KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan
Kasus Asuhan Keperawatan Pada Bayi Prematur”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari selaku dosen Metodelogi.
Sesuai dengan tugas yang diberikan. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari Ibu serta rekan-rekan sekalian
sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam makalah ini dan
menyempurnakannya sehingga menjadi sumber ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah berperan dalam
penyusunan makalah ini mulai dari awal penyusunan hingga penyelesaian makalah. Semoga
makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan dan dapat menjadi acuan untuk
menghasilkan makalah yang lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Bayi Prematur
Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan
minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). The American Academy of Pediatric,
mengambil batasan 38 minggu untuk menyebut prematur.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir di bawah dari 37 minggu atau berat bayi kurang
dari 2.500 gram (Manuaba, 2008).
Bayi prematur merupakan bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama
dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir (Wong, 2008).
Bayi prematur adalah bayi yang lahir setelah 24 minggu dan sebelum 37 minggu
kehamilan, dengan berat badan 2500 gram atau kurang saat lahir, terlepas dari usia kehamilan
tepat atau dibawah 37 minggu (Brooker, 2008).
Secara patofisiologis menurut Nelson (2010), bayi BBLR ini berhubungan dengan
usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB)
lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini
terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain
yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bayi prematur adalah bayi
lahir hidup yang usia kehamilannya kurang dari 37 minggu dengan berat badan bayi lahir di
bawah 2500 gram.
b. Etiologi
1. Penyebab Kelahiran Bayi Prematur
Faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur diantaranya:
1. Faktor ibu yaitu riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum,
malnutrisi, kelainan uterus, hidromion, penyakit jantung /penyakit kronik lainnya,
hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua
kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma, kebiasaan, yaitu pekerjaan yang
melelahkan, merokok (Prawirohardjo, 2006).
2. Faktor janin yaitu :
cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramion, ketuban pecah dini cacat bawaan dan
infeksi (Prawirohardjo, 2006).
3. Faktor Plasenta:
Kelahiran prematur yang disebabkan oleh faktorplasenta meliputi: plasenta previa,
dan solutio plasenta (Surasmi,Handayani, dan Kusuma, 2003).
4. Faktor Khusus : serviks inkompeten
Persalinan prematur berulang, overistensi uterus, kehamilan ganda, kehamilan dengan
hidramnion (Manuaba et al, 2007)
5. Terjadi produksi prostaglandin. Secara anatomis kutub bawah persambungan selaput
janin dengan desidua yang menutupi koralis servikalis tersambung dengan vagina.
Meskipun demikian susunan anatomis ini menyediakan jalan masuk bagi penyebaran
mikroorganisme ke dalam jaringan intrauteri dan kemudian menginvasi kantomh
amnion. Mikroorganisme ini menginduksi pembentukan sitokinin yang memicu
produksi prostaglandin dan mendorong terminasi kehamilan lebih dini (Cunningham,
2006).
6. Terjadi pada wanita multipara, karena adanya jaringan parut uterus akibat kehamilan
dan persalinan sebelumnya (berulang). Yang menyebabkan tidak adekuatnya
persediaan darah ke plasenta sehingga plasenta menjadi lebih tipis dan mencakup
uterus lebih luas.
7. Wanita yang pernah melahirkan lebih dari 1 kali atau yang termasuk paritas tinggi
mempunyai risiko lebih tinggi mengalami partus prematur karena menurunnya fungsi
alat reproduksi dan meningkatkan pula risiko terjadinya perdarahan antepartum yang
dapat menyebabkan terminasi kehamilan lebih awal (Saifudin, 2008).
c. Patofisiologi
Usia kehamilan normal bagi manusia adalah 40 minggu. Menurut World Health
Organization (WHO), usia kehamilan pada bayi yang baru lahir dikategorikan
menjadi prematur, normal, dan lebih bulan. Kelahiran prematur terjadi sebelum 37
minggu usia kehamilan dan bisa dibagi menjadi 3. Usia kehamilan ini dihitung dari
hari pertama setelah siklus menstruasi terakhir (Bobak, Lowdermilk dan Jensen,
2005).
3. Gangguan Imunitas
a. Gangguan Imunologi
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG. Bayi
prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta
reaksi terhadap peradangan masih belum baik (Prawirohardjo, 2006).
b. Ikterus
Ikterus adalah menjadi kuningnya warna kulit, selaput lendir dan berbagai
jaringan karena tingginya zat warna empedu. Ikterus neonatal adalah suatu gejala
yang sering ditemukan pda bayi baru lahir.
4. Gangguan Sistem Peredaran Darah
a. Perdarahan intraventricular haemorrhage (IVH)
Perdarahan kecil dalam lapisan germinal ventrikel leteral otak sering dijumpai
pada pemeriksaan ultrasonografi bayi prematur, terutama yang mengalami asfiksia
atau masalah pernapasan yang berat yang mengakibatkan hipoksia,
hipertensi dan hiperkapnia pada bayi. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke
otak bertambah sehingga mudah terjadi perdarahan pada otak (Prawirohardjo,
2006).
b. Anemia
Anemia fisiologik pada bayi prematur disebabkan oleh supresi eritropoesis pasca
lahir, persediaan besi janin yang sedikit, serta bertambah besarnya volume darah
akibatpertumbuhan yang lebih cepat. Oleh karena itu anemia pada bayi prematur
terjadi lebih dini (Cunningham et al, 2005).
c. Gangguan jantung
Kejadian PDA ( Patent Ductus Arteriosus ) adalah keadaan yang umum pada bayi
prematur. Penutupan ductus arteriosus yang tertunda akan mengakibatkan
penurunan oksigen ke sirkulasi sistemik sehingga menjadikan faktor predisposisi
pada gangguan oksigenasi (Bobak, Lowdermilk, dan Jensen, 2005).
d. Gangguan Pada Otak
Intraventrikular hemorrhage, perdarahan intrakranial pada neonatus. Penambahan
aliran darah ke otak disebabkan karena tidak adanya otoregulasi cerebral pada
bayi prematur, sehingga mudah terjadi perdarahan (Prawirohardjo, 2006).
6. Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang memburuk merupakan masalah serius bagi bayi prematur
yang dikarenakan tidakadanya surfaktan. Kadar oksigen yang tinggi akan
menyebabkan kerusakan jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
(Manuaba, 2009).
7. Bantuan pernapasan
Segera setelah lahir jalan napas orofaring dan nasofaring dibersihkan dengan
isapan yang lembut. Pemberian terapi oksigen harus hati-hati dan diikuti dengan
pemantauan terus menerus tekanan oksigen darah arteri antara 80-100 mmHg. Untuk
memantau kadar oksigen secara rutin dan efektif dapat digunakan elektroda oksigen
melalui kulit (Surasmi, Handayani, dan Kusuma 2003).
8. Mengkaji kesiapan untuk intervensi terpilih
yaitu beri stimulasi bila perlu pada status bayi dan kesiapannya, dorong fleksi
pada posisi telentang dengan menggunakan gulungan selimut, berikan bayi pembatas
tubuh melalui pembedongan atau menggunakan gulungan selimut pada tubuh dan
kakinya (Straight, Barbara R 2005).
kriteria pemulangan biasanya sudah dibolehkan dibawa pulang. Beberapa
Rumah Sakit yang menggunakan patokan berat badan untuk pemulangan bayi
prematur, sebagai contoh bayi prematur diperbolehkan pulang jika berat minimal 2 kg
atau 2000 gram (Maulana, 2008).
2. Pertumbuhan Berat Badan Bayi Prematur
Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ tubuh, keduanya berjalan
secara berkesinambungan dalam tubuh manusia. Pertumbuhan (growth) adalah
bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya
ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan.
a. Definisi Berat Badan Bayi Prematur
Berat badan merupakan salah satu tolak ukur untuk memenuhi tingkat
kesehatan anak. Oleh karena itu setiap bayi yang lahir pasti akan ditimbang. Berat
badan akan menggambarkan komposisi tubuh bayi secara keseluruhan. Pola standar
dalam pertumbuhan berat badan menunjukkan bayi dalam pertumbuhan yang sehat
(Manurung, 2008). Berat badan merupakan ukuran antropometri paling penting yang
sering di terapkan pada bayi baru lahir. Berat badan digunakan acuan untuk
mendiagnosa apakah bayi baru lahir termasuk kedalam golongan bayi normal atau
BBLR. Termasuk dalam klasifikasi BBLR apabila berat bayi dibawah 2600 gram atau
2,5 kg. Berat badan dapat digunakan untuk melihat laju perkembangan fisik pada usia
bayi hingga balita kecuali jika terjadi kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema,
atau adanya tumor.
b. Klasifikasi Kenaikan Berat Badan
Menurut Santoso (2003) mengemukakan Kenaikan berat badan hingga 3 bulan
pertama pada bayi prematur dapat di perkirakan sebagai berikut:
1) 150-200 gram seminggu untuk bayi berat lahir <1500 gram (20-30 gram per hari).
2) 200-250 gram seminggu untuk bayi berat lahir 1.500-2.500 (30-35 gram per hari)
c. Cara Mengukur Berat Badan Bayi
Cara mengukur berat badan bayi menurut Rikesdas (2007) adalah sebagai berikut.
1) Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu,
cukup pakaian dalam saja.
2) Tidurkan bayi pada meja timbangan.
3) Ketika menimbang berat badan bayi, tempatkan tangan petugas diatas tubuh bayi
(tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
4) Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan
d. Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Bayi
Menurut Soetjiningsih (2002) faktor yang mempengaruhi berat badan pada bayi
prematur yaitu:
1) Faktor Internal
a. Faktor genetik/ Keturunan
Bayi berkemungkinan memiliki pertumbuhan berat badan yang pesat jika orang
tua atau kakek neneknya bertubuh gemuk demikian pula sebaliknya. Bayi yang
dilahirkan dari keturunan kurus memiliki potensi pertumbuhan berat badan yang
kurang.
b. Asupan Gizi
Bayi prematur yang mendapat asupan gizi yang cukup berpotensi mengalami
kecepatan pertumbuhan berat badan yang cukup dari pada bayi yang kurang
mendapatkan asupan gizi dalam kualitas dan kuantitas yang memadai.
c. Jenis kelamin
Bayi yang memiliki jenis kelamin laki-laki biasanya memiliki kecepatan
pertumbuhan yang lebih cepat dari bayi perempuan.
3. Perencanaan Keperawatan
1. Pengkajian
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : By. S. P
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tgl. Lahir : Surabaya, 20 Juli 2001
Umur : 4 hari
Anak Ke : Satu (pertama)
Nama Ayah : Tn. W
Nama Ibu : Ny. S. P
Pendidikan Ayah : SLTA
Pendidikan Ibu : SLTA
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kedung Rukem Tengah No. 4
Tanggal MRS : 21 Juli 2001 (di Ruang Neonatologi)
Diagnosa Medis : NP/BBLR/SMK
Sumber Informasi : Status/rekam medik
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Keperawatan Sekarang (PRESENT ILLNESS)
Keluhan utama : bayi lahir prematur (35 minggu), BBLR (2100 gram), melalui SC
(Sectio Caesar).
Lama keluhan : 4 hari.
Akibat timbulnya keluhan : bayi dirawat terpisah dari ibu secara inten- sif.
Faktor yang memperberat : tidak ada.
Upaya untuk mengatasi : dirawat di Ruang Neonatologi.
Lainnya : tidak ada.
2. Riwayat Keperawatan Sebelumnya (PAST HISTORY)
1) Prenatal : ibu eklamsi.
2) Natal : lahir melalui sectio caesaria.
3) Post-Natal : apgar score 7-9; BB= 2100 gram; PB= 47 cm; LK= 32 cm; LD= 30 cm;
LLA= 12 cm. Luka/operasi : tidak ada.
Alergi : tidak ada.
Pola kebiasaan : tidak terkaji.
Tumbuh kembang : tidak dikaji.
Imunisasi : belum diimunisasi.
Status gizi : baik, penurunan BB= 2100 gram menjadi 2000 gram.
Psikososial : -
Psikosexual : tidak dikaji
Interaksi : -
Lainnya : -
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Komposisi keluarga : belum bertemu orangtua klien. Klien tinggal bersama ayah, ibu
& pem-bantu.
Lingkungan rumah dan komunitas : tinggal di kampung yang padat penduduknya.
Pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga: ayah tamatan SLTA & bekerja swasta
dengan dibantu oleh ibu.
Kultur dan kepercayaan : adat Jawa.
Fungsi dam hubungan keluarga : klien merupakan anak pertama sehingga keluarga
berharap banyak.
Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan: ibu belum dapat me- nyusui klien.
Persepsi keluarga tentang penyakit klien: keluarga pasrah terhadap apa yang terjadi &
menerima-nya.
Lainnya : tidak dikaji.
C. PEMERIKSAAN FISIK (Head to toe)
1. (Khusus Neonatus)
Reflek moro : positif.
Reflek menggenggam : positif, lemah.
Reflek menghisap : positif, namun masih lemah.
Tonus otot/aktifitas : positif.
Kekuatan menangis : kuat.
2. (Anak dan Neonatus)
Keadaan umum : menangis kuat, lemah.
Tanda-tanda vital : HR= 140x/mnt, RR= 38x/mnt, suhu= 36,5oC.
Kepala dan wajah : LK= 32 cm, rambut tipis, terdapat lanugo, tidak ada cephal
hematom, fontanella tidak menonjol.
Mata : mengeluarkan sekret banyak, terutama mata kiri, berkedip bila terpapar
cahaya.
Telinga : reflek terkejut positif. Hidung : dapat bersin Mulut : mukosa kering.
Tenggorokan : tidak ada kelainan.
Leher : tidak ada kelainan.
Punggung : tidak terdapat spina bifida.
Neurologi : tidak ada kelainan.
Endokrin : tidak ada kelainan.
Dada : LD= 30 cm.
Paru-paru : Ves/vel, ronchi -/-; wheezing -/-, RR= 38x/mnt.
Jantung : S1 S2 tunggal, murmur positif sistole, HR= 140x/mnt.
Abdomen : SOEPL, terdengar bunyi bising usus, tali pusat masih basah, tidak terdapat
distensi abdomen.
Ginjal : tidak ada kelainan.
Genetalia : jenis kelamin perempuan.
Rektum : terdapat anus, iritasi/kemerahan di sekitar anus.
Extremitas : plantar crease > 18 jam sehari).
Aktifitas dan latihan : lemah.
Lainnya : tidak dikaji.
D. POLA FUNGSI KESEHATAN
Nutrisi dan metabolisme : ASI/PASI 12x25 cc.
Eliminasi : BAB/BAK biasa.
Istirahat dan tidur : cukup 18 jam sehari).
Aktifitas dan latihan : lemah.
Lainnya : tidak dikaji
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG (DIAGNOSTIK TEST)
Laboratorium :
GDA= 82 mg/L.
Leukosit= 6600 x 109/L.
Hb= 24,0 gr/DL.
Diff Eosinofil:
SC= 73
Ly= 27
Thrombosit= cukup.
Foto : tidak ada.
Lainnya : HV/A, B = 16,8 mg%.
F. PROGRAM TERAPI
Tanggal 24 Juli 2001:
1. /B15 12 x 25 cc s/d 12 x 40 cc + extra.
2. Thermoregulasi.
Tanggal 26 Juli 2001:
1. Fototherapy: 1x12 jam I.
2. 1x 24 jam II.1/3 anterior.
G. Analisa Data
3. Intervensi Keperawatan
2 Ketidakefektifan pola 1. Kaji pola makan bayi & 1. Agar dapat diketahui
24/07/ pemberian makan bayi kebutuhan nutrisi. secara tepat pola ma-
2001 ber-hubungan dengan 2. Diskusikan dengan kan & kebutuhan
lethargi sekunder akibat orangtua mengenai nutrisi bayi.
prematuri-tas. pemberian ASI. 2. Keterlibatan orang tua
Tujuan: Pola pemberian 3. Berikan intervensi sangat diperlukan
makan bayi efektif. spesifik untuk mening secara aktif.
Kriteria hasil: katkan pemberian 3. Agar kemampuan bayi
-Bayi menerima nutrisi makan per oral yang untuk makan/ minum
dengan adekuat efektif selain melalui dapat dilakukan per
-Bayi dapat makan tanpa sonde. oral.
bantuan sonde 4. Tingkatkan pemberian 4. Meningkatkan ke-
-Reflek menghisap bayi makan per oral & mampuan bayi ma-kan
terus meningkat sehingga penurunan pemberian per oral.
dapat diberikan per oral makan enteral sejalan
dengan makin
efektifnya bayi
makan /minum melalui
mulut
3 Risiko kerusakan 1. Ganti popok/pakaian 1. Untuk mencegah
24/07/ integritas kulit bayi setiap kali basah terjadinya kelembaban
2001 berhubungan dengan 2. Berikan talk setiap akibat kencing bayi.
kerentanan terhadap mengganti popok/pa- 2. Untuk menghindari
infeksi nosokomial, efek kaian. iritasi terutama pada
iritan lingkungan 3. Masase dengan lem-but daerah sekitar anus/
sekunder. kulit yang sehat, perineal.
Tujuan: Integritas kulit terutama pada daerah 3. Untuk merangsang
baik. yang tertekan. sirkulasi.
Kriteria Hasil: 4. Monitor terus kondisi/ 4. Agar dapat diketahui
-Iritasi pada daerah perubahan yang terjadi. kondisi kulit klien &
perineal minimal dapat dilakukan
-Popok/pakaian tidak intervensi secepatnya.
dibiarkan lembab &
basah
HR: 148x/mnt
RR: 40x/mnt
-Mendiskusikan dengan orang tua
apakah klien bisa diberkan ASI
langsung dari ibunya (ternyata tidak
bisa karena ASI tidak keluar)
26 Juli 2001 S: Tidak dikaji
07.25 -Mengukur suhu tubuh & suhu O:
inkubator -klien mendapat terapi
08.45 -Menyarankan orang tua untuk fototerapi sebanyak 2 seri
membesuk klien dan memberikan -intake ditingkatkan, PASI
perhatian 12x40 cc+ ekstra
09.35 -memberikan susu botol dan sonde -mukosa kering, klien cengeng
tiap 2 jam A: masalah teratasi
10.25 -setiap mengganti popok/pakaian P: Rencana intervensi tetap di
memantau keadaan tali pusat dan teruskan
tanda infeksi
-Menimbang BB: 2000 gr
11.00 -Monitor tanda tanda dan terjadinya
gangguan keseimbangan cairan
-Melakukan tindakan sesuai
prosedur pencegahan infeksi
11.30 -Mengambil spesimen darah
-Monitor TTV
12.45
HR 144x/mnt
RR 40x/mnt
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bayi bisa terlahir prematur karena ada sebabnya, dan sebab itu sangat beragam.
Sebab-sebab tersebut ada yang datang dari ibu ada juga yang datang dari bayi. Kelahiran
prematur juga mempunyai akibat tersendiri terhadap bayi. Salah satu akibatnya adalah bayi
akan mengalami masalah kesehatan pada minggu-minggu awal kehidupannya.
Bayi yang terlahir prematur juga membutuhkan perawatan inkubator saat setelah lahir
hingga si bayi bisa di bawa pulang. Gunanya untuk menyamakan suhu udara saat bayi masih
di dalam kandungan dengan setelah ia lahir.
Saran
Bayi lahir prematur pun harus masuk ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit).
Dalam ruang ini, Si Kecil akan diberi perawatan intensif dan harus steril selama beberapa
hari. Hal ini memungkinkan orang tua tidak dapat melihat anaknya sesering mungkin.
DAFTAR PUSTAKA