Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah wasyukurillah segala puji bagi Alloh SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya serta atas kehendak-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Sholawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan besar kita
semua yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan serta lebih
mengetahui tentang Sistem Pengorganisasian Asuhan Keperawatan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
melaksanakan pembuatan makalah ini sehingga dapat terwujud dengan baik.
Diharapkan para penulis dan pembaca dapat mengambil imu dan teori-teori yang ada
pada makalah ini, dan dapat dipraktikan di lapangan pada pasien gadar, semoga isi makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya, oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca atau pendengar agar kami dapat
memperbaiki makalah ini dengan lebih baik lagi.

Tasikmalaya, Nopember 2017

Penyusun

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Definisi...................................................................................... 3
2.2  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Organisasi....................... 9
2.3  Definisi Metode Fungsional, Keuntungan, Kerugian Dan
Contoh Penerapan..................................................................... 11
2.4 Defenisi Metode Tim, Keuntungan, Kerugian Dan Contoh
Penerapan.................................................................................. 12
2.5  Defenisi Metode Kasus, Keuntungan, Kerugian Dan Contoh
Penerapan.................................................................................. 19
2.6  Defenisi Metode Primer, Keuntungan, Kerugian Dan Contoh
Penerapan.................................................................................. 21
2.7  Defenisi Metode Modifikasi, Keuntungan, Kerugian Dan Contoh
Penerapan.................................................................................. 22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 24
B. Saran .......................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulai sejak diterima dan
diakuinya keperawatan sebagai profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan (1983). Sejak
saat itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Departemen
Kesehatan dan organisasi profesi, diantaranya adalah dengan membuka pendidikan pada
tingkat sarjana, mengembangkan Kurikulum Diploma III keperawatan, mengadakan pelatihan
bagi tenaga keperawatan, serta mengembangkan standar praktik keperawatan. Upaya penting
lainnya adalah dibentuknya Direktorat Keperawatan di Departemen Kesehatan di Indonesia.
Semua upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme keperawatan agar mutu
asuhan keperawatan dapat ditingkatkan.
Walaupun sudah banyak hal positif yang telah dicapai di bidang pendidikan
keperawatan, tetapi gambaran pengelolaan layanan keperawatan belum memuaskan. Layanan
keperawatan masih sering mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang sikap dan
kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien atau keluarga.
Layanan keperawatan yang ada di Rumah Sakit masih bersifat okupasi. Artinya,
tindakan keperawatan yang dilakukan hanya pada pelaksanaan prosedur, pelaksanaan tugas
berdasarkan instruksi dokter. Pelaksanaan tugas tidak didasarkan pada tanggung jawab moral
serta tidak adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang asuhan keperawatan. Untuk
mengatasi masalah tersebut diperlukan restrakturing, reengineering, dan redesigning system
pemberian asuhan keperawatan melalui pengembangan Model Metode Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) yang akan dibahas dalam makalah ini.
Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulai sejak diterima dan
diakuinya keperawatan sebagai profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan (1983). Sejak
saat itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Departemen
Kesehatan dan organisasi profesi, diantaranya adalah dengan membuka pendidikan pada
tingkat sarjana, mengembangkan Kurikulum Diploma III keperawatan, mengadakan pelatihan
bagi tenaga keperawatan, serta mengembangkan standar praktik keperawatan. Upaya penting
lainnya adalah dibentuknya Direktorat Keperawatan di Departemen Kesehatan di Indonesia.
Semua upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme keperawatan agar mutu
asuhan keperawatan dapat ditingkatkan. Walaupun sudah banyak hal positif yang telah

1
dicapai di bidang pendidikan keperawatan, tetapi gambaran pengelolaan layanan keperawatan
belum memuaskan.
Layanan keperawatan masih sering mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang
sikap dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien atau
keluarga. Layanan keperawatan yang ada di Rumah Sakit masih bersifat okupasi. Artinya,
tindakan keperawatan yang dilakukan hanya pada pelaksanaan prosedur, pelaksanaan tugas
berdasarkan instruksi dokter. Pelaksanaan tugas tidak didasarkan pada tanggung jawab moral
serta tidak adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang asuhan keperawatan. Untuk
mengatasi masalah tersebut diperlukan restrakturing, reengineering, dan redesigning system
pemberian asuhan keperawatan melalui pengembangan Model Metode Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) yang akan dibahas dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1.      Apakah defenisi dari system perorganisasian?
2.      Apa saja factor – factor yang mempengaruhinya?
3.      Apakah defenisi metode fungsional, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya?
4.      Apakah defenisi dari metode tim, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya?
5.      Apakah defenisi metode kasus, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya?
6.      Apakah defenisi metode primer, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya?
7.      Apakah defenisi metode modifikasi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya?

1.3  TUJUAN
a.       Untuk mengetahui defenisi dari system perorganisasian.
b.      Untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.
c.       Untuk mengetahui defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapan dari metode
fungsional.
d.      Untuk mengetahui defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapan dari metode tim.
e.       Untuk mengetahi defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh pnerapan dari metode
kasus.
f.       Untuk mengetahui defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapan dari metode
primer.
g.      Untuk mengetahui defenisi, keuntunga, kerugian dan contoh penerapan dari metode
modifikasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi
Perorganisasian merupakan proses penyusunan anggota dalam bentuk struktur
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dengan sumber daya yang dimiliki dan
lingkungan yang melingkupinya baik intrn maupun ekstern. Dua aspek utama dalam
organisasi yaitu depertemensasi dan pembagian kerja yang merupakan dasar perorganisasian.
James D. mooney mengatakan “Organisasi yaitu bentuk setiap perserikatan manusia
untuk mencapai tujuan bersama“ sedang Chester I. Bernard memberikan pangertian
organisasi yaitu suatu system aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Organisasi merupakan proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan
mengatur serta membagi ugas diantara para anggota untuk mencapai tujuan.
1.      Organisasi Dalam Arti Statis
Organisasi dalam arti statis berarti melihat organisasi sebagai sesuatu yang tidak
bergerak atau diam. Ada berbagai macam pandangan tentang organisasi dalam arti statis,
antara lain sebagai berikut :
A.    Organisasi dipandang sebagai wadah atau sebagai alat yang berarti :
a)      Organisasi sebagai alat pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya
b)      Organisasi merupakan wadah daripada sekelompok orang (group Of people) yang
mengadakan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
c)      Organisasi sebagai wadah atau tempat di mana administrasi dan manajemen
dijalankan yang memungkinkan administrasi dan menajemen itu bergerak
sehingga memberi bentuk pada administrasi dan manajemen.
d)     Organisasi dipandang sebagai jaringan dari hubungan kerja yang bersifat formal
seperti yang tergambar dalam suatu bagan dengan mempergunakan kotak-kotak
yang beraneka ragam. Disetiap kotak-kotak tersebut memberikan gambaran
tentang kedudukan atau jabatan yang 1 harus diisi oleh orang-orang yang
memenuhi persyaratan sesuai dengan fungsi masing-masing.
B.     Organisasi dipandang sebagai saluran hirarki kedudukan atau jabatan yang ada yang
menggambarkan secara jelas tentang garis wewenang, garis komando dan garis
tanggungjawab. Secara singkat dapat dikatakan bahwa organisasi dalam arti statis
merupakan wadah atau tempat kegiatan administrasi dan manajemen berlangsung

3
dengan gambaran yang jelas tentang saluran hirarki daripada kedudukan, jabatan
wewenang, garis komando dan tanggungjawab.
2.      Organisasi Dalam Arti Dinamis
Organisasi dalam arti dinamis berarti memandang organisasi sebagai suatu organ
yang hidup, suatu organisme yang dinamis. Memandang organisasi sebagai organisme
yang dinamis berarti memandang organisasi tidak hanya dari segi bentuk dan wujudnya,
tetapi juga melihat organisasi itu dari segi isinya. Isi daripada organisasi adalah
sekelompok orang-orang yang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi dalam arti dinamis berarti menyoroti aktivitas atau kegiatan yang ada didalam
organisasi, serta segala macam aspek yang berhubungan dengan usaha pencapaian tujuan
yang hendak dicapai. Banyak terdapat berbagai macam pandangan tentang organisasi
dalam arti dinamis, sebagai berikut :
1.      Organisasi dalam arti dinamis berarti organisasi itu selalu bergerak mengadakan
pembagian tugas atau pekerjaan sesuai dengan system yang telah ditentukan serta
sesuai pula dengan lingkup daripada organisasi itu.
2.      Organisasi dalam arti dinamis berarti memandang organisasi itu dari segi isinya, yaitu
sekelompok orang yang melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Jadi
organisasi dalam arti dinamis menyoroti unsur manusia yang ada di dalamnya.
Manusia merupakan unsur terpenting dari seluruh unsur organisasi karena hanya
manusialah yang memiliki sifat kedinamisan. Organisasi dalam arti dinamis selalu
diharapkan kepada dua macam kemungkinan, yaitu :
a.       Kemungkinan untuk tumbuh dan berkembang, yaitu berarti organisasi selalu
bergerak untuk tumbuh dan berkembang sesuai tuntutan zaman.
b.      Pertumbuhan dan perkembangan organisasi dapat bersifat kuantitatif dan
kualitatif. Yang lebih penting adalah pertumbuhan dan perkembangan organisasi
yang bersifat kualitatif.
c.       Kemungkinan organisasi itu akan mati. Hal ini merupakan ancaman dan
tantangan yang mau tidak mau harus dapat diatasi.
Kematian organisasi merupakan tantangan dalam arti bahwa orangorang yang
tergabung dalam organisasi itu diharapkan dengan berbagai masalah atau persoalan dalam
tingkat atau kadar persoalan yang berbedabeda. Setiap masalah harus dapat diatasi,
karena apabila tidak dapat diatasi akan menjadi hambatan atas jalannya organisasi.
Kematian organisasi merupakan ancaman, yang berarti segenap aspirasi yang ditampung
dalam organisasi akan bubar berantakan.

4
Ancaman kematian suatu organisasi dapat bersumber dari dalam maupun dari
luar. Ancaman yang datang dari dalam adalah ancaman yang datangnya dai anggota
sendiri, misalnya: para anggota bersifat statis, tidak mau menerima perubahan (metode)
baru, tidak ada rasa memiliki dari para anggota dan lain sebagainya. Ancaman yang
datangnya dari luar adalah anacaman yang datangnya dari berbagai organisasi lain dalam
bentuk persaingan, baik secara wajar (persaingan sehat) maupun secara tidak sehat (tidak
wajar), baik persaingan itu dilakukan secara terbuka (terang-terangan) maupun secara
tertutup (terselubung).
Organisasi dalam arti dinamis berarti organisasi selalu bergerak, tumbuh dan
berkembang untuk mempertahankan eksistensinya. bergerak, tumbuh dan berkembangnya
organisasi pada dasarnya merupakan kenyataan hidup. Dari uraian di atas kita dapat
mengatakan bahwa organisasi dalam arti dinamis merupakan proses kerjasama antara
orang-orang yang tergabung dalam suatu wadah tentu untuk mencapai tujuan bersama
seperti yang telah disampaikan secara bersama pula.
Proses adalah langkah-langkah yang harus dilalui. Langkah-langkah yang harus
dilalui dalam usaha mencapai tujuan bersama dimulai dari proses perencanaan (planning),
proses pengorganisasian (organizing), pemberian motivasi (motivating), proses
pengawasan (controlling) dan proses pengambilan keputusan (decision making). Proses
tersebut sering disebut sebagai fungsi manajemen sehingga organisasi dalam arti dinamis
disebut pula organisasi sebagai fungsi, yaitu organisasi yang member kemungkinan
manajemen untuk bergerak.
Organisasi sebagai proses juga memandang organisasi dari segi interaction antara
orang-orang yang ada di dalam organisasi itu. Interaksi yang terjadi di dalam organisasi
dapat berlangsung secara formal (hubungan-hubungan formal), dan secara informal
(hubungan-hubungan informal). Hubungan formal adalah hubungan-hubungan yang
mengikuti pola seperti yang telah diatur dalam dasar hukum pendirian organisasi, sesuai
struktur organisasi, seperti yang telah ditetapkan secara resmi oleh pimpinan.
Hubungan informal adalah hubungan-hubungan yang terjadi dalam organisasi
yang tidak terikat oleh dasar hukum pendirian organisasi, tidak terikat oleh struktur
organisasi, tidak terikat oleh hirarki, tidak terikat oleh aturan-aturan yang ditetapkan
secara resmi oleh pimpinan organisasi. Oleh karena itu hubungan-hubungan informal
tidak tampak dalam struktur organisasi atau tidak tergambar dalam bagan organisasi.
Hubungan-hubungan informal berdasarkan kepada hubunganhubungan pribadi
atau personal relations, dan atas dasar kesamaan kepentingan di dalam organisasi.

5
Interaksi yang terjadi didalam organisasi dapat terjadi antara atasan dengan bawahan,
antara bawahan dengan atasan, bawahan dengan bawahan, atasan dan atasan. Dengan kata
lain interaksi yang terjadi di dalam organisasi dapat terjadi secara vertical, horizontal
maupun secara diagonal. Baik buruknya organisasi sangat ditentukan oleh keserasian
interaksi, kemampuan dan hubungan kerja yang terjadi didalam organisasi. Oleh karena
itu organisasi dalam arti dinamis atau dalam arti proses lebih banyak menyoroti factor
manusia dalam organisasi.
Kesimpulan yang dapat kita ambil lebih lanjut ialah bahwa organisasi itu tidak
hanya sekedar sebagai wadah saja, tetapi juga sebagai system kerja-sama, sebagai sistem
tata hubungan kerja dan sebagai proses pembagian tugas.
a.       Organisasi sebagai sistem kerja sama dapat diartikan dengan berbagai cara, yaitu
sebagai berikut:
b.      Organisasi sebagai sistem kerjasama, adalah suatu sistem mengenai pekerjaan-
pekerjaan yang dirumuskan dengan baik, dan masingmasing pekerjaan itu
mengandung wewenang, tugas dan tanggungjawab tertentu yang memungkinkan
orang-orang dari suatu organisasi dapat berkerjasama secara efektif dalam usaha
mencapai tujuan bersama.
c.       Organisasi sebagai sistem kerja dalah suatu sistem penugasan pekerjaan kepada
orang-orang yang mengadakan kerjasama yang mengkhususkan diri dalam suatu
bidang tertentu dari suatu tugas bersama.
d.      Organisasi sebagai kerjasama adalah suatu sistem daripada aktivitasaktivitas
kerjasama dari sekelompok orang yang mengadakan kerjasama untuk mencapai
tujuan bersama.
e.       Organisasi sebagai sistem kerjasama adalah suatu sistem yang terencana daripada
usaha kerjasama dengan memberikan peran kepada setiap orang untuk dijalankan,
wewenang, tugas dan tanggungjawab untuk dilaksanakan.
Organisasi sebagai sistem tata-hubungan kerja dapat diberi pengertian dengan
berbagai cara, yaitu sebagai berikut:
1)      Organisasi sebagai sistem tata-hubungan kerja, adalah suatu system tata-hubungan
kerja yang sangat rumit tetapi sistematis sehingga dapat menimbulkan suatu bentuk
kerjasama yang baik dan serasi di antara para anggota atau antar unit satuan kerja
yang ada sebagai usaha untuk mencapai tujuan bersama.

6
2)      Organisasi sebagai proses pembagian tugas dapat diberi pengertian dengan berbagai
cara, yaitu sebagai berikut:
a)      Organisasi sebagai proses pembagian tugas, adalah suatu proses menetapakan dan
mengelompokkan jenis pekerjaan yang akan dilakukan serta merumuskan suatu
pelimpahan wewenang dan tanggungjawab yang memungkinkan orang-orang
yang diserahi tugas itu dapat bekerjasama secara efisien dan efektif dalam usaha
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b)      Organisasi sebagai proses pembagian tugas, adalah proses kegiatan menghimpun
secara teratur atas bagian-bagian yang saling bergantung satu sama lain sehingga
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang bulat, bersatu padu dalam
usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c)      Organisasi sebagai proses pembagian tugas, adalah suatu proses pembagian tugas
atau pekerjaan serta mengatur dan menentukan bagian atau orang-orang yang
diserahi untuk memikul tugas dan tanggungjawab dari suatu bentuk usaha.
d)     Organisasi sebagai proses pembagian tugas, adalah suatu proses kegiatan
penyusunan, pengembangan, pemeliharaan daripada pola hubungan kerja dari
bagian-bagiab atau orang-orang yang ada dalam suatu bentuk usaha.
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa organisasi sebagai proses
pembagian tugas mamandang organisasi dari segi sistem distribusi tugas sehingga
masing-masing pejabat atau masing-masing unit satuan kerja memegang tugas tertentu.
Disamping itu masih banyak definisi organisasi sebagai proses yang dikemukakan oleh
para ahli, dengan cara dan bahasa yang berbeda-beda. Dua diantaranya adalah
Organization as the process of dividing up work or arranging personal to handle
the work of the enterprise. Artinya Organisasi adalah sebagai proses pembagian tugas,
mengatur pegawai-pegawai untuk memikul tugas atau pekerjaan dari suatu badan usaha
(Yoseph Kingsbury & Robert Wilcox 1961).
Organization is the act or process of bringing together or arranging the related
groups of the agency into a working whole. Artinya Organisasi merupakan suatu kegiatan
atau suatu proses menghimpun atau mengatur kelomok-kelompok yang saling
mengadakan hubungan dari unit perwakilan ke dalam suatu pekerjaan yang menyeluruh
(Muninjaya Gde, 2004).

7
Definisi organisasi menurut beberapa ahli diantaranya :
1.      James D. Mooney : Organization is the form of every human association for the
attainment of common purposes. Artinya Organisasi merupakan bentuk dari setiap
perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama.
2.      John D. Millet : Organization is people working together, and so it takes on
characteristics of human relationships which are involved in group detivity. Artinya
Organisasi adalah orang-orang yang bekerjasama dengan mengandung cirri-ciri dari
hubungan kemanusiaan yang timbul di dalam kegiatan kelompok.
3.      Dwight Waldo : Organization is the structure of authoritative and habitual personal
interrelations in an administrative systems. Artinya: Organisasi merupakan struktur
daripada hubungan-hubungan ata dasar wewenang dan bersifat tetap dalam suatu sistem
administrasi.
4.      Chester I. Barnard : Organization is a system of cooperation activities of two or more
persons something intangible and impersonal, largely a matter of relationships. Artinya
Organisasi merupakan suatu system usaha bersama antara dua orang atau lebih, sesuatu
yang tidak berwujud dan tidak bersifat pribadi, yang sebagia besar mengenai hubungan-
hubungan kemanusiaan.
Terdapat beberpa hal yang mencirikan bahwa sekumpulan orang yang ada dalam
organisasi tersebut didasari :
a.       adanya kerjasama di antara kelompok orang dalam ikatan formal
b.      adanaya tujuan bersama serta kepentingan yang sama yang akan dicapai
c.       adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab yang teratur
d.      adanya hubungan formal dan ikatan tata tertib yang baik
e.       adanya pekerjaan yang akan dikerjakan, dan adanya hukum organization
Wewenang (authority) merupakan bagian dari mata organisasi. Wewenang
merupakan alat dan dasar hukum dari organisasi untuk bertindak dan memerintah orang atau
pihak lain. Tanpa ada wewenang terhadap suatu pekerjaan/tugas janganlah melakukan
pekerjaan/tugas, karenat tidak mempunyai dasar hukum untuk melaksanakannya. Dalam
menyelenggarakan organisasi terdapat beberapa sumber dan jenis wewenang masing-masing
sumber dan jenis tersebut mempunyai implikasi terhadap hubungan antara pemimpin staf
atau anggota dan juga mekanisme kerjanya. Sumber dan jenis-jenis wewenang tersebut
adalah seperti berikut yang dikutip dari Buku Manajemen Sumber Daya Manusia ( H. Malayu
S.P. Hasibuan,2000 ).

8
2.2  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Organisasi
1. Leadership
Kepemimpinan meliputi proses memproses dalam menentukan tujuan organisasi,
memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal
tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan
juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, maupun
atasan pimpinan itu sendiri.
2. Budaya
Adanya konsep budaya yang dikembangkan oleh pakar oraganisasi menjadi bagian
yang erat kaitannya dengan aspek-aspek pengembangan organisasi. Maka muncullah istilah
“Budaya Organisasi”. secara sederhana budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai nilai-
nilai dan cara bertindak yang dianut organisasi (beserta para anggotanya) dalam hubungannya
dengan pihak luar. Secara umum, perusahaan atau organisasi terdiri dari sejumlah orang
dengan latar belakang kepribadian, emosi dan ego yang beragam. Hasil penjumlahan dan
interaksi berbagai orang tersebut membentuk budaya organisasi.
3. Iklim Organisasi
Iklim organisasi merupakan karakteristik yang membedakan satu organisasi dengan
organisasi lainnya dan mempengaruhi orang-orang dalam organisasi tersebut.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kelompok (teamwork) dalam
bekerja dapat dikategorikan sebagai berikut :
A.    Tujuan
Visi, misi dan tujuan yang jelas akan membantu team dalam bekerja. Namun hal
tersebut belum cukup jika visi, misi dan tujuan yang ditetapkan tidak sejalan dengan
kebutuhan dan tujuan para anggota.
B.     Tantangan
Manusia dikarunia mekanisme pertahanan diri yang di sebut “fight atauflight
syndrome”. Ketika dihadapkan pada suatu tantangan, secara nalurimanusia akan
melakukan suatu tindakan untuk menghadapi tantangan tersebut (fight) atau menghindar
(flight). Dalam banyak kasus tantangan yang ada merupakan suatu rangsangan untuk
mencapai kesuksesan. Dengan kata lain tantangan tersebut justru merupakan motivator.

9
Namun demikian tidak semua pekerjaan selalu menghadirkan tantangan.Sebuah
team tidak selamanya akan menghadapi suatu tantangan. Pertanyaannya adalah
bagaimana caranya memberikan suatu tugas atau pekerjaan yang menantang dalam
interval. Salah satu criteria yang dapat dipakai sebagai acuan apakah suatu tugas memiliki
tantangan adalah tingkat kesulitan dari tugas tersebut. Jika terlalu sulit, mungkin dapat
dianggap sebagai hal yang mustahil dilaksanakan, maka team bisa saja menyerah sebelum
mulai mengerjakannya. Sebaliknya, jika terlalu mudah maka team juga akan malas untuk
mengerjakannya karena dianggap tidak akan menimbulkan kebanggaan bagi yang
melakukannya.
C.    Keakraban
Team yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akraban satu sama lain, setia
kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota team saling menyukai dan
berusaha keras untuk mengembangankan dan memelihara hubungan interpersonal.
Hubungan interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini akan merupakan dasar
terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan antara sesama anggota
team.
D.    Tanggungjawab
Secara umum, setiap orang akan terstimulasi ketika diberi suatu tanggungjawab.
Tanggungjawab mengimplikasikan adanya suatu otoritas untuk membuat perubahan atau
mengambil suatu keputusan. Team yang diberi tanggungjawab dan otoritas yang
proporsional cenderung akan memilikimotivasi kerja yang tinggi.
E.     Kesempatan Untuk Maju
Setiap orang akan melakukan banyak cara untuk dapat mengembangkan
diri,mempelajari konsep dan ketrampilan baru, serta melangkah menuju kehidupan yang
lebih baik. Jika dalam sebuah team setiap anggota merasabahwa team tersebut dapat
memberikan peluang bagi mereka untuk melakukanhal-hal tersebut di atas maka akan
tercipta motivasi dan komitment yang tinggi. Hal ini penting mengingat bahwa
perkembangan pribadi memberikan nilai tambah bagi individu dalam meningkatkan harga
diri.
F. Kepemimpinan
Tidak dapat dipungkiri bahwa leadership merupakan faktor yang berperan penting
dalam mendapatkan komitment dari anggota team. Leader berperan dalam menciptakan
kondisi kondusif bagi team untuk bekerja dengan tenang dan harmonis. Seorang leader

10
yang baik juga dapat memahami 6 faktor yang dapat menimbulkan motivasi seperti yang
disebutkan diatas.

2.3  DEFENISI METODE FUNGSIONAL, KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN CONTOH


PENERAPAN
1.      Defenisi Metode Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Terbatasnya jumlah
dan kemampuan perawat saat itu, maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis
intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi
tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu
berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002).
Metode fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri dari pemisahan tugas
keperawatan yang terlibat dalam setiap perawatan pasien dan penugasan masing-masing
anggota, staf keperawatan untuk melakukan satu atau dua fungsi bagi semua pasien dalam
sebuah unit. Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi
bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan pendidikan
kurang akan melakukan tindakan yang lebih ringan dibandingkan dengan perawatan
profesional. Model ini dibutuhkan pembagian tugas (job description), prosedur, kebijakan
dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta
mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah munculnya
fragmentasi keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori
tenaga keperawatan.
2.      Keuntungan
a.       Menerapkan manajemen kalasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan yang baik.
b.      Perawat senir menyibukkan diri dengan tuga manajerial, sedangakan perawatan
pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau perawat yan belum berpengalaman.
Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
c.       Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman
untuk satu tugas yang sederhana.
d.      Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang praktek
untuk ketrampilan tertentu.

11
3.      Kerugian
a.       Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
b.      Pelayanan keperawatan terpisah – pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
c.       Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan
saja.
d.      Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
e.       Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan
f.       Pelayanan terputus-putus
g.      Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
4.      Contoh Penerapan
a.       Kepala Ruangan :
Tugasnya adalah merencanakan pekerjaan, menentukan kebutuhan perawatan pasien,
membuat penugasan, melakukan supervise, menerima instruksi dokter.
b.      Perawat Staf :
Melakukan askep langsung pada pasien, membantu revisi askep yang diberikan oleh
pembantu tenaga keperawatan.
c.       Perawat Pelaksana :
Melaksanakan askep langsung pada pasien, melaksanakan askep pasien dalam masa
pemulihan kesehatan, melaksanakan askep pada pasien dengan penyakit kronik dan
membantu tidakan sederhana (ADL).
d.      Perawat Pembantu :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi, membanatu
perawat untuk membenahi tempat tidur, membantu membagikan alat tenun pasien.

2.4 DEFENISI METODE TIM, KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN CONTOH


PENERAPAN
1.      DEFENISI METODE TIM
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif &
kolaboratif (Douglas, 1992).
Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang
digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan memenuhi
peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul karena kemajuan
teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim keperawatan terdiri dari perawat profesional

12
(registered nursing), perawat praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim
bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien
selama 8-12 jam. Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat
anggota dimotivasi untuk belajar (Nursalam, 2007).
Pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua tim,
rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan metode
keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien.
Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personil
adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim.
Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan
keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan
tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan
memenuhi standar asuhan keperawatan.
Pengembangan metode tim ini didasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan
dengan menggunakan kecakapan dan mampuan anggota kelompok. Metode ini juga
didasari atas yakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan baik. Selain itu,
setiap staf berhak menerima bantuan melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan
yang baik sesuai kemampuannya. Dalam keperawatan, metode diterapkan dengan
menggunakan sama tim perawat yang terogen, terdiri dari perawat profesional, non-
profesional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan pada
sekelompok pasien. Ketua tim (perawat profesional) memiliki tanggung jawab dalam
perencanaan, kelancaran, dan iluasi dan asuhan keperawatan untuk semua pasien yang di
lakukan oleh tim di bawah tanggung jawabnya. Di samping itu, ketua tim mempunyai
tugas untuk melakukan supervise kepada semua anggota tim dalam implementasi dan
tindakan keperwatan, dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperwatan.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga
pasien merasa puas. Selain itu, metode tim dapat meningkatkan kerja sama dan koordinasi
perawat dalam melaksanakan tugas, memungkinkan adanya transfer of knowledge dan
transfer of experiences di antara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan
meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan.

13
Sesuai dengan tujuan tersebut maka tugas dan tanggung jawab keperawatan harus
benar-benar diarahkan dan direncanakan secara matang untuk keberhasilan asuhan ke
perawatan.sebagaimana diketahui bahwa satu tim keperawatan terdiri dan 2 orang
perawat atau lebih yang bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketua tim
seharusnya perawat profesional yang sudah berpengalaman dalam memberikan asuhan
keperawatan dan ditunjuk oleh perawat kepala ruang (nurse unit manager). Selanjutnya,
ketua tim akan melaksanakan tugas yang didelegasikan oleh perawat kepala ruang
bersama-sama dengan anggota tim. Tugas dan tanggung jawab ketua tim menjadi hal
yang harus diperhitungkan secara cermat. Tugas dan tanggung jawab tersebut diarahkan
untuk melakukan pengkajian dan penyusunan rencana keperawatan untuk setiap pasien
yang berada di bawah tanggung jawabnya, membagi tugas kepada semua anggota tim
dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki anggota tim dan kebutuhan pasien
yang harus dipenuhi mengontrol dan memberikan bimbingan kepada anggota tim dalam
melaksanakan tugasnya apabila diperlukan, melakukan evaluasi terhadap hasil kerja
anggota tim, menerima laporan tentang perkembangan kondisi pasien dan anggota tim.
Tugas dan tanggung jawab lain yang harus diperhatikan oleh ketua tim adalah
mengontrol perkembangan kesehatan setiap pasien, mencatat hal-hal yang terjadi pada
pasien terutama yang tidak diinginkan, melakukan revisi rencana keperawatan apabila
diperlukan, melaporkan perkembangan pasien kepada perawat kepala ruang serta
kesulitan yang dihadapi apabila ada. Selain itu, tugas dan tanggung jawab ketua tim, yaitu
memimpin pertemuan tim untuk menerima laporan, memberi pengarahan serta membahas
masalah yang dihadapi, menjaga komunikasi yang efektif, melakukan pengajaran kepada
pasien, keluarga pasien dan anggota tim serta melengkapi catatan yang dibuat anggota tim
apabila diperlukan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim harus
memiliki kemampuan untuk mengikut sertakan anggota tim dalam memecahkan masalah.
Ketua tim juga harus dapat menerapkan pola asuhan keperawatan yang di anggap sesuai
dengan kondisi pasien dan minat pemberi asuhan. Oleh karena itu, pembuatan keputusan,
otoritas, dan tanggung jawab ada pada tingkat pelaksana. Hal ini akan mendukung
pencapaian pengetahuan dan keterampilan profesional.
Dalam ruang perawatan mungkin diperlukan beberapa tim keperawatan.
pembagian tugas dalam tim keperawatan dapat dilakukan dengan jalan perawat kepala
ruang akan menentukan jumlah tim yang diperlukan berdasarkan beberapa factor, antara
lain memperhitungkan jumlah tenaga perawat profesional, jumlah tenaga yang ada, dan

14
jumlah pasien. Pembagian tugas dalam tim keperawatan dapat didasarkan pada
tempat/kamar pasien tingkat penyakit pasien, jenis penyakit pasien, dan jumlah pasien
yang di rawat.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1.    Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan tim.
2.    Menjadi konsultan dalam asuhan keperawatan.
3.    Melakukan peran sebagai model peran.
4.    Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien.
5.    Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien.
6.    Merevisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan pasien.
7.    Melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan pasien maupun kerja dari
anggota tim.
8.    Menjadi guru pengajar.
9.    Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif.
Bila kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh ketua tim,akan berdampak secara
positif dalam pemberian asuhan keperawatan. Dengan demikian, masalah dalam asuhan
keperawatan cepat teratasi mutu asuhan keperawatan terpeliharanya perawat terbiasa
bekerja secara terorganisasi, terarah, dan memahami tujuan kerja sama antar perawat
meningkat kepuasan kerja meningkat pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman semua
perawat meningkat serta kaderisasi kepemimpinan terjadi.
Di bandingkan dengan metode fungsional, metode tim lebih banyak memberikan
tanggung jawab, otoritas, dan tanggung gugat kepada anggota tim. Tugas perawat
menjadi lebih kompleks, anggota tim lebih terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Apabila kerja dan tim berhasil dan memuaskan, pola ini member pengkayaan
pengalaman dan perluasan wawasan kerja bagi pelaksana khususnya anggota tim
tingkat yang rendah.
2.      Konsep Metode Tim Menurut Kron & Gray (1987)
1.      Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan.
2.      Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
3.      Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4.      Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika
didukung oleh kepala ruang.

15
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim / grup yang terdiri dari tenaga profesional, tehnikal dan pembantu dalam
satu grup kecil yang saling membantu.
3.      Kelebihan :
1.    Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2.    Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3.    Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim.
Dapat memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat. Pasien merasa di
perlakukan lebih manusiawi karena pasien memiliki sekelompok perawat yang lebih
mengenal dan memahami kebutuhannya.
Perawat dapat mengenali pasien secara individual karena perawatannya
menangani pasien dalam jumlah yang sedikit. Hal ini, sangat memungkinkan merawat
pasien secara komprehensif dan melihat pasien secara holistic. Perawat akan
memperlihatkan kerja lebih produktif melalui kemampuan dalam bekerja sama dan
berkomunikasi dalam tim. Hal ini akan mempermudah dalam mengenal kemampuan
anggota tim yang dapat dimanfaatkan secara optimal.
4.      Kelemahan :
1.      Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu
sibuk (memerlukan waktu ).
2.      Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu.
3.      Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur
Sebagaimana metode fungsional, metode tim juga tidak mengandung beberapa
kerugian. Selain itu, metode ini di anggap memerlukan biaya yang lebih tinggi karena
kotaknya distribusi tenaga, metode ini juga tidak efektif bila pengaturannya tidak baik.
Pelaksanaan asuhan keperawatan menggunakan metode tim memerlukan banyak kerja
sama dan komunikasi serta kecenderungan banyak kegiatan keperawatan di lakukan oleh
perawat non profesional. Ketua tim perlu waktu yang lebih banyak untik melaksanakan
tugas manajeria, seperti mengkaji, mendelegasikan, dan mengontrol kerja kelompok.
Ketua tim dapat mengalami kebinguangan karena tugas disampaikan melalui beberapa
orang anggota, terlebih apabila komposisi anggota tim sering diubah.

16
Peran perawat kepala ruang
Peran perawat kepala ruang dalam aplikasi metode tim diarahkan pada
keterampilan dan minat yang dimilikinya di samping itu, perawat kepala ruang harus
mampu mengoptimalkan fungsi tim melalui orientasi anggota tim dan pendidikan
berkelanjutan, mengkaji kemampuan anggota tim dan membagi tugas sesuai dengan
keterampilan anggotanya hal yang tidak kalah pentingnya adalaah perawat kepala ruang
harus mampu sebagai model peran.
Metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan dapat diterapkan bila ada
tenaga profesional yang mampu dan mau memimpin kelompok kecil, dapat bekerja sama
dan membimbing tenaga keperawatan yang lebih rendah. Di samping itu, perawat kepala
ruang harus mau membagi tanggung jawab dan tugasnya kepada orang lain. Satu tim
keperawatan dapat terdiri dan tiga sampai lima perawat untuk bertanggung jawab
memberikan asuhan keperawatan kepada 10 sampai 15 pasien.
Tanggungjawab Kepala ruang :
a.       Menentukan standar pelaksanaan kerja.
b.      Supervisi dan evaluasi tugas staf
c.       Memberi pengarahan ketua tim.
Uraian tugas Kepala Ruang :
a.       Perencanaan
1.   Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masingmasing
2.   Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
3.   Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien.
4.   Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkanaktifitas dan kebutuhan
klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
5.   Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6.   Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,patofisiologi,tindakan medis yang
dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang
akan dilakukan terhadap pasien.
7.   Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan .
8.   Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
9.   Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
10.    Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan RS.

17
b.      Pengorganisasian
1.   Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2.   Merumuskan tujuan metode penugasan
3.   Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
4.   Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat.
5.   Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas, mengatur
tenaga yang ada setiap hari dll.
6.   Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
7.   Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek
8.   Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada ditempat kepada ketua tim
9.   Memberikan wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.
10.    Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
11.    Identifikasi masalah dan cara penanganan
c.       Pengarahan
1.   Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2.   Memberi pujian kepada anggota yang melaksanakan tugas dengan baik
3.   Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
4.   Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan
keperawatan pasien
5.   Melibatkan bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.
6.   Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d.      Pengawasan
1.   Melalui komunikas : Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim
maupun pelaksanan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
2.   Melalui superfisi : Pengawasan langsung dan tidak langsung.
3.   Evaluasi : Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim serta melakukan Audit
keperawatan.
Tanggung jawab ketua tim :
1.        Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan.
2.        Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang didelegasikan
oleh kepala ruangan.

18
3.        Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan
bersama-sama anggota timnya,.
4.        Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.
5.        Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan melalui
konferens.
6.        Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan serta
mendokumentasikannya.
7.        Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan.
8.        Menyelenggarakan konferensi .
9.        Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
10.    Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya.
11.    Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.
Tanggung jawab anggota tim
1.      Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.
2.      Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan
berdasarkan respon klien.
3.      Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan asuhan
keperawatan
4.      Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.
5.      Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
6.      Memberikan laporan

2.5  DEFENISI METODE KASUS, KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN CONTOH


PENERAPAN
1.      Defenisi
Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus
(case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para
manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti:
1) Dengan dokter dan pasien tertentu
2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit – unit 3) Dengan
mengadakan diagnosa

19
Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan
seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untuk
mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi. Metode kasus
merupakan metode yang berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan.
Parawat beratanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu. Rasio
pasien perawat adalah 1 : 1. Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang
melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus dapat diterapkan satu pasien
untuk satu perawat, umumnya dilakukan untuk perawat privat atau untuk perawatan
khusus, seperti isolasi atau intensive care ( Nursalam, 2012 ).
Model Kasus  merupakan model pemberian asuhan yang pertama digunakan. 
Sampai Perang Dunia kedua model tersebut merupakan model pemberian asuhan
keperawatan yang paling banyak digunakan.  Pada model ini satu perawat akan
memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara total dalam satu periode
dinas.  Jumlah pasien yang dirawat oleh satu perawat sangat tergantung kepada
kemampuan perawat dan kompleksnya masalah dan pemenuhan kebutuhan pasien.
Model Kasus ini diharapkan yaitu, dimana perawat mampu memberikan asuhan
keperawatan yang mencakup seluruh aspek keperawatan yang dibutuhkan pasien.  Model
ini perawat memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara menyeluruh,
sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap pasien dengan baik, sehingga
pasien merasa puas dan merasakan lebih aman karena mengetahui perawat yang
bertanggung jawab atas dirinya.  Dengan model ini menuntut seluruh tenaga keperawatan
mempunyai kualitas profesional dan membutuhkan jumlah tenaga keperawatan yang
banyak. Model ini sangat sesuai digunakan di ruangan rawat khusus seperti ruang
perawatan intensif, misalnya ruang ICCU, ICU, HCU, Haemodialisa dan sebagainya
( Zaidin Ali, 2001 ).
2.      Keuntungan
a)      Perawat lebih memahami kasus per kasus
b)      Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih muda
3.      Kerugian
a)      Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
b)      Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yanga sama

20
c)      Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak
mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
d)     Beban kerja tinggi terutama jika jumlah pasien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan
e)      Pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab
pasien bertugas.

2.6  DEFENISI METODE PRIMER, KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN CONTOH


PENERAPAN
1.      Defenisi
Menurut Gillies (1986), perawat yang menggunakan metode keperawatan primer
dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Metode
keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta
dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien
dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat
primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam
merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika
diperlukan. Saat perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan
didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
2.      Keuntungan
a)      Bersifat kontunuitas dan komprehensif
b)      Perawata primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri
c)      Mendorong kemandirian perawat
d)     Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
e)      Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
f)       Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.

21
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa di manusiawikan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
3.      Kerugian
a)      Hanya dapat di lakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, akuntabel, serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu
b)      Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
c)      Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
d)     Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

2.7  DEFENISI METODE MODIFIKASI, KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN CONTOH


PENERAPAN
1.      Defenisi
Metode primer modifikasi adalah metode gabungan antara metode penugasan tim
dengan metode perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat
pasien dari datang sampai pulang. Pada model ini, digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Ratna S.Sudarsono (2000), penerapan sistem model ini didasarkan pada
beberapa alasan :
a.       Keperawatan primer tidak di gunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.
b.      Keperawatan tim tidak di gunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
c.       Melalui kombinasi kedua model tersebut di harapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagain besar
adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ ketua tim
tentang asuhan keperawatan. Untuk ruang model ini di perlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang
perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat,
juga Ners, Perawat Associate(PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi
terdiri atas lulusan D3 Keperawatan ( 3orang) dan SPK (18 orang).

22
2.      Keuntungan
a)      Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b)      Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c)      Memungkinkan komunikasi antar tim, sehinggah konflik mudah di atasi dan
memberikan kepuasaan pada anggota tim
d)     Saling memberi pengalaman antar sesama tim
e)      Bersifat kontunuitas dan komprehensif
f)       Mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan
pengembangan diri Mendorong kemandirian perawat
g)      Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
3.      Kerugian
a)      Kelemahan metode primer modifikasi
b)      Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya
c)      Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau
terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota
tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat
d)     Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim
e)      Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
f)       Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
g)      Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
4.      Contoh Penerapan
1.      berbeda bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien
2.      Metode Primer adalah seorang perawat profesional bertanggung jawab member
perawatan secara menyeluruh selama 24 jam pada 4-6 pasien dalam satu unit sejak
pasien masuk sampai pulang
3.      Metode Kasus adalah satu perawat merawat satu pasien (total patient care)
4.      Metode Primer-modifikasi adalah gabungan metode tim dan metode primer.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan mengalokasi
dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang dicapai. Suatu pengorganisasia
memiliki tujuan dan prinsip pokok tertentu dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Organisasi sebagai sistem sosial memiliki 4 subsistem yaitu subsistem administrasi,
subsistem informasi, subsistem ekonomi, dan subsistem sosial. Dalam struktur organisasi
memiliki 4 jenis atau tipe struktur yaitu Bureaucrati, Ad Hoc Design, Matrix Structure, dan
Flat design.

3.2  Saran
Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu agar memahami mengenai system
perorganisasian dalam manajemen keperawatan dan juga mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi terjadinya system organisasi dan juga mengetahui beberapa metode- metode
yang ada dalam manajemen keperawatan. Perbedaan kelima metode praktik keperawatan
harus dipahami oleh pembaca dan mampu mengaplikasikannya dengan sebaik mungkin serta
tidak menjadikan kelemahan-kelemahan metode untuk memberikan pelayanan yang optimal.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2011. Dasar – Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika.
Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta : Salemba Medika.
Muninjaya Gde. 2004. Manajemen Kesehatan Cetakan I Edisi 2. Jakarta : EGC
Sitorus Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di RS. Jakarta : EGC.
Gilles, A.G. 1994. Nursing Management: A.System Approach, 3rdedition , Philadelphia: WB
Company Saunders.

25

Anda mungkin juga menyukai