PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru suatu periode
pertumbuhan. Kondisi kesehatan dimasa lalu sekaligus keadaan kesehatan ibu saat
ini merupakan landasan suatu kehidupan baru. Nutrisi merupakan satu dari banyak
faktor yang ikut mempengaruhi hasil akhir kehamilan. Status nutrisi dipengaruhi
oleh banyak faktor.
Faktor-faktor yang membuat nutrisi seseorang wanita beresiko, seperti
kemiskinan, kurang pendidikan, lingkungan yang buruk, kebiasaan makan yang tidak
lazim, kondisi kesehatan yang buruk akan terus berpengaruh pada status gizi dan
pertumbuhanserta perkembanganjanin. Ibuhamildengan status gizi yang buruk
perlu mendapat perawatan khusus. Ras dapat mempengaruhi hasil akhir kehamilan.
Rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil selama kehamilan berkisar
11,5 kg, 25% untuk janin, selebihnya volume darah ibu yang meningkat, rahim dan
jaringan kelenjar susu, cairan amnion dan plasenta. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
Antenatal care untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan janin, sehingga
wanita dan keluarga perlu melakukan persiapan tugas-tugas kehamilan.
Pertambahan berat badan yang dianjurkan bagi kehamilan yang normal adalah
sekitar 10-15 kg.
Kenaikan berat badan selama kehamilan bervariasi untuk setiap wanita
hamil, tergantung dari beberapa faktor. Hal yang harus diingat adalah kehamilan
bukanlah saat untuk berdiet menurunkan berat badan atau makan secara
berlebihan, yang terpenting adalah mempertahankan diet makan yang berkualitas.
Status gizi ibu sebelum kehamilan sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan, bila status gizi ibu baik pada sebelum hamil maka akan melahirkan bayi
yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal.
Kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu. Salah
satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat bayi pada saat
lahir.
1
Hasil survey kementerian kesehatan menunjukkan bahwa 41% ibu hamil di
Indonesia menderita gizi buruk, dengan 51% menderita anemi. Keadaan ini
membuat kecenderungan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR).
Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan berhubungan langsung dengan
berat badan bayinya, dan risiko melahirkan BBLR meningkat dengan kurangnya
kenaikkan berat badan selama kehamilan. Hal ini menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir.
B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan
bayi berat lahir rendah.
2
BAB II
TINJAUAN JURNAL
A. Judul Jurnal
HUBUNGAN ANTARA KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT BAYI
LAHIR RENDAH DI DESA TARAMAN SIDOHARJO SRAGEN TAHUN 2013.
B. Pengarang
Muhammad Sowwam, Subiyanto
Prodi D3 Keperawatan Akper YAPPI Sragen.
C. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian jenis analitik korelasi Dengan metode
pendekatan cross sectional.
E. Hasil Jurnal
Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena
mempunyai kecenderungan kearah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran
mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Menurut
Solihin Pudjiadi dkk (2002:8), status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama
hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Status gizi
ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan, apabila
status gizi ibu buruk sebelum dan selama kehamilan akan menyebabkan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) (I Dewa Nyoman S, dkk, 2003:29).
Hasil: nilai uji hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi
lahir rendah didapatkan p = 0,001( p < 0,05) dan nilai N = 0,668.
3
BAB III
TINJAUAN TEORI
4
b. Klasifikasi berdasarkan masa gestasi atau umur kehamilan :
1) Bayi Kurang Bulan (BKB)
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari).
2) Bayi Cukup Bulan (BCB)
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi 37- 42 minggu (259-293 hari).
3) Bayi Lebih Bulan (BLB)
Bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari).
5
melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk
pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu hamil untuk
merawat dan memeriksakan kehamilan dengan baik dan teratur dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi, sehingga dapat menanggulangi
masalah ibu hamil resiko tinggi sedini mungkin untuk menurunkan
resiko lahirnya bayi berat badan lahir rendah.
3) Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun
reproduksi sehat (20-34 tahun). Perlu dukungan sektor lain yang terkait
untuk turut berperan dalam mereka dapat meningkatkan akses terhadap
pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
6
b. Pembesaran organ-organ
Ukuran ketebalan dinding rahim normal 1,25 cm, panjangnya 7,5
cm dengan lebar 5 cm, berat sekitar 50-80 gram. Sementara itu rahim ibu
hamil ketebalan dindingnya sekitar 1,5 cm, berat 900-1000 gram,
panjangnya 35 cm.
c. Peningkatan jumlah cairan tubuh
Air merupakan komponen utama peningkatan berat badan selama
kehamilan. Jumlah air yang teretensi pada kehamilan aterm (cukup bulan)
dapat mencapai sekitar 6,5 liter. Setelah persalinan (nifas) akan terjadi
penurunan berat badan sampai 2.300 gram dalam 10 hari. Penurunan
berat badan ini tergantung 3 hal, yaitu jumlah cairan yang teretensi
selama kehamilan, dehidrasi selama proses persalinan, dan kehilangan
darah selama proses persalinan.
b. Adanya perubahan metabolisme selama kehamilan
Terjadi peningkatan metabolisme sebesar 30% dibanding
perempuan tidak hamil, yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan uterus dan janin.
c. Bertambahnya volume sel darah
Mulai usia kehamilan 10 minggu, volume sel darah meningkat
sampai maksimal 30% pada usia kehamilan 30-32 minggu. Kemudian
volume relatif stabil sampai kehamilan cukup bulan (38-40 minggu) Selain
itu, terjadi pula peningkatan volume plasma (cairan darah), selama
kehamilan hingga dapat mencapai maksimal sekitar 40%. Total
peningkatan volume plasma dapat mencapai 1,3 liter.
3. Pengaruh gizi pada kehamilan
Menurut Pudjiadi (2005) dalam Sulistyoningsih (2012), keadaan gizi
ibu sebelum dan selama hamil mempengaruhi status gizi ibu dan bayi.
Pertumbuhan dan perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh asupan gizi
ibu, karena kebutuhan gizi janin berasal dari ibu. Berbagai risiko dapat terjadi
jika ibu mengalami kurang gizi, diantaranya adalah perdarahan, abortus, bayi
lahir mati, bayi lahir dengan berat rendah, kelainan kongenital, retardasi
mental, dan lain sebagainya. Penelitian yang dilakukan terhadap 216 wanita
hamil di sebuah klinik di Boston menunjukkan bahwa ibu hamil dengan gizi
7
kurang dan buruk dapat melahirkan bayi dengan kondisi fisik kurang,
beberapa bayi lahir mati, meninggal setelah beberapa hari lahir, dan sebagian
besar lahir dengan cacat bawaan.
Menurut Arisman (2004) dalam Sulistyoningsih (2012), perempuan
yang mengalami kekurangan gizi sebelum hamil atau selama minggu pertama
kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi yang mengalami
kerusakan otak dan sumsum tulang karena pembentukan sistem saraf sangat
peka pada 2-5 minggu pertama. Ketika seorang perempuan mengalami
kekurangan gizi pada trimester terakhir cenderung akan melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram), hal ini dikarenakan
pada masa ini janin akan tumbuh dengan sangat cepat dan terjadi penimbunan
jaringan lemak
4. Pertambahan berat badan
Kenaikan berat badan setiap wanita hamil berbeda, tergantung dari
tinggi badan dan berat badanya sebelum kehamilan, ukuran bayi dan plasenta,
dan kualitas diet makan sebelum dan selama kehamilan. Berdasarkan dari
perhitungan BMI (body mass index), peningkatan berat badan selama
kehamilan tergantung dari berat badan sebelum hamil. Perhitungan BMI
menggunakan ukuran berat badan dan tinggi badan untuk memperkirakan
jumlah total lemak dalam tubuh. Dengan BMI juga dapat dipakai untuk
menilai adanya risiko penyakit jantung, diabetes, dan penyakit lainya secara
umum (Suririnah, 2008).
5. Faktor yang mempengaruhi kenaikan berat badan pada kehamilan
Menurut Arisman (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kenaikan berat badan pada kehamilan yaitu :
a) Makan terlalu banyak
Makan terlalu banyak merupakan faktor kenaikan berat badan pada
kehamilan. Pada trimester pertama biasanya mengalami mual di pagi hari
dan tidak bisa menelan makanan. Pada trimester kedua indra perasa
sudah mulai peka kembali, tidak lagi mengalami mual dan muntah ketika
melihat makanan. Pada trimester ketiga selera makan mulai meningkat
sehingga makan secara terus menerus dan terjadi peningkatan berat
badan.
8
b) Kualitas makanan
Hal yang mempengaruhi masalah berat badan selama kehamilan bukan
hanya berapa banyak yang kita makan, melainkan kualitas makanan yang
kita makan, sehingga menyebabkan berat lebih dari kuantitasnya.
c) Selera makan yang besar
Hampir setiap perempuan hamil menyadari bahwa selera makannya
meningkat dan mengalami serangan lapar yang hebat, terkadang juga
mengidam yang aneh-aneh. Hal ini karena bukan hanya mencukupi
kebutuhan ibunya saja melainkan untuk kebutuhan janinnya, sehingga
memunculkan selera makan yang tinggi.
d) Makan karena emosi
Ketika orang emosi, khawatir, cemas, frustasi, marah, maka akan mencari
pelampiasan dengan memalingkan pada makanan. Kehamilan adalah saat
ketika banyak perempuan mengalami berbagai emosi, dengan begitu akan
menambah pola makan sehari – hari.
e) Usia
Dengan bertambahnya usia, kemungkinan besar akan mendapatkan
kenaikan berat yang lebih banyak, selain itu kecepatan metabolisme
melambat sehingga menyebabkan kenaikan berat badan mudah terjadi.
f) Olahraga
Saat hamil biasanya akan menurunkan tingkat kegiatan dengan begitu
tidak banyak menggunakan energi dan energi banyak yang tersimpan
sehingga kondisi demikian akan mempermudah terjadi kenaikan berat
badan.
6. Hubungan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan dengan Berat Badan Lahir
Idealnya hasil kehamilan adalah melahirkan bayi aterm yang sehat
dengan berat badan lahir normal. Kisaran berat badan lahir dikaitkan dengan
hasil ibu yang optimal dalam hal pencegahan komplikasi kehamilan,
persalinan, kematian ibu dan hasil janin yang optimal dalam hal mencegah
morbiditas dan mortalitas perinatal dan memungkinkan untuk pertumbuhan
dan perkembangan janin yang memadai (Williamson, 2006).
Abrams dan Laros (1986) dalam Cunningham et al (2010)
mempelajari efek pertambahan berat ibu terhadap berat lahir pada 2946
9
kehamilan dengan persalinan aterm. Pertambahan berat badan ibu mem-
pengaruhi berat lahir. Wanita yang beratnya kurang, melahirkan bayi yang
lebih kecil sedangkan yang sebaliknya berlaku pada wanita yang berat
badannya berlebih.
Di Inggris kenaikan berat badan selama hamil umumnya mencapai 11-
16 kg, tetapi angka ini sangat bervariasi. Rata-rata pertambahan berat badan
dalam trimester kedua dan ketiga harus mencapai rata-rata 0,4 kg/minggu
untuk wanita dengan berat badan normal, lebih kecil 0,3 kg/minggu untuk
wanita dengan berat badan berlebih dan lebih besar 0,5 kg/minggu untuk
wanita dengan berat badan kurang. Kenaikan berat badan yang berlebihan
dikaitkan dengan bayi besar, sehingga meningkatkan risiko persalinan dan
sebaliknya rendahnya pertambahan berat badan menimbulkan risiko berat
lahir rendah dengan berbagai kemungkinan implikasi jangka panjang terhadap
kesehatan (Barasi, 2009).
Wanita yang memulai kehamilannya saat masih obesitas atau yang
mengalami peningkatan berat badan berlebihan selama kehamilan akan
berisiko mengalami gangguan hipetensi, termasuk hipertensi akibat
kehamilan. Ibu juga berisiko tinggi mengalami diabetes gestasional dan kedua
kondisi ini menyebabkan ibu cenderung akan melahirkan secara seksio
sesaria. Ibu juga dapat melahirkan bayi yang berukuran kecil atau lebih besar
dari usia kehamilan yang seharusnya. Jika menderita kekurangan nutrisi, ibu
berisiko tinggi mengalami anemia, kelahiran prematur dan retriksi
pertumbuhan intrauterin dan kematian perinatal (Fraser dan Cooper, 2009).
Gizi kurang dan gizi lebih sebelum kehamilan berpengaruh tidak baik
terhadap kehamilan. Pada keadaan gizi kurang, simpanan zat-zat gizi ibu tidak
cukup untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan janin serat
kesehatan ibu. Dalam keadaan seperti ini plasenta tidak berkembang dengan
baik sehingga tidak mampu menyuplai zat gizi dalam jumlah cukup untuk
kebutuhan janin. Akibat yang mungkin terjadi adalah pertumbuhan janin
terhambat, bayi cacat sejak lahir, keguguran atau bayi lahir mati, bayi
prematur atau berat badan lahir rendah. Ibu yang mengalami gizi lebih
sebelum kehamilan berisiko tinggi terhadap penyakit tekanan darah tinggi,
10
diabetes melitus, penyakit jantung dan hal ini akan berdampak buruk bagi bayi
yang dilahirkan (Almatsier, 2011).
Williamson (2006) menyebutkan bahwa wanita dengan berat badan
sebelum kehamilan normal telah terbukti berhubungan dengan risiko rendah
dari komplikasi selama kehamilan dan persalinan dan dengan penurunan
risiko memiliki berat lahir bayi rendah. Berat badan kehamilan rendah
meningkatkan risiko memiliki bayi BBLR, sedangkan berat badan yang
berlebihan selama kehamilan meningkatkan risiko kelebihan berat badan dan
obesitas pada ibu setelah melahirkan dan bayi yang dilahirkan besar.
Makrosomia dikaitkan dengan komplikasi obstetri, trauma kelahiran dan
tingkat yang lebih tinggi morbiditas dan kematian neonatal. BBLR juga
dikaitkan dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas neonatal.
BBLR adalah penyebab utama kematian bayi, hal ini terkait dengan defisit
dalam pertumbuhan dan perkembangan kognitif kemudian hari serta penyakit
paru, diabetes dan penyakit jantung.
11
BAB IV
PEMBAHASAN
12
dari2500 gram, kelompok BBLR dapat diistilahkan dalam kelompok risiko tinggi,
karenapada bayi berat lahir rendah menunjukkan angka kematian dan kesehatan
yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup.
c. Hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir
rendah
Ada hubungan yang signifikan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan
berat bayi lahir rendah dan tingkat keeratan hubungan kuat, yang dibuktikan dengan
p = 0,001( p < 0,05) dan nilai N = 0,668.
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagaimana berikut:
a. Ada hubungan yang signifikan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan
berat bayi lahir rendah dan tingkat keeratan hubungan kuat, yang dibuktikan
dengan p = 0,001( p < 0,05) dan nilai N = 0,668.
b. Ada hubungan yang signifikan antara status gizi ibu hamil dengan berat bayi lahir
rendah dan tingkat keeratan hubungan cukup kuat, yang dibuktikan dengan nilai
p = 0,001 ( p < 0,05) dan nilai N = 0,570.
B. Saran
a. Bagi Puskesmas
1) Mengurangi angka prevalensi gizi kurang, pada ibu hamil agar tidak terjadi
kelahiran bayi BBLR.
2) Memberikan bantuan makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil
b. Bagi Ibu Hamil
1) Menjaga kesehatan kehamilan dan berusaha menaikan berat badan untuk
menghindari resiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
2) Mengkonsumsi makanan yang bergizi saat hamil, terutama makanan yang
mengandung zat besi.
14
DAFTAR PUSTAKA
15