Anda di halaman 1dari 64

MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL

( MPKP )

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan
Dosen pembimbing : ERNAWATI,S.Kp,M.Kep

Disusun Oleh :

Nama : Dora Febrianti

Nim :po 71.20.1.171.167

Tingkat : IV /VIII

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

TAHUN AJARAN 2020-2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya
makalah ini. Makalah yang masih perlu dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
MANEJEMEN KEPERAWATAN  pada prodi Serjana Terapan keperawatan di Poltekkes
Kemenkes Jambi.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Ibu selaku dosen pengampu mata kuliah
manejemen keperawatan.saya menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan,
oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun terutama dari
pembimbing dan teman-teman.
           

                                                                                                   Jambi 3 november 2020

                                                                                                   Penulis
COVER .....................................................................................................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................................

1.3 Tujuan............................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................................

2.1 pengertian MPKP...........................................................................................................................

2.2 Tujuan dari MPKP..........................................................................................................................

2.3 Macam-macam Metode Penugasan MPKP dalam Keperawatan...................................................

2.4 Komponen dari MPKP...................................................................................................................

2.5 . Karakteristik MPKP......................................................................................................................

2.6 Langkah-langkah dalam MPKP.......................................................................................................

2.7 Tingkatan MPKP............................................................................................................................

2.8 Pilar-pilar MPKP.............................................................................................................................

2.9 Pengertian SP2KP..........................................................................................................................

2.10 Kelebihan SP2KP..........................................................................................................................

2.11 Mana yang Lebih Baik SP2KP atau MPKP.....................................................................................

2.12 Perbedaan MPKP dan SP2KP.......................................................................................................

2.1 3 Hambatan dalam penerapan SP2KP dan MPKP..........................................................................

2.14 MPKP (model keperawatan tim) diubah menjadi SP2KP (model keperawatan profesional).......

2.15 Peran PP dalam SP2KP.................................................................................................................

2.16 Perbedaan dampak bagi pasien setelah penerapan SP2KP.........................................................

2.17 Fungsi Perawat Melakukan Konferen..........................................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................................................................

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................................
3.2 Saran.............................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulai sejak diterima dan
diakuinya keperawatan sebagai profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan (1983).
Sejak saat itu berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional,
Departemen Kesehatan dan organisasi profesi, diantaranya adalah dengan membuka
pendidikan pada tingkat sarjana, mengembangkan Kurikulum Diploma III keperawatan,
mengadakan pelatihan bagi tenaga keperawatan, serta mengembangkan standar praktik
keperawatan. Upaya penting lainnya adalah dibentuknya Direktorat Keperawatan di
Departemen Kesehatan di Indonesia. Semua upaya tersebut bertujuan untuk
meningkatkan profesionalisme keperawatan agar mutu asuhan keperawatan dapat
ditingkatkan. (Sitorus, 2006).
Walaupun sudah banyak hal positif yang telah dicapai di bidang pendidikan
keperawatan, tetapi gambaran pengelolaan layanan keperawatan belum memuaskan.
Layanan keperawatan masih sering mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang sikap
dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien atau
keluarga. (Sitorus, 2006).
Layanan keperawatan yang ada di Rumah Sakit masih bersifat okupasi. Artinya,
tindakan keperawatan yang dilakukan hanya pada pelaksanaan prosedur, pelaksanaan
tugas berdasarkan instruksi dokter. Pelaksanaan tugas tidak didasarkan pada tanggung
jawab moral serta tidak adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang asuhan
keperawatan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan restrakturing, reengineering,
dan redesigning system pemberian asuhan keperawatan melalui pengembangan Model
Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) yang diperbaharui dengan SP2KP. (Sitorus,
2006).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari MPKP?
2. Apa tujuan dari MPKP?
3. Apa saja macam metode penugasan MPKP dalam keperawatan?
4. Menurut Hoffart & Woods (1996), sebutkan komponen MPKP?
5. Apa karakteristik MPKP
6. Bagaimana langkah-langkah dalam MPKP?
7. Bagaimana tingkatan MPKP?
8. Jelaskan pilar-pilar MPKP?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari MPKP
2. Untuk mengetahui tujuan dari MPKP
3. Untuk mengetahui macam-macam metode penugasan MPKP dalam keperawatan
4. Untuk mengetahui komponen dari MPKP
5. Untuk mengetahui karakteristik MPKP
6. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam MPKP
7. Untuk mengetahui tingkatan MPKP
8. Untuk mengetahui pilar-pilar MPKP
BAB II
PEMBAHASAN
MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional)
2.1 Pengertian MPKP
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang
pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).

2.2 Tujuan dari MPKP


1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan.

2.3 Macam-macam Metode Penugasan MPKP dalam Keperawatan


1. Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama kali
digunakan. Sampai perang dunia II metode tersebut merupakan metode
pemberian asuhan keperawatan yang paling banyak digunakan. Pada metode ini
satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara
total dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat
bergantung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien.
(Sitorus, 2006).
Setelah perang dunia II, jumlah pendidikan keperawatan dari berbagai jenis
program meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah sakit. Agar pemanfaatan
tenaga yang bervariasi tersebut dapat maksimal dan juga tuntutan peran yang
diharapkan dari perawat sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran, kemudian
dikembangkan metode fungsional. (Sitorus, 2006).

2. Metode Fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada
penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap perawat diberi satu atau beberapa tugas
untuk dilaksanakan kepada semua klien di satu ruangan. (Sitorus, 2006).
Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas setiap perawat dalam satu
ruangan. Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada kepala
ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan
laporan klien. Metode fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-
tugas apabila jumlah perawat sedikit, tetapi klien tidak mendapatkan kepuasan
asuhan yang diterimanya. (Sitorus, 2006).
Metode ini kurang efektif karena (Sitorus, 2006) :
a. Proritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang
menekankan pada pemenuhan kebutuhan holistik
b. Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian asuhan
keperawatan terfragmentasi
c. Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu perawat
yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin
kepala ruangan.
d. Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas terhadap
pelayanan atau asuhan yang diberikan karena seringkali klien tidak mendapat
jawaban yang tepat tentang hal-hal yang ditanyakan.
e. Klien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan perawat.
f. Selama beberapa tahun menggunakan metode fungsional beberapa perawat
pemimpin (nurse leader) mulai mempertanyakan keefektifan metode tersebut
dalam memberikan asuhan keperawatan profesional kemudian pada tahun
1950 metode tim digunakan untuk menjawab hal tersebut. (Sitorus, 2006).
3. Metode tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1992). Metode tim didasarkan pada
keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga menimbulkan rasa
tanggung jawab yang tinggi. (Sitorus, 2006).
Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut (Sitorus, 2006) :
a. Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang
prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Tanggung
jawab ketua tim adalah :
1. Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra
2. Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
3. Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok
dan memberikan bimbingan melalui konferensi
4. Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya
b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra terjamin. Komunikasi
yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara, terutama melalui renpra
tertulis yang merupakan pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim akan berhasil
baik apabila didukung oleh kepala ruang untuk itu kepala ruang diharapkan
telah :
1. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
2. Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
3. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan
kepemimpinan
4. Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim
keperawatan
5. Menjadi narasumber bagi ketua tim
6. Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan
7. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka
Hasil penelitian Lambertson dalam Douglas (1992) menunjukkan bahwa
metode tim jika dilakukan dengan benar adalah metode pemberian asuhan yang
tepat untuk meningkatkan kemanfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi
kemampuannya. (Sitorus, 2006). Kekurangan metode ini, kesinambungan asuhan
keperawatan belum optimal sehingga pakar menge mbangkan metode
keperawatan primer. (Sitorus, 2006).
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi
dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai
dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di
tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :
1) Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi ka tim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh
ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya
satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana
tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ
tim(Modul MPKP, 2006)
2) Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan
(tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul
MPKP, 2006)
Tujuan Pre dan Post Conference : Secara umum tujuan konferensi adalah
untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif
penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang
dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat
meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan
merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif
(McKeachie, 1962). Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan
keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi
bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).

4. Manajemen kasus
Manajemen kasus merupakan system pemberian asuhan kesehatan secara
multi disiplin yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan fungsi berbagai
anggota tim kesehatan dan sumber-sumber yang ada sehingga dapat dicapai
hasil akhir asuhan kesehatan yang optimal. ANA dalam Marquis dan Hutson
(2000) mengatakan bahwa manajemen kasus merupakan proses pemberian
asuhan kesehatan yang bertujuan mengurangi fragmentasi, meningkatkan
kualitas hidup, dan efisiensi pembiayaan. Focus pertama manajemen kasus
adalah integrasi, koordinasi dan advokasi klien, keluarga serta masyarakat
yang memerlukan pelayanan yang ektensif. Metode manajemen kasus meliputi
beberapa elemen utama yaitu, pendekatan berfokus pada klien, koordinasi
asuhan dan pelayanan antar institusi, berorientasi pada hasil, efisiensi sumber
dan kolaborasi (Sitorus, 2006).

2.4 . Komponen dari MPKP


Berdasarkan MPKP ysng sudah dikembangkan diberbagai rumah sakit Hoffart
dan Woods menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari lima komponen, yakni:

a. Nilai-nilai profesional
Nilai-nilai profesional menjadi komponen utama pada suatu praktik
keperawatan profesional. Nilai-nilai profesional ini merupakan inti dari
MPKP. Nilai-nilai seperti penghargaan atas otonomi klien, menghargai klien,
dan melakukan yang terbaik untuk klien harus tetap ditingkatkan dalam suatu
proses keperawatan.
b. Pendekatan manajemen
Dalam melakukan asuhan keperawatan adalah untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia, yang bilamana ingin memenuhi kebutuhan dasar
tersebut seorang perawat harus melakukan pendekatan penyelesaian masalah,
sehingga dapat diidentifikasi masalah klien, dan nantinya dapat diterapkan
terapi keperawatan yang tepat untuk masalah klien.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang profesional,
digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, misalnya metode
kasus, fungsional, tim, dan keperawatan primer, serta manajemen kasus.
Dalam praktik keperawatan profesional, metode yang paling memungkinkan
pemberian asuhan keperawatan profesional adalah metode yang menggunakan
the breath of keperawatan primer.
d. Hubungan profesional
Pemberian asuhan kesehatan kepada klien diberikan oleh beberapa
anggota tim kesehatan. Namun, fokus pemberian asuhan kesehatan adalah
klien. Karena banyaknya anggota tim kesehatan yang terlibat, maka dari itu
perlu kesepakatan tentang cara melakukan hubungan kolaborasi tersebut.
e. Sistem kompensasi dan penghargaan
Pada suatu layanan profesional, seorang profesional mempunyai hak
atas kompensasi dan penghargaan. Pada suatu profesi, kompensasi yang
didapat merupakan imbalan dan kewajiban profesi yang terlebih dahulu
dipenuhi. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan pada MPKP dapat
disepakati di setiap institusi dengan mengacu pada kesepakatan bahwa layanan
keperawatan adalah pelayanan profesional.

2.5 . Karakteristik MPKP


1. Penetapan jumlah tenaga keperawatan. Penetapan jumlah tenaga keperawatan
berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien.
2. Penetapan jenis tenaga keperawatan. Pada suatu ruang rawat MPKP, terdapat
beberapa jenis tenaga yang memberikan asuhan keperawatan yaitu Clinical Care
Manager (CCM), Perawat Primer (PP), dan Perawat Asosiet (PA). Selain jenis
tenaga tersebut terdapat juga seorang kepala ruang rawat yang bertanggung jawab
terhadap manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat tersebut. Peran dan
fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuannya dan terdapat
tanggungjawab yang jelas dalam sistem pemberian asuhan keperawatan.
3. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra). Standar renpra perlu
ditetapkan, karena berdasarkan hasil obsevasi, penulisan renpra sangat menyita
waktu karena fenomena keperawatan mencakup 14 kebutuhan dasar manusia
(Potter & Perry, 1997).
4. Penggunaan metode modifikasi keperwatan primer. Pada MPKP digunakan metode
modifikasi keperawatn primer, sehingga terdapat satu orang perawat profesional
yang disebut perawat primer yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
asuhan keperawatan yang diberikan. Disamping itu, terdapat Clinical Care
Manager (CCM) yang mengarahkan dan membimbing PP dalam memberikan
asuhan keperawatan. CCM diharapkan akan menjadi peran ners spesialis pada
masa yang akan datang.

2.6 Langkah-langkah dalam MPKP


1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu (Sitorus, 2006).:
a. Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang digunakan sebagai
tempat proses belajar bagi mahasiswa keperawatan, sebaiknya kelompok kerja ini
melibatkan staf dari institusi yang berkaitan. Sehingga kegiatan ini merupakan
kegiatan kolaborasi antara pelayanan/rumah saklit dan institusi pendidikan. Tim ini
bisa terdiri dari seorang koordinator departemen, seorang penyelia, dan kepala
ruang rawat serta tenaga dari institusi pendidikan. (Sitorus, 2006).
b. Rancangan Penilaian Mutu
Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan klien/keluarga
kepatuhan perawat terhadap standar yang diniali dari dokumentasi keperawatan,
lama hari rawat dan angka infeksi noksomial. (Sitorus, 2006).
c. Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil penilaian mutu
asuhan kepada pimpinan rumah sakit, departemen,staf keperawtan, dan staf lain
yang terlibat. Pada presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempat
implementasi MPKP akan dilaksanakan. (Sitorus, 2006).
d. Penempatan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan tempat
implementasi MPKP, antara lain (Sitorus, 2006) :
1) Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang tersebut. Hal ini
diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat tersebut akan mendapat
pembinaan tentang kerangka kerja MPKP
2) Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri dari 1 swasta
dan 1 ruang rawat yang nantinya akan dikembangkan sebagai pusat pelatihan
bagi perawat dari ruang rawat lain.
e. Penetapan Tenaga Keperawatan
Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat
ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan. Untuk
menetapkan jumlah tenaga keperawtan di suatu ruangrawat didahului dengan
menghitung jumlah klien derdasarkan derajat ketergantungan dalam waktu
tertentu, minimal selama 7 hari berturut-turut. (Sitorus, 2006).

f. Penetapan Jenis Tenaga


Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan
adalah metode modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian, dalam suatu
ruang rawat terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi (Sitorus, 2006).:
1) Kepala ruang rawat
2) Clinical care manager
3) Perawat primer
4) Perawat asosiet

g. Pengembangan Standar rencana asuhan Keperawatan


Pengembangan standar renpra bertujuan untuk mengurangi waktu
perawat menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dilakukan untuk
melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien. Adanya standar renpra
menunjukan asuhan keperawtan yang diberikan berdasarkan konsep dan teori
keperwatan yang kukuh, yang merupakan salah satu karakteristik pelayanan
professional. Format standar renpra yang digunakan biasanya terdiri dari
bagian-bagian tindakan keperawatan: diagnose keperawatan dan data
penunjang, tujuan, tindakan keperawatan dan kolom keterangan. (Sitorus,
2006).

h. Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan


Selain standar renpra, format dokumentasi keperawatan lain yang
diperlukan adalah (Sitorus, 2006) :
1) Format pengkajian awal keperawatan
2) Format implementasi tindakan keperawatan
3) Format kardex
4) Format catatan perkembangan
5) Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
6) Format laporan pergantian shif
7) Resume perawatan

i. Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama
dengan fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun fasilitas
tambahan yang di perlukan adalah (Sitorus, 2006) :
1) Badge atau kartu nama tim
Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim yang berisi nama PP dan
PA dalam tim tersebut. Kartu ini digunakan pertama kali sat melakukan kontrak
dengan klien/keluarga.
2) Papan MPKP
Papan MPKP berisi darfat nama-nama klien, PP, PA, dan timnya serta dokter yang
merawat klien.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini (Sitorus,
2006) :
a. Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang yang
sudah ditentukan.

b. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan konferensi.


Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi
dilakukan setelah melaukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas
PP. Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi
gangguan dari luar. (Sitorus, 2006).

c. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde dengan
porawat asosiet (PA).
keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap hari. Ronde
ini penting selain untuk supervisi kegiatan PA, juga sarana bagi PP untuk memperoleh
tambahan data tentang kondisi klien. (Sitorus, 2006).

d. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar renpra.


Standar renpra merupakan acuan bagi tim dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Semua masalah dan tindakan yang direncenakan mengacu pada standar
tersebut. (Sitorus, 2006).

e. Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi dengan


klien/keluarga.
Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan kesepakatan antara
perawat dan klien/keluarganya dalam pemberian asuhan keperawatan. Kontrak ini
diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan klien dapat terbina.
Kontrak diawali dengan pemberian orientasibagi klien dan keluarganya. (Sitorus,
2006).

f. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam tim.


PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus
klien yang dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih mempelajari
kasus yang ditanganinya secara mendalam. (Sitorus, 2006).

g. Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam membimbing PP


dan PA.

Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan implementasi MPKP


dilakukan melalui supervisi secara berkala. Agar terdapat kesinambungan bimbingan,
diperlukan buku komunikasi CCM. Buku ini menjadi sangat diperlukan karena CCM
terdiri dari beberapa orang yaitu anggota tim/panitia yang diatur gilirannya untuk
memberikan bimbingan kepada PP dan PA. Bila sudah ada CCM tertentu untuk setiap
ruangan, buku komunikasi CCM tidak diperlukan lagi. (Sitorus, 2006).

h. Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan.


Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat kepada
klien. Oleh karena itu, pengisisan dokumentasi secara tepat menjadi penting.
3. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen evsluasi
MPKP oleh CCM. Evaluasi prses dilakukan oleh CCM dua kali dalam seminggu.
Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini maslah-masalah yang
ditemukan dan dapat segera diberi umpan balik atau bimbingan. Evluasi hasil
(outcome) dapat dilakukan dengan (Sitorus, 2006) :
a. Memberika instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap klien pulang.
b.Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai berdasarkan
dokumentasi.
c. Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).
d. Penilaian rata-rata lama hari rawat.

4. Tahap Lanjut
MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan
keperawatan. Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang lebih optimal,
perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan keperawatan. Pada ruang
MPKP diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah ada sistem yang tepat
untuk menerapkannya. (Sitorus, 2006).
a. MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini, PP pemula
diberi kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga mempunyai kemampuan
sebagai SKp/Ners. Setelah mendapatkan pendidikan tambahan tersebut berperan
sebagai PP (bukan PP pemula). (Sitorus, 2006).
b. MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP tingkat I, PP
adalah SKp/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan keperawatan berdasarkan
ilmu dan teknologi mutakhir, diperlukan kemampuan seorang Ners sepeialis yang
akan berperan sebagai CCM. Oleh karena itu, kemampuan perawat SKp/ Ners
ditingkatkan menjadi ners spesialis. (Sitorus, 2006).
c. MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat ini perawat
denga kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan menjadi doktor keperawatan.
Perawat diharapkan lebih banyak melakukan penelitian keperawatan eksperimen
yang dapat meningkatkan asuhan keperwatan sekaligus mengembangkan ilmu
keperawatan. (Sitorus, 2006).

2.7 Tingkatan MPKP


Menurut Sudarsono (2000), berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP
dan masukan dari berbagai pihak perlu dipikirkan untuk mengembangkan suatu model PKP
yang disebut Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (PKPP). Ada beberapa jenis
model PKP yaitu:
a. Model Praktek Keperawatan Profesional III Melalui pengembangan model PKP III
dapat berikan asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat
tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi
untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset sera
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II Pada model ini akan mampu memberikan
asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat
dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu.
Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan
kepada perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah
perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area
spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang
untuk 10 perawat primer (1:10).

c. Model Praktek Keperawatan Profesional I. Pada model ini perawat mampu memberikan
asuhan keperawatan profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3
komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan
primer dan metode tim disebut tim primer. d. Model Praktek Keperawatan Profesional
Pemula Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) merupakan tahap
awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu:
ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi
asuhan keperawatan.

2.8 Pilar-pilar MPKP


a) Pilar 1: Pendekatan manajemen keperawatan
Terdiri dari :
(1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (
perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek, harian,
bulanan dan tahunan).
(2) Pengorganisasian dengan menyusun struktur organisasi, jadwal dinas, dan daftar
alokasi pasien.
(3) Pengarahan
Terdapat kegiatan delegasi, supervisi, menciptakan iklim motivasi, manajemen
waktu, komunikasi efektif yang mencakup pre dan post conference, dan
manajemen konflik.

b) Pilar 2: Sistem penghargaan


Manajemen sumber daya manusia diruang MPKP berfokus pada proses
rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kerja, staf perawat. Proses ini selalu
dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan
baru.

c) Pilar 3: Hubungan profesional


Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim
kesehatan) dalam penerimaan pelayanan keperawatan (klien dan keluarga). Pada
pelaksanaannya hubungan profesional secara internal artinya

hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya


perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan lain, sedangkan hubungan
profesional secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan
kesehatan.

d) Pilar 4: Manajemen asuhan keperawatan


Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan di MPKP adalah asuhan
keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.
SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawtan Professional)

2.9 Pengertian SP2KP


SP2KP adalah Sistem Pemberian Pelayanan Keperawtan Professional. SP2KP adalah
system pemberian pelayanan keperawatan professional yang merupakan pengembangan dari
MPKP (Model praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama
professional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan
lainnya.

2.10 Kelebihan SP2KP


Kelebihan dari SP2KP adalah pelayanan keperawatan kepada pasien lebih terstruktur
dan kinerja perawat lebih professional.

2.11 Mana yang Lebih Baik SP2KP atau MPKP


Lebih terstruktur, terorganisir SP2KP karena SP2KP merupakan bantuk
pengembangan dari MPKP yang lebih profesional dan lebih baik dalam memberikan tingkat
pelayanan asuhan keperawatan terhadap klien

2.12 Perbedaan MPKP dan SP2KP


Dalam model MPKP tidak terdapat PP (perawat primer), jika di SP2KP mengenal
mengenai PP dan PA (perawat associate)

2.13 Hambatan dalam penerapan SP2KP dan MPKP


Adapun hambatan dalam penerapan MPKP dan SP2KP adalah kurangnya sumber
daya manusia yang kompeten

2.14 MPKP (model keperawatan tim) diubah menjadi SP2KP (model keperawatan
profesional)
a. Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan dilakukan psecara
berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab dan tanggung gugat
yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional
b. Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Pada MPKP , perawat
primer adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners.
c. Pada metode keperawataan primer, hubungan professional dapat ditingkatkan terutama
dengan profesi lain.

G. Kinerja Perawat Setelah Penerapan SP2KP


Lebih bertanggung jawab kepada klien, lebih profesional dari pada sebelumnya.

2.15 Peran PP dalam SP2KP


Dalam pengembangan konsep SP2KP, perawat PP berugas dalam
menjalankan komunikasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokterm, ahli gizi,
farkamasi, dll. Dalam hal ini, perawat PP bertugas untuk memberikan hasil
pemeriksaannya berdasarkan hasil pengkajiannya dan yang berhubungan dengan
perawatannya pasien, sehingga dapat membantu dalam memutuskan tindakan medis
nantinya.
I. Perkembangan SP2KP di rumah sakt di sekitar Semarang
Menurut sumber yang kami dapatkan bahwa Rumah Sakit di sekitar Semarang yang sudah
berhasil menerapkan MPKP dan SP2KP adalah Rumah Sakit Kariadi. Karena RS Kariadi
merupakan Rumah Sakit Pusat di Semarang dan mempunyai banyak sumber daya manusia
yang unggul.

2.16 Perbedaan dampak bagi pasien setelah penerapan SP2KP


Setelah diterapkannya SP2KP di rumah sakit memberikan dampak tersendiri bagi
pasien. Pasien di rumah sakit menjadi merasa lebih diperhatikan karena rumah sakit tekah
menggunakan metode yang lebih professional yakni metode moduler.
K. Renpra
Rencana asuhan keperawatan ( renpra ) selain berfungsi sebagai :
1. Pedoman bagi PP-PA
2. Landasan profesional bahwa asuhan keperawatan diberikan berdasarkan ilmu pengetahuan
Kerjasama profesional PP-PA, renpra selain berfungsi sebagai penunjuk perencanaan
asuhan yang diberikan juga berfungsi sebagai media komunikasi PP pada PA. Berdasarkan
renpra ini, PP mendelegasikan PA untuk melakukan sebagian tindakan keperawatan yang
telah direncanakan oleh PP. Oleh sebab itu, sangat sulit untuk tim PP-PA dapat
bekerjasama secara efektif jika PP tidak membuat perencanaan asuhan keperawatan
( renpra ). Hal ini menunjukan bahwa renpra sesungguhnya dibuat bukan sekedar
memenuhi ketentuan ( biasanya ketentuan dalam menentukan akreditasi rumah sakit ).

2.17 Fungsi Perawat Melakukan Konferen


Konferensi adalah pertemuan yang direncanakan antara PP dan PA untuk membahas
kondisi pasien dan rencana asuhan yang dilakukan setiap hari. Konferensi biasanya
merupakan kelanjutan dari serah terima shift. Hal-hal yang ingin dibicarakan lebih rinci dan
sensitif dibicarakan didekat pasien dapat dibahas lebih jauh didalam konferensi. Konferensi
akan efektif jika PP telah membuat renpra dan membuat rencana apa yang akan dibicarakan
dalam konferensi. Konferensi ini lebih bersifat 2 arah dalam diskusi antara PP–PA tentang
rencana asuhan keperawatan dari dan klarifikasi pada PA dan hal lain yang terkait. Ketika PP
melakukan konferensi, biasanya melalui tahap pre konferen, konferen, dan post konferen.
Pada saat konferen PP akan menjelaskan mengenai renpra yang telah dibuat, dan untuk
menyatukan pendapat antara perawat PP dan PA
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu system (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut.Model Praktik
Keperawatan Profesional memiliki salah satu tujuan yaitu menciptakan kemandirian dalam
memberikan asuhan keperawatan, Model Praktik Keperawatan Profesional juga memiliki 4
pilar yang terdiri dari : (1) Pendekatan Manajemen Keperawatan, (2) Sistem Penghargaan, (3)
Hubungan Profesional, (4) Manajemen Asuhan Keperawatan. Model Praktik Keperawatan
Profesional memiliki 4 komponen utama yaitu : (1) Keterangan keperawatan, (2) Metode
Pemberian asuhan keperawatan, (3) Proses Keperawatan dan (4) Dokumentasi keperawatan
serta Model Praktik Keperawatan Profesional Juga memiliki diagnosa keperawatan yang
mencakup mulai dari resiko prilaku kekerasan hingga gangguan konsep diri (harga diri
rendah).

3.2 Saran
Sebagai seorang perawat nantinya, kita diharapkan mampu memahami konsep MPKP
dan SP2KP sehingga nantinya kita dapat menerapkan konsep tersebut ketika kita sudah
bekerja.
KASUS
    Suatu ruang rawat inap bedah mempunyai 24 perawat dengan latar belakang ners 2 orang, D3
keperawatan 10 orang, kemudian 14 perawat lulusan SPK, Kapasitas TT 40, BOR 70%.
Saudara ditunjuk oleh pimpinan RS untuk membuat perencanaan MAKP.
    Jika saudara sebagai Karu rawat bedah, apa yang harus saudara lakukan dalam menghadapi
situasi tersebut? Lakukan pengelolaan dengan pengumpulan data, analisis SWOT, identifikasi
masalah, dan rencana strategis untuk kebutuhan tenaga yang diperlukan.

1.                  PENGKAJIAN- PENGUMPULAN DATA, ANALISA SWOT, DAN IDENTIFIKASI


MASALAH

1.1  Visi, Misi, dan Motto RSU


1.1.2  Visi RSUD Dr.Soetomo Surabaya
Menjadi rumah sakit yang terkemuka dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian di
kawasan Asia Tenggara (ASEAN) dengan ciri keluaran AIEEMMM, yaitu aman, informatif,
efektif, efisien, mutu, manusiawi dan memuaskan.
1.1.3  Misi RSUD Dr.Soetomo Surabaya
1.            Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima, aman, informatif, efektif, efisien dan
manusiawi dengan tetap memperhatikan aspek sosial.
2.            Menyelenggarakan pelayanan rujukan yang berfungsi sebagai pusat rujukan tertinggi dengan
menggunakan teknologi terkini.
3.            Membangun sumber daya manusia (SDM) rumah sakit yang profesional, akuntabel, yang
berorientasi pada serta mempunyai integritas tinggi dalam memberikan pelayanan.
4.            Melaksanakan proses pendidikan yang menunjang pelayanan kesehatan prima berdasarkan
standar nasional dan internasional.
5.            Melaksanakan penelitian yang mengarah pada pengembangan ilmu dan teknologi di bidang
kedokteran dan dan pelayanan perumahsakitan.

1.1.4        Motto RSUD Dr.Soetomo Surabaya


Motto RSUD Dr.Soetomo adalah “Saya senantiasa mengutamakan kesehatan
penderita”.
1.1.5        Visi Instalasi Rawat Inap Bedah
Menjadi IRNA Bedah yang mampu dan handal dalam mendukung dan berperan
aktif pada pelayanan, pendidikan, dan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.
1.1.6        Misi Instalasi Rawat Inap Bedah
1.            Meningkatkan komunikasi dan koordinasi baik secara horizontal (antara staf, pelaksana
program, dokter, perawat, dan pelaksana kesehatan yang ada di lingkungan IRNA Bedah dan
lintas sektoral) maupun secara vertikal (corporate dan pengendali program) dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian.
2.            Optimalisasi sarana yang ada sehingga efektif dan efisien
3.            Membangun Sumber Daya Manusia IRNA Bedah yang profesional, akuntabel yang
berorientasi pada customer serta mempunyai integritas yang tinggi dalam memberikan
pelayanan dan tetap berpegang pada etika.
4.            Mendukung dan berperan aktif pada pelaksanaan proses pendidikan yang menunjang
pelayanan kesehatan prima berdasarkan standar nasional dan internasional.
5.            Mendukung dan berperan aktif pada pelaksanaan penelitian yang mengarah pada
pengembangan ilmu dan teknologi di bidang kedokteran dan pelayanan perumahsakitan.
1.1.7        Tujuan Khusus Unit Keperawatan: Ruang Bedah
1.            Menciptakan keluaran kerja : Aman, Informatif, Efektif, Efisien, Mutu, dan Manusiawi
2.            Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang berbentuk pelayanan : bio, psiko, sosio,
spiritual pada kasus-kasus medis antara lain:
a.       Bedah thorak kardiovaskular
b.      Bedah kepala dan leher
c.       Bedah tumor
d.      Bedah perut
e.       Bedah perkemihan
f.       Bedah plastik
g.      Bedah saraf
h.      Bedah tulang
3.            Menyiapkan pasien dan keluarga dalam menghadapi operasi
4.            Mencegah komplikasi
5.            Menjamin kecukupan nutrisi
6.            Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
7.            Mengurangi morbiditas dan mortalitas
8.            Menciptakan kerjasama yang baik antara petugas, pasien, dan keluarga
9.            Memberikan rasa aman dan nyaman
1.2              Pengumpulan Data
Pengumpulan data ketenagaan yang didapat dianalisis menggunakan analisis SWOT
sehingga diperoleh beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu sebagai prioritas
masalah.
Tenaga dan Pasien (M1 - Man)
Analisis ketenagaan perawat mencakup jumlah tenaga keperawatan dan non
keperawatan. Ruang Bedah yang memiliki tenaga S1 Keperawatan dan ners 2 orang, jumlah
tenaga DIII Keperawatan sebanyak 10 orang, dan jumlah tenaga perawat lulusan SPK 14
orang.

1)      Struktur Organisasi

Bagan 2.1 Bagan struktur organisasi Ruang IRNA Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Keterangan :
: Garis Komando : Garis Koordinasi

2)      Tenaga Keperawatan


Tabel 2.1 Tenaga Keperawatan di Ruang IRNA Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya

No Nama Jenis Pendidi Masa Pelatihan yang Jabatan saat


kan kerja pernah diikuti ini
1 Ny. A PNS D3 Kep 33 tahun Ka. Unit
2 Ny. B PNS D3 Kep 31 tahun WaKa Unit
3 Ny. C PNS D3 Kep 20 tahun Perawat
Pelaksana
4 Tn. D PNS D3 Kep 20 tahun Perawat
Pelaksana
5 Ny. E PNS D3 Kep 4 tahun Perawat
Pelaksana
6 Ny. F PNS D3 Kep 28 tahun Perawat
Pelaksana
7 Tn. G PNS D3 Kep 6 bulan Perawat
Pelaksana
8 Ny. H PNS D3 Kep 13 tahun Perawat
Pelaksana
9 Ny. I PNS D3 Kep 12 tahun Perawat
Pelaksana
10 Ny. J PNS D3 Kep 10 tahun Perawat
Pelaksana
11 Tn. K PNS S1 Kep 5 tahun Perawat
Pelaksana
12 Tn. L PNS S1 Kep 14 tahun Perawat
Pelaksana
13 Tn. M PNS SPK 28 tahun
Pek kes
14 PNS SPK 28 tahun
Ny. N Pek Kes
15 Ny. O PNS SPK 28 tahun
Pek Kes
16 Tn. P PNS SPK 17 tahun
Pek Kes
17 Tn. Q PNS SPK 17 tahun
Pek Kes
18 Tn . R PNS SPK 25 tahun
Pek Kes
19 PNS 24 tahun
Tn. S SPK Pek Kes
20 Ny. T PNS SPK 32 tahun
PRT
21 PNS SPK 20 tahun
Ny. U PRT
22 PNS SPK 31 tahun
Ny. V TU
23 PNS SPK
Ny. W
24 PNS SPK
Ny. X
25 PNS SPK
Ny. Y
26 Ny. Z PNS SPK

Tenaga keperawatan yang ada belum memenuhi kualifikasi RSUD Dr. Soetomo,
dimana seluruh perawat IRNA Bedah belum mendapatkan atau belum teridentifikasi
mendapatkan pelatihan-pelatihan, dan untuk kualifikasi sebagai sebuah parameter
peningkatan pelayanan masih belum memadai, karena baru 2 orang yang mempunyai jenjang
pendidikan S1 Keperawatan. Kemampuan dalam bidang keperawatan maupun kolaborasi
dengan tenaga medis lain, pada umunya perawat di Bedah mempunyai kemampuan yang
bagus. Karena kolaborasi yang terbangun dengan petugas medis lain sangat baik. Dari segi
kedisiplinan, keinginan untuk berubah, ketepatan dalam melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai standar sudah baik, tetapi masih ada beberapa perawat yang datang terlambat saat
dinas, begitu juga dengan waktu pulang, ada yang pulang terlebih dahulu. Namun keinginan
untuk berubah sudah ada. Kegiatan dalam perawatan, seperti pemasangan infus dan
mengambil darah, pemberian obat masih sering perawat tidak menggunakan universal
precaution.
3. Tenaga Non Keperawatan
Tabel 2.2 Tenaga Non Keperawatan di Ruang IRNA Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya
No Kualifikasi Jumlah Jenis
1 Tata Usaha (Medical record) 1 orang PNS
2 Pekarya Kesehatan 5 orang PNS
3 Pekarya RT 2 orang PNS
4 Cleaning Service 2 orang Out Sourcing
4.    Tenaga Medis
Tabel 2.3 Tenaga Medis di Ruang IRNA Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya
No Kualifikasi Jumlah
1 Dokter PPDS Urologi * 1
2 Dokter PPDS Digestif * 1
3 Dokter PPDS Onkologi * 1
4 Dokter PPDS Plastik * 1
5 Dokter PPDS TKV * 1
6 Dokter PPDS Kepala Leher * 1
7 Dokter Jaga di Ruang UPI ** 1
Keterangan :
* Dokter yang bertanggung jawab setiap hari
** Dokter yang dihubungi untuk kasus darurat

5.      Rencana Pengembangan staff tahun 2015


Tabel 2.4 Rencana Pengembangan staff tahun 2015 di Ruang IRNA Bedah RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
No Materi Pelatihan Nama Perawat
Ny. A, Ny. B, Ny. C, Tn. D, Ny. E, Ny. F, Tn.
1. MAKP
G, Ny. H
2. Clinical educator Tn. G, Ny. I, Ny. J

3. PPORS Tn. M, Ny. K


Manajemen Keperawatan
4. Tn. G, Ny. L, Tn. N, Ny, Q, Ny. S, Ny. T

5. GKM Ny. R, Ny. A, Ny. B, Ny. C

6. K3RS Tn. G, Ny. L, Tn. N, Ny, Q, Ny. S

7. ECG Tn. M, Ny. K

8. AT Ny. R, Ny. A, Ny. B


Ny. A, Ny. B, Ny. C, Tn. D, Ny. E, Ny. F, Tn.
9. Audit Keperawatan
G, Ny. H
10. Transfusi Ny. A, Ny. B, Ny. C, Tn. D, Ny. E

12. Paliatif Tn. M, Ny. K

13. Rehab Medis Ny. C, Tn. D, Ny. E

14. Radiologi Tn. D, Ny. E

15. Flu Burung Tn. G, Ny. H

16. ATLS Tn. N, Ny, Q

17. LSH Ny. S, Ny. T

18. Laboratorium Ny. F, Tn. G

5. Persentase Kasus Terbanyak Di Ruang Bedah Bulan Mei 2015


Tabel 2.5 Persentase Kasus Terbanyak di Ruang IRNA Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Jumlah
No Klasifikasi Penyakit Persentase
UPI elektif Total
1 Digestif 9 3 12 23%
2 Onkologi 3 17 20 38,5%
3 Urologi 2 8 10 19,2%
4 TKV 4 - 4 7,7%
5 Kepala Leher 2 3 5 9,6%

6. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat


Kebutuhan tenaga perawat di Ruang IRNA Bedah dari hasil pengkajian adalah sebagai
berikut :
a.    Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan tenaga keperawatan secara keseluruhan di Ruang
IRNA Bedah perhari tanggal 19 Mei 2014
Klasifikasi Jumlah Kebutuhan tenaga keperawatan
pasien pasien Pagi Sore Malam
Total care 8 8 x 0,36 = 2,88 8x 0,36 = 2,88 8 x 0,20 = 1,6
Partial care 10 10 x0,27= 2,7 10 x 0,15 = 1,5 10 x 0,10 = 1,0
Minimal care 10 10 x 0,17 = 1,7 10x 0,14= 1,4 10 x 0,07 = 0,7
Total 28 7,28 5,78 3,3

Total tenaga perawat :


Pagi : 7,28
Sore : 5,78
Malam : 3,3 +
Total : 16,36 orang 16 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :
=4,63orang

 
86 x 16
297
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk bertugas per hari: 4,63 + 16,36 + 1 =
21,99 Orang dibulatkan menjadi 22 orang
Ket: 4,63 dari jumlah tenaga yang lepas dinas
16,36 dari jumlah total tenaga perawat
1 dari perawat yang menjadi Kepala Ruangan

7. BOR Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian 1 hari diatas
Gambaran umum jumlah tempat tidur di Ruang IRNA Bedah
Tanggal 19 mei 2014
No Shift Kelas II Kelas III BOR
1 Pagi 10 bed (2ksg) 30 bed( 10 ksg) 28/40 x100%= 70%
2 Sore 10 bed (2ksg) 30 bed( 10 ksg) 28/40 x100%= 70%
3 Malam 10 bed (2ksg) 30 bed( 10 ksg) 28/40 x100%= 70%

1.3  Analisis SWOT


Identifikasi Situasi Ruangan Berdasarkan Pendekatan Analisis SWOT
No. Analisa SWOT Bobot Rating Bobot X Rating
1 Sumber Daya Manusia (Man)
a.    Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
1.    Sudah diterapkan model MAKP 0,2 2 0,4 S-W
moduler atau MAKP primer pemula 2,5-3,4 =
2.    Jenis ketenagaan : 0,3 3 0,9 - 0,9
- S 1 Kep : 2 orang
- D3 kep : 10 orang
- SPK : 14 orang
- Pekarya kesehatan : 5 orang
- PRT : 3 orang
- TU : 1 orang
- Cleaning Service: 2 orang
3.Masa kerja > 15 tahun sebanyak 5
orang, 5-15 tahun sebanyak 6 orang 0,3 4 1,2
sedangkan < 5 tahun sebanyak 4
orang.
TOTAL
1 2,5
WEAKNESS
1.     Belum ada sistem pengembangan
staff berupa pelatihan dan hampir 0,4 4 1,6
semua perawat belum mengikuti
pelatihan bedah maupun non bedah
2.       Adanya konflik peran perawat
3.       Sebagian perawat belum mengikuti
pelatihan MAKP
0,1 3 0,3
4.       Kurangnya kesejahteraan perawat.
0,4 3 1,2
TOTAL
0,1 3 0,3
        Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1.      Adanya kesempatan melanjutkan 1 3,4
pendidikan ke jenjang yang lebih O–T
tinggi 2,7– 2,3
2.      Adanya kebijakan pemerintah = 0,4
tentang profesionalisasi perawat 0.3 3 0,9
3.      Adanya program akreditasi RS dari
pemerintah dimana MAKP
merupakan salah satu penilaian 0,2 3 0,6
TOTAL
THREATENED 0,3 4 1,2
1.      Ada tuntutan tinggi dari masyarakat
untuk pelayanan yang lebih
profesional 1 2,7
2.      Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan hukum
0,3 2 0,6
3.      Makin tinggi kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan
4.      Persaingan antar RS yang semakin
kuat 0,15 2 0,3
5.      Terbatasnya kuota tenaga
keperawatan yang melanjutkan 0,15 2 0,3
pendidikan tiap tahun
TOTAL
0,2 2 0,4

0,2 2 0,4

1 2,3
RAWAT INAP BEDAH RSU dr SOETOMO
Keterangan :
(M1) = Man
Setelah dilakukan analisis situasi dengan menggunakan pendekatan SWOT maka
kelompok dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Belum ada sistem pengembangan staff berupa pelatihan dan hampir semua perawat belum
mengikuti pelatihan bedah maupun non bedah
2.4  Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan analisis situasi dengan menggunakan pendekatan SWOT maka
kelompok dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Belum ada sistem pengembangan staff berupa pelatihan dan hampir semua perawat belum
mengikuti pelatihan bedah maupun non bedah
2.      Adanya konflik peran perawat
3.      Sebagian perawat belum mengikuti pelatihan MAKP
4.      Kurangnya kesejahteraan perawat
5.      MAKP yang diterapkan merupakan MAKP model moduler atau MAKP primer pemula.
Sosialisasinya kepada anggota tim masih kurang
6.      Jumlah sumber daya manusia yang memiliki jenjang pendidikan S1 masih kurang

2.5 Prioritas Masalah


Masalah Skor Analisis SWOT Prioritas
IFAS EFAS
Sumber daya manusia
1.    Belum ada sistem pengembangan 1,6 1
staff berupa pelatihan dan hampir
semua perawat belum mengikuti
pelatihan bedah maupun non bedah
2.    Sebagian perawat belum mengikuti
pelatihan MAKP
3.    Ada tuntutan tinggi dari masyarakat
1,2 2
untuk pelayanan yang lebih
profesional
4.    Persaingan antar RS yang semakin 0,6 3
kuat
5.    Terbatasnya kuota tenaga
keperawatan yang melanjutkan 0,4 4
pendidikan tiap tahun
6.    Adanya konflik peran perawat 0,4 5
7.    Kurangnya kesejahteraan perawat
8.    Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan hukum
9.    Makin tinggi kesadaran masyarakat 6
0,3
akan pentingnya kesehatan
0,3 7

0,3 8

0,3 9

Berdasarkan rumusan masalah diatas 3 masalah teratas : Belum ada sistem


pengembangan staff berupa pelatihan dan hampir semua perawat belum mengikuti pelatihan
bedah maupun non bedah, Sebagian perawat belum mengikuti pelatihan MAKP, dan Ada
tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih profesional. Maka kelompok
mengangkat prioritas masalah yang akan diselesaikan yaitu Ronde Keperawatan dengan
alasan:
1)        Belum ada sistem pengembangan staff berupa pelatihan dan hampir semua perawat belum
mengikuti pelatihan bedah maupun non bedah
2)        Sebagian perawat belum mengikuti pelatihan MAKP

2. STRATEGI KEGIATAN
2.1    Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Setelah dilakukan analisis dengan metode SWOT maka kelompok manajemen
keperawatan di Ruang Bedah menerapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional Primary
Nursing.
Model perawatan Primary Nursing merupakan salah satu Model Asuhan
Keperawatan Profesional dimana perawat bertanggung jawab penuh terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar Rumah
Sakit. Model ini mendorong kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana
asuhan keperawatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Model ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien di rawat. Konsep dasar dan model ini adalah tanggung jawab dan tanggung gugat.
Berikut sistem pemberian asuhan keperawatan Primary Nursing.
Dalam penerapan MAKP model Primary Nursing terdapat beberapa kelebihan dan
kelemahan.
Kelebihan :
1.    Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2.    Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
pengembangan diri
3.    Pasien merasa diperlakukan sewajarnya karena terpenuhinya kebutuhan secara individu
4.    Tercapainya pelayanan kesehatan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan proteksi,
informasi dan advokasi (Gillies, 1989)
Kelemahan :
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan pengambilan keputusan
yang tepat, menguasai keperawatan klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin profesi.
Tugas Kepala Ruangan
A.    Perencanaan
1.      Menunjuk perawat primer (PP) dan mendeskripsikan tugasnya masing-masing
2.      Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
3.      Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien yang dibantu perawat primer
4.      Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan tingkat
ketergantungan pasien dibantu oleh perawat primer
5.      Merencanakan strategi pelaksanaan perawat
6.      Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiolois, tindakan medis yang
dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang
akan dilakukan terhadap klen
7.      Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
a.       Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
b.      Membimbing penerapan proses keperawatan
c.       Menilai asuhan keperawatan
d.      Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
e.       Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
8.      Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
9.      Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
10.  Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
B.     Pengorganisasian
1.      Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2.      Merumuskan tujuan metode penugasan
3.      Membuat rincian tugas perawat primer dan perawat ascociate secara jelas
4.      Membuat rencana kendali kepala ruangan yang membawahi dua perawat primer dan perawat
primer yang membawahi dua perawat ascociate
5.      Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses dinas, mengatur tenaga
yang ada setiap hari, dan lain-lain
6.      Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan
7.      Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
8.      Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak ada di tempat kepala perawat primer
9.      Mengetahui kondisi klien dan menilai tingkat kebutuhan pasien.
10.  Mengambangkan kemampuan anggota
11.  Menyelenggarakan konferensi
C.    Pengarahan
1.      Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat primer
2.      Memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas dengan baik
3.      Memberi motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
4.      Menginformamsikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan askep klien
5.      Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
6.      Meningkatkan kolaborasi
D.    Pengawasan
1.      Melalui komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat primer mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien
2.      Melalui supervisi
a.       Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui lapora langsung
secara lisan dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat ini
b.      Pegawasan secara langsung, yaitu mengecek daftar hadir, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan, serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan dari perawat primer
3.      Evaluasi
a.       Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang
telah disusun bersama
b.      Audit keperawatan

Tugas Perawat Primer


1.      Menerima klien dan mengkaji kebutuhan klien secara komprehensif
2.      Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3.      Membuat rencana yang telah dibuat selama praktik
4.      Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain
5.      Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6.      Menerima dan menyesuaikan rencana
7.      Melakukan rujukan kepada pekarya sosial dan kontak dengan lembaga soisal di masyarakat
8.      Membuat jadwal perjanjian klinik
9.      Mengadakan kunjungan rumah

Tugas Perawat Pelaksana (PP)


1.      Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dan
kasih sayang:
a.       Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien
b.      Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana
c.       Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan
d.      Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan respon klien pada catatan
perawatan
2.      Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab
a.       Pemberian obat
b.      Pemeriksaan laboratorium
c.       Persiapan klien yang akan operasi
3.      Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial dan spiritual
a.       Memelihara kebersihan klien dan lingkungan
b.      Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman dan ketenangan
c.       Pendekatan dan komunikasi terapiutik
4.      Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan keperawatan dan
pengobatan atau diagnosis
5.      Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan kemampuannya
6.      Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau sakaratul maut
7.      Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanakan ruangan secara admnistratif
a.       Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal
b.      Sensus harian atau formulir
c.       Rujukan harian atau formulir
8.      Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan menurut fungsinya supaya siap
pakai
9.      Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan keindahan ruangan
10.  Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur secaa berganti sesuai jadwal
tugas
11.  Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya (PKMRS)
12.  Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara lisan maupun tulisan
13.  Membuat laporan harian klien

2.2    Penerapan Model Praktik Keperawatan Professional (MAKP)


a.       Penanggung Jawab : Ny. L, S. Kep
Ny. A, S.Kep
b.       Tujuan :
1. Diharapkan setelah melakukan praktik manajemen, perawat mampu menerapkan MAKP
primary nursing dengan benar sesuai dengan job discription.
2. Diharapkan setelah dilakukan praktik manajemen di Ruang Bedah perawat mampu
menerapkan MAKP primary nursing dengan benar.

3.       Waktu : Minggu II – Minggu V


4.       Rencana Strategi :
a.       Mendiskusikan bentuk dan penerapan Model Asuhan Keperawatan Professional (MAKP)
yang dilaksanakan yaitu model Primary Nursing.
b.       Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
c.       Melakukan pembagian peran perawat.
d.      Menentukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat
e.       Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat
f.        Menerapkan model MAKP yang direncanakan
5.       Kriteria Evaluasi :
1.       Struktur :
  Menentukan penanggung jawab MAKP
  Mendiskusikan bentuk dan penerapan MAKP yaitu primary nursing
  Merencanakan kebutuhan tenaga perawat
  Melakukan pembagian peran perawat
  Menetukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
  Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat.
2.      Proses :
Menerapkan MAKP :
  Tahap uji coba pada tanggal 2-7 Juni 2014
  Tahap Aplikasi pada tanggal 9-30 Juni 2014
3.      Hasil :
Perawat mampu menerapkan MAKP primary nursing sesuai dengan job discription
2.3         Plan Of Action / Rencana Tindakan
N Program Data Tujuan Kegiatan Indikator Waktu Penanggung
o keberhasil jawab
an
M1-Man 1.    Adanya Mening 1.   Saling 1.    Terjalin Minggu Mahasiswa PSIK
Kurangny konflik peran katkan bertukar kerjasama I-V 8B
a kualitas perawat kualitas informasi yang baik
dan (perawat perawat antar perawat antara
pengemba primer dan sehingg diruangan perawat
ngan staff perawat a dalam ruangan
associated mampu memberikan dan
masih ada member asuhan meningkatn
kesamaan ikan keperawatan ya
tugas) suhan pada pasien kepuasan
2.    Sebagian keperaw di ruang pasien
perawat atan Bedah terhadap
belum yang (khususnya pelayanan
pernah bermutu ruang kelas keperawata
mengikuti pada II dan III) n di ruang
pelatihan pasien 2.   Bedah
MAKP Meningkatka2.   
3.    Jumlah n Berkurangn
perawat yang pengetahuan ya beban
memiliki dan kerja
pendidikan pengalaman perawat
terakhir SPK perawat 3.    Perawat
sebanyak 14 dengan mengtahui
orang atau praktik model
lebih banyak MAKP MAKP
daei yang 3.   yang
lulusan D3 Menambahka seharusnya
dan S1 n kuota ada
perawat yang
melanjutkan
pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
1. Sitorus, Ratna.2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di
Rumah Sakit:Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian
Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat.Jakarta:EGC.
2. Sitorus, Ratna.2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di
Rumah Sakit:Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian
Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat:Implementasi.Jakarta:EGC.
3. Swanburg, Russel C.2000. Pengantar Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan Perawatan Klinis.Jakarta:EGC.
4. Sudarsono, R.S. (2000). Berbagai model praktek keperawatan profesional
di rumah sakit. Makalah seminar dan semiloka MPKP II. Jakarta : tidak
dipublikasikan
5. Swansburg, R.C. and Swansburg R.J. 1999. Introductory
Management and Leadership for Nurses. Sudbery. Massachusetts:
Jones and Bartlett Publishers.
ANALISIS JURNAL 1

1. Judul Artikel :
PENGARUH PENERAPAN MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN
PROFESIONAL (MPKP) TERHADAP STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
DAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH
SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

2. Peneliti :
ASRIANI,MATTALATTA,ABU BAKAR BETAN

3. Kata kunci :
MPKP, KEPUASAN KERJA PERAWAT, STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

4. Mamfaat penelitian
Memberikan sumber seperesnsi bagi para peneliti berikitnya dalam melakukan
penelitian
Penerapan model praktik keperawatan profesional
5. Link :
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.stieamkop.ac.id/index.php/mirai/article/
download/33/33&ved=2ahUKEwi32cKRiNLtAhVYVH0KHeBFBbUQFjAAegQIAx
AC&usg=AOvVaw2B426oKHNcizmY45Se4nIZ

6. Analis

No Komponen analisis Uraian

1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang


digunakan quasi eksperimen dengan dengan
rancangan Pre test and post test nonequivalent
control group dengan mengambil sampel 60
responden yang ditentukan berdasarkan teknik
probability atau random sampling dan
Pengumpulan data menggunakan kosioner
pengolahan
data menggunakan fasilitas program SPSS yang
disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

2. Hipotesis Berdasarkan topik, masalah dan kajian


teori, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
A. Ada pengaruh kepuasan kerja perawat sebelum
dan sesudah terhadap penerapan Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP) di ruang
rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.
B. Ada pengaruh kualitas pelaksanaan standar
asuhan keperawatan sebelum dan sesudah
terhadap penerapan Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP) di ruang
rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.

3. Variabel Variabel terikat dalam penelitian ini adalah


Standar asuhan keperawatan dan
kepuasan kerja perawat, variabel bebas dalam
penelitian ini adalah Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP).

4. Metode penelitian Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di


ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar selama 2 (dua) bulan yaitu dari tanggal
24 Oktober sampai 23 Desember 2016

Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini


adalah semua perawat di ruang rawat

Inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar sebanyak


149 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi dengan
menggunakan teknik probability atau random
sampling.

Metode Pengumpulan Data

Data primer didapatkan dengan


Tehnik pengumpulan data dengan cara mengedarkan
suatu pernyataan yang berupa formulir atau kuesioner
secara langsung kepada responden yang akan diteliti.
Data skunder di peroleh dari Rumah Sakit Bhayangkara
berupa dokumen Rumah Sakit, buku yang memuat teori-
teori, penelitian terdahulu dan internet.

Instrumen penelitian ini adalah Wawancara,


kuosioner dan observasi. Skala pengukuran untuk
menilai setiap jawaban kuosioner mengunakan skala
liker dengan bobot tertentu pada setiap jawaban
pertanyaan dan pernyataan. Jawaban-jawaban yang
telah diberi bobot kemudian dijumlahkan untuk setiap
responden untuk dijadikan skor penilaian terhadap
peubah yang akan diteliti. Jika responden menjawab
Selalu (SL), Sangat Puas (SP) maka diberi skor nilai 4,
Sering (SR), Puas (P) diberi nilai

3, Jarang (J), Tidak Puas (TP) diberi nilai 2 dan jika


responden menjawab sangat Tidak Pernah (TP),Sangat
tidak Puas (STP) maka diberi nilai 1.

5. Hasil dan kesimpulan


Hasil dan pemhasana Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 60 responden lebih banyak
responden yang Kepuasan kerja perawat
puas setelah penerapan MPKP sebanyak

55 orang (91,7%) dibandingkan sebelum


penerapan MPKP sebanyak 43 orang
(71,7%), responden kepuasan kerja
perawat kurang puas sebelum penerapan
MPKP sebanyak 17 orang (28,3%) dari
pada responden dengan kepuasan kerja
kurang puas setelah penerapan MPKP
sebanyak 5 orang (8,3).

Berdasarkan hasil analisis uji-t


tersebut menunjukkan bahwa masing-
masing kepuasan kerja perawat mengalami
perubahan Sehingga berdasarkan data hasil
analisis uji alternatif Wilcoxon
Signed Ranks Test yang ditunjukkan tabel
diatas bahwa besar nilai Z (bassed of
posstive ranks) yakni -3.464a dengan
signifikan p value 0.01 dari nilai α < 0,05
artinya dengan demikian pada penelitian
ini ada pengaruh kepuasan kerja perawat
sebelum dan sesudah terhadap penerapan
Model Praktek Keperawatan Profesional
(MPKP) terhadap di ruang rawat inap
Rumah Sakit Bhayangkara.

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka


dapat
dikesimpulan sebagai berikut :

A. Ada pengaruh kepuasan


kerja perawat sebelum dan
sesudah terhadap penerapan
Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) di ruang
rawat inap Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar.

B. Ada pengaruh kualitas


pelaksanaan standar asuhan
keperawatan sebelum dan sesudah
terhadap penerapan Model
Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP) di ruang rawat inap
Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.
ANALISIS JURNAL II

1. Judul Artikel :
HUBUNGAN ANTARA REWARD, KOMITMEN DAN MOTIVASI
PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN MODEL PRAKTEK
KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RSUD LABUANG BAJI
MAKASSAR

2. Peneliti : Muhammad Amin¹, Elly L Sjatar², Irfan Idris2

3. Vol, No. dan hal jurnal : T Kesehatan Januari 2014, Vol.4 No.1 : 96 – 104 ISSN
2252-5416

4. Kata kunci : Reward, Commitment, Motivation, PNPM

5. Link :
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/8729be80910c294e
326200c5469a56fc.pdf&ved=2ahUKEwiC0-
PriNLtAhWljuYKHU1JASsQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw0dBrwI9HlfCkU7cD
P3I0LZ

6. Mamfaat penelitian:
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei analitik
dengan pendekatan cross sectional study.Penelitian dilaksanakan di Ruangan MPKP
RSUD LabuangBaji Makassar.mulaitanggal 15 s/d 25 Januari 2014.

Memberikan sumber seperesnsi bagi para peneliti berikitnya dalam melakukan


penelitian
Penerapan model praktik keperawatan profesional

7. Analis
No Komponen analisis Uraian

8. Jenis penelitian Desain penelitian adalah survey analitik dengan


pendekatan cross sectional study. Pengambilan
sampel dilakukan secara total sampling sebanyak
66 orang yang terdiri dari Kepala Ruangan 6
orang, Ketua Tim 12 orang dan Perawat
Pelaksana 48orang di ruang MPKP RSUD
Labuang Baji Makassar

9. Latar belakang dan Semua perawat di rumah sakit, dituntut untuk


Tujuan memiliki komitmen dan motivasi yang tinggi untuk
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya
dalam usaha memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas kepada pasien. Disamping itu seorang
perawat juga dituntut untuk mampu memberikan
pelayanan yang ramah, sopan, serta trampil,
sehingga dapat mengurangi keluhan pasien yang
tentunya mempunyai kontribusi dalam proses
penyembuhan seorang pasien di rumah sakit.
Tuntutan loyalitas bagi

seorang perawat sangat diperlukan dalam


melakukan tugas-tugasnya selama di rumah sakit.
Disamping itu pihak rumah sakit juga mempunyai
kewajiban untuk memberikan reward secara adil
sesuai beban dan tanggung jawab sebagai pemberi
pelayanan keperawatan.Berdasarkan fenomena di
atas kiranya perlu dilakukan suatu penelitian tentang
hubungan reward, komitmen dan motivasi perawat
dalam pelaksanaan Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP) di RSUD Labuang Baji
Makassar

10.Metode penelitian Lokasi danDesain Penelitian


Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode survei analitik dengan
pendekatan cross sectional study.Penelitian dilaksanakan
di Ruangan MPKP RSUD LabuangBaji
Makassar.mulaitanggal 15 s/d 25 Januari

2014.

Populasi,Sampel dan Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah


seluruh perawat di ruang MPKP di RSUD
LabuangBaji Makassar.Sampel dalam penelitian ini
adalah kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana
yang jumlahnya 66 responden.Teknikpengambilan
dengan cara total sampling,

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam


penelitian ini menggunakan kuesioner dengan cara
membagikan kuesioner kepada calon responden dan
meminta untuk menanda tangani persetujuan menjadi
responden, kemudian mengumpulkan kembali kuesioner
yang sudah terisi selanjutnya data diolah.

Analisis Data

Dalam penelitian ini data diolah


dengan mengunakan program komputer, adapun uji
yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi
square dengan

tingkat kebermaknaan data yang dipilih adalah p ≤


0,05.

11.Hasil dan Diketahui


pembahasan bahwa sebagian besar responden berada pada
kelompok dewasa muda (22-35 tahun) sebanyak 45
(68,2%), berdasarkan jenis kelamin sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 63
(95,5%), berdasarkan status pernikahan sebaian besar
responden telah menikah sebanyak 52 (78,8),
berdasarkan pendidikan sebagian besar responden
berpendidikan S1 Keperawatan sebanyak

27 (40,9%), sedangkan berdasarkan lama kerja di


rumah sakit sebagian besar responden pada kelompok
>5 tahun sebanyak 49 (74,2%).

Dari beberapa pendapat ahli tentang motivasi,


dapat disimpulkan bahwa motivasi erat kaitannya
dengan tujuan. Demikian pula proses motivasi
yang lebih diarahkan untuk mencapai tujuan (goal
directed). Proses timbulnya motivasi seseorang
merupakan gabungan dari konsep kebutuhan,
dorongan, tujuan dan imbalan.

12.Analisis Statistik Analisis Univariat

Tujuan dari analisis univariat


adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik masing- masing variabel yang diteliti
dalam bentuk distribusi frekwensi dan persentase.

13.Kesimpulan Ada hubungan antara reward


dengan motivasi perawat untuk pelaksanaan MPKP
di RSUD LabuangBaji Makassar dengan nilai
p=0,030.Tidak ada hubungan antara komitmen
dengan motivasi perawat untuk pelaksanaan
MPKP di RSUD LabuangBaji Makassar dengan nilai
p=0,062.Tidak ada hubungan antara hubungan
rewarddengan pelaksanaan MPKP di RSUD
LabuangBaji Makassar dengan nilai p= 0,450. Ada
hubungan antara komitmen perawat dengan
pelaksanaan MPKP di RSUD LabuangBaji
Makassar dengan nilai p=

0,029. Tidak ada hubungan motivasi dengan


pelaksanaan MPKP di RSUD LabuangBaji Makassar
dengan nilai p=

0,081.

Kepada pihak manajemen RS, sebaiknya


memberikan dukungan kebijakan secara tertulis
untuk pelaksanaan kegiatan MPKP berupa
penghargaan dan sanksi yang jelas bagi perawat yang
menjalankan maupun tidak menjalankan kegiatan
MPKP.Menyediakan sarana dan prasarana yang
mendukung pelaksanaan kegiatan MPKP di ruangan-
rangan perawatan.Memperhatikan sistem pemberian
reward yang adil terhadap perawat yang bertugas
di ruang MPKP
dengan non MPKP dalam rangka untuk meningkatkan
motivasi kerja perawat.
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 1 Hal 1- 9, Mei 2017

FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

ANALISIS JURNAL III

1. Judul Artikel :
HUBUNGAN KEMAMPUAN KARU DAN KATIM DALAM PENERAPAN
MPKP JIWA DENGAN HASIL ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
HALUSINASI

2. Peneliti :
Prastiwi Puji Rahayu1, Budi Anna Keliat2, Yossie Susanti Eka
Putri2

3. Vol, No. dan hal jurnal :


Jurnal Keperawatan Volume 5 No 1, Hal 1 - 9, Mei 2017
ISSN 2338-2090 (Cetak) FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang
bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

4. Kata kunci :
MPKP, karu, katim, halusinasi

5. Link:
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/downl
oad/4411/4057&ved=2ahUKEwjjq6ujidLtAhXFXCsKHVTYCakQFjAAegQIAxAC
&usg=AOvVaw1FmSKMG8txJoYws9O-UOxF

6. Mamfaat penelitian:

Metode penelitian ini adalah kuantitatif desain deskriptif korelasional pendekatan


cross sectional. Kemampuan karu dan katim dalam penerapan MPKP Jiwa
sebagai variabel independen, sedangkan hasil asuhan keperawatan pada pasien
dengan halusinasi sebagai variabel dependen.
Memberikan sumber seperesnsi bagi para peneliti berikitnya dalam melakukan
penelitian
Penerapan model praktik keperawatan profesional

7. Analis

No Komponen analisis Uraian

6. Jenis penelitian Desain penelitian adalah survey analitik dengan


pendekatan cross sectional study.
Pengambilan sampel dilakukan secara total
sampling sebanyak 66 orang yang terdiri dari
Kepala
Ruangan 6 orang, Ketua Tim 12 orang dan
Perawat Pelaksana 48orang di ruang MPKP RSUD
Labuang Baji Makassar

7. Tujuan . Tujuan
ini adalah untuk menentukan hubungan antara
kemampuan karu dan katim dalam menerapkan
MPKP dengan asuhan keperawatan pasien
halusinasi.

8. Metode penelitian Metode penelitian ini adalah kuantitatif desain


deskriptif korelasional pendekatan cross sectional.
Kemampuan karu dan katim dalam penerapan MPKP
Jiwa sebagai variabel independen, sedangkan hasil
asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi
sebagai variabel dependen. Selanjutnya dilakukan
wawancara untuk mendapatkan data triangulasi
tentang persepsi karu dan katim terhadap faktor
keberlangsungan penerapan MPKP Jiwa dengan
menggunakan panduan NHS sustainability model
yang meliputi tiga faktor utama yaitu bagaimana
proses, keterlibatan staf dan dukungan organisasi.
Subjek penelitian adalah karu dan katim ruang rawat
inap MPKP. Metode pengambilan sampel dengan
total sampling yang memenuhi kriteria inklusi.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 18 orang.
Sumber data lain adalah pasien halusinasi dan
keluarga. Metode pengambilan sampel untuk pasien
dengan menggunakan purposive sampling dan
didapatkan sampel sebanyak 35 orang, dan untuk
keluarga dengan accidental sampling dan didapatkan
keluarga sebanyak 15 orang dan telah memenuhi
kriteria inklusi. Wawancara dilakukan terhadap karu
dan katim untuk mendapatkan data triangulasi tentang
faktor keberlangsungan MPKP yaitu sebanyak 8
partisipan dan telah memenuhi kriteria inklusi.
Kuesioner yang digunakan ada 3 yaitu kuesioner
kemampuan karu katim dalam penerapan MPKP,
kuesioner hasil asuhan pada pasien, dan kuesioner
kemampuan keluarga merawat pasien halusinasi.
Kuesioner telah dilakukan uji validitas menggunakan
Pearson Product Moment dan uji reliabilitas
menggunakan Cronbach Alpha dengan hasil nilai
reliabilitas untuk kuesioner karu dan katim 0,982,
kuesioner pasien 0,904, dan kuesioner keluarga 0,904.
Sedangkan untuk pengambilan data triangulasi
dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara
yang disusun meliputi proses pelaksanaan, staf, dan
organisasi

9. diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada


kelompok dewasa muda (22-35 tahun) sebanyak 45
(68,2%), berdasarkan jenis kelamin sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 63
(95,5%), berdasarkan status pernikahan sebaian besar
responden telah menikah sebanyak 52 (78,8),
berdasarkan pendidikan sebagian besar responden
berpendidikan S1 Keperawatan sebanyak 27 (40,9%),
sedangkan berdasarkan lama kerja di rumah sakit
sebagian besar responden pada kelompok >5 tahun
sebanyak 49 (74,2%).

10. Hasil Hasil wawancara dengan karu dan katim tentang


keberlangsungan penerapan MPKP berdasarkan faktor
proses, staf dan organisasi, peneliti menyimpulkan ada
dua isu penting yang diangkat oleh partisipan yaitu
adanya persepsi positif karu dan katim terhadap MPKP
dan adanya kelemahan dalam penerapan MPKP. Persepsi
positif karu dan katim terhadap MPKP yaitu secara
proses partisipan mengungkapkan bahwa MPKP
bermanfaat untuk perawat, pasien, keluarga, diantaranya
perawat mempunyai perencanaan yang jelas apa yang
akan dilakukan, kompetensi perawat meningkat, pasien
menjadi lebih cepat mengenali dan mampu mengatasi
masalahnya. Secara proses dikatakan juga bahwa
kegiatan yang ada di MPKP dapat diterima/diadapatasi
dan dilaksakan oleh semua staf perawat (adaptability),
dan MPKP ini akan berjalan dengan baik bila dilakukan
supervisi, monitoring dan evaluasi yang terstruktur.
Berdasarkan keterlibatan staf partisipan menilai bahwa
dengan MPKP sudah banyak pelatihan yang
diselenggarakan oleh rumah sakit yang diikuti oleh staf
sesuai kompetensi sehingga staf mempunyai kesempatan
untuk mengembangkan diri sesuai kemampuan dan
kompetensi yang dimiliki. Berdasarkan organisasi yaitu
bahwa infrastruktur berupa sarana dan prasarana serta
infrastruktur nonfisik berupa ketersediaan tenga
dirasakan telah mencukupi serta MPKP sejalan dengan
visi RS.

Karu dan katim dalam penerapan MPKP menyatakan


bahwa ada hal yang melemahkan dalam penerapan
MPKP Jiwa yaitu kurangnya supervisi, monitoring dan
evaluasi seperti yang

diungkapkan oleh partisipan bahwa pelaksanaan MPKP


seperti hanya dibiarkan berjalan tanpa adanya evaluasi
sampai sejauh mana pelaksanaannya, apa yang sudah
dilakukan, apa hambatannya dan sebagainya. Selain itu
partisipan juga menilai kurangnya kesinambungan
asuhan keperawatan karena belum adanya pembagian
pengelolaan pasien, serta beban kerja perawat yang
tinggi seperti diantaranya beberapa partisipan yang
harus terlibat dalam kegiatan rumah sakit diluar
keperawatan. Kelemahan yang berkaitan dengan
keterlibatan staf yaitu sudah banyak perawat yang
terlatih namun dalam pelaksanaannya kurang optimal.
Partisipan menilai kurang optimal diantaranya karena
kurangnya penghargaan terhadap keberhasilan yang
telah dicapai dan dukungan dari bidang perawatan juga
masih kurang.
11. Pembahasan Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara kemampuan keluarga dengan
kemampuan pasien. Penelitian Wardani, Hamid, dan
Wiarsih (2009) didapatkan gambaran fenomena
ketidakpatuhan merupakan cerminan terputusnya
continuity of care akibat ketidakmampuan pasien dan
keluarga mempertahankan kepatuhan terhadap
pengobatan. Hal ini juga tampak dari karakteristik pasien
berdasarkan faktor presipitasididapatkan bahwa putus
obat merupakan faktor paling dominan. Ketidakpatuhan
terhadap pengobatan merupakan masalah yang banyak
dialami oleh pasien skizofrenia. Berbagai alasan
dikemukakan oleh pasien diantaranya bosan minum obat,
sudah merasa sembuh sehingga tidak perlu obat lagi,
malu karena harus minum obat terus menerus, takut
efek samping minum obat yaitu mengantuk sehingga
tidak bisa beraktifitas. Keluarga sebagai caregiver di
rumah menghadapi berbagai hambatan dan
menanggung beban dalam merawat pasien yang tidak
patuh

12. Kesimpulan Penelitian ini telah mengidentifikasi kemampuan karu


dan katim dalam penerapan MPKP jiwa
dalam kategori cukup. Hasil penelitian ini menemukan
terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan
karu dan katim dalam
pelaksanaan MPKP Jiwa pada pendekatan manajemen
dan asuhan keperawatan dengan tanda
dan gejala pasien, serta ada hubungan yang signifikan
antara kemampuan karu dan katim dalam pelaksanaan
MPKP Jiwa pada pilar asuhan
keperawatan dengan kemampuan pasien. Selain itu
diketahui juga dengan kemampuan yang
dimiliki karu dan katim tersebut ternyata masih belum
optimal berpengaruh terhadap tanda dan gejala,
kemampuan pasien, dan kemampuan
keluarga pasien halusinasi.

Hubungan kemampuan keluarga dengan tanda dan gejala


pasien serta dengan kemampuan pasien tidak
berhubungan secara signifikan hal ini banyak
disebabkan oleh berbagai faktor

diantaranya pengetahuan keluarga, ketidakpatuhan


pasien itu sendiri terhadap pengobatan sehingga
mengakibatkan tingginya kejadian relaps. Untuk
meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat
pasien diantaranya dengan meningkatkan kunjungan
keluarga sehingga pendidikan kesehatan yang
diberikan oleh perawat dapat lebih intensif.
ANALISIS JURNAL IV
1. Judul Artikel :
HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN
PROFESIONAL (MPKP) METODE TIM DENGAN KINERJA
PERAWAT DI RUANG HANA, ESTER DAN LUKAS RSU GMIM
PANCARAN KASIH MANADO

2. Peneliti :

3. Vivi Mampuk¹, Fitria Christa Andries2


1,2
Fakultas Keperawatan Universitas Pembangunan Indonesia Manado

3. Vol, No. dan hal jurnal :


Volume 7 Nomor 3 Tahun 2019 e-ISSN : 2655-7487, p-ISSN : 2337

4. Kata kunci :
Model praktik keperawatan profesional, Kinerja perawat
5. Link : https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.unpi.ac.id/index.php/JOCE/article/view
/223&ved=2ahUKEwi9neO5idLtAhVaSX0KHfZCDScQFjAAegQIAxAC&usg=AO
vVaw0IkfzKZ23emTiH4K6tnjfs

6. Mamfaat penelitian:

Memberikan sumber seperesnsi bagi para peneliti berikitnya dalam melakukan


penelitian
Penerapan model praktik keperawatan profesional

Memberikan kepuasan pada pengguna jasa dan juga meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan

7. Analis

No Komponen analisis Uraian

1. Jenis penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah


observasional analitik dengan menggunakan
pendekatan cross sectional study. Penelitian telah
dilaksanakan di Ruang Hana, Ester dan Lukas RSU
Pancaran Kasih GMIM Manado

2. Tujuan . Tujuan
Untuk meningkatkan dan mewujudkan
mutu pelayanan keperawatan, rumah sakit harus
menerapkan proses sistem asuhan keperawatan
pada ruang rawat dengan menggunakan Model
Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).

3. Metode penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang


digunakan dalam melakukan prosedur penelitian.
Desain penelitian yang digunakan adalah
observasional analitik dengan menggunakan
pendekatan cross sectional study atau studi potong
lintang yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
penerapan model praktik keperawatan profesional
(MPKP) metode tim dengan kinerja perawat di Ruang
Hana, Ester dan Lukas RSU Pancaran Kasih GMIM
Manado

4. Populasi penelitian Populasi pada penelitian ini adalah perawat


pelaksana yang bertugas di Ruang Hana, Ester dan
Lukas RSU Pancaran Kasih GMIM Manado yang
berjumlah 30 perawat.

5. Instrumen
penelitian Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini yaitu
kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
mengukur variabel-variabel yang telah diteliti.
Pengukuran variabel kinerja perawat menggunakan
kuesioner Dainga (2017) terdiri dari 24 pernyataan yang
setiap jawabannya memiliki skor masing-masing, jika
jawaban Selalu = skor 5, Sering = skor 4, Kadang = skor
3, Jarang = skor 2 dan Tidak Pernah = skor 1. Kategori
kinerja perawat dinyatakan kurang baik skor ≤ 111

6. Hasil dan Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,027 (p


Pembahasan < α = 0,05), dengan demikian dapat dikatakan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima atau terdapat hubungan
penerapan model praktik keperawatan profesional
(MPKP) motode tim dengan kinerja perawat di Ruang
Hana, Ester dan Lukas RSU GMIM Pancaran Kasih
Manado, dan nilai odds ratio = 8,000 dimana
kecenderungan metode tim dengan kinerja perawat 8 kali
lebih baik untuk meningkatkan kinerja perawat

Pembahasan

Menurut pendapat peneliti, penerapan


metode tim yang memenuhi kriteria akan tercapai
apabila semua anggota tim saling bekerja sama,
menghargai, menghormati setiap pemimpin dan
melakukan komunikasi serta koordinasi yang baik
antar sesama anggota tim. Perawat yang
pendidikannya berbeda-beda memiliki tingkat
kemampuan dan pengetahuan yang berbeda-beda.
Latar belakang pendidikan seseorang akan
mempengaruhi pengetahuan, cara pandang dan
sikapnya dalam bekerja. Berdasarkan hasil
Penelitian Siswanto dkk, (2015), menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara
pendidikan berkelanjutan dengan kinerja perawat
di Ruang MPKP RSUD Kab. Temanggung dengan
nilai signifikan 0,000. Penelitian juga
mendapatkan data bahwa ada 10,49% perawat
tidak mengikuti pendidikan berkelanjutan namun
menunjukkan kinerja yang baik. Seorang yang
berpendidikan tinggi akan lebih mudah dalam
menerima serta mengembangkan pengetahuan dan
teknologi. Semakin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah seseorang berpikir secara luas,
makin mudah daya inisiatifnya dan makin mudah
pula untuk menemukan cara-cara yang efesien
guna menyelesaikan pekerjaannya dengan baik
(Manumpil, 2017).

7. Kelebihan dan Kelebihan


kekurangan
Pelayanan keperawatan profesional diberikan dengan
berbagai bentuk metode penugasan yang sudah ada dan
akan dikembangkan di masa depan dalam menghadapi
tren pelayanan keperawatan. Salah satu metode
pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada
sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif untuk memberikaan kepuasan dan
kenyamanan pada pasien

Kekurangan

ada beberapa hal yang belum sesuai dengan


penerapan metode tim yang sebenarnya, seperti
ketua tim belum semuanya diketuai oleh perawat
profesional, pelaksanaan ronde keperawatan di
ruangan belum optimal karena jumlah pasien lebih
banyak dari jumlah perawat, pengkajian awal
kepada pasien dilakukan oleh perawat pelaksana,
sementara pengkajian awal merupakan tugas dari
ketua tim dan sebagian perawat masih belum
mengerti atau memahami model asuhan
keperawatan yang digunakan.

8. Analsis Statistik Analisis Univariat

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 29 April – 11 Mei


2019. Dari data yang dikumpulkan terhadap 30
Responden yang ada di RSU GMIM Pancaran Kasih
Manado data dikumpulkan melalui kuesioner,

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk


menganalisa karakteristik masing-masing variabel
yaitu untuk mengetahui hubungan variabel
independen (Metode Tim) dengan variabel
dependen (Kinerja Perawat). Kriteria penilaian
yang digunakan berdasarkan pada uji statistik uji
Chi-square dengan melihat derajat kemaknaan,
95% (p < 0,05) sehingga dapat diketahui ada
tidaknya hubungan antara variabel X dan Variabel
Y.

9. Kesimpulan Teridentifikasi dari 30 responden, 15 responden


(50,0%) memenuhi kriteria metode tim dan 15
responden (50,0%) tidak memenuhi kriteria metode
tim. Teridentifikasi dari 30 responden, 17
responden (56,7%) memiliki kinerja perawat yang
baik dan 13 responden (43,3%) memiliki kinerja
perawat yang kurang baik. Terdapat hubungan
penerapan model praktik keperawatan profesional
(MPKP) motode tim dengan kinerja perawat di
Ruang Hana, Ester dan Lukas RSU GMIM
Pancaran Kasih manado
ANALSIS JURNAL V
1. Judul Artikel :
PERBANDINGAN PENERAPAN MPKP DENGAN NON-MPKP TERHADAP
MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD H.
ANDI

2. Peneliti :
Astrib Firmanto1, Akmal2, Adriani Kadir3

3. Vol, No. dan hal jurnal :


Volume 3 Nomor 2 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721

4. Kata kunci :
Mutu Pelayanan Keperawatan
5. Link : https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/vie
w/535&ved=2ahUKEwiO9s_SidLtAhUSWX0KHYQnDZQQFjAAegQIAxAC&usg=
AOvVaw3ApOSKupQj8Il6g1ch_TJt

6. Mamfaat penelitian:

Memberikan sumber seperesnsi bagi para peneliti berikitnya dalam melakukan


penelitian
Penerapan model praktik keperawatan profesional

Memberikan kepuasan pada pengguna jasa dan juga meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan

7. Analis

No Komponen analisis Uraian

1. Jenis penelitian Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis


penelitian ini adalah metode pendekatan cross
sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di
RSUD H. Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba
pada tanggal 11 januari sampai 30 januari tahun
2013.

2. Tujuan . Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbandingan mutu pelayanan keperawatan di ruang
rawat inap MPKP dan Non-MPKP RSUD H. . Andi
Sultan Dg. Radja Bulukumba

3. Metode penelitian Lokasi, populasi dan sampel penelitian


Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka
jenis penelitian ini adalah metode pendekatan cross
sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD H.
Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba pada tanggal 11
januari sampai 30 januari tahun 2013.
Jadi Jumlah responden di RSUD H. Andi
Sulthan Dg. Radja Bulukumba yang sesuai dengan
kriteria inklusi sebanyak 56 orang dengan menggunakan
rumus yang dikutip oleh Hidayat, (2008) dengan
menentukan terlebih dahulu ruang perawatan MPKP dan
Non-MPKP yang menggunakan lembar observasi pada
masing-masing ruang perawatan di RSUD H. Andi
Sulthan Dg. Radja bulukumba.

4. Populasi penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh


pasien/klien yang menjalani rawat inap di

RSUD H. Andi Sulthan Dg. Radja


Bulukumba, adapun jumlah tiga bulan terakhir
tahun 2012 tercatat 2250 pasien, dan rata- rata
perhari mencapai ± 65 pasien untuk dua ruang
rawat inap. Penentuan jumlah besar sampel pasien
dihitung dengan menggunakan simple random
sampling, yang menggunakan rumus dikutip dari
Hidayat, (2008) didapatkan 56 sampel sesuai
dengan kriteria inklusi..

5. Pengumpulan data
Pengumpulan data dengan data sekunder yaitu data
yang diperoleh dari tempat penelitian pada bagian
rekam medik

RSUD H. Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba, data


primer dari kuesioner dan lembar observasi.

6. Hasil dan Dari hasil penelitian kehandalan perawat (p-


value=0.000) diketahui adanya perbedaan mutu
Pembahasan pelayanan antara ruangan MPKP dengan non-MPKP
di RSUD H. Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba,
yaitu semakin handal seorang perawat maka persepsi
pasien/klien rawat inap terhadap pelayanan asuhan
keperawatan akan semakin puas pula.
Sehingga dari hasil penelitian total
mutu pelayanan keperawatan dari lima
dimensi mutu pelayanan keperawatan yaitu
kehandalan perawat, daya tanggap
perawat, jaminan pelayanan keperawatan,
empati perwat, wujud langsung asuhan
keperawatan diperoleh (p-value=0,000
maka HO ditolak dan HA diterima,
yang dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan mutu pelayanan keperawatan
MPKP dan Non-MPKP di ruang Rawat
Inap RSUD H. Andi Sulthan Dg. Radja
Bulukumba

8. Kelebihan dan Kelebihan


kekurangan
Kekurangan

9. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah


dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1.Ada perbedaan antara mutu pelayanan pada
dimensi kehandalan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan di ruang
rawat inap MPKP dan Non-MPKP RSUD
H.
Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba.
2.Ada perbedaan antara mutu pelayanan pada
dimensi daya tanggap perawat di ruang
rawat inap MPKP dan Non-MPKP RSUD H.
Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba.
3.Ada perbedaan antara mutu pelayanan pada
dimensi jaminan pelayanan keperawatan di
ruang rawat inap MPKP dan Non-MPKP
RSUD H. Andi Sulthan Dg. Radja
Bulukumba.
4.Ada perbedaan antara mutu pelayanan pada
dimensi empati perawat di ruang rawat inap
MPKP dan Non-MPKP RSUD H. Andi
Sulthan Dg. Radja Bulukumba.
5.Ada perbedaan antara mutu pelayanan pada
dimensi wujud asuhan keperawatan di ruang
rawat inap MPKP dan Non-MPKP RSUD H.
Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba
Ringkasan video

Model Praktik Keperawatan Propesional

1. Kenapa harus mpkp , kenapa sih setiap ruangan itu harus menerapkan MPKP?
Karena di rumah sakit di tuntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu,
memberikan perawatan itu harus profesional , upaya peningkatan mutu itu
adalahuntuk kepuasan pasien

Dengan adanya MPKP perawat mempunyai kewenangan sendiri punya otonomi


sendiri untuk apa, yaitu untuk merancang , untuk meaksanakan dan mengevaluasi ,
asuhan keperawatan ,

Apa yang di maksud dengan MPKP adalah suatu sistem yyang mempasilitasi
perawat profesional , mengatur memberikan asuhan keperawatan , termasuk
lingkungan tempat asuhan tersebut di berikan,

Tujuan mpkp
1. Untuk menjelaskan ruang lingkup dan tujuan asuhana askep bagi setiap tim kep
2. Menjaga konsistensi askep
3. Menciptakan kemandirian dalam askep
4. Mengurangi komflik , tumbang tindih pelaksanaan askep oleh tim kep
Jenis MPKP

MPKP pemula = semua tenaga minimal D3 kep

MPKP I = karu dan katim – ners-metode tim primer

MPKP II = tenaga spesialis kep sbg konsultan – bimbingan riset 1 sp ; 1o pp

MPKP = spesialis dan doktoral keperawatan – riset

Pilar MPKP

Di rumah sakit harus punya 5 tiang

1. Nilai nilai profesional


2. Pendekatan menajemen
3. Sistem pemberian penghargaan
4. Hubungan profesional
5. pemberian metode pemberian askep

Merode Modifikasi Primer

1. primer yaitu asuhan keperawatan untuk tanggung jawab dan tanggung gugat
2. satu orang perawat profesional yaitu perawat primer
3. dalam kep primer hubungan profesional dapat di tingktkan , profesi lain ,
memahami kondisi klien secara detail sehingga mmapu melakukan hungan
kolaborasi secara optimal
4. metode pemberian primer tidak di gunakan secara murbi butuh juga ners >>
5. ketika jenis tenaga berbeda metode tim penting perawat dengan kemampuan
yang lebih tinggi dapat mengarahkan dan membimbing perawatan lain di
bawah tangung jawabnya

yang membedakan metoe primer dan tim

metode primer jenjang komunikasinya

1. pasien di kasi oleh perawat dokter juga bertemu perawat , bentuk


komunikasinya itu berbentuk melinkar pokusnya kepasien
metode tim

1. dokter visit
2. kepela ruang
3. ketua tim
4. anggota tim
5. pasien

metode case menagemen


1. integrasi layanan kesehatan untuk klien / pasien secara individu atau
kelompok
2. tieam multidisiplin

didalam case menagemen di butuhkan

1. cas menager
2. critikal

perbedaan masing masing metode

Komponen m. m. tim M kasus M primer


fungsional

Pengambila Pengmabila Pengmabilan Pengmabilan PP membuat


n kepuasan n kepuasan kepuasan kepuasan kepuasan untuk
terjadi 1 terjadi 1 ship; terjadi 1 masing masing
ship;kepuasa sebagian besar ship; baik pasien yang
n biasanya oleh Ka tim oleh perawat menjadi
di buat oleh dan Karu yang tanggung
karu merawat jawabya
pasien

Alokasi Berdasarkan Berdasarkan Berbasis Berdasrkan


kerja / jenis pada tingkat pasien , pasien untuk
penugasan tindakan komplesitas dengan memastikan
dan tingkat perawat kesinambungan
keterampilan; menyediakan perawat. PP
focus pada kegiatan menjadi
tugas yang di perawat. perawat utama
selesaikan;tug Tugas kep pasien selama
as berubah dapat pasien di rawat
berdasarkan berpariasi
keaaan pasien berdasarkan
dan keadaan
komplesitas pasien
pekerjaan

Komunikas Komunikasi Komunikasi Komunikasi Komunikasi


i bersifat bersifat bersifat bersifat
hiararkis hiararkis; langsung, langsung.
anggota tim namun dalam Informasi
melaporkan beberapa pasien di minta
kepada ka sistem oleh PP yang
tim ; ka tim perawat berkomunikasi
melaporkan pasein total , secara langsung
kepada perawat dan proaktif
dokterdan ke mungkin di dengan anggota
karu perlukan tim dokter dan
untuk kolega lainnya,
berkomunika PP bertanggung
si dengan jawab untuk
dokter dan mengintegrasik
anggota lain an informasi
dari tim dan koordinasi
perawat perwat
kesehatan

Anda mungkin juga menyukai