OLEH :
MURNININGTYAS PUTRI RATNASIWI
NIM. 40220021
Blitar,
Mengetahui,
Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan
................................ ................................
NIK. NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP BBLR
1. Pengertian BBLR
BBLR yaitu bayi berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi dengan catatan berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir (IDAI, 2016).
Berat badan lahir rendah merupakan bayi yang di lahirkan dengan
berat badan kurang dari 2500 gram (H. Nabiel ridha, 2017).
Bayi Berat badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir
(Prawirohardjo, 2009).
2. Klasifikasi BBLR
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP) (2016) sebagai berikut:
a. Berdasarkan masa kehamilan/Gestational age yaitu:
1) Preterm/bayi kurang bulan, yaitu masa kehamilan <37 minggu
(≤259 hari).
2) Late preterm, yaitu usia kehamilan 34-36 minggu (239-259 hari).
3) Early preterm, yaitu usia kehamilan 22-34 minggu.
4) Term/bayi cukup bulan, yaitu usia kehamilan 37-41 minggu (260-
294 hari).
5) Post term/bayi lebih bulan, yaitu usia kehamilan 42 minggu atau
lebih (≥295 hari).
b. Berdasarkan beratlahir/Birthweight
1) Berat lahir amat sangat rendah/Extremely low birthweight
(ELBW), yaitu bayi dengan berat lahir <1000 gram.
2) Berat lahir sangat rendah/Very Low birthweigt (VLBW), yaitu
bayi dengan berat lahir <1500 gram.
3) Berat lahir rendah/Low birthweight (LBW), yaitu bayi dengan
berat lahir <2500 gram.
c. Berdasarkan berat lahir dan masa kehamilan
1) Sesuai masa kehamilan/Appropriate for gestational age (AGA)
adalah berat lahir antara 10 persentil dan 90 persentil untuk usia
kehamilan.
2) Kecil masa kehamilan/Small for gestational age (SGA)/IUGR
adalah berat lahir 2 standar deviasi dibawah berat badan rata-rata
untuk masa kehamilan atau dibawah 10 persentil untuk masa
kehamilan.
3) IUGR (Intrauterine Growth Retardation)/pertumbuhan janin yang
terhambat atau terganggu adalah kondisi janin yang mengalami
gangguan pertumbuhan dalam rahim (intrauterine). Kegagalan
dalam pertumbuhan rahim yang optimal disebabkan oleh suatu in
utero.
4) Besar masa kehamilan/Large for Gestational Age (LGA)
LGA di defenisikan sebagai berat lahir 2 standar deviasi diatas
rata-rata berat untuk masa kehamilan atau di atas 90 persentil
untuk masa kehamilan. LGA dapat di lihat pada bayi yang ibunya
mengalami diabetes, bayi dengan sindrom Beckwith-
Wiedemandan sindrom lainya, bayi lebih bulan (usia kehamilan
>42 minggu), dan bayi dengan hydrops fetalis. Bayi LGA juga
berhubungan dengan peningkatan berat badan ibu saat hamil,
multiparitas, jenis kelamin bayi laki-laki, penyakit jantung
bawaan, khususnya perubahan pada arteri besar, displasia sel, dan
etnik tertentu (hispanik).
3. Etiologi BBLR
Etiologi atau penyebab bayi berat lahir rendah maupun usia bayi
belum sesuai dengan masa gestasi sebagai berikut :
a. Komplikasi obstetrik
Meliputi multiple gestation, incompetence, pro (premature rupture of
membran) dan korionitis, pregnancy induce hypertention (PIH),
plasenta previa, dan riwayat kelahiran prematur.
b. Komplikasi medis
Terdiri dari diabetes maternal, hipertensi kronis, dan infeksi traktus
urinarius.
c. Faktor ibu
1) Penyakit berhubungan dengan toksemia gravidarum, perdarahan
antepartum, trauma fisik dan psikologis, infeksi akut, serta
kelainan kardiovaskular.
2) Usia ibu dibawah 20 tahun serta multi gravida dengan jarak
kelahiran terlalu dekat. Usia 26 – 35 tahun, angka kejadian
lahirnya bayi berat lahir rendah (BBLR) terendah.
3) Keadaan sosial ekonomi berpengaruh terhadap timbulnya
prematuritas yang dimana kejadian tinggi terdapat pada golongan
sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan karena keadaan gizi
yang kurang baik dan pengawasan antenatal care (ANC) yang
kurang memadai.
4) Kondisi ibu saat hamil dipengaruhi oleh peningkatan berat badan
ibu yang tidak adekuat dan ibu yang merokok.
d. Faktor janin
Hidramnion / polihidramnion, kelainan ganda, Kelainan kromosom,
cacat bawaan, KPD, Infeksi.
(Mitayani, 2009)
5. Patofisiologi BBLR
a. Patofisiologi di pandang dari usia kehamilan dan segi ibu :
Patofisiologi dari BBLR adalah sebagai berikut :
No Hal-hal mempengaruhi kelahiran Uraian
BBLR
1 Secara umum bayi BBLR ini Biasanya hal ini terjadi
berhubungan dengan usia karena adanya gangguan
kehamilan yang belum cukup pertumbuhan bayi sewaktu
bulan (prematur) disamping itu dalam kandungan yang
juga disebabkan dismaturitas disebabkan oleh penyakit
ibu seperti adanya
kelainan plasenta,
infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai
makanan bayi jadi
berkurang.
2 a. Gizi yang baik diperlukan Ibu dengan kondisi kurang
seorang ibu hamil agar gizi kronis pada masa hamil
pertumbuhan janin tidak sering melahirkan bayi
mengalami hambatan, dan BBLR, vitalitas yang
selanjutnya akan melahirkan rendah dan kematian yang
bayi dengan berat normal. tinggi, terlebih lagi ibu bila
b. Dengan kondisi kesehatan menderita anemia.
yang baik, system reproduksi
normal, tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi
pada masa pra hamil maupun
saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar
dan lebih sehat daripada ibu
dengan kondisi kehamilan
yang sebaiknya.
3 a. Anemia defisiensi besi a. Kekurangan zat besi
merupakan salah satu dapat menimbulkan
gangguan yang paling sering gangguan atau
terjadi selama kehamilan. hambatan pada
b. Ibu hamil umumnya pertumbuhan janin
mengalami deplesi besi baik sel maupun
sehingga hanya memberi tubuh sel otak.
sedikit besi kepada janin yang b. Anemia gizi dapat
dibutuhkan untuk metabolisme mengakibatkan
besi yang normal. kematian janin
c. Selanjutnya mereka akan didalam kandungan,
menjadi anemia pada saat abortus, cacat
kadar hemoglobin ibu turun bawaan, BBLR,
sampai di bawah 11 gr / dl anemia pada bayi
selama semester III. yang dilahirkan, hal
ini menyebabkan
morbiditas dan
mortalitas ibu dan
kematian perinatal
secara bermakna
lebih tinggi.
c. Pada ibu hamil yang
menderita anemia
berat dapat
meningkatkan resiko
mordibitas maupun
mortalitas ibu dan
bayi, kemungkinan
melahirkan bayi
BBLR dan premature
juga lebih besar.
Dikutip dari : Buku asuhan bayi dengan berat badan lahir rendah.
Maryuni
b. Patofisiologi dari Segi Bayi
1) Pengendalian suhu.
Bayi prematur cenderung memiliki suhu yang abnormal di
sebabkan oleh produksi panas yang buruk dan peningkatan
kehilangan panas. Kegagalan untuk menghasilkan panas yang
adekuat di sebabkan tidak adanya jaringan adiposa coklat (yang
mempunyai aktifitas metabolik yang tinggi), pernafasan yang lemah
dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan masukan makanan
yang rendah.
Kehilangan panas yang mengikat karena adanya permukaan
tubuh yang relatif besar dan tidak adanya lemak subkutan, tidak
adanya pengaturan panas bayi sebagian disebabkan oleh panas
immatur dari pusat pengatur panas dan sebagian akibat kegagalan
untuk memberikan respon terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini
sebagian disebabkan oleh mekanisme keringat yang belum
sempurna, demikian juga tidak adanya lemak subkutan. Pada
minggu pertama dari kehidupan, bayi pretem memperlihatkan
fluktuasi nyata dalam suhu tubuh dan hal ini berhubugan dengan
fluktuasi suhu lingkungan.
2) Sistem pencernaan.
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin kecil/lemah refleks
menghisap dan menelan, bayi yang kecil tidak mampu minum
secara efektif dan regurgutasi merupakan hal yang paling sering
terjadi. Hal ini disebabkan karena mekanisme penutupan sfingter
pilorus yang secara relatif kuat. Pencernaan tergantung dari
perkembangan dari alat pencernaan, lambung dari seorang bayi
dengan berat 900 gr memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa,
glandula sektretoris, demikian juga otot kurang berkembang.
Perototan usus yang lemah mengarah pada timbulnya distensi dan
retensi bahan yang di cerna.
Hati relatif besar, tetapi kurang berkembang, terutama pada bayi
yang kecil. Hal ini merupakan predisposisi terjadinya ikterus akibat
adanya ketidakmampuan untuk melakukan konjugasi bilirubin yaitu
keadaan tidak larut.
Pencernaan protein berkembang dengan baik pada bayi peterm
yang terkecil sekalipun. Protein baik dari tipe manusia dan hewani
tampaknya dapat di toleransi dan diabsorpsi. Absorpsi lemak
tampaknya merupakan masalah, kendati pun sudah dapat enzim
pemecah lemak. Hal ini berakibat dengan kekuatan ASI, karbohidrat
bentuk glukosa, karbohidrat yang mudah di serap.
3) Sistem pernafasan.
Lebih pendek masa gestasi maka semakin kurang perkembangan
Zparu- paru pada bayi dengan berat 900 gr. Alveoli cenderung
kecil, dengan adanya sedikit pembuluh darah yang mengelilingi
stroma seluler. Semakin matur bayi dan lebih berat badannya maka
akan semakin besar alveoli. Pada hakikatnya dindingnya di bentuk
oleh kaliper, otot pernfasan bayi lemah dan pusat pernafasan kurang
berkembang. Terdapat juga kekurangan lipoprotein paru- paru, yaitu
surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada paru-
paru. Surfakan di duga bertindak dengan cara menstabilkan alveoli
yang kecil, sehingga mencegah terjadinya kolaps pada saat terjadi
ekspirasi.
Ritme dari dalamnya pernafasan cenderung tidak teratur,
seingkali ditemukan apnea, dalam keadaan ini harus dihitung
selama 1 menit untuk perhitungan yang tepat. Pada bayi pretem
yang terkecil batuk tidak ada. Hal ini dapat mengarah pada
timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan dengan timbulnya
konsekuensi yang serius. Saluran hidung sangat kecil dan
mengalami cidera bertahap, hal ini penting diingat untuk
memasukan tabung nasogastric atau endotrakeal melalui hidung.
Kecepatan pernafasan bervariasi pada semua neonatus dan bayi
peterm. Pada bayi neonatus pada keadaan istirahat, maka kecepatan
pernafasan dapat 60-80 kali / menit berangsur-angsur menurun
mencapai kecepatan yang mendekati biasa yaitu 34-38 kali / menit.
4) Sistem sirkulasi
Jantung relatif kecil pada saat lahir, pada beberapa bayi pretem
kerjanya lambat dan lemah.Terjadinya ekstrasistole dan bising yang
dapat di dengar pada atau segera setelah lahir. Hal ini hilang ketika
apartusa jantung fetus menutup secara berangsur-angsur. Sirkulasi
perifer seringkali buruk dari dinding pembuluh darah intracranial.
Hal ini merupakan sebab dari timbulnya kecenderungan perdarahan
intrakranial yang terlihat pada bayi peterm. Tekanan darah lebih
rendah di bandingkan dengan bayi aterm. Tekanan menurun dengan
menurunnya berat badan. Tekanan sistolik bayi aterm sekitar 80
mmHg dan pada bayi preterm 45-60 mmHg. Tekanan diastolik bayi
aterm sekitar 80 mmHg dari pada bayi preterm 45-60 mmHg. Nadi
bervariasi antara 100-160 kali / menit cenderung ditemukan aritmia,
dan untuk memperoleh suara yang tepat maka dianjurkan untuk
mendengar pada debaran apeks dengan menggunakan stetoskop.
5) Sistem urinari
Perkembangan susunan syaraf sebagian besar tergantung pada
derajat maturitas, pusat pengendali fungsi vital, misalnya
pernafasan, suhu tubuh dan pusat refleks kurang berkembang.
Refleks seperti refleks leher tonik ditemukan pada bayi ;prematur
normal, tetapi refleks tendon bervariasi karena perkembangan
susunan saraf yang buruk, maka bayi terkecil pada khususnya yang
lemah, lebih sulit untuk di bangunkan dan mempunyai tangisan
yang lemah.
6) Sistem genital.
Pada genital wanita, labia minora tidak di tutupi labia mayora
hingga aterm. Pada laki-laki testis terdapat abdomen kenalis
inguinalis atau skrotum.
7) Sistem pengindraan (penglihatan)
Maturitas fundus uteri pada gestasi sekitaar 34 minggu, terdapat
adanya 2 stadium perkembangan yang dapat di ketahui yaitu
immature dan transisional (peralihan) yang terjadi antara 24 dan 33-
34 minggu. Selama setahun stadium ini bayi bisa menjadi buta jika
diberikan oksigen dalam konsentrasi yang tinggi untuk waktu yang
lama.
8. Penatalaksanaan BBLR
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu dengan
menerapkan beberapa metode Developemntal care yaitu :
a. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada
kesehatan dan perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu
mengeluarkan energi untuk mengatasi usaha bernafas, makan atau
mengatur suhu tubuh dapat menggunakan energi ini untuk
pertumbuhan dan perkembangan.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi kebanyakan bayi
preterm dan BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi yang lebih
baik, lebih menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya lebih
teratur. Bayi memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaan energi
lebih sedikit bila diposisikan telungkup. Akan tetapi ada yang lebih
menyukai postur berbaring miring fleksi. Posisi telentang lama bagi
bayi preterm dan BBLR tidak disukai, karena tampaknya mereka
kehilangan keseimbangan saat telentang dan menggunakan energi vital
sebagai usaha untuk mencapai keseimbangan dengan mengubah
postur.
Posisi telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat
mengakibatkan abduksi pelvis lebar (posisi kaki katak), retraksi dan
abduksi bahu, peningkatan ekstensi leher dan peningkatan ekstensi
batang tubuh dengan leher dan punggung melengkung. Sehingga pada
bayi yang sehat posisi tidurnya tidak boleh posisi telungkup (Wong,
2008).
b. Minimal handling
1) Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan
ventilasi, hal ini bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan
mempertahankan respirasi. Bayi dengan penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi. Terapi oksigen
diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.
2) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah
pemberian kehangatan eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi
BBLR memiliki masa otot yang lebih kecil dan deposit lemak
cokelat lebih sedikit untuk menghasilkan panas, kekurangan isolasi
jaringan lemak subkutan, dan control reflek yang buruk pada kapiler
kulitnya. Pada saat bayi BBLR lahir mereka harus segera
ditempatkan dilingkungan yang dipanaskan hal ini untuk mencegah
atau menunda terjadinya efek stresdingin.
3) Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada bayi BBLR untuk
mencegah terkena penyakit. Lingkungan perilindungan dalam
inkubator yang secara teratur dibersihkan dan diganti merupakan
isolasi yang efektif terhadap agens infeksi yang ditularkan melalui
udara. Sumber infeksi meningkat secara langsung berhubungan
dengan jumlah personel dan peralatan yang berkontak langsung
dengan bayi.
4) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk
asupan tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat
sangat penting pada bayi preterm, karena kandungan air
ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan
sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan
tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada
ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna, sehingga
bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.
5) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi
BBLR, tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
mereka karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan
belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode
pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi
dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan
kombinasi keduanya.
Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan pemeliharaan harian
harus dipenuhi dalam keadaan adanyabanyak kekurangan anatomi
dan fisiologis. Meskipun beberapa aktivitas menghisap dan menelan
sudah ada sejak sebelu lahir, namun koordinasi mekanisme ini
belum terjadi sampai kurang lebih 32 sampai 34 minggu usia
gestasi, dan belum sepenuhnya sinkron dalam 36 sampai 37
minggu.
Pemberian makan bayi awal (dengan syarat bayi stabil secara
medis) dapat menurunkan insidens faktor komplikasi seperti
hipoglikemia, dehidrasi, derajat hiperbilirubinemia bayi BBLR dan
preterm yang terganggu memerlukan metode alternatif, air steril
dapat diberikan terlebih dahulu. Jumlah yang diberikan terutama
ditentukan oleh pertambahan berat badan bayi BBLR dan toleransi
terhadap pemberian makan sebelum dan ditingkatkan sedikit demi
sedikit sampai asupan kalori yang memuaskan dapat tercapai.
Bayi BBLR dan preterm menuntut waktu yang lebih lama dan
kesabaran dalam memberikan makan dibandingkan pada bayi cukup
bulan, dan mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha
pemberian makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat
bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima
makanan.
c. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)
1) Definisi dan manfaat perawatan metode kanguru
Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu
alternatif cara perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk
merawat bayi BBLR. Dengan PMK, ibu dapat menghangatkan
bayinya agar tidak kedinginan yang membuat bayi BBLR
mengalami bahaya dan dapat mengancam hidupnya, hal ini
dikarenakan pada bayi BBLR belum dapat mengatur suhu
tubuhnya karena sedikitnya lapisan lemak dibawah kulitnya.
PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada
bayi BBLR tetap normal, hal ini dapat mencegah terjadinya
hipotermi karena tubuh ibu dapat memberikan kehangatan secara
langsung kepada bayinya melalui kontak antara kulit ibu dengan
kulit bayi, ini juga dapat berfungsi sebagai pengganti dari
inkubator.
PMK dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan
yang sesuai untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki
pengaruh positif terhadap peningkatan perkembangan kognitif
bayi, dan mempererat ikatan antara ibu dan bayi, serta ibu lebih
percaya diri dalam merawat bayi (Perinansia, 2008).
2) Teknik menerapkan PMK pada bayi BBLR
Beberapa teknik yang dapat dilakukan pada bayi BBLR
(Perinansia, 2008).
a) Bayi diletakkan tegak lurus di dada ibu sehingga kulit bayi
menempel pada kulit ibu.
b) Sebelumnya cuci tangan dahulu sebelum memegang bayi.
c) Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan dibelakang leher
sampai punggung bayi.
d) Sebaiknya tidak memakai kutang atau beha (perempuan) atau
kaos dalam (laki-laki) selama PMK.
e) Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya, agar kepala bayi tidak tertekuk dan tidak menutupi
saluran napas ketika bayi berada pada posisi tegak.
f) Tempatkan bayi dibawah bokong, kemudian lekatkan antara kulit
dada ibu dan bayi seluas-luasnya.
g) Pertahankan posisi bayi dengan kain gendongan, sebaiknya ibu
memakai baju yang longgar dan berkancing depan.
9. Komplikasi BBLR
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
(Mitayani, 2009) :
a. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada
bayi baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi)
ke paru-paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan
kesulitan bernafas pada bayi).
b. Hipoglikemisimptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum
yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa
dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena
cadangan glukosa rendah, terutama pada laki-laki.
Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran
surfaktan belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps.
Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam
alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk
pernafasan berikutnya.
c. Asfiksianeonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang
gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
d. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya
kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit,
konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
10. WOC
Fc resiko Fc resiko janin:cacat Sosek↓ Kebiasaan Fc resiko Fc uterus & Fc janin:ganda,
ibu:malnutrisi, bawaan, kehamilan ganda, merokok, kerja ibu:hipertensi, GGK, plasenta:hemangio kelainan krom,
kelainan uteru hidramnion, KPD terlalu lelah merokok, DM, gizi↓ ma,infark plasenta infeksi,cct bawaan
Prematur
Dismatur
BBLR
Deff. Otot pernafasan Cadangan Pusat Aktivitas Motilitas Volume Enzim Sistem
surfaktan lemah lemak pengaturan otot↓ usus↓ lambung cerna << imunitas blm
subkutan, suhu SSP << matang
lemak blm
Daya kembang paru↓
coklat << sempurna
Waktu
pengosongan
Apnea,asfiksia,SGN MK:Pola
kehilangan lambung↑ Kadar Daya
Napas
panas tubuh Refleks Ig G↓ fagositosis↓
Hipoksia, Tdk
menggigil (-)
hipertensi,hiperkapnia Efektif
Daya
Fc pembekuan Ggn.
Aliran darah ke tahan
<< Gangguan termoregulasi Pencernaan &
otak↑ tubuh thd
spt:protrombin, Penyerapan
infeksi↓
fc. VII, fc.
Perdarahan Christmas MK:Termoregulasi
intraventrikuler tidak efektif MK:Kurang MK:Resiko
Pembuluh nutrisi tubuh infeksi
MK:Resiko darah rapuh
Cidera
pada bayi
B. KONSEP ASKEP TEORI
1. Pengkajian
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun
seksama untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan
mengidentifikasi masalah yang menuntut perhatian yang cepat.
Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk mengevaluasi kardiopulmonal
dan neurologis. Pengkajian meliputi penyusunan nilai APGAR dan
evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau adanya tanda gawat
neonatus (Wong, 2008).
a. Pengkajian umum
1) Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan
menggunakan timbangan elektronik.
2) Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
3) Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat
istirahat, kemudian bernafas, dan adanya lokasi edema.
4) Observasi adanya deformitas yang tampak.
5) Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia,
tidak responsive, dan apnea.
b. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien : Biasanya neonatus terlihat lemah.
Tanda-tanda vital : Suhu normal 36,5 – 37,5 ºC, frekuensi nadi normal
120 – 160 x/menit, frekuensi pernafasan sebaiknya dihitung 1 menit
penuh. Normalnya 40 – 60 x/menit.
c. Antropometri
Berat badan ≤ 2500 gram, panjang kurang dari 45 cm. LD < 30 cm. LK
< 33 cm, Circumferentia suboccipitalis brengmantika 31 cm,
Circumferential fronto occipitalis 34 cm, Circumferential mento
occipital 35 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas
kurang dari 9 cm, lingkar kepala fronto occipitalis kurang dari 12 cm,
lingkar kepala submetobregmatika kurang dari 9,5 cm.
d. Pemeriksaan Persistem
B1 (breathing)
Inspeksi : pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea, bentuk
dada normal atau tidak, RR 40-60x/menit.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, merasakan getaran vocal fremitus ada
atau tidak.
Auskultasi : adanya suara tambahan, dengkuran, wheezing atau tidak,
rhonchi atau tidak, normalnya vesikuler.
Perkusi : sonor atau pekak.
B2 (blood)
Inspeksi : Pembuluh darah kulit banyak terlihat, sianosis atau tidak.
Palpasi : nadi rata-rata 120-160 per menit pada bagian apical dengan
ritme teratur.
Perkusi : normal redup, ukuran dan bentuk jantung normal atau tidak.
Auskultasi : pada saat kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada
seperempat bagian intercosta, yang menunjukkan aliran darah dari
kanan ke kiri karena hipertensi atau atelektasis paru. Adanya suara
tambahan gallop atau tidak, mur-mur atau tidak.
B3 (brain)
Inspeksi : Reflex dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten
gerak reflek hanya berkembang sebagian, menelan, menghisap dan
batuk sangat lemah atau tidak efektif. Otot hipotonik, tungkai abduksi,
sendi lulut dan kaki fleksi, lebih banyak tidur dari pada terbangun.
Refleks moro : timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila
kepala tiba-tiba digerakkan (Saifuddin, 2006).
Refleks rooting : bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi
(Saifuddin, 2006).
Refleks graphs : refleks genggaman telapak tangan dapat dilihat
dengan meletakkan pensil atau jari di telapak tangan bayi (Frasser,
2009).
Reflek suckling : terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis
menghisap benda yang ditempatkan di mulut mereka (Frasser, 2009).
Refleks menghisap pada bayi ikterus kurang (Surasmi,2006).
Reflek tonicneck : pada posisi terlentang, ekstremitas di sisi tubuh
dimana kepala menoleh mengalami ekstensi, sedangkan di sisi tubuh
lainnya fleksi (Frasser, 2009).
B4 (bladder)
Inspeksi : genetalia imatur biasanya testis belum sempurna, labia minor
belum tertutup labia mayor.
B5 (bowel)
Inspeksi : cavum oris, lidah untuk melihat ada tidaknya kelainan, ada
tidaknya penegangan abdomen, ada atau tidak anus. Pengeluaran
meconium biasanya terjadi pada waktu 12 jam
Palpasi : ada nyeri atau tidak, di kuadranmana
Auskultasi : imaturperistaltic.
Perkusi : jika dilambung, , kandung kemih berbunyi timpani. Jika pada
hati, pancreas ginjal berbunyi pekak.
B6 (bone)
Inspeksi : tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna,
lembut dan lunak, tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak, gerakan
lemah dan aktif atau letargik
Perkusi : reflek patella
Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak, kaji kekuatan otot dengan
penentuan tingkat kekuatan otot dengan nilai kekuatan otot.
B7 Sistem Pengindraan
Pada BBLR akan di jumpai lebih banyak tidur
B8 Sistem Endocrin
Pada BBLR akan mengalami hipoglikemia, karena cadangan glukosa
rendah.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2016), diagnosa keperawatan pada BBLR antara lain :
a. Pola napas tidak efektif
b. Termoregulasi tidak efektif
c. Defisit nutrisi
d. Resiko infeksi
3. Intervensi Kerperawatan
TUJUAN DAN
DIAGNOSA INTERVENSI
KRITERIA HASIL
Pola napas Setelah dilakukan Observasi :
tidak efektif tindakan keperawatan
selama ….. jam, maka a. Monitor pola napas
pola napas px membaik (frekuensi, kedalaman,
dengan kriteria hasil : usaha napas)
a. dispnea menurun b. Monitor bunyi napas
(skala 5) tambahan (mis. Gurgling,
mengi, wheezing, ronchi)
b. frekuensi napas c. Monitor sputum (jumlah,
membaik (skala 5) warna,aroma)
Terapeutik :
c. kedalaman napas
membaik (skala 5) a. Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head
tilt dan chin lift (jaw trust
jika curiga trauma
servical)
b. Posisikan semifowler atau
fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
e. Lakukan penghisapan
lendir > 15 detik
f. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
g. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan forsep
mcgill
h. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi :
a. Anjurkan asupan cairan
2000ml perhari, jika tidak
kontraindikasi
b. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator
ekspektorant mukolitik
jika perlu
Termoregulas Setelah dilakukan Observasi :
i tidak efektif tindakan keperawatan a. Monitor suhu bayi
selama…..jam, sampai stabil (36,5oc-
diharapkan 37,5oc)
termortegulasi neonatus b. Monitor suhu anak tiap
membaik dengan kriteria dua jam, jika perlu
hasil: c. Monitor tekanan darah,
a. Suhu tubuh sedang frekuensi nafas, dan nadi
(3) d. Monitor warna dan suhu
b. Suhu kulit sedang (3) kulit
c. Frekuensi nadi e. Monitor dan catat tanda
sedang (3) dan gejala hipotermia
d. Kutis memorata atau hipertermia
meningkat (5) Terapeutik :
e. Konsumsi oksigen f. Pasang alat pemantau
meningkat (5) suhu kontinu, jika perlu
g. Tingkatkan asupan cairan
dan nutrisi yang adekuat
h. Pertahankan kelembaban
incubator 50% atau lebih
untuk mengurangi
kehilangan panas karena
proses evaporasi
i. Atur suhu incubator
sesuai kebutuhan
j. Hangatkan terlebih
dahulu bahan-bahan yang
akan kontak dengan
bayi(mis. Selimut, kain
gedong, stetoskop)
k. Hindari meletakkan bayi
di dekat jendela terbuka
atau area aliran pendingin
ruangan kipas angina
l. Gunakan matras
penghangat, selimut
hangat, dan penghangat
ruangan untuk menaikan
suhu tubuh.
m. Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
n. Jelakan cara pencegahan
heat exhaustion dan heat
stroke
o. Jelaskan cara pencegahan
hipotermia karena
terpapar udara dingin
p. Demontrasikan teknik
perawatan metode
kanguru untuk bayi
BBLR
Kolaborasi
q. Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu.
Defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan a. Identifikasi status nutrisi
selama …… jam b. Identifikasi alergi dan
masalah status nutrisi px intoleransi makanan
membaik dengan kriteria c. Identifikasi makanan yang
hasil : disukai
a. porsi makan yang d. Identifikasi kebutuhan
dihabiskan kalori dan jenis nutrien
meningkat (skala 5) e. Identifikasi perlunya
b. frekuensi makan selang nasogastrik tube
membaik (skala 5) f. Monitor asupan makanan
c. nafsu makan g. Monitor berat badan
membaik (skala 5) h. Monitor hasil pemeriksaan
d. bising usus membaik laboratorium
(skala 5) Terapeutik :
e. membran mukosa a. Lakukan oral hygine
membaik (skala 5) sebelum makan jika perlu
b. Fasilitasi menentukan
pedoman diet
c. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
d. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
e. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
f. Berikan suplemen
makanan jika perlu
g. Hentikan pemberian
makanan melalui
nasogastric tube jika
asupan oral dapat
ditolernsi
Edukasi :
a. Anjurkan posisi duduk
jika mampu
b. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
a. Kolaorasi pemberian
medikasi sebelum makan
b. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
jika perlu
Resiko infeksi Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan a. Monitor tanda dan gejala
selama ……. jam infeksi lokal dan sistemik
diharapkan tingkat Terapeutik :
infeksi menurun dengan a. Batasi jumlah pengunjung
kriteria hasil : b. Berikan perawatan kulit
a. Demam skala 5 pada area edema
(menurun) c. Cuci tangan sebelum dan
b. Kemerahan skala 5 sesudah kontak dengan px
(menurun) dan lingkungan px
c. Nyeri skala 5 d. Pertahankan teknik aseptik
(menurun) pada pasien yang beresiko
d. Bengkak skala 5 tinggi
(menurun) Edukasi :
a. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
b. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
c. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
d. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
e. Anjurkan cara
meningkatkan asupan
cairan
3) Usia 3 Bulan
a) Motorik halus :
Mulai mengenal ibu dengan penglihatannya, penciuman,
pendengaran, serta kontak.
b) Motorik kasar :
Sudah mulai bisa mengangkat kepala setinggi 45 derajat
c) Motorik bahasa :
Memberikan reaksi ocehan ataupun menyahut dengan
ocehan.
Tertawanya sudah mulai keras.
Bisa membalas senyum di saat anda mengajaknya bicara
atau tersenyum.
I. IDENTITAS
Identitas Anak
Nama : By. Ny. D
Tanggal lahir : 22 Mei 2021
Jenis kelamin : Laki-laki
Diagnosa medis : BBLR
Sumber informasi : Buku status pasien
Alamat : Ponggok Kab. Blitar
V. B1 (BREATH)
Bentuk dada : Normal Tidak normal
jenis : -
Pola nafas : Teratur Tidak teratur
Jenis : Dispnoe Kusmaul
Cheyne Stokes
Lain-lain :-
Suara nafas : Vesikuler Wheezing
Stridor Ronchi
Lain-lain :-
Sesak : Ya Tidak
Batuk : Ya Tidak
Produktif : Ya Tidak
Suprasternal
Substernal
Intraklavikular
Alat bantu pernafasan : Ada
Tidak ada
Nasal
Masker
CPAP
Lain-lain: Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak muncul masalah keperawatan
VI. B2 (BLOOD)
Irama jantung : Reguler Ireguler
S1/S2 tunggal : Ya Tidak
Bunyi jantung : Normal Gallop
Murmur
Lain-lain: -
CRT : < 3 dtk > 3 dtk
Akral : Hangat Dingin Kering
Basah Merah Pucat
Lain-lain : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak muncul masalah keperawatan
VII. B3 (BRAIN)
GCS Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6 Total : 15
Refleks fisiologis : Menghisap Menoleh Menggenggam
Moro Patella Triseps
Biseps Lain-lain : -
Refleks patologis : Kaku kuduk Babinsky Budzinsky
Kernig Lain-lain : -
Istirahat / tidur : 20 jam/hari
Gangguan tidur : Tidak ada
Kebiasaan sebelum tidur : Minum susu Cerita/dongeng Mainan
Penglihatan (mata) :
Pupil : Isokor Anisokor Strabismus
Lain-lain : -
Sclera/konjungtiva : Anemis Ikterus Lain-lain : -
Pendengaran (telinga) :
Gangguan pendengaran : Ya Tidak, Jelaskan : -
Penciuman (hidung) :
Bentuk : Normal Tidak Jelaskan : -
Gangguan penciuman : Ya Tidak Jelaskan : -
Lain-lain : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak muncul masalah keperawatan
VIII. B4 (BLADDER)
Kebersihan : Bersih Kotor
Urin : Jumlah : - cc/hari
Warna : Kuning jernih
Bau : Khas urine
Alat bantu (kateter, dll) : -
Kandung kemih:
Membesar : Ya Tidak
Nyeri tekan : Ya Tidak
Bentuk alat kelamin : Normal Tidak normal, jelaskan : -
Uretra : Normal Hipospadia/Epispadia
Gangguan : Anuria Oliguria Retensi
Inkontinensia Nokturia Lain-lain : -
Lain-lain : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak muncul masalah keperawatan
IX. B5 (BOWEL)
Nafsu makan : Baik Menurun Frekuensi : -
Mual Muntah
(Warna: - Konsistensi: - Jumlah: -)
Porsi makan : Habis Tidak habis Keterangan : -
Minum : Jumlah : 8 x 1 cc, Jenis : Susu ASI
Mulut dan tenggorokan :
Mulut : Bersih Kotor Berbau
Mukosa : Lembab Kering Stomatitis
Tenggorokan: Sakit menelan/nyeri tekan
Kesulitan menelan
Pembesaran tonsil
Lain-lain : -
Abdomen : Tegang Kembung Asites Nyeri tekan
Peristaltik usus : 20 x/menit
Pembesaran hepar : Ya Tidak
Pembesaran lien : Ya Tidak
Buang air besar :
Teratur : Ya Tidak
Frekuensi : 5 x/hari
Konsistensi: Lunak
Bau : Khas
Warna : Hijau kehitaman
Lain-lain : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak muncul masalah keperawatan
X. B6 (BONE)
Kemampuan pergerakan sendi : Bebas
Terbatas
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Kepala : Chepal hematome Caputsusedanum
Warna kulit : Ikterus Sianosis
Kemerahan Pucat
Hiperpigmentasi
Turgor : Baik Sedang Jelek
Odema : Ada Tidak ada Lokasi : -
Lain-lain : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak muncul masalah keperawatan
XI. ENDOKRIN
Tyroid : Membesar : Ya Tidak
Hiperglikemi : Ya Tidak
Hipoglikemi : Ya Tidak
Luka Gangren : Ya Tidak
Lain-lain : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak muncul masalah keperawatan
ANALISA DATA
INTERVENSI