suhu tubuh membaik
- Ventilasi membaik - Monitor tanda gejala akibat hipotermia
- Suhu kulit membaik Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang hangat
(incubator)
- Ganti pakaian dan atau linen yang basah

- Lakukan penghangatan pasif (selimut,

penutupkepala, pakaian tebal)


- Lakukan penghangatan aktif eksternal

(perawatan metode kanguru)


Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)
Resiko Defisit
Intervensi keperawatan,
Nutrisi b.d Observasi
2. Ketidakmampuan maka Status Nutrisi
- Identifikasi status nutrisi
Menelan Makanan Neonatus membaik
dengan kriteria hasil: - Identifikasi alergi dan intoleransi
- Berat Badan
Meningkat. makanan
- Panjang badan - Identifikasi perlunya penggunaan selang
meningkat
- Bayi cengeng menurun
nasogastric
- Pucat menurun - Monitor berat badan
- Kesulitan makan
menurun

98
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
- Melakukan pijat bayi dan perawatan
metode kanguru (Windhy,2023)
- Gunakan linen berwarna putih agar
mematulkan cahaya sebanyak mungkin
Pijat Bayi (Rachmiati, 2015)
a. Bayi dalam posisi ditengkurapkan.
b. Kepala : usap kepala dari puncak kepala
sampai leher, kemudian kembali lagi ke
puncak kepala dilakukan sebanyak 6 kali
dalam 5 detik
c. Bahu : dengan dua jari kedua tangan kanan
dan kiri usap kedua belah bahu bayi dari
pertengahan pnggung ke pangkal lengan,
kemudian kembali ke pertengahan selama
5 detik diulangi sebanyak 6 kali
d. Punggung : dengan dua jari kedua tangan
usaplah leher ke pantat, lalu kembali ke
leher ulangi gerakan sebanyak 6 kali
e. Kaki : dengan dua jari kedua tangan
usaplah kedua kaki secara bersamaan.
Dari pangkal paha ke pergelangan kaki,
kemudian kembali lagi ke pangkal paha,
ulangi gerakan sebanyak 6 kali
f. Lengan : dengan dua jari kedua tangan
usaplah kedua lengan secara bersamaan.
Dari pangkal bahu ke pergelangan
tangan, kemudian kembali ke pangkal
bahu, ulangi gerakan sebanyak 6 kali

99
Perawatan Metode kanguru (PMK)
a. Persiapkan bayi sebelum masuk
gendongan kangguru seperti bayi diukur
suhu, dilepaskan semua pakaian bayi,
pakaikan topi dan popok (Rahayu,
2018).
b. Masukkan bayi dalam gendongan
kangguru.
c. Bayi diletakkan tegak lurus didada ibu.
d. Kulit bayi menempel pada kulit ibu.
e. Letakkan antara kulit dada ibu dan bayi
seluas-luasnya
f. Kepala bayi sedikit tengadah supaya bayi
dapat bernafas
g. Ikat gendongan harus kuat untuk
menghindari bayi tidak jatuh ketiga ibu
selesai duduk kemudian berdiri
h. Hentikan prosedur apabila bayi rewel,
gelisah, menangis, BAB, BAK.
i. Durasi PMK diberikan minimal selama 1
jam (Setiyawan et al, 2019)
Kolaborasi
a. Kolaborasi ahli gizi, jika perlu
3. Resiko Infeksi b.d Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539)
Prosedur Invasif intervensi keperawatan, Observasi
maka Resiko Infeksi
menurun dengan kriteria - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
hasil: sistemik
- Demam menurun
- Kemerahan menurun Terapeutik
- Nyeri menurun
- Batasi jumlah pengunjung
- Bengkak menurun

10
- Cuci tangan ebelum dan sesudah kontak

pasien dan lingkungan luar


- Pertahankan teknik aseptic pada pasien

berisiko tinggi

Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala

- Ajarkan keluarga mencuci tangan dengan

benar dan ajarkan etika batuk


- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

10
Nama Pasien : By. Ny. F Nama Mahasiswa : Fauziah
NO. RM : 41-43-51 NIM : 736080723014
Ruang rawat : NICU

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/ NO Jam
Implementasi Evaluasi Ttd.
Tanggal Dx. Tindakan
Kep
Rabu, I 10.00 - Memonitor suhu tubuh bayi Jam 13.30
10/01-24
Suhu tubuh klien 35,9°C S:-
O: Fauziah
10.05 - Mengidentifikasi penyebab
- Bayi masih dalam
hipotermia Kekurangan
perawatan incubator
lemak subkutan
- k/u : lemah
10.10 - Memonitor tanda gejala - klien tampak menggigil

akibat hipotermia Klien - suhu klien : 36,0°C

tampak menggigil - RR :56x/menit


A : Hipotermi belum
- Menyediakan lingkungan teratasi
10.30
yang hangat (incubator) P: intervensi di lanjutkan :
Klien dalam perawatan - Memonitor suhu tubuh
incubator dengan suhu bayi
incubator 31,7°C - Memonitor tanda gejala

akibat hipotermia
12.00 - Melakukan penghangatan
- Menyediakan lingkungan
pasif (selimut, penutup
yang hangat (incubator)
kepala, pakaian tebal)
- Melakukan

penghangatan pasif
(selimut, penutup kepala,
pakaian tebal)

10
Rabu, II 08.00 - Mengidentifikasi status Jam : 13.30 wib
10/01-24
nutrisi S:-
Fauziah
10.15 - Memonitor berat badan : O:
BBL : 2360 gram - bayi masih perawatan
10.20 - Melakukan oral hygiene incubator
sebelum makan - k/u : lemah
10.40 - Mukosa bibir klien tampak - daya hisap klien belum ada
kering - mukosa bibir tampak
- Melakukan pijat bayi dan kering
10.55
perawatan - BB lahir : 2360 gram
- Metode kanguru - BB sekarang: 2365 gram
11.00
(Windhy,2023) : klien tidak - RR : 54x/menit
menangis dan tampak rileks, A: Risiko Defisit Nutrisi
klien tampak nyaman saat belum teratasi
PMK P: Intervesi dilanjutkan :
- Memberikan ASI : ASI 22 cc 1. Mengidentifikasi status
12.00
- Berkolaborasi ahli gizi nutrisi
12.05 2. Mengidentifikasi alergi
dan intoleransi makanan
3. Memonitor berat badan
4. Mengajarkan kepada ibu
pelaksanaan PMK dan
pijat bayi dirumah
Rabu, III 12.30 - Memonitor tanda dan gejala Jam : 13.45 wib
10/01-24 Fauziah
infeksi lokal dan sistemik : S:-
Tampak kemerahan pada kaki O:
klien yang terpasang plaster - Bayi masih dalam
12.35 - Membatasi jumlah perawatan incubator
pengunjung - k/u : lemah
- BB klien 2365 gram
(BBLR)

10
12.40 - Mencuci tangan sebelum dan - Suhu : 36°C
sesudah kontak pasien dan - RR : 56 x/ menit
lingkungan luar - Tampak adanya kemerahan
- Mempertahankan teknik di kaki klien
12.50 aseptic pada pasien berisiko yang terpasang plester
tinggi A : Risiko Infeksi belum
- Menganjurkan kepada teratasi
13.00
keluarga dan pengunjung P : intervensi di lanjut kan :
untuk mencuci tangan - Memonitor tanda dan
sebelum kontak dengan bayi gejala infeksi lokal dan
13.00 - Berkolaborasi pemberian sistemik
imunisasi, jika perlu - Membatasi jumlah
pengunjung
- Mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
pasien dan lingkungan
luar
- Mempertahankan teknik
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
- Menganjurkan kepada
keluarga dan pengunjung
untuk mencuci tangan
sebelum kontak dengan
bayi
- Berkolaborasi pemberian
imunisasi

10
Kamis, I 09.00 - Memonitor tanda gejala Jam : 13.40 wib
11/01-24
akibat hipotermia : S:-
Fauziah
Klien tampak O:
menggigil - Bayi masih dalam
09.15 - Menyediakan perawatan incubator
lingkungan yang hangat - k/u : lemah
(incubator) : Klien - klien tampak menggigil
dalam perawatan suhu klien : 36,0°C
incubator dengan suhu - RR :56x/menit
incubator 31,7°C A: Hipotermia belum
10.00 - Melakukan teratasi
penghangatan pasif P : intervensi di lanjutkan :
(selimut, penutup - Memonitor suhu tubuh bayi
kepala, pakaian tebal) - Memonitor tanda gejala
akibat hipotermia
- Menyediakan lingkungan
yang hangat (incubator)
- Melakukan penghangatan
pasif (selimut, penutup
kepala, pakaian tebal)
Kamis, II 09.15 - Mengidentifikasi status Jam : 13.40 wib
11/01-24
nutrisi S:-
Fauziah
- Memonitor berat badan : O:
09.20
BBL : 2370 gram - bayi masih perawatan
- Melakukan oral hygiene incubator
10.00
sebelum makan : bibir - k/u : lemah
mukosa klien tampak - daya hisap klien lemah
kering - mukosa bibir tampak
10.30 - Melakukan pijat bayi kering
dan perawatan metode - BB lahir : 2360 gram
kanguru - BB sekarang: 2370 gram

10
- Mengajarkan kepada ibu - RR : 54x/menit
11.00
cara pelaksanaan PMK - Diit ASI : 12x22 cc/ hari
dan pijat bayi dirumah A : Resiko Defisit Nutrisi
- Berkolaborasi ahli gizi, belum teratasi
jika perlu P: Intervesi dilanjutkan :
- mengidentifikasi status
nutrisi
- mengidentifikasi alergi
dan intoleransi makanan
- memonitor berat badan
- menganjurkan ibu
memberikan ASI pada
bayinya
Kamis, III 12.30 - Memonitor tanda dan gejala Jam : 13.40 wib
11/01-24
infeksi lokal dan sistemik :
S:- Fauziah
Tampak kemerahan pada kaki
klien yang terpasang plaster O:

- Membatasi jumlah - Bayi masih dalam


pengunjung perawatan incubator
12.35
- Mencuci tangan sebelum dan - k/u : lemah
sesudah kontak pasien dan - BB klien 2370 gram
12.40
lingkungan luar (BBLR)
- Mempertahankan teknik - Suhu : 36,0°C
aseptic pada pasien berisiko - RR : 56 x/ menit
tinggi
A : Risiko Infeksi belum
- Menganjurkan kepada
12.55 teratasi
keluarga dan pengunjung
untuk mencuci tangan P : intervensi di lanjut kan :
sebelum kontak dengan bayi

10
- Berkolaborasi pemberian - Memonitor tanda dan
13.00
imunisasi, jika perlu gejala infeksi lokal dan
sistemik
- Membatasi jumlah
pengunjung
- Mencuci tangan sebelum

dan sesudah kontak pasien


dan lingkungan luar
- Mempertahankan teknik
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
- Menganjurkan kepada
keluarga dan pengunjung
untuk mencuci tangan
sebelum kontak dengan
bayi
- Berkolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

Jum’at, I 16.00 - Memonitor suhu tubuh bayi : Jam : 20.30 wib


12/01-24
Suhu tubuh klien 36,2°C S:-
Fauziah
16.1 - Mengidentifikasi penyebab O:
hipotermia : Kekurangan - Bayi masih dalam
lemak subkutan perawatan incubator
- Memonitor tanda gejala - k/u : lemah
16.55
akibat hipotermia : Klien - klien tampak menggigil
tampak menggigil - suhu klien : 36,2°C
17.00 - Menyediakan lingkungan - RR :56x/menit
yang hangat A: Hipotermia belum
(incubator) : Klien dalam teratasi
perawatan incubator dengan P : intervensi di lanjutkan :

10
suhu incubator 31,7°C - Memonitor suhu tubuh bayi
- Melakukan penghangatan - Memonitor tanda gejala
20.00
pasif (selimut, penutup akibat hipotermia
kepala, pakaian tebal) - Menyediakan lingkungan
yang hangat (incubator)
- Melakukan penghangatan
pasif (selimut, penutup
kepala, pakaian tebal)
Jum’at, II 16.20 - Mengidentifikasi status Jam : 20.30 wib
12/01-24
nutrisi S:-
Fauziah
16.25 - Memonitor berat badan : O:
BBL : 2375 gram - bayi masih perawatan
17.00 - Melakukan oral hygiene incubator
sebelum makan bibir mukosa - k/u : lemah
klien tampak kering - daya hisap klien lemah
- Melakukan pijat bayi selama - mukosa bibir tampak
17.10
5 menit kering
- Melakukan perawatan - BB lahir : 2360 gram
17.15
metode kanguru selama 1 jam - BB sekarang: 2375 gram
- Mengajarkan kepada ibu cara - RR : 54x/menit
17.20
pelaksanaan PMK dan pijat - Diit ASI : 12x22 cc/ hari
bayi dirumah A : Resiko Defisit Nutrisi
17.25 - Berkolaborasi ahli gizi, jika belum teratasi
perlu P: Intervesi dilanjutkan :
- Mengidentifikasi status
nutrisi
- Mengidentifikasi alergi
dan intoleransi makanan
- Memonitor berat badan
- Menganjurkan ibu
memberikan ASI pada

10
bayinya
Jum’at, III 18.10 - Memonitor tanda dan gejala Jam : 20.40 wib
12/01-24
infeksi lokal dan sistemik : S:-
Fauziah
Tampak kemerahan pada kaki O:
klien yang terpasang plaster - Bayi masih dalam
18.15 - Membatasi jumlah perawatan incubator
pengunjung - k/u : lemah
18.30 - Mencuci tangan sebelum dan - BB klien 2370 gram
sesudah kontak pasien dan (BBLR)
lingkungan luar - Suhu : 36,0°C
- Mempertahankan teknik - RR : 56 x/ menit
18.35
aseptic pada pasien berisiko A : Risiko Infeksi belum
tinggi teratasi
18.40 - Menganjurkan kepada P : intervensi di lanjut kan :
keluarga dan pengunjung - Memonitor tanda dan
untuk mencuci tangan gejala infeksi lokal dan
sebelum kontak dengan bayi sistemik
- Membatasi jumlah
pengunjung
- Mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
pasien dan lingkungan
luar
- Mempertahankan teknik
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
- Menganjurkan kepada
keluarga dan pengunjung
untuk mencuci tangan
sebelum kontak dengan
bayi

10
- Berkolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

11
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisa Pengkajian Keperawatan


Pada tanggal pada tanggal 10 Januari 2024 di ruang NICU Rumah
Sakit Harapan Bunda Batam. Dimulai dari data yang didapatkan saat
pengkajian yaitu bayi masuk dengan diagnosa medis BBLR dengan berat
badan 2360 gram. Didapatkan data bayi data subjektif (-). Data objektif : klien
tampak lemah, tampak adanya retraksi dada ringan. TTV klien (RR : 54
kali/menit, N: 146 kali/ menit, S : 36,0°C),klien tampak belum ada reflek
menghisap, membrane mukosa bibir kering dan pucat, akral teraba dingin,
klien tampak menggigil, klien tampak menggigil, bayi dalam incubator suhu
31,7°C Berat lahir 2360 gram, panjang badan 43 cm, lingkaran dada 29 cm,
lingkar kepala 30 cm, masa gestasi kurang dari 38 minggu, kulit tipis dan
mengkilap dan lemak subkutan kurang, tulang rawan telinga yang sangat
lunak, lanugo banyak terutama di daerah punggung, pembuluh darah kulit
masih banyak terlihat.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2022),
bahwa yang biasa muncul pada teori Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram,
panjang badan < 45 cm, lingkaran dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm,
masa gestasi kurang dari 37 minggu, kulit tipis dan mengkilap dan lemak
subkutan kurang, tulang rawan telinga yang sangat lunak, lanugo banyak
terutama di daerah punggung, pembuluh darah kulit masih banyak terlihat,
labia minora belum bisa menutup pada labia mayora pada bayi jenis kelamin
perempuan, sedangkan pada bayi jenis kelamin laki – laki belum turunnya
testis, pergerakan kurang, tonus otot lemah, menangis dan lemah, pernapasan
kurang teratur, sering terjadi serangan, apnea, refleks tonik leher masih lemah
(Fatimah,2022).
Bayi Berat badan lahir rendah (BBLR) akan menyebabkan imaturitas
organ tubuh pada bayi dan dapat menimbulkan masalah keperawatan
tergantung bagian yang mengalami immaturitas organ. Apabila imaturitas

11
organ terjadi pada organ pencernaan maka bayi akan mengalami gangguan
pencernaan seperti peristaltic usus belum sempurna. Kondisi tersebut
mengakibatkan organ pencernaan bayi kurang mampu untuk mencerna
makanan karena reflek dari menghisap dan menelan belum terbentuk
sempurna sehingga menimbulkan masalah deficit nutrisi.
Imaturitas organ BBLR juga terjadi pada system immunologi yang
mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh sehingga menimbulkan masalah
risiko infeksi. Pada bayi BBLR juga dapat mengalami hipotermia karena Bayi
dengan BBLR memiliki lemak subkutan yang sedikit dan menyebabkan bayi
BBLR kehilangan panas melalui kulit karena peningkatan kebutuhan kalori
akibat dari imaturitas termogulasi.
Pada bayi BBLR akan mengalami kesulitan dalam peningkatan berat
badan yang disebabkan oleh reflek menghisap dan menelan belum terbentuk
sempurna. Krisdianti (2022) menyatakan alat pencernaan bayi BBLR masih
belum teratur, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, selain itu
jaringan lemak subkutan yang tipis menyebabkan cadangan energi berkurang
yang menyebabkan malnutrisi dan hipoglikemi, akibat fungsi organ -organ
belum baik terutama pada otak dapat menyebabkan imaturitas pada sentrum
– sentrum vital yang menyebabkan reflek menelan belum sempurna dan
reflek menghisap lemah, menyebabkan bayi dapat mengalami gangguan
pemenuhan nutrisi (Krisdianti,2022).

4.2 Analisa Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan hasil analisis dari data pengkajian maka diagnosa
keperawatan yang dirumuskan pada By. Ny. F berdasarkan data subjektif dan
objektif yaitu : hipotermia berhubungan dengan kekurangan lemak subkutan,
Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan reflek menelan lemah dan Risiko
Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
Hal ini sesuai dengan SDKI (2018) mengatakan diagnosa
keperawatan yang akan muncul pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
yaitu defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan

11
ditandai dengan bising usus hiperaktif,otot menelan lemah, membrane
mukosa pucat, hipotermia berhubungan dengan kekurangan lemak subkutan
ditandai dengan kulit bayi terasa dingin, menggigil, suhu tubuh dibawah
normal, pola napas tidak efektif berhubungan dengan vaskuler paru imatur
ditandai dengan dispnea, pola napas abnormal (Takipnea dan bradypnea),
bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan maturitas organ
pernapasan, resiko injury cerebral berhubungan dengan hiperbirilubin, resiko
infeksio berhubungan dengan ketidakmampuan pertahanan tubuh sekunder,
risiko gangguan perlekatan berhubungan dengan perpisahan ibu dengan bayi
akibat hospitalisasi ditandai dengan ruang rawat ibu dan bayi yang terpisah.

4.3 Analisa Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan yang dilaksanakan oleh peneliti mempunyai
satu kesamaan yaitu intervensi dilaksanakan sesuai dengan masalah
keperawatan yang diamati. Dalam menyusun intervensi keperawatan, penulis
menggunakan referensi Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Dalam hal ini setiap intervensi keperawatan dikembangkan berdasarkan teori
yang diterima secara wajar dan sesuai dengan kondisi pasien. Tahap
perencanaan bayi berat lahir rendah didasarkan pada isu-isu prioritas,
khususnya defisiensi nutrisi, hipotermia dan risiko infeksi.
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis sesuai dengan SIKI
(2018), yaitu masalah masalah defisit nutrisi melalui intervensi manajemen
nutrisi, masalah hipotermia melalui intervensi keperawatan manajemen
hipotermia dan intervensi pencegahan infeksi untuk masalah risiko infeksi.
Setiap intervensi keperawatan untuk memperbaiki suatu masalah
keperawatan meliputi observasi, terapi, pendidikan, dan kolaborasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Amelia et al (2021) didapatkan hasil
bahwa Terapi kanguru yang dipadukan dengan pijat bayi membawa manfaat
baik untuk membantu meningkatkan berat badan lebih cepat.
Penelitian Kalsum (2019) membuktikan adanya pengaruh pijat bayi
terhadap pertambahan berat badan. Pijat bayi dapat meningkatkan aktivasi

11
neurotransmitter serotonin sehingga meningkatkan kemampuan sel reseptor
dalam mengikat glukokortikoid. Hal ini dapat menambah berat badan bayi.
Selain itu, manfaat memijat bayi juga dapat menurunkan kadar hormon
adrenalin sehingga bayi Anda dapat lebih baik dalam mengatasi stresor
eksternal dan lebih mudah menambah berat badan. Stimulasi sensorik pada
pijat bayi terbukti merangsang pertumbuhan dan meningkatkan
perkembangan saraf bayi Anda. Pijat orang tua dapat menstimulasi hubungan
antar sel saraf di otak bayi sehingga membentuk landasan dalam berpikir,
merasakan dan belajar. Memijat bayi secara langsung dapat merangsang
tumbuh kembang bayi dan anak kecil. Pasalnya pijat dapat menjamin kontak
fisik yang konstan untuk menjaga rasa aman pada bayi dan balita.
Penatalaksanaan pada bayi yang terjadi gangguan nutrisi dapat
dilakukan pemberian nutrisi dengan cara parenteral maupun enteral atau
dengan kombinasi keduannya. Nutrisi parenteral diberikan sebelum bayi
mampu untuk mendapatkan nutrisi enteral atau pemberian nutrisi enteral
tidak memungkinkan diberikan pada periode waktu yang lama. Total
parenteral nutrisi memberikan kecukupan cairan, kalori, asam amino,
elektrolit dan vitamin untuk pertumbuhan bayi.

4.4 Analisa Implementasi Keperawatan


Dalam melaksanakan implementasi keperawatan disesuaikan dengan
masalah yang dihadapi By.Ny. F dengan BBLR sehingga masalah tersebut
dapat teratasi. Implementasi dilakukan sesuai dengan standar intervensi
keperawatan Indonesia. Secara garis besar implementasi yang dilakukan By
Ny. F dengan BBLR yaitu mengatasi mengatasi defisit nutrisi dengan cara
manajemen nutrisi dan melakukan pijat bayi dan melakukan Perawatan
Metode Kanguru (PMK), masalah hipotermia dengan cara manajemen
hipotermia, dan mengatasi risiko infeksi dengan cara penggunaan alat invasif.
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis sesuai dengan SIKI
(2018), yaitu masalah masalah defisit nutrisi melalui intervensi manajemen
nutrisi, masalah hipotermia melalui intervensi keperawatan manajemen

11
hipotermia dan intervensi pencegahan infeksi untuk masalah risiko infeksi.
Setiap intervensi keperawatan untuk memperbaiki suatu masalah
keperawatan meliputi observasi, terapi, pendidikan, dan kolaborasi.
Amelia et al (2021) menyatakan bahwa salah satu metode yang dapat
meningkatkan berat badan pada bayi BBLR adalah Terapi Pijat Bayi dan
Perawatan Metode Kanguru. Perawatan Metode kanguru yang dipadukan
dengan pijat bayi membawa manfaat baik untuk membantu meningkatkan
berat badan lebih cepat.
Hal ini sejalan dengan pendapat Ina (2018) bahwa pijat dapat
mempengaruhisistem saraf dari perifer hingga pusat. Tekanan pada reseptor
saraf di kulit akanmenyebabkan pembuluh darah vena, arteri dan kapiler
melebar sehingga menghambat kejang, melepaskan ketegangan otot,
memperlambat detak jantung dan meningkatkan gerak peristaltik pada
saluran pencernaan (Biyanti et al., 2022).

4.5 Analisa Evaluasi Keperawatan


Pada waktu dilakukan evaluasi By.Ny.N hipotermia berhubungan
dengan kekurangan lemak subkutan. Klien tidak menggigil dan suhu 36,5°C
karena tindakan yang tepat selama 3x24 jam dan telah berhasil dilakukan dan
masalah teratasi pada tanggal 12 Januari 2024. Pada diagnose keperawatan
risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
pada By.Ny. F kebutuhan pasien sudah terpenuhi selama 3x24 jam dan teratasi
Sebagian ditandai dengan Berat Badan meningkat, reflek menelan dan
menghisap sudah kuat, dan bayi tampak tenang. Pada diagnosa Ini teratasi
pada tanggal 12 Januari 2024.

11
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada pasien Defisit Nutrisi akibat Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan pemberian terapi Pijat Bayi dan Perawatan
Metode Kangguru (PMK) maka dapat disimpulkan :
1. Pengkajian yang didapatkan yaitu pasien yang mengalami deficit nutrisi pada
pasien BBLR yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien BBLR hipotermia
berhubungan dengan kekurangan lemak subkutan Resiko Defisit Nutrisi
berhubungan dengan reflek menelan lemah, , dan Risiko Infeksi berhubungan
dengan prosedur invasive.
3. Intervensi yang dilakukan yaitu terapi pijat bayi dan perawatan metode kanguru
(PMK) untuk meningkatkan berat badan pada bayi BBLR dengan masalah
risiko deficit nutrisi.
4. Implementasi yang diberikan pada pasien adalah sesuai dengan intervensi yaitu
memberikan terapi Pijat Bayi dan Perawatan Metode Kangguru (PMK) dapat
meningkatkan berat badan pada bayi BBLR dengan masalah risiko deficit
nutrisi.
5. Evaluasi menunjukkan adanya peningkatan Berat Badan setelah dilakukan Pijat
Bayi dan Perawatan Metode Kanguru (PMK).

5.2 Saran
Semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca.
Selanjutnya kritik dan saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang
lebih baik.

11

Anda mungkin juga menyukai