Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KASUS ASUHAN

KEPERAWATAN PADA BAYI PREMATUR

Dosen Pengampu : Jawiah, S.Pd, S.Kep, M.Kes


Tingkat :1B
Disusun Oleh
1. Putri Adira Aisyah
2. Putri Purbawati
3. Ratih Bilahi
4. Tiara Audia
5. Yustika Anggraini

DIII Keperawatan Palembang


Poltekkes Kemenkes Palembang
Tahun Ajaran 2018/2019

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan
Kasus Asuhan Keperawatan Pada Bayi Prematur”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari selaku dosen Metodelogi.
Sesuai dengan tugas yang diberikan. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari Ibu serta rekan-rekan sekalian
sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam makalah ini dan
menyempurnakannya sehingga menjadi sumber ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah berperan dalam
penyusunan makalah ini mulai dari awal penyusunan hingga penyelesaian makalah. Semoga
makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan dan dapat menjadi acuan untuk
menghasilkan makalah yang lebih baik lagi.

Palembang, Juni 2019

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi prematur merupakan bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama
dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir (Wong, 2008).
Bayi prematur adalah bayi yang lahir setelah 24 minggu dan sebelum 37 minggu
kehamilan, dengan berat badan 2500 gram atau kurang saat lahir, terlepas dari usia
kehamilan tepat atau dibawah 37 minggu (Brooker, 2008).
Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan
minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). The American Academy of
Pediatric, mengambil batasan 38 minggu untuk menyebut prematur.
Sehubungan dengan masalah yang telah diungkapkan di atas. Melalui makalah ini
penulis akan menjelaskan Asuhan Keperawatan pada Bayi Prematur

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
1. Apa definisi dari bayi prematur
2. Apa saja penyebab kelahiran pada bayi prematur
3.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Bayi Prematur

a. Definisi bayi prematur

Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan
minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). The American Academy of Pediatric,
mengambil batasan 38 minggu untuk menyebut prematur.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir di bawah dari 37 minggu atau berat bayi kurang
dari 2.500 gram (Manuaba, 2008).
Bayi prematur merupakan bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama
dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir (Wong, 2008).
Bayi prematur adalah bayi yang lahir setelah 24 minggu dan sebelum 37 minggu
kehamilan, dengan berat badan 2500 gram atau kurang saat lahir, terlepas dari usia kehamilan
tepat atau dibawah 37 minggu (Brooker, 2008).
Secara patofisiologis menurut Nelson (2010), bayi BBLR ini berhubungan dengan
usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB)
lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini
terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain
yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bayi prematur adalah bayi
lahir hidup yang usia kehamilannya kurang dari 37 minggu dengan berat badan bayi lahir di
bawah 2500 gram.
b. Etiologi
1. Penyebab Kelahiran Bayi Prematur
Faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur diantaranya:
1. Faktor ibu yaitu riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum,
malnutrisi, kelainan uterus, hidromion, penyakit jantung /penyakit kronik lainnya,
hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua
kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma, kebiasaan, yaitu pekerjaan yang
melelahkan, merokok (Prawirohardjo, 2006).
2. Faktor janin yaitu :
cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramion, ketuban pecah dini cacat bawaan dan
infeksi (Prawirohardjo, 2006).
3. Faktor Plasenta:
Kelahiran prematur yang disebabkan oleh faktorplasenta meliputi: plasenta previa,
dan solutio plasenta (Surasmi,Handayani, dan Kusuma, 2003).
4. Faktor Khusus : serviks inkompeten
Persalinan prematur berulang, overistensi uterus, kehamilan ganda, kehamilan dengan
hidramnion (Manuaba et al, 2007)
5. Terjadi produksi prostaglandin. Secara anatomis kutub bawah persambungan selaput
janin dengan desidua yang menutupi koralis servikalis tersambung dengan vagina.
Meskipun demikian susunan anatomis ini menyediakan jalan masuk bagi penyebaran
mikroorganisme ke dalam jaringan intrauteri dan kemudian menginvasi kantomh
amnion. Mikroorganisme ini menginduksi pembentukan sitokinin yang memicu
produksi prostaglandin dan mendorong terminasi kehamilan lebih dini (Cunningham,
2006).
6. Terjadi pada wanita multipara, karena adanya jaringan parut uterus akibat kehamilan
dan persalinan sebelumnya (berulang). Yang menyebabkan tidak adekuatnya
persediaan darah ke plasenta sehingga plasenta menjadi lebih tipis dan mencakup
uterus lebih luas.
7. Wanita yang pernah melahirkan lebih dari 1 kali atau yang termasuk paritas tinggi
mempunyai risiko lebih tinggi mengalami partus prematur karena menurunnya fungsi
alat reproduksi dan meningkatkan pula risiko terjadinya perdarahan antepartum yang
dapat menyebabkan terminasi kehamilan lebih awal (Saifudin, 2008).
c. Patofisiologi
Usia kehamilan normal bagi manusia adalah 40 minggu. Menurut World Health
Organization (WHO), usia kehamilan pada bayi yang baru lahir dikategorikan
menjadi prematur, normal, dan lebih bulan. Kelahiran prematur terjadi sebelum 37
minggu usia kehamilan dan bisa dibagi menjadi 3. Usia kehamilan ini dihitung dari
hari pertama setelah siklus menstruasi terakhir (Bobak, Lowdermilk dan Jensen,
2005).

2. Bayi prematur diklasifikasikan dalam tiga golongan, antara lain:


1) Bayi Derajat Prematur di Garis Batas (Border Line Prematur)
2) Bayi Prematur Sedang (Moderately Prematur)
3) Bayi Sangat Prematur (Extremely Prematur)
d. Komplikasi pada Bayi Prematur
1. Gangguan pernafasan
a. Respiratory distress syndrome (RDS)
Respiratory distress syndrome (RDS) merupakan sindromgan gguan pernafasan.
Gangguan kesehatan yang dialami bayi prematur cukup rentan dan bisa
mengancam jiwanya. Ancaman yang paling berbahaya adalah kesulitan
bernapas. Hal ini akibat paru-paru serta seluruh sistem pernapasannya, seperti otot
dada dan pusat pernafasan di otak, serta belum dapat bekerja secara sempurna atau
imatur (Bobak, Lowdermilk dan Jensen, 2005).
b. Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak bernafas spontan dan teratur, sehingga
dapat menimbulkan gangguan lebih lanjut. Bayi prematur merupakan salah satu
penyebab terjadinya asfiksia (Manuaba, 2008).
c. Aspirasi Mekonium
Merupakan penyakit paru yang berat yang ditandai dengan pneumonitis kimiawi
dan obstruksi mekanis jalan nafas. Penyakit ini terjadi akibat inhalasi cairan
amnion yang tercemar mekonium peripartum sehingga terjadi peradangan jaringan
paru dan hipoksia.
d. Retrolental Fibroplasia
Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh gangguan
oksigen yang berlebihan. Pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi akan
memberikan vasokonstriksi pembuluh darah retina.
2. Gangguan Metabolik
a. Hipotermia
Bayi prematur akan dengan cepat kehilangan panas tubuh dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas tubuh belum berfungsi dengan baik.
b. Hipoglikemia
Hipoglikemia pada bayi prematur terjadi karena jumlah glukosa yang rendah
karena cadangan glikogen belum mencukupi.

3. Gangguan Imunitas
a. Gangguan Imunologi
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG. Bayi
prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta
reaksi terhadap peradangan masih belum baik (Prawirohardjo, 2006).
b. Ikterus
Ikterus adalah menjadi kuningnya warna kulit, selaput lendir dan berbagai
jaringan karena tingginya zat warna empedu. Ikterus neonatal adalah suatu gejala
yang sering ditemukan pda bayi baru lahir.
4. Gangguan Sistem Peredaran Darah
a. Perdarahan intraventricular haemorrhage (IVH)
Perdarahan kecil dalam lapisan germinal ventrikel leteral otak sering dijumpai
pada pemeriksaan ultrasonografi bayi prematur, terutama yang mengalami asfiksia
atau masalah pernapasan yang berat yang mengakibatkan hipoksia,
hipertensi dan hiperkapnia pada bayi. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke
otak bertambah sehingga mudah terjadi perdarahan pada otak (Prawirohardjo,
2006).
b. Anemia
Anemia fisiologik pada bayi prematur disebabkan oleh supresi eritropoesis pasca
lahir, persediaan besi janin yang sedikit, serta bertambah besarnya volume darah
akibatpertumbuhan yang lebih cepat. Oleh karena itu anemia pada bayi prematur
terjadi lebih dini (Cunningham et al, 2005).
c. Gangguan jantung
Kejadian PDA ( Patent Ductus Arteriosus ) adalah keadaan yang umum pada bayi
prematur. Penutupan ductus arteriosus yang tertunda akan mengakibatkan
penurunan oksigen ke sirkulasi sistemik sehingga menjadikan faktor predisposisi
pada gangguan oksigenasi (Bobak, Lowdermilk, dan Jensen, 2005).
d. Gangguan Pada Otak
Intraventrikular hemorrhage, perdarahan intrakranial pada neonatus. Penambahan
aliran darah ke otak disebabkan karena tidak adanya otoregulasi cerebral pada
bayi prematur, sehingga mudah terjadi perdarahan (Prawirohardjo, 2006).

5. Gangguan Cairan Elektrolit


a. Gangguan Ginjal
Kerja ginjal yang belum matang serta pengaturan pembuangan sisa yang belum
sempurna serta ginjal yang imatur baik keadaan anatomis dan fisiologis. Produksi
urin yang masih sedikit tidak mampu mengurangi kelebihan air tubuh dan
elektrolit dari badan akibatnya terjadi edema dan asidosis metabolik
(Prawirohardjo, 2006).
b. Gangguan Pencernaan dan Nutrisi
Distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang. Volume lambung
berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah (Prawirohardjo,
2006). Saluran pencernaan yang belum berfungsi sempurna membuat penyerapan
makanan tidak optimal.
c. Gangguan Elektrolit
Cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestasi, keadaan lingkungan dan
penyakit bayi. Kehilangan cairan melalui tinja dari janin yang tidak mendapatkan
makanan melalui mulut sangat sedikit. Kebutuhan cairan sesuai dengan
kehilangan cairan (Proverawati, 2009).
d. Penatalaksanaan Bayi Prematur
Menurut Hariati (2010) bayi yang lahir prematur memerlukan perawatan yang
lebih intensif karena bayi prematur masih membutuhkan lingkungan yang tidak
jauh berbeda dari lingkungannya selama dalam kandungan. Oleh karena itu, di
rumah sakit bayi prematur akan mendapatkan perawatan sebagai berikut:
1. Pengaturan suhu
Bayi prematur sangat cepat kehilangan panas badan atau suhu tubuh bahkan
dapat juga terjadi hipothermia, karena pusat pengaturan suhu tubuh belum berfungsi
dengan baik. Oleh karena itu bayi dirawat dalam inkubator. Inkubator dilengkapi
dengan alat pengatur suhu dan kelembaban agar bayi dapat mempertahankan suhu
normal. Suhu inkubator untuk bayi kurang dari 2000 gram adalah 35˚C dan untuk
berat 2000-2500 gram maka suhunya 34˚C agar bayi dapat mempertahankan suhunya
sampai 37˚C (Prawirohardjo, 2006).
2. Pencegahan infeksi
Bayi prematur sangat rentan terhadap infeksi karena kadar immunoglobulin
yang masih rendah, aktifitas bakterisidial neutrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih
rendah, fungsi imun belum dapat mengidentifikasi infeksi secara aktual. Bayi akan
mudah menghadapi infeksi terutama infeksi nosokomial (Manuaba, 2008).
Perawatan umum yang biasa dilakukan adalah tindakan aseptik,
mempertahankan suhu tubuh, membersihkan jalan nafas perawatan tali pusat dan
memberikan cairan melalui infus.
3. Pengaturan dan Pengawasan intake Nutrisi Bayi Prematur
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi diantaranya menentukan pemilihan
susu, cara pemberian dan jadwal pemberian sesuai dengan kebutuhan pada bayi
prematur. Susu adalah sumber nutrisi yang utama bagi bayi. Selama belum bisa
mengisaplly dengan benar, minum susu dilakukan dengan menggunakan pipet atau
melalui enteral (Manuaba, 2007).
Reflek hisap pada bayi prematur belum sempurna, kapasitas lambung masih
sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang disamping itu
kebutuhan protein 3-5 g/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari) agar berat badan
bertambah. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan.
Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur tiga jam agar bayi tidak
menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum pertama
harus dilakukan pengisapan cairan lambung. Untuk mengetahui ada tidaknya atresia
esofagus dan mencegah muntah.
4. Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi yang
berhubungan dengan daya tahan tubuh. Pemantauan dan monitoring harus dilakukan
secara ketat (Prawirohardjo, 2006). Setiap bayi yang lahir akan ditimbang berat
badannya. Berat badan merupakan salah satu ukuran yang menggambarkan komposisi
tubuh bayi secara keseluruhan mulai dari kepala, leher, dada, perut, tangan, dan kaki.
Berat badan yang rendah saat lahir menunjukkan kondisi bayi yang kurang sehat.
5. Membantu beradaptasi
Perawatan di rumah sakit pada bayi yang tidak mengalami komplikasi
bertujuan membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya. Setelah suhunya
stabil dan memenuhi kriteria pemulangan biasanya sudah dibolehkan dibawa pulang.
Beberapa Rumah Sakit yang menggunakan patokan berat badan untuk pemulangan
bayi prematur, sebagai contoh bayi prematur diperbolehkan pulang jika berat minimal
2 kg atau 2000 gram (Maulana, 2008).

6. Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang memburuk merupakan masalah serius bagi bayi prematur
yang dikarenakan tidakadanya surfaktan. Kadar oksigen yang tinggi akan
menyebabkan kerusakan jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
(Manuaba, 2009).
7. Bantuan pernapasan
Segera setelah lahir jalan napas orofaring dan nasofaring dibersihkan dengan
isapan yang lembut. Pemberian terapi oksigen harus hati-hati dan diikuti dengan
pemantauan terus menerus tekanan oksigen darah arteri antara 80-100 mmHg. Untuk
memantau kadar oksigen secara rutin dan efektif dapat digunakan elektroda oksigen
melalui kulit (Surasmi, Handayani, dan Kusuma 2003).
8. Mengkaji kesiapan untuk intervensi terpilih
yaitu beri stimulasi bila perlu pada status bayi dan kesiapannya, dorong fleksi
pada posisi telentang dengan menggunakan gulungan selimut, berikan bayi pembatas
tubuh melalui pembedongan atau menggunakan gulungan selimut pada tubuh dan
kakinya (Straight, Barbara R 2005).
kriteria pemulangan biasanya sudah dibolehkan dibawa pulang. Beberapa
Rumah Sakit yang menggunakan patokan berat badan untuk pemulangan bayi
prematur, sebagai contoh bayi prematur diperbolehkan pulang jika berat minimal 2 kg
atau 2000 gram (Maulana, 2008).
2. Pertumbuhan Berat Badan Bayi Prematur
Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ tubuh, keduanya berjalan
secara berkesinambungan dalam tubuh manusia. Pertumbuhan (growth) adalah
bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya
ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan.
a. Definisi Berat Badan Bayi Prematur
Berat badan merupakan salah satu tolak ukur untuk memenuhi tingkat
kesehatan anak. Oleh karena itu setiap bayi yang lahir pasti akan ditimbang. Berat
badan akan menggambarkan komposisi tubuh bayi secara keseluruhan. Pola standar
dalam pertumbuhan berat badan menunjukkan bayi dalam pertumbuhan yang sehat
(Manurung, 2008). Berat badan merupakan ukuran antropometri paling penting yang
sering di terapkan pada bayi baru lahir. Berat badan digunakan acuan untuk
mendiagnosa apakah bayi baru lahir termasuk kedalam golongan bayi normal atau
BBLR. Termasuk dalam klasifikasi BBLR apabila berat bayi dibawah 2600 gram atau
2,5 kg. Berat badan dapat digunakan untuk melihat laju perkembangan fisik pada usia
bayi hingga balita kecuali jika terjadi kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema,
atau adanya tumor.
b. Klasifikasi Kenaikan Berat Badan
Menurut Santoso (2003) mengemukakan Kenaikan berat badan hingga 3 bulan
pertama pada bayi prematur dapat di perkirakan sebagai berikut:
1) 150-200 gram seminggu untuk bayi berat lahir <1500 gram (20-30 gram per hari).
2) 200-250 gram seminggu untuk bayi berat lahir 1.500-2.500 (30-35 gram per hari)
c. Cara Mengukur Berat Badan Bayi
Cara mengukur berat badan bayi menurut Rikesdas (2007) adalah sebagai berikut.
1) Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu,
cukup pakaian dalam saja.
2) Tidurkan bayi pada meja timbangan.
3) Ketika menimbang berat badan bayi, tempatkan tangan petugas diatas tubuh bayi
(tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
4) Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan
d. Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Bayi
Menurut Soetjiningsih (2002) faktor yang mempengaruhi berat badan pada bayi
prematur yaitu:
1) Faktor Internal
a. Faktor genetik/ Keturunan
Bayi berkemungkinan memiliki pertumbuhan berat badan yang pesat jika orang
tua atau kakek neneknya bertubuh gemuk demikian pula sebaliknya. Bayi yang
dilahirkan dari keturunan kurus memiliki potensi pertumbuhan berat badan yang
kurang.
b. Asupan Gizi
Bayi prematur yang mendapat asupan gizi yang cukup berpotensi mengalami
kecepatan pertumbuhan berat badan yang cukup dari pada bayi yang kurang
mendapatkan asupan gizi dalam kualitas dan kuantitas yang memadai.
c. Jenis kelamin
Bayi yang memiliki jenis kelamin laki-laki biasanya memiliki kecepatan
pertumbuhan yang lebih cepat dari bayi perempuan.

d. Berat Badan Ketika Lahir


Bayi prematur dengan Berat Badan Lahir Rendah mengalami keterlambatan
pertumbuhan berat badan dari pada bayi yang dilahirkan secara normal.
e. Usia
Usia bayi ikut menentukan berat badan bayi, karena lamanya bayi lahir akan
segera beradaptasi dengan lingkungan selain dalam kandungan ibunya. Awal
dilahirkan bayi akan mengalami penurunan berat badan dan seiring bertambahnya
usia bayi maka pertumbuhan akan terjadi.
2) Faktor lingkungan
a. Faktor lingkungan prenatal
b. Faktor lingkungan postnatal
3) Terapi Musik Klasik
a. Definisi Terapi Musik klasik
Menurut American Music Theraphy Association MAMTA (2000)
Mengemukakan bahwa Terapi musik adalah suatu profesi dibidang kesehatan
yang menggunakan musik secara terapeutik untuk mengatasi berbagai masalah
dalam aspek fisik, psikologi, kognitif dan kebutuhan sosial individu yang
mengalami cacat fisik.
b. Efek Terapi Musik Terhadap Respon Tubuh
Musik sedatif atau musik relaksasi menyebabkan tubuh akan bereaksi yang
bisa menurunkan tekanan darah dan detak jantung, serta menurunkan tingkat
rangsang yang akan membuat tenang, Sementara musik stimulatif meningkatkan
energi tubuh, meningkatkan tekanan darah serta detak jantung (Ahmad, 2014).
Menurut Wigram, dkk (2001), subjek akan merasa rileks apabila elemen musik
yang yang didengarkan stabil dan bisa diprediksi, Tetapi bila subjek merasa
perubahan yang tiba-tiba, karena musik yang diperdengarkan mempunyai elemen
musik yang bervariasi setiap saat, maka tingkat rangsang akan menjadi tinggi
karena adanya stimulasi.
c. Penerapan Terapi Musik Klasik untuk Meningkatkan Berat Badan pada Bayi
Prematur
Indra pendengaran bayi dibentuk saat bayi masih berada dalam kandungan
usia 8 minggu dan selesai pada usia kandungan 24 minggu. Jadi saat usia janin
dalam kandungan 25 minggu sudah bisa mendengar suara-suara disekitarnya
termasuk orang tuanya. Ketika sudah lahir bayi sudah bisa diberikan terapi musik
termasuk bayi prematur yang usia gestasinya dalam kandungan antara 31-36
minggu.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun seksama
untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan mengidentifikasi masalah yang
menuntut perhatian yang cepat. Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk
mengevaluasi kardiopulmonal dan neurologis. Pengkajian meliputi penyusunan nilai
APGAR dan evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau adanya tanda gawat
neonatus (Wong, 2008).
a. Aktivitas dan istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak semi koma pada
saat tidur : menangis atau tertidur adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat, tidur
sehari rata-rata 20 jam.
b. Pernafasan dan peredaran
Bayi normal mulai nafas setelah 30 detik setelah lahir, untuk itu menilai status
kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernafasan dan peredaran dapat digunakan
APGAR score. Namun secara praktis dapat dilihat darifrekuensi denyut jantung dan
pernafasan serta wajah, ekstremitas 120-160 x/menit (12 jam pertama setelah
kelahiran). Pernafasan bayi normal berkisar antara 30-60 x/menit warna ekstremitas
wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan.
c. Eliminasi
Abdomen lunak tanpa distensi : bising usus aktif dan beberapa jam setelah kelahiran.
Urin tidak berwarna atau kuning pucat.
d. Berat badan
Berat badan bayi prematur kurang dari 2500 gram
e. Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas dan panjang
badan dengan menggunakan pita pengukur Lingkar kepala
f. Suhu tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,5 sampai 37,5, pengukuran suhu
tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.
g. Kulit
Kulit neonatus yang kurang bulan biasanya tipis dan keriput, sedikit lipatan pada
telapak tangan dan kaki.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda (2012-2014), rumusan masalah (diagnosa) pada bayi dengan berat
lahir rendah adalah sebagai berikut :
a. Ketidakefektifan pola nafas (00032) berhubungan dengan imaturitas neurologis
(NANDA, 2012).

b. Ketidakefektifan termoregulasi : hipotermi (00008) berhubungan dengan mekanisme


pengaturan suhu tubuh immatur (NANDA, 2012).

c. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan


dengan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrien (NANDA, 2012).

d. Kerusakan integritas kulit (00046) berhubungan dengan faktor perkembangan


(NANDA, 2012).

3. Perencanaan Keperawatan

Rencana keperawatan adalah strategi perawat yang isinya kegiatan dan


tindakan yang disusun serta akan dilakukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil
yang dibuat berdasarkan SMART (Spesifik, Measureable, Achieveable, Realita,
Time).
 Diagnosa I : Ketidakefektifan pola nafas (00032) berhubungan dengan imaturitas
neurologis.
Tujuan : Setelah mendapat tindakan keparawatan 3x24 jam tidak terjadi gangguan
pola nafas(nafas efektif)
Kriteria Hasil : Akral hangat, Tidak ada sianosis, Tangisan aktif dan kuat, RR : 30-
40x/menit. Tidak ada retraksi otot pernafasan
Intervensi :
a. Monitor pernafasan (kedalaman, irama, frekuensi ).
Rasional : pengawasan ketat dibutuhkan karena organ pernafasan yang tidak
sempurna.
b. Atur posisi kepala lebih tinggi.
Rasional : Melancarkan jalan nafas.
c. Monitor keefektifan jalan nafas.
Rasional : Monitor yang tepat akan memudahkan tindakan pada bayi. Jika perlu dapat
dilakukan suction.
d. Lakukan auskultasi bunyi nafas tiap 4 jam.
Pertahankan pemberian O2.
Rasional : Dengan kemampuan organ pernafsaan yang tidak kuat maka bayi
membutuhkan bantuan pemberian O2 untuk memnuhi kebutuhannya.
e. Pertahankan bayi pada inkubator dengan penghangat.
Rasional : Mencegah hipotermi yang dapat memperparah kondisi dan organ
pernafasan bayi.
f. Pertahankan bayi pada inkubator dengan penghangat. Kolaborasii untuk X foto
thorax.
Rasional : Memberikan gambaran organ pernafasan bayi.
 Diagnosa II : Kecemasan orang tua (00146) berhubungan dengan perubahan dalam
status kesehatan.
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria hasil : Orang tua tampak tenang. Orang tua tidak bertanya-tanya lagi. Orang
tua berpartisipasi dalam proses perawatan
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan orang tua.
Rasional : Cemas berlebihan ditunjukkan orang tua karena tidak memahami kondisi
bayi, tidak ada pamahaman bahwa kondisi bayi akan menunjukkan perbaikan akan
memperburuk kondisi orang tua dan bayi.
b. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya.
Rasional : Membantu menganalisa masalah secara sederhana dengan mandiri.
c. Libatkan keluarga dalam perawatan bayinya.
Rasional : Orang tua akan terlatih dalam meerawat BBLR.
d. Berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai oleh orang tua.
Rasional : Sebagai motivasi orag tua.
e. Latih orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumah sebelum bayi pulang.
Rasional : Perawatan mandiri harus sudah dapat dilakukan ketika bayi sudah pulang.
 Diagnosa III : Ketidakefektifan termoregulasi : hipotermi (00008) berhubungan
dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh immatur.
Tujuan : Setelah mendapatkan tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi gangguan
terumoregulasi
Kriteria Hasil :Badan hangat. Suhu : 36,5-37C
Intervensi :
a. Pertahankan bayi pada inkubator dengan kehangatan 37C.
Rasional : Mempertahankan suhu bayi untuk terhindar dari hipotermia.
b. Beri popok dan selimut sesuai kondisi. Ganti segera popok yang basah oleh urine atau
feces.
Rasional : Popok yang basak akan mempercepat kehilangan panas pada bayi sehingga
berisiko besar terjadi hipotermia.
c. Hindarkan untuk sering membuka penutup.
Rasional : Dapat menyebabkan fluktuasi suhu dan peningkatan laju metabolism.
d. Atur suhu ruangan dengan panas yang stabil.
e. Rasional : Mempertahankan suhu bayi semakin baik.
 Diagnosa IV : Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
Tujuan : Setelah tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria Hasil : Diet yang diberikan habis tidak ada residu. Reflek menghisap dan
menelan kuat. BB meningkat 100 gr/3hr.
Intervensi :
a. Kaji refleks menghisap dan menelan.
Rasional : Mengetahui kemampuan fungsi pencernaan bayi.
b. Monitor input dan output.
Rasional : Indikator langsung keadekuatan nutrisi.
c. Berikan minum sesuai program lewat sonde/spin.
Rasional : Membantu pemenuhan nutrisi.
d. Sendawakan bayi sehabis minum.
Rasional : Menambah kemampuan lambung untuk menampung dan mencerna nutrisi.
e. Timbang BB tiap hari.
Rasional : Berat badan bayi diharapkan meningkat setiap saatnya.
 Diagnosa V : Kerusakan integritas kulit (00046) berhubungan dengan faktoterapi
perkembangan
Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Kriteria hasil : Suhu 36,5-37 C. Tidak ada lecet atau kemerahan pada kulit. Tanda-
tanda infeksi (-).
Intervensi :
a. Observasi vital sign.
Rasional : Memberikan informasi tanda-tanda vital.
b. Observasi tekstur dan warna kulit.
Rasional : Kulit bayi akan terlihat berbeda dengan kulit bayi lainnya, teksturnya
mungkin berkerut dengan warna kemerahan, pucat atau transparan.
c. Lakukan tindakan secara aseptic dan antiseptic dan cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan bayi.
Rasional : Mencegah infeksi silang dan kerusakan integritas kulit yang dapat
mengakibatkan infeksi.
d. Jaga kebersihan kulit bayi. Ganti pakaian setiap basah. Jaga kebersihan tempat tidur.
Rasional : Mencegah iritasi kulit pada bayi
e. Lakukan mobilisasi tiap 2 jam. Monitor suhu dalam incubator.
Rasional : Mencegah penekanan pada kulit bayi dan suhu yang baik akan menjaga
kelembapan kulit sehingga dapat menurunkan risiko.
4. Implementasi
Dalam proses keperawatan, pelaksanaan atau implemnetasi adalah tahap
dimana perawat melaksanakan / menerapkan semua rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Pada situasi nyata rsering implementasi jauh berbeda dengan
rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis
dalam melaksanakan tindakan keperawatan. yang terbiasa adalah rencana tidak
tertulis yaitu yang dipikirkan, dirasakan ini yang dilaksanakan, hal ini sangat
membahayakan pasien dan perawat jika berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi
aspek legal (Keliat, 2000).
5. Evaluasi
Menurut Bezt & Cecily (2002), evaluasi merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan yang dapat digunakan sebagai alat ukut penilaian suatu rencana
keperawatan yang telah dibuat. Meskipun evaluasi dianggap sebagai tahap akir
keperawatan, evaluasi berguna untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan,
mengukur kemajuan klien dalam mencapai tujuan akhir dan untuk mengevaluasi
reaksi klien dalam menentukan apakah rencana tersebut dapat diteruskan atau dirubah
atau dihentikan. Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah
teratasi, masalah teratasi sebagian dan masalah belum teratasi. Atau muncul masalah
baru. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi akhir. Evaluasi
proses adalah hasil dari setiap tindakan yang dilakukan. Sedangkan evaluasi akhir
adalah evaluasi yang dilakukan dengan cara membandingkan antara diagnosa
keperawatan dan tujuan hasil nyata yang dicapai.

1. Pengkajian
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : By. S. P
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tgl. Lahir : Surabaya, 20 Juli 2001
Umur : 4 hari
Anak Ke : Satu (pertama)
Nama Ayah : Tn. W
Nama Ibu : Ny. S. P
Pendidikan Ayah : SLTA
Pendidikan Ibu : SLTA
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kedung Rukem Tengah No. 4
Tanggal MRS : 21 Juli 2001 (di Ruang Neonatologi)
Diagnosa Medis : NP/BBLR/SMK
Sumber Informasi : Status/rekam medik

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Keperawatan Sekarang (PRESENT ILLNESS)
 Keluhan utama : bayi lahir prematur (35 minggu), BBLR (2100 gram), melalui SC
(Sectio Caesar).
 Lama keluhan : 4 hari.
 Akibat timbulnya keluhan : bayi dirawat terpisah dari ibu secara inten- sif.
 Faktor yang memperberat : tidak ada.
 Upaya untuk mengatasi : dirawat di Ruang Neonatologi.
 Lainnya : tidak ada.
2. Riwayat Keperawatan Sebelumnya (PAST HISTORY)
1) Prenatal : ibu eklamsi.
2) Natal : lahir melalui sectio caesaria.
3) Post-Natal : apgar score 7-9; BB= 2100 gram; PB= 47 cm; LK= 32 cm; LD= 30 cm;
LLA= 12 cm. Luka/operasi : tidak ada.
Alergi : tidak ada.
Pola kebiasaan : tidak terkaji.
Tumbuh kembang : tidak dikaji.
Imunisasi : belum diimunisasi.
Status gizi : baik, penurunan BB= 2100 gram menjadi 2000 gram.
Psikososial : -
Psikosexual : tidak dikaji
Interaksi : -
Lainnya : -
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
 Komposisi keluarga : belum bertemu orangtua klien. Klien tinggal bersama ayah, ibu
& pem-bantu.
 Lingkungan rumah dan komunitas : tinggal di kampung yang padat penduduknya.
 Pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga: ayah tamatan SLTA & bekerja swasta
dengan dibantu oleh ibu.
 Kultur dan kepercayaan : adat Jawa.
 Fungsi dam hubungan keluarga : klien merupakan anak pertama sehingga keluarga
berharap banyak.
 Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan: ibu belum dapat me- nyusui klien.
 Persepsi keluarga tentang penyakit klien: keluarga pasrah terhadap apa yang terjadi &
menerima-nya.
 Lainnya : tidak dikaji.
C. PEMERIKSAAN FISIK (Head to toe)
1. (Khusus Neonatus)
Reflek moro : positif.
Reflek menggenggam : positif, lemah.
Reflek menghisap : positif, namun masih lemah.
Tonus otot/aktifitas : positif.
Kekuatan menangis : kuat.
2. (Anak dan Neonatus)
Keadaan umum : menangis kuat, lemah.
Tanda-tanda vital : HR= 140x/mnt, RR= 38x/mnt, suhu= 36,5oC.
Kepala dan wajah : LK= 32 cm, rambut tipis, terdapat lanugo, tidak ada cephal
hematom, fontanella tidak menonjol.
Mata : mengeluarkan sekret banyak, terutama mata kiri, berkedip bila terpapar
cahaya.
Telinga : reflek terkejut positif. Hidung : dapat bersin Mulut : mukosa kering.
Tenggorokan : tidak ada kelainan.
Leher : tidak ada kelainan.
Punggung : tidak terdapat spina bifida.
Neurologi : tidak ada kelainan.
Endokrin : tidak ada kelainan.
Dada : LD= 30 cm.
Paru-paru : Ves/vel, ronchi -/-; wheezing -/-, RR= 38x/mnt.
Jantung : S1 S2 tunggal, murmur positif sistole, HR= 140x/mnt.
Abdomen : SOEPL, terdengar bunyi bising usus, tali pusat masih basah, tidak terdapat
distensi abdomen.
Ginjal : tidak ada kelainan.
Genetalia : jenis kelamin perempuan.
Rektum : terdapat anus, iritasi/kemerahan di sekitar anus.
Extremitas : plantar crease > 18 jam sehari).
Aktifitas dan latihan : lemah.
Lainnya : tidak dikaji.
D. POLA FUNGSI KESEHATAN
Nutrisi dan metabolisme : ASI/PASI 12x25 cc.
Eliminasi : BAB/BAK biasa.
Istirahat dan tidur : cukup 18 jam sehari).
Aktifitas dan latihan : lemah.
Lainnya : tidak dikaji
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG (DIAGNOSTIK TEST)
 Laboratorium :
GDA= 82 mg/L.
Leukosit= 6600 x 109/L.
Hb= 24,0 gr/DL.
 Diff Eosinofil:
SC= 73
Ly= 27
Thrombosit= cukup.
Foto : tidak ada.
 Lainnya : HV/A, B = 16,8 mg%.

F. PROGRAM TERAPI
 Tanggal 24 Juli 2001:
1. /B15 12 x 25 cc s/d 12 x 40 cc + extra.
2. Thermoregulasi.
 Tanggal 26 Juli 2001:
1. Fototherapy: 1x12 jam I.
2. 1x 24 jam II.1/3 anterior.

G. Analisa Data

No. Data Kemungkinan Masalah Diagnosa


Tgl Penyebab
1 S: Bayi tidak Immaturitas, Risiko Risiko hipotermia
24/07/ aktif,lemah transisi hipotermia berhubungan de-
2001 O: lingkungaan, ngan immaturitas,
ekstra uterus transisi lingkungan
-Suhu: 36 neonatus ekstra uterus neo-
natus.
- RR: 38x/mnt
-HR: 140x/mnt
-Kulit dingin

2 S: Lemah serta Latargi sekunder Ketidakefektifan Ketidakefektifan


24/07/ cengeng akibat pola pemberian pola pemberian
2001 O: prematuritas makan bayi makan bayi
-Reflek mengisap berhubungan
masih lemah. dengan lethargi
-NGT terpasang. sekunder akibat
-BB= 2000 gr. prematuritas.
-Ada muntah

3 S= tidak dikaji. O: Kerentanan terha- Risiko terhadap Risiko kerusakan


24/07/ -Kulit disekitar anus dap infeksi kerusakan integritas kulit ber-
2001 kemerahan nosokomial efek integritas kulit. hubungan dengan
-Lembab pada iritan lingkungan kerentanan
daerah genital & sekunder. terhadap infeksi
anus. nosokomial, efek
-BAB/BAK +. iritan lingkungan
sekunder.

4 S: Klien agak Immaturitas, Ketidakseim Ketidakseimbangan


25/07/ cengeng. radiasi bangan cairan & cairan berhubungan
2001 O: lingkungan, elektrolit dengan
-Mukosa bi-bir kehilangan immaturitas, radiasi
kering. melalui kulit/ lingkungan,
-Turgor kulit masih paru. kehilangan melalui
baik. kulit/paru.
-BB= 2000 gr.
-Klien menda-pat
fototherapy pada tgl.
26 Juli 2001
sebanyak 2 seri.
5 S: tidak dikaji. Kerentanan bayi/ Risiko terhadap Risiko terhadap
25/07/ O: immaturitas, infeksi. infeksi berhubu-
2001 -Tubuh kuning. bahaya ngan dengan ke-
-Tali pusat masih ba- lingkungan, luka rentanan bayi/im-
sah. terbuka (tali maturitas, bahaya
-Umur 4 hari, lahir pusat). lingkungan, luka
prematur. terbuka (tali pusat).
-Belum mendapat
imunisasi.
2. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko hipotermia berhubungan dengan immaturitas, transisi lingkungan ekstra uterus


neonatus.
2. Ketidakefektifan pola pemberian makan bayi berhubungan dengan lethargi sekunder
akibat prematuritas.
3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerentanan terhadap infeksi
nosokomial, efek iritan lingkungan sekunder.
4. Ketidakseimbangan cairan berhu-bungan dengan immaturitas, radiasi lingkungan,
kehilangan melalui kulit/paru.
5. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan kerentanan bayi/immaturitas, bahaya
lingkungan dan luka terbuka ( tali pusat)

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional


Tgl
1 Risiko hipotermia 1. Tempatkan bayi di 1. Agar suhu tubuh bayi
24/07/ berhubungan dengan bawah tetap stabil.
2001 immaturitas, transisi ling- pemanas/inkubator. 2. Agar lingkungan tidak
kungan ekstra uterus 2. Pertahankan suhu mempengaruhi kondisi
neonatus. ruang perawatan. klien.
Tujuan: Hipotermia tidak 3. Kaji suhu rectal/axilla 3. Untuk memantau suhu
terjadi. setiap 2 jam bila per-lu. tubuh bayi, bila ada
Kriteria Hasil: 4. Kaji status infant yang perubahan dapat
- Mempertahankan suhu menunjukkan stress segera di lakukan
lingkungan tetap normal dingin. tindakan.
-Bayi tidak kedinginan 5. Hindarkan meletak-kan 4. Untuk mengetahui
bayi dekat deng-an sedini mungkin bila
sumber dingin/ daerah ada riwayat/keadaan
terbuka. yang stress terhadap
dingin.
5. Agar terhindar dari
penurunan suhu tu-buh
secara menda-dak
akibat pengaruh
lingkungan.

2 Ketidakefektifan pola 1. Kaji pola makan bayi & 1. Agar dapat diketahui
24/07/ pemberian makan bayi kebutuhan nutrisi. secara tepat pola ma-
2001 ber-hubungan dengan 2. Diskusikan dengan kan & kebutuhan
lethargi sekunder akibat orangtua mengenai nutrisi bayi.
prematuri-tas. pemberian ASI. 2. Keterlibatan orang tua
Tujuan: Pola pemberian 3. Berikan intervensi sangat diperlukan
makan bayi efektif. spesifik untuk mening secara aktif.
Kriteria hasil: katkan pemberian 3. Agar kemampuan bayi
-Bayi menerima nutrisi makan per oral yang untuk makan/ minum
dengan adekuat efektif selain melalui dapat dilakukan per
-Bayi dapat makan tanpa sonde. oral.
bantuan sonde 4. Tingkatkan pemberian 4. Meningkatkan ke-
-Reflek menghisap bayi makan per oral & mampuan bayi ma-kan
terus meningkat sehingga penurunan pemberian per oral.
dapat diberikan per oral makan enteral sejalan
dengan makin
efektifnya bayi
makan /minum melalui
mulut
3 Risiko kerusakan 1. Ganti popok/pakaian 1. Untuk mencegah
24/07/ integritas kulit bayi setiap kali basah terjadinya kelembaban
2001 berhubungan dengan 2. Berikan talk setiap akibat kencing bayi.
kerentanan terhadap mengganti popok/pa- 2. Untuk menghindari
infeksi nosokomial, efek kaian. iritasi terutama pada
iritan lingkungan 3. Masase dengan lem-but daerah sekitar anus/
sekunder. kulit yang sehat, perineal.
Tujuan: Integritas kulit terutama pada daerah 3. Untuk merangsang
baik. yang tertekan. sirkulasi.
Kriteria Hasil: 4. Monitor terus kondisi/ 4. Agar dapat diketahui
-Iritasi pada daerah perubahan yang terjadi. kondisi kulit klien &
perineal minimal dapat dilakukan
-Popok/pakaian tidak intervensi secepatnya.
dibiarkan lembab &
basah

4 Ketidakseimbangan 1. Berikan cairan sesuai 1. Untuk mencegah/


25/07/ cairan berhubungan kebutuhan bayi & usia. menghindari terjadi-
2001 dengan immaturitas, radi- 2. Timbang BB setiap nya ketidakseimba-
asi lingkungan, hari. ngan cairan.
kehilangan melalui 3. Monitor & catat intake 2. Untuk memantau
kulit/paru. –output setiap hari, apabila terjadi
Tujuan: Mempertahankan bandingkan jumlah perubahan, sehingga
keseimbangan cairan & untuk menentukan dapat segera diatasi.
elektrolit. status ketidakseimba- 3. Upaya pencegahan
ngan. sedini mungkin bila
4. Pertahankan suhu terjadi ketidakseim-
lingkungan tetap nor- bangan.
mal. 4. Untuk mencegah
5. Kaji tanda-tanda terjadinya kehilangan
peningkatan kebutuhan cairan karena
cairan & TTV: peningkatan/penuruna
-Peningkatan suhu n suhu tubuh.
tubuh. 5. Untuk dilakukan
-Hipovolemik shock. upaya pencegahan &
-Sepsis. penanganan sedini &
-Asfiksia & hipoksia. setepat mungkin.
6. Monitor laboratorium. 6. Untuk memantau
perkembangan/peruba
han yang terjadi
secepat mungkin,
terutama bila ada
kecurigaan terjadinya
ketidakseimbangan
cairan.

5 Risiko terhadap infeksi 1. Berikan lingkungan 1. Agar bayi terhindar


25/07/ berhubungan dengan yang melindungi klien dari risiko terjadinya
2001 kerentanan dari infeksi seperti: infeksi.
bayi/immaturitas, bahaya -cuci tangan sebelum 2. Untuk mengetahui
lingkungan, luka terbuka menyentuh klien. setiap perubahan yang
(tali pusat). -Ikuti protap isolasi terjadi.
Tujuan: Infeksi dapat di pada bayi. 3. Untuk mengetahui
cegah. -lakukan/terapkan apabila terjadi infeksi
teknik steril saat secara dini.
melakukan tindakan 4. Agar tanda & gejala
pada bayi. terjadinya infeksi
2. Kaji perubahan suhu dapat segera
tubuh serta tanda/gejala diketahui.
klinis yang timbul
3. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium.
4. Monitor tanda-tanda
terjadi infeksi & pantau
serta rawat tali pusat
bayi secara benar.

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tgl

1 24 Juli 2001 S: tidak dikaji


24/07/ 07.15 -Mengatur suhu inkubator O:
2001 -Klien tetap hangat
-Mengukur suhu tubuh klien 36,4
08.20 -Suhu 36,7
-Memantau suhu lingkaran
-Menghindarkan bayi dari sumber -Akral hangat
dingin dengan memakaikan pakaian A: Masalah teratasi sebagian
/popok yang kering P: Teruskan rencana intervensi
10.20 -Memberikan makanan melalui
sonde susu 25 cc tiap 2 jam
10.40 -Memberikan susu melalui botol
-Mengkaji kebutuhan nutrisi
2 24 Juli 2001 S: tidak dikaji
24/07/ 11.15 -Mengganti popok/pakaian bayi bila O:
2001 basah -PASI diberikan personde &
11.20 -Memberikan masase pada daerah peroral 40 cc + ekstra
yang tertekan -reflek menghisap mulai kuat
11.30 -Menimbang BB (2000 gr) A: masalah belum teratasi
-Mengkaji TTV: seluruhnya
P: rencana intervensi tetap di
Suhu: 36,7 teruskan
HR: 144x/mnt, RR: 36x/mnt

25 Juli 2001 S: Tidak dikaji


O:
07.20 -Mengukur suhu tubuh klien & suhu -kulit disekitar anus masih
lingkaran kemerahan/iritasi
09.30 -Mengkaji status in-fant apakah -Popok /pakaian selalu diganti
terdapat stres terhadap dingin A: masalah teratasi sebagian
10.30 -Mengganti popok/pakaian bayi P: rencana intervensi masih
yang basah diteruskan
11.20 -Memberikan susu botol atau sonde
30 cc tiap 2 jam
12.10 -Melakukan masase dengan lembut
pada punggung bayi
12.45 -Menghitung kebutuhan cairan bagi
klien
-Mengukur TTV:
Suhu: 36,8

HR: 148x/mnt
RR: 40x/mnt
-Mendiskusikan dengan orang tua
apakah klien bisa diberkan ASI
langsung dari ibunya (ternyata tidak
bisa karena ASI tidak keluar)
26 Juli 2001 S: Tidak dikaji
07.25 -Mengukur suhu tubuh & suhu O:
inkubator -klien mendapat terapi
08.45 -Menyarankan orang tua untuk fototerapi sebanyak 2 seri
membesuk klien dan memberikan -intake ditingkatkan, PASI
perhatian 12x40 cc+ ekstra
09.35 -memberikan susu botol dan sonde -mukosa kering, klien cengeng
tiap 2 jam A: masalah teratasi
10.25 -setiap mengganti popok/pakaian P: Rencana intervensi tetap di
memantau keadaan tali pusat dan teruskan
tanda infeksi
-Menimbang BB: 2000 gr
11.00 -Monitor tanda tanda dan terjadinya
gangguan keseimbangan cairan
-Melakukan tindakan sesuai
prosedur pencegahan infeksi
11.30 -Mengambil spesimen darah
-Monitor TTV
12.45

27 Juli 2001 S: Tidak dikaji


07.10 -Mengukur suhu tubuh O:
-Mengganti popok/pakaian pada klien -Tubuh klien terlihat kuning
09.10 -Mencuci tangan sebelum dan
sesudah memegang klien -Suhu 37,2
09.20 -Memberikan susu botol dan sonde
40 cc/ 2 jam + ekstra -RR 40x/mnt
12.55 -Mengatur posisi klien untuk -HR 144x/mnt
pemberian fototerapi -Leukosit 6600
-Menimbang BB 2000 gr A: Masalah belum teratasi
-Observasi keadaan umum suhu P: Rencana intervensi tetap di
klien setiap 3 jam teruskan
-Mengukur TTV
Suhu 37,2

HR 144x/mnt
RR 40x/mnt
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bayi bisa terlahir prematur karena ada sebabnya, dan sebab itu sangat beragam.
Sebab-sebab tersebut ada yang datang dari ibu ada juga yang datang dari bayi. Kelahiran
prematur juga mempunyai akibat tersendiri terhadap bayi. Salah satu akibatnya adalah bayi
akan mengalami masalah kesehatan pada minggu-minggu awal kehidupannya.
Bayi yang terlahir prematur juga membutuhkan perawatan inkubator saat setelah lahir
hingga si bayi bisa di bawa pulang. Gunanya untuk menyamakan suhu udara saat bayi masih
di dalam kandungan dengan setelah ia lahir.

Saran
Bayi lahir prematur pun harus masuk ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit).
Dalam ruang ini, Si Kecil akan diberi perawatan intensif dan harus steril selama beberapa
hari. Hal ini memungkinkan orang tua tidak dapat melihat anaknya sesering mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Asmono, Nanang. 2011. Askep Bayi Prematur. https://id.scribd.com/doc/71851753/ASKEP-BAYI-


PREMATUR. Diakses pada tanggal 08 Juni 2019
Wahid. 2011.Asuhan Keperawatan dengan Prematur. http://wahidnh.blogspot.com/2011/06/asuhan-
keperawatan-pada-bayi-s-p-dengan.html. Diakses pada tanggal 08 Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai