OLEH :
KHOFIFAH
NIM 1810019
2021
BAB I
PENDAHULUAN
.1 Latar belakang
Berat badan merupakan salah satu indicator kesehatan bayi baru lahir. Rerata
berat bayi normal adalah 3200 gram. Secara umum, bayi berat lahir rendah dan berat
berlebih, lebih besar risikonya untuk mengalami masalah. Masa gestasi juga
merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa
gestasi semakin cukup pula kesejahteraan bayi. Konsep bayi berat lahir rendah tidak
sinonim dengan prematuritas telah diterima secara luas pada akhir 1960. Tidak
semua BBL memiliki berat lahir kurang dari 2500 gram (Kosim, 2012).
Di negara maju angka kejadian kelahiran bayi prematur ialah sekitar 6 - 7%. Di
negara berkembang angka kematian ini lebih kurang 3 kali lipat. Di Indonesia
keadian bayi prematur belum dapat dikemukakan disini, tetapi angka kematian di
RSCU jakarta sekitar antara 22-24% dari semua bayi yang dilahirkan pada 1 tahun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (Kosim, 2012).
B. Klasifikasi
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya
sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus
kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan. Kelompok BBLR ini sering
mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang matangnya organ
karena masa gestasi yang kurang.
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. Hal ini
disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang
baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari
bayinya sendiri.
C. Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-
negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan
90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya
35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.
BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan
disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat
bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%,
hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-
17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar
7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran
program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%
(Setyowati, 1996. Kosim, 2012).
D. Etiologi
Faktor –fakor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm
(prematur) atau berat badan lahir rendah adalah:
a) Faktor ibu
- Gizi saat hamil yang kurang
- Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
- Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
- Penyakit menahun ibu: Hipertensi, jantung
- Faktor pekerja yang terlalu berat
b) Faktor kehamilan
- Hamil dengan hidramnion
- Hamil ganda
- Pendarahan antepartun
- Komplikasi: hamil: pre-eklamsia / eklamsia, KPD
c) Faktor janin
- Cacat bawaan
- Infeksi dalam rahim
d) Faktor yang masih belum diketahui (Manuaba, 1998)
E. Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah
antara lain (Subramanian, 2006) :
1. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Gangguan cairan dan elektrolit
4. Hiperbilirubinemia
5. Sindroma gawat nafas
6. Paten duktus arteriosus
7. Infeksi
8. Perdarahan intraventrikuler
9. Apnea of Prematurity
10. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain :
- Gangguan perkembangan
- Gangguan pertumbuhan
- Gangguan penglihatan (Retinopati)
- Gangguan pendengaran
- Penyakit paru kronis
- Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
- Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
F. Diagnosa Keperawatan
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi
dalam jangka waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Subramanian, 2006).
G. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR :
- Umur ibu
- Riwayat hari pertama haid terakir
- Riwayat persalinan sebelumnya
- Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
- Kenaikan berat badan selama hamil
- Aktivitas
- Penyakit yang diderita selama hamil
- Obat-obatan yang diminum selama hamil
1. Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara
lain :
- Berat badan
- Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
- Tulang rawan telinga belum terbentuk.
- Masih terdapat lanugo.
- Refleks masih lemah.
- Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup labium
minus; laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata.
- Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
- Tidak dijumpai tanda prematuritas.
- Kulit keriput.
- Kuku lebih panjang
2. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain
- Pemeriksaan skor ballard
- Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
- Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas
diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
- Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
- USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih
H. Penatalaksanaan/ terapi
1. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
- Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
- Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat
lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu) (Kosim, 2012. )
2. Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa
lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu,
bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan
yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting.
ASI merupakan pilihan utama :
- Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
- Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik
20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut :
Usia ibu < 17 th Sosial ekonomi rendah Plasenta previa Perdarahan ante partum
terhadap nutrisi
Kehamilan Prematuritas
Janin menurun
Prematuria
Rendah BBLR
Pernafasan Otak Kardiovaskuler Imatur imunologis GIT
Imaturitas paru membran hialin Katub jantung sistem imun Tidak mempu memcerna
Belum terbentuk surfaktan Anoksia otak Darah kaya O2 Status nutrisi menurun
Resiko Infeksi
Belum terbentuk dan miskin O2 tercampur
Pernafasan
Termoregulasi
Termoregulasi tidak efektif
inefektif
No Diagnosa SIKI
1 Pola nafas tidak Manajemen jalan nafas
efektif b.d hambatan Observasi
upaya nafas 1. Monitor pola nafas
2. Monitor bunyi nafas tambahan
3. Monitor sputum
4. Monitor saturasi oksigen (SpO2
dan Co2)
Terapeutik
5. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
8. Anjurkan asupan cairan
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap perilaku
keperawatan dan kemajuan klien dalam mencapai tujuan. Setiap kali perawat melakukan
kontak dengan klien, penilaian dilakukan. Fokusnya adalah pada hasil klien. Perawat akan
menilai apakah perilaku klien mencerminkan penurunan atau kemajuan diagnosis
keperawatan (Perry, 2010).
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : By. Ny. I No Reg : 510612
Usia : 03 hari Tanggal MRS : 15-03-2021
Nama orang tua : Irdiatul Tanggal Pengkajian : 15-03-2021
Pekerjaan orang tua : IRT
Alamat : Sananrejo - Turen
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan orang tua: SMP
Diagnosa Medis :
2. KELUHAN UTAMA
a. Saat MRS : bayi lahir post sc, sesak (+), pucat (+), demam (-), batuk (-)
Muntah (-).
b. Saat Pengkajian : Bayi lahir SC, dengan indikasi bekas SC, tampak pucat, sesak (+), tampak
terpasang alat CPAP
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : lemah
b. Tanda-tanda Vital : N : 166 x/ menit, S: 36,60C, RR: 60 x/ menit, SPO2 : 84%,
c. BB : 2900 gr
d. Pemeriksaan Kepala :
- Bentuk : simetris
- UUB : belum menutup
- Monologue : tidak ada
- Caprut subcedamen : tidak ada
- Cephal klematon : tidak ada
- Perdarahan luctracamal : tidak ada
e. Pemeriksaan Leher :
- Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
- Pembesaran vena jugularis : tidak ada
- Gerakan : baik
- Bentuk : normal
f. Pemeriksaan Thorax :
- Bentuk : simetris
- Pernafasan : sesak (+) RR: 60x/ menit
- Ronchi :
- Whezing :
- Denyut jantung : teratur
1) Jantung : denyut jantung teratur
2) Paru : sesak (+)
3) Mammae : normal (simetris)
4) Ketiak : normal (simetris)
g. Pemeriksaan Abdomen
- Bising usus : ada
- Lambung : tidak ada
- Kelainan : tidak ada
h. Pemeriksaan Ekstremitas : ujung ekstremitas
i. Pemeriksaan Punggung dan Tulang Belakang :
- Iritasi kulit : tidak ada
- Spuia bifida : tidak ada
j. Pemeriksaan Genetalia : tidak ada kelainan, normal
k. Pemeriksaan Integumen
- Warna : tampak sedikit kuning
- Turgor : lemah
- Lanugo : tidak ada
- Oedema : tidak ada
- Sianosis : (+)
- Loritasi : tidak ada
l. Pemeriksaan Tali Pusat :
- Perdarahan : tidak ada
- Kelainan tali pusat : tidak ada
- Tali pusat : belum lepas
- Keadaan : terbungkus kasa kering steril
- Tanda infeksi : tidak ada
- Pus : tidak ada
-
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
- Hasil eclia : 0.075 (Non Reaktif)
b. Hasil lab DL
- Hb : 17,6
- Eritrosit : 4,83
- Trombosit : 280.000
- Hematokrit : 49,7
- Leukosit : 21.300
a. Radiologi : tidak dikaji
10. TERAPI
1) Infus Dio 180 cc/24 jam
2) Injeksi Cefotaxim 2x150 mg
3) Injeksi Ranitidine 2x1 mg
4) O2 CPAP peep + FI02
11. KESIMPULAN
( )
ANALISA DATA
kurang BBLR
Status nutrisi
DO : menurun
KU : lemah
- BB : 2900 gr
- PB: 47 cm Lemak tubuh
- LIDA : 34
- LIKA : 35
Termoregulasi in
- TTV : S : 36,60C
efektif
RR: 60x/menit
N : 166x / menit
SPO2 : 84% Termoregulasi tidak
efektif
kurang kebutuhan
Tidak mampu metabolisme
DO : mencerna nutrisi
KU : lemah
Tgl / Jam
No Dx Kep Implementasi Evaluasi
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
Tgl / Jam
No Dx Kep Implementasi Evaluasi
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
Edukasi
Antropometri :
10. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
nutrisi bayi - BB : 2900 gr
- PB: 50 cm
Kolaborasi
12. Kolaborasi dengan ahli - LIDA : 34
gizi, jika perlu - LIKA : 34
- TTV : S : 36,50C
RR: 60x/menit
N : 166x / menit
SPO2 : 84%
Tgl / Jam
No Dx Kep Implementasi Evaluasi
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tgl / Jam
No Dx Kep Implementasi Evaluasi
endotrakeal - PB: 47 cm
Edukasi - LIKA : 35
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi